• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CANDELILLA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CANDELILLA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CANDELILLA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN LIPSTIK

DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Dinar Catur Mardianti

NIM: 078114129

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CANDELILLA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN LIPSTIK

DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Dinar Catur Mardianti

NIM: 078114129

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

Tugas kita bukanlah untuk berhasil Tugas kita adalah untuk mencoba, Karena di dalam mencoba itulah, kita menemukan dan belajar

Membangun kesempatan untuk berhasil……

-Mario

Teguh-Kupersembahkan karya kecil ini kepada mereka yang paling kucintai,

kusayangi, dan kuhormati di dunia ini, yang selalu mencintaiku,

menyayangiku, dan berbagi senyum denganku dengan cara mereka

masing-masing yang terkadang tidak ku mengerti.

“ALLAH S.W.T”

Mama dan Papa tercinta atas kasih sayangnya

Mas Rully, Teh Lidya, dan Naura “kaka” tersayang

Keluargaku, Sahabat-sahabatku

Teman-teman Farmasi

(6)
(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Maha Pengasih dan Penyayang atas semua berkat dan penyertaan-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Komposisi Beeswax dan Candelilla Wax Sebagai Basis Terhadap Sifat Fisis

Sediaan Lipstik Dengan Pelembab Minyak Buah Alpukat (Persea americana

Mill.)” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) pada

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama perkuliahan, penelitian dan proses penyusunan skripsi, penulis

telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang berupa doa, dukungan,

sarana, bimbingan, nasihat, kritik, dan saran. Oleh karena itu, penulis dengan

kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rini Dwiastuti, M. Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis

sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

3. Dewi Setyaningsih, M. Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk menguji, serta atas saran dan kritik yang

(8)

viii

4. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk menguji, serta atas saran dan kritik yang diberikan

kepada penulis.

5. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt., dan Christine

Patramurti, M.Si., Apt., atas segala dukungannya selama ini.

6. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta atas

kesabarannya dalam mengajar dan membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Parlan atas segala

bantuan dan kerja sama selama penulis melakukan penelitian.

8. Mama, Papa, Mas Rully, Teh Lidya, Naura “kaka” atas doa, dukungan, cinta,

kasih sayang, dan perhatian yang selalu menyertai penulis.

9. Cinthya Wijayani dan Ranindya Siska Pramitasari, para partnerku selama

penelitian, penyusunan skripsi, dan selama masa kuliah. Terima kasih atas

segala masukan, kerja sama, dukungan, bantuan, canda tawa, keluh kesah, dan

semangatnya selama penyusunan skripsi ini.

10.Lia “perfect”, Yunita, Fanny, Veny, Fifi, Septi, Cinthya, Lilis, Elis, Siska,

Tiwi, Yemi, Benny, Pace, dan teman-teman FST “jumawa” 2007

seperjuanganku. Terima kasih atas segala persahabatan, kerja sama, bantuan,

dukungan, suka duka, dan “kejumawaan” selama masa perkuliahan.

11.Ting-ting, Reta, Mikha, Chandra, Yande, Vero, Catharina “Sule”, dan Yemoi

atas segala persahabatan, semangat, “kegejean”, “kehebohan”, dan canda tawa

(9)

ix

12.Teman-teman “Lantai 1”: Lia, Fanny, Septi, Oneng, Yoga, Manda, Yemi,

Daniel, Ius, Robby, Tika, Puput, Mala, Bella, Riris, Santi, Siwi, Wicak, Sere,

Reka, Oki.

13.Teman-teman kelas C 2007, teman angkatan 2007, dan semua

teman-teman Farmasi atas segala kebersamaannya.

14.Segenap karyawan dan laboran yang telah membantu selama perkuliahan

penulis di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

15.Semua pihak dan teman-teman yang telah membantu yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

INTISARI ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 4

2. Keaslian Penelitian ... 5

3. Manfaat Penelitian ... 5

(12)

xii

2. Pembagian zat pewarna pada kosmetik dekoratif ... 14

(13)

xiii

1. Pembuatan lipstik dengan pelembab minyak buah alpuka (Persea americana Mill.) ... 30

2. Uji sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea Americana Mill.) ... 33

G. Analisis Data ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Pembuatan Basis Lipstik ... 37

B. Pembuatan Lipstik ... 41

C. Sifat fisis Sediaan Lipstik Minyak Buah Alpukat ... 45

(14)

xiv

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan

dua level ... 23

Tabel II. Formula basis lipstik ... 30

Tabel III. Formula lipstik ... 31

Tabel IV. Formula lipstik minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) 31

Tabel V. Range penggunaan bahan yang masih diperbolehkan ... 45

Tabel VI. Hasil pengukuran sifat fisis sediaan lipstik ... 49

Tabel VII. Hasil pengukuran kekerasan sediaan lipstik ... 52

Tabel VIII. Efek beeswax, candelilla wax dan interaksinya terhadap respon

kekerasan sediaan lipstik ... 53

Tabel IX. Analisis variansi (Partial sum of square-Type III) respon kekerasan

sediaan lipstik ... 54

Tabel X. Hasil pengukuran daya lekat sediaan lipstik ... 56

Tabel XI. Efek beeswax, candelilla wax dan interaksinya terhadap respon daya

lekat sediaan lipstik ... 56

Tabel XII Analisis variansi (Partial sum of square-Type III) respon daya lekat

sediaan lipstik ... 57

Tabel XIII Hasil perhitungan persen pergeseran kekerasan sediaan lipstik 60

Tabel XIV Efek beeswax, candelilla wax dan interaksinya terhadap respon

(16)

xvi

Tabel XV Analisis variansi (Partial sum of square-Type III) respon pergeseran

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi bibir ... 7

Gambar 2. Buah alpukat ... 9

Gambar 3. Struktur beeswax ... 21

Gambar 4. Grafik hubungan efek beeswax dan candelilla wax terhadap respon

kekerasan lipstik ... 54

Gambar 5. Grafik hubungan efek beeswax dan candelilla wax terhadap respon

daya lekat lipstik ... 58

Gambar 6. Grafik hubungan efek beeswax dan candelilla wax terhadap respon

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data ektraksi minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) 70

Lampiran 2. Prosedur ekstraksi minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) 71 Lampiran 3. Keterangan melakukan ekstraksi minyak buah alpukat ... 72

Lampiran 4. Determinasi alpukat (Persea americana Mill.) ... 73

Lampiran 5. Perhitungan jumlah penambahan minyak buah alpukat ... 74

Lampiran 6. Penentuan rentang kekerasan dan daya lekat lipstik ... 75

Lampiran 7. Perhitungan formula sediaan lipstik ... 77

Lampiran 8. Data penimbangan ... 78

Lampiran 9. Material Safety Data Sheet dari bahan-bahan yang digunakan 80

Lampiran 10. Notasi desain faktorial dan percobaan desain faktorial ... 89

Lampiran 11. Sifat fisis dan stabilitas sediaan lipstik minyak buah alpukat alpukat (Persea americana Mill.) ... 90

Lampiran 12. Data hasil analisis menggunakan SPSS 18 ... 95

Lampiran 13. Uji normalitas data kekerasan, daya lekat, dan pergeseran kekerasan sediaan lipstik ... 96

