PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CANDELILLA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN LIPSTIK
DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Dinar Catur Mardianti
NIM: 078114129
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CANDELILLA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS SEDIAAN LIPSTIK
DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Dinar Catur Mardianti
NIM: 078114129
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
Tugas kita bukanlah untuk berhasil Tugas kita adalah untuk mencoba, Karena di dalam mencoba itulah, kita menemukan dan belajar
Membangun kesempatan untuk berhasil……
-Mario
Teguh-Kupersembahkan karya kecil ini kepada mereka yang paling kucintai,
kusayangi, dan kuhormati di dunia ini, yang selalu mencintaiku,
menyayangiku, dan berbagi senyum denganku dengan cara mereka
masing-masing yang terkadang tidak ku mengerti.
“ALLAH S.W.T”
Mama dan Papa tercinta atas kasih sayangnya
Mas Rully, Teh Lidya, dan Naura “kaka” tersayang
Keluargaku, Sahabat-sahabatku
Teman-teman Farmasi
vii
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Penyayang atas semua berkat dan penyertaan-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Komposisi Beeswax dan Candelilla Wax Sebagai Basis Terhadap Sifat Fisis
Sediaan Lipstik Dengan Pelembab Minyak Buah Alpukat (Persea americana
Mill.)” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) pada
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama perkuliahan, penelitian dan proses penyusunan skripsi, penulis
telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang berupa doa, dukungan,
sarana, bimbingan, nasihat, kritik, dan saran. Oleh karena itu, penulis dengan
kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rini Dwiastuti, M. Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis
sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
3. Dewi Setyaningsih, M. Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk menguji, serta atas saran dan kritik yang
viii
4. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk menguji, serta atas saran dan kritik yang diberikan
kepada penulis.
5. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt., dan Christine
Patramurti, M.Si., Apt., atas segala dukungannya selama ini.
6. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta atas
kesabarannya dalam mengajar dan membimbing penulis selama perkuliahan.
7. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Parlan atas segala
bantuan dan kerja sama selama penulis melakukan penelitian.
8. Mama, Papa, Mas Rully, Teh Lidya, Naura “kaka” atas doa, dukungan, cinta,
kasih sayang, dan perhatian yang selalu menyertai penulis.
9. Cinthya Wijayani dan Ranindya Siska Pramitasari, para partnerku selama
penelitian, penyusunan skripsi, dan selama masa kuliah. Terima kasih atas
segala masukan, kerja sama, dukungan, bantuan, canda tawa, keluh kesah, dan
semangatnya selama penyusunan skripsi ini.
10.Lia “perfect”, Yunita, Fanny, Veny, Fifi, Septi, Cinthya, Lilis, Elis, Siska,
Tiwi, Yemi, Benny, Pace, dan teman-teman FST “jumawa” 2007
seperjuanganku. Terima kasih atas segala persahabatan, kerja sama, bantuan,
dukungan, suka duka, dan “kejumawaan” selama masa perkuliahan.
11.Ting-ting, Reta, Mikha, Chandra, Yande, Vero, Catharina “Sule”, dan Yemoi
atas segala persahabatan, semangat, “kegejean”, “kehebohan”, dan canda tawa
ix
12.Teman-teman “Lantai 1”: Lia, Fanny, Septi, Oneng, Yoga, Manda, Yemi,
Daniel, Ius, Robby, Tika, Puput, Mala, Bella, Riris, Santi, Siwi, Wicak, Sere,
Reka, Oki.
13.Teman-teman kelas C 2007, teman angkatan 2007, dan semua
teman-teman Farmasi atas segala kebersamaannya.
