PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
KEPALA BERNOMOR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAMPING
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2010-2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Agnesia Ermi NIM: 081134167
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
KEPALA BERNOMOR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GAMPING
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011-2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Agnesia Ermi NIM: 081134167
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yeyus Kristus dan Bunda Maria Yang selalu menjagaku
dan membimbing langkahku
Bapak Exnasius dan ibu Maria Delfina yang sangat aku cintai
Kakak, abang,adek dan ponakanku yang selalu mendukungku dan
mendoakan aku
Sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku dan menemaniku
sehingga aku lebih bersemanagat
MOTTO
“ Kita bisa hidup dari apa yang kita terima, tetapi hidup ini hanya
akan berartidari apa yang kita beri, jadi jangan pernah berhenti
memberi yang terbaik “ ( Veronika Andriyati )
ABSTRAK
Agnesia Ermi, 2011. Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Gamping Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model cooperatve learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar IPS tentang keanekaragaman kenampakan alam bagi siswa kelas IV SD Kanisius Gamping Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa SDK Gamping kelas IV tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang digunakan dalam penelitain adalah model cooperative learning tipe kepala bernomor.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I model cooperative learning
tipe kepala bernomor, siswa dibagi dalam kelompok untuk mengerjakan bersama-sama dan masing-masing siswa menyebutkan macam-macam kenampakan alam sesuai dengan nomor yang dimiliki. Sedangkan pada siklus II model cooperative learning tipe kepala bernomor siswa dalam kelompok menceritankan tentang keragaman kenampakan alam dan sosial budaya, kemudian dipersentasikan di depan kelas dengan nomor tertentu. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik tes, dan teknik analisis data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar tentang keanekaragaman kenampakan alam dan sosial budaya bagi siswa kelas IV SD Kanisius Gamping tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil prestasi belajar dapat dilihat dari nilai siswa yang memenuhi KKM (63) pada kondisi awal 56,6%, siklus I mencapai 63,3%, dan siklus II meningkat menjadi 76,6%.
ABSTRACT
Agnesia Ermi, 2011. The Use Of Cooperative Learning Model With Numbered Head Typeto Improve Social Sciences Learning Achievement Of 4th Grade Students Of Kanisius Elementary School, Gamping, First Semester, 2011-2012.Thesis. Elementary School Teacer Education. Faculty Teacher and Trainning Education. Sanata Dharma University.
The purpose of this study is to know if the cooperative learning model with numbered head type could improve social sciences learning achievement especiallyon varieties of natural appearances to the 4th grade students of Kanisius Elementary School, Gamping, First Semester, 2011-2012.
This is a class action research. Subjects sampled for this study is 4th grade students of Kanisius Elementary School Gamping, First Semester, 2011-2012 amounting to 30 pupils and consist of 16 male and 14 female pupils. This study was conducted in odd semester,2011/2012. Method used in this study is cooperative learning model with numbered head type.
This study was conducted in two cycles. In cycle I, teacher applied cooperative learning model with numbered head type for learning process in which pupils worked together in group and each of them could mention various natural appearances according to their chosen number. While in the second cycle, teacher applied the cooperative learning model with numbered head type for learning process in which pupils ingroup narrated on the variety of natural appearances and social cultures, and then presented itin front of class based on certain number. Data collecting methods used in this study were test and data analysis methods.
The results showed that the use of cooperative learning model with numbered head type could improve learning achievement on variety of natural appearances to the 4th grade students of Kanisius Elementary School,Gamping, First Semester, 2011-2012. The improvement of learning achievement could be seen from the scores of students qualifying KKM in initial condition (63) 56,6%, in cycle I reached to 63,3%, and in cycle II increased to76,6%.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini saya beri judul Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Gamping Semester I Tahun Pelajaran 2011-2012.
Dalam karya inin saya ingin menyampaikan pentingnya menggunakan
model cooperative lerning dalam menyampaikan pembelajaran di kelas.
Dalam karya ini saya tidak lepas dari bantuan orang lain oleh
karena itu saya mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rohandi. Ph. D. selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu
pendidikan.
2. Drs. Puji Purnomo, M. Si. Selaku Kaprodi PGSD Universiatas Sanata
Dharama yang memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
3. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd selaku sekretaris PGSD Universitas
Sanata Dharma.
4. Drs. YB. Adimassana, M. A. selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan memberi banyak saran dalam kepada penulis
selama pembuatan skripsi.
5. Semua dosen serta karyawan PGSD yang tidak dapat saya sebutkan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Perumusan Masalah ... 5
D. Batasan Pengertian ... 5
E. Pemecahan Masalah ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 7
G. Manfaat Penelitaian ... 7
BAB II. KAJIAN TEORI ... 9
A. Pengertian Cooperative Learning ... 9
B. Numbered Head Together (NHT) ... 14
C. Pengertian Prestasi Belajar ... 15
E. Kerangka Berfikir ... 20
F. Hipotesis Tindakan ... 21
BAB III. METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Seeting Penelitian ... 22
1. Subjek Penelitian ... 22
2. Waktu Penelitian ... 22
3. Lokasi Penelitian ... 23
4. Objek Penelitian ... 23
C. Desain Penelitian ... 23
D. Rencana Penelitian ... 25
1. Persiapan ... 25
2. Rencana Tindakan Tiap siklus ... 27
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil Penelitian ... 40
1. Siklus Pertama ... 40
a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Pertama ... 40
b. Hasil Penelitian Siklus Pertama ... 41
c. Refleksi ... 42
2. Siklus Kedua ... 42
a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Kedua... 42
b. Hasil Penelitian Siklus Kedua ... 43
c. Refleksi ... 44
B. Pembahasan ... 44
BAB V. PENUTUP ... 51
A. Kesimpulan ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif……….. 13
Tabel 2 Kriteria Ketuntasan………. 25
Tabel 3 Kriteria Ketuntasan………. 34
Tabel 4 Kualifikasi Koefisien Kolerasi………... 36
Tabel 5 Kisi-kisi Soal Siklus I………. 36
Tabel 6 Kisi-kisi Soal Siklus II……… 37
Tabel 7 Kualifikasi Koefisien Kolerasi………... 39
Tabel 8 Hasil Tes Evaluasi Siklus I………. 41
Tabel 9 Hasil Tes Evaluasi Siklus II……… 43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... 55
Lampiran 2 RPP ... 59
Lampiran 3 LKS ... 70
Lampiran 4 Soal Siklus I ... 78
Lampiran 5 Soal Siklus II ... 81
Lampiran 6 Kunci Jawaban Siklus I ... 84
Lampiran 7 Kunci Jawaban Siklus II ... 85
Lampiran 8 Data Skor Siklus I ... 86
Lampiran 9 Data Skor Siklus II ... 89
Lampiran 10 Daftar Perhitungan Reliabilitas ... 92
Lampiran 11 Tabel –r ... 94
Lampiran 12 Hasil Evaluasi Siklus I dan II……….. 95
Lampiran 12 Foto Kegiatan Siklus I ... 107
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar-mengajar merupakan sarana interaksi antara siswa
dengan guru. Dalam interaksi tersebut guru berperan sebagai salah satu
komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar. Di dunia pendidikan
guru harus berperan aktif dalam tanggung jawabnya untuk membawa para
siswa pada kedewasaan atau pada taraf kematangan tertentu. Dalam taraf
ini guru tidak semata-mata hanya sebagai pengajar melainkan juga sebagai
pendidik yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam
belajar.
