KABUPATEN SUBANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Geografi
Oleh
Sefnat Samuel Klawen
0909161
DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG
Oleh
Sefnat Samuel Klawen
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Sefnat Samuel Klawen
Universitas Pendidikan Indonesia
2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI
KABUPATEN SUBANG
Oleh :
Sefnat Samuel Klawen 0909161
DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH :
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Darsihardjo, MS NIP. 196209211986031005
Pembimbing II
Dr. Lili Somantri, S.Pd, M.Si NIP. 197902262005011008
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Geografi
Sefnat Samuel Klawen, 2015
ABSTRAK
PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG
Oleh
SEFNAT SAMUEL KLAWEN (0909161)
Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata capolaga, dengan tujuan untuk mengetahui pengembangan daya tarik wisata objek wisata capolaga. Pengembangan daya tarik wisata merupakan konsep yang penting dalam dunia pariwisata, dengan melibatkan para wisatawan dan pengelola objek wisata. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Dalam pengambilan sampel digunakan rumusaccidental sampling sedangkan untuk teknik analisis yang digunakan adalah analisis SWOT, persentase, pembobotan dan analisis model fishbein& rosenberg. Dalam penelitian ini, terdapat tiga rumusan masalah yang coba diungkap dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimanakah pengembangan daya tarik wisata capolaga di kabupaten subang 2. Bagaimanakah kemenarikan daya tarik wisata capolaga di kabupaten subang. 3. Bagaimanakah motivasi wisatawan yang berkunjung ke objek wisata capolaga.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan daya di objek wisata capolaga belum terealisasikan secara optimal, hal tersebut diakibatkan oleh dana pihak pengelola yangkurang memadai, maka perlu adanya kerjasama dengan para investor dan DISBUDPAR.
Sefnat Samuel Klawen, 2015
ABSTRACT
Earring district as one of the areas of tourism development in western Java which has the potential of tourism Resource diverse and rich potential of the regional advantage, whether it is in the form of cooperative and competitive advantage for its development efforts, as influenced by the characterstics and nature. Namely Capolaga adventure camp that has the beauty of the unique ecosystem of the river Cimunja a waterfall Karembong, waterfall and waterfall cave sawer rhino managed natural principle. In this study, thee problems try formulation disclosed in this study, namely: 1. How are the develomppment of tourist attraction Capolaga in earring? 2. Does the attractiveness of the district Capolaga earring? 3. What is the motivation of tourists visiting tourist district Capolaga earring?In order to determine the attractiveness of the development of tourist attractions Capolaga. Development of tourist attraction is an important concep in the world of tourism, involving tourists and attractions managers. This research is quantitative descriptive. In the sample used accidental sampling formula, while for the analytical techniques used are the SWOT analysis,percentage, weighting, and analysis model Fishbein and Rose nberg.Addressing the research results that the development of the attractions Capolaga unrealized optimally, it is caused by the manager of the fund are insufficient, hence the need for cooperation with investors and DISBUDPAR.
Sefnat Samuel Klawen, 2015
PENGEMBANGANDAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG
KATA PENGANTAR ... ii
A. Konsep Kepariwisataan... 5
B. Daya Tarik Wisata... 6
BAB III METODE PENELITIAN ...25
Sefnat Samuel Klawen, 2015
PENGEMBANGANDAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG
1.Lokasih Penelitian...51
C. Analisis Hasil penelitian... 57
1. Potensi Dukungan Atraksi Wisata... 57
2.Potensi Dukungan Sarana Dan Prasarana... 58
3. Potensi Dukungan Aksesibilitas... 59
4. Kemenarikan Daya Tarik Wisata Capolaga Kabupaten Subang... 60
5.ResponWisatawanTerhadapPerkembanganObjekWisataCapolaga…... 61
6.Motivasi Wisatawan...75
7. Analisis SWOT...78
D. Pembahasan dan Hasil Penelitian...81
1. Kemenarikan Daya Tarik Wisata Capolaga Di Kabupaten Subang...81
2. Motivasi Wisatawan Yang Berkunjung Ke Wisata Capolaga Di Kabupaten Subang...83
3. Pengembangan Daya Tarik Wisata Capolaga...84
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 90
1.Simpulan ...90
2.Saran ...91
DAFTAR PUSTAKA ...92 LAMPIRAN
Sefnat Samuel Klawen, 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional dalam
bidang ekonomi, hal tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Nasional
Jangka Menengah Tahun 2010-2014. Pembangunan di bidang pariwisata
mempunyai peranan penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan
citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan
perluasan kesempatan kerja, hal itu sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan
oleh Marpaung dan Bahar (2002:19), bahwa pariwisata dapat memberikan
kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi
yang didapat dari tempat tujuan wisata.
Kabupaten Subang sebagai salah satu daerah pengembangan pariwisata di
Jawa Baratyang memiliki potensi sumberdaya pariwisata yang beranekaragam,
mulai dari atraksi wisata budaya, dan atraksi wisata buatan manusia, yang di
dukung dengan kondisi lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, ketersediaan
fasilitas dan aksesibilitas yang mampu menopang kegiatan pariwisata, salah
satunya di Kabupaten Subang. Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah
tujuan atau kunjungan wisata di Propinsi Jawa Barat.
Dengan panorama alamnya yang indah, serta khasanah budayanya yang
unik, menjadikan Kabupaten Subang kaya akan potensi wisata yang menjadi
keunggulan daerah, baik hal tersebut berupa keunggulan koperatif maupun
kompetitif bagi usaha pengembanganya. Karena dipengaruhi karakteristik dan
bentangan alamnya, maka secara topografis daerah tujuan wisata di Kabupaten
Subang dapat dibagi dua, pertama daerah tujuan wisata daerah pegunungan yang
berada di bagian selatan daerah Subang, seperti Gunung Takuban Parahu, Ciater
(hot spring water), Curug Cijalu,Curug Batu Kapur, Curug Cileat, Curug Cina,
dan masih banyak lagi yang lain termasuk Desa Cicadas Panaruban Kecamatan
Jalancagak yang mempunyai salah satu daya tarik ekowisata yang ada di
yaitu Capolaga Adfenture Camp yang mempunyai keindahan ekosistem sungai
Cimuja yang unik berupa air terjun Cimuja, air terjun Karembo, dan air terjun
Sawer yang dikelola secara kaidahalam. Selain air terjun, di daya tarik wisata ini
pun dapat ditemui gua-gua salah satunya adalah Gua Badak. Dengan di dukung
oleh fasilitas wisata dan kegiatan outbound,menjadikan daya tarik ini tempat yang
cocok bagi para wisatawan yang mempunyai jiwa petualangan.
Disinilah pentingnya ide dasar pembangunan berkelanjutan. Ide dasar
pembangunan berkelanjutan menurut Damanik dan Weber (2006:25) adalah
Kelestarian sumber daya alam dan budaya. Sumberdaya tersebut merupakan
kebutuhan setiap orang saat sekarang supaya dapat hidup dengan sejahtera, tetapi
harus dipelihara dan dilestarikan agar dapat juga digunakan di masa yang akan
datang. Di dalam program-prograrm pembangunan hal itu diwujudkan dalam
bentuk pembatasan secara ketat eksploitasi sumberdaya yang tidak dapat
diperbaharui dan pemanfaatan sumberdaya tanpa menyisakan kerusakan
lingkungan hidup secara permanen. Pemanfaatan sumberdaya tersebut harus pula
melibatkan masyarakat lokal dan memberikan manfaat optimal bagi mereka.
Ide-ide itu kemudian diturunkan ke dalam konsep pariwisata
berkelanjutan. Artinya, adalah pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas
ammenitas) pariwisata yang bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal
bagi pemangku kepentingan (stakeholders) dan nilai kepuasan optimal bagi
wisatawan dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, kalau yang ingin dikembangkan
adalah infrastrupktur pariwisata. Di sini kualitas jasa dan layanan yang dihasilkan
dalam pengembangan tersebut harus terjamin supaya wisatawan yang
menggunakannya dapat memperoleh kepuasan yang optimal. Kepuasan wisata
tentu saja akan ditukarkan ke dalam bentuk keuntungan para pemangku
kepentingan. Jadi pariwisata hanya dapat bertahan lama atau berkelanjutan jika ia
memberikan kepuasan bagi wisatawan dalam jangka panjang dalam bentuk
pengalaman yang lengkap (total experiesce). Kepuasan inilah yang merupakan
komoditas dan ditukarkan dalam bentuk keuntungan bagi pemangku kepentingan
Menurut Djakaria (2008:38) kegiatan kepariwisataan di Indonesia
merupakan salah satu sektor andalan yang mampu menggalahkan kegiatan
ekonomi nasional, baik penghasil devisa, penyedia lapangan kerja, maupun
sebagai pendorong peningkatan pendapatan masyarakat.
Sektor pariwisata akan mampu menyerap tenaga kerja yang besar sehingga
dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan. Sektor ini pun berkaitan dengan sektor
jasa, perdagangan dan ekonomi lainnya (Pendit,2003:32). Segala upaya untuk
menarik wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara terus dilakukan, salah
satunya dengan pengembangan wisata dan sapta pesona serta penataan daya tarik
wisata maupun program-program lainnya. Pengembangan dan peningkatan
pariwisata tentunya tidak akan berjalan dan berdiri sendiri tetapi memerlukan
dukungan dari berbagai kalangan, baik pemerintah daerah, instansi terkait, pihak
swasta maupun masyarakat sekitar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pendit
(2003: 32) sebagai berikut :
Pariwisata adalah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyedian lapangan kerja, peningkatan penghasilan,
standar hidup serta menstimulasi sektor-sektorproduktif lain. Selanjutnya, sebagai
sektor yang kompleks, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti
industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan trasportasi secara
ekonomis juga dipandang sebagai industri.
Kabupaten Subang sebagai salah satu daerah pengembangan pariwisata di
Jawa Baratyang memiliki potensi sumberdaya pariwisata yang beranekaragam,
mulai dari atraksi wisata budaya, dan atraksi wisata buatan manusia, yang di
dukung dengan kondisi lingkungan alam, lingkungan sosial budaya, ketersediaan
fasilitas dan aksesibilitas yang mampu menopang kegiatan pariwisata di
Kabupaten Subang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mencoba merumuskan
daya tarik wisata. Untuk rumuskan masalah tersebut penulis membuat batasan
masalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakahpengembangan daya tarik wisata Capolaga di Kabupaten
Subang?
2. Bagaimanakah kemenarikan daya tarik wisata Capolaga di Kabupaten
Subang?
3. Bagaimanakahmotivasi wisatawan yang berkunjung ke wisata Capolaga di
Kabupaten Subang?
C. Tujuan Penelitian
Melihat permasalahan yang diajukan diatas makaada beberapa hal tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengembangan daya tarik wisata Capolaga di
Kabupaten Subang.
2. Untuk menganalisis kemenarikan daya tarik wisata Capolaga di Kabupaten
Subang.
3. Untuk mengidetifikasi motivasiwisatawan yang berkunjung ke wisata
Capolaga di Kabupaten Subang
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat dirumuskan manfaat
yang akan dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran
untuk mengkaji masalah pariwisata melalui penerapan disiplin ilmu
geografi khususnya geografi pariwisata dan hasil kajian diharapkan dapat
dijadikan referensiguna penelitian lebih lanjut tentang kepariwisataan di
Kabupaten Subang.
2. Manfaat Praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbanagan bagi pengelolah dan pemerintahan setempat dalam hal
pengelolaan dan meningkatkan perkembangan wisata yang ada di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di kampung panaruban desa cicadas, kecamatan
sagalaherang, Kabupaten Subang adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Kabupaten Subang secara geografis terletak antara 107o36'00’’ -107o39'00’’BT dan6o42'00” – 6o45'00”LS.Sedangkan secara administrasi desa cicadas berada pada batas wilayah sebagai berikut :
a. di sebelah utara berbatasan dengan desa sagalaherang
b. di sebelah timur berbatasan dengan desa cisaat
c. di sebelah selatan berbatasan dengan desa ciater
d. di sebelah barat berbatasan dengan desa sukamandi
Wilayah Desa Cicadas memiliki luas 775,00 Ha. Dapat dilihat pada
gambar 3.1sebagai berikut.
2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ada hubunganya
dengan masalah yang diteliti atas semua kasus individu dan gejala yang ada di
daerah penelitian (Sumaatmadja, 1988 : 112), populasi dari penelitian ini meliputi
seluruh gejalah individu, dan masalah yang berkaitan dengan kegiatan
kepariwisataan yang mencangkup beberapa daya tarik wisata yang ada di
Kabupaten Subang, penduduk disekitar daya tarik wisata, wisatawan yang
mengunjungi daya tarik wisata dan pihak pengelola daya tarik wisata baik
DISBUDPAR maupun pihak swasta yang mengelola daya tarik wisata. Populasi
dalam penelitian ini meliputi wilayah yang berkaitan dengan kegiatan
a. Populasi wilayah yang meliputi keseluruhan daya tarik wisata yang ada
di Capolaga Kabupaten Subang.
b. Populasi manusia yaitu: wisatawan dan pengelola dilingkungan Objek
Gambar 3.1
b. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang mewakili popoulasi
yang bersangkutan (Sumaatmadja,1988:112). Sampel adalah bagian dari populasi
yang akan diamati. Berdasarkan keterangan tersebut, maka yang di jadikan sampel
pada penelitian ini terdiri dari sampel wilayah (area sampling ) dan sampel
responden. Dalam penelitian ini diambil sampel wilayah yaitu beberapa wilayah
objek wisata Capolaga yang terdapat di desa Cicadas Panaruban Kecamatan
Jalancagak Kabupaten Subang yang meliputi,Curug Karembo, Curug Sawer, Gua
Badak dan kegiatan out bound. Sedangkan sampel responden menjadi dua yaitu
sampel responden wisatawan dan responden pengelola objek wisata, untuk
responden wisatawan menggunakan accidental samplingdengan memperoleh 41
responden..Menurut Sugiyono (2003:60) sampling aksidental adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Sedangkan untuk
responden pengelola objek wisata dengan cara melakukan teknik wawancara
dengan salah satu pengurus objek wisata capolaga.
B. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan teknik, untuk memudahkan penulis
dalam memproleh kesimpulan. Adapun teknik yang yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif yakni suatu penelitian yang didasarkan pada
observasi terhadap gejala, kasus dan kondisi aktual dimasa sekarang.
Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejalah, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang ini. Dengan kata
lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian di laksanakan.” Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menghubungkannya dengan
perolehan sumber data sekunder yang telah ada kemudian menganalisisnya, dari
sebenarnya dengan dasar teori yang telah ada melalui studi literatur dan
dokumentasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode
deskriptif dan survey. Menurut Tika (2005: 4)metode deskriptif adalah penelitian
yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan
sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fata yang ada,walaupun
kadang-kadang diberikan interpretasi dan analisis. Penelitian deskriptif ini perlu
memanfaatkan konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakan
suatu spersifikasi mengenai gejalah–gejala fisik maupun sosial yang dipersoalkan. Disamping itu, penelitian ini harus mampu merumuskan dengan tepat apa yang
ingin di teliti dan teknik penelitian apa yang tepat dipakai untuk menganalisisnya.
Sedangkan metode survey adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu
dalamwaktu yang besamaan. MenurutTika (2005:6) menyebutkan bahwa data
dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat
menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti.Survey juga dipakai dalam
penelitian eksploratif yang bertujan menguji suatu hipotesis atau lebih umum lagi
menjelaskan hubungan antara variabel-variabel.
C. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono ( 2002:2 ) “Variabel merupakan gejala yang menjadi
fokus penelitian untuk diamati.’’ Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka yang
menjadi fokus variabel dalam penelitian ini adalah sarana-prasaran, aksesibilitas
dan atraksi wisata dan Pengembangan Daya Tarik Wisata Capolaga di Kabupaten
Subang.Variabel penelitian merupakan ukuran sifat atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok atau satu set yang berbeda dengan yang lain.
Tabel 3.1
Jarak jaringan transportasi Waktu tempuh
Biaya transportasi Sumber: Sugiyono (2002:2).
