• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KEPALA BERNOMOR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAMPING SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KEPALA BERNOMOR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAMPING SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010-2011"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

KEPALA BERNOMOR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAMPING

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010-2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Agnesia Ermi NIM: 081134167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

KEPALA BERNOMOR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAMPING

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011-2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Agnesia Ermi NIM: 081134167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

 

 

 

 

(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

™

Tuhan Yeyus Kristus dan Bunda Maria Yang selalu menjagaku

dan membimbing langkahku

™

Bapak Exnasius dan ibu Maria Delfina yang sangat aku cintai

™

Kakak, abang,adek dan ponakanku yang selalu mendukungku dan

mendoakan aku

™

Sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku dan menemaniku

sehingga aku lebih bersemanagat

(6)

MOTTO

“ Kita bisa hidup dari apa yang kita terima, tetapi hidup ini hanya

akan berartidari apa yang kita beri, jadi jangan pernah berhenti

memberi yang terbaik “ ( Veronika Andriyati )

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

Agnesia Ermi, 2011. Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Gamping Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model cooperatve learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar IPS tentang keanekaragaman kenampakan alam bagi siswa kelas IV SD Kanisius Gamping Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa SDK Gamping kelas IV tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang digunakan dalam penelitain adalah model cooperative learning tipe kepala bernomor.

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I model cooperative learning

tipe kepala bernomor, siswa dibagi dalam kelompok untuk mengerjakan bersama-sama dan masing-masing siswa menyebutkan macam-macam kenampakan alam sesuai dengan nomor yang dimiliki. Sedangkan pada siklus II model cooperative learning tipe kepala bernomor siswa dalam kelompok menceritankan tentang keragaman kenampakan alam dan sosial budaya, kemudian dipersentasikan di depan kelas dengan nomor tertentu. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik tes, dan teknik analisis data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar tentang keanekaragaman kenampakan alam dan sosial budaya bagi siswa kelas IV SD Kanisius Gamping tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil prestasi belajar dapat dilihat dari nilai siswa yang memenuhi KKM (63) pada kondisi awal 56,6%, siklus I mencapai 63,3%, dan siklus II meningkat menjadi 76,6%.

(10)

ABSTRACT

Agnesia Ermi, 2011. The Use Of Cooperative Learning Model With Numbered Head Typeto Improve Social Sciences Learning Achievement Of 4th Grade Students Of Kanisius Elementary School, Gamping, First Semester, 2011-2012.Thesis. Elementary School Teacer Education. Faculty Teacher and Trainning Education. Sanata Dharma University.

The purpose of this study is to know if the cooperative learning model with numbered head type could improve social sciences learning achievement especiallyon varieties of natural appearances to the 4th grade students of Kanisius Elementary School, Gamping, First Semester, 2011-2012.

This is a class action research. Subjects sampled for this study is 4th grade students of Kanisius Elementary School Gamping, First Semester, 2011-2012 amounting to 30 pupils and consist of 16 male and 14 female pupils. This study was conducted in odd semester,2011/2012. Method used in this study is cooperative learning model with numbered head type.

This study was conducted in two cycles. In cycle I, teacher applied cooperative learning model with numbered head type for learning process in which pupils worked together in group and each of them could mention various natural appearances according to their chosen number. While in the second cycle, teacher applied the cooperative learning model with numbered head type for learning process in which pupils ingroup narrated on the variety of natural appearances and social cultures, and then presented itin front of class based on certain number. Data collecting methods used in this study were test and data analysis methods.

The results showed that the use of cooperative learning model with numbered head type could improve learning achievement on variety of natural appearances to the 4th grade students of Kanisius Elementary School,Gamping, First Semester, 2011-2012. The improvement of learning achievement could be seen from the scores of students qualifying KKM in initial condition (63) 56,6%, in cycle I reached to 63,3%, and in cycle II increased to76,6%.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini saya beri judul Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Gamping Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012.

Dalam karya inin saya ingin menyampaikan pentingnya menggunakan

model cooperative lerning dalam menyampaikan pembelajaran di kelas.

Dalam karya ini saya tidak lepas dari bantuan orang lain oleh

karena itu saya mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rohandi. Ph. D. selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu

pendidikan.

2. Drs. Puji Purnomo, M. Si. Selaku Kaprodi PGSD Universiatas Sanata

Dharama yang memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.

3. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd selaku sekretaris PGSD Universitas

Sanata Dharma.

4. Drs. YB. Adimassana, M. A. selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar membimbing dan memberi banyak saran dalam kepada penulis

selama pembuatan skripsi.

5. Semua dosen serta karyawan PGSD yang tidak dapat saya sebutkan

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Batasan Pengertian ... 5

E. Pemecahan Masalah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitaian ... 7

BAB II. KAJIAN TEORI ... 9

A. Pengertian Cooperative Learning ... 9

B. Numbered Head Together (NHT) ... 14

C. Pengertian Prestasi Belajar ... 15

(14)

E. Kerangka Berfikir ... 20

F. Hipotesis Tindakan ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Seeting Penelitian ... 22

1. Subjek Penelitian ... 22

2. Waktu Penelitian ... 22

3. Lokasi Penelitian ... 23

4. Objek Penelitian ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Rencana Penelitian ... 25

1. Persiapan ... 25

2. Rencana Tindakan Tiap siklus ... 27

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Siklus Pertama ... 40

a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Pertama ... 40

b. Hasil Penelitian Siklus Pertama ... 41

c. Refleksi ... 42

2. Siklus Kedua ... 42

a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Kedua... 42

b. Hasil Penelitian Siklus Kedua ... 43

c. Refleksi ... 44

B. Pembahasan ... 44

BAB V. PENUTUP ... 51

A. Kesimpulan ... 51

(15)

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif……….. 13

Tabel 2 Kriteria Ketuntasan………. 25

Tabel 3 Kriteria Ketuntasan………. 34

Tabel 4 Kualifikasi Koefisien Kolerasi………... 36

Tabel 5 Kisi-kisi Soal Siklus I………. 36

Tabel 6 Kisi-kisi Soal Siklus II……… 37

Tabel 7 Kualifikasi Koefisien Kolerasi………... 39

Tabel 8 Hasil Tes Evaluasi Siklus I………. 41

Tabel 9 Hasil Tes Evaluasi Siklus II……… 43

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 55

Lampiran 2 RPP ... 59

Lampiran 3 LKS ... 70

Lampiran 4 Soal Siklus I ... 78

Lampiran 5 Soal Siklus II ... 81

Lampiran 6 Kunci Jawaban Siklus I ... 84

Lampiran 7 Kunci Jawaban Siklus II ... 85

Lampiran 8 Data Skor Siklus I ... 86

Lampiran 9 Data Skor Siklus II ... 89

Lampiran 10 Daftar Perhitungan Reliabilitas ... 92

Lampiran 11 Tabel –r ... 94

Lampiran 12 Hasil Evaluasi Siklus I dan II……….. 95

Lampiran 12 Foto Kegiatan Siklus I ... 107

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar-mengajar merupakan sarana interaksi antara siswa

dengan guru. Dalam interaksi tersebut guru berperan sebagai salah satu

komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar. Di dunia pendidikan

guru harus berperan aktif dalam tanggung jawabnya untuk membawa para

siswa pada kedewasaan atau pada taraf kematangan tertentu. Dalam taraf

ini guru tidak semata-mata hanya sebagai pengajar melainkan juga sebagai

pendidik yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam

belajar.