Menjadi seorang guru sangat tidak mudah karena guru harus bisa
membuat proses belajar-mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi
para siswa, dan dapat memenuhi tujuan pembelajaran. Di sekolah guru
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial
dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap. Karena itu diperlukan
adanya perubahan yang sesuai dengan perkembangannya. Perubahan yang
dapat dilakukan oleh guru adalah memperbaiki suasana belajar dan
penggunaan media yang menarik.
Dalam pelajaran IPS sering kali dianggap pelajaran yang kurang
menarik dan kurang menantang bagi siswa. Karena bagi banyak orang
pelajaran eksaktalah yang lebih penting dan lebih banyak digunakan dalam
pasti dan jelas jawabannya. Padahal dalam pelajaran IPS banyak hal-hal
yang menarik yang dapat dipelajari karena dalam IPS siswa mempelajari
manusia dan tempat-tempat di dunia dari zaman dahulu sampai sekarang.,
dan pelajaran IPS akan selalu berkembang.
Kenyataan yang terjadi di SD Kanisius Gamping guru dan siswa
sering kali mendapat kesulitan yang menghambat berlangsungnya proses
belajar mengajar. Kemungkinan guru belum siap menerapkan strategi
pembelajaran kooperatif secara optimal. Kegiatan pembelajaran masih
didominasi oleh guru. Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber
informasi seehingga metode yang digunakan guru adalah metode ceramah.
Walaupun para siswa diberi kesempatan untuk bertanya akan tetapi
mereka jarang ada yang bertanya, mungin karena mereka sudah bosan
mendengar ceramah dari guru, sehingga parasiswa tidak termotivasi
mengikuti pelajaran dan berakibat pada prestasi belajarnya.
Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Kanisius
Gamping kelas IV semester I tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah dan
belum memenuhi standar yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari data
tes yang diperoleh persentase kelas baru mencapai 56,6% dalam
pnguasaan materi dan siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) ada 17 dari 30 siswa. Pencapaian prestasi siswa pada bahasan ini
masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Kondisi
tersebut mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya
dimanfaatkan dan kurang sesuai, kurangnya model dan media
pembelajaran yang bisa membangkitkan semangat siswa.
Prestasi siswa rendah itu diakibatkan karena dalam mengikuti
pelajaran siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang dikatakana guru,
para siswa cenderung diam dan tidak menunjukan potensi yang mereka
miliki. Suasana kelas kurang membuat mereka bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Parasiswa cenderung mencatat pada saat guru sedang
menjelaskan pelajaran sehingga apabila ditanya guru mereka sibuk
membuka catatan untuk menjawab. Berarti mereka tidak memperhatikan
guru menjelaskan akan tetapi hanya mencatat dan mereka tidak mengerti
apa yang sedang dipelajari.
Sesungguhnya kecenderungan manusia untuk mengumpul dan
perkelompok bukanlah sekedar keperluan asasi yang diwariskan nenek
moyang semata-mata. Kecenderungan tersebut berdasarkan kesadaran
manusia akan hidup bersama. Pergaulan antar manusia (teman) merupakan
sutu kebutuhan, dari pengalamanlah manusia belajar, bahwa untuk
memenuhi kebutuhannya manusia yang satu memerlukan manusia yang
lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran kelompok – kelompok kecil juga
sangat berperan penting karena untuk melatih siswa bertanggung jawab
dalam bekerjasama.
Siswa juga bisa saling bertukar pikiran dengan teman atau setiap
siswa saling mengajar temannya dalam kelompok. Strategi pengajaran ini
kegiatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam strategi ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan siswa cenderung berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Ada berbagai macam model yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar, salah satunya adalah dengan menggunakan model
cooperative learning. Model cooperative learning adalah falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong atau kerjasama, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah makluk sosial yang saling
membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kerjasama merupakan kebutuhan
yang sangat penting bagi seluruh manusia dan termasuk siswa di sekolah.
Kerjasama di butuhkan siswa dalam hal memecahkan suatu masalah dalam
kegiatan pembelajaran. Model cooperative learning tipe kepala bernomor dimaksudkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dalam
menjawab soal.
Dari uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian dengan judul “Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor Untuk Meningkatkan
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, tidak semua masalah
akan dicakup sekaligus. Peneliti membatasi pada masalah – masalah yang
dapat segera diatasi oleh guru dengan serangkaian tindakan yang sesuai
dengan kondisi yang ada selama ini yaitu masalah meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Kanisius
Gamping semester 1 tahun ajaran 2011/2012 dan tindakan dibatasi pada
model cooperative learning tipe kepala bernomor.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal – hal di atas, masalah dalam penelitian tindakan kelas
ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah penggunaan model cooperative learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius
Gamping semester ganjil tahun pelajaran 2011 / 2012?
D. Batasan Pengertian
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
perlu didefinisikan hal – hal sebagai berikut;
1. Cooperative learning
Salvin (dalam Trianto 2009:55) mengatakan bahwa dalam
menyelasaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama
untuk keberhasilan kelompoknya.
2. Tipe Numbered Head Togther
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa atau sebagai
alternatif terhadap struktur pembelajaran yang tradisional. Numbered Head Together (NHT) ini dirancang untuk lebih banyak melibatkan siswa agar dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami dan
mendalami materi yang sudah dipelajari.
3. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari
pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran-pelajaran yang
diberikan oleh guru, yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar / tes
prestasi (Mulyono, 1995:150).
E. Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan
yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Gamping
Dalam penelitian ini masalah akan diatasi dengan model
cooperative learning tipe kepala bernomor.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping melalui penerapan
model cooperative learning tipe kepala bernomor.
G. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini dapat berguna sebagai:
1. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan guru sebagai salah satu
alternatif penggunaan metode pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa
dalam pembelajaran.
3. Bagi Peneliti / Penulis
Hasil penelitian ini bermanfaatkan mengaflikasikan ilmu yang
telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah, dan semakin
memahami bagai mana cara mengelola kelas dengan baik sehingga
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi para guru
agar memvariasikan model pengajara.
5. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi
penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai refrensi dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Cooperative Learning 1. Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah pembelajaran cooperative, yang tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur
dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan
pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan
guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif
akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran
yang bercirikan: (1) ”memudahkan siswa belajar” sesuatu yang
“bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep pengetahuan,
dan bagaimana hidup serasi dengan sesame; (2) pengetahuan, nilai,
dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai
(Suprijono, 2009:58).
Menurut Priyanto dalam Made Wena 2009:189. Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang
memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif
adalah siswa membentuk kelompok kecil dan masing-masing
mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat
belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman
yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang biasa bersikap pasif
setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa
berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota
kelompoknya.
Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil dalam kelompok-kelompok kecil, di mana pada setiap
kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkatan
kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang
sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk
tidak hanya belajar pada apa yang diajarkan tetapi juga membantu
rekan-rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan.
Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil
memahani dan melengkapinya.
1. Karakteristik dan Prinsip Pokok Cooperative Learning
Sebagai guru sudah selayaknya mengetahui dan memahami pula
karakteristik dan prinsip dari cooperative learning dalam pengajaran dan pembelajarannya. Beberapa pendapat pakar tentang karakteristik
rinci oleh Arend (1997) mengemukakan bahwa karakteristik strategi
belajar cooperative adalah :
1. Siswa belajar dalam kelompok/cooperative untuk menguasai materi akademik.
2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa
yang berkemampuan rendah, tinggi, dan sedang.
3. Jika memungkinkan masing-masing anggota kelompok
cooperative berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
4. Sistem penghargaan yang berorientasi pada kelompok dari
pada individu.
Dari uraian tinjauan tentang pembelajaran kooperatif ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaraan kooperatif memerlukan kerjasama
antara siswa dan saling ketergantungan dalam pencapaian mengerjakan
tugas, tujuan dan penghargaan. Keberhasilan individual dalam
kelompok, sangat berarti untuk pencapaian suatu tujuan positif dalam
belajar kelompok.
2. Unsur-unsur Cooperative Learning
Menurut Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2008) ada lima
1) Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu kerja kelompok tergantung pada usaha
setiap anggotanya, guru harus memberi tugas yang
mengaktifkan seluruh anggota kelompok.
2) Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok dituntut untuk dapat menyelesaikan
tugas yang menjaditanggung jawab kelompok. Maka setiap
anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri dan berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas
kelompok.
3) Tatap muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberi kesempatan
kepada setiap kelompok membentuk kerjasama yang
menguntungkan setiap anggota.
4) Komunikasi antar anggota
Agar tugas yang diberikan dapat diselesaikan diperlukan
kemampuan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
5) Evaluasi proses kelompok
Guru memberi waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi hasil kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif.
3. Langkah-langkah Pembelajaran cooperative
Dalam pembelajraan kooperatif terdapat enam langkah atau
tahapan yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyamaiakan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaan tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasi siswa dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelomok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau
masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Memberi penghargaan
B. Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together(NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa atau sebagai alternatif terhadap stuktur
pembelajaran yang tradisional. Numbered Head Together (NHT) ini dirancang untuk lebih banyak melibatkan siswa agar dapat mengetahui
sejauh mana siswa dapat memahami dan mendalami materi yang sudah
dipelajari.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru
menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT yaitu:
a. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor
antara 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah peertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. pe rtanyaan dapat amat sangat spesifik dan dapat berbentuk
kalimat tanya. Misalnya, ” Apakah nama ibu kota jawa tengah?” atau
berbentuk arahan, misalnya ” pasti setiap orang mengetahui 5 buah ibu
kota provinsi yang terletak di pulau sumatra.”
c. Fase 3 : Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentui, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut para pakar pendidikan berbeda-beda
yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi mengacu pada prinsip yang
sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami
perubahan pada dirinya dan memperoleh banyak pengetahuan.
Dalam Agus Suprijono (2009:9) beberapa pakar pendidikan
mendefinisikan belajar sebagai berikut:
a. Menurut Gagne: belajar adalah perubahan posisi atau kemampuan
dicapai seseorang melalui aktivitas perubahan di posisi tersebut
bukan diperoleh langsung dari proses perubahan seseorang secara
ilmiah.
b. Menurut Traves: belajar adalah proses mengahsilkan penyesuaian
tingkah laku.
c. Menurut Morgan: belajar adalah perubahan prilaku bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman.
d. Menurut Cronbach: belajar adalah perubahan prilaku sebagi hasil
Dalam Suyono dan Hariyanto (2011:9) Belajar adalah suatu
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan
mengokohkan kepribadian.
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
membaca, berlatih, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:21)
2. Pengertian Prestasi Belajar
Winkels (1984:64) prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat
diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Jadi prestasi belajar
dalah hasil dari kemampuan siswa dengan memperoleh hasil yang
sebaik mungkin terhadap hal yang dilerjakan atau dilakukan pada waktu
tertentu.
Prestasi belajar adalah sebagai penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
dilanjutkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru
(Kamus Besar Bahasa Indonesia:700)
Untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa melalui kegiatan
penilaian atau pengukuran hasil belajar dilakukan dengan proses
evaluasi. Jadi evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Di mana
tingkat keberhasilan siswa ditandai dengan skala nilai berupa huruf,
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anatara lain
adalah faktor intern dan faktor eksteren. Faktor intern adalah
faktor-faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor-faktor
eksteren adalah faktor-faktor dari luar diri siswa.
Faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi
beberapa hal yaitu:
1. Aspek Psikologis yaitu yang menyangkut aspek kejiwaan seperti minat, motivasi, sikap, presepsi, konsep diri, intelegensi,
pandangan hidup, ataupun gaya hidup.
