• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN

INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR

Oleh

DEDI SETIADI B1D 012 064

(2)

PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN

INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR

Oleh

DEDI SETIADI B1D 012 064

SKRIPSI

Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan

Pada Program Studi Peternakan

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN

INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR

Oleh DEDI SETIADI

B1D 012 064

Menyetujui :

Ir. Sumiati. MP

NIP : 19600128 198603 2002

Sukirno, S.Pt., M. Food., St NIP : 1971022 3 200312 1001

Pembimbing I Pembimbing II

Tanggal : Tanggal :

Mengesahkan :

Fakultas Peternakan Universitas Mataram Program Studi Peternakan

(4)

DEDIKASI

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia Yang mengajar manusia dengan pena,

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5) Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13) Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu beberapa derajat (QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah,

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang

telah memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu, Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai

Di penghujung awal perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa

dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya

kecil ini untuk Paman dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini

memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang

tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,,

Paman,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua

pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala

perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya..

Maafkan anakmu Ibu,,Paman masih saja ananda menyusahkanmu..

Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku

menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku

diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,,

membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk

mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..

Untukmu Ibu (SUHARNI ISMAIL) Paman (RIFAID ISMAIL) Ayah (ABAKAR)...Terimakasih.... we always loving you... ( ttd.Anakmu)

(5)

Kepada sahabatku (Raffi Salman, Naufal penggemar poker, Dedi Cala plampang, Rizal

Aduhaiii, Arik, Melen dan Amir) semoga kalian semua cepet nyusul buat wisuda . aku

yakin dan sangat yakin kalian semua bissa !! jangan cepat menyerah apapun yang terjadi,

tetap melangkah meski itu sulit’. Letakkan bayangan toga didepan alis mata, target 5cm

itu pasti kalian raih !!,

... i love you all” :* ...

"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain. "Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik”..

Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan “KELAS A 2012”

“Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa-siapa yang

takkan jadi apa-apa”, buat semua saudara sekaligus sahabatku selama Berada di

LOMBOK, suka cita empat tahun kita lalui bersama,, kini giliranku untuk terbang tinggi

mengejar kalian dan mimpi-mimpi yang pernah kita rangkai.

spesial doa untuk kalian semua semoga cepat terkejar target kalian untuk cepat

wisuda.. Amiiin ya robbal’alamin...

Kalian semua bukan hanya menjadi teman dan adik yang baik, kalian adalah saudara bagiku!!

Spesial buat seseorang !!

Terimakasih Buat seseorang yang berada di relung hati yang masih menjadi rahasia illahi

(Efa Nurmayanti) percayalah bahwa hanya ada satu namamu yang selalu kusebut-sebut dalam benih-benih doaku, semoga keyakinan dan takdir ini terwujud, insyallah jodohnya

kita bertemu atas ridho dan izin Allah S.W.T.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk

sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus

sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk

menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.

Never give up!

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan (S.pt) pada Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

Penulis skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

Kepada :

1. Dr. Ir. Maskur, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram. 2. Dr. Ir. Ashari, M.Si selaku Ketua Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan

Universitas Mataram.

3. Ir. Sumiati, MP selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing, memberi arahan, memotivasi, dan memberi pelajaran berharga bagi penulis. 4. Sukirno, S.Pt., M. Food., St selaku dosen pembimbing kedua yang telah

membimbing dan memberi pelajaran berharga bagi penulis.

5. Rifaid Ismail dan Suharni Ismail, selaku orang tua yang selalu memberi dukungan materi, moral dan semangat yang tiada henti-hentinya, serta do’a yang tulus sehingga ananda diberi kemudahan dalam menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

6. I Nengah Bagiarta, SE selaku pemilik peternakan ayam ras petelur yang digunakan dalam penelitian.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca sekalian.

(7)

PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN

INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR

ABSTRAK

Oleh DEDI SETIADI

B1D 012 064

(8)

THE EFFECT OF FEEDING OF THREE TYPES OF PROTEIN CONCENTRATES ON EXTENAL AND INTERNAL EGG

QUALITY OF LAYING HEN concentrates on external and internal egg quality hen has been done in the Laboratory of Animal Products Processing Technology, Faculty of Animal Science, University of Mataram. The objective of this study was to determine the effects of three types of protein concentrates on the external and internal quality of egg laying hen. The material used in this study were 45 heads of laying hen aged 6 months.this research was designed with one way completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 replications, each replication consisted of five laying hen. The type and percentage quantity of feeding material of the first treatment (P1) consist as follow : yellow corn (40%), rice bran (30%), commercial protein concentrate with brand “RK 24 AA +”( 30%); the second treatmen (P2) consist of : yellow corn (40 %), rice bran (30%), commercial protein concentrated with brand “KR 55 S” (30%); and the third treatment (P3) consist of : yellow corn (40%), rice bran (30%), commercial protein concentrate with brand “KLKS 36 S” (30%). The data obtained in this research was the analize using analysis of variance (ANOVA). The variables measured were egg weight, egg volume, egg density, egg shape index, albumen index, yolk index, yolk weight, yolk color, Haught unit value, eggshell weight, eggshell thickness, and diameter of egg air cell. The results showed that the average of egg weight for P1, P2 and P3 respectively were 54.41 g, 53.88 g, and 56.02 g; egg volume were 49.96 ml, 48.51 ml , and 52.07 respectively; specific gravity of eggs were 1.09 g / ml, 1.11 g /ml, 1.08 g / ml respectively; egg shape index were 79,27, 79.85, and 79.43 respectively, albumen index were 0.09, 0.07, and 0.08 respectively, yolk index were 0.46, 0.46, and 0.45 respectively; yolk weight were 11.98 g, 12.09 g, and 13.54 g respectively; yolk color were 6.89, 6,55,and 6.85 respectively; the value of Haught unit were 99.84, 93.17,and 92.07 respectively; eggshell weight were 6.34 g, 6.32 g, and 6.50 g respectivel; eggshell thickness were 0.41 mm, 0.40 mm, and 0.42 mm respectively; the diameter of the egg air cell were 13.98 mm, 12.82 mm, and 13.72 mm respectively; Results of statistical analysis obtained showed that feeding of three different types of protein concentrates have no significant effect (P> 0.05) on egg weight, egg volume, density of eggs, index of egg shape, index of albumen, index of yolk, yolk weight, yolk color, value of Haught unit, eggshell weight, eggshell thickness, and diameter of egg air cell.

(9)

DAFTAR ISI

Tinjauan Umum Ayam Ras Petelur... 5

(10)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian... 19

Materi Penelitian... 19

Metode Penelitian ... 22

Rancangan Penelitian... 25

Variabel yang diamati ... 25

Analisis Data ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras ... 27

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1.Komposisi Kimia Telur Ayam (%)... 14

2. Standar Berat Telur Berdasarkan Berat dan Kelompoknya ... 15

3.Komposisi Zat Gizi Bahan Pakan Penelitian ... 19

4.Susunan Ransum Ayam Penelitian ... 20

5.Rata- rata Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras Petelur CV.909... 27

6.Perbandingan Hukum Archimedes dengan Metode Prediksi... 27

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

1. Grafik batang rata-rata berat telur ayam ras strain CV.909 ... 27

2. Grafik batang rata-rata volume telur ayam ras strain CV.909... 29

3.Grafik batang rata-rata berat jenis telur ayam ras strain CV.909 ... 31

4.Grafik batang rata-rata indeks bentuk telur ayam ras strain CV.909... 33

5.Grafik batang rata-rata indeks albumen telur ayam ras strain CV.909….. 35

6.Grafik batang rata-rata indeks yolk telur ayam ras strain CV.909 ... 37

7.Grafik batang rata-rata berat yolk telur ayam ras strain CV.909... 39

8.Grafik batang rata-rata warna yolk telur ayam ras strain CV.909... 41

9.Grafik batang rata-rata nilai Haught unit telur ayam ras strain CV.909 ...42

10.Grafik batang rata-rata berat kerabang telur ayam ras strain CV.909…. 44 11.Grafik batang rata-rata tebal kerabang telur ayam ras strain CV.909... 46

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Halaman

1. Menghitung Sidik Ragam Kualitas Ekternal dan Internal Telur ... 82

2.Menghitung Nilai Haught Unit Telur... . 108

3.Produksi Telur Ayam Ras Strain CV.909 (butir/minggu) ... 111

4.Konsumsi Ransum per Minggu Selama Penelitian... 111 5.Ransum Yang diberikan, pakan sisa dan pakan yang di konsumsi….. 6.Perbandingan Hukum Archimedes dengan Metode Prediksi………..