Menjadi seorang guru sangat tidak mudah karena guru harus bisa

membuat proses belajar-mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi

para siswa, dan dapat memenuhi tujuan pembelajaran. Di sekolah guru

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial

dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap. Karena itu diperlukan

adanya perubahan yang sesuai dengan perkembangannya. Perubahan yang

dapat dilakukan oleh guru adalah memperbaiki suasana belajar dan

penggunaan media yang menarik.

Dalam pelajaran IPS sering kali dianggap pelajaran yang kurang

menarik dan kurang menantang bagi siswa. Karena bagi banyak orang

pelajaran eksaktalah yang lebih penting dan lebih banyak digunakan dalam

(19)

pasti dan jelas jawabannya. Padahal dalam pelajaran IPS banyak hal-hal

yang menarik yang dapat dipelajari karena dalam IPS siswa mempelajari

manusia dan tempat-tempat di dunia dari zaman dahulu sampai sekarang.,

dan pelajaran IPS akan selalu berkembang.

Kenyataan yang terjadi di SD Kanisius Gamping guru dan siswa

sering kali mendapat kesulitan yang menghambat berlangsungnya proses

belajar mengajar. Kemungkinan guru belum siap menerapkan strategi

pembelajaran kooperatif secara optimal. Kegiatan pembelajaran masih

didominasi oleh guru. Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber

informasi seehingga metode yang digunakan guru adalah metode ceramah.

Walaupun para siswa diberi kesempatan untuk bertanya akan tetapi

mereka jarang ada yang bertanya, mungin karena mereka sudah bosan

mendengar ceramah dari guru, sehingga parasiswa tidak termotivasi

mengikuti pelajaran dan berakibat pada prestasi belajarnya.

Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Kanisius

Gamping kelas IV semester I tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah dan

belum memenuhi standar yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari data

tes yang diperoleh persentase kelas baru mencapai 56,6% dalam

pnguasaan materi dan siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) ada 17 dari 30 siswa. Pencapaian prestasi siswa pada bahasan ini

masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Kondisi

tersebut mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya

(20)

dimanfaatkan dan kurang sesuai, kurangnya model dan media

pembelajaran yang bisa membangkitkan semangat siswa.

Prestasi siswa rendah itu diakibatkan karena dalam mengikuti

pelajaran siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang dikatakana guru,

para siswa cenderung diam dan tidak menunjukan potensi yang mereka

miliki. Suasana kelas kurang membuat mereka bersemangat dalam

mengikuti pelajaran. Parasiswa cenderung mencatat pada saat guru sedang

menjelaskan pelajaran sehingga apabila ditanya guru mereka sibuk

membuka catatan untuk menjawab. Berarti mereka tidak memperhatikan

guru menjelaskan akan tetapi hanya mencatat dan mereka tidak mengerti

apa yang sedang dipelajari.

Sesungguhnya kecenderungan manusia untuk mengumpul dan

perkelompok bukanlah sekedar keperluan asasi yang diwariskan nenek

moyang semata-mata. Kecenderungan tersebut berdasarkan kesadaran

manusia akan hidup bersama. Pergaulan antar manusia (teman) merupakan

sutu kebutuhan, dari pengalamanlah manusia belajar, bahwa untuk

memenuhi kebutuhannya manusia yang satu memerlukan manusia yang

lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran kelompok – kelompok kecil juga

sangat berperan penting karena untuk melatih siswa bertanggung jawab

dalam bekerjasama.

Siswa juga bisa saling bertukar pikiran dengan teman atau setiap

siswa saling mengajar temannya dalam kelompok. Strategi pengajaran ini

(21)

kegiatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam strategi ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan siswa cenderung berperan

aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Ada berbagai macam model yang dapat digunakan dalam proses

belajar mengajar, salah satunya adalah dengan menggunakan model

cooperative learning. Model cooperative learning adalah falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong atau kerjasama, falsafah ini

menekankan bahwa manusia adalah makluk sosial yang saling

membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kerjasama merupakan kebutuhan

yang sangat penting bagi seluruh manusia dan termasuk siswa di sekolah.

Kerjasama di butuhkan siswa dalam hal memecahkan suatu masalah dalam

kegiatan pembelajaran. Model cooperative learning tipe kepala bernomor dimaksudkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dalam

menjawab soal.

Dari uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian dengan judul “Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor Untuk Meningkatkan

(22)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, tidak semua masalah

akan dicakup sekaligus. Peneliti membatasi pada masalah – masalah yang

dapat segera diatasi oleh guru dengan serangkaian tindakan yang sesuai

dengan kondisi yang ada selama ini yaitu masalah meningkatkan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Kanisius

Gamping semester 1 tahun ajaran 2011/2012 dan tindakan dibatasi pada

model cooperative learning tipe kepala bernomor.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal – hal di atas, masalah dalam penelitian tindakan kelas

ini dirumuskan sebagai berikut:

Apakah penggunaan model cooperative learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius

Gamping semester ganjil tahun pelajaran 2011 / 2012?

D. Batasan Pengertian

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka

perlu didefinisikan hal – hal sebagai berikut;

1. Cooperative learning

Salvin (dalam Trianto 2009:55) mengatakan bahwa dalam

(23)

menyelasaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama

untuk keberhasilan kelompoknya.

2. Tipe Numbered Head Togther

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa atau sebagai

alternatif terhadap struktur pembelajaran yang tradisional. Numbered Head Together (NHT) ini dirancang untuk lebih banyak melibatkan siswa agar dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami dan

mendalami materi yang sudah dipelajari.

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari

pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran-pelajaran yang

diberikan oleh guru, yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar / tes

prestasi (Mulyono, 1995:150).