14.Segenap karyawan dan laboran yang telah membantu selama perkuliahan
penulis di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
15.Semua pihak dan teman-teman yang telah membantu yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
INTISARI ... xix
ABSTRACT ... xx
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah ... 4
2. Keaslian Penelitian ... 5
3. Manfaat Penelitian ... 5
xii
2. Pembagian zat pewarna pada kosmetik dekoratif ... 14
xiii
1. Pembuatan lipstik dengan pelembab minyak buah alpuka (Persea americana Mill.) ... 30
2. Uji sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea Americana Mill.) ... 33
G. Analisis Data ... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Pembuatan Basis Lipstik ... 37
B. Pembuatan Lipstik ... 41
C. Sifat fisis Sediaan Lipstik Minyak Buah Alpukat ... 45
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan
dua level ... 23
Tabel II. Formula basis lipstik ... 30
Tabel III. Formula lipstik ... 31
Tabel IV. Formula lipstik minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) 31
Tabel V. Range penggunaan bahan yang masih diperbolehkan ... 45
Tabel VI. Hasil pengukuran sifat fisis sediaan lipstik ... 49
Tabel VII. Hasil pengukuran kekerasan sediaan lipstik ... 52
Tabel VIII. Efek beeswax, candelilla wax dan interaksinya terhadap respon
kekerasan sediaan lipstik ... 53
Tabel IX. Analisis variansi (Partial sum of square-Type III) respon kekerasan
sediaan lipstik ... 54
Tabel X. Hasil pengukuran daya lekat sediaan lipstik ... 56
Tabel XI. Efek beeswax, candelilla wax dan interaksinya terhadap respon daya
lekat sediaan lipstik ... 56
Tabel XII Analisis variansi (Partial sum of square-Type III) respon daya lekat
sediaan lipstik ... 57
Tabel XIII Hasil perhitungan persen pergeseran kekerasan sediaan lipstik 60
Tabel XIV Efek beeswax, candelilla wax dan interaksinya terhadap respon
xvi
Tabel XV Analisis variansi (Partial sum of square-Type III) respon pergeseran
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi bibir ... 7
Gambar 2. Buah alpukat ... 9
Gambar 3. Struktur beeswax ... 21
Gambar 4. Grafik hubungan efek beeswax dan candelilla wax terhadap respon
kekerasan lipstik ... 54
Gambar 5. Grafik hubungan efek beeswax dan candelilla wax terhadap respon
daya lekat lipstik ... 58
Gambar 6. Grafik hubungan efek beeswax dan candelilla wax terhadap respon
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data ektraksi minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) 70
Lampiran 2. Prosedur ekstraksi minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) 71 Lampiran 3. Keterangan melakukan ekstraksi minyak buah alpukat ... 72
Lampiran 4. Determinasi alpukat (Persea americana Mill.) ... 73
Lampiran 5. Perhitungan jumlah penambahan minyak buah alpukat ... 74
Lampiran 6. Penentuan rentang kekerasan dan daya lekat lipstik ... 75
Lampiran 7. Perhitungan formula sediaan lipstik ... 77
Lampiran 8. Data penimbangan ... 78
Lampiran 9. Material Safety Data Sheet dari bahan-bahan yang digunakan 80
Lampiran 10. Notasi desain faktorial dan percobaan desain faktorial ... 89
Lampiran 11. Sifat fisis dan stabilitas sediaan lipstik minyak buah alpukat alpukat (Persea americana Mill.) ... 90
Lampiran 12. Data hasil analisis menggunakan SPSS 18 ... 95
Lampiran 13. Uji normalitas data kekerasan, daya lekat, dan pergeseran kekerasan sediaan lipstik ... 96
Lampiran 14. Uji ANOVA dengan Design Expert 7.0.0 dan grafik interaksi 102 Lampiran 15. Foto lipstik minyak buah alpukat (Persea americana Mill.) .. 110
xix
INTISARI
Sifat fisis sediaan lipstik minyak buah alpukat ditentukan dari komposisi
waxes pada basis lipstik yang digunakan. Basis yang digunakan pada sediaan lipstik terdiri dari waxes, minyak, dan lemak. Waxes yang biasa digunakan pada basis lipstik adalah beeswax dan candelilla wax. Minyak buah alpukat yang diambil dari daging buah alpukat dapat digunakan sebagai pelembab pada sediaan lipstik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek beeswax, candelilla wax, dan interaksi keduanya terhadap sifat fisis dari sediaan lipstik. Penelitian ini merupakan rancangan yang bersifat kuasi eksperimental menggunakan aplikasi desain faktorial dengan dua faktor, yaitu beeswax-candelilla wax dan dua level, yaitu level rendah-level tinggi. Sifat fisis sediaan lipstik yang diamati adalah kekerasan dan daya lekat lipstik 48 jam setelah pembuatan. Selain sifat fisis, dilihat stabilitas dari sediaan lipstik yaitu stabilitas kekerasan yang diamati dengan pergeseran kekerasan setelah penyimpanan 1 bulan. Data dianalisis secara statistik menggunakan Design Expert 7.0.0 dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beeswax, candelilla wax, dan interaksi keduanya memberikan efek yang tidak signifikan terhadap kekerasan.
Beeswax memberikan efek yang signifikan terhadap daya lekat. Untuk stabilitas kekerasan, interaksi antara beeswax dengan candelilla wax memberikan efek yang signifikan terhadap pergeseran kekerasan.
xx
ABSTRACT
Physical characteristics of a lipstick avocado oil is determined from the composition of waxes in the base used in lipstick. The base used in lipstick preparations consist of waxes, oils, and fats. Waxes commonly used in lipstick preparations base is beeswax and candelilla wax. Avocado oil taken from the meat of an avocado can be used as a moisturizer in the preparation of this lipstick.
This study aims to determine the effects of beeswax, candelilla wax, and interactions of beeswax and candelilla wax toward the physical characteristics of lipstick. This study represents a quasi experimental design using the application of factorial design with two factors such as beeswax-candelilla wax and two levels such as low level-high level. There are some physical characteristics which are evaluated such as lipstick hardness 48 hours and lipstick adhesion 48 hours, some stability characterictics is evaluated such as the alteration of hardness after 1 month storage. The data were analyzed statically using Design Expert 7.0.0. with confidence level 95%, to know the significancy (p<0,05) of every factor and interaction in contributing to the effect.
The result of this research showed that beeswax, candelilla wax, and the interactions give insiginificant effect against the hardness. Beeswax give significant effect against the adhesion. Interaction beeswax and candelilla wax give siginificant effect against the alteration of hardness.
Keywords: beeswax, candelilla wax, lipstick, avocado oil (Persea americana
Mill.), factorial design
1
menghaluskan dan melembutkan kulit wajah (Jaelani, 2009). Hal ini karena buah
alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya minyak. Kandungan minyak
dalam buah alpukat per 100 gram daging buah alpukat sekitar 6,5 gram (Jaelani,
2009). Kandungan minyak dalam buah alpukat biasa disebut dengan avocado oil.
Buah alpukat yang didalamnya terdapat minyak buah alpukat (avocado oil) juga
bisa digunakan sebagai pelembab alami. Menurut Yohana (2004) konsentrasi
minyak buah alpukat sebesar 5% mempunyai fungsi untuk melembabkan dan
menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan. Minyak buah alpukat
(avocado oil) yang berfungsi sebagai pelembab dapat dikembangkan ke dalam
suatu bentuk formulasi sediaan farmasi.
Dalam penelitian ini, dipilih bentuk sediaan lipstik sebagai alternatif
pemanfaatan buah alpukat. Sediaan lipstik dipilih karena pada sediaan lipstik
mengandung campuran minyak dan hasil ekstraksi buah alpukat yang digunakan
juga berupa minyak, dengan ini diharapkan hasil ekstraksi buah alpukat yang
campuran lipstik, sehingga menghasilkan suatu sediaan lipstik yang berfungsi
sebagai pelembab.
Lipstik adalah kosmetik untuk bibir yang dicetak dalam bentuk batang,
dibuat dengan mendispersikan bahan pemberi warna dalam basis yang
mengandung campuran minyak, lemak, dan waxes. Lipstik digunakan untuk
memberikan warna dan penampilan yang menarik pada bibir (Wilkinson, J. B. dan
Moore, R. J., 1982). Sediaan lipstik termasuk ke dalam jenis kosmetik dekoratif.
Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata
untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau
kelainan pada kulit tertutupi. Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain
adalah warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, dan
sudah tentu tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan bagian
lainnya (Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007). Sediaan lipstik termasuk ke
dalam jenis kosmetik dekoratif, maka zat pewarna memegang peran sangat besar
dalam sediaan lipstik. Selain zat pewarna, penggunaan waxes dalam basis lipstik
juga memegang peranan yang penting. Adanya waxes dalam basis lipstik dapat
memperkuat bentuk stik pada sediaan lipstik.
Pada penelitian ini, waxes yang digunakan dalam basis lipstik pada
sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea americana Mill.)
adalah beeswax dan candelilla wax. Seperti yang kita ketahui, sediaan lipstik yang
acceptable adalah sediaan lipstik yang tidak mudah patah, mudah dioleskan pada
kulit bibir, dapat melekat cepat pada kulit bibir setelah dioleskan, dan
lipstik, misalnya beeswax, belum dapat menghasilkan sifat fisis yang baik.
Beeswax memang dapat digunakan sebagai satu-satunya bahan wax, tetapi
penggunaan tersebut dapat menghasilkan batang yang agak tumpul dengan terlalu
banyak seretan (Smolinske dan Susan C., 1992). Untuk itu, digunakan kombinasi
beeswax dan candelilla wax sebagai waxes dalam basis lipstik, agar sediaan lipstik
yang dihasilkan tidak mudah patah dan dapat melekat lama pada kulit bibir.
Dipilih beeswax dan candelilla wax sebagai waxes dalam basis lipstik pada
penelitian ini karena beeswax merupakan komponen yang penting dalam lipstik
dan dapat membuat lipstik menjadi keras (Jellinek, 1970). Candelilla wax dapat
membuat lipstik menjadi gloss dan keras (Smolinske dan Susan C., 1992). Selain
itu, beeswax dan candelilla wax merupakan waxes yang biasa dipakai pada
pembuatan sediaan lipstik.
Waxes dalam basis lipstik merupakan bagian yang sangat penting
dalam menentukan sifat fisis dari sediaan lipstik. Selain itu, perlu diperhatikan
juga sifat fisis setelah 1 bulan penyimpanan dan diharapkan sediaan lipstik stabil
selama penyimpanan. Sifat fisis yang penting untuk dievaluasi, yaitu kekerasan
dan daya lekat dari sediaan lipstik. Kekerasan dari sediaan lipstik berpengaruh
ketika dioleskan pada kulit bibir dan lipstik juga harus mampu melekat cepat
setelah dioleskan pada kulit bibir sehingga dapat diterima oleh konsumen. Oleh
karena itu, penggunaan beeswax dan candelilla wax dalam basis lipstik perlu
diperhatikan komposisinya. Beeswax dapat membuat lipstik menjadi keras, tetapi
terlalu banyak pemakaian beeswax akan membuat lipstik menjadi tumpul
lipstik menjadi gloss dan keras, tetapi terlalu banyak pemakaian candelilla wax
akan membuat lipstik menjadi sangat keras, sehingga sulit untuk dioleskan pada
kulit bibir.
Model rancangan penelitian yang memungkinkan untuk mengevaluasi
efek dari beeswax dan candelilla wax adalah desain faktorial dengan dua faktor
dan dua level. Desain faktorial dengan dua faktor dan dua level merupakan
metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek
faktor terhadap kualitas suatu sediaan. Faktor yang diteliti adalah beeswax dan
candelilla wax, sedangkan level yang diteliti adalah variasi jumlah beeswax dan
candelilla wax, pada level rendah dan level tinggi. Signifikansi dari setiap faktor
dan interaksinya dalam memberikan efek dianalisis menggunakan ANOVA
dengan program Design Expert 7.0.0 pada taraf kepercayaan 95%.
Dari uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat efek beeswax
dan candelilla wax terhadap sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak
buah alpukat (Persea americana Mill.), yang nantinya dapat disimpulkan bahwa
beeswax, candelilla wax, dan interaksi keduanya dapat berpengaruh signifikan
terhadap terhadap sifat fisissediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat
(Persea americana Mill.).
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
diteliti: Apakah pengaruh komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis
pada level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian
mengenai pengaruh komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis terhadap
sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea
americana Mill.) belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu pengetahuan kefarmasian, khususnya dalam bidang formulasi mengenai
komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis pada sediaan lipstik dengan
pelembab minyak buah alpukat (Persea americana Mill.).
b.Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati efek beeswax
dan candelilla wax terhadap sifat fisis pada sediaan lipstik dengan pelembab
minyak buah alpukat (Persea americana Mill.).
c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membantu formulasi dalam sediaan lipstik, terutama untuk mengetahui efek beeswax, candelilla wax,
dan interaksinya dalam menentukan sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah membuat sediaan lipstik dari
bahan alam, yaitu minyak buah alpukat.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis yang dapat memberikan efek
yang signifikan terhadap sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Bibir 1. Tinjauan umum
Bagian yang lebih rendah dari bibir atas disebut vermilion dan ditandai
oleh warna merah. Perbatasan antara bibir dan kulit di sekitarnya disebut
vermilion border. Istilah cupid’s bow digunakan untuk menggambarkan bagian cekung atau mencelupkan vermillion border di tengah bibir atas. Di atas tengah
bibir atas terdapat lesung yang disebut philtral dimple, dan tonjolan besar di
kedua sisi lesung pipit ini adalah philtral column. Bagian dari bibir atas diantara
dua philtral column dikenal sebagai philtrum (Anonim a, 2010).
Gambar 1. Anatomi bibir (Anonim a, 2010)
Kulit bibir mengandung lebih sedikit melanosit (sel yang memproduksi
pigmen melanin yang memberikan warna kulit) dibandingkan kulit lainnya
(Anonim b, 2010). Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwarna merah.
Warna merah disebabkan warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan
jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papilla dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan
kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit
bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu
basah (Ditjen POM, 1985).
2. Kerusakan bibir
Stratum corneum pada bibir sangat tipis dan dermisnya tidak
mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah
kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering, hanya
air liur yang merupakan pembasah alami untuk bibir. Jadi kulit bibir lebih tipis
dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih mudah luka dan mengalami pendarahan
(Wibowo, 2005; Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007).
Sangat jarangnya terdapat kelenjar lemak pada bibir menyebabkan
bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering,
lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah (Ditjen POM, 1985).
Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum
germinativum, dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit
bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit
lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan
untuk sediaan cat bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen, dan zat
pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Ditjen POM,
Lipstik merupakan penyebab paling umum dermatitis bibir (cheilitis)
karena alergi. Penyebabnya dapat berupa bahandasar minyaknya (wax, lanolin,
cocoa), zat pewarnanya, zat pewanginya, bahan antioksidannya, atau bahan
pengawetnya. Cheilitis menunjukkan bibir yang bengkak, pecah-pecah, dan
kemudian hiperpigmentasi pada bibir dan daerah sekitarnya (Tranggono, R. I., dan
Latifa, F., 2007).
B. Alpukat
Alpukat termasuk dalam famili Lauraceae ini merupakan tanaman
komersial yang enak dikonsumsi. Alpukat tumbuh baik di tanah yang gembur dan
kondisi tanah yang tidak becek pada ketinggian 200–1000 m di atas permukaan
laut (Jaelani, 2009). Alpukat berasal dari Amerika Tengah, tumbuh di daerah
tropik dan subtropik dengan curah hujan antara 1800 mm sampai 4500 mm tiap
tahun (Ditjen POM, 1978).
1. Morfologi
Gambar 2. Buah alpukat (Kumalaningsih, 2006)
Pohon, tinggi 3 m sampai 10 m, rantai teguh berambut halus. Daun
mula-mula berambut pada kedua belah permukaannya, lama-lama menjadi licin,
panjang 10 cm sampai 20 m, lebar 3 cm sampai 10 cm, panjang tangkai 1,5 cm
sampai 5 cm. Perbungaan berupa malai terletak dekat ujung ranting berbunga
banyak. Buah berbentuk bola lampu sampai berbentuk bulat telur, panjang 5 cm
sampai 20 cm, lebar 5 cm sampai 10 cm, tanpa sisa bunga, warna hijau atau
kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, gundul, harum:
berbiji satu berbentuk bola, garis tengah 2,5 cm sampai 5 cm (Ditjen POM, 1978).
2. Kandungan
Beberapa komposisi zat yang dikandung untuk setiap 100 gram daging
buah alpukat, antara lain: kalori (85 kal), protein (0,9 gram), minyak (6,5 gram),
karbohidrat (7,7 gram), kalsium (10 mg), fosfor (20 mg), besi (0,9 mg), vitamin A
(180 SI), vitamin B1 (0,05 mg), vitamin C (13 mg), air (84,3 gram), buah alpukat
juga merupakan sumber vitamin E (Jaelani, 2009; Jordan, 2010).
3. Kegunaan
Alpukat mampu menurunkan risiko stroke dan serangan jantung,
karena alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya lemak. Minyak buah
alpukat didominasi asam lemak tidak jenuh, seperti asam oleat, asam palmitat, dan
asam linoleat. Minyak alpukat membantu menurunkan kadar “kolesterol jahat”
(LDL) dan menaikkan “kolesterol baik” (HDL), sehingga secara nyata menekan
risiko stroke dan serangan jantung (Kumalaningsih, 2006).
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya
sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang
diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah
untuk bahan dasar kosmetik (Indriani, Y. Hetty dan Suminarsih, Emi, 1997).
Tekstur buah alpukat yang lunak dan lembut mengandung berbagai zat
yang sangat baik untuk campuran bahan kosmetik. Buah alpukat yang telah
matang bisa dibuat menjadi emoliensia, yaitu bahan kosmetik yang dapat
menghaluskan dan melembutkan kulit wajah (Jaelani, 2009).
Konsentrasi minyak buah alpukat sebesar 5% mempunyai fungsi untuk
melembabkan dan menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan
(Yohana dkk, 2004). Minyak alpukat sangat mudah terpenetrasi ke dalam kulit
dan dapat memberi nutrisi bagi kulit kering. Minyak alpukat termasuk minyak
yang sangat kental dan tebal (Milford, Francine, 2002). Minyak alpukat dapat
menghaluskan dan melembutkan semua jenis kulit, terutama kulit kering
(Loughran, Joni, 2002).
Minyak alpukat banyak digunakan dalam sediaan kosmetik karena
sangat stabil dalam penyimpanan dan memiliki waktu tahan lebih dari sepuluh
tahun (Schiller, C., and Schiller, D., 2008).
C. Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat
manusia tidak hanya dari alam tetapi juga bahan buatan untuk maksud
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 Tentang Bahan
Kosmetik, definisi kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan
untuk digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan dan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Bahan
kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam dan atau
sintetik yang merupakan komponen kosmetik. Bahan pewarna adalah bahan atau
campuran bahan yang digunakan untuk memberi dan atau memperbaiki warna
pada kosmetik. Bahan pengawet adalah bahan atau campuran bahan yang
digunakan untuk mencegah kerusakan kosmetik yang disebabkan oleh
mikroorganisme (Ditjen POM, 2008).
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor: HK.00.01.3362 Tanggal 7 September 2006 tentang
Kosmetik yang Mengandung Bahan dan Zat Warna yang Dilarang dinyatakan
bahwa bahan pewarna Merah K.10 (Rhodamin B) dan Merah K.3 (Cl Pigment
Red 53; D&C Red No.8: 15585) merupakan zat warna sintetis yang pada
umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini
dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan merupakan karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat
D. Kosmetik Dekoratif
Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan
semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan
noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu
menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak
kulit atau sesedikit mungkin merusak kulit (Tranggono, R. I., dan Latifa, F.,
2007).
Dalam kosmetik dekoratif, peran zat warna dan zat pewangi sangat
besar. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada
kesehatan kulit. Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif, antara lain: warna
yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan
kulit tampak berkilau, dan sudah tentu tidak merusak atau mengganggu kulit,
rambut, bibir, kuku, dan lainnya (Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007).
1. Pembagian kosmetik dekoratif
Pembagian kosmetik dekoratif:
a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, lipstik, pemerah pipi, eye
shadow
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu
yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetik pemutih kulit, cat rambut,
pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono, R. I., dan
2. Pembagian zat pewarna pada kosmetik dekoratif
Zat pewarna untuk kosmetik dekoratif, yaitu:
a. Zat warna alam yang larut
Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak
zat warna alam ini pada kulit lebih baik daripada zat warna sintetis, tetapi
kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal.
Misalnya: alkalin zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana,
carmin zat warna merah yang diperoleh dari tubuh serangga coccus cacti
yang dikeringkan.
b. Zat warna sintetis yang larut
Zat warna sintetis pertama kali disintesis dari anilin, sekarang benzen,
toluen, dan hasil isolai dari cool-tar lain yang berfungsi sebagai produk
awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering
disebut sebagai pewarna aniline atau cool-tar.
c. Pigmen-pigmen alam
Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat
secara alamiah, misalnya: aluminium silikat, yang warnanya tergantung
pada kandungan besi oksida atau mangan oksida (misalnya: kuningoker,
coklat, merah bata, coklat tua). Zat warna ini murni, sama sekali tidak
berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-krim dan make-up stick.
Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya, dan pada pemanasan kuat
d. Pigmen-pigmen sintetis
Daya larutnya dalam air, alkohol, dan minyak rendah sehingga umumnya
hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi halus.
e. Lakes alam dan sintetis
Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna yang
larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikat
sedemikian rupa (biasanya dengan reaksi kimia) sehingga produk akhirnya
menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau
pelarut lain (Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007).
E. Lipstik (Pewarna Bibir)
Pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti: cairan, krayon,
dan krim. Pewarna bibir hakekat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir
menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan
ekspresi wajah sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).
Lipstik adalah kosmetik untuk bibir dicetak dalam bentuk batang,
dibuat dengan mendispersikan bahan pemberi warna dalam basis yang
mengandung campuran minyak, lemak, dan waxes. Lipstik digunakan untuk
memberikan warna dan penampilan yang menarik pada bibir. Bibir yang
mempunyai tekstur kasar dan tipis dapat dibuat tampak lebar, dan bibir yang tebal
sensual dapat dibuat tampak tipis dengan menggunakan lipstik (Wilkinson, J. B.
Lipstik digunakan oleh hampir seluruh wanita untuk membuat warna
bibir menjadi lebih terang. Dibuat dari bahan utama basis lilin-minyak kental yang
cukup untuk membentuk sebuah batang, dengan pewarna yang terlarut atau
terdispersi dalam miyak dan disitulah pigmen tersuspensi, pengharum dan
pewarna yang sesuai; dibekukan dan selesai, lipstik merupakan alat yang tepat
untuk membuat make-up menjadi segar kembali, dan mungkin merupakan produk
kosmetik yang paling banyak digunakan (Smolinske dan Susan C., 1992).
1. Pembagian tipe lipstik
Secara umum lipstik dibedakan menjadi dua tipe, yaitu lipstik
berminyak (creamy type lipstick) dan lipstik tidak luntur (high-stain type lipstick).
Lipstik dengan sifat berminyak akan membuat bibir selalu kelihatan basah
sekaligus dapat melembabkan bibir karena kandungan minyaknya yang tinggi,
tetapi kekurangan pewarna bibir jenis ini adalah mudah terhapus dari bibir.
Sedangkan lipstik tidak luntur melekat lama pada bibir, tetapi cenderung membuat
bibir menjadi kering karena kandungan minyaknya yang lebih sedikit (Barel,
2000).
b. Waxes: candelilla, carnauba, beeswax, microcrystalline, ozokerite/ceresin,
c. Wax modifiers (plasticizers): untuk memperbaiki tekstur, pengaplikasian,
dan stabilitas dari sediaan lipstik, seperti setil asetat, asetil lanolin,
petroleum (white dan yellow).
d. Pewarna.
e. Zat aktif: bahan yang ditambahkan yang berfungsi sebagai pelembab,
misalnya: ekstrak lidah buaya, tokoferil asetat.
f. Bahan pengisi: bahan-bahan serbuk, mika, silikat, starches.
g. Antioksidan/pengawet: BHT, ekstrak mawar, metilparaben, propilparaben,
tokoferol (Schlossman, 2000; Sagarin, 1957).
Zat aktif yang ditambahkan dalam formula lipstik adalah sebagai
pelembab dan pelembut, yaitu untuk memperbaiki kulit bibir yang kering dan
pecah-pecah (Barel, 2000).
3. Pembuatan lipstik
Secara umum metode pembuatan lipstik adalah pencetakan hasil
leburan menurut tahapan berikut ini:
a. Pelarutan zat warna dalam fase minyak. Proses pelarutan ini bila perlu
dapat dibantu dengan pemanasan untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
b. Penyiapan komponen basis lemak dan lilin dengan teknik
peleburan/pelelehan, penyaringan (bila perlu), dan pengadukan.
Komponen basis tersebut dapat dilelehkan bersamaan dalam satu wadah,
tetapi sebaiknya dipisah antara lilin dan lemak, setelah keduanya melebur,
c. Pendispersian zat warna ke dalam campuran basis lemak dan lilin yang
telah dilebur dengan pengadukan sampai homogen, setelah suhu turun
ditambahkan pengharum.
d. Pencetakan lipstik. Setelah dicetak, lipstik akan segera membeku dan siap
untuk dikemas (Nowack, 1985).
4. Persyaratan lipstik
Persyaratan karakteristik pada lipstik, lipstik yang baik harus memiliki
karakterisik sebagai berikut :
a. Lipstik harus memiliki penampilan yang menarik, yaitu permukaan yang
halus dari warna yang seragam, bebas dari kerusakan seperti
berlubang-berlubang atau permukaan yang tidak halusdisebabkan oleh agregat warna
atau kristal. Hal tersebut harus dikontrol baik pada saat penyimpanan
maupun pada saat penggunaan.
b. Lipstik harus tidak berbahaya, baik secara dermatologi maupun saat
digunakan.
c. Lipstik harus mudah digunakan, memberikan lapisan pada bibir tidak
terlalu berlebihan berminyak maupun terlalu kering, yaitu cukup permanen
tapi cukup mudah saat sengaja dihapuskan, dan mempunyai warna yang
stabil (Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982).
d. Lipstik yang baik harus mudah digunakan, satu kali pengaplikasian
sebaiknya dapat bertahan pada bibir selama enam jam atau lebih,
tersebar merata, serta tidak mudah retak dan patah (Howard, M., George
and Poucher, A.W., 1974).
e. Lipstik yang diinginkan oleh masyarakat antara lain dapat cukup melekat
pada bibir, tetapi tidak sampai lengket, tidak mengiritasi atau
menimbulkan alergi pada bibir, melembabkan bibir dan tidak
mengeringkannya, serta penampilannya baik bentuk maupun warna harus
menarik (Tranggono, I.R., dan Latifah, F., 2007).
F. Beeswax
Beeswax adalah agen pengeras lipstik yang tradisional, dan masih
digunakan secara luas. Beeswax dapat digunakan sebagai satu-satunya bahan wax,
tapi penggunaan tersebut dapat menghasilkan batang yang agak tumpul dengan
terlalu banyak seretan (Smolinske dan Susan C., 1992).
Lilin lebah kuning (yellow beeswax) merupakan lilin yang dihasilkan dari
sarang lebah Apis melifera L. atau spesies Apis yang lainnya. Mengandung lebih
kurang 70% ester, terutama miristil palmitat. Di samping itu juga mengandung
asam bebas, hidrokarbon, ester kolesterol dan zat warna (Ditjen POM, 1979).
Lilin lebah kuning berupa padatan berwarna kekuningan atau kuning
kecoklatan, berbau seperti madu, rapuh bila dingin dan liat bila dipanaskan.
Mempunyai titik leleh 62 – 65ºC (Wade, A., 1982).
Lilin lebah (beeswax) kuning yang diputihkan disebut lilin lebah putih
(White beeswax), yang berwarna putih kekuningan dengan rasa sedikit berbeda
kuning (Whindolz, 1983). Beeswax merupakan pengikat yang baik dan dapat
membantu membentuk massa yang homogen (Board, Niir, 2002).
Beeswax merupakan komponen yang penting dalam lipstik, membuat
lipstik menjadi keras. Terlalu banyak pemakaian beeswax akan membuat lipstik
menjadi tumpul (Jellinek, 1970). Beeswax tidak larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak dan minyak atsiri (Ditjen POM, 1995).
Menurut Material Safety Data Sheet, beeswax memiliki potensial efek
terhadap kesehatan dan sifat fisika kimia. Potensi efek terhadap kesehatan
(identifikasi bahaya), yaitu:
1. Pada mata: materi padat dari beeswax diharapkan tidak dapat menyebabkan
iritasi mata, uap dari lilin cair dapat menyebabkan mata berair.
2. Pada kulit: materi padat dari beeswax diharapkan tidak dapat menyebabkan
iritasi kulit, namun kontak dengan lilin cair dapat menyebabkan luka bakar
termal, tidak ada efek yang merugikan dari ketika terjadi penyerapan pada
kulit.
3. Pada pernafasan: uap yang dihasilkan dari pelelehan lilin menjadi lilin cair
diharapkan memiliki konsentrasi kecil untuk dapat menyebabkan iritasi pada
pernafasan.
4. Pada pengecapan: diharapkan tidak ada efek yang merugikan.
5. Tanda-tanda dan gejala efek: mungkin terjadi iritasi hidung dan tenggorokan.
Sifat fisika kimia dari beeswax menurut Material Safety Data Sheet, yaitu:
1. Tingkat pembakaran: tidak ada data
2. Warna: kuning.
3. Bentuk: padatan.
4. Bau: tidak berbau.
5. Titik leleh: 62–65oC
6. Kelarutan di air: tak berarti.
7. Berat jenis: sekitar 0,96 (Anonim a, 2009).
Gambar 3. Struktur beeswax (Anonim c, 2009)
G. Candelilla Wax
Candelilla wax adalah lilin murni dari tanaman Euphobiaceae yang
hidup di gurun Meksiko bagian utara. Komponen dari candelilla wax yaitu 30%
C16-C34 asam lemak ester dan 45% hidrokarbon, seperti hentriac-ontane (C31H64)
dengan 25% alkohol bebas, seperti myricyl alcohol. Candelilla wax membuat
lipstik menjadi gloss dan keras (Smolinske dan Susan C., 1992).
Candelilla wax tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik, aseton,
kloroform, benzene. Digunakan dalam lipstik dengan mengkombinasikannya
Menurut Material Safety Data Sheet, candelilla wax memiliki potensial
efek terhadap kesehatan dan sifat fisika kimia. Potensi efek terhadap kesehatan
(identifikasi bahaya), yaitu:
1. Pada mata: dapat menyebabkan iritasi.
2. Pada kulit: berhati-hati saat memegang lilin panas.
3. Pada pernafasan: saat ini tidak berbahaya.
4. Pada pengecapan: saat ini tidak berbahaya.
Sifat fisika kimia dari beeswax menurut Material Safety Data Sheet, yaitu:
1. Warna: coklat atau kuning kecoklatan.
2. Titik leleh: 66–71oC
3. Ester: 40–47%
4. Asam: 12,3–20,6%
5. Hidrokarbon: 40–60% (Anonim b, 2009).
H. Desain Faktorial
Desain faktorial digunakan untuk mencari efek dari berbagai faktor atau
kondisi terhadap hasil penelitian. Desain faktorial adalah desain pilihan untuk
menentukan secara serentak efek dari beberapa faktor sekaligus interaksinya. Desain
faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan
model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas
(Bolton, 1990).
Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktorial, level,
harga kebutuhan produk pada prinsipnya dapat dibedakan antara faktor kuantitatif
dan kualitatif (Voigt, 1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada
percobaan dengan desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti yang meliputi
level rendah dan level tinggi. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi
tingkat faktor. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon
yang diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1990).
Jumlah percobaan untuk penelitian desain faktorial dihitung dari jumlah
level yang digunakan dalam penelitian, dipangkatkan dengan jumlah faktor yang
digunakan. Jumlah percobaan untuk penelitian dengan 2 level dan 2 faktor adalah 22
= 4. Penambahan formula untuk jumlah percobaan = 3 adalah formula (1) untuk
percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan
formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1990).
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Formula Faktor A Faktor B Interaksi
1 - - +
Formula 1 = Faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah.
Formula a = Faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah.
Formula b = Faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi.
Persamaan umum untuk desain faktorial adalah :
y = b0 + b1.XA + b2.XB + b12.XA.XB
Keterangan :
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
XA, XB = level bagian A dan B, yang nilainya antara -1 sampai +1
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari percobaan
b0 = rata-rata hasil semua percobaan
Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata- rata
respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah dibagi dengan
jumlah level (Bolton, 1990).
Desain faktorial memiliki keuntungan, yaitu metode ini memungkinkan
untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar
faktor (Bolton, 1990).
I. Landasan Teori
Kulit bibir lebih tipis daripada kulit wajah, selain itu stratum corneum
pada bibir sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun
kelenjar minyak, sehingga kulit bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika
dalam udara yang dingin dan kering, hanya air liur yang merupakan pembasah
alami untuk bibir. Buah alpukat yang telah matang bisa dibuat menjadi
emoliensia, yaitu bahan kosmetik yang dapat