Lampiran 14. Uji ANOVA dengan Design Expert 7.0.0 dan grafik interaksi 102 Lampiran 15. Foto lipstik minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) .. 110

(19)

xix

INTISARI

Sifat fisis sediaan lipstik minyak buah alpukat ditentukan dari komposisi

waxes pada basis lipstik yang digunakan. Basis yang digunakan pada sediaan lipstik terdiri dari waxes, minyak, dan lemak. Waxes yang biasa digunakan pada basis lipstik adalah beeswax dan candelilla wax. Minyak buah alpukat yang diambil dari daging buah alpukat dapat digunakan sebagai pelembab pada sediaan lipstik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek beeswax, candelilla wax, dan interaksi keduanya terhadap sifat fisis dari sediaan lipstik. Penelitian ini merupakan rancangan yang bersifat kuasi eksperimental menggunakan aplikasi desain faktorial dengan dua faktor, yaitu beeswax-candelilla wax dan dua level, yaitu level rendah-level tinggi. Sifat fisis sediaan lipstik yang diamati adalah kekerasan dan daya lekat lipstik 48 jam setelah pembuatan. Selain sifat fisis, dilihat stabilitas dari sediaan lipstik yaitu stabilitas kekerasan yang diamati dengan pergeseran kekerasan setelah penyimpanan 1 bulan. Data dianalisis secara statistik menggunakan Design Expert 7.0.0 dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beeswax, candelilla wax, dan interaksi keduanya memberikan efek yang tidak signifikan terhadap kekerasan.

Beeswax memberikan efek yang signifikan terhadap daya lekat. Untuk stabilitas kekerasan, interaksi antara beeswax dengan candelilla wax memberikan efek yang signifikan terhadap pergeseran kekerasan.

(20)

xx

ABSTRACT

Physical characteristics of a lipstick avocado oil is determined from the composition of waxes in the base used in lipstick. The base used in lipstick preparations consist of waxes, oils, and fats. Waxes commonly used in lipstick preparations base is beeswax and candelilla wax. Avocado oil taken from the meat of an avocado can be used as a moisturizer in the preparation of this lipstick.

This study aims to determine the effects of beeswax, candelilla wax, and interactions of beeswax and candelilla wax toward the physical characteristics of lipstick. This study represents a quasi experimental design using the application of factorial design with two factors such as beeswax-candelilla wax and two levels such as low level-high level. There are some physical characteristics which are evaluated such as lipstick hardness 48 hours and lipstick adhesion 48 hours, some stability characterictics is evaluated such as the alteration of hardness after 1 month storage. The data were analyzed statically using Design Expert 7.0.0. with confidence level 95%, to know the significancy (p<0,05) of every factor and interaction in contributing to the effect.

The result of this research showed that beeswax, candelilla wax, and the interactions give insiginificant effect against the hardness. Beeswax give significant effect against the adhesion. Interaction beeswax and candelilla wax give siginificant effect against the alteration of hardness.

Keywords: beeswax, candelilla wax, lipstick, avocado oil (Persea americana

Mill.), factorial design

(21)

1

menghaluskan dan melembutkan kulit wajah (Jaelani, 2009). Hal ini karena buah

alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya minyak. Kandungan minyak

dalam buah alpukat per 100 gram daging buah alpukat sekitar 6,5 gram (Jaelani,

2009). Kandungan minyak dalam buah alpukat biasa disebut dengan avocado oil.

Buah alpukat yang didalamnya terdapat minyak buah alpukat (avocado oil) juga

bisa digunakan sebagai pelembab alami. Menurut Yohana (2004) konsentrasi

minyak buah alpukat sebesar 5% mempunyai fungsi untuk melembabkan dan

menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan. Minyak buah alpukat

(avocado oil) yang berfungsi sebagai pelembab dapat dikembangkan ke dalam

suatu bentuk formulasi sediaan farmasi.

Dalam penelitian ini, dipilih bentuk sediaan lipstik sebagai alternatif

pemanfaatan buah alpukat. Sediaan lipstik dipilih karena pada sediaan lipstik

mengandung campuran minyak dan hasil ekstraksi buah alpukat yang digunakan

juga berupa minyak, dengan ini diharapkan hasil ekstraksi buah alpukat yang

(22)

campuran lipstik, sehingga menghasilkan suatu sediaan lipstik yang berfungsi

sebagai pelembab.

Lipstik adalah kosmetik untuk bibir yang dicetak dalam bentuk batang,

dibuat dengan mendispersikan bahan pemberi warna dalam basis yang

mengandung campuran minyak, lemak, dan waxes. Lipstik digunakan untuk

memberikan warna dan penampilan yang menarik pada bibir (Wilkinson, J. B. dan

Moore, R. J., 1982). Sediaan lipstik termasuk ke dalam jenis kosmetik dekoratif.

Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata

untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau

kelainan pada kulit tertutupi. Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain

adalah warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, dan

sudah tentu tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan bagian

lainnya (Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007). Sediaan lipstik termasuk ke

dalam jenis kosmetik dekoratif, maka zat pewarna memegang peran sangat besar

dalam sediaan lipstik. Selain zat pewarna, penggunaan waxes dalam basis lipstik

juga memegang peranan yang penting. Adanya waxes dalam basis lipstik dapat

memperkuat bentuk stik pada sediaan lipstik.

Pada penelitian ini, waxes yang digunakan dalam basis lipstik pada

sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea americana Mill.)

adalah beeswax dan candelilla wax. Seperti yang kita ketahui, sediaan lipstik yang

acceptable adalah sediaan lipstik yang tidak mudah patah, mudah dioleskan pada

kulit bibir, dapat melekat cepat pada kulit bibir setelah dioleskan, dan

(23)

lipstik, misalnya beeswax, belum dapat menghasilkan sifat fisis yang baik.

Beeswax memang dapat digunakan sebagai satu-satunya bahan wax, tetapi

penggunaan tersebut dapat menghasilkan batang yang agak tumpul dengan terlalu

banyak seretan (Smolinske dan Susan C., 1992). Untuk itu, digunakan kombinasi

beeswax dan candelilla wax sebagai waxes dalam basis lipstik, agar sediaan lipstik

yang dihasilkan tidak mudah patah dan dapat melekat lama pada kulit bibir.

Dipilih beeswax dan candelilla wax sebagai waxes dalam basis lipstik pada

penelitian ini karena beeswax merupakan komponen yang penting dalam lipstik

dan dapat membuat lipstik menjadi keras (Jellinek, 1970). Candelilla wax dapat

membuat lipstik menjadi gloss dan keras (Smolinske dan Susan C., 1992). Selain

itu, beeswax dan candelilla wax merupakan waxes yang biasa dipakai pada

pembuatan sediaan lipstik.

Waxes dalam basis lipstik merupakan bagian yang sangat penting

dalam menentukan sifat fisis dari sediaan lipstik. Selain itu, perlu diperhatikan

juga sifat fisis setelah 1 bulan penyimpanan dan diharapkan sediaan lipstik stabil

selama penyimpanan. Sifat fisis yang penting untuk dievaluasi, yaitu kekerasan

dan daya lekat dari sediaan lipstik. Kekerasan dari sediaan lipstik berpengaruh

ketika dioleskan pada kulit bibir dan lipstik juga harus mampu melekat cepat

setelah dioleskan pada kulit bibir sehingga dapat diterima oleh konsumen. Oleh

karena itu, penggunaan beeswax dan candelilla wax dalam basis lipstik perlu

diperhatikan komposisinya. Beeswax dapat membuat lipstik menjadi keras, tetapi

terlalu banyak pemakaian beeswax akan membuat lipstik menjadi tumpul

(24)

lipstik menjadi gloss dan keras, tetapi terlalu banyak pemakaian candelilla wax

akan membuat lipstik menjadi sangat keras, sehingga sulit untuk dioleskan pada

kulit bibir.

Model rancangan penelitian yang memungkinkan untuk mengevaluasi

efek dari beeswax dan candelilla wax adalah desain faktorial dengan dua faktor

dan dua level. Desain faktorial dengan dua faktor dan dua level merupakan

metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek

faktor terhadap kualitas suatu sediaan. Faktor yang diteliti adalah beeswax dan

candelilla wax, sedangkan level yang diteliti adalah variasi jumlah beeswax dan

candelilla wax, pada level rendah dan level tinggi. Signifikansi dari setiap faktor

dan interaksinya dalam memberikan efek dianalisis menggunakan ANOVA

dengan program Design Expert 7.0.0 pada taraf kepercayaan 95%.

Dari uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat efek beeswax

dan candelilla wax terhadap sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak

buah alpukat (Persea americana Mill.), yang nantinya dapat disimpulkan bahwa

beeswax, candelilla wax, dan interaksi keduanya dapat berpengaruh signifikan

terhadap terhadap sifat fisissediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat

(Persea americana Mill.).

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

diteliti: Apakah pengaruh komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis

pada level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis

(25)

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian

mengenai pengaruh komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis terhadap

sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea

americana Mill.) belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu pengetahuan kefarmasian, khususnya dalam bidang formulasi mengenai

komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis pada sediaan lipstik dengan

pelembab minyak buah alpukat (Persea americana Mill.).

b.Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati efek beeswax

dan candelilla wax terhadap sifat fisis pada sediaan lipstik dengan pelembab

minyak buah alpukat (Persea americana Mill.).

c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membantu formulasi dalam sediaan lipstik, terutama untuk mengetahui efek beeswax, candelilla wax,

dan interaksinya dalam menentukan sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab

(26)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah membuat sediaan lipstik dari

bahan alam, yaitu minyak buah alpukat.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis yang dapat memberikan efek

yang signifikan terhadap sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah

(27)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Bibir 1. Tinjauan umum

Bagian yang lebih rendah dari bibir atas disebut vermilion dan ditandai

oleh warna merah. Perbatasan antara bibir dan kulit di sekitarnya disebut

vermilion border. Istilah cupid’s bow digunakan untuk menggambarkan bagian cekung atau mencelupkan vermillion border di tengah bibir atas. Di atas tengah

bibir atas terdapat lesung yang disebut philtral dimple, dan tonjolan besar di

kedua sisi lesung pipit ini adalah philtral column. Bagian dari bibir atas diantara

dua philtral column dikenal sebagai philtrum (Anonim a, 2010).

Gambar 1. Anatomi bibir (Anonim a, 2010)

Kulit bibir mengandung lebih sedikit melanosit (sel yang memproduksi

pigmen melanin yang memberikan warna kulit) dibandingkan kulit lainnya

(Anonim b, 2010). Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwarna merah.

Warna merah disebabkan warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di

(28)

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan

jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium

mendorong papilla dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan

kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit

bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu

basah (Ditjen POM, 1985).

2. Kerusakan bibir

Stratum corneum pada bibir sangat tipis dan dermisnya tidak

mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah

kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering, hanya

air liur yang merupakan pembasah alami untuk bibir. Jadi kulit bibir lebih tipis

dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih mudah luka dan mengalami pendarahan

(Wibowo, 2005; Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007).

Sangat jarangnya terdapat kelenjar lemak pada bibir menyebabkan

bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering,

lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah (Ditjen POM, 1985).

Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum

germinativum, dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit

bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit

lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan

untuk sediaan cat bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen, dan zat

pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Ditjen POM,

(29)

Lipstik merupakan penyebab paling umum dermatitis bibir (cheilitis)

karena alergi. Penyebabnya dapat berupa bahandasar minyaknya (wax, lanolin,

cocoa), zat pewarnanya, zat pewanginya, bahan antioksidannya, atau bahan

pengawetnya. Cheilitis menunjukkan bibir yang bengkak, pecah-pecah, dan

kemudian hiperpigmentasi pada bibir dan daerah sekitarnya (Tranggono, R. I., dan

Latifa, F., 2007).

B. Alpukat

Alpukat termasuk dalam famili Lauraceae ini merupakan tanaman

komersial yang enak dikonsumsi. Alpukat tumbuh baik di tanah yang gembur dan

kondisi tanah yang tidak becek pada ketinggian 200–1000 m di atas permukaan

laut (Jaelani, 2009). Alpukat berasal dari Amerika Tengah, tumbuh di daerah

tropik dan subtropik dengan curah hujan antara 1800 mm sampai 4500 mm tiap

tahun (Ditjen POM, 1978).

1. Morfologi

Gambar 2. Buah alpukat (Kumalaningsih, 2006)

Pohon, tinggi 3 m sampai 10 m, rantai teguh berambut halus. Daun

(30)

mula-mula berambut pada kedua belah permukaannya, lama-lama menjadi licin,

panjang 10 cm sampai 20 m, lebar 3 cm sampai 10 cm, panjang tangkai 1,5 cm

sampai 5 cm. Perbungaan berupa malai terletak dekat ujung ranting berbunga

banyak. Buah berbentuk bola lampu sampai berbentuk bulat telur, panjang 5 cm

sampai 20 cm, lebar 5 cm sampai 10 cm, tanpa sisa bunga, warna hijau atau

kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, gundul, harum:

berbiji satu berbentuk bola, garis tengah 2,5 cm sampai 5 cm (Ditjen POM, 1978).

2. Kandungan

Beberapa komposisi zat yang dikandung untuk setiap 100 gram daging

buah alpukat, antara lain: kalori (85 kal), protein (0,9 gram), minyak (6,5 gram),

karbohidrat (7,7 gram), kalsium (10 mg), fosfor (20 mg), besi (0,9 mg), vitamin A

(180 SI), vitamin B1 (0,05 mg), vitamin C (13 mg), air (84,3 gram), buah alpukat

juga merupakan sumber vitamin E (Jaelani, 2009; Jordan, 2010).

3. Kegunaan

Alpukat mampu menurunkan risiko stroke dan serangan jantung,

karena alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya lemak. Minyak buah

alpukat didominasi asam lemak tidak jenuh, seperti asam oleat, asam palmitat, dan

asam linoleat. Minyak alpukat membantu menurunkan kadar “kolesterol jahat”

(LDL) dan menaikkan “kolesterol baik” (HDL), sehingga secara nyata menekan

risiko stroke dan serangan jantung (Kumalaningsih, 2006).

Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya

sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang

(31)

diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah

untuk bahan dasar kosmetik (Indriani, Y. Hetty dan Suminarsih, Emi, 1997).

Tekstur buah alpukat yang lunak dan lembut mengandung berbagai zat

yang sangat baik untuk campuran bahan kosmetik. Buah alpukat yang telah

matang bisa dibuat menjadi emoliensia, yaitu bahan kosmetik yang dapat

menghaluskan dan melembutkan kulit wajah (Jaelani, 2009).

Konsentrasi minyak buah alpukat sebesar 5% mempunyai fungsi untuk

melembabkan dan menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan

(Yohana dkk, 2004). Minyak alpukat sangat mudah terpenetrasi ke dalam kulit

dan dapat memberi nutrisi bagi kulit kering. Minyak alpukat termasuk minyak

yang sangat kental dan tebal (Milford, Francine, 2002). Minyak alpukat dapat

menghaluskan dan melembutkan semua jenis kulit, terutama kulit kering

(Loughran, Joni, 2002).

Minyak alpukat banyak digunakan dalam sediaan kosmetik karena

sangat stabil dalam penyimpanan dan memiliki waktu tahan lebih dari sepuluh

tahun (Schiller, C., and Schiller, D., 2008).

C. Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat

manusia tidak hanya dari alam tetapi juga bahan buatan untuk maksud

(32)

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 Tentang Bahan

Kosmetik, definisi kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan

untuk digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,

kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau

badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Bahan

kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam dan atau

sintetik yang merupakan komponen kosmetik. Bahan pewarna adalah bahan atau

campuran bahan yang digunakan untuk memberi dan atau memperbaiki warna

pada kosmetik. Bahan pengawet adalah bahan atau campuran bahan yang

digunakan untuk mencegah kerusakan kosmetik yang disebabkan oleh

mikroorganisme (Ditjen POM, 2008).

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor: HK.00.01.3362 Tanggal 7 September 2006 tentang

Kosmetik yang Mengandung Bahan dan Zat Warna yang Dilarang dinyatakan

bahwa bahan pewarna Merah K.10 (Rhodamin B) dan Merah K.3 (Cl Pigment

Red 53; D&C Red No.8: 15585) merupakan zat warna sintetis yang pada

umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini

dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan merupakan karsinogenik

(dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat

(33)

D. Kosmetik Dekoratif

Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan

semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan

noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu

menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak

kulit atau sesedikit mungkin merusak kulit (Tranggono, R. I., dan Latifa, F.,

2007).

Dalam kosmetik dekoratif, peran zat warna dan zat pewangi sangat

besar. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada

kesehatan kulit. Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif, antara lain: warna

yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan

kulit tampak berkilau, dan sudah tentu tidak merusak atau mengganggu kulit,

rambut, bibir, kuku, dan lainnya (Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007).

1. Pembagian kosmetik dekoratif

Pembagian kosmetik dekoratif:

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, lipstik, pemerah pipi, eye

shadow

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu

yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetik pemutih kulit, cat rambut,

pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono, R. I., dan

(34)

2. Pembagian zat pewarna pada kosmetik dekoratif

Zat pewarna untuk kosmetik dekoratif, yaitu:

a. Zat warna alam yang larut

Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak

zat warna alam ini pada kulit lebih baik daripada zat warna sintetis, tetapi

kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal.

Misalnya: alkalin zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana,

carmin zat warna merah yang diperoleh dari tubuh serangga coccus cacti

yang dikeringkan.

b. Zat warna sintetis yang larut

Zat warna sintetis pertama kali disintesis dari anilin, sekarang benzen,

toluen, dan hasil isolai dari cool-tar lain yang berfungsi sebagai produk

awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering

disebut sebagai pewarna aniline atau cool-tar.

c. Pigmen-pigmen alam

Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat

secara alamiah, misalnya: aluminium silikat, yang warnanya tergantung

pada kandungan besi oksida atau mangan oksida (misalnya: kuningoker,

coklat, merah bata, coklat tua). Zat warna ini murni, sama sekali tidak

berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-krim dan make-up stick.

Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya, dan pada pemanasan kuat

(35)

d. Pigmen-pigmen sintetis

Daya larutnya dalam air, alkohol, dan minyak rendah sehingga umumnya

hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi halus.

e. Lakes alam dan sintetis

Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna yang

larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikat

sedemikian rupa (biasanya dengan reaksi kimia) sehingga produk akhirnya

menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau

pelarut lain (Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007).

E. Lipstik (Pewarna Bibir)

Pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti: cairan, krayon,

dan krim. Pewarna bibir hakekat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir

menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan

ekspresi wajah sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).

Lipstik adalah kosmetik untuk bibir dicetak dalam bentuk batang,

dibuat dengan mendispersikan bahan pemberi warna dalam basis yang

mengandung campuran minyak, lemak, dan waxes. Lipstik digunakan untuk

memberikan warna dan penampilan yang menarik pada bibir. Bibir yang

mempunyai tekstur kasar dan tipis dapat dibuat tampak lebar, dan bibir yang tebal

sensual dapat dibuat tampak tipis dengan menggunakan lipstik (Wilkinson, J. B.

(36)

Lipstik digunakan oleh hampir seluruh wanita untuk membuat warna

bibir menjadi lebih terang. Dibuat dari bahan utama basis lilin-minyak kental yang

cukup untuk membentuk sebuah batang, dengan pewarna yang terlarut atau

terdispersi dalam miyak dan disitulah pigmen tersuspensi, pengharum dan

pewarna yang sesuai; dibekukan dan selesai, lipstik merupakan alat yang tepat

untuk membuat make-up menjadi segar kembali, dan mungkin merupakan produk

kosmetik yang paling banyak digunakan (Smolinske dan Susan C., 1992).

1. Pembagian tipe lipstik

Secara umum lipstik dibedakan menjadi dua tipe, yaitu lipstik

berminyak (creamy type lipstick) dan lipstik tidak luntur (high-stain type lipstick).

Lipstik dengan sifat berminyak akan membuat bibir selalu kelihatan basah

sekaligus dapat melembabkan bibir karena kandungan minyaknya yang tinggi,

tetapi kekurangan pewarna bibir jenis ini adalah mudah terhapus dari bibir.

Sedangkan lipstik tidak luntur melekat lama pada bibir, tetapi cenderung membuat

bibir menjadi kering karena kandungan minyaknya yang lebih sedikit (Barel,

2000).

b. Waxes: candelilla, carnauba, beeswax, microcrystalline, ozokerite/ceresin,

(37)

c. Wax modifiers (plasticizers): untuk memperbaiki tekstur, pengaplikasian,

dan stabilitas dari sediaan lipstik, seperti setil asetat, asetil lanolin,

petroleum (white dan yellow).

d. Pewarna.

e. Zat aktif: bahan yang ditambahkan yang berfungsi sebagai pelembab,

misalnya: ekstrak lidah buaya, tokoferil asetat.

f. Bahan pengisi: bahan-bahan serbuk, mika, silikat, starches.

g. Antioksidan/pengawet: BHT, ekstrak mawar, metilparaben, propilparaben,

tokoferol (Schlossman, 2000; Sagarin, 1957).

Zat aktif yang ditambahkan dalam formula lipstik adalah sebagai

pelembab dan pelembut, yaitu untuk memperbaiki kulit bibir yang kering dan

pecah-pecah (Barel, 2000).

3. Pembuatan lipstik

Secara umum metode pembuatan lipstik adalah pencetakan hasil

leburan menurut tahapan berikut ini:

a. Pelarutan zat warna dalam fase minyak. Proses pelarutan ini bila perlu

dapat dibantu dengan pemanasan untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik.

b. Penyiapan komponen basis lemak dan lilin dengan teknik

peleburan/pelelehan, penyaringan (bila perlu), dan pengadukan.

Komponen basis tersebut dapat dilelehkan bersamaan dalam satu wadah,

tetapi sebaiknya dipisah antara lilin dan lemak, setelah keduanya melebur,

(38)

c. Pendispersian zat warna ke dalam campuran basis lemak dan lilin yang

telah dilebur dengan pengadukan sampai homogen, setelah suhu turun

ditambahkan pengharum.

d. Pencetakan lipstik. Setelah dicetak, lipstik akan segera membeku dan siap

untuk dikemas (Nowack, 1985).

4. Persyaratan lipstik

Persyaratan karakteristik pada lipstik, lipstik yang baik harus memiliki

karakterisik sebagai berikut :

a. Lipstik harus memiliki penampilan yang menarik, yaitu permukaan yang

halus dari warna yang seragam, bebas dari kerusakan seperti

berlubang-berlubang atau permukaan yang tidak halusdisebabkan oleh agregat warna

atau kristal. Hal tersebut harus dikontrol baik pada saat penyimpanan

maupun pada saat penggunaan.

b. Lipstik harus tidak berbahaya, baik secara dermatologi maupun saat

digunakan.

c. Lipstik harus mudah digunakan, memberikan lapisan pada bibir tidak

terlalu berlebihan berminyak maupun terlalu kering, yaitu cukup permanen

tapi cukup mudah saat sengaja dihapuskan, dan mempunyai warna yang

stabil (Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982).

d. Lipstik yang baik harus mudah digunakan, satu kali pengaplikasian

sebaiknya dapat bertahan pada bibir selama enam jam atau lebih,

(39)

tersebar merata, serta tidak mudah retak dan patah (Howard, M., George

and Poucher, A.W., 1974).

e. Lipstik yang diinginkan oleh masyarakat antara lain dapat cukup melekat

pada bibir, tetapi tidak sampai lengket, tidak mengiritasi atau

menimbulkan alergi pada bibir, melembabkan bibir dan tidak

mengeringkannya, serta penampilannya baik bentuk maupun warna harus

menarik (Tranggono, I.R., dan Latifah, F., 2007).

F. Beeswax

Beeswax adalah agen pengeras lipstik yang tradisional, dan masih

digunakan secara luas. Beeswax dapat digunakan sebagai satu-satunya bahan wax,

tapi penggunaan tersebut dapat menghasilkan batang yang agak tumpul dengan

terlalu banyak seretan (Smolinske dan Susan C., 1992).

Lilin lebah kuning (yellow beeswax) merupakan lilin yang dihasilkan dari

sarang lebah Apis melifera L. atau spesies Apis yang lainnya. Mengandung lebih

kurang 70% ester, terutama miristil palmitat. Di samping itu juga mengandung

asam bebas, hidrokarbon, ester kolesterol dan zat warna (Ditjen POM, 1979).

Lilin lebah kuning berupa padatan berwarna kekuningan atau kuning

kecoklatan, berbau seperti madu, rapuh bila dingin dan liat bila dipanaskan.

Mempunyai titik leleh 62 – 65ºC (Wade, A., 1982).

Lilin lebah (beeswax) kuning yang diputihkan disebut lilin lebah putih

(White beeswax), yang berwarna putih kekuningan dengan rasa sedikit berbeda

(40)

kuning (Whindolz, 1983). Beeswax merupakan pengikat yang baik dan dapat

membantu membentuk massa yang homogen (Board, Niir, 2002).

Beeswax merupakan komponen yang penting dalam lipstik, membuat

lipstik menjadi keras. Terlalu banyak pemakaian beeswax akan membuat lipstik

menjadi tumpul (Jellinek, 1970). Beeswax tidak larut dalam air, agak sukar larut

dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak

lemak dan minyak atsiri (Ditjen POM, 1995).

Menurut Material Safety Data Sheet, beeswax memiliki potensial efek

terhadap kesehatan dan sifat fisika kimia. Potensi efek terhadap kesehatan

(identifikasi bahaya), yaitu:

1. Pada mata: materi padat dari beeswax diharapkan tidak dapat menyebabkan

iritasi mata, uap dari lilin cair dapat menyebabkan mata berair.

2. Pada kulit: materi padat dari beeswax diharapkan tidak dapat menyebabkan

iritasi kulit, namun kontak dengan lilin cair dapat menyebabkan luka bakar

termal, tidak ada efek yang merugikan dari ketika terjadi penyerapan pada

kulit.

3. Pada pernafasan: uap yang dihasilkan dari pelelehan lilin menjadi lilin cair

diharapkan memiliki konsentrasi kecil untuk dapat menyebabkan iritasi pada

pernafasan.

4. Pada pengecapan: diharapkan tidak ada efek yang merugikan.

5. Tanda-tanda dan gejala efek: mungkin terjadi iritasi hidung dan tenggorokan.

(41)

Sifat fisika kimia dari beeswax menurut Material Safety Data Sheet, yaitu:

1. Tingkat pembakaran: tidak ada data

2. Warna: kuning.

3. Bentuk: padatan.

4. Bau: tidak berbau.

5. Titik leleh: 62–65oC

6. Kelarutan di air: tak berarti.

7. Berat jenis: sekitar 0,96 (Anonim a, 2009).

Gambar 3. Struktur beeswax (Anonim c, 2009)

G. Candelilla Wax

Candelilla wax adalah lilin murni dari tanaman Euphobiaceae yang

hidup di gurun Meksiko bagian utara. Komponen dari candelilla wax yaitu 30%

C16-C34 asam lemak ester dan 45% hidrokarbon, seperti hentriac-ontane (C31H64)

dengan 25% alkohol bebas, seperti myricyl alcohol. Candelilla wax membuat

lipstik menjadi gloss dan keras (Smolinske dan Susan C., 1992).

Candelilla wax tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik, aseton,

kloroform, benzene. Digunakan dalam lipstik dengan mengkombinasikannya

(42)

Menurut Material Safety Data Sheet, candelilla wax memiliki potensial

efek terhadap kesehatan dan sifat fisika kimia. Potensi efek terhadap kesehatan

(identifikasi bahaya), yaitu:

1. Pada mata: dapat menyebabkan iritasi.

2. Pada kulit: berhati-hati saat memegang lilin panas.

3. Pada pernafasan: saat ini tidak berbahaya.

4. Pada pengecapan: saat ini tidak berbahaya.

Sifat fisika kimia dari beeswax menurut Material Safety Data Sheet, yaitu:

1. Warna: coklat atau kuning kecoklatan.

2. Titik leleh: 66–71oC

3. Ester: 40–47%

4. Asam: 12,3–20,6%

5. Hidrokarbon: 40–60% (Anonim b, 2009).

H. Desain Faktorial

Desain faktorial digunakan untuk mencari efek dari berbagai faktor atau

kondisi terhadap hasil penelitian. Desain faktorial adalah desain pilihan untuk

menentukan secara serentak efek dari beberapa faktor sekaligus interaksinya. Desain

faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan

model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas

(Bolton, 1990).

Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktorial, level,

(43)

harga kebutuhan produk pada prinsipnya dapat dibedakan antara faktor kuantitatif

dan kualitatif (Voigt, 1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada

percobaan dengan desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti yang meliputi

level rendah dan level tinggi. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi

tingkat faktor. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon

yang diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1990).

Jumlah percobaan untuk penelitian desain faktorial dihitung dari jumlah

level yang digunakan dalam penelitian, dipangkatkan dengan jumlah faktor yang

digunakan. Jumlah percobaan untuk penelitian dengan 2 level dan 2 faktor adalah 22

= 4. Penambahan formula untuk jumlah percobaan = 3 adalah formula (1) untuk

percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan

formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1990).

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

Formula 1 = Faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah.

Formula a = Faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah.

Formula b = Faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi.

(44)

Persamaan umum untuk desain faktorial adalah :

y = b0 + b1.XA + b2.XB + b12.XA.XB

Keterangan :

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

XA, XB = level bagian A dan B, yang nilainya antara -1 sampai +1

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari percobaan

b0 = rata-rata hasil semua percobaan

Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata- rata

respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah dibagi dengan

jumlah level (Bolton, 1990).

Desain faktorial memiliki keuntungan, yaitu metode ini memungkinkan

untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar

faktor (Bolton, 1990).

I. Landasan Teori

Kulit bibir lebih tipis daripada kulit wajah, selain itu stratum corneum

pada bibir sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun

kelenjar minyak, sehingga kulit bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika

dalam udara yang dingin dan kering, hanya air liur yang merupakan pembasah

alami untuk bibir. Buah alpukat yang telah matang bisa dibuat menjadi

emoliensia, yaitu bahan kosmetik yang dapat digunakan untuk menghaluskan dan

melembutkan kulit wajah, karena buah alpukat merupakan satu-satunya buah yang

(45)

alpukat sekitar 6,5 gram. Konsentrasi minyak buah alpukat sebesar 5%

mempunyai fungsi untuk melembabkan dan menghaluskan kulit kering, serta

aman untuk digunakan

Salah satu produk kosmetik bibir yang paling sering digunakan adalah

lipstik. Lipstik merupakan sediaan dalam bentuk batang, dibuat dengan

mendispersikan bahan pemberi warna dalam basis yang mengandung campuran

minyak, lemak, dan waxes. Lipstik termasuk ke dalam jenis kosmetik dekoratif.

Kekhasan dari kosmetik dekoratif adalah kosmetik ini hanya bertujuan untuk

mengubah penampilan agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada

kulit dapat tertutupi. Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain warna yang

menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, dan sudah tentu tidak

merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, dan kuku. Sediaan lipstik termasuk

ke dalam jenis kosmetik dekoratif, maka zat pewarna memegang peranan penting

dalam sediaan lipstik. Selain zat pewarna, adanya waxes pada lipstik juga

memegang peranan penting.

Pemilihan dan komposisi waxes dalam basis lipstik dapat menentukan

sifat fisis sediaan lipstik. Waxes yang dipakai dalam basis lipstik pada penelitian

ini adalah beeswax dan candelilla wax. Adanya waxes akan membuat lipstik

menjadi keras dan tidak mudah patah.

Beeswax dan candelilla wax merupakan waxes yang biasa digunakan

sebagai basis dalam sediaan lipstik. Apabila digunakan satu jenis wax dalam basis

lipstik, misalnya beeswax, belum dapat menghasilkan sifat fisis yang baik.

(46)

penggunaannya dapat menghasilkan batang lipstik yang agak tumpul dengan

terlalu banyak seretan. Untuk itu, digunakan kombinasi beeswax dan candelilla

wax sebagai waxes dalam basis lipstik, agar sediaan lipstik yang dihasilkan tidak

mudah patah dan dapat melekat cepat pada kulit bibir setelah dioleskan. Dipilih

beeswax dan candelilla wax sebagai waxes dalam basis lipstik pada penelitian ini

karena beeswax merupakan komponen yang penting dalam lipstik dan dapat

membuat lipstik menjadi keras dan candelilla wax dapat membuat lipstik menjadi

gloss dan keras.

Komposisi beeswax dan candelilla wax akan berpengaruh terhadap respon

yang dihasilkan. Komposisi dari beeswax dan candelilla wax harus diperhatikan,

karena jika terlalu banyak penambahan beeswax membuat lipstik menjadi tumpul,

sedangkan jika terlalu banyak penambahan candelilla wax dapat membuat lipstik

menjadi sangat keras.

Komposisi dari beeswax dan candelilla wax yang memungkinkan

berpengaruh terhadap sifat fisis pada sediaan lipstik yang dapat dievaluasi

menggunakan desain faktorial dua faktor dan dua level.

J. Hipotesis

Komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis dapat memberikan

efek yang signifikan terhadap sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak

buah alpukat (Persea americana Mill.).

(47)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kuasi eksperimental

dengan model rancangan penelitian secara desain faktorial.

B. Variabel Penelitian

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis sediaan

lipstik adalah kekerasan dan daya lekat dari sediaan lipstik.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah alat dan

bahan yang digunakan, suhu pemanasan, suhu pendinginan, lama pendinginan,

dan lama waktu pencampuran.

4. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan

(48)

C. Definisi Operasional

1. Lipstik adalah kosmetik untuk bibir dicetak dalam bentuk batang, dibuat

dengan mendispersikan bahan pemberi warna dalam basis yang mengandung

campuran minyak, lemak, dan waxes.

2. Minyak daging buah alpukat adalah hasil ekstraksi daging buah alpukat

(Persea americana Mill.) dengan pelarut heksan, yang mengandung minyak

buah alpukat (avocado oil), yang diperoleh dari Lembaga Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Universitas Gajah Mada (LPPT UGM) Yogyakarta.

3. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, pada penelitian ini

digunakan 2 faktor, yaitu beeswax dan candelilla wax.

4. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, pada penelitian ini terdapat 2

level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah beeswax adalah 0,4369

gram dan level tinggi 0,5504 gram. Level rendah candelilla wax adalah 0,7281

gram dan level tinggi 0,8563 gram.

5. Beeswax adalah malam yang telah diputihkan diperoleh dari sarang lebah Apis

mellifera Linne, atau spesies Apis lain, berupa malam keras yang akan

menghasilkan permukaan lipstik menjadi lebih halus.

6. Candelilla wax adalah malam yang diambil dari tanaman Euphobiaceae, dapat

membuat lipstik menjadi gloss dan keras.

7. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya. Respon dalam

penelitian ini adalah sifat fisis sediaan lipstik.

8. Sifat fisis sediaan lipstik adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis

(49)

jam setelah pembuatan serta stabilitas kekerasan setelah 1 bulan penyimpanan.

Stabilitas kekerasan diamati dengan adanya pergeseran kekerasan setelah 1

bulan penyimpanan.

9. Kekerasan adalah kemampuan lipstik untuk bertahan agar tidak mudah patah.

Nilainya didapat dengan menggunakan alat uji kekerasan lipstik yang dibebani

beban dengan berat maksimal 1400 gram dan dinyatakan dalam satuan detik.

10.Daya lekat adalah kemampuan lipstik untuk melekat cepat pada bibir setelah

lipstik dioleskan. Nilainya didapat dengan menggunakan alat uji daya lekat

yang dibebani beban dengan berat 800 gram dan dinyatakan dalam satuan

detik.

11.Efek adalah perubahan yang disebabkan adanya variasi faktor dan level.

12.Desain faktorial adalah model rancangan penelitian yang memungkinkan

untuk evaluasi efek dari dua faktor, yaitu beeswax dan candelilla wax dan dua

level, yaitu level rendah dan level tinggi.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak buah alpukat

(Persea americana Mill.) dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Universitas Gajah Mada (LPPT UGM) Yogyakarta, beeswax dari PT. Agung Jaya

Yogyakarta, candelilla wax dari PT. Tirta Buana Kemindo Jakarta, white

petrolatum jelly dari PT. Brataco Chemica Yogyakarta, technical white oil dari

CV. Tekun Jaya Yogyakarta, talc dari Laboratorium Solid-Semi Solid Universitas

(50)

Jakarta, castor oil dari PT. Brataco Chemica Yogyakarta, sil.556 dari PT. Tirta

Buana Kemindo Jakarta, propilparaben (nipasol) dari Laboratorium Kimia

Organik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pewarna pigment dari industri

kosmetik.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex

-Germany), neraca analitik (Mettler Toledo GB3002-Switzerland), waterbath

(Tamson Zoetermeer 0023-Holland), hotplate (LMS-1003 Daihan Labtech

co.,LTD-Korea), termometer, cetakan lipstik, lemari pendingin (Sanken), alat uji

kekerasan lipstik Erweka, alat uji daya lekat, gelas objek (2,54 cm x 7,62 cm dan

tebal 0.8 mm microscope slides-China), stopwatch.

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea americana Mill.)

Formula basis lipstik (Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982).

Tabel II. Formula basis lipstik

Paraffin wax 30%

Beeswax 15%

White petrolatum jelly 35%

(51)

Formula sediaan lisptik diambil dari sebuah industri kosmetik di Indonesia.

Ekstrak Aleovera 0,1 g

Flavor.vanila 0,08 g

Formula lipstik di atas dimodifikasi menjadi:

Tabel IV. Formula lipstik minyak buah alpukat (Persea americana Mill.)

(52)

Pembuatan sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea

Americana Mill.)

a. Pembuatan basis lipstik

Candelilla wax dilelehkan di atas waterbath pada suhu 66–

68oC. Setelah meleleh sempurna, ditambahkan white petrolatum jelly,

campuran diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan technical

white oil, diaduk hingga homogen. Waterbath diatur suhunya pada suhu

62–65oC. Setelah mencapai suhu tersebut, beeswax dimasukkan dan

dilelehkan, kemudian diaduk hingga homogen.

b. Pembuatan sediaan lipstik

Basis lipstik yang telah dibuat dipindahkan di atas hotplate dan

dipanaskan pada suhu 80–100oC. Campuran basis lipstik ditambahkan

crodamol GTCC dan castor oil (½ bagian dari jumlah dalam formula),

diaduk hingga homogen, kemudian talc dimasukkan dan diaduk hingga

larut.

Extender warna dibuat dengan menimbang pewarna pigment

yang dicampur dengan ½ sisa castor oil, diaduk dalam gelas arloji hingga

benar-benar larut, dan tidak ada warna yang masih dalam bentuk serbuk

(semua sudah larut homogen).

Extender warna yang telah dibuat, dimasukkan dalam

campuran basis lipstik, crodamol GTCC, dan castor oil, kemudian diaduk

hingga homogen. Kemudian ditambahkan silicone 556, minyak daging

(53)

Campuran dituang ke dalam cetakan lipstik yang sudah diolesi paraffin

cair (dalam keadaan panas), cetakan diketuk-ketuk agar campuran

mencapai dasar cetakan, kemudian dibiarkan dingin dan memadat pada

suhu ruangan selama 20–25 menit dan dimasukkan dalam lemari

Seperangkat alat uji kekerasan lipstik, pencatat waktu

(stopwatch), dan lipstik dengan ukuran yang sama disiapkan. Lipstik

diposisikan pada alat uji kekerasan lipstik dengan bagian ujung lipstik

menghadap ke bawah. Pengganjal pada alat uji kekerasan lipstik

dilepaskan bersamaan dengan dinyalakan pencatat waktu (stopwatch),

(alat uji kekerasan lipstik tanpa ditambah beban dianggap sebagai beban

600 gram). Apabila lipstik belum hancur setelah 1 menit, beban ditambah

sebesar 200 gram pada alat tersebut. Dengan selang waktu 1 menit,

apabila lipstik belum hancur, beban ditambahkan lagi sebesar 200 gram

pada alat, hingga total beban 1400 gram atau hingga lipstik hancur.

Apabila lipstik belum hancur pada beban 1400 gram, didiamkan dan

(54)

lipstik hancur. Waktu hancur dan total beban yang digunakan dicatat

telah ditentukan luasnya (2,54 cm x 6 cm), gelas objek lain diletakkan di

atas olesan lipstik tersebut, kemudian ditekan dengan beban 1000 gram

selama 1 menit. Gelas objek dipasang pada alat uji, kemudian dilepaskan

beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua gelas objek

terpisah.

G. Analisis Hasil

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kekerasan lipstik

dan daya lekat lipstik 48 jam setelah pembuatan, serta stabilitas kekerasan yang

diamati dengan adanya pergeseran kekerasan setelah 1 bulan penyimpanan.

Melalui model rancangan desain faktorial dapat dihitung besarnya efek beeswax,

candelilla wax, dan interaksinya dalam menentukan sifat fisis dari sediaan lipstik

dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea Americana Mill.).

Stabilitas kekerasan lipstik setelah 1 bulan penyimpanan dianalisis

signifikansinya terhadap kekerasan lipstik 48 jam setelah pembuatan

menggunakan uji T berpasangan apabila distribusi data yang didapat normal dan

(55)

hasil analisis akan diperoleh nilai p (probability value). Apabila nilai p kurang

dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pengukuran

dan jika p lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan diantara pengukuran.

Data kekerasan lipstik dan daya lekat lipstik 48 jam setelah pembuatan,

serta stabilitas kekerasan yang diamati dengan adanya pergeseran kekerasan

setelah 1 bulan penyimpanan dianalisis menggunakan ANOVA dengan program

Design Expert 7.0.0 pada taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisis, akan

diperoleh nilai p (probability value). Apabila nilai p yang diperoleh kurang dari

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa setiap faktor dan interaksinya dapat

(56)

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini sediaan yang dibuat adalah lipstik. Lipstik

merupakan sediaan dalam bentuk batang, dibuat dengan mendispersikan bahan

pemberi warna dalam basis yang mengandung campuran minyak, lemak, dan

waxes (Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982). Sediaan lipstik yang dibuat

mempunyai fungsi untuk melembabkan karena adanya minyak buah alpukat yang

merupakan hasil ekstraksi buah alpukat (Persea americana Mill.). Minyak buah

alpukat (avocado oil) yang digunakan sebagai pelembab dalam penelitian sediaan

lipstik ini, berasal dari ekstraksi daging buah alpukat yang dilakukan di Lembaga

Penelitian dan Pengembangan Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM),

dengan metode perkolasi menggunakan pelarut heksan. Menurut Yohana dkk

(2004) konsentrasi minyak buah alpukat sebesar 5% mempunyai fungsi untuk

melembabkan dan menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan.

Kandungan air di dalam stratum corneum, meskipun sedikit (hanya 10%) sangat

penting. Kelembutan dan elastisitas stratum corneum sepenuhnya tergantung pada

air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan minyaknya. Stratum corneum

pada bibir sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun

kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika

dalam udara yang dingin dan kering, hanya air liur yang merupakan pembasah

alami untuk bibir (Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007). Untuk itu, diperlukan

(57)

mengandung minyak buah alpukat (avocado oil) ketika dioleskan pada kulit bibir

akan bekerja dengan membentuk lapisan minyak tipis di permukaan kulit bibir.

Lapisan minyak ini dapat menghambat penguapan air kulit dari stratum corneum

pada kulir bibir, sehingga kandungan air pada stratum corneum bibir tetap terjaga,

serta menyebabkan kulit bibir menjadi lembab dan halus.

A. Pembuatan Basis Lipstik

Pada pembuatan sediaan lipstik pada penelitian ini, terlebih dahulu

dilakukan pembuatan basis lipstik. Komponen dasar yang digunakan dalam

pembuatan basis lipstik yaitu minyak, lemak, dan waxes. Fungsi waxes adalah

untuk memperkuat bentuk stik (Sagarin, 1957).

Waxes yang dipilih dalam pembuatan basis lipstik ini adalah waxes

yang biasa digunakan dalam sediaan lipstik yang beredar di pasaran, yaitu

beeswax dan candelilla wax. Beeswax merupakan wax yang penting dalam

pembuatan basis lipstik. Beeswax dapat membuat lipstik menjadi keras, tetapi

terlalu banyak pemakaian beeswax akan membuat lipstik menjadi tumpul

(Jellinek, 1970). Hal ini karena terdapat range tertentu dalam penggunaan

beeswax pada basis lipstik. Penggunaan beeswax pada basis lipstik berkisar antara

5–20% (Keithler, 1956). Selain itu, beeswax mempunyai sifat sebagai pengikat

yang baik, dimana membantu untuk menghasilkan massa homogen. Beeswax

mempunyai sifat retensi minyak yang baik dimana berperan sebagai pengikat

(58)

memperbaiki struktur lipstik. Peran sebagai pengikat yang baik dapat membantu

untuk menghasilkan massa yang homogen (Behrer, 1999).

Digunakan dua jenis waxes dalam basis lipstik pada penelitian ini,

karena penggunaan satu jenis wax saja belum cukup untuk menghasilkan sediaan

lipstik yang baik. Beeswax memang dapat digunakan sebagai satu-satunya bahan

wax, tetapi penggunaan tersebut dapat menghasilkan batang yang agak tumpul

dengan terlalu banyak seretan (Smolinske dan Susan C., 1992). Selain itu,

penggunaan beeswax secara tunggal dan dalam jumlah berlebih akan

menghasilkan sediaan yang permukaan tidak rata (Sagarin, 1957). Untuk itu,

beeswax perlu dikombinasikan dengan wax lain agar dapat menghasilkan suatu

sediaan lipstik yang baik. Wax yang dipilih untuk dikombinasikan dengan

beeswax adalah candelilla wax. Penggunaan candelilla wax pada basis lipstik

dapat membuat lipstik menjadi gloss dan keras (Smolinske dan Susan C., 1992).

Faktor yang diteliti dalam pembuatan sediaan lipstik dengan pelembab

minyak buah alpukat adalah beeswax dan candelilla wax. Beeswax dan candelilla

wax merupakan waxes yang terdapat pada basis lipstik. Pemilihan level dari

beeswax dan candelilla wax pada pembuatan basis lipstik ini berdasarkan hasil

orientasi, sedangkan model rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian

ini berdasarkan pada model rancangan secara desain faktorial. Desain faktorial

dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari 2 faktor (beeswax dan candelilla

wax) terhadap sifat fisis sediaan lipstik (kekerasan dan daya lekat lipstik). Pada

penelitian ini, dibuat 4 formula yaitu formula 1, a, b, dan ab. Formula 1 terdiri dari

(59)

beeswax dan level rendah candelilla wax, formula b terdiri dari level rendah

beeswax dan level tinggi candelilla wax, dan formula ab terdiri dari level tinggi

beeswax dan candelilla wax.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat basis lipstik adalah

beeswax dan candelilla wax sebagai waxes, technical white oil sebagai minyak,

dan white petrolatum jelly sebagai lemak. Technical white oil dalam basis lipstik

berfungsi sebagai emollient dan white petrolatum jelly dalam basis lipstik

berfungsi sebagai wax modifiers yang bekerja bersama waxes dalam basis lipstik

untuk memperbaiki tekstur, pengaplikasian, dan stabilitas dari sediaan lipstik

(Schlossman, 2000). Penggunaan technical white oil yang terlalu banyak

mengakibatkan lipstik menjadi terlalu licin (Sagarin, 1957). Oleh karena itu, pada

formula basis lipstik digunakan technical white oil dalam jumlah sedikit.

Beeswax dan candelilla wax merupakan bahan yang berupa padatan,

sehingga harus dilelehkan terlebih dahulu sebelum mencampurnya dengan

bahan-bahan penyusun basis lipstik yang lain. Berdasarkan hasil orientasi, untuk

melelehkan beeswax dan candelilla wax dilakukan di atas waterbath, bukan

dengan hotplate. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kontak panas secara

langsung dengan bahan-bahan yang akan dilelehkan. Prinsip pemanasan

menggunakan waterbath yaitu dengan menggunakan panas uap air, sehingga

bahan-bahan yang dilelehkan tidak langsung kontak dengan panas.

Jika dilihat dari urutan titik lebur masing-masing waxes penyusun

basis lipstik, titik lebur candelilla wax berkisar antara 65–67oC dan titik lebur

Gambar

Tabel XV Analisis variansi (Partial sum of square-Type III) respon pergeseran
Gambar 1. Anatomi bibir ..........................................................................
Gambar 1. Anatomi bibir (Anonim a, 2010)
Gambar 2. Buah alpukat (Kumalaningsih, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat, efek ekstrak etanol

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis lipstik terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa komposisi beeswax dan paraffin wax memberikan pengaruh peningkatan kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemungkinan penggunaan daging buah alpukat sebagai substitusi krim pada es krim dan mempelajari pengaruhnya terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat, efek ekstrak etanol

Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk membuat sediaan krim ekstrak etanolik daun alpukat yang memenuhi syarat fisik dan stabilitas krim serta

Selain buahnya, minyak yang dihasilkan oleh buah alpukat sangat baik untuk kulit diantaranya adalah untuk melembabkan kulit, menangkal radikal bebas, memelihara

Tabel 1 Hasil skrining fitokimia ekstrak Kulit Buah alpukat P.americana Mill Berdasarkan hasil skrining fitokimia dari ekstrak kulit buah alpukat yang diambil kawangkoan mengandung