E. Pemecahan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan

yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah untuk

meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Gamping

(24)

Dalam penelitian ini masalah akan diatasi dengan model

cooperative learning tipe kepala bernomor.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping melalui penerapan

model cooperative learning tipe kepala bernomor.

G. Manfaat Penelitian

Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini dapat berguna sebagai:

1. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan guru sebagai salah satu

alternatif penggunaan metode pembelajaran untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa.

2. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa

dalam pembelajaran.

3. Bagi Peneliti / Penulis

Hasil penelitian ini bermanfaatkan mengaflikasikan ilmu yang

telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah, dan semakin

memahami bagai mana cara mengelola kelas dengan baik sehingga

(25)

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi para guru

agar memvariasikan model pengajara.

5. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi

penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai refrensi dalam

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Cooperative Learning 1. Cooperative Learning

Cooperative Learning adalah pembelajaran cooperative, yang tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur

dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan

pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan

prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan

guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif

akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran

yang bercirikan: (1) ”memudahkan siswa belajar” sesuatu yang

“bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep pengetahuan,

dan bagaimana hidup serasi dengan sesame; (2) pengetahuan, nilai,

dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai

(Suprijono, 2009:58).

Menurut Priyanto dalam Made Wena 2009:189. Pembelajaran

kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang

memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif

adalah siswa membentuk kelompok kecil dan masing-masing

mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam

(27)

pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat

belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman

yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang biasa bersikap pasif

setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa

berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota

kelompoknya.

Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil dalam kelompok-kelompok kecil, di mana pada setiap

kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkatan

kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk

meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang

sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk

tidak hanya belajar pada apa yang diajarkan tetapi juga membantu

rekan-rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan.

Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil

memahani dan melengkapinya.

1. Karakteristik dan Prinsip Pokok Cooperative Learning

Sebagai guru sudah selayaknya mengetahui dan memahami pula

karakteristik dan prinsip dari cooperative learning dalam pengajaran dan pembelajarannya. Beberapa pendapat pakar tentang karakteristik

(28)

rinci oleh Arend (1997) mengemukakan bahwa karakteristik strategi

belajar cooperative adalah :

1. Siswa belajar dalam kelompok/cooperative untuk menguasai materi akademik.

2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa

yang berkemampuan rendah, tinggi, dan sedang.

3. Jika memungkinkan masing-masing anggota kelompok

cooperative berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

4. Sistem penghargaan yang berorientasi pada kelompok dari

pada individu.

Dari uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini dapat

disimpulkan bahwa pembelajaraan kooperatif memerlukan kerjasama

antara siswa dan saling ketergantungan dalam pencapaian mengerjakan

tugas, tujuan dan penghargaan. Keberhasilan individual dalam

kelompok, sangat berarti untuk pencapaian suatu tujuan positif dalam

belajar kelompok.

2. Unsur-unsur Cooperative Learning

Menurut Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2008) ada lima

(29)

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu kerja kelompok tergantung pada usaha

setiap anggotanya, guru harus memberi tugas yang

mengaktifkan seluruh anggota kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan

Setiap anggota kelompok dituntut untuk dapat menyelesaikan

tugas yang menjaditanggung jawab kelompok. Maka setiap

anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya

sendiri dan berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas

kelompok.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberi kesempatan

kepada setiap kelompok membentuk kerjasama yang

menguntungkan setiap anggota.

4) Komunikasi antar anggota

Agar tugas yang diberikan dapat diselesaikan diperlukan

kemampuan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu

kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya

untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk

(30)

5) Evaluasi proses kelompok

Guru memberi waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi hasil kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih

efektif.

3. Langkah-langkah Pembelajaran cooperative

Dalam pembelajraan kooperatif terdapat enam langkah atau

tahapan yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyamaiakan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaan tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasi siswa dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelomok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau

masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Memberi penghargaan

(31)

B. Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together(NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa atau sebagai alternatif terhadap stuktur

pembelajaran yang tradisional. Numbered Head Together (NHT) ini dirancang untuk lebih banyak melibatkan siswa agar dapat mengetahui

sejauh mana siswa dapat memahami dan mendalami materi yang sudah

dipelajari.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru

menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT yaitu:

a. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor

antara 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah peertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi. pe rtanyaan dapat amat sangat spesifik dan dapat berbentuk

kalimat tanya. Misalnya, ” Apakah nama ibu kota jawa tengah?” atau

berbentuk arahan, misalnya ” pasti setiap orang mengetahui 5 buah ibu

kota provinsi yang terletak di pulau sumatra.”

c. Fase 3 : Berfikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

(32)

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentui, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut para pakar pendidikan berbeda-beda

yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi mengacu pada prinsip yang

sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami

perubahan pada dirinya dan memperoleh banyak pengetahuan.

Dalam Agus Suprijono (2009:9) beberapa pakar pendidikan

mendefinisikan belajar sebagai berikut:

a. Menurut Gagne: belajar adalah perubahan posisi atau kemampuan

dicapai seseorang melalui aktivitas perubahan di posisi tersebut

bukan diperoleh langsung dari proses perubahan seseorang secara

ilmiah.

b. Menurut Traves: belajar adalah proses mengahsilkan penyesuaian

tingkah laku.

c. Menurut Morgan: belajar adalah perubahan prilaku bersifat

permanen sebagai hasil dari pengalaman.

d. Menurut Cronbach: belajar adalah perubahan prilaku sebagi hasil

(33)

Dalam Suyono dan Hariyanto (2011:9) Belajar adalah suatu

aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan

mengokohkan kepribadian.

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

membaca, berlatih, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:21)

2. Pengertian Prestasi Belajar

Winkels (1984:64) prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat

diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Jadi prestasi belajar

dalah hasil dari kemampuan siswa dengan memperoleh hasil yang

sebaik mungkin terhadap hal yang dilerjakan atau dilakukan pada waktu

tertentu.

Prestasi belajar adalah sebagai penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

dilanjutkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru

(Kamus Besar Bahasa Indonesia:700)

Untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan

penilaian atau pengukuran hasil belajar dilakukan dengan proses

evaluasi. Jadi evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Di mana

tingkat keberhasilan siswa ditandai dengan skala nilai berupa huruf,

(34)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anatara lain

adalah faktor intern dan faktor eksteren. Faktor intern adalah

faktor-faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor-faktor

eksteren adalah faktor-faktor dari luar diri siswa.

Faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi

beberapa hal yaitu:

1. Aspek Psikologis yaitu yang menyangkut aspek kejiwaan seperti minat, motivasi, sikap, presepsi, konsep diri, intelegensi,

pandangan hidup, ataupun gaya hidup.

