• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGANDAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGANDAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN SUBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Geografi

Oleh

Sefnat Samuel Klawen

0909161

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG

Oleh

Sefnat Samuel Klawen

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Sefnat Samuel Klawen

Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI

KABUPATEN SUBANG

Oleh :

Sefnat Samuel Klawen 0909161

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Darsihardjo, MS NIP. 196209211986031005

Pembimbing II

Dr. Lili Somantri, S.Pd, M.Si NIP. 197902262005011008

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Geografi

(4)
(5)

Sefnat Samuel Klawen, 2015

ABSTRAK

PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG

Oleh

SEFNAT SAMUEL KLAWEN (0909161)

Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata capolaga, dengan tujuan untuk mengetahui pengembangan daya tarik wisata objek wisata capolaga. Pengembangan daya tarik wisata merupakan konsep yang penting dalam dunia pariwisata, dengan melibatkan para wisatawan dan pengelola objek wisata. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Dalam pengambilan sampel digunakan rumusaccidental sampling sedangkan untuk teknik analisis yang digunakan adalah analisis SWOT, persentase, pembobotan dan analisis model fishbein& rosenberg. Dalam penelitian ini, terdapat tiga rumusan masalah yang coba diungkap dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimanakah pengembangan daya tarik wisata capolaga di kabupaten subang 2. Bagaimanakah kemenarikan daya tarik wisata capolaga di kabupaten subang. 3. Bagaimanakah motivasi wisatawan yang berkunjung ke objek wisata capolaga.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan daya di objek wisata capolaga belum terealisasikan secara optimal, hal tersebut diakibatkan oleh dana pihak pengelola yangkurang memadai, maka perlu adanya kerjasama dengan para investor dan DISBUDPAR.

(6)

Sefnat Samuel Klawen, 2015

ABSTRACT

Earring district as one of the areas of tourism development in western Java which has the potential of tourism Resource diverse and rich potential of the regional advantage, whether it is in the form of cooperative and competitive advantage for its development efforts, as influenced by the characterstics and nature. Namely Capolaga adventure camp that has the beauty of the unique ecosystem of the river Cimunja a waterfall Karembong, waterfall and waterfall cave sawer rhino managed natural principle. In this study, thee problems try formulation disclosed in this study, namely: 1. How are the develomppment of tourist attraction Capolaga in earring? 2. Does the attractiveness of the district Capolaga earring? 3. What is the motivation of tourists visiting tourist district Capolaga earring?In order to determine the attractiveness of the development of tourist attractions Capolaga. Development of tourist attraction is an important concep in the world of tourism, involving tourists and attractions managers. This research is quantitative descriptive. In the sample used accidental sampling formula, while for the analytical techniques used are the SWOT analysis,percentage, weighting, and analysis model Fishbein and Rose nberg.Addressing the research results that the development of the attractions Capolaga unrealized optimally, it is caused by the manager of the fund are insufficient, hence the need for cooperation with investors and DISBUDPAR.

(7)

Sefnat Samuel Klawen, 2015

PENGEMBANGANDAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG

KATA PENGANTAR ... ii

A. Konsep Kepariwisataan... 5

B. Daya Tarik Wisata... 6

BAB III METODE PENELITIAN ...25

(8)

Sefnat Samuel Klawen, 2015

PENGEMBANGANDAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG

1.Lokasih Penelitian...51

C. Analisis Hasil penelitian... 57

1. Potensi Dukungan Atraksi Wisata... 57

2.Potensi Dukungan Sarana Dan Prasarana... 58

3. Potensi Dukungan Aksesibilitas... 59

4. Kemenarikan Daya Tarik Wisata Capolaga Kabupaten Subang... 60

5.ResponWisatawanTerhadapPerkembanganObjekWisataCapolaga…... 61

6.Motivasi Wisatawan...75

7. Analisis SWOT...78

D. Pembahasan dan Hasil Penelitian...81

1. Kemenarikan Daya Tarik Wisata Capolaga Di Kabupaten Subang...81

2. Motivasi Wisatawan Yang Berkunjung Ke Wisata Capolaga Di Kabupaten Subang...83

3. Pengembangan Daya Tarik Wisata Capolaga...84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 90

1.Simpulan ...90

2.Saran ...91

DAFTAR PUSTAKA ...92 LAMPIRAN

(9)

Sefnat Samuel Klawen, 2015

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional dalam

bidang ekonomi, hal tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Nasional

Jangka Menengah Tahun 2010-2014. Pembangunan di bidang pariwisata

mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan

citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan

perluasan kesempatan kerja, hal itu sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan

oleh Marpaung dan Bahar (2002:19), bahwa pariwisata dapat memberikan

kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi

yang didapat dari tempat tujuan wisata.

Kabupaten Subang sebagai salah satu daerah pengembangan pariwisata di

Jawa Baratyang memiliki potensi sumberdaya pariwisata yang beranekaragam,

mulai dari atraksi wisata budaya, dan atraksi wisata buatan manusia, yang di

dukung dengan kondisi lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, ketersediaan

fasilitas dan aksesibilitas yang mampu menopang kegiatan pariwisata, salah

satunya di Kabupaten Subang. Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah

tujuan atau kunjungan wisata di Propinsi Jawa Barat.