2. Aspek fisiologis yaitu seperti kesehatan jasmani, alat indra, serta kematangan fisik.
Sedangkan faktor eksteren yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa adalah
1). Kondisi perekonomian keluarga.
2). Linkungan belajar.
3). Lingkungan tempat tinngal.
4). Lingkungan pergaulan.
5). Sarana dan prasarana.
6). Pola asuh orang tua.
7). Metode pengajar.
8). Sistem evaluasi.
D. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan
dari apa yang di dunia pendidikan dasar dan lanjutan Amerika Serikat
dinamakan social studies, sehingga IPS dapat diartikan penelaahan masyarakat (Daldjoeni,1981:6)
IPS merupakan kajian yang luas manusia dan dunianya. IPS
juga merupakan pelajaran yang mengkaji, menelaah, menyoroti, dan
membahas tentang kehidupan dan masalah-masalah sosial dari berbagai
aspek kehidupan. Pembelajaran IPS juga merupakan proses memadukan
berbagai pengetahuan sosial (Hasan 1991:3).
Bahan-bahan yang dikaji dalam ilmu pengetahuan sosial adalah
polotik, ekonomi, budaya dan aspek-aspek lingkungan dari suatu
masyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan dating
(Maxim dalam Rismiati:2008)
IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
manusia sebagai anggota masyarakat. Semua yang berkaitan dengan
manusia dapat menjadi sumber IPS seperti, segala gejala, masalah, dan
peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat.
2. Pengertian Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS pada siswa sekolah dasar belum terlalu luas
sosial secara lengkap. Dengan belajar IPS diharapkan siswa dapat
memperoleh pengetahuan, sikap, dan kepekaan terhadap
masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan.
IPS merupakan kajian yang luas yang mempelajarai tentang
manusia dan dunianya. IPS merupakan sistem pembelajaran yang
mengkaji, menelaah dan menyoroti dan membahas kehidupan dan
masalah-masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan. Pembelajaran
IPS juga merupakan proses memadukan berbagai pengetahuan sosial
(M.Hasan,1991:3).
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Materi Kenampakan Alam dan Keragaman Sosial Budaya
a. Standar Kompetensi (SK)
Standar kompetensi adalah tujuan umum yang harus
dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Standar Kompetensi (SK)
yang diambil oleh peneliti pada penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah memahami sejarah kenampakan alam, dan keragaman suku
bangsa di lingkungan kabupaten /kota dan provinsi
b. Kompetensi Dasar (KD)
Dari Kompetensi Dasar ini materi yang dibahas dalam
kegiatan belajar mengajar adalah “Mendiskripsikan kenampakan
alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta
pembahasan mata pelajaran IPS yang cenderung mengarah pada
ilmu geografi. Materi yang dibahas juga masih berkaitan dengan
ekonomi, sosiologi dan yang lainnya. Yang berhubungan dengan
topik tersebut tentu tidak akan dibahas secara keseluruhan, namun
titik berat penekanan cenderung topik pada kompetensi dasar
permasalahan tersebut.
E. Kerangka Berfikir
Dalam model Cooperative Learning tipe kepala bernomor siswa dibagi 4-5 orang dalam kelompok yang merupakan campuran berdasarkan
tingkat prestasi, jenis kelamin. Saat bekerja kelompok siswa ditugaskan
untuk mengerjakan materi yang diberikan oleh guru. Pada proses ini siswa
ditugaskan untuk mengeluarkan pendapat mereka untuk memecahkan
masalah yang diberikan. Siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok.
Sehingga siswa terlatih untuk menghargai pendapat orang lain.
cooperative learning tipe kepala bernomor merupakan model pembelajaran yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat saling bekerjasama dalam
dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan soal.
Dengan demikian diharapkan kualitas belajar siswa dapat
meningkat dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan proses
berbagai sumber yang diberikan guru maupun pengalaman yang dimiliki
masing-masing anggota, melalui unsur kerjasama dalam kelas.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, dalam penelitian ini
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Pembelajaran dengan pendekatan
model cooperative learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Kanisius Gamping semester I
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.
Dengan kata lain penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian
reflektif yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi yakni
masalah rendahnya prestasi belajar IPS siswa kelas IV. Untuk itu
penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS siswa
kelas IV SD Kanisius Gamping dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe kepala bernomor.
B. Seting Penelitian 1. Subjek Penelitian
Peneliti memilih subjek penelitian siswa SD Kanisius Gamping Kelas
IV semester 1 tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 30 siswa.
Yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.
2. Waktu Penelitian
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Gamping yang
beralamat di Gamping Tengah Kecamatan Ambarketawang Gamping,
Kabupaten Sleman Yogyakarta.
4. Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi
belajar model Cooperative Learning tipe kepala bernomor dengan materi kenampakan alam dan keragaman sosial budaya dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
C. Desain Penelitian 1. Model penelitan
Dalam penelitian ini peneliti memilih model spiral dari Kemmis dan
Taggart. Berikut adalah bagan model spiral dari Kemmis dan Taggart
(dalam Taniredja, Pujiati, Nyata 2011:24)
REFLEKSI SIKLUS I TINDAKAN REFLEKSI SIKLUS II TINDAKAN
PENGAMATAN PENGAMATAN PERENCANAAN
Bagan model spiral dari Kemmis dan Taggart di atas
menjelaskan tahap-tahap penelitaian tindakan kelas yang akan
dilakukan dalam setiap siklus. Tahap-tahap tersebut meliputi
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam tahap pertama
yaitu perencanaan, penelitian untuk membantu peneliti melihat hal-hal
yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap yang kedua yaitu
tahap tindakan, selanjutnya adalah tahap pengamatan. Tahap ini
dimana peneliti mengamati terhadap apa yang terjadi ketika tindakan
berlangsung. Peneliti mencatat apa yang terjadi untuk memperoleh
data yang akurat. Tahap yang terakhir pada setiap siklus adalah tahap
refleksi. Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan dan apa yang sudah sesuai yang diharapkan.
Setelah pada tahap-tahap siklus pertama sudah terlaksana dan
ternyata belum mencapai target yang diinginkan dengan hasil siklus
tersebut, maka akan dilanjutkan pada siklus kedua. Tahap-tahap pada
siklus kedua, sama dengan tahap-tahap siklus satu yaitu mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus akan terus
berlanjut jika pada akhir siklus tetap belum mencapai hasil atau target
yang belum diharapkan
2. Rencana Banyaknya Siklus
Banyaknya siklus direncanakan yaitu 2 siklus, hal ini
dimaksudkan jika pada siklus pertama belum mencapai target yang
Tabel 2. Kriteria Ketuntasan
INDIKATOR KONDISI
AWAL
SIKLUS I SIKLUS II
Persentase siswa yang
memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
56,6 62 70
D. Rencana Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat
kali pertemuan
(8 x 40 menit)
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
persiapan pembelajaran cooperative learning tipe kepala bernomor, yaitu meliputi:
a. Identifikasi Masalah
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi
masalah tentang prestasi siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial melalui studi pendahuluan untuk mengetahui
kesulitan yang dialami siswa dalam pelajaran IPS.
Tahapan penelitian ini adalah pembelajaran IPS kelas IV
tahun pelajaran 2011/2012 di SD Kanisius Gamping yang kegiatan
pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah, dan siswa
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan
berupa, penyiapan pembelajaran cooperative learning tipe kepala bernomor. Pertama-tama peneliti dan guru menggali data awal
karakteristik siswa untuk memetakan para siswa. Dasar yang
dilakukan untuk memetakan siswa adalah daftar nilai sebelumnya.
Setelah menngetahui hasinya peneliti dan guru merengking siswa
dari nilai yang tinggi samapai siswa yang memiliki nilai terendah.
Kemudian peneliti dan guru membagi siswa secara hiterogen
berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, menjadi
kelompo-kelompok kecil.
b. Analisis Materi Pembelajaran (menentukan SK, KD sesuai dengan
materi pembelajaran)
c. Mempersiapkan silabus
d. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan
menggunkan model cooperative learning tipe kepala bernomor. e. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari materi
pokok pembelajaran yang dituangkan dalam silabus (lampiran)
f. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran yang sesuai
(buku pelajaran IPS kelas IV, media pembelajaran kepala bernomor
dan gambar -gambar).
g. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran)
h. Menyusun instrumen pengambilan data berupa: soal tes (lampiran),
i. Menyusun instrument penilaian (lampiran)
j. Menyusun lembar kerja siswa (lampiran)
k. Menyusun soal tes siklus (lampiran)
l. Menyusun lembar observasi (lampiran)
2. Rencana Tindakan Tiap Siklus a. Siklus I
1. Tahap rencana tindakan siklus I
Hasil pengamatan terhadap siklus I sebagai dasar
menentukan tindakan berikutnya. Dalam proses pembelajaran
pada siklus I terdiri dari dua kali pertemuan atau 4 jam
pelajaran (4 x 40 menit).
Adapun langkah – langkah pelaksanaan tindakan pada
siklus I tersebut meliputi:
a. Guru melakukan apersepsi dengan Tanya jawab serta
mengingatkan kembali tentang materi IPS yang telah
dipelajari.
b. Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai
c. Guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran dan garis
besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa
dalam diskusi kelas.
d. Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen (3-5
membagikan lembar kerja pada kelompok. Setiap anggota
mengerjakan masing-masing pertanyaan sambil
mendiskusikan dalam kelompok.
e. Siswa mendiskusikan bahan belajar, dan LKS secara
kolaboratif dalam kelompok, setiap siswa bertanggung
jawab pada soal yang sesuai dengan nomor yang dimiliki
dan guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal
tersebut.
f. Siswa diminta mempersentasikan hasil kerja kelompok
sehingga terjadi diskusi di dalam kelas.
g. Siswa mengerjakan kuis secara individu
h. Siswa bersama guru melakukan refleksi.
Setelah pertemuan pertama dilanjutkan dengan
pertemuan kedua. Dalam pertemuan kedua, guru memberikan
evaluasi berupa tes berbentuk pilihan ganda.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan.
3. Tahap Pengamatan (observasi)
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan.
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau
dampak dari tindakan yang meliputi; motivasi siswa selama
kegiatan belajar berlangsung dan mengobservasi kemampuan
mengerjakan soal atau lambat, bekerja sendiri atau melihat
pekerjaan temannya dan mencatat hal-hal yang terjadi selama
pelajaran berlangsung.
4.Refleksi
Hasil observasi serta hasil tes pada tindakan I dikaji
kembali untuk memahami data yang telah dikumpulkan
supaya dapat digunakan untuk menetapkan tindakan yang
perlu diperbaiki pada siklus II.
a. Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan
kejadian-kejadian khusus.
b. Melihat peningkatan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
5. Analisis data
Menurut cara perolehannya, data dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu:
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan
secara langsung di tempat penelitian melalui wawancara
dan pre-tes.
Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan
oleh pihak lain. Data diperoleh dari guru kelas dan
pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian.
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer
yang diperoleh dari sumber langsung yaitu dari hasil observasi
pada peserta didik yang dilakukan di dalam kelas.untuk
memperoleh data diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat,
untuk itu penelitian menggunakan teknikpengumpulan data non
test dan test.
a. Teknik Non Test
Untuk mengetahui proses dalam pembelajaran dan
tingkat keberhasilan siswa dalam memahami tentang
keragaman social dan budaya dengan kenampakan alam.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1). Mengobservasi siswa dalam kelompok saat berdiskusi
mengenai keanekaragaman social dan budaya berdasarkan
kenampakan alam.
2). Mengobservasi kegiatan pembelajaran dengan metode
b. Teknik Test
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran
yang telah dilakukan, peneliti menggunakan test tertulis secara
individual, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Mengevaluasi hasil belajar secara individual berdasarkan
indikator yang telah ditentukan.
2. Membandingkan hasil test awal dengan hasil test pada
siklus I
3. Mengidentifikasi dan mencatat nilai pada lembar data hasil
belajar.
Tes dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran. Tes tertulis dilaksanakan
setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui data yang akurat tentang pemahaman siswa
terhadapa materi pembelajaran.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian ini adalah teknik deskritif kuantitatif. Pada
pelaksanaan analisis adalah mengolah skor menjadi nilai.
Tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
a. Mengisi tabel hasil test untuk tiap siswa
b. Menghitung nilai rata-rata keberhasilan dengan rumus:
Keterangan:
∑n = jumlah nilai yang diperoleh oleh seluruh siswa N = jumlah seluruh siswa.
b. Siklus II
1. Tahapan rencana tindakan siklus 2
a. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 1-5 siswa
b. Dalam kelompok masing-masing siswa membaca tentang
keragaman sosial budaya.
c. Siswa mendapat tugas menceritakan di dalam kelompok
tentang keragaman sosial budaya di sekitar tempat
tinggalnya.
d. Secara bergantian tiap kelompok mempersentasikan di
depan kelas.
e. Pembahasan hasil kerja siswa secara klasikal dan
dilanjutkan evaluasi secara tertulis.
2. Rencana pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan.
3. Observasi
Mengobservasi kesulitan siswa dalam kerja kelompok,
melakukan pengumpulan data dan mempersentase tingkat
4. Refleksi
a. Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian-kejadian
khusus.
b. Membandingkan jumlah siswa yang mampu memahami
materi pada siklus pertama dengan siklus kedua.
c. Membandingkan skor rata-rata siswa pada ulangan disiklus
pertama dan ulangan disiklus kedua, apakah terjadi
peningkatan atau tidak.
d. Menarik kesimpulan tentang peningkatan pemahaman siswa
terhadap pelajaran IPS menggunakan pendekatan kooperatif
tipe kepala bernomor.
5. Analisis Data
Semua data yang diperoleh dalam penelitian
dikumpulkan. Tahap-tahap pengumpulan data dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Klasifikasi data: data diklasifikasikan sesuai dengan
kelompok tertentu.
b. Penyajian data: dilakukan dengan menyusun informasi yang
diperoleh dari hasil observasi dengan model pembelajaran
cooperative learning tipe kepala bernomor dan data nilai hasil belajar siswa.
c. Menganalisis tingkat berhasilan pembelajaran dengan
Kriteria keberhasilan siswa dalam pemahaman terhadap
kenampakan alam dan keragaman sosial budaya diharapkan
adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria Ketuntasan
INDIKATOR KONDISI
AWAL
SIKLUS I SIKLUS II
Persentase siswa yang
memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
56,6 62 70
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Proses penyusunan
Di dalam penyusun instrument ini, peneliti menggunakan jenis
penilaian test tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda. Sebelum
membuat soal pilihan ganda untuk evaluasi peneti terlebih dahulu
membuat kisi-kisi soal dengan berdasarkan beberapa indikator yang
ingin dicapai oleh peneliti. Soal yang akan digunakan dalam evaluasi
pembelajaran berjumlah 20 soal dan akan diberikan kepada setiap
siswa.
Pengujian instrument penelitan bertujuan untuk menguji validitas
dan reabilitas masing-masing pertanyaan.
1. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan
apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitras instrument
menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang
dari varibel yang dimaksud.
Analisis validitas dilakukan dengan mencari nilai korelasi
antar nilai butir dan nilai total tiap item instrument. Kemudian
koefisien kolerasi product moment dibandingkan dengan r-tabel. Jika
koefisien korelasi butir secara total lebih besar dari pada r-tabel
maka butir tersebut dinyatkan valid. Peneliti membuat 30 soal untuk
siklus I dan 30 soal untuk siklus II yang akan diujikan pada siswa.
Tetapi soal yang akan diujikan pada siswa pada tiap siklus hanya 20
soal saja, sedangkan 10 soal sisanya hanya digunakan sebagai soal
cadangan apabila pada saat pengujian terdapat soal yang tidak valid.
Soal dinyatan valid jika r hitung diatas taraf signifikan 5% yaitu
0,423 hasil uji coba digunakan untuk menentukan apakah soal layak
atau tidak untuk dipakai dalam melakukan penelitian.
Soal-soal yang telah dibuat diuji cobakan terlebih dahulu
pada siswa kelas V yang telah mendapat materi pelajaran tersebut,
untuk menganalisis validitas dan reliabilitas apakah soal itu bermutu
dan baik bagi siswa.
Validitas adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas item soal evaluasi
antar nomor soal dengan sekor yang didapat oleh masing-masing
siswa. Nilai korelasinya dikelompokan sebagai berikut:
Tabel 4. Kualifikasi Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Kualifikasi
±0,91 – ±1,00
±0,71 – ±0,90
±0,41 – ±0,70
±0,21 – ±0,40
0 – ±0,20
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Pengukuran validitas item menggunakan rumus CORREL
pada Microsoft excel, adapun hasil pengukuran dapat dilihat pada
bagian lampiran.
a). Kisi-kisi soal siklus I
Tabel 5. Kisi-kisi Soal Siklus I
Standar kompetensi
Kompentens i dasar
Indikator Soal Sko r suku bangsa di lingkungan kabupaten/kot a dan provinsi
Mendeskripsik a kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya
3. Siswa dapat menyebutk an gejala alam yang terjadi di lingkunan. gejala alam yang terjadi di Indonesia.
b). kisi-kisi soal siklus II
Tabel 6. Kisi-kisi Soal Siklus II
Standar kompetensi
Kompentensi dasar
Indikator Soal Skor nilai keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
Mendeskripsika kenampakan
alam di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi serta
hubungannya dengan keragaman
Hasil perhitungan validitasnya dilaporkan disini.
Berdasarkan perhitungan atas skor uji coba untuk siklus I diperoleh
hasil dari 30 soal, terdapat 21 soal yang valid dan 9 soal yang tidak
valid. Sedangkan pada skor uji coba untuk soal siklus II diperoleh
hasil dari 30 soal, terdapat 20 soal yang valid dan 10 soal yang
tidak valid. Untuk pengukuran prestasi belajar siswa hanya
digunakan soal-soal yang valid saja.
2. Reliabilitas
Reliabilitas artinya “ajeg”. Instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang jika diterapkan pada kelompok yang
berbeda akan memberikan hasil yang kurang lebih sama.
Analisis reliabilitas digunakan untuk menguji soal apakah dapat
diandalkan atau tidak. Jika handal berati soal dapat digunakan
untuk pengukuran ulang dengan subjek yang sama dengan
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda.
Skor-skor dari berbagai pengukuran tidak menunjukkan
penyimpangan atau perbedaan yang berarti. Taraf reliabilitas
suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien korelasi antara ±0,01
sampai dengan ±1,00. Untuk memberi arti terhadap koefisien
reliabilitas yang diperoleh dipakai besar koefisien korelasi
dalam tabel statistik atas dasar taraf signifikan 1% dan 5% yaitu
Tabel 7. Kualifikasi Koefisien Kolerasi
Koefisien Korelasi Kualifikasi
± 0,91 – ±1,00
± 0,71 –± 0,90
± 0,41 – ±0,70
± 0,21 – ±0,40
0 – 0,20
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus angka kasar
yaitu sebagai berikut:
r
xy=
∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑ ∑
soal dikatakan reliable jika r hitung di atas taraf signifikasi 5%
yaitu 0,423. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada siklis I dan II
soal tentang kenampakan alam dan keragaman sosial budaya,
ternyata signifikan pada tarap signifikan 5% (r=0,80>0,423) dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitan Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “ Penggunaan Model
Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomer untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa kelas IV SD Kanisius Gamping Semester I
Tahun Pelajaran 2011/2012” dilaksanakan selama dua minggu. Dimulai
pada tanggal
1. Siklus Pertama
a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Pertama
Pada pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan yaitu pada hari selasa 27 September 2011 pada pukul
09.20-10. Dan hari Jumat 30 September pada pukul 07.00-08.20.
Pada siklus ini peneliti menggunakan model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor dan subyek yang digunakan siswa yang
berjumlah 30. Pembelajaran berlangsung dengan model
cooperative learning dan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Pada akhir siklus pertama siswa
diberi soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat
b. Hasil Penelitaan Siklus Pertama
Setelah dilakukan penelitian pada siklus I dengan alat ukur
tes yaitu tes tertulis dan hasil yang diperoleh siswa pada waktu
ulangan dapat dijelaskan dengan tabel dibawah ini:
Tabel 8. Hasil Tes Evaluasi Siklus I
No Nama Nilai Tuntas Tidak
c. Refleksi
Masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
peneliti kemampuan awal siswa tentang arti kenampakan alam,
menyebutkan nama sungai, pantai, gunung, selat, dan danau yang
ada di Indonesia, dalam mengkoordinasi siswa dan mengontrol
siswa dalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dan harus memperhatikan, mempersiapkan alat dan media yang
akan digunakan sebaik mungkin serta memperbaiki rencana
pembelajarannya.
2. Siklus Kedua
a. Pelaksanaan Penelitian Siklus Kedua
Pada pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan yaitu pada hari selasa 4 Oktober 2011 pada pukul
09.20-10.40 dan hari Jumat 7 Oktober 2011 pada pukul
07.00-08.20 di Kelas IV dengan jumlah siswa 30 orang. Pada siklus ini
peneliti menggunakan model Cooperative Learning Tipe Kepala Bernomor serta dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat.. Pada akhir siklus kedua siswa
diberi soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat
memahami materi pelajaran yang telah diajarkan, apakah pada
b. Hasil Penelitian Siklus Kedua
Setelah dilakukan penelitian pada siklus II dengan alat ukur
tes yaitu tes tertulis dan porsentase yang ingin dicapai adalah 70%
dengan nilai KKM 63. Berikut adalah hasil tes siswa pada siklus II:
Tabel 9. Hasil Tes Evaluasi Siklus II
No Nama Nilai Tuntas Tidak
c. Refleksi
Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe kepala bernomor pada meteri kenampakan alam lebih menarik perhatian siswa karena dalam kegiatan dalam kelompok
siswa diminta lebih bekerjasama untuk mengeluarkan pendapat dan
meyakinkan tim dalam mengetahui jawaban keompok, pada waktu
pembahasan tiap perwakilan kelas pada nomor terentu diminta
menjawab dan dari kelompok lain pada nomor yang sama boleh
menyampaikan jawaban mereka. Jadi setiap anggota kelompok
lebih aktif dan lebih bertanggung jawab dalam menjawab dalam
mengerjakan tugas.
B. Pembahasan
Untuk memperjelas hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
Tabel 10. Ringkasan Hasil Penelitian
Sesudah Tindakan
Siklus I Siklus II
Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan
Pada siklus I penelitian telah dilaksanakan dengan model
cooperative learning tipe kepala bernomor. Dalam pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok tiap kelompok beranggota 3-5 siswa.
Pada ulangan siklus I perolehan nilai siswa ada beranekaragam, ada 19
siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal dan ada 11 siswa yang
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Pada ulangan dua siswa
mendapat nilai 8.5, dua siswa mendapat nilai 8, dua siswa mendapat nilai
7.5, empat siswa mendapat nilai 7.0, sembilan siswa mendapat nilai 6.5,
dua siswa mendapat 6.0, dua siswa mendapat nilai 5.5, tiga siswa
mendapat nilai 4.5, satu siswa mendapat nilai 4.0, dan satu siswa
mendapat nilai 3.0. Dari data tersebut yang memperoleh nilai ulangan
harian di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada siklus I sebanyak
19 siswa atau mencapai 63,3% dari 30 siswa. Sebanyak 11 siswa masih
memperoleh nilai ulangan di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)
atau 36,7%. Ketidaktuntasan pada siklus ini dikarenakan siswa belum bisa
memahami dan belum bisa menghafal nama-nama kenampakan alam
beserta letaknya. Tetapi hasil tes pada siklus I rata-rata kelas yang
diperoleh mencapai 6.26, hal tersebut menunjukkan bahwa siklus I belum
mencapai indikator keberhasilan akhir siklus II, maka penelitian ini
dilanjutkan pada siklus II.
kepala. Siswa antusias dalam kelompok. Siswa terlihat lebih aktif dan
serius dalam kelompok dan dalam menceritakan keragaman budaya hasil
dari kenampakan alam yang ada dilingkungan setempat. Siswa juga lebih
bertanggung jawab secara individu karena setiap siswa memiliki satu
nomor, dan bertanggung jawab mengerjakan satu soal sesuai nomor yang
dimiliki. Dalam kelompok setiap siswa saling membantu atau ada
kerjasama yang baik. Pada siklus ini 23 siswa yang memenuhi kriteria
ketuntasan minimum dan 7 siswa yang belum memenuhi KKM. Pada
ulangan siklus II satu siswa mendapat nilai 9.5, dua siswa mendapat nilai
9, enam siswa mendapat nilai 8.0, tiga siswa mendapat nilai 7.5, lima
siswa mendapat nilai 7.0, empat siswa mendapat nilai 6.5, tiga siswa
mendapt nilai 6.0, dua siswa mendapat nilai 5.5 dan dua siswa mendapt
nilai 5.0. Dari data tersebut yang memperoleh nilai ulangan harian di atas
kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada siklus II sebanyak 22 siswa atau
mencapai 76,6% dari 30 siswa. Sebanyak 8 siswa yang masih
memperoleh nilai rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
atau 23,3%. Peneliltian pada siklus II ini nilai rata-rata kelas yang
diperoleh telah mencapai indikator keberhasilan akhir siklus II, maka
siklus II tidak perlu dilanjutkan.
Setelah dilakukan ulangan pada siklus I dan II ada berbagai macam
hasil yang diperoleh oleh siswa:
- Siswa pada siklus I dan siklus II mengalami ketuntasan berjumlah 16
- Siswa pada siklus I tuntas dan pada siklus II tidak tuntas berjumlah 2
siswa.
- Siswa pada siklus I tidak tuntas dan pada siklus II tuntas berjumlah 5
siswa.
- Siswa pada siklus I dan II tidak mengalami ketuntasan berjumlah 3
siswa.
Ada beberapa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab siswa
yang mengalami ketidak tuntasan dalam mengerjakan soal ulangan.
Mungkin karena faktor kondisi kelas yang cukup kecil sedangkan jumlah
siswa cukup banyak, menejemen kelas pengaturan tempat duduk, faktor
lingkungan atau keluarga dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan
yang lainnya yang dapat mempengaruhi belajar siswa.
Dari hasil penelitian ini yang telah dijabarkan diatas terlihat
peningkatan pemahaman siswa ditandai dengan naiknya nilai rata-rata
ulangan dari kondisi awal 56,6 ke siklus I mencapai 62,6 dan dari siklus II
mencapai 76,6 dengan demikian hasil penelitian ini membuktikan
hipotesis bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gamping tahun ajaran 2011/2012.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dengan temuan penelitan
yang dilakukan oleh Elvi Susanti (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
PKn Kelas IVA Sekolah Dasar Negri 19 Kota Bengkulu” dengan instumen
penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dan lembar tes. Hasil
yang diperoleh pada siklus I nilai rata-rata skor observasi guru sebesar 34
dengan kriteria baik, dan rata-rata skor observasi siswa sebesar 32,5
dengan kriteria cukup. Pada siklus II rata-rata observasi guru sebesra 39,5
dengan kriteria baik, sedangkan rata-rata skor obsrvasi siswa sebesar 38,5
dengan kriteria baik. Hasil analisis ketuntasan belajar secara klasikal pada
siklus I sebesar 52,777% dengan nilai rata-rata 6,902. Pada siklus II
ketuntasan belajar secara klasikal meningkat menjadi 91,666% dengan
nilai rata-rata meningkat menjadi 8,069 kesimpulannya pembelajaran
dengan menggunakan metode cooperative learning tipe kepala bernomor
dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa . ( diunduh
melalui dari http://library.unib.ac.id/koleksi/Elvi%20Susanti-FKIP-PGSD-abs-2009.pdf_ tanggal 10 oktober 2011 pukul 20:26 ).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dra. Hariah tentang “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor
Terstruktur Pada Tema Produksi.” Di Kelas VII A SMP NEGERI 7 Kota
Tasikmalaya”2008. Dengan Hasil penelitian setelah di uji coba kepada
siswa menunjukkan bahwa tes hasil belajar pada Siklus I ke Siklus II
mengalami peningkatan. Tes awal Siklus I memiliki rata-rata 5,78
memiliki rata-rata 8,38. Keberhasilan peningkatan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (ekonomi) pada tema Produksi dikarenakan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor
terstruktur (diunduh melalui dari http://haeriah-
wungkul.blogspot.com/2008/05/peningkatan-hasil-belajar-dengan-metode.html/ tanggal 10 Oktober 2011 pukul 20:40).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model Cooperative Learning Tipe kepala bernomor dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang
keanekaragaman kenampakan alam di kelas IV SD Kanisius Gamping
tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dibuktikan dengan tingkat pemahaman
siswa yang melampaui KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu:
1. Persentase nilai evaluasi siswa yang melampaui KKM sebelum siklus I
adalah 56,6%, pada akhir siklus I adalah 63,3%, sehingga terjadi
peningkatan prestasi sebesar 6,7%.
2. Persentase nilai evaluasi siswa yang melampaui KKM pada siklus I
adalah 63,3%, pada akhir siklus II adalah 76,6%, sehingga terjadi
pengingkatan sebesar 13,3%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran IPS seorang dalam guru hendaknya dapat
yang disampaikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar para siswa.
2. Hendaknya seorang guru lebih inovatif dalam memilih model
pembelajaran yang hendak digunakan dalam kegiatan belajar dan
menyesuaikan dengan materi ajar serta karakteristik siswa supaya para
siswa tidak merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran, mampu
memahami materi yang disampaikan sehingga prestasi belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie.2008. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Grasindo
Arikanto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.PT Bumi Aksara
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Djahariri K. dan Somara. 1980. Strategi Belajar Mengajar Dalam IPS. Jakarta:
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
Djodjo S., Helius S., Lili M., Hasan.1991. Pendidikan IPS 3. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hisnu T dan Winardi.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan.
http://haeriah-wungkul.blogspot.com/2008/05/peningkatan-hasil-belajar-dengan-metode.html. tanggal 10 Oktober 2011 pukul 20.41
http://library.unib.ac.id/koleksi/Elvi%20Susanti-FKIP-PGSD-abs-2009.pdf
tanggal 10 Oktober 2011 pukul 20.26
Imron Ali. 1996. Belajar dan Pembelajara. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya Lindy Petersen. 2008. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta : Gramedia. Masidjo. Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Resmiati, Catur.2008.Pembelajaran IPS yang Kontekstual.Yogyakarta : USD Sadirman.1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV Rajawali Sadiman I.S. dan Amalia. S.2008.Ilmu Pengetahuan Sosial.Jakarta:Pusat
Perbukan Departemen Pendidikan.
Sugiyanto.2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif.Surakarta :Yuma Pustaka Sarwiyanto. Dkk.2009. Ayo Belajar IPS. Yogyakarta: Kanisius.
Suprijono Agus.2009.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi.Surabaya :
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Suyono dan Haryanto.2011.Belajar dan Pembelajaran.Bandung:PT. Remaja Rosda Karya.
Solihatin dan Raharjo.2007.Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Taniredja, Pujiati, dan Nyata.2011.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: ALFABETA