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian menafsirkan istilah-istilah yang akan
digunakan dalam judul penelitian ini, yang berjudul “PENGEMBANGAN
DAYA TARIK WISATA CAPOLAGA DI KABUPATEN SUBANG”. Maka
peneliti akan menyampaikan defenisi operasionalnya sebagai berikut:
1. Daya Tarik Wisata
Segalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Kawasan wisata merupakan kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, atau daerah yang memiliki
beberapa daya tarik wisata alam, sosial, maupun budaya, yang di kembangkan,
dikelola dan ditata secara terpadu untuk menarik minat wisatawan. Kaitannya
dengan penelitian ini yaitu kawasan wisata Capolaga.
3. Kepariwisataan
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegatan yang tertarik dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
tiap orang dan negara serta instansi atara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Maka
kepariwisataan adalah segala sesuatu yang terkait dengan pariwisata yaitu mulai
dari wisatawan mencari informasi tentang daerah-daerah yang akan
dikunjunginya, kemudian pergi ke sebuah daya tarik wisata sampai kembali lagi
ke rumah. Kaitannya dalam penelitian ini yaitu kepariwisataan Capolaga di
Kabupaten Subang.
E. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diharapkan, maka dalam penelitian ini
penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik sebagai berikut :
1. Observasi Lapangan, melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejalah atau fenomena yang ada pada objek penelitian,
yakni daya tarikwisata yang menjadi sampel di Capolaga Kabupaten
Subang.
2. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung
dengan cara tanya jawab lisan kepada para responden yang dipergunakan
sebagai pelengkap data.
3. Studi kepustakaan, mempelajari teori-teori yang ada atau literatur-literatur
yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti baik dari buku,
internet dan media cetak lainnya yang berhubungan dengan permasalahan
4. Dokumentasi, adalah cara pengumpulan data berupa visualisasi yang
diambil dari fenomena yang ada pada objek penelitian.Studi dokumentasi
ini diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian,yang berdasarkan
keadaan di lapangan yang sesungguhnya.
5. Angket,yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan
kepada responden tentang daya tarik wisata yang diteliti.
6. Cheklist lapangan, untuk mengecek kondisi sarana dan prasarana pariwisata serta unsur-unsur wisata yang seharusnya terdapat di sekitar
daya tarik wisata.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang diterapkan bertujuan agar penelitian dapat
tercapai maka penulis menggunaka teknik analisis kualitatif dengan mengolah dan
menginterpretasikan data yang berupa argumen serta data yang bersifat
nonangaka. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengelolahan data serta
menyajikan data dalam bentuk tabel (tabulasi data).
Menurut Nasution (2002:126), Analisis data adalah proses menyusun data
agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola,
thema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada
analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara beberapa
konsep.
Teknik analisis data merupakan cara menganalisis data yang telah
didapatkan dilapangan setelah sebelumnya diolah berdasarkan masing-masing
kriterianya. Pada penelitian ini, penulis berencana menggunakan teknik analisis
data rumus kemenarikan daya tarik wisata model Fishbein dan Rosenberg,
1. Analisis Pengembangan Daya Tarik Wisata
Dalam menganalisis pengembangan daya tarik wista digunakan analisis
SWOT yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu model strategi yang
didasarkan pada hasil informasi yang telah dikumpulkan. Analisis SWOT
mengasumsikan bahwa organisasi akan mencapai strategi yang sukses dengan
memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan
hambatan (Ukas, 2006: 215).
Berdasarkan hasil analisis data sebelumnya, selanjunya dilakukan analisis
mengetahui strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Capolaga di Kabupaten
Subang. Analisis pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis SWOT (Strength Weakness, Opportuniy, and Treah). Tujuan dari
penggunaan metode analisis ini adalah untuk mengkaji potensi geografi yang
mendukung keberadaan wisata seta berusaha mempertemukan seluruh aspek
kekuatan, kelemahan, peluang dan pengarahan bagi pengambilan keputusan atau
kebijakan untuk mengkaji potensi Pengembangan Daya Tarik Capolaga di
Kabupaten Subang.
Analisis SWOT bertujuan sebagai tinjauan strategi pengelolaan agar
nantinya bisa menjadi masukan dalam mengambil sebuah kebijakan dalam
mengelolah sebuah kawasan wisata. Analisis SWOT terdiri dari 4 bagian utama
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan (Strength) merupakan kekuatan suatu daya tarik wisata ditinjau
dari aspek-aspek yang dimiliki oleh daya tarik wisata tersebut. Dengan
mengetahui kekuatan daya tarik wisata tersebut, maka daya tarik wisata dapat
menjadi kokoh dan memiliki daya tawar yang unggul selanjutnya menjadi arahan
dalam mengambil sebuah kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangannya.
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan (Weakness) merupakan kelemahan suatu daya tarik wisata
ditinjau dari aspek-aspek yang tidak menguntungkan bagi daya tarik wisata
tersebut.
Peluang (Opportunities)merupakan peluang suatu daya tarik wisata
ditinjau dari kebijakan pengelola, pemerintah serta lembaga terkait dalam
membangun dan mengelola daya tarik wisata, situasi dan kondisi ekonomi yang
menjadi peluang dalam menumbuhkembangkan daya tarik wisata agar lebih
maju dalam jangka panjang.
d. Ancaman (Threats)
Ancaman (Threats) merupakan ancaman suatu daya tarik wisata yang
mendatangkan kendala dalam aspek-aspek yang berkaitan pengelolaan maupun
aspek yang dapak mendatangkan kerugian bagi daya tarik wisata tersebut
misalnya: kemudahan mengakses daya tarik wisata sangat sulit dijangkau,
lingkungan yang rusak, dan pelayanan yang buruk.
Dengan mengukur tingkat kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness),
peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatu daya tarik wisata
maka menghasilkan sebuah strategi yang dapat alternatif dalam mengambil suatu
kebijakan dalam mengelola sebuah daya tarik wisata.
Analisis SWOT ini ditujukan berdasarkan pengamatan serta aspek yang
berkaitan langsung dengan Pengembangan Daya Tarik Wisata Capolag di
Kabupaten Subang. Hal ini supaya dijadikan bahan masukan bagi lembaga
pengelola dalam mengelola dan mengembangkan Pengembangan Daya Tarik
Wisata Capolaga di Kabupaten Subang.
2. Pengharkatan (scorring) dan Pembobotan (weighting)
Teknik analisis pengharkatan (scorring) dan Pembobotan (weighting)
merupakan teknik analisis data kuantitatif yang digunakan untuk memberika nilai
pada masing-masing karakteristik parameter dari sub-sub variabel agar dapat
dihitung nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya. Dimana parameter yang
dinilai meliputi aspek kemenarikan, aksesibilitas dan sarana prasarana
Peringkat masing-masing parameter diurutkan berdasarkan kategori yaitu
harkat 5 untuk nilai tertinggi dengan kelas sangat baik untuk parameter yang
memenuhi semua kriteria yang dijadikan indikator, harkat 4 untuk kelas baik,
buruk. Kriteria pengharkatan diperoleh melalui adaptasi dari berbagai sumber.
Harkat kelas dan kriteria masing-masing karakteristik parameter dari sub-sub
variabel dapat dilihat pada tabel 3.4 3.5 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. Didalam penelitian ini
ditentukan bahwa bobot terbesar untuk aspek atraksi wisata adalah 35 dan terkecil
adalah 7. Bobot tersebut untuk aspek sarana dan prasarana adalah 40 dan terkecil
adalah 8 sedangkan penentuan bobot terbesar untuk aspek asesibilitas adalah 25
dan terkecil adalah 5
Nilai tiap kriteriat dalam penelitian ini ditetapkan dengan scorring, skor
terendah untuk keseluruhan aspek yaitu 1 dan tertinggi 5. Sedangkan skor berkisar
antara 1sampai 5 dimana besarnya nilai masing-masing kriteria merupakan jumlah
dari nilai tiap-tiap parameter yang berkaitan.
Setelah dilakukan pengharkatan terhadap potensi kawasan wisata langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap pengembangan kawasan wisata
yang berpatokan pada harkat dan parameter-parameter yang telah ditentukan.
Analisis ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat dukungan aspek-aspek
tersebut terhadap pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Subang dengan
ketentuan kelas sebagai berikut :
Kelas I : Potensi Rendah/ Kurang Mendukung
Kelas II : Potensi Sedang/Cukup Mendukung
Kelas III : Potensi Tinggi/Sangat Mendukung
Kriteria pengharkatan dapat dilihat pada tabel 3.4 3.5 3.6. 3.7. 3.8. 3.9.
sebagai berikut sumber dari tiap parameter diadaptasi dari bebagai sumber yang
Tabel 3.2
Nilai Kesesuaian Pariwisata Untuk Aspek Atraksi Wisata
No Parameter Bobot
Terendah Tertinggi Nilai Skor Nilai Skor
1 Jenis atraksi wisata 7 1 7 5 35
2 Variasi atraksi wisata 7 1 7 5 35
3 Keunikan/kekhasan 7 1 7 5 35
4 Kesenian 7 1 7 5 35
5 Cinderamata 7 1 7 5 35
6 Event 7 1 7 5 35
Sumber: Yuaningsih (2005:32), Yuliani (2006:29).
Tabel 3.3
Nilai Kesesuaian Pariwisata Untuk Aspek Sarana Dan Prasarana
No Parameter Bobot
Terendah Tertinggi Nilai Skor Nilai Skor
1 Ketersediaan air bersih 8 1 8 5 40
2 Akomodasi 8 1 8 5 40
3 Rumah makan/restoran 8 1 8 5 40
4 Sarana informasi 8 1 8 5 40
5 Sarana kebersihan 8 1 8 5 40
6 Sarana kesehatan 8 1 8 5 40
7 Sarana keamanan 8 1 8 5 40
8 Sarana hiburan 8 1 8 5 40
Tabel 3.4
Nilai Kesesuaian Pariwisata Untuk Aspek Aksesibilitas
No Parameter Bobot
Terendah Tertinggi Nilai Skor Nilai Skor
1 Kondisi jalan 5 1 5 5 25
2 Jenis kendaraan 5 1 5 5 25
3 Jarak jaringan transportasi 5 1 5 5 25
4 Waktu tempuh 5 1 5 5 25
5 Biaya transportasi 5 1 5 5 25
Sumber: Yuaningsih (2005:32), Yuliani (2006:29).
Penentuan kelas potensi dukungan terhadap pengembangan kawasan
wisata dilakukan dengan menentukan panjang interval dari hasil perhitungan skor
masing-masing variabel dengan menggunakan rumus interval yang dikemukakan
oleh Subana,dkk (2000:40) sebagai berikut :
=
�
�
Keterangan :
P : Panjang interval
R : Rentang/jangkauan
B : Banyaknya kela
Berdasarkan rumus interval tersebut kemudian ditentukan kelas-kelas
potensi dukungan dengan ketentuan sebagaimana di gambarkan pada tabel di
Tabel 3.5
Prosedur Penentuan Kelas Potensi Dukungan Pada Aspek Atraksi Wisata
Kelas tinggi potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.
I
Potensi Rendah/
Kurang Mendukung 7-16
Suatu kawasan yang kurang potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.
Sumber:Subana,dkk (2000:40).
Tabel 3.6
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Pada Aspek Aksesibilitas
Kelas Tingkat Penilaian Jenjang rata-rata harkat potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata dukungan atarksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.
Suatu kawasan yang kurang potensi dukungan atraksi wisata terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.
Tabel 3.7
Prosedur Penentuan Kelas Dukungan Pada Aspek Aksesibilitas
Kelas Tingkat Penilaian daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan aksesibilitas terhadap daya tarik wisata bedasarkan parameter-dukung oleh aksesibilitas terhadap daya tarik wisata berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan
2 Keragaman atraksi wisata yang ada di lokasi ada 1-2 2
3 Keragaman atraksi wisata yang ada di lokasi ada 3-4 3
4 Keragaman atraksi wisata yang ada di lokasi ada 5-6 4
5 Keragaman atraksi wisata yang ada di lokasi ada >6 5
Tabel 3.9
Keragaman aktivitas yang dilakukan tidak ada 1
2
Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 1-2 (Hikingn tracking, kemping, berenang, makan bersama, outbond, santai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi )
2
3
Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 3-4 (Hikingn tracking, kemping, berenang, makan bersama, outbond, santa/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi )
3
4
Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada 5-6 (Hikingn tracking, kemping, berenang, makan bersama, outbond, santai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi )
4
5
Keragaman aktivitas yang dapat dilakukan ada >6 (Hikingn tracking, kemping, berenang, makan bersama, outbond, santai/berteduh, bermain air, jalan-jalan, fotografi )
1 Tidak ada keunikan yang menonjol 1
Tabel 3.11 Kriteria Cinderamata
No. Cinderamata Skor
1
Tidak tersedia di lokasi daya tarik wisata
1
2 Tersedia di lokasi, jenisnya kurang beragam (1 macam ) 2
3 Tersedia di lokasi, jenisnya kurang beragam (2 macam ) 3
4 Tersedia di lokasi, jenisnya beragam (3 macam) 4
5 Tersedia di lokasi, jenisnya beragam (>4 macam) 5
Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.
Tabel 3.12 Kriteria Event Wisata
No. Event Wisata Skor
1 Tidak ada event wisata yang diselenggarakan 1
2 Jenis event wisata 1 kurang dan tidak beragam 2
3 Keragaman event wisata 2, tidak rutin dilaksanakan 3
4 Keragaman event wisata (min 3 macam) dan rutin dilaksanakan
4
5 Keragaman event wisata 4 macam dan rutin dilaksanakan 5
Tabel 3.13 Kriteria Kesenian
No. Kesenian Skor
1 Tidak ada kesenian yang menjadi daya tarik 1
2 Jumlah kesenian kurang dan tidak beragam 2
3 Jumlah kesenian <2 dan tidak rutin diselenggarakan
3
4 Jumlah kesenian cukup banyak (min 3 jenis kesenian yang dapat dipertontonkan) dan rutin diselenggarakan
4
5 Jumlah kesenian sangat bayak (min 4 jenis kesenia yang dapat dipertontonkan) dan rutin diselenggarakan
5
Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.
2. Kriteria Sarana Dan Prasarana
Tabel 3.14 Kriteria Air Bersih
No. Air Bersih Skor
1 Kualitas air buruk 1
2 Kualitas air kurang baik 2
3 Kualitas air sedang 3
4 Kualitas air baik 4
5 Kualitas air sangat baik 5
Tabel 3.15 Kriteria Akomodasi
No Akomodasi Skor
1 Tidak tersedia penginapan/sarana akomodasi 1
2 Tersedia penginapan dengan fasilitas kurang memadai 2
3 Tersedia penginapan/wisama/guesthause dengan pelayanan dan fasilitas serta hotel non bintang
3
4 Tersedia hotel non bintang dengan kualitas layanan dan fasilitas serta dengan hotel berbintang 1-5
4
5 Tersedia hotel berbintang 1-5 dengan kualitas pelayanan dan fasilitas lengkap
5
Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.
Tabel 3.16
Kriteria Rumah Makan/Restoran
No. Rumah Makan/Restoran Skor
1 Tidak ada rumah makan/restoran yang memadai 1
2 Tersedia rumah makan dengan fasilitas dan pelayanan
4 Tersedia restoran dengan fasilitas lengkap dan ditunjang oleh karyawan yang memadai
4
5 Tersedia restoran dengan fasilitas lengkap dan ditunjang oleh karyawan yang profesional
5
Tabel 3.17 Kriteria Informasi
No. Informasi Skor
1 Sama sekali tidak tersedia 1
2 Hanya tersedia beberapa fasilitas informasi dalam kondisi yang kurang memadai
2
5 Tersedia di lokasi dalam kondisi yang sangat layak untuk digunakan kualitas dan pelayanan yang kurang lengkap
2
3 Tersedia di sekitar lokasi, jarak cukup dekat dengan kualitas dan pelayanan yang cukup lengkap
3
4 Tersedia di lokasi, jarak dekat dengan kualitas dan pelayanan yang cukup lengkap
4
5 Tersedia di lokasi, jarak sangat dekat, dengan kualitas dan pelayanan yang sangat lengkap
5
Tabel 3.19
3 Tersedia lokasi dengan jumlah 2, kualitas kurang layak digunakan
2 Tersedia di sekitar lokasi dengan jumlah 1, jarak cukup jauh dengan kualitas dan pelayanan yang kurang lengkap
2
3 Tersedia di sekitar lokasi dengan jumlah 2, jarak cukup dekat dengan kualitas dan pelayanan yang cukup lengkap
3
4
Tersedia di lokasi dengan jumlah 3, jarak sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang lengkap
4
5 Tersedia di lokasi dengan jumlah >4, jarak sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang sangat lengkap
5
Tabel 3.21
Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.
3. Kriteria Aksesibilitas
Tabel 3.22 Kriteria Kondisi Jalan
No. Kondisi Jalan Skor
1 Jalan setapak dan jalan alternatif tidak ada 1
2 Jalan tidak beraspal, berbatu 2
3 Jalan beraspal dengan kondisi sedikit bergelombang dan berlubang, terbatas untuk kendaraan roda empat
3
4 Jalan beraspal, bergelombang dapat dilalui kendaraan roda empat tanpa mengalami kesulitas
4
5 Jalan beraspal, tidak bergelombang dan dapat dilalui berbagai jenis kendaraan
5
Tabel 3.23
Kriteria Jenis Kendaraan
No. Jenis Kendaraan Skor
1 Kendaraan tidak tersedia 1
2 Tersedia angkutan antar daya tari wisata, jumlah, 2 jenis tidak beragam
2
3 Tersedia angkutan antar daya tarik wisata, jumlah, 3 jenis beragam (angkot, angdes, dan lain-lain)
3
Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.
Tabel 3.24
Kriteria Jarak Terhadap Jaringan Transportasi
No. Jarak Terhadap Jaringan Transportasi Skor
1 Lokasi terisolir 1
2 Jarak jauh dengan jaringan transportasi umum, tidak tersedia transpotasi umum
2
3 Jarak jauh dengan jaringan transportasi umum, tersedia transpotasi umum
3
4 Jarak dekat dengan jaringan transportasi umum, tersedia transpotasi umum tidak ada jadwal tetap
4
5 Jarak dekat dengan jaringan transportasi umum, terdapat transportasi umum dan jadwal tetap
5
Tabel 3.25
Kriteria Waktu Tempuh
No. Waktu Tempuh Skor
1 Waktu tempuh sangat lama 1
2 Waktu tempuh cukup lama dengan laju kecepatan lambat (<20 km/jam)
2
3 Waktu tempuh cukup lama dengan laju kecepatan sedang (<60 km/jam)
3
4 Waktu tempuh cukup singkat dengan laju kecepatan tinggi (min 80 km/jam)
4
5 Waktu tempuh sangat singkat dengan laju kecepatan tinggi (min 100 km/jam
5
Sumber:Didapat Dari Berbagai Sumber.
Tabel 3.26
Kriteria Biaya Transportasi
No. Biaya Transportasi Skor
1 Sama sekali tidak tersedia 1
2 Kendaraan tidak tersedia, biaya mahal 2
3 Kendaraan tersedia, biaya sedikit mahal 3
4 Kendaraan tersedia, biaya sedikit murah 4
5 Kendaraan tersedia, biaya sangat murah 5
3. Analisis kemenarikan Objek Wisata
Untuk mengukur seberapa menarik daya tarik wisata dalam pendapat para
wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata tersebut, maka selanjutnya
digunakan untuk menghitung penguasaan pasar dari masing-masing daya tarik
wisata yaitu menggunakan rumus kemenarikan objek wisata model fishbein dan
rosenberg. Sebagai berikut :
Ai =
�
Vi
(Bij)
=
Sumber: Stephen LJ. Smith 1995:64
Keterangan :
Ai = Intensitas dipilih dari beberapa keterangan produk i
Vi = Kepentingandari karakteristik i
Bij = Tingkatan dari pilihan j yang disediakan untuk karakteristik i
N = Nomor keseluruhan dari karakteristik
4. Analisis Motivasi Wisatawan
Motivasi berkunjung wisatawan berkunjung dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor diantaranya Novelty seeking, stress busting/fun, achievement dan
family oriented/ education(Josiam & Frazier dalam Siri et.al, 2012). Untuk menganalisis motivasi berkunjung wisatawan, maka digunakan analisis
presentase. Analisis Presentase adalah untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderunganjawaban responden dan fenomena-fenomena di lapangan. Adapun
rumus presentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
p = �
x 100 %
P = Presentase
f = Frekuensi tiap kategori jawaban-jawaban responden
n = Jumlah keseluruhan responden
100% = Bilangan konstanta
Menurut Arikuntoro (2005:57), “setelah dilakukan perhitungan, maka hasil presentase tersebut ditafsirkan dengan kategori sebagai berikut ’’ :
0% : Tidak seorangpun
1%-24% : Sebagian kecil
25%-49% : Hampir setengahnya
50% : Setengahnya
51% - 74% : Sebagian besar
75% - 99% : Hampir seluruhnya
Sefnat Samuel Klawen, 2015
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab
sebelumnya mengenai pengembangan daya tarik wisata capolaga, dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan daya tarik meliputi beberapa
faktor untuk mendukung pengembangan daya tarik wisata capolaga diantaranya
dari aspek atraksi wisata, aspek sarana dan prasarana serta aspek aksebilitas, Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari hasil pembobotan aspek atraksi wisata
memperoleh total bobot 133 dengan nilai rata-rata 19 dan aspek aksebilitas yang
memperoleh total bobot 80 dengan nilai rata-rata 16 termasuk kategori cukup
mendukung, sedangkan untuk aspek sarana dan prasarana memperoleh total bobot
128 dengan nilai rata-rata 16 termasuk ke dalam kategori rendah atau kurang
mendukung.
Kemudian untuk nilai kemenarikandaya tarik wisata objek wisata capolaga
memperoleh nilai 10787,12. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai yang paling
tinggi dalam kemenarikan daya tarik, yaitu dari aspek keindahan dengan nilai
1598,617, sedangkan nilai yang paling rendah yaitu dari cinderamata dengan nilai
486,1712. Rendahnya nilai aspek cinderamata diakibatkan oleh kurang
memadainya cinderamata yang khas dari objek wisata capolaga. Untuk motivasi
wisatawan dapat disimpulkan dari keempat motivasi yang mendominasi motivasi
wisatawan berkunjung ke objek wisata capolaga adalah motivasi fisik dan
motivasi kultural, dua unsur tersebut yang menguatkan wisatawan untuk
berkunjung ke objek wisata capolaga, yang menurut mereka wisata capolaga
memiliki, keindahan, kesejukan dan keunikan tersendiri, seperti udara yang sangat
sejuk hal ini dikarenakan objek wisata capolaga yang berada di kaki Gunung
Sefnat Samuel Klawen, 2015
capolaga yang mungkin jarang ditemui di tempat lain. Semua hal tersebut yang
mempengaruhi motivasi-motivasi wisatawan terutama motivasi fisik dan kultural.
Dari hasil analisis SWOT menunjukan bahwa perlu pengembangan yang
menunjang sarana dan prasarana, serta menambah dan mengoptimalkan atraksi
wisata. Kemudian perlu juga untuk mengoptimalkan peran lembaga-lembaga di
sektor wisata untuk saling bekerjasama dalam pengembangan, seperti dinas
Pariwisata dan para investor.
Pengembangan sarana dan prasarana yang perlu dioptimalkan di objek
wisata capolaga yaitu pengembangan dalam sarana akomodasi, rumah makan,
sarana keamanan, sarana informasi, sarana kebersihan dan terutama sarana
kesehatan yang belum ada di objek wisata capolaga. Sedangkan untuk atraksi
wisata yaitu meningkatkan variasi dan jenis wisata,kesenian, adat istiadat dan
cinderamata. Dari kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengembangan daya tarik di objek wisata capolaga belum terlalu signifikan, hal
tersebut akibat kebutuhan dana untuk pengembangan yang masih kurang.
B. Saran
1. Untuk meningkatkan atau mengoptimalkan objek wisata capolaga, maka pihak
pengelola objek wisata capolaga perlu untuk bekerjasamadengan para investor
dan dinas Budpar Subang.
2. Perlu untuk penambahandi segalah bidang seperti aspek atraksi wisata, sarana dan prasarana, dan aksebilitas,hal tersebut akan berdampak pada tingginya minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata capolaga,seperti mengadakan event-event wisata sebagai hiburan, menambah variasi dan jenis wisata, Akomodasi, Rumah makan/restoran, Sarana informasi, Sarana kesehatan, Sarana kebersihanSarana, keamanan, Sarana hiburan.
3. Meningkatkan sistem informasi dan kualitas promosi, yang lebih efisien dan
Daftar Pustaka
Abdurrachmat, I dan Maryani E. (1998). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi. IKIP Bandung.
Apriani, G. 2010: Strategi Pengembangan Guna Sebagai Wisata Yang Ramah Lingkungan. Skripsi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian Jakarta. Rineka Cipta.
Bandung : RefikaAditama.
Bandung. Jurnal Geografi GEA.
Damanik, J., H. F. Weber (2006). Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
Djakaria, M. Nuur. (2008). Otonomi Daerah Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata. Bandung : Jurnal Geografi GEA.
Gee,Y, Chuk (1981). Resort Development and Management. Watson-Guptil.
Gelgel, I Putu. (2006). Industri Pariwisata Indonesia dalam Global Perdagangan Jasa (Gats-WTO)Implikasih Hukum dan Antisipasinnya.
Handoko, H. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia dan Personalia. Yogyakarta: UGM
Kastolani, W. (2008). Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi Di Kecamatan Cimenyan. Jurnal Geografi GEA. Volume 8. 1- 9. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.
Keputusan Mentri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI No.59/PW.002/MPPT/85 Tentang Kawasan Pariwisata
Logayah, Dina (2007). Sebaran dan kemenarikan Bandung sebagai Kota Wisata Warisan Budaya. Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung.
Marpaung, H dan Bahar, Herman (2002) Pengantar Pariwisata. Bandung :
Marpaung, H. (2000). Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.
Maryani, E (2004). Deversifikasi Pedesaan Melalui Pengembangan DesaWisata.
Maryani, E.(1991). Pengantar Geografi Pariwisata. IKIP : Bandung.
McIntosh. (1997). Karakteristik Wisatawan. Yogyakarta : Andi
Mulyadi, A.J (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Rajawali
Grafindo
Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif. Bandung: Tarsito.
Pendit, Nyoman S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta :
Prandnya Pramita
Publication.
Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Soekadijo, R.G. (1996).Anatomi Pariwisat: Memahami pariwisata sebagai
Sugiarto, D.A 2012. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Linggarjati Sebagai
Kawasan Wisata Sejarah Di Kabupaten Kuningan. Skripsi Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia :
tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Aifabeta
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis
Keruangan. Bandung : Alumni
Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi
Suwantoro. (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Bumi Angkasa
Ukas, M. (2006). Manajemen Konsep Prinsip dan Aplikasi. Bandung : Angnini
Bandung
Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Yoeti, Oka. A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata.Bandung: Angkasa
Yoeti, Oka. A. (2008).Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata, Cetakan Kedua. Pradnya Paramita.
Yuaningsih, Yeni. (2005). Analisis Potensi Kawasan Wisata Di Cilimus
Kabupaten Kuningan. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.