7.Dokumentasi Penelitian………..

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Unggas merupakan salah satu penyumbang protein hewani terbanyak di Indonesia, salah satunya adalah telur. Telur merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat indonesia selain memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, telur juga memiliki nilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein dengan asam amino yang lengkap dan seimbang, lemak vitamin, mineral, dan mempunyai daya cerna yang tinggi, selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah, ayam ras petelur merupakan salah satu komoditi ternak yang menghasilkan telur. Untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik salah satunya dipengaruhi oleh pakan yang diberikan (Sirait, 1986).

Dalam pemeliharaan ternak unggas pakan merupakan biaya yang cukup tinggi kurang lebih 60-70% dari total biaya produksi. Biaya untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya. Fungsi pakan pada makhluk hidup terutama ternak adalah sebagai penghasil energi, yang selanjutnya akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya memelihara jaringan tubuh, serta produksi telur dan reproduksi (Wahyuningsih, 1998).

(15)

produksi telur ternak membutuhkan pakan, ketenangan, dan kesehatan. Selain itu produksi telur tergantung pada kemampuan genetis unggas serta kualitas pakan yang diberikan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan kualitas telur yang baik maka perlu dimbangi dengan kualitas pakan secara lengkap. Pakan lengkap merupakan pakan yang mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan ternak unsur gizi tersebut di antaranya protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Salah satu pakan yang memiliki kandungan gizi yang seimbang serta memenuhi kebutuhan ternak yaitu konsentrat protein.

Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai pakan pelengkap (Hartadi et al., 1991). Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun dari biji-bijian dan limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi. Peranan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrien yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat. Penambahan konsentrat dalam ransum ternak merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi (Akoso, 1996).

(16)

Tenggara Barat khususnya di Kota Mataram adalah konsentrat protein RK 24 AA+, KLK super 36 dan KR 55 S. Konsentrat protein RK 24 AA+ merupakan konsentrat protein yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand, konsentrat protein KLK super 36 merupakan konsentrat yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia, sedangkan konsentrat protein KR 55 S adalah konsentrat protein yang diproduksi PT. Wirifa Sakti. Apabila dijadikan sebagai pakan komplit untuk ayam ras petelur maka perlu ditambahkan dengan konsentrat energi seperti jagung kuning, dan dedak padi, sehingga kebutuhan protein, energi, dan mineral sesuai dengan kebutuhan ternak.

Berdasarkan kandungan nutrisi yang tersedia pada pakan konsentrat protein dan ketersediaannya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan untuk unggas, untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein KLK 36 S, RK 24 AA+ , KR 55 S dan pengaruhnya terhadap kualitas telur ayam ras dengan harapan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui kualitas pakan yang akan diberikan. Diharapkan penelitian mengenai konsentrat protein ini dapat meningkatkan produksi dan kualitas telur pada ayam ras.

(17)

kuning telur, kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya noda-noda bintik darah (Nort dan Bell disitasi oleh Tugiyanti, 2012). Kualitas tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti bangsa ayam, penyakit, pakan yang diberikan dan perlakuan terhadap telur tersebut.

Komposisi kimia dan kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya bangsa ayam, umur, musim, penyakit dan lingkungan, pakan yang diberikan serta sistem pemeliharaan (North dan Belldisitasi oleh Tugiyanti, 2012). Kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan sangat menentukan terhadap produksi dan kualitas telur baik secara fisik/ekternal maupun secara kimiawi/internal.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan pemberian tiga jenis konsentrat protein dalam pakan terhadap kualitas telur ayam ras petelur. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian tiga jenis konsentrat protein terhadap kualitas eksternal dan interna telur ayam ras petelur.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Ayam Ras Petelur

Awal mula ayam petelur berasal dari ayam liar yang ditangkap dan dipelihara karena mampu menghasilkan telur yang banyak. Di awal tahun 1900 an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Kemudian pada tahun 1940-an, orang mulai mengenal ayam yang saat itu dipelihara oleh penduduk Belanda, sehingga diberi nama ayam Belanda atau ayam negeri. Pada perkembangan selanjutnya, ayam liar ini disebut ayam lokal atau ayam kampung, sedangkan ayam Belanda disebut ayam ras (Anonim, 2000).

Ayam domestik termasuk dalam spesies Gallus gallus tetapi terkadang ditujukan kepada Gallus domesticus. Ayam diklasifikasikan sebagai berikut (Scanes et al., 2004) :

Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata

Kelas : Aves

Superordo : Carinatae

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus

(19)

ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai berkembang. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak (Anonim, 2000).

Berdasarkan berat badannya, ayam ras petelur dibagi menjadi dua tipe yakni ayam ras petelur tipe ringan, dan ayam ras petelur tipe medium. Ayam tipe medium umumnya berwarna coklat dan lebih diminati oleh peternak ayam petelur. Ayam ras petelur medium tergolong ayam dwiguna, sebab selain dapat memproduksi telur, juga dapat menghasilkan daging yang banyak pula. Bobot ayam ini cukup berat, meskipun beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam pedaging (Anonim, 2000).

Ayam ras petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara dengan tujuan untuk diambil telurnya. Berbagai seleksi telah dilakukan, salah satunya diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan. Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul (Anonim, 2000).

Berdasarkan manajemen pemeliharaannya, ayam ras petelur dikelompokkan dalam 3 fase pertumbuhan, yakni; fase starter, fase grower,

(20)

ayam tua. Boling et al., (2000) mengemukakan bahwa ayam tua adalah ayam yang berumur 70 sampai 76 minggu.

Ayam ras petelur yang banyak dikembangkan di pulau Lombok adalah ayam ras brown legion produksi Charoen Pokphand, mempunyai produksi telur yang tinggi. kurang lebih 300 butir / tahun. Produksi telur yang tinggi dapat dicapai apabila diberikan pakan yang sesuai dengan kebutuhan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Selanjutnya Scott (1982) menyatakan bahwa tingkat produktivitas ternak termasuk produksi telur sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan. Jenis bahan pakan yang biasa digunakan dalam meramu pakan ayam ras petelur adalah jagung kuning, dedak padi dan konsentrat protein buatan pabrik dengan komposisi sesuai dengan yang tercantum dalam kemasan dari pabrik.

Konsentrat

(21)

Konsentrat dibedakan dua kelompok, yaitu konsentrat sumber energi (carbonaseous concentrate) dan konsentrat sumber protein (proteinaseous concentrate). Carbonaseous concentrate merupakan konsentrat yang mengandung energi tinggi, protein rendah dengan protein kasar kurang dari 20 persen dan serat kasar 18 persen, sedangkan proteinaseous concentrate

adalah konsentrat yang mengandung protein tinggi dengan protein kasar lebih dari 20 persen (Prawirokusumo, 1994).