2. Aspek fisiologis yaitu seperti kesehatan jasmani, alat indra, serta kematangan fisik.

Sedangkan faktor eksteren yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa adalah

1). Kondisi perekonomian keluarga.

2). Linkungan belajar.

3). Lingkungan tempat tinngal.

4). Lingkungan pergaulan.

5). Sarana dan prasarana.

6). Pola asuh orang tua.

7). Metode pengajar.

8). Sistem evaluasi.

(35)

D. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan

dari apa yang di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat

dinamakan social studies, sehingga IPS dapat diartikan penelaahan masyarakat (Daldjoeni,1981:6)

IPS merupakan kajian yang luas manusia dan dunianya. IPS

juga merupakan pelajaran yang mengkaji, menelaah, menyoroti, dan

membahas tentang kehidupan dan masalah-masalah sosial dari berbagai

aspek kehidupan. Pembelajaran IPS juga merupakan proses memadukan

berbagai pengetahuan sosial (Hasan 1991:3).

Bahan-bahan yang dikaji dalam ilmu pengetahuan sosial adalah

polotik, ekonomi, budaya dan aspek-aspek lingkungan dari suatu

masyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan dating

(Maxim dalam Rismiati:2008)

IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari

manusia sebagai anggota masyarakat. Semua yang berkaitan dengan

manusia dapat menjadi sumber IPS seperti, segala gejala, masalah, dan

peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat.

2. Pengertian Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS pada siswa sekolah dasar belum terlalu luas

(36)

sosial secara lengkap. Dengan belajar IPS diharapkan siswa dapat

memperoleh pengetahuan, sikap, dan kepekaan terhadap

masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan.

IPS merupakan kajian yang luas yang mempelajarai tentang

manusia dan dunianya. IPS merupakan sistem pembelajaran yang

mengkaji, menelaah dan menyoroti dan membahas kehidupan dan

masalah-masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan. Pembelajaran

IPS juga merupakan proses memadukan berbagai pengetahuan sosial

(M.Hasan,1991:3).

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Materi Kenampakan Alam dan Keragaman Sosial Budaya

a. Standar Kompetensi (SK)

Standar kompetensi adalah tujuan umum yang harus

dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Standar Kompetensi (SK)

yang diambil oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas (PTK)

adalah memahami sejarah kenampakan alam, dan keragaman suku

bangsa di lingkungan kabupaten /kota dan provinsi

b. Kompetensi Dasar (KD)

Dari Kompetensi Dasar ini materi yang dibahas dalam

kegiatan belajar mengajar adalah “Mendiskripsikan kenampakan

alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta

(37)

pembahasan mata pelajaran IPS yang cenderung mengarah pada

ilmu geografi. Materi yang dibahas juga masih berkaitan dengan

ekonomi, sosiologi dan yang lainnya. Yang berhubungan dengan

topik tersebut tentu tidak akan dibahas secara keseluruhan, namun

titik berat penekanan cenderung topik pada kompetensi dasar

permasalahan tersebut.

E. Kerangka Berfikir

Dalam model Cooperative Learning tipe kepala bernomor siswa dibagi 4-5 orang dalam kelompok yang merupakan campuran berdasarkan

tingkat prestasi, jenis kelamin. Saat bekerja kelompok siswa ditugaskan

untuk mengerjakan materi yang diberikan oleh guru. Pada proses ini siswa

ditugaskan untuk mengeluarkan pendapat mereka untuk memecahkan

masalah yang diberikan. Siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok.

Sehingga siswa terlatih untuk menghargai pendapat orang lain.

cooperative learning tipe kepala bernomor merupakan model pembelajaran yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan

model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat saling bekerjasama dalam

dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan soal.

Dengan demikian diharapkan kualitas belajar siswa dapat

meningkat dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan proses

(38)

berbagai sumber yang diberikan guru maupun pengalaman yang dimiliki

masing-masing anggota, melalui unsur kerjasama dalam kelas.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dalam penelitian ini

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Pembelajaran dengan pendekatan

model cooperative learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Kanisius Gamping semester I

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan untuk

memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.

Dengan kata lain penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian

reflektif yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi yakni

masalah rendahnya prestasi belajar IPS siswa kelas IV. Untuk itu

penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa

kelas IV SD Kanisius Gamping dengan menggunakan model pembelajaran

cooperative learning tipe kepala bernomor.

B. Seting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Peneliti memilih subjek penelitian siswa SD Kanisius Gamping Kelas

IV semester 1 tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 30 siswa.

Yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.

2. Waktu Penelitian

(40)

 

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Gamping yang

beralamat di Gamping Tengah Kecamatan Ambarketawang Gamping,

Kabupaten Sleman Yogyakarta.

4. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi

belajar model Cooperative Learning tipe kepala bernomor dengan materi kenampakan alam dan keragaman sosial budaya dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

C. Desain Penelitian 1. Model penelitan

Dalam penelitian ini peneliti memilih model spiral dari Kemmis dan

Taggart. Berikut adalah bagan model spiral dari Kemmis dan Taggart

(dalam Taniredja, Pujiati, Nyata 2011:24)

REFLEKSI SIKLUS I TINDAKAN REFLEKSI SIKLUS II TINDAKAN

PENGAMATAN PENGAMATAN         PERENCANAAN

(41)

Bagan model spiral dari Kemmis dan Taggart di atas

menjelaskan tahap-tahap penelitaian tindakan kelas yang akan

dilakukan dalam setiap siklus. Tahap-tahap tersebut meliputi

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam tahap pertama

yaitu perencanaan, penelitian untuk membantu peneliti melihat hal-hal

yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap yang kedua yaitu

tahap tindakan, selanjutnya adalah tahap pengamatan. Tahap ini

dimana peneliti mengamati terhadap apa yang terjadi ketika tindakan

berlangsung. Peneliti mencatat apa yang terjadi untuk memperoleh

data yang akurat. Tahap yang terakhir pada setiap siklus adalah tahap

refleksi. Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan dan apa yang sudah sesuai yang diharapkan.

Setelah pada tahap-tahap siklus pertama sudah terlaksana dan

ternyata belum mencapai target yang diinginkan dengan hasil siklus

tersebut, maka akan dilanjutkan pada siklus kedua. Tahap-tahap pada

siklus kedua, sama dengan tahap-tahap siklus satu yaitu mulai dari

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus akan terus

berlanjut jika pada akhir siklus tetap belum mencapai hasil atau target

yang belum diharapkan

2. Rencana Banyaknya Siklus

Banyaknya siklus direncanakan yaitu 2 siklus, hal ini

dimaksudkan jika pada siklus pertama belum mencapai target yang

(42)

Tabel 2. Kriteria Ketuntasan

INDIKATOR KONDISI

AWAL

SIKLUS I SIKLUS II

Persentase siswa yang

memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM)

56,6 62 70

D. Rencana Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat

kali pertemuan

(8 x 40 menit)

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

persiapan pembelajaran cooperative learning tipe kepala bernomor, yaitu meliputi:

a. Identifikasi Masalah

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi

masalah tentang prestasi siswa dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial melalui studi pendahuluan untuk mengetahui

kesulitan yang dialami siswa dalam pelajaran IPS.