Dengan panorama alamnya yang indah, serta khasanah budayanya yang

unik, menjadikan Kabupaten Subang kaya akan potensi wisata yang menjadi

keunggulan daerah, baik hal tersebut berupa keunggulan koperatif maupun

kompetitif bagi usaha pengembanganya. Karena dipengaruhi karakteristik dan

bentangan alamnya, maka secara topografis daerah tujuan wisata di Kabupaten

Subang dapat dibagi dua, pertama daerah tujuan wisata daerah pegunungan yang

berada di bagian selatan daerah Subang, seperti Gunung Takuban Parahu, Ciater

(hot spring water), Curug Cijalu,Curug Batu Kapur, Curug Cileat, Curug Cina,

dan masih banyak lagi yang lain termasuk Desa Cicadas Panaruban Kecamatan

Jalancagak yang mempunyai salah satu daya tarik ekowisata yang ada di

(11)

yaitu Capolaga Adfenture Camp yang mempunyai keindahan ekosistem sungai

Cimuja yang unik berupa air terjun Cimuja, air terjun Karembo, dan air terjun

Sawer yang dikelola secara kaidahalam. Selain air terjun, di daya tarik wisata ini

pun dapat ditemui gua-gua salah satunya adalah Gua Badak. Dengan di dukung

oleh fasilitas wisata dan kegiatan outbound,menjadikan daya tarik ini tempat yang

cocok bagi para wisatawan yang mempunyai jiwa petualangan.

Disinilah pentingnya ide dasar pembangunan berkelanjutan. Ide dasar

pembangunan berkelanjutan menurut Damanik dan Weber (2006:25) adalah

Kelestarian sumber daya alam dan budaya. Sumberdaya tersebut merupakan

kebutuhan setiap orang saat sekarang supaya dapat hidup dengan sejahtera, tetapi

harus dipelihara dan dilestarikan agar dapat juga digunakan di masa yang akan

datang. Di dalam program-prograrm pembangunan hal itu diwujudkan dalam

bentuk pembatasan secara ketat eksploitasi sumberdaya yang tidak dapat

diperbaharui dan pemanfaatan sumberdaya tanpa menyisakan kerusakan

lingkungan hidup secara permanen. Pemanfaatan sumberdaya tersebut harus pula

melibatkan masyarakat lokal dan memberikan manfaat optimal bagi mereka.

Ide-ide itu kemudian diturunkan ke dalam konsep pariwisata

berkelanjutan. Artinya, adalah pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas

ammenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal

bagi pemangku kepentingan (stakeholders) dan nilai kepuasan optimal bagi

wisatawan dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, kalau yang ingin dikembangkan

adalah infrastrupktur pariwisata. Di sini kualitas jasa dan layanan yang dihasilkan

dalam pengembangan tersebut harus terjamin supaya wisatawan yang

menggunakannya dapat memperoleh kepuasan yang optimal. Kepuasan wisata

tentu saja akan ditukarkan ke dalam bentuk keuntungan para pemangku

kepentingan. Jadi pariwisata hanya dapat bertahan lama atau berkelanjutan jika ia

memberikan kepuasan bagi wisatawan dalam jangka panjang dalam bentuk

pengalaman yang lengkap (total experiesce). Kepuasan inilah yang merupakan

komoditas dan ditukarkan dalam bentuk keuntungan bagi pemangku kepentingan

(12)

Menurut Djakaria (2008:38) kegiatan kepariwisataan di Indonesia

merupakan salah satu sektor andalan yang mampu menggalahkan kegiatan

ekonomi nasional, baik penghasil devisa, penyedia lapangan kerja, maupun

sebagai pendorong peningkatan pendapatan masyarakat.

Sektor pariwisata akan mampu menyerap tenaga kerja yang besar sehingga

dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan. Sektor ini pun berkaitan dengan sektor

jasa, perdagangan dan ekonomi lainnya (Pendit,2003:32). Segala upaya untuk

menarik wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara terus dilakukan, salah

satunya dengan pengembangan wisata dan sapta pesona serta penataan daya tarik

wisata maupun program-program lainnya. Pengembangan dan peningkatan

pariwisata tentunya tidak akan berjalan dan berdiri sendiri tetapi memerlukan

dukungan dari berbagai kalangan, baik pemerintah daerah, instansi terkait, pihak

swasta maupun masyarakat sekitar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pendit

(2003: 32) sebagai berikut :

Pariwisata adalah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan penyedian lapangan kerja, peningkatan penghasilan,

standar hidup serta menstimulasi sektor-sektorproduktif lain. Selanjutnya, sebagai

sektor yang kompleks, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti

industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan trasportasi secara

ekonomis juga dipandang sebagai industri.

Kabupaten Subang sebagai salah satu daerah pengembangan pariwisata di

Jawa Baratyang memiliki potensi sumberdaya pariwisata yang beranekaragam,

mulai dari atraksi wisata budaya, dan atraksi wisata buatan manusia, yang di

dukung dengan kondisi lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, ketersediaan

fasilitas dan aksesibilitas yang mampu menopang kegiatan pariwisata di

Kabupaten Subang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mencoba merumuskan

(13)

daya tarik wisata. Untuk rumuskan masalah tersebut penulis membuat batasan

masalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakahpengembangan daya tarik wisata Capolaga di Kabupaten

Subang?

2. Bagaimanakah kemenarikan daya tarik wisata Capolaga di Kabupaten

Subang?

3. Bagaimanakahmotivasi wisatawan yang berkunjung ke wisata Capolaga di

Kabupaten Subang?

C. Tujuan Penelitian

Melihat permasalahan yang diajukan diatas makaada beberapa hal tujuan

yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengembangan daya tarik wisata Capolaga di

Kabupaten Subang.

2. Untuk menganalisis kemenarikan daya tarik wisata Capolaga di Kabupaten

Subang.

3. Untuk mengidetifikasi motivasiwisatawan yang berkunjung ke wisata

Capolaga di Kabupaten Subang

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat dirumuskan manfaat

yang akan dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran

untuk mengkaji masalah pariwisata melalui penerapan disiplin ilmu

geografi khususnya geografi pariwisata dan hasil kajian diharapkan dapat

dijadikan referensiguna penelitian lebih lanjut tentang kepariwisataan di

Kabupaten Subang.

2. Manfaat Praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbanagan bagi pengelolah dan pemerintahan setempat dalam hal

pengelolaan dan meningkatkan perkembangan wisata yang ada di

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di kampung panaruban desa cicadas, kecamatan

sagalaherang, Kabupaten Subang adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Kabupaten Subang secara geografis terletak antara 107o36'00’’ -107o39'00’’BT dan6o42'00” – 6o45'00”LS.Sedangkan secara administrasi desa cicadas berada pada batas wilayah sebagai berikut :

a. di sebelah utara berbatasan dengan desa sagalaherang

b. di sebelah timur berbatasan dengan desa cisaat

c. di sebelah selatan berbatasan dengan desa ciater

d. di sebelah barat berbatasan dengan desa sukamandi

Wilayah Desa Cicadas memiliki luas 775,00 Ha. Dapat dilihat pada

gambar 3.1sebagai berikut.

2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ada hubunganya

dengan masalah yang diteliti atas semua kasus individu dan gejala yang ada di

daerah penelitian (Sumaatmadja, 1988 : 112), populasi dari penelitian ini meliputi

seluruh gejalah individu, dan masalah yang berkaitan dengan kegiatan

kepariwisataan yang mencangkup beberapa daya tarik wisata yang ada di

Kabupaten Subang, penduduk disekitar daya tarik wisata, wisatawan yang

mengunjungi daya tarik wisata dan pihak pengelola daya tarik wisata baik

DISBUDPAR maupun pihak swasta yang mengelola daya tarik wisata. Populasi

dalam penelitian ini meliputi wilayah yang berkaitan dengan kegiatan

(15)

a. Populasi wilayah yang meliputi keseluruhan daya tarik wisata yang ada

di Capolaga Kabupaten Subang.

b. Populasi manusia yaitu: wisatawan dan pengelola dilingkungan Objek

(16)

Gambar 3.1

(17)

b. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang mewakili popoulasi

yang bersangkutan (Sumaatmadja,1988:112). Sampel adalah bagian dari populasi

yang akan diamati. Berdasarkan keterangan tersebut, maka yang di jadikan sampel

pada penelitian ini terdiri dari sampel wilayah (area sampling ) dan sampel

responden. Dalam penelitian ini diambil sampel wilayah yaitu beberapa wilayah

objek wisata Capolaga yang terdapat di desa Cicadas Panaruban Kecamatan

Jalancagak Kabupaten Subang yang meliputi,Curug Karembo, Curug Sawer, Gua

Badak dan kegiatan out bound. Sedangkan sampel responden menjadi dua yaitu

sampel responden wisatawan dan responden pengelola objek wisata, untuk

responden wisatawan menggunakan accidental samplingdengan memperoleh 41

responden..Menurut Sugiyono (2003:60) sampling aksidental adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Sedangkan untuk

responden pengelola objek wisata dengan cara melakukan teknik wawancara

dengan salah satu pengurus objek wisata capolaga.

B. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan teknik, untuk memudahkan penulis

dalam memproleh kesimpulan. Adapun teknik yang yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif yakni suatu penelitian yang didasarkan pada

observasi terhadap gejala, kasus dan kondisi aktual dimasa sekarang.

Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejalah, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang ini. Dengan kata

lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada

masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian di laksanakan.” Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menghubungkannya dengan

perolehan sumber data sekunder yang telah ada kemudian menganalisisnya, dari

(18)

sebenarnya dengan dasar teori yang telah ada melalui studi literatur dan

dokumentasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode

deskriptif dan survey. Menurut Tika (2005: 4)metode deskriptif adalah penelitian

yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan

sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fata yang ada,walaupun

kadang-kadang diberikan interpretasi dan analisis. Penelitian deskriptif ini perlu

memanfaatkan konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakan

suatu spersifikasi mengenai gejalah–gejala fisik maupun sosial yang dipersoalkan. Disamping itu, penelitian ini harus mampu merumuskan dengan tepat apa yang

ingin di teliti dan teknik penelitian apa yang tepat dipakai untuk menganalisisnya.

Sedangkan metode survey adalah metode penelitian yang bertujuan untuk

mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu

dalamwaktu yang besamaan. MenurutTika (2005:6) menyebutkan bahwa data

dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat

menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti.Survey juga dipakai dalam

penelitian eksploratif yang bertujan menguji suatu hipotesis atau lebih umum lagi

menjelaskan hubungan antara variabel-variabel.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono ( 2002:2 ) “Variabel merupakan gejala yang menjadi

fokus penelitian untuk diamati.’’ Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka yang

menjadi fokus variabel dalam penelitian ini adalah sarana-prasaran, aksesibilitas

dan atraksi wisata dan Pengembangan Daya Tarik Wisata Capolaga di Kabupaten

Subang.Variabel penelitian merupakan ukuran sifat atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok atau satu set yang berbeda dengan yang lain.

(19)

Tabel 3.1

 Jarak jaringan transportasi  Waktu tempuh

 Biaya transportasi Sumber: Sugiyono (2002:2).

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian menafsirkan istilah-istilah yang akan

digunakan dalam judul penelitian ini, yang berjudul “PENGEMBANGAN

DAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG”. Maka

peneliti akan menyampaikan defenisi operasionalnya sebagai berikut:

1. Daya Tarik Wisata

Segalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

(20)

Kawasan wisata merupakan kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, atau daerah yang memiliki

beberapa daya tarik wisata alam, sosial, maupun budaya, yang di kembangkan,

dikelola dan ditata secara terpadu untuk menarik minat wisatawan. Kaitannya

dengan penelitian ini yaitu kawasan wisata Capolaga.

3. Kepariwisataan

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegatan yang tertarik dengan pariwisata dan

bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan

tiap orang dan negara serta instansi atara wisatawan dan masyarakat setempat,

sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Maka

kepariwisataan adalah segala sesuatu yang terkait dengan pariwisata yaitu mulai

dari wisatawan mencari informasi tentang daerah-daerah yang akan

dikunjunginya, kemudian pergi ke sebuah daya tarik wisata sampai kembali lagi

ke rumah. Kaitannya dalam penelitian ini yaitu kepariwisataan Capolaga di

Kabupaten Subang.

E. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diharapkan, maka dalam penelitian ini

penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik sebagai berikut :

1. Observasi Lapangan, melakukan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejalah atau fenomena yang ada pada objek penelitian,

yakni daya tarikwisata yang menjadi sampel di Capolaga Kabupaten

Subang.

2. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung

dengan cara tanya jawab lisan kepada para responden yang dipergunakan

sebagai pelengkap data.

3. Studi kepustakaan, mempelajari teori-teori yang ada atau literatur-literatur

yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti baik dari buku,

internet dan media cetak lainnya yang berhubungan dengan permasalahan

(21)

4. Dokumentasi, adalah cara pengumpulan data berupa visualisasi yang

diambil dari fenomena yang ada pada objek penelitian.Studi dokumentasi

ini diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian,yang berdasarkan

keadaan di lapangan yang sesungguhnya.

5. Angket,yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan

kepada responden tentang daya tarik wisata yang diteliti.

6. Cheklist lapangan, untuk mengecek kondisi sarana dan prasarana pariwisata serta unsur-unsur wisata yang seharusnya terdapat di sekitar

daya tarik wisata.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang diterapkan bertujuan agar penelitian dapat

tercapai maka penulis menggunaka teknik analisis kualitatif dengan mengolah dan

menginterpretasikan data yang berupa argumen serta data yang bersifat

nonangaka. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengelolahan data serta

menyajikan data dalam bentuk tabel (tabulasi data).

Menurut Nasution (2002:126), Analisis data adalah proses menyusun data

agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola,

thema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada

analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara beberapa

konsep.

Teknik analisis data merupakan cara menganalisis data yang telah

didapatkan dilapangan setelah sebelumnya diolah berdasarkan masing-masing

kriterianya. Pada penelitian ini, penulis berencana menggunakan teknik analisis

data rumus kemenarikan daya tarik wisata model Fishbein dan Rosenberg,

(22)

1. Analisis Pengembangan Daya Tarik Wisata

Dalam menganalisis pengembangan daya tarik wista digunakan analisis

SWOT yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu model strategi yang

didasarkan pada hasil informasi yang telah dikumpulkan. Analisis SWOT

mengasumsikan bahwa organisasi akan mencapai strategi yang sukses dengan

memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan

hambatan (Ukas, 2006: 215).

Berdasarkan hasil analisis data sebelumnya, selanjunya dilakukan analisis

mengetahui strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Capolaga di Kabupaten

Subang. Analisis pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan metode

analisis SWOT (Strength Weakness, Opportuniy, and Treah). Tujuan dari

penggunaan metode analisis ini adalah untuk mengkaji potensi geografi yang

mendukung keberadaan wisata seta berusaha mempertemukan seluruh aspek

kekuatan, kelemahan, peluang dan pengarahan bagi pengambilan keputusan atau

kebijakan untuk mengkaji potensi Pengembangan Daya Tarik Capolaga di

Kabupaten Subang.

Analisis SWOT bertujuan sebagai tinjauan strategi pengelolaan agar

nantinya bisa menjadi masukan dalam mengambil sebuah kebijakan dalam

mengelolah sebuah kawasan wisata. Analisis SWOT terdiri dari 4 bagian utama

a. Kekuatan (Strength)

Kekuatan (Strength) merupakan kekuatan suatu daya tarik wisata ditinjau

dari aspek-aspek yang dimiliki oleh daya tarik wisata tersebut. Dengan

mengetahui kekuatan daya tarik wisata tersebut, maka daya tarik wisata dapat

menjadi kokoh dan memiliki daya tawar yang unggul selanjutnya menjadi arahan

dalam mengambil sebuah kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangannya.

b. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan (Weakness) merupakan kelemahan suatu daya tarik wisata

ditinjau dari aspek-aspek yang tidak menguntungkan bagi daya tarik wisata

tersebut.

(23)

Peluang (Opportunities)merupakan peluang suatu daya tarik wisata

ditinjau dari kebijakan pengelola, pemerintah serta lembaga terkait dalam

membangun dan mengelola daya tarik wisata, situasi dan kondisi ekonomi yang

menjadi peluang dalam menumbuhkembangkan daya tarik wisata agar lebih

maju dalam jangka panjang.

d. Ancaman (Threats)

Ancaman (Threats) merupakan ancaman suatu daya tarik wisata yang

mendatangkan kendala dalam aspek-aspek yang berkaitan pengelolaan maupun

aspek yang dapak mendatangkan kerugian bagi daya tarik wisata tersebut

misalnya: kemudahan mengakses daya tarik wisata sangat sulit dijangkau,

lingkungan yang rusak, dan pelayanan yang buruk.

Dengan mengukur tingkat kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness),

peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatu daya tarik wisata

maka menghasilkan sebuah strategi yang dapat alternatif dalam mengambil suatu

kebijakan dalam mengelola sebuah daya tarik wisata.

Analisis SWOT ini ditujukan berdasarkan pengamatan serta aspek yang

berkaitan langsung dengan Pengembangan Daya Tarik Wisata Capolag di

Kabupaten Subang. Hal ini supaya dijadikan bahan masukan bagi lembaga

pengelola dalam mengelola dan mengembangkan Pengembangan Daya Tarik

Wisata Capolaga di Kabupaten Subang.

2. Pengharkatan (scorring) dan Pembobotan (weighting)

Teknik analisis pengharkatan (scorring) dan Pembobotan (weighting)

merupakan teknik analisis data kuantitatif yang digunakan untuk memberika nilai

pada masing-masing karakteristik parameter dari sub-sub variabel agar dapat

dihitung nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya. Dimana parameter yang

dinilai meliputi aspek kemenarikan, aksesibilitas dan sarana prasarana

Peringkat masing-masing parameter diurutkan berdasarkan kategori yaitu

harkat 5 untuk nilai tertinggi dengan kelas sangat baik untuk parameter yang

memenuhi semua kriteria yang dijadikan indikator, harkat 4 untuk kelas baik,

(24)

buruk. Kriteria pengharkatan diperoleh melalui adaptasi dari berbagai sumber.

Harkat kelas dan kriteria masing-masing karakteristik parameter dari sub-sub

variabel dapat dilihat pada tabel 3.4 3.5 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. Didalam penelitian ini

ditentukan bahwa bobot terbesar untuk aspek atraksi wisata adalah 35 dan terkecil

adalah 7. Bobot tersebut untuk aspek sarana dan prasarana adalah 40 dan terkecil

adalah 8 sedangkan penentuan bobot terbesar untuk aspek asesibilitas adalah 25

dan terkecil adalah 5

Nilai tiap kriteriat dalam penelitian ini ditetapkan dengan scorring, skor

terendah untuk keseluruhan aspek yaitu 1 dan tertinggi 5. Sedangkan skor berkisar

antara 1sampai 5 dimana besarnya nilai masing-masing kriteria merupakan jumlah

dari nilai tiap-tiap parameter yang berkaitan.

Setelah dilakukan pengharkatan terhadap potensi kawasan wisata langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap pengembangan kawasan wisata

yang berpatokan pada harkat dan parameter-parameter yang telah ditentukan.

Analisis ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat dukungan aspek-aspek

tersebut terhadap pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Subang dengan

ketentuan kelas sebagai berikut :

Kelas I : Potensi Rendah/ Kurang Mendukung

Kelas II : Potensi Sedang/Cukup Mendukung

Kelas III : Potensi Tinggi/Sangat Mendukung

Kriteria pengharkatan dapat dilihat pada tabel 3.4 3.5 3.6. 3.7. 3.8. 3.9.

sebagai berikut sumber dari tiap parameter diadaptasi dari bebagai sumber yang

(25)

Tabel 3.2

Nilai Kesesuaian Pariwisata Untuk Aspek Atraksi Wisata

No Parameter Bobot

Terendah Tertinggi Nilai Skor Nilai Skor

1 Jenis atraksi wisata 7 1 7 5 35

2 Variasi atraksi wisata 7 1 7 5 35

3 Keunikan/kekhasan 7 1 7 5 35

4 Kesenian 7 1 7 5 35

5 Cinderamata 7 1 7 5 35

6 Event 7 1 7 5 35

Sumber: Yuaningsih (2005:32), Yuliani (2006:29).

Tabel 3.3

Nilai Kesesuaian Pariwisata Untuk Aspek Sarana Dan Prasarana

No Parameter Bobot

Terendah Tertinggi Nilai Skor Nilai Skor

1 Ketersediaan air bersih 8 1 8 5 40

2 Akomodasi 8 1 8 5 40

3 Rumah makan/restoran 8 1 8 5 40

4 Sarana informasi 8 1 8 5 40

5 Sarana kebersihan 8 1 8 5 40

6 Sarana kesehatan 8 1 8 5 40

7 Sarana keamanan 8 1 8 5 40

8 Sarana hiburan 8 1 8 5 40

(26)

Tabel 3.4

Nilai Kesesuaian Pariwisata Untuk Aspek Aksesibilitas

No Parameter Bobot

Terendah Tertinggi Nilai Skor Nilai Skor

1 Kondisi jalan 5 1 5 5 25

2 Jenis kendaraan 5 1 5 5 25

3 Jarak jaringan transportasi 5 1 5 5 25

4 Waktu tempuh 5 1 5 5 25

5 Biaya transportasi 5 1 5 5 25

Sumber: Yuaningsih (2005:32), Yuliani (2006:29).

Penentuan kelas potensi dukungan terhadap pengembangan kawasan

wisata dilakukan dengan menentukan panjang interval dari hasil perhitungan skor

masing-masing variabel dengan menggunakan rumus interval yang dikemukakan

oleh Subana,dkk (2000:40) sebagai berikut :

=

Keterangan :

P : Panjang interval

R : Rentang/jangkauan

B : Banyaknya kela

Berdasarkan rumus interval tersebut kemudian ditentukan kelas-kelas

potensi dukungan dengan ketentuan sebagaimana di gambarkan pada tabel di

(27)

Tabel 3.5

Prosedur Penentuan Kelas Potensi Dukungan Pada Aspek Atraksi Wisata

Kelas tinggi potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

I

Potensi Rendah/

Kurang Mendukung 7-16

Suatu kawasan yang kurang potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

Sumber:Subana,dkk (2000:40).

Tabel 3.6

Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Pada Aspek Aksesibilitas

Kelas Tingkat Penilaian Jenjang rata-rata harkat potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata dukungan atarksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

Suatu kawasan yang kurang potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

(28)

Tabel 3.7

Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Pada Aspek Aksesibilitas

Kelas Tingkat Penilaian daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan aksesibilitas terhadap daya tarik wisata bedasarkan parameter-dukung oleh aksesibilitas terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan

2 Keragaman atraksi wisata yang ada di lokasi ada 1-2 2

3 Keragaman atraksi wisata yang ada di lokasi ada 3-4 3

4 Keragaman atraksi wisata yang ada di lokasi ada 5-6 4

5 Keragaman atraksi wisata yang ada di lokasi ada >6 5

(29)

Tabel 3.9

Keragaman aktivitas yang dilakukan tidak ada 1

2

Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 1-2 (Hikingn tracking, kemping, berenang, makan bersama, outbond, santai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi )

2

3

Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 3-4 (Hikingn tracking, kemping, berenang, makan bersama, outbond, santa/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi )

3

4

Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 5-6 (Hikingn tracking, kemping, berenang, makan bersama, outbond, santai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi )

4

5

Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada >6 (Hikingn tracking, kemping, berenang, makan bersama, outbond, santai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi )

1 Tidak ada keunikan yang menonjol 1

(30)

Tabel 3.11 Kriteria Cinderamata

No. Cinderamata Skor

1

Tidak tersedia di lokasi daya tarik wisata

1

2 Tersedia di lokasi, jenisnya kurang beragam (1 macam ) 2

3 Tersedia di lokasi, jenisnya kurang beragam (2 macam ) 3

4 Tersedia di lokasi, jenisnya beragam (3 macam) 4

5 Tersedia di lokasi, jenisnya beragam (>4 macam) 5

Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.

Tabel 3.12 Kriteria Event Wisata

No. Event Wisata Skor

1 Tidak ada event wisata yang diselenggarakan 1

2 Jenis event wisata 1 kurang dan tidak beragam 2

3 Keragaman event wisata 2, tidak rutin dilaksanakan 3

4 Keragaman event wisata (min 3 macam) dan rutin dilaksanakan

4

5 Keragaman event wisata 4 macam dan rutin dilaksanakan 5

(31)

Tabel 3.13 Kriteria Kesenian

No. Kesenian Skor

1 Tidak ada kesenian yang menjadi daya tarik 1

2 Jumlah kesenian kurang dan tidak beragam 2

3 Jumlah kesenian <2 dan tidak rutin diselenggarakan

3

4 Jumlah kesenian cukup banyak (min 3 jenis kesenian yang dapat dipertontonkan) dan rutin diselenggarakan

4

5 Jumlah kesenian sangat bayak (min 4 jenis kesenia yang dapat dipertontonkan) dan rutin diselenggarakan

5

Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.

2. Kriteria Sarana Dan Prasarana

Tabel 3.14 Kriteria Air Bersih

No. Air Bersih Skor

1 Kualitas air buruk 1

2 Kualitas air kurang baik 2

3 Kualitas air sedang 3

4 Kualitas air baik 4

5 Kualitas air sangat baik 5

(32)

Tabel 3.15 Kriteria Akomodasi

No Akomodasi Skor

1 Tidak tersedia penginapan/sarana akomodasi 1

2 Tersedia penginapan dengan fasilitas kurang memadai 2

3 Tersedia penginapan/wisama/guesthause dengan pelayanan dan fasilitas serta hotel non bintang

3

4 Tersedia hotel non bintang dengan kualitas layanan dan fasilitas serta dengan hotel berbintang 1-5

4

5 Tersedia hotel berbintang 1-5 dengan kualitas pelayanan dan fasilitas lengkap

5

Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.

Tabel 3.16

Kriteria Rumah Makan/Restoran

No. Rumah Makan/Restoran Skor

1 Tidak ada rumah makan/restoran yang memadai 1

2 Tersedia rumah makan dengan fasilitas dan pelayanan

4 Tersedia restoran dengan fasilitas lengkap dan ditunjang oleh karyawan yang memadai

4

5 Tersedia restoran dengan fasilitas lengkap dan ditunjang oleh karyawan yang profesional

5

(33)

Tabel 3.17 Kriteria Informasi

No. Informasi Skor

1 Sama sekali tidak tersedia 1

2 Hanya tersedia beberapa fasilitas informasi dalam kondisi yang kurang memadai

2

5 Tersedia di lokasi dalam kondisi yang sangat layak untuk digunakan kualitas dan pelayanan yang kurang lengkap

2

3 Tersedia di sekitar lokasi, jarak cukup dekat dengan kualitas dan pelayanan yang cukup lengkap

3

4 Tersedia di lokasi, jarak dekat dengan kualitas dan pelayanan yang cukup lengkap

4

5 Tersedia di lokasi, jarak sangat dekat, dengan kualitas dan pelayanan yang sangat lengkap

5

(34)

Tabel 3.19

3 Tersedia lokasi dengan jumlah 2, kualitas kurang layak digunakan

2 Tersedia di sekitar lokasi dengan jumlah 1, jarak cukup jauh dengan kualitas dan pelayanan yang kurang lengkap

2

3 Tersedia di sekitar lokasi dengan jumlah 2, jarak cukup dekat dengan kualitas dan pelayanan yang cukup lengkap

3

4

Tersedia di lokasi dengan jumlah 3, jarak sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang lengkap

4

5 Tersedia di lokasi dengan jumlah >4, jarak sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang sangat lengkap

5

(35)

Tabel 3.21

Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.

3. Kriteria Aksesibilitas

Tabel 3.22 Kriteria Kondisi Jalan

No. Kondisi Jalan Skor

1 Jalan setapak dan jalan alternatif tidak ada 1

2 Jalan tidak beraspal, berbatu 2

3 Jalan beraspal dengan kondisi sedikit bergelombang dan berlubang, terbatas untuk kendaraan roda empat

3

4 Jalan beraspal, bergelombang dapat dilalui kendaraan roda empat tanpa mengalami kesulitas

4

5 Jalan beraspal, tidak bergelombang dan dapat dilalui berbagai jenis kendaraan

5

(36)

Tabel 3.23

Kriteria Jenis Kendaraan

No. Jenis Kendaraan Skor

1 Kendaraan tidak tersedia 1

2 Tersedia angkutan antar daya tari wisata, jumlah, 2 jenis tidak beragam

2

3 Tersedia angkutan antar daya tarik wisata, jumlah, 3 jenis beragam (angkot, angdes, dan lain-lain)

3

Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.

Tabel 3.24

Kriteria Jarak Terhadap Jaringan Transportasi

No. Jarak Terhadap Jaringan Transportasi Skor

1 Lokasi terisolir 1

2 Jarak jauh dengan jaringan transportasi umum, tidak tersedia transpotasi umum

2

3 Jarak jauh dengan jaringan transportasi umum, tersedia transpotasi umum

3

4 Jarak dekat dengan jaringan transportasi umum, tersedia transpotasi umum tidak ada jadwal tetap

4

5 Jarak dekat dengan jaringan transportasi umum, terdapat transportasi umum dan jadwal tetap

5

(37)

Tabel 3.25

Kriteria Waktu Tempuh

No. Waktu Tempuh Skor

1 Waktu tempuh sangat lama 1

2 Waktu tempuh cukup lama dengan laju kecepatan lambat (<20 km/jam)

2

3 Waktu tempuh cukup lama dengan laju kecepatan sedang (<60 km/jam)

3

4 Waktu tempuh cukup singkat dengan laju kecepatan tinggi (min 80 km/jam)

4

5 Waktu tempuh sangat singkat dengan laju kecepatan tinggi (min 100 km/jam

5

Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.

Tabel 3.26

Kriteria Biaya Transportasi

No. Biaya Transportasi Skor

1 Sama sekali tidak tersedia 1

2 Kendaraan tidak tersedia, biaya mahal 2

3 Kendaraan tersedia, biaya sedikit mahal 3

4 Kendaraan tersedia, biaya sedikit murah 4

5 Kendaraan tersedia, biaya sangat murah 5

(38)

3. Analisis kemenarikan Objek Wisata

Untuk mengukur seberapa menarik daya tarik wisata dalam pendapat para

wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata tersebut, maka selanjutnya

digunakan untuk menghitung penguasaan pasar dari masing-masing daya tarik

wisata yaitu menggunakan rumus kemenarikan objek wisata model fishbein dan

rosenberg. Sebagai berikut :

Ai =

Vi

(Bij)

=

Sumber: Stephen LJ. Smith 1995:64

Keterangan :

Ai = Intensitas dipilih dari beberapa keterangan produk i

Vi = Kepentingandari karakteristik i

Bij = Tingkatan dari pilihan j yang disediakan untuk karakteristik i

N = Nomor keseluruhan dari karakteristik

4. Analisis Motivasi Wisatawan

Motivasi berkunjung wisatawan berkunjung dilatarbelakangi oleh

beberapa faktor diantaranya Novelty seeking, stress busting/fun, achievement dan

family oriented/ education(Josiam & Frazier dalam Siri et.al, 2012). Untuk menganalisis motivasi berkunjung wisatawan, maka digunakan analisis

presentase. Analisis Presentase adalah untuk mengetahui

kecenderungan-kecenderunganjawaban responden dan fenomena-fenomena di lapangan. Adapun

rumus presentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

p = �

x 100 %

(39)

P = Presentase

f = Frekuensi tiap kategori jawaban-jawaban responden

n = Jumlah keseluruhan responden

100% = Bilangan konstanta

Menurut Arikuntoro (2005:57), “setelah dilakukan perhitungan, maka hasil presentase tersebut ditafsirkan dengan kategori sebagai berikut ’’ :

0% : Tidak seorangpun

1%-24% : Sebagian kecil

25%-49% : Hampir setengahnya

50% : Setengahnya

51% - 74% : Sebagian besar

75% - 99% : Hampir seluruhnya

(40)

Sefnat Samuel Klawen, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab

sebelumnya mengenai pengembangan daya tarik wisata capolaga, dari hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan daya tarik meliputi beberapa

faktor untuk mendukung pengembangan daya tarik wisata capolaga diantaranya

dari aspek atraksi wisata, aspek sarana dan prasarana serta aspek aksebilitas, Hasil

penelitian menunjukan bahwa dari hasil pembobotan aspek atraksi wisata

memperoleh total bobot 133 dengan nilai rata-rata 19 dan aspek aksebilitas yang

memperoleh total bobot 80 dengan nilai rata-rata 16 termasuk kategori cukup

mendukung, sedangkan untuk aspek sarana dan prasarana memperoleh total bobot

128 dengan nilai rata-rata 16 termasuk ke dalam kategori rendah atau kurang

mendukung.

Kemudian untuk nilai kemenarikandaya tarik wisata objek wisata capolaga

memperoleh nilai 10787,12. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai yang paling

tinggi dalam kemenarikan daya tarik, yaitu dari aspek keindahan dengan nilai

1598,617, sedangkan nilai yang paling rendah yaitu dari cinderamata dengan nilai

486,1712. Rendahnya nilai aspek cinderamata diakibatkan oleh kurang

memadainya cinderamata yang khas dari objek wisata capolaga. Untuk motivasi

wisatawan dapat disimpulkan dari keempat motivasi yang mendominasi motivasi

wisatawan berkunjung ke objek wisata capolaga adalah motivasi fisik dan

motivasi kultural, dua unsur tersebut yang menguatkan wisatawan untuk

berkunjung ke objek wisata capolaga, yang menurut mereka wisata capolaga

memiliki, keindahan, kesejukan dan keunikan tersendiri, seperti udara yang sangat

sejuk hal ini dikarenakan objek wisata capolaga yang berada di kaki Gunung

(41)

Sefnat Samuel Klawen, 2015

capolaga yang mungkin jarang ditemui di tempat lain. Semua hal tersebut yang

mempengaruhi motivasi-motivasi wisatawan terutama motivasi fisik dan kultural.

Dari hasil analisis SWOT menunjukan bahwa perlu pengembangan yang

menunjang sarana dan prasarana, serta menambah dan mengoptimalkan atraksi

wisata. Kemudian perlu juga untuk mengoptimalkan peran lembaga-lembaga di

sektor wisata untuk saling bekerjasama dalam pengembangan, seperti dinas

Pariwisata dan para investor.

Pengembangan sarana dan prasarana yang perlu dioptimalkan di objek

wisata capolaga yaitu pengembangan dalam sarana akomodasi, rumah makan,

sarana keamanan, sarana informasi, sarana kebersihan dan terutama sarana

kesehatan yang belum ada di objek wisata capolaga. Sedangkan untuk atraksi

wisata yaitu meningkatkan variasi dan jenis wisata,kesenian, adat istiadat dan

cinderamata. Dari kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengembangan daya tarik di objek wisata capolaga belum terlalu signifikan, hal

tersebut akibat kebutuhan dana untuk pengembangan yang masih kurang.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan atau mengoptimalkan objek wisata capolaga, maka pihak

pengelola objek wisata capolaga perlu untuk bekerjasamadengan para investor

dan dinas Budpar Subang.

2. Perlu untuk penambahandi segalah bidang seperti aspek atraksi wisata, sarana dan prasarana, dan aksebilitas,hal tersebut akan berdampak pada tingginya minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata capolaga,seperti mengadakan event-event wisata sebagai hiburan, menambah variasi dan jenis wisata, Akomodasi, Rumah makan/restoran, Sarana informasi, Sarana kesehatan, Sarana kebersihanSarana, keamanan, Sarana hiburan.

3. Meningkatkan sistem informasi dan kualitas promosi, yang lebih efisien dan

(42)
(43)

Daftar Pustaka

Abdurrachmat, I dan Maryani E. (1998). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi. IKIP Bandung.

Apriani, G. 2010: Strategi Pengembangan Guna Sebagai Wisata Yang Ramah Lingkungan. Skripsi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian Jakarta. Rineka Cipta.

Bandung : RefikaAditama.

Bandung. Jurnal Geografi GEA.

Damanik, J., H. F. Weber (2006). Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Djakaria, M. Nuur. (2008). Otonomi Daerah Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata. Bandung : Jurnal Geografi GEA.

Gee,Y, Chuk (1981). Resort Development and Management. Watson-Guptil.

Gelgel, I Putu. (2006). Industri Pariwisata Indonesia dalam Global Perdagangan Jasa (Gats-WTO)Implikasih Hukum dan Antisipasinnya.

Handoko, H. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia dan Personalia. Yogyakarta: UGM

Kastolani, W. (2008). Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi Di Kecamatan Cimenyan. Jurnal Geografi GEA. Volume 8. 1- 9. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

Keputusan Mentri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI No.59/PW.002/MPPT/85 Tentang Kawasan Pariwisata

Logayah, Dina (2007). Sebaran dan kemenarikan Bandung sebagai Kota Wisata Warisan Budaya. Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung.

Marpaung, H dan Bahar, Herman (2002) Pengantar Pariwisata. Bandung :

(44)

Marpaung, H. (2000). Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.

Maryani, E (2004). Deversifikasi Pedesaan Melalui Pengembangan DesaWisata.

Maryani, E.(1991). Pengantar Geografi Pariwisata. IKIP : Bandung.

McIntosh. (1997). Karakteristik Wisatawan. Yogyakarta : Andi

Mulyadi, A.J (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Rajawali

Grafindo

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif. Bandung: Tarsito.

Pendit, Nyoman S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta :

Prandnya Pramita

Publication.

Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Soekadijo, R.G. (1996).Anatomi Pariwisat: Memahami pariwisata sebagai

Sugiarto, D.A 2012. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Linggarjati Sebagai

Kawasan Wisata Sejarah Di Kabupaten Kuningan. Skripsi Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia :

tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Aifabeta

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan. Bandung : Alumni

Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Suwantoro. (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.

(45)

Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Bumi Angkasa

Ukas, M. (2006). Manajemen Konsep Prinsip dan Aplikasi. Bandung : Angnini

Bandung

Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Yoeti, Oka. A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata.Bandung: Angkasa

Yoeti, Oka. A. (2008).Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata, Cetakan Kedua. Pradnya Paramita.

Yuaningsih, Yeni. (2005). Analisis Potensi Kawasan Wisata Di Cilimus

Kabupaten Kuningan. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Gambar

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Desa Cicadas Kecamatan JalanCagak
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan dari pada kertas karya yang berjudul potensi Taman Wisata Iman Sidikalang Sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Dairi adalah Untuk memaksimalkan potensi objek

Hasil penelitian ini adalah kawasan Rawa Jombor dan Bukit Sidagora menjadi salah satu obyek atau tempat wisata unggulan di Klaten karena memiliki potensi pada atraksi dan daya

sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul ” Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata di Kawasan Nusakambangan Kecamatan Cilacap Selatan Sebagai Daya

pada Kawasan Pantai Widuri mampu menjadi atraksi wisata yang mempunyai. daya tarik tersendiri, baik untuk wisatwan yang sedang berkunjung

potensi obyek dan atraksi wisata untuk dikembangkan pada suatu kawasan agar. dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan

Judul Kertas Karya : POTENSI KAWASAN AIR TERJUN SIHOBUK SEBAGAI DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH.. Nama : RYAN

Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara potensi daya tarik wisata alam, wisata buatan dan wisata budaya dalam satu kawasan tertentu dengan didukung atraksi,

Meskipun memiliki kekuatan dan potensi untuk menjadi daya tarik wisata minat khusus, daya tarik wisata Hidden Canyon Beji Guwang masih memiliki kendala seperti kurangnya