Konsentrat sumber protein

Semua macam bahan pakan yang mengandung protein kasar >20%. Penggunaan konsentrat protein terutama ditujukan untuk ternak muda, ternak tumbuh cepat dan ternak produksi tinggi. Berdasarkan sumbernya, bahan konsentrat protein berasal dari:

1. Limbah dari ikan laut 2. Hewan darat

3. Tanaman

4. Asam amino sintetik

(22)

polar yang memiliki kemampuan untuk memisahkan fraksi gula larut air dan lemak tanpa melarutkan proteinnya (Amoo et al. 2006).

Konsentrat sumber energi

Semua macam bahan pakan yang merupakan sumber energi dan memenuhi syarat tertentu (serat kasar < 18%, dinding sel <35% dan protein < 20%). Kegunaannya konsentrat sumber energi yaitu untuk menaikkan jumlah konsumsi energi atau untuk menaikkan densitas energi di dalam ransum. Energi yang terkandung di dalam konsentrat energi terutama berasal dari karbohidrat yang mudah larut ataupun minyak dan lemak bahan pakan yang tinggi kandungan energinya (DE, ME atau NE) pada umumnya mengandung protein rendah sampai sedang, walaupun ada beberapa macam yang mengandung protein tinggi. Ternak lebih mudah mendapat energi dari konsentrat energi daripada yang berasal forage walaupun energi bruto atau

gross energy(GE) hampir sama (Amoo et al. 2006). Bahan Konsentrat Energi meliputi:

1. Berbagai macam bahan pakan butiran sebangsa padi termasuk hasil sampingnya

2. Berbagai macam umbi

3. Berbagai macam tetes dan yang sejenis 4. Berbagai macam minyak dan lemak

(23)

Jenis konsentrat protein produk industri pakan ternak yang terdapat di poultry shop di Nusa Tenggara Barat khususnya di Kota Mataram adalah konsentrat protein RK 24 AA+, KLK super 36 dan KR 55 S. Konsentrat protein RK 24 AA+ merupakan konsentrat protein yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand yang memiliki kandungan nutrisi yaitu kadar air 12%, protein 34-36%, lemak 3%, serat 8%, abu 30%, kalsium 10%, dan fosfor 1.1%. Konsentrat protein KLK super 36 merupakan yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan kandungan nutrisi yaitu kadar air 11%, protein kasar 34-36%, lemak kasar 3-7%, serat kasar 7%, abu 35%, kalsium 11-12%, dan fosfor 1.0-1,5%. Sedangkan konsentrat protein KR 55 adalah konsentrat protein yang diproduksi PT. Wirifa Sakti dengan kandungan nutrisi yaitu kadar air 15%, protein kasar 34-35%, lemak kasar 3%, serat kasar 5%, abu 33%, kalsium 9-12%, dan fosfor 1.0-2%. Apabila dijadikan sebagai pakan komplit untuk ayam ras petelur maka perlu ditambahkan dengan konsentrat energi seperti jagung kuning, dan dedak padi, sehingga kebutuhan protein, energi, dan mineral sesuai dengan kebutuhan ternak.

Deskripsi Telur

(24)

tubuh manusia seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta memiliki daya cerna yang tinggi, telur merupakan sumber protein yang baik, kadar protein telur sekitar 14%, lemak 12%, serta vitamin dan mineral.

Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya, kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti zat besi, fosfor, sedikit kalsium dan vitamin B kompleks. Jumlah putih telur sekitar 60% dari seluruh isi telur mengandung protein dan sedikit karbohidrat. Selain itu telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin A dan D (dalam kuning telur). Satu butir telur berukuran sedang 50-55 gram akan memberikan energi sekitar 80 kkal (Nurharisah, 2012).

Ciri-ciri telur yang baik antara lain : kerabang bersih, halus, rongga udara kecil, kuning telurnya terletak ditengah dan tidak bergerak, putih telur bagian dalam kental dan tinggi pada bagian putih telur maupun kuning telur tidak terdapat noda darah maupun daging. Bentuk telur serta besarnya juga proporsional dan normal (Sudaryani dan Samosir,1997).

(25)

kental dan bening. Biasanya putih telur ini masih terbagi atas 2 lapisan yaitu lapisan yang kental didekat kuning telur dan lapisan yang encer dibagian terluar kuning telur. Bila semua lapisan telurnya sudah encer maka kualitas telur itu mulai merosot (Rasyaf, 1996).

Komposisi Kimia Telur

Di dalam telur terkandung zat-zat gizi yang sebetulnya disediakan bagi perkembangan sel telur. Struktur fisik telur dapat terbagi menjadi tiga bagian utama berturut-turut dari yang paling luar sampai yang paling dalam adalah kerabang, putih telur, dan kuning telur (Buckle et al., 1987). Menurut Romanof (1963), telur ayam terdiri dari atas tiga komponen pokok utama yaitu kerabang telur sebanyak ± 11%, putih telur ± 57%, dan kuning telur ± 32%. Komponen-komponen fisik telur terdiri dari :

a. Putih Telur (Albumen). Kurang lebih 60% dari berat telur terdiri atas putih telur cair dan kental, putih telur paling luar ± 23,2% merupakan putih telur cair terdiri atas mucin fiber cair tidak berwarna, putih telur di tengah ± 57,3% merupakan putih telur kental terdiri atas mucin fiber agak kental atau padat berwarna putih, dan putih telur yang paling dalam ±16,8% merupakan lapisan putih telur cair seperti lapisan luar terdiri atas mucin fiber cair (Hanartani, 2008).

(26)

golongan karotenoid yaitu xantophyll, lutein dan zeasantin serta sedikit β-karoten dan kriptosantin (Sudaryani, 2003). Kuning telur merupakan bagian telur terpenting, karena didalamnya terdapat bahan makanan untuk perkembangan embrio. Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan puith telur, yang terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Sarwono, 2001).

c. Kerabang Telur. Kerabang ayam tebalnya ± 0,31 mm, komposisi kerabang terdiri dari atas 98,2% kalsium, 0,9% magnesium, dan 0,9% fosfor. Tebal kerabang bervariasi tergantung pada hereditas, species, musim dan makanan P, Ca, Mg dan vitamin D.

d. Pori-Pori Kerabang. Biasanya jumlah pori pada ujung yang tumpul lebih banyak tergantung bentuk pori. Kerabang telur ayam oval ukuran 0,029 x 0,022 mm - 0,011 x 0,009 mm.

e. Warna Kerabang. Dipengaruhi oleh faktor genetik, asupan nutrisi, kondisi lingkungan, dan penyakit. Adanya zat warna phorpyrin di saluran reproduksi ayam menyebabkan warna pada kerabang telur. f. Ruang Udara (Air Cell). Pada telur yang segar volume ruang udara ±

(27)

Komposisi zat gizi telur ayam dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Ayam ( % )

Telur ayam

Komponen Telur utuh Putih telur Kuning telur

Protein 13,00 10,30 16,15

Lemak 11,59 0,03 34,65

Karbohidrat 0,65 0,65 0,60

Abu 0,90 0,55 1,10

Air 73,70 88,57 48,50

Sumber : Winarno dan Koswara 2002.