Tahapan penelitian ini adalah pembelajaran IPS kelas IV

tahun pelajaran 2011/2012 di SD Kanisius Gamping yang kegiatan

pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah, dan siswa

(43)

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan

berupa, penyiapan pembelajaran cooperative learning tipe kepala bernomor. Pertama-tama peneliti dan guru menggali data awal

karakteristik siswa untuk memetakan para siswa. Dasar yang

dilakukan untuk memetakan siswa adalah daftar nilai sebelumnya.

Setelah menngetahui hasinya peneliti dan guru merengking siswa

dari nilai yang tinggi samapai siswa yang memiliki nilai terendah.

Kemudian peneliti dan guru membagi siswa secara hiterogen

berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, menjadi

kelompo-kelompok kecil.

b. Analisis Materi Pembelajaran (menentukan SK, KD sesuai dengan

materi pembelajaran)

c. Mempersiapkan silabus

d. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan

menggunkan model cooperative learning tipe kepala bernomor. e. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari materi

pokok pembelajaran yang dituangkan dalam silabus (lampiran)

f. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran yang sesuai

(buku pelajaran IPS kelas IV, media pembelajaran kepala bernomor

dan gambar -gambar).

g. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran)

h. Menyusun instrumen pengambilan data berupa: soal tes (lampiran),

(44)

i. Menyusun instrument penilaian (lampiran)

j. Menyusun lembar kerja siswa (lampiran)

k. Menyusun soal tes siklus (lampiran)

l. Menyusun lembar observasi (lampiran)

2. Rencana Tindakan Tiap Siklus a. Siklus I

1. Tahap rencana tindakan siklus I

Hasil pengamatan terhadap siklus I sebagai dasar

menentukan tindakan berikutnya. Dalam proses pembelajaran

pada siklus I terdiri dari dua kali pertemuan atau 4 jam

pelajaran (4 x 40 menit).

Adapun langkah – langkah pelaksanaan tindakan pada

siklus I tersebut meliputi:

a. Guru melakukan apersepsi dengan Tanya jawab serta

mengingatkan kembali tentang materi IPS yang telah

dipelajari.

b. Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai

c. Guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran dan garis

besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa

dalam diskusi kelas.

d. Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen (3-5

(45)

membagikan lembar kerja pada kelompok. Setiap anggota

mengerjakan masing-masing pertanyaan sambil

mendiskusikan dalam kelompok.

e. Siswa mendiskusikan bahan belajar, dan LKS secara

kolaboratif dalam kelompok, setiap siswa bertanggung

jawab pada soal yang sesuai dengan nomor yang dimiliki

dan guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal

tersebut.

f. Siswa diminta mempersentasikan hasil kerja kelompok

sehingga terjadi diskusi di dalam kelas.

g. Siswa mengerjakan kuis secara individu

h. Siswa bersama guru melakukan refleksi.

Setelah pertemuan pertama dilanjutkan dengan

pertemuan kedua. Dalam pertemuan kedua, guru memberikan

evaluasi berupa tes berbentuk pilihan ganda.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan.

3. Tahap Pengamatan (observasi)

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau

dampak dari tindakan yang meliputi; motivasi siswa selama

kegiatan belajar berlangsung dan mengobservasi kemampuan

(46)

mengerjakan soal atau lambat, bekerja sendiri atau melihat

pekerjaan temannya dan mencatat hal-hal yang terjadi selama

pelajaran berlangsung.

4.Refleksi

Hasil observasi serta hasil tes pada tindakan I dikaji

kembali untuk memahami data yang telah dikumpulkan

supaya dapat digunakan untuk menetapkan tindakan yang

perlu diperbaiki pada siklus II.

a. Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan

kejadian-kejadian khusus.

b. Melihat peningkatan pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran.

5. Analisis data

Menurut cara perolehannya, data dapat dibagi menjadi dua macam

yaitu:

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan

secara langsung di tempat penelitian melalui wawancara

dan pre-tes.

(47)

Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan

oleh pihak lain. Data diperoleh dari guru kelas dan

pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian.

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer

yang diperoleh dari sumber langsung yaitu dari hasil observasi

pada peserta didik yang dilakukan di dalam kelas.untuk

memperoleh data diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat,

untuk itu penelitian menggunakan teknikpengumpulan data non

test dan test.

a. Teknik Non Test

Untuk mengetahui proses dalam pembelajaran dan

tingkat keberhasilan siswa dalam memahami tentang

keragaman social dan budaya dengan kenampakan alam.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1). Mengobservasi siswa dalam kelompok saat berdiskusi

mengenai keanekaragaman social dan budaya berdasarkan

kenampakan alam.

2). Mengobservasi kegiatan pembelajaran dengan metode

(48)

b. Teknik Test

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran

yang telah dilakukan, peneliti menggunakan test tertulis secara

individual, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Mengevaluasi hasil belajar secara individual berdasarkan

indikator yang telah ditentukan.

2. Membandingkan hasil test awal dengan hasil test pada

siklus I

3. Mengidentifikasi dan mencatat nilai pada lembar data hasil

belajar.

Tes dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran. Tes tertulis dilaksanakan

setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui data yang akurat tentang pemahaman siswa

terhadapa materi pembelajaran.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam

penelitian ini adalah teknik deskritif kuantitatif. Pada

pelaksanaan analisis adalah mengolah skor menjadi nilai.

Tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

a. Mengisi tabel hasil test untuk tiap siswa

b. Menghitung nilai rata-rata keberhasilan dengan rumus:

(49)

Keterangan:

n = jumlah nilai yang diperoleh oleh seluruh siswa N = jumlah seluruh siswa.

b. Siklus II

1. Tahapan rencana tindakan siklus 2

a. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 1-5 siswa

b. Dalam kelompok masing-masing siswa membaca tentang

keragaman sosial budaya.

c. Siswa mendapat tugas menceritakan di dalam kelompok

tentang keragaman sosial budaya di sekitar tempat

tinggalnya.

d. Secara bergantian tiap kelompok mempersentasikan di

depan kelas.

e. Pembahasan hasil kerja siswa secara klasikal dan

dilanjutkan evaluasi secara tertulis.

2. Rencana pelaksanaan

Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan.

3. Observasi

Mengobservasi kesulitan siswa dalam kerja kelompok,

melakukan pengumpulan data dan mempersentase tingkat

(50)

4. Refleksi

a. Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian-kejadian

khusus.

b. Membandingkan jumlah siswa yang mampu memahami

materi pada siklus pertama dengan siklus kedua.

c. Membandingkan skor rata-rata siswa pada ulangan disiklus

pertama dan ulangan disiklus kedua, apakah terjadi

peningkatan atau tidak.

d. Menarik kesimpulan tentang peningkatan pemahaman siswa

terhadap pelajaran IPS menggunakan pendekatan kooperatif

tipe kepala bernomor.

5. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dalam penelitian

dikumpulkan. Tahap-tahap pengumpulan data dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Klasifikasi data: data diklasifikasikan sesuai dengan

kelompok tertentu.

b. Penyajian data: dilakukan dengan menyusun informasi yang

diperoleh dari hasil observasi dengan model pembelajaran

cooperative learning tipe kepala bernomor dan data nilai hasil belajar siswa.

c. Menganalisis tingkat berhasilan pembelajaran dengan

(51)

Kriteria keberhasilan siswa dalam pemahaman terhadap

kenampakan alam dan keragaman sosial budaya diharapkan

adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria Ketuntasan

INDIKATOR KONDISI

AWAL

SIKLUS I SIKLUS II

Persentase siswa yang

memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM)

56,6 62 70

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Proses penyusunan

Di dalam penyusun instrument ini, peneliti menggunakan jenis

penilaian test tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda. Sebelum

membuat soal pilihan ganda untuk evaluasi peneti terlebih dahulu

membuat kisi-kisi soal dengan berdasarkan beberapa indikator yang

ingin dicapai oleh peneliti. Soal yang akan digunakan dalam evaluasi

pembelajaran berjumlah 20 soal dan akan diberikan kepada setiap

siswa.

Pengujian instrument penelitan bertujuan untuk menguji validitas

dan reabilitas masing-masing pertanyaan.

1. Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan

(52)

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitras instrument

menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang

dari varibel yang dimaksud.

Analisis validitas dilakukan dengan mencari nilai korelasi

antar nilai butir dan nilai total tiap item instrument. Kemudian

koefisien kolerasi product moment dibandingkan dengan r-tabel. Jika

koefisien korelasi butir secara total lebih besar dari pada r-tabel

maka butir tersebut dinyatkan valid. Peneliti membuat 30 soal untuk

siklus I dan 30 soal untuk siklus II yang akan diujikan pada siswa.

Tetapi soal yang akan diujikan pada siswa pada tiap siklus hanya 20

soal saja, sedangkan 10 soal sisanya hanya digunakan sebagai soal

cadangan apabila pada saat pengujian terdapat soal yang tidak valid.

Soal dinyatan valid jika r hitung diatas taraf signifikan 5% yaitu

0,423 hasil uji coba digunakan untuk menentukan apakah soal layak

atau tidak untuk dipakai dalam melakukan penelitian.

Soal-soal yang telah dibuat diuji cobakan terlebih dahulu

pada siswa kelas V yang telah mendapat materi pelajaran tersebut,

untuk menganalisis validitas dan reliabilitas apakah soal itu bermutu

dan baik bagi siswa.

Validitas adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas item soal evaluasi

(53)

antar nomor soal dengan sekor yang didapat oleh masing-masing

siswa. Nilai korelasinya dikelompokan sebagai berikut:

Tabel 4. Kualifikasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Kualifikasi

±0,91 – ±1,00

±0,71 – ±0,90

±0,41 – ±0,70

±0,21 – ±0,40

0 – ±0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

Pengukuran validitas item menggunakan rumus CORREL

pada Microsoft excel, adapun hasil pengukuran dapat dilihat pada

bagian lampiran.

a). Kisi-kisi soal siklus I

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Siklus I

Standar kompetensi

Kompentens i dasar

Indikator Soal Sko r suku bangsa di lingkungan kabupaten/kot a dan provinsi

Mendeskripsik a kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya

(54)

3. Siswa dapat menyebutk an gejala alam yang terjadi di lingkunan. gejala alam yang terjadi di Indonesia.

b). kisi-kisi soal siklus II

Tabel 6. Kisi-kisi Soal Siklus II

Standar kompetensi

Kompentensi dasar

Indikator Soal Skor nilai keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

Mendeskripsika kenampakan

alam di lingkungan

kabupaten/kota dan provinsi serta

hubungannya dengan keragaman

(55)

Hasil perhitungan validitasnya dilaporkan disini.

Berdasarkan perhitungan atas skor uji coba untuk siklus I diperoleh

hasil dari 30 soal, terdapat 21 soal yang valid dan 9 soal yang tidak

valid. Sedangkan pada skor uji coba untuk soal siklus II diperoleh

hasil dari 30 soal, terdapat 20 soal yang valid dan 10 soal yang

tidak valid. Untuk pengukuran prestasi belajar siswa hanya

digunakan soal-soal yang valid saja.

2. Reliabilitas

Reliabilitas artinya “ajeg”. Instrumen yang reliabel

adalah instrumen yang jika diterapkan pada kelompok yang

berbeda akan memberikan hasil yang kurang lebih sama.

Analisis reliabilitas digunakan untuk menguji soal apakah dapat

diandalkan atau tidak. Jika handal berati soal dapat digunakan

untuk pengukuran ulang dengan subjek yang sama dengan

memberikan hasil yang relatif tidak berbeda.

Skor-skor dari berbagai pengukuran tidak menunjukkan

penyimpangan atau perbedaan yang berarti. Taraf reliabilitas

suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien korelasi antara ±0,01

sampai dengan ±1,00. Untuk memberi arti terhadap koefisien

reliabilitas yang diperoleh dipakai besar koefisien korelasi

dalam tabel statistik atas dasar taraf signifikan 1% dan 5% yaitu

(56)

Tabel 7. Kualifikasi Koefisien Kolerasi

Koefisien Korelasi Kualifikasi

± 0,91 – ±1,00

± 0,71 –± 0,90

± 0,41 – ±0,70

± 0,21 – ±0,40

0 – 0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus angka kasar

yaitu sebagai berikut:

r

xy

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

soal dikatakan reliable jika r hitung di atas taraf signifikasi 5%

yaitu 0,423. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada siklis I dan II

soal tentang kenampakan alam dan keragaman sosial budaya,

ternyata signifikan pada tarap signifikan 5% (r=0,80>0,423) dan

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitan Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “ Penggunaan Model

Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomer untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa kelas IV SD Kanisius Gamping Semester I

Tahun Pelajaran 2011/2012” dilaksanakan selama dua minggu. Dimulai

pada tanggal

1. Siklus Pertama

a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Pertama

Pada pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan yaitu pada hari selasa 27 September 2011 pada pukul

09.20-10. Dan hari Jumat 30 September pada pukul 07.00-08.20.

Pada siklus ini peneliti menggunakan model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor dan subyek yang digunakan siswa yang

berjumlah 30. Pembelajaran berlangsung dengan model

cooperative learning dan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Pada akhir siklus pertama siswa

diberi soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat

(58)

b. Hasil Penelitaan Siklus Pertama

Setelah dilakukan penelitian pada siklus I dengan alat ukur

tes yaitu tes tertulis dan hasil yang diperoleh siswa pada waktu

ulangan dapat dijelaskan dengan tabel dibawah ini:

Tabel 8. Hasil Tes Evaluasi Siklus I

No Nama Nilai Tuntas Tidak

(59)

c. Refleksi

Masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

peneliti kemampuan awal siswa tentang arti kenampakan alam,

menyebutkan nama sungai, pantai, gunung, selat, dan danau yang

ada di Indonesia, dalam mengkoordinasi siswa dan mengontrol

siswa dalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Dan harus memperhatikan, mempersiapkan alat dan media yang

akan digunakan sebaik mungkin serta memperbaiki rencana

pembelajarannya.

2. Siklus Kedua

a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Kedua

Pada pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan yaitu pada hari selasa 4 Oktober 2011 pada pukul

09.20-10.40 dan hari Jumat 7 Oktober 2011 pada pukul

07.00-08.20 di Kelas IV dengan jumlah siswa 30 orang. Pada siklus ini

peneliti menggunakan model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor serta dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan

pembelajaran yang telah dibuat.. Pada akhir siklus kedua siswa

diberi soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat

memahami materi pelajaran yang telah diajarkan, apakah pada

(60)

b. Hasil Penelitian Siklus Kedua

Setelah dilakukan penelitian pada siklus II dengan alat ukur

tes yaitu tes tertulis dan porsentase yang ingin dicapai adalah 70%

dengan nilai KKM 63. Berikut adalah hasil tes siswa pada siklus II:

Tabel 9. Hasil Tes Evaluasi Siklus II

No Nama Nilai Tuntas Tidak

(61)

c. Refleksi

Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe kepala bernomor pada meteri kenampakan alam lebih menarik perhatian siswa karena dalam kegiatan dalam kelompok

siswa diminta lebih bekerjasama untuk mengeluarkan pendapat dan

meyakinkan tim dalam mengetahui jawaban keompok, pada waktu

pembahasan tiap perwakilan kelas pada nomor terentu diminta

menjawab dan dari kelompok lain pada nomor yang sama boleh

menyampaikan jawaban mereka. Jadi setiap anggota kelompok

lebih aktif dan lebih bertanggung jawab dalam menjawab dalam

mengerjakan tugas.

B. Pembahasan

Untuk memperjelas hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat

(62)

Tabel 10. Ringkasan Hasil Penelitian

Sesudah Tindakan

Siklus I Siklus II

Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan

(63)

Pada siklus I penelitian telah dilaksanakan dengan model

cooperative learning tipe kepala bernomor. Dalam pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok tiap kelompok beranggota 3-5 siswa.

Pada ulangan siklus I perolehan nilai siswa ada beranekaragam, ada 19

siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal dan ada 11 siswa yang

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Pada ulangan dua siswa

mendapat nilai 8.5, dua siswa mendapat nilai 8, dua siswa mendapat nilai

7.5, empat siswa mendapat nilai 7.0, sembilan siswa mendapat nilai 6.5,

dua siswa mendapat 6.0, dua siswa mendapat nilai 5.5, tiga siswa

mendapat nilai 4.5, satu siswa mendapat nilai 4.0, dan satu siswa

mendapat nilai 3.0. Dari data tersebut yang memperoleh nilai ulangan

harian di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada siklus I sebanyak

19 siswa atau mencapai 63,3% dari 30 siswa. Sebanyak 11 siswa masih

memperoleh nilai ulangan di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)

atau 36,7%. Ketidaktuntasan pada siklus ini dikarenakan siswa belum bisa

memahami dan belum bisa menghafal nama-nama kenampakan alam

beserta letaknya. Tetapi hasil tes pada siklus I rata-rata kelas yang

diperoleh mencapai 6.26, hal tersebut menunjukkan bahwa siklus I belum

mencapai indikator keberhasilan akhir siklus II, maka penelitian ini

dilanjutkan pada siklus II.

(64)

kepala. Siswa antusias dalam kelompok. Siswa terlihat lebih aktif dan

serius dalam kelompok dan dalam menceritakan keragaman budaya hasil

dari kenampakan alam yang ada dilingkungan setempat. Siswa juga lebih

bertanggung jawab secara individu karena setiap siswa memiliki satu

nomor, dan bertanggung jawab mengerjakan satu soal sesuai nomor yang

dimiliki. Dalam kelompok setiap siswa saling membantu atau ada

kerjasama yang baik. Pada siklus ini 23 siswa yang memenuhi kriteria

ketuntasan minimum dan 7 siswa yang belum memenuhi KKM. Pada

ulangan siklus II satu siswa mendapat nilai 9.5, dua siswa mendapat nilai

9, enam siswa mendapat nilai 8.0, tiga siswa mendapat nilai 7.5, lima

siswa mendapat nilai 7.0, empat siswa mendapat nilai 6.5, tiga siswa

mendapt nilai 6.0, dua siswa mendapat nilai 5.5 dan dua siswa mendapt

nilai 5.0. Dari data tersebut yang memperoleh nilai ulangan harian di atas

kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada siklus II sebanyak 22 siswa atau

mencapai 76,6% dari 30 siswa. Sebanyak 8 siswa yang masih

memperoleh nilai rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

atau 23,3%. Peneliltian pada siklus II ini nilai rata-rata kelas yang

diperoleh telah mencapai indikator keberhasilan akhir siklus II, maka

siklus II tidak perlu dilanjutkan.

Setelah dilakukan ulangan pada siklus I dan II ada berbagai macam

hasil yang diperoleh oleh siswa:

- Siswa pada siklus I dan siklus II mengalami ketuntasan berjumlah 16

(65)

- Siswa pada siklus I tuntas dan pada siklus II tidak tuntas berjumlah 2

siswa.

- Siswa pada siklus I tidak tuntas dan pada siklus II tuntas berjumlah 5

siswa.

- Siswa pada siklus I dan II tidak mengalami ketuntasan berjumlah 3

siswa.

Ada beberapa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab siswa

yang mengalami ketidak tuntasan dalam mengerjakan soal ulangan.

Mungkin karena faktor kondisi kelas yang cukup kecil sedangkan jumlah

siswa cukup banyak, menejemen kelas pengaturan tempat duduk, faktor

lingkungan atau keluarga dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan

yang lainnya yang dapat mempengaruhi belajar siswa.

Dari hasil penelitian ini yang telah dijabarkan diatas terlihat

peningkatan pemahaman siswa ditandai dengan naiknya nilai rata-rata

ulangan dari kondisi awal 56,6 ke siklus I mencapai 62,6 dan dari siklus II

mencapai 76,6 dengan demikian hasil penelitian ini membuktikan

hipotesis bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping tahun ajaran 2011/2012.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dengan temuan penelitan

yang dilakukan oleh Elvi Susanti (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(66)

Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

PKn Kelas IVA Sekolah Dasar Negri 19 Kota Bengkulu” dengan instumen

penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dan lembar tes. Hasil

yang diperoleh pada siklus I nilai rata-rata skor observasi guru sebesar 34

dengan kriteria baik, dan rata-rata skor observasi siswa sebesar 32,5

dengan kriteria cukup. Pada siklus II rata-rata observasi guru sebesra 39,5

dengan kriteria baik, sedangkan rata-rata skor obsrvasi siswa sebesar 38,5

dengan kriteria baik. Hasil analisis ketuntasan belajar secara klasikal pada

siklus I sebesar 52,777% dengan nilai rata-rata 6,902. Pada siklus II

ketuntasan belajar secara klasikal meningkat menjadi 91,666% dengan

nilai rata-rata meningkat menjadi 8,069 kesimpulannya pembelajaran

dengan menggunakan metode cooperative learning tipe kepala bernomor

dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa . ( diunduh

melalui dari http://library.unib.ac.id/koleksi/Elvi%20Susanti-FKIP-PGSD-abs-2009.pdf_ tanggal 10 oktober 2011 pukul 20:26 ).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dra. Hariah tentang “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor

Terstruktur Pada Tema Produksi.” Di Kelas VII A SMP NEGERI 7 Kota

Tasikmalaya”2008. Dengan Hasil penelitian setelah di uji coba kepada

siswa menunjukkan bahwa tes hasil belajar pada Siklus I ke Siklus II

mengalami peningkatan. Tes awal Siklus I memiliki rata-rata 5,78

(67)

memiliki rata-rata 8,38. Keberhasilan peningkatan hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial (ekonomi) pada tema Produksi dikarenakan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor

terstruktur (diunduh melalui dari http://haeriah-

wungkul.blogspot.com/2008/05/peningkatan-hasil-belajar-dengan-metode.html/ tanggal 10 Oktober 2011 pukul 20:40).

(68)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model Cooperative Learning Tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang

keanekaragaman kenampakan alam di kelas IV SD Kanisius Gamping

tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dibuktikan dengan tingkat pemahaman

siswa yang melampaui KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu:

1. Persentase nilai evaluasi siswa yang melampaui KKM sebelum siklus I

adalah 56,6%, pada akhir siklus I adalah 63,3%, sehingga terjadi

peningkatan prestasi sebesar 6,7%.

2. Persentase nilai evaluasi siswa yang melampaui KKM pada siklus I

adalah 63,3%, pada akhir siklus II adalah 76,6%, sehingga terjadi

pengingkatan sebesar 13,3%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran IPS seorang dalam guru hendaknya dapat

(69)

yang disampaikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar para siswa.

2. Hendaknya seorang guru lebih inovatif dalam memilih model

pembelajaran yang hendak digunakan dalam kegiatan belajar dan

menyesuaikan dengan materi ajar serta karakteristik siswa supaya para

siswa tidak merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran, mampu

memahami materi yang disampaikan sehingga prestasi belajar siswa

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie.2008. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Grasindo

Arikanto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.PT Bumi Aksara

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Djahariri K. dan Somara. 1980. Strategi Belajar Mengajar Dalam IPS. Jakarta:

Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.

Djodjo S., Helius S., Lili M., Hasan.1991. Pendidikan IPS 3. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hisnu T dan Winardi.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan.

http://haeriah-wungkul.blogspot.com/2008/05/peningkatan-hasil-belajar-dengan-metode.html. tanggal 10 Oktober 2011 pukul 20.41

 

http://library.unib.ac.id/koleksi/Elvi%20Susanti-FKIP-PGSD-abs-2009.pdf 

tanggal 10 Oktober 2011 pukul 20.26

Imron Ali. 1996. Belajar dan Pembelajara. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya Lindy Petersen. 2008. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta : Gramedia. Masidjo. Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

Resmiati, Catur.2008.Pembelajaran IPS yang Kontekstual.Yogyakarta : USD Sadirman.1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV Rajawali Sadiman I.S. dan Amalia. S.2008.Ilmu Pengetahuan Sosial.Jakarta:Pusat

Perbukan Departemen Pendidikan.

Sugiyanto.2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif.Surakarta :Yuma Pustaka Sarwiyanto. Dkk.2009. Ayo Belajar IPS. Yogyakarta: Kanisius.

(71)

Suprijono Agus.2009.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi.Surabaya :

http://history22education.wordpress.com – Blog History Education

Suyono dan Haryanto.2011.Belajar dan Pembelajaran.Bandung:PT. Remaja Rosda Karya.

Solihatin dan Raharjo.2007.Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Taniredja, Pujiati, dan Nyata.2011.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: ALFABETA

(72)

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Tabel 2. Kriteria Ketuntasan
Tabel 3. Kriteria Ketuntasan
Tabel 4. Kualifikasi Koefisien Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

B   Informasi merupakan kebutuhan sehari- hari, sehingga harus tersedia secara. cepat, mudah,

Memberi pelatihan pembuatan video Desa Beji untuk anak-anak berusia 5 – 18 tahun yang tinggal di Dusun Beji, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul dengan materi

We offer you lots of varieties of link to get guide Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan On is as you require this Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan You can

Drug Related Problems pada pasien yang Obat Tidak Efektif di Unit Stroke RSUD Banyumas pada tahun 2010... Drug Related Problems pada pasien yang

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Furthermore, women with low education level had 86% greater risk of (pre-)eclampsia (RRa=1.86, P=0.005), while middle education level had 72% greater risk of

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat anti hipertensi pada pasien lanjut usia di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah