• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2017"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No.14/03/17/Th. XI, 1 Maret 2017

1

No.14/03/17/Th.XI, 1 Maret 2017

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

(NTP)

P

ROVINSI

B

ENGKULU

FEBRUARI

2017

Bulan Februari 2017 Nilai Tukar Petani Provinsi Bengkulu 95,87

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.Semakin tinggi NTP, secara relative semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Bengkulu NTP pada bulan Februari 2017 sebesar 95,87 yang mengalami peningkatan sebesar 0,93 persen dibanding bulan Januari 2017 yaitu sebesar 94,99. Hal ini disebabkan peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 0,63 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,29 persen.

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen yaitu dari 106,51 pada Januari 2017 menjadi 106,49 pada Februari 2017. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,63 persen sedangkan indeks yang dibayarkan petani untuk biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik lebih tinggi sebesar 0,65 persen.

Bila NTP Februari 2017 dibandingkan dengan NTP Januari 2017 hanya 2 subsektor mengalami peningkatan, yaitu subsektor tanaman pangan dan subsektor perkebunan rakyat. Perubahan NTP bulan Februari 2017 untuk masing-masing sub sektor dibanding Januari 2017 adalah sebagai berikut : subsektor tanaman pangan (NTPP) 95,38 (naik 0,74 persen), NTP subsektor hortikultura (NTPH)

 NTP Provinsi Bengkulu bulan Februari 2017 tercatat sebesar 95,87 yang berarti daya beli petani di Provinsi Bengkulu masih defisit sebesar 4,13 persen. Angka ini lebih tinggi dari NTP bulan Januari 2017 sebesar 94,99 atau naik sebesar 0,93 persen.

 Peningkatan nilai tukar pertanian (NTP) terjadi pada semua subsektor. Perubahan NTP bulan Februari 2017 untuk masing-masing sub sektor dibanding Januari 2017 adalah sebagai berikut : subsektor tanaman pangan (NTPP) 95,38 (naik 0,74 persen), NTP subsektor hortikultura (NTPH) 113,27 (turun 0,12 persen), NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) 86,35 (naik 2,11 persen), NTP subsektor peternakan (NTPT) 109,15 (turun 0,65 persen) dan NTP subsektor perikanan/nelayan (NTN) 96,10 (turun 0,13 persen). NTP subsektor perikanan tangkap (NTNT) 103,77 (turun 0,39 persen) dan NTP subsektor perikanan budidaya (NTNB) 93,25 (turun 0,02 persen).

 Nilai tukar usaha pertanian tercatat 106,49 atau turun sebesar 0,02 persen bila dibandingkan dengan bulan Januari 2017 yang tercatat sebesar 106,51.

(2)

113,27 (turun 0,12 persen), NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) 86,35 (naik 2,11 persen), NTP subsektor peternakan (NTPT) 109,15 (turun 0,65 persen) dan NTP subsektor perikanan/nelayan (NTN) 96,10 (turun 0,13 persen). NTP subsektor perikanan tangkap (NTNT) 103,77 (turun 0,39 persen) dan NTP subsektor perikanan budidaya (NTNB) 93,25 (turun 0,02 persen).

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Per Subsektor Pertanian Provinsi Bengkulu Bulan Januari 2017 - Februari 2017

(2012=100)

Subsektor

Bulan Persentase

Januari 2017 Februari 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Tabel 2.

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Februari 2017 (2012=100)

Makanan Bahan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga Transportasi dan Komunikasi Konsumsi Rumah Tangga ( Inflasi) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Bengkulu -1,84 0,26 0,98 0,46 0,68 0,10 0,81 -0,47 1. Tanaman Pangan 94,68 95,38 0,74 2. Hortikultura 113,40 113,27 (0,12)

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 84,57 86,35 2,11

4. Peternakan 109,86 109,15 (0,65)

5. Perikanan 96,22 96,10 (0,13)

5.1. Perikanan Tangkap 104,18 103,77 (0,39)

5.2. Perikanan Budidaya 93,28 93,25 (0,02)

Pertanian

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 94,99 95,87 0,93

(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No.14/03/17/Th. XI, 1 Maret 2017

3

Gambar 1.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Provinsi Bengkulu Februari 2016–Februari 2017 (2012=100)

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Pada bulan Februari 2017 indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan dibanding Januari 2017, yaitu 121,01 menjadi 121,78 atau naik sebesar 0,63 persen. Perubahan pada masing-masing subsektor adalah sebagai berikut: tanaman pangan (0,38 persen), hortikultura (-0.28 persen), tanaman perkebunan rakyat (1,69 persen), peternakan (-0,57 persen) dan perikanan (-0.46 persen), perikanan tangkap (-0,64 persen) dan perikanan budidaya (-0,38 persen).

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada Februari 2017 indeks harga yang dibayar (Ib) petani dilaporkan mengalami penurunan sebesar 0,29 persen dibanding bulan Januari 2017, yaitu dari 127,39 menjadi 127,02. Perubahan Ib pada masing-masing subsektor adalah sebagai berikut ; tanaman pangan (-0,35 persen), hortikultura (-0,16 persen), perkebunan (-0,41 persen), peternakan (0,07 persen), perikanan (-0,33 persen), perikanan tangkap (-0,26 persen) dan perikanan budidaya (-0,36 persen).

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan Februari 2017 nilai tukar petani untuk subsektor tanaman pangan (NTPP) naik sebesar 0,74 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,38 persen dan indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,35 persen. Naiknya It terjadi karena naiknya indeks harga yang diterima petani padi sebesar 0,51 persen sedangkan indeks harga yang diterima petani palawija turun sebesar 0,05 persen.

92,03 92,61 94,05 97,27 96,78 91,64 92,56 93,12 92,85 93,34 94,62 94,99 95,87 100,55 101,93 102,83 101,92 102,20 101,53 102,66 103,77 103,50 104,51 105,93 106,51 106,49 90 92 94 96 98 100 102 104 106 108

Feb'16 Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Dec'16 Jan'17 Feb'17

NTUP

NTP

NTUP

(4)

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan Februari 2017, nilai tukar petani subsektor hortikultura turun sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,28 persen dan indeks yang dibayar petani hanya turun sebesar 0,16 persen. Turunnya It terjadi karena semua indeks subkelompok turun masing-masing subkelompok sayur-sayuran mengalami penurunan yaitu sebesar 0,20 persen, subkelompok buah-buahan turun sebesar 0,77 persen dan subkelompok tanaman obat juga turun sebesar 2,00 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Februari 2017, nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 2.11 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,69 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,41 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Februari 2017, nilai tukar petani sub sektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,65 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima peternak turun sebesar 0,57 persen dan indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,07 persen. Turunnya indeks harga yang diterima peternak (It) terjadi karena indeks sub kelompok ternak besar dan sub kelompok unggas masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,47 persen dan 1,46 persen sedangkan pada subkelompok lainnya mengalami peningkatan masing-masing subkelompok ternak kecil naik 0,32 persen dan subkelompok hasil ternak naik sebesar 0,22 persen.

c. Subsektor Perikanan (NTN)

Pada bulan Februari 2017, nilai tukar petani sub sektor perikanan turun sebesar 0,13 persen. Hal ini terjadi karena penurunan indeks yang diterima nelayan yaitu sebesar 0,46 persen sedangkan indeks yang dibayar hanya turun sebesar 0,33 persen. Turunnya It terjadi karena indeks harga yang diterima nelayan mengalami penurunan pada semua sub kelompok masing-masing sub kelompok perikanan tangkap turun sebesar 0,64 persen dan pada sub kelompok perikanan budidaya turun sebesar 0,38 persen.

d. Subsektor Perikanan Kelompok Perikanan Tangkap ( NTNT)

Pada bulan Februari 2017, nilai tukar nelayan tangkap (NTNT) mengalami penurunan yaitu sebesar 0,39 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima nelayan tangkap turun sebesar 0,64 persen dan indeks yang dibayar turun sebesar 0,26 persen. Turunnya It terjadi karena indeks harga yang diterima nelayan pada sub kelompok penangkapan laut turun sebesar 0,69 persen sedangkan sub kelompok perairan umum naik (0,68 persen).

e. Subsektor Perikanan Kelompok Perikanan Budidaya ( NTNB)

Pada bulan Februari 2017, nilai tukar nelayan budidaya (NTNB ) turun sebesar 0,02 persen. Hal ini terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima nelayan budidaya sebesar 0,38 persen sedangkan indeks yang dibayar turun sebesar 0,36 persen.

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No.14/03/17/Th. XI, 1 Maret 2017

5

Tabel 3.

Indeks yang diterima dan dibayar Petani Per Subsektor dan Perubahannya Bulan Februari 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Januari 2017 Februari 2017 Perubahan (1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 122,94 123,42 0,38

- Padi 119,68 120,29 0,51

- Palawija 135,70 135,63 (0,05)

b. Indeks Dibayar Petani 129,85 129,39 (0,35)

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 143,90 143,50 (0,28)

- Sayur-sayuran 145,80 145,50 (0,20)

- Buah-buahan 129,22 128,23 (0,77)

- Tanaman Obat 126,98 124,44 (2,00)

b. Indeks Dibayar Petani 126,90 126,69 (0,16)

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 109,14 110,99 1,69

- Tanaman Perkebunan Rakyat 109,14 110,99 1,69

b. Indeks Dibayar Petani 129,05 128,52 (0,41)

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 131,58 130,83 (0,57)

- Ternak Besar 129,16 128,56 (0,47)

- Ternak Kecil 133,45 133,87 0,32

- Unggas 131,15 129,23 (1,46)

- Hasil Ternak 144,62 144,94 0,22

b. Indeks Dibayar Petani 119,77 119,86 0,07

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 120,98 120,43 (0,46)

- Penangkapan 129,97 129,13 (0,64)

- Budidaya 117,62 117,17 (0,38)

b. Indeks Dibayar Petani 125,73 125,32 (0,33)

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 129,97 129,13 (0,64) - Penangkapan Perairan Umum 111,59 112,36 0,68 - Penangkapan Laut 130,76 129,86 (0,69) b. Indeks Dibayar Petani 124,76 124,44 (0,26) 5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 117,62 117,17 (0,38) - Budidaya Air Tawar 117,62 117,17 (0,38) b. Indeks Dibayar Petani 126,10 125,65 (0,36)

Pertanian 94,99 95,87 0,93

a. Indeks Diterima Petani 121,01 121,78 0,63

b. Indeks Dibayar Petani 127,39 127,02 (0,29)

Referensi

Dokumen terkait

Yang melatarbelakangi penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMK yang masih tergolong rendah untuk meningkatkan kemampuan ini diperlukan

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang

Ditinjau dari pengembangan sumber daya manusia kependidikan, sejauh itu rekrutmen kepala sekolah terutama pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) belum memenuhi tuntutan

program/kegiatan yang didanai dari APBD kabupaten/kota, APBD provinsi, APBN serta sumber dana lainnya yang

[r]

17 tahun 2014 ini bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat memiliki hak imunitas atau kekebalan yang dalam penjelasannya ditafsirkan bahwa hak imunitas adalah hak

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa perolehan minyak tertinggi dari pirolisis sampah plastik PP diperoleh pada suhu 400 o C sebesar 50,08% berat sedangkan sampah plastik jenis

Latar belakang yang mendasari prosesing benih sistem kering yaitu kondisi cuaca yang tidak menentu dalam melaksanakan prosesing benih sistem basah, seperti hujan,