Kualitas Telur

Penentuan kualitas dan pengukuran kulitas telur mencakup dua hal yakni kualitas eksterior dan interior kualitas eksterior meliputi berat telur, tebal kerabang, warna kerabang, kebersihan, bentuk serta ukuran telur (indeks telur), sedangkan kualitas interior meliputi haugh unit, indeks putih telur, indeks kuning telur, dan warna kuning telur (Stadellman dan Cotterill, 1995).

Kualitas eksterior dan interior telur terdiri dari : 1. Kualitas Eksternal Telur

a. Berat Telur

(28)

(1985), bahwa faktor terpenting dalam pakan yang mempengaruhi berat telur adalah protein terutama kandungan asam-asam amino karena lebih dari 50% berat kering telur adalah protein. Romanoff dan Romanoff (1963) serta Buckle et al.,(1985), menyatakan bahwa penyusutan berat telur disebabkan terjadinya penguapan air selama penyimpanan, terutama pada bagian putih telur dan sebagian kecil oleh penguapan gas-gas seperti CO2, NH3, dan H2S akibat degradasi komponen organik telur. Standar berat telur berdasarkan berat dan kelompoknya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar Berat Telur Berdasarkan Berat dan Kelompoknya

No Kelompok Berat perbutir (g)

1 Jumbo Lebih dari 65

2 Extra jumbo 60-65

3 Large 55-60

4 Medium 50-55

4 Small 45-50

5 Peewee Kurang dari 45

Sumber : Anonim, 2013.

b. Tebal Kerabang

(29)

telur akan semakin baik jika tekstur kulitnya halus dan keadaan kulit telur utuh serta tidak retak.

2. Kualitas internal telur a. Indeks Putih Telur

Indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur dengan diameter rata-rata dari putih telur kental (Wotton, 1978 dalam Hidayanti 2004). Apabila telur disimpan, makin lama indeks albumen akan menurun dan semakin kecil, ini disebabkan karena putih telur semakin encer. Putih telur menurun selama penyimpanan karena pemecahan ovomucin yang dipercepat naiknya pH (Card and Neishein, 1979). Menurut Romanof dan Romanof (1963), indeks putih telur ayam yang masih segar sekitar 0,05-0,17 mm pada umumnya sekitar 0,09-0,12 mm.

b. Indeks Kuning Telur

Indeks kuning telur merupakan perbandingan tinggi kuning telur dengan diameternya yang diukur setelah dipisahkan dari telurnya.Telur segar mempunyai indeks kuning telur 0,33-0,50 mm dengan rata-rata 0,42 mm. Semakin tua atau lama umur telur (sejak ditelurkan unggas) indeks kuning telur akan semakin menurun karena penambahan ukuran kuning telur akibat perpindahan air (dari putih ke kuning telur).

c. Haugh Unit(HU)

(30)

telur sehinnga menyebabkan turunnya konsentrasi ion bikarbonat dalam putih telur dan menyebabkan rusaknya sistem buffer sehingga kekentalan putih telur menurun dan penyusutan berat telur disebabkan terjadinya penguapan air selama penyimpanan. Nilai haugh unit untuk telur baru ditelurkan nilainya 100, sedangkan telur dengan mutu terbaik nilainya diatas 72 dan telur busuk nilainya dibawah 50 (Buckle et al., 1985). Penentuan kualitas telur berdasarkan haugh unit menurut standar United Stated Departement of Agriculture(USDA) adalah sebagai beikut:

1. Nilai HU kurang dari 31 digolongkan C 2. Nilai HU kurang dari 31-60 digolongkan B 3. Nilai HU kurang dari 60-72 digolongkan A 4. Nilai HU lebih dari 72 digolongkan AA

Rumus Haught Unit:

HU = 100 log ( H + 7,57 –1,7 W 0,37 ) Keterangan :

HU : Haugh Unit

H : Tinggi Putih Telur (mm) W: Berat Telur (g)

d. Warna Kuning Telur

(31)
(32)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Batu Rujung Kelurahan Pagutan Barat, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan selama satu bulan, mulai dari bulan Mei - Juni dan dilanjutkan dengan uji kualitas eksternal dan internal telur di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Ternak (TPHT) Fakultas Peternakan Univeritas Mataram. Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Ayam ras petelur strain cv.909sebanyak 45 ekor dengan umur 19 minggu. 2. Pakan tersusun dari dedak padi, jagung kuning dan konsentrat Protein RK

24 AA+ produki PT. Charoen Pokphand, KR 55 produksi PT. Wirifa Sakti, dan KLKS 36 produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia.

Adapun komposisi zat gizi dan susunan ransum yaitu sebagai berikut : Tabel 3. Komposisi zat gizi bahan pakan penelitian

Bahan pakan PK

1. Dedak padi* 13 2100 0.06 1.5

2. Jagung kuning* 8.6 3329 0.02 0.28

3. Konsentrat protein RK 24 AA+** 36 1985 10 1.1

4. Konsentrat protein KLKS 36*** 35 1826.22 12 2

5. Konsentrat protein KR 55**** 36 1840 12 1.5

Sumber : * NRC (1994)

(33)

Tabel 4. Susunan ransum ayam penelitian

Protein kasar (%) 18.14 18.14 17.84

Energi metabolis (kkal/kg) 2557.4 2513.6 2509.5

Ca (%) 3.026 3.626 3.626

P (%) 0.892 1.012 1.162

Sumber : Data primer diolah (2016) Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Alat Kandang

a. Menggunakan kandang baterai yang berukuran 40 x 40 cm, masing-masing kandang baterai diisi 1 ekor ayam dan dilengkapi dengan tempat minum dan tempat pakan.

b. Sekop untuk mencampur pakan.

c. Ember dan karung untuk menaruh pakan yang sudah dicampur. d. Ballpoint untuk mencatan hasil penelitian.

e. Timbangan dengan kapasitas 5 kg untuk menimbang bahan pakan, sisa pakan, dan pakan yang akan diberikan.

(34)

2. Alat Laboratorium

a. Timbangan analitik untuk menimbang bobot telur.

b. Jangka sorong untuk mengukur lebar telur, panjang telur, rongga udara.

c. Plat kaca sebagai alas untuk mengukur, indeks kuning telur, warna kuning telur, dan indeks putih telur yang sudah dipecah.

d. Scalpel atau Pisau untuk memecah telur.

e. Yolk colour fan untuk membandingkan warna kuning telur. f. Egg separator sebagai tempat memisah kuning telur. g. Gunting untuk memotong kuning telur.

h. Depth micrometer untuk mengukur tinggi yolk dan albumen telur. i. Piring alumunium sebagai wadah penyimpanan telur.

(35)

Metode penelitian

Adapun tahap penelitian yang akan dilakukan terdiri dari : Tahap 1. Persiapan

1. Mempersiapkan kandang.

2. Mempersiapakan ayam ras petelur sebanyak 45 ekor yang dikelompokkan dalam tiga kelompok perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari lima ekor ayam. Semua ayam dari masing-masing perlakuan dimasukan ke dalam kandang secara acak.

3. Menyiapkan pakan.

Pada tahap ini pakan yang akan digunakan dalam penelitian yaitu terdiri dari dedak padi, jagung kuning, dan konsentrat protein, disimpan dalam area kandang . Yang natinya pakan tersebut akan digunakan dalam bahan penelitian selama satu bulan. Sebelum proses pengambilan data, ayam yang digunakan dalam penelitian ini dibiasakan mengkonsumsi ketiga jenis pakan tersebut untuk proses adaptasi.

Tahap II. Pemberian pakan dan air minum

(36)

Tahap III. Analisis Kualitas Telur

Tahapan yang dilakukan pada analisis telur meliputi : 1. Pengambilan sampel

Pengukuran kualitas telur untuk pengujian eksternal dan internal dilakukan pada periode produksi awal, tengah dan akhir produksi ,dimana setiap perlakuan dan ulangan masing-masing 3 butir telur, sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah 81 butir telur dan setiap telur diberi kode sesuai perlakuan.

2. Analisis kualitas telur 1. Pengukuran Berat Telur

a. Masing-masing telur diberi kode sesuai perlakuan b. Telur ditimbang dan dicatat berat telur (g)

2. Pengukur Indeks Putih Telur

a. Telur yang sudah ditimbang kemudian dipecah dan diletakkan di atas plat kaca

b. Tinggi putih telur diukur menggunakan jangka sorong, bagian putih telur yang diukur dipilih antara tinggi kuning telur dan putih telur kental dan diukur rata-rata diameter putih telur

c. Tinggi putih telur dan diameter putih telur diukur kemudian dihitung dan dicatat hasil perhitungan indeks putih telur yang diperoleh dari indeks putih telur degan rumus indeks putih

AI =AB

(37)

B = Diameter Putih Telur 3. Pengukuran Indeks Kuning Telur

a. Telur yang sudah ditimbang, kemudian dipecah dan diletakkan di atas plat kaca

b. Tinggi kuning telur diukur menggunakan jangka sorong, bagian kuning telur yang diukur dipilih bagian tengah dari bagain kuning telur dan diukur rata-rata diameter kuning telur

c. Tinggi kuning telur degan diameter kuning telur dibandingkan dan catat hasil pengukuran dangan perhitungkan indeks kuning telur yang diperoleh dari indeks kuning telur degan rumus indeks kuning telur menurut Laily dan Suhendra (1979).

YI =AB

Keterangan : YI= Yolk Indeks

A = Tinggi Kuning Telur B = Diameter Kuning Telur 4. Pengukuran Haugh unit(HU)

a. Telur yang sudah ditimbang, kemudian dipecah dan diletakkan di atas pelat kaca datar

(38)

H : Tinggi Putih Telur (mm) W: Berat Telur (g)

5. Pengukuran Warna Kuning Telur

a. Telur yang sudah dipecah, dipisahkan antara putih telur dan kuningnya, kemudian disesuakan warna kuning telur dengan kipas seri warna (yolk colour fan)

b. Warna kuning telur disesuaikan dengan warna kuning pada kipas Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan menggunakan 3 perlakuan yaitu:

P1 = jagung kuning, dedak padi, dan konsentrat protein RK 24 AA+. P2 = jagung kuning, dedak padi, dan konsentrat protein KR 55 S. P3 = jagung kuning, dedak padi, dan konsentrat protein KLKS 36 S.

Setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri atas 5 ekor ayam sehingga jumlah ayam yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 45 ekor.

Variabel Yang Diamati

Adapun variable yang diamati dalam penelitian ini yaitu kualitas eksternal dan internal telur ayam ras petelur.

Analisis Data

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian tentang pemberian tiga jenis konsentrat protein dalam ransum terhadap kualitas eksternal dan internal telur ayam ras petelur tercantum pada tabel 5 dan 7 :

Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras

Tabel 5. Rata- rata Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras Petelur CV.909.

Variabel Perlakuan

P1 P2 P3

1. Berat Telur (g/butir) 54.41a 53.88a 56.02a

2. Volume Telur (ml) 49.96a 48.51a 52.07a

3. Berat Jenis Telur (g/ml) 1.09a 1.11a 1.08a

4. Indeks Bentuk Telur 79.27a 79.85a 79.43a

Keterangan : Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05).

1. Berat Telur

Rata-rata berat telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat telur 54,41 g/butir, dan perlakuan P2 memiliki berat telur 53,88 g/butir, dan perlakuan P3 memiliki berat telur 56,02 g/butir. Berat telur yang diperoleh dalam penelitian ini termasuk dalam kategori medium dan large. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonin, 2013) yang menyatakan bahwa berat telur kategori medium berkisar dari 50-55 g/butir dan kategori large berkisar 55-60 g/butir.

(40)

sama yaitu iso protein dan iso energi. Selain kualitas pakan yang relatif sama juga umur ayam yang digunakan dalam penelitian juga sama yaitu umur 6 bulan.

Sesuai dengan pendapat Wahju (1997) yang menjelaskan lebih lanjut bahwa faktor yang mempengaruhi bobot telur diantaranya adalah besarnya kandungan protein dalam ransum yang dikonsumsi. Argo (2013) lebih lanjut menyatakan bahwa berat telur dipengaruhi oleh protein, lemak dan asam amino esensial yang terkandung dalam ransum. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap berat telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik batang rata-rata berat telur ayam ras strain CV.909.

Menurut Anggrodi (1985) berat telur dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genetik, umur, tingkat dewasa kelamin, obat-obatan, penyakit, dan umur telur. Lebih lanjut menambahkan bahwa faktor terpenting dalam pakan yang mempengaruhi berat telur adalah protein dan asam amino, karena kurang

(41)

lebih 50% dari berat kering adalah protein. Penurunan berat telur dapat disebabkan defisiensi asam amino dan asam linoleat.

2. Volume Telur

Rata-rata volume telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki volume telur 49,96 ml, dan perlakuan P2 memiliki volume telur 48,51 ml, dan perlakuan P3 memiliki volume telur 52,07 ml.

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata volume telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap volume telur. Tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap volume telur dari ketiga perlakuan ini disebabkan karena persentase penggunaan konsentrat protein dalam ransum yang berbeda dari setiap perlakuan memiliki persentase protein yang relatif sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan konsentrat protein dari ketiga perlakuan tersebut tidak mempengaruhi volume telur .

(42)

V= volume benda yang tercelup (m3) P = masa jenis zat cair (kg/m3) g = percepatan gravitasi (N/kg)

Hukum ini juga bukan suatu hukum fundamental karena dapat diturunkan dari hukum newton juga. Bila gaya Archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya = 0 dan benda melayang. Bila FA>W maka benda akan terdorong ke atas akan melayang, jika rapat massa fluida lebih kecil dari pada rapat massa telur maka agar telur berada dalam keadaan seimbang, volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume telur. Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang dipindahkan harus sama dengan volume telur dan rapat massa cairan sama dengan rapat massa benda. Jika rapat massa benda lebih besar dari pada rapat massa fluida, maka bneda akan mengalami gaya total ke bawah yang tidak sama dengan nol. Artinya benda akan jatuh tenggelam. Berdasaran Hukum Archimedes, sebuah benda yang tercelup kedalam zat cair akan mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi atau gaya berat dan gaya ke atas (FA) dari zat cair itu (Hanartani dan Kisworo, 2010). Selain Hukum Archimedes dalam pengukuran volume telur terdapat pula metode prediksi volume telur dengan rumus :

V = 0,913 x W

(43)

Berikut ini adalah tabel hasil perbandingan antara volume telur yang diperoleh dari Hukum Archimedes dan volume telur yang diperoleh berdasarkan metode prediksi.

Tabel 6. Perbandingan Hukum Archimedes dengan Metode Prediksi

Jumlah

81 Rata-rata 54.77 50.19 50.01 2.92 5.89

81 Nilai

Sumber : Data Primer diolah (2016).

Berdasarkan dari hasil tabel di atas menunjukan bahwa volume rata-rata telur (n=81) yang diperoleh dengan menggunakan metode Hukum Archimedes adalah 50,19 ml sedangkan volume rata-rata telur (n=81) dengan rumus prediksi adalah 50,01 ml dengan selisih dan persentase selisih masing-masing 2,92 ml dan 5,89 ml. Dengan demikian cara untuk memperoleh volume telur dengan menggunakan metode Hukum Archimedes dan metode prediksi menunjukan hasil yang sangat akurat untuk menentukan volume telur.

(44)

produksi awal. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap volume telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.Grafik batang rata-rata volume telur ayam ras strain CV.909.

(45)

3. Berat Jenis Telur

Rata-rata berat jenis telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat jenis telur 1.09 g/ ml, dan perlakuan P2 memiliki berat jenis telur 1.11 g/ml, dan perlakuan P3 memiliki berat jenis telur 1.08 g/ml. Berat jenis telur yang diperoleh dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal sesuai dengan pendapat USDA (United States Departement of Agriculture), berat jenis telur normal yaitu berkisar 1,09 g/ml.

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat jenis telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap berat jenis telur, tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap berat jenis telur dari ketiga perlakuan ini disebabkan karena presentase penggunaan mineral seperti kalsium dalam ransum relatif sama yang berkisar antara 3.026 %- 3.626 %. Berat jenis telur diperoleh dari hubungan antara berat telur dan volume telur.

(46)

Hendratno, Sjofjan dan Djunaidi (2013) menjelaskan bahwa peningkatan nilai

specific gravity dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan, mineral penyusun kerabang dan rongga udara didalam telur. Specific gravity keseluruhan dipengaruhi oleh jumlah proporsional rongga udara dan berat jenis kerabang. Ahmad, Yadalam dan Roland (2003) menjelaskan telur tersusun atas empat komponen dasar yaitu kuning telur, putih telur, selaput kerabang dan kerabang. Bobot jenis tiap komponen tersebut berbeda-beda yaitu kerabang memiliki berat jenis 2,33; kuning telur 1,03; putih telur 1,04; dan selaput kerabang 1,08. Nilai specific gravity dari kerabang tersebut lebih tinggi dua kali dibanding dengan kuning telur, putih telur dan selaput kerabang, oleh karena itu kerabang sangat berpengaruh pada specific gravity dari telur utuh. Dewi (2006) menambahkan bahwa keuntungan dari specific gravity adalah sederhana dan mudah dilakukan untuk mengetahui kualitas kerabang telur pada fase umur tertentu akan mengalami penurunan. Cara penentuan kualitas kerabang menggunakan specific gravity ini hanya dilakukan pada telur segar. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap berat jenis telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik batang rata-rata berat jenis telur ayam ras strain CV.909.

(47)

4. Indeks Bentuk Telur

Rata-rata indeks bentuk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks bentuk telur 79,27, dan perlakuan P2 memiliki indeks bentuk telur 79,85, dan perlakuan P3 memiliki indeks bentuk telur 79,43. Indeks bentuk telur yang diperoleh dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal sesuai dengan pendapat Romanoff (1963), menyatakan bahwa indeks bentuk telur yang baik berkisar 70 – 79.

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata indeks bentuk telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks bentuk telur. Indeks bentuk telur yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 79,27-79,85 hampir mendekati kisaran indeks bentuk telur 77 Hal ini disebabkan karena ayam masih dalam awal produksi telur.

(48)

lebar tidaknya diameter isthmus. Semakin lebar diameter isthmus, maka bentuk telur yang dihasilkan cenderung bulat dan apabila diameter isthmus sempit, maka bentuk telur yang dihasilkan cenderung lonjong. Semakin tinggi nilai indeks telur, maka bentuk telur tersebut akan semakin bulat (Pilliang, 1992 dan Septiawan, 2007). Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap indeks bentuk telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4.Grafik batang rata-rata indeks bentuk telur ayam ras strain CV.909.

Kualitas Internal Telur Ayam Ras

Tabel 7. Rata- rata Kualitas Internal Telur Ayam Ras Petelur CV.909.

Variabel Perlakuan

5. Nilai Haugh Unit 99.84a 93.17a 92.07a

6. Berat Kerabang (g) 6.34a 6.32a 6.50a

7. Tebal Kerabang (mm) 0.41a 0.40a 0.42a

8. Diameter Rongga Udara 13.98a 12.82a 13.72a

Keterangan : Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05).

(49)

1. Indeks Albumen

Rata-rata indeks albumen telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks albumen telur 0,09, dan perlakuan P2 memiliki indeks albumen telur 0,07, dan perlakuan P3 memiliki indeks albumen telur 0,08. Indeks albumen yang diperoleh dari penelitian masih dalam kisaran normal indeks albumen, sesuai dengan hasil penelitian Romanof (1963), yang menyatakan bahwa indeks putih telur ayam yang masih segar sekitar 0,05-0,17 pada umumnya sekitar 0,09-0,12.

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata indeks albumen telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks albumen telur. Hal ini disebabkan persentase protein dalam ransum relatif sama.

(50)

umur dari telur. Menurut Romanoff (2011) penurunan indeks putih telur disebabkan oleh penguapan gas CO2 dan air dalam telur sehingga sifat basa dari putih telur naik kemudian menyebabkan serabut ovomucin menjadi rusak. Nilai indeks putih telur turun lebih cepat setelah 3 minggu penyimpanan ketika disimpan pada suhu 25ºC. Indeks putih telur akan turun sebesar 40 % dalam 20 jam pada suhu 32ºC. Perubahan kekentalan putih telur dapat disebabkan oleh umur ayam dan peningkatan lama simpan telur. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap indeks albumen telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Grafik batang rata-rata indeks albumen telur ayam ras strain CV.909.

2. Indeks Yolk

Rata-rata indeks yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks yolk telur 0,46, dan perlakuan P2 memiliki indeks yolk telur 0,46, dan perlakuan P3 memiliki indeks yolk telur 0,45. Nilai ini masih dalam kisaran normal sesuai dengan pendapat Romanoff (1963), menyatakan bahwa indeks kuning telur yang baru

(51)

bervariasi antara 0,30 – 0,50 walaupun pada umumnya 0,39 – 0,45. Sedangkan menurut Badan Standardisasi Nasional (2008), tingkatan mutu indeks kuning telur adalah 0,458-0,521 (Mutu I), 0,394-0,457 (Mutu II), dan 0,330-0,393 (Mutu III).

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata indeks yolk telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks yolk telur. Hal ini disebabkan persentase protein dalam ransum relatif sama. Sesuai dengan pendapat Wilson (1975) mengemukakan bahwa bentuk telur merupakan ekspresi dari kandungan protein pakan. Protein pakan akan mempengaruhi viskositas telur yang mencerminkan kualitas interior telur, selanjutnya dapat mempengaruhi indeks kuning telur.

(52)

pakan konsentrat protein terhadap indeks yolk telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik batang rata-rata indeks yolk telur ayam ras strain CV.909. 3. Berat Yolk Telur

Rata-rata berat yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat yolk telur 11,98 g, dan perlakuan P2 memiliki berat yolk telur 12,09 g, dan perlakuan P3 memiliki berat yolk telur 13,54 g. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal berat yolk telur. Sesuai dengan pendapat Diwyanto dan Prijono (2007) secara umum berat kuning telur ayam adalah 13,9 g/butir. Berdasarkan hal tersebut maka berat kuning telur ayam hasil penelitian untuk P1 dan P2 masih dibawah standar, sedangkan pada P3 diatas standar, namun secara statistik sama.

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat yolk telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap diameter yolk telur. Hal ini disebabkan karena presentase protein dalam ransum

(53)

Hal ini disebabkan karena deposit lemak terbanyak berada didalam kuning telur sedangkan ditinjau dari komposisi telur air 50%, lemak 32%-36%, protein 16% dan glukosa 1%-2% (Bell dan Weaver, 2002). Menurut Wahju (1997) berat kuning telur dipengaruhi oleh kandungan lemak karena deposit lemak terbanyak berada di dalam kuning telur. Kandungan lemak didalam kuning telur dapat dipengaruhi oleh kandungan lemak pakan (Bell dan Weaver, 2002; Yamamoto et al., 2007). Selain itu berat kuning telur di pengaruhi oleh konsumsi pakan yang rendah. Hal ini sesuai pendapat Sihombing, dkk.(2006) berat kuning telur dalam telur dan ukuran besar kecilnya dipengaruhi oleh konsumsi protein. Apabila konsumsi protein rendah maka akan terbentuk kuning telur yang kecil dan sebaliknya jika konsumsi protein tinggi maka akan terbentuk kuning telur yang lebih besar.

Menurut Priyono (1992) faktor yang mempengaruhi berat yolk adalah kandungan lemak dan protein dalam telur yang sebagian besar terdapat dalam yolk. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap berat yolk telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 7.

(54)

4. Warna Yolk Telur

Rata-rata warna yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki warna telur 6.89, dan perlakuan P2 memiliki warna yolk telur 6.55, dan perlakuan P3 memiliki warna yolk telur 6.85. Skor warna kuning telur yang diperoleh dalam penelitian berkisar antara 6,55 – 6,89. Nilai ini lebih rendah dalam kisaran warna kuning telur yang disukai konsumen. Menurut Stadellman (1995) warna kuning telur yang baik berada pada kisaran 7 – 12.

(55)

S.I, vitamin A bermanfaat sebagai pemberi pigmen warna kuning telur pada unggas.

Menurut North dan Bell (1990) warna kuning telur dipengaruhi oleh pigmen karotenoid yang terkandung dalam jagung kuning bahan pakan. Sebelumnya Romanoff (1963) menjelaskan bahwa unggas yang meng-konsumsi ransum yang mengandung karatenoid tinggi akan menghasilkan telur dengan intensitas warna kuning telur yang lebih tinggi.

(56)

Gambar 8.Grafik batang rata-rata warna yolk telur ayam ras strain CV.909.

5. Nilai Haugh Unit Telur

Rata-rata nilai Haugh unit telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki nilai Haugh unit telur 99,84, dan perlakuan P2 memiliki nilai haugh unit telur 93,17, dan perlakuan P3 memiliki nilai Haugh unit telur 92,07. Dari hasil penelitian diperoleh Rerata nilai HU dari ketiga macam perlakuan berkisar antara 92,07 sampai 9,84 atau digolongkan kualitas AA. Menurut sandar United State Department of Agriculture (USDA) nilai HU lebih dari 72 digolongkan kualitas AA (Sudaryani danSantoso, 2000).

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata nilai Haugh unit telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap nilai haugh unit telur. Haugh Unit (HU) adalah ukuran kualitas telur bagian dalam yang didapat dari hubungan antara tinggi putih telur dengan bobot telur (Ewing, 1963). Semakin tinggi nilai Haugh Unit, maka semakin tinggi kualitas putih telurnya (Stadelman danCotteril,

(57)

Nilai Haugh Unit dipengaruhi genetik, umur ayam, musim, kondisi penyimpanan dan makanan (Dawan Sugandi,1975, Budiman, 1991). Kualitas telur dapat ditentukan melalui penetapan nilai Haugh unit. Menurut Buckle et al. (1986), bahwa penetapan kualitas interior telur dengan pengukuran Haugh unit merupakan cara yang terbaik. Cara penetapan ini berdasarkan tingkat keenceran albumen. Sebagaimana pernyataan Benyamin et al. (1960) bahwa keenceran dari albumen mempunyai korelasi positif dengan nilai Haugh unit.

Menurut Stadelman dan Cotteril (1995) kandungan ovomucin didalam putih telur mempengaruhi nilai Haugh Unit, putih telur yang semakin tinggi, maka nilai Haugh Unit yang diperoleh semakin tinggi. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap nilai haught unit telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 9.

(58)

telur 6,34 g, dan perlakuan P2 memiliki berat kerabang telur 6,32 g, dan perlakuan P3 memiliki berat kerabang telur 6,50 g. Hasil penelitian ini diperoleh berat kerabang telur antara 6,32-6,50 g lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Abdallah et al.,(1993) dengan berat kerabang telur antara 5,50-5,90 g. Sedangkan menurut Amrullah (2004) berat kerabang telur yang baik sekitar 4,55-4,62 g.

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat kerabang telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap berat kerabang telur. Hal ini disebabkan karena presentase penggunaan kalsium dalam ransum yang relatif sama berkisar 3.026-3.626 %. Serta penggunaan fosfor dalam ransum berkisar 0.892-1.062 %. Kalsium dibutuhkan untuk proses pembentukan kerabang telur, jika kebutuhan kalsium dalam telur tidak terpenuhi akan menyebabkan kerabang telur menjadi tipis, akibatnya telur akan mudah retak dan pecah. Mineral yang sangat berperan dalam proses pembentukan kerabang telur adalah kalsium dan fosfor. Apabila asupan mineral yang dibutuhkan kurang maka deposisi mineral (kalsium dan fosfor) secara langsung akan mengambil cadangan mineral pada tulang tibia untuk proses pembentukan kerabang telur (Suprapto dkk, 2005).

(59)

menjelaskan bahwa kandungan kalsium dan fosfor dalam pakan berperan terhadap kualitas kerabang telur, seperti ketebalan, berat dan struktur kerabang telur. Kualitas kerabang telur tergantung dari kemampuan unggas dalam mengabsorbsi kalsium yang ada dalam pakan, kualitas kerabang telur ditentukan oleh tebal, berat dan struktur kerabang telur. Untuk meningkatkan kekuatan kerabang telur dapat dilakukan dengan meningkatkan kadar kalsium dalam pakan (Roland, 1986). Menurut Yuwanta (1992), kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsumsi pakan dan pengaturan cahaya. Menurut Clunies et al. (1992) semakin tinggi kalsium semakin tinggi pula berat maupun tebal kerabang telur. Berat dan ketebalan kerabang telur berfungsi agar telur tidak mudah pecah pada saat proses pengiriman. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap berat kerabang telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 10.

(60)

Rata-rata tebal kerabang telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki tebal kerabang telur 0.41 mm, dan perlakuan P2 memiliki tebal kerabang telur 0.40 mm, dan perlakuan P3 memiliki tebal kerabang telur 0.42 mm. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini lebih tinggi dibandinkan dengan pendapat (Idris dan Thohari, 1998) yang menyatakan bahwa tebal kerabang telur ayam yang ideal yaitu berkisar antara 0,33-0,36 mm. Sedangkan Menurut Steward dan Abbott (1972) tebal kerabang telur pada umumnya berkisar antara 0,33-0,35 mm.

Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata tebal kerabang telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap tebal kerabang telur. Tidak nyata terhadap tebal kerabang pada penelitian ini menunjukan bahwa kandungan kalsium (Ca) pada ransum digunakan dalam pakan ayam ras petelur relatif hampir sama sehingga tidak dapat mempengaruhi tebal kerabang telur. Oleh karena itu, kandungan kalsium (Ca) dan fosfor (P) dalam pakan masih pada standar mutu pakan ayam petelur yang baik dan telah cukup terpenuhi.

(61)

sedangkan penyerapannya dipengaruhi oleh kadar fosfor, dan keasaman darah (Muharlien, 2010).

Menurut Oguntunji dan Alabi (2010), ketebalan kerabang juga dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan dengan sifat genetik, kalsium dalam pakan, dan manajemen seperti temperatur lingkungan, stress, penyakit, dan pakan. Ditambahkan pula oleh Koelkebeck (2003), bahwa ketebalan kerabang ditentukan oleh kecepatan Ca dideposit selama pembentukan kerabang dalam uterus. Jika telur hanya sebentar dalam uterus maka ketebalan kerabang rendah dan sebaliknya.

Sarwono (1994) menyatakan unggas yang diberi pakan dengan kandungan kalsium tinggi, biasanya menghasilkan kerabang telur yang tebal sedangkan ketebalan kerabang telur akan berpengaruh terhadap berat kerabang. Jadi, kualitas kerabang telur ditentukan oleh ketebalan dan struktur kerabang. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap tebal kerabang telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 11.

(62)

8. Diameter Rongga Udara Telur

Rata-rata diameter rongga udara telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki diameter rongga udara telur 13,98 mm, dan perlakuan P2 memiliki diameter rongga udara telur 12,82 mm, dan perlakuan P3 memiliki diameter rongga udara telur 13,72 mm. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini lebih tinggi dan menujukan kualitas yang sama yaitu mutu III >90 cm, sesuai dengan pendapat Badan Standardisasi Nasional (2008), yang menyatakan faktor mutu untuk kondisi kantung udara adalah <0,05 cm (Mutu I), 0,5-0,9 cm (Mutu II) dan >0,9 cm (Mutu III). Hadiwiyoto (1983) menjelaskan bahwa kualitas yang baik yaitu dengan besar rongga udara lebih kecil atau sama dengan tiga milimeter. Artinya, semakin besar rongga udara, kualitas telurnya semakin berkurang. Besarnya rongga udara dipengaruhi oleh jumlah poripori kulit telur (Warsono dan Rumetor, 1989), suhu dan ketebalan kulit telur (Blakely dan Bade, 1991). Dengan demikian, telur dengan warna coklat tua mempunyai kerabang yang lebih tebal dan jumlah pori-pori yang lebih sedikit. Secara tidak langsung keadaan ini akan mempengaruhi kualitas telur tersebut, karena rongga udaranya relatif lebih kecil.

(63)

perbedaan nyata terhadap tebal kerabang pada penelitian ini menunjukan bahwa kandungan dalam ransum digunakan dalam pakan ayam ras petelur relatif hampir sama sehingga tidak dapat mempengaruhi diameter rongga udara telur.

(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpukan bahwa pemberian tiga jenis konsentrat protein yang berbeda dalam ransum ayam ras petelur memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap kualitas telur ayam ras, baik kualitas eksternal maupun kualitas internal telur ayam ras.

Saran

(65)

RINGKASAN

Telur merupakan sumber protein hewani yang berasal dari ternak unggas khususnya ayam ras petelur. Ayam ras petelur memerlukan pakan dengan nutrisi yang tepat untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi, kebutuhan nutrisinya dikhususkan untuk pertumbuhan dan produksi telur. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan kualitas telur yang baik maka perlu dimbangi dengan kualitas pakan secara lengkap. Pakan lengkap merupakan pakan yang mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan ternak unsur gizi tersebut di antaranya protein, energi, vitamin, mineral, dan air. Pakan yang diberikan pada ayam ras petelur di masyarakat pada umumnya pakan yang tersusun dari konsentrat energy berupa dedak padi dan jagung kuning serta konsentrat protein buatan pabrik.

(66)

35%, lemak kasar 3%, serat kasar 5%, abu 33%, kalsium 9-12%, dan fosfor 1.0-2%.

Berdasarkan kandungan nutrisi yang tersedia pada bahan pakan konsentrat protein untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh pemberian tiga jenis konsentrat protein RK 24 AA+, KLK 36 S dan KR 55 S terhadap kualitas eksternal dan internal telur ayam ras petelur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tiga jenis konsentrat protein dalam ransum terhadap kualitas eksternal dan internal telur ayam ras petelur.

(67)

. Rata-rata berat telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat telur 54,41 g/butir, dan perlakuan P2 memiliki berat telur 53,88 g/butir, dan perlakuan P3 memiliki berat telur 56,02 g/butir. Berat telur yang diperoleh dalam penelitian ini termasuk dalam kategori medium dan large. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05), tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap berat telur dari ketiga perlakuan ini disebabkan kualitas ransum yang diberikan pada setiap perlakuan relatif sama yaitu iso protein dan iso energi. Selain kualitas pakan yang relatif sama juga umur ayam yang digunakan dalam penelitian juga sama yaitu umur 6 bulan.

(68)

ml, dan perlakuan P2 memiliki berat jenis telur 1.11 g/ml, dan perlakuan P3 memiliki berat jenis telur 1.08 g/ml. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat jenis telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap berat jenis telur, tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap berat jenis telur dari ketiga perlakuan ini disebabkan karena presentase penggunaan mineral seperti kalsium dalam ransum relatif sama yang berkisar antara 3.026 %- 3.626 %. Berat jenis telur diperoleh dari hubungan antara berat telur dan volume telur.

Rata-rata indeks bentuk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks bentuk telur 79,27, dan perlakuan P2 memiliki indeks bentuk telur 79,85, dan perlakuan P3 memiliki indeks bentuk telur 79,43. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata indeks bentuk telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks bentuk telur. Indeks bentuk telur yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 79,27-79,85 hampir mendekati kisaran indeks bentuk telur 77 Hal ini disebabkan karena ayam masih dalam awal produksi telur.

(69)

diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks albumen telur. Hal ini disebabkan persentase protein dalam ransum relatif sama.

Rata-rata indeks yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks yolk telur 0,46, dan perlakuan P2 memiliki indeks yolk telur 0,46, dan perlakuan P3 memiliki indeks yolk telur 0,45. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata indeks yolk telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks yolk telur. Hal ini disebabkan persentase protein dalam ransum relatif sama.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Ayam ( % )
Tabel 2.  Standar Berat Telur Berdasarkan Berat dan Kelompoknya
Tabel 4. Susunan ransum ayam penelitian
Tabel 5. Rata- rata Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras Petelur CV.909.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah penggunaan berbagai konsentrat pabrikan protein kasar 36 persen berpengaruh tidak nyata (P&gt;0.05) terhadap Berat Telur, Efisiensi Pakan

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai konsentrat pabrikan protein kasar 36 persen terhadap konsumsi pakan, produksi telur dan konversi pakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas nutrisi ransum konsentrat sapi pedaging berbasis lumpur sawit dan beberapa bahan pakan lokal ( dedak, kulit

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari kandungan nutrisi dan pengaruh subtitusi tepung usus ayam sebagai pengganti sumber protein hewani pada pakan buatan

Untuk menentukan kadar protein yang terdapat pada pakan ayam petelur. (Ransum) di laboratorium PT.SUCOFINDO Cabang Medan dengan

Unggas memiliki kemampuan untuk memilih bahan pakan dan cenderung memilih bahan pakan dengan warna yang lebih cerah (Prayitno dn Sugiharto, 2015).Metode pemberianpakan bebas

Optimalisasi Protein dan Energi Ransum untuk Meningkatkan Produksi Daging Ayam Lokal.. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Pakan dan Nutrisi Ternak..

Penelitian dilakukan untrk melihat pengaruh perubahan waktu pemberian ransum dan level protein ransum terhadap kuaiitas telur.. Diharapkan hasil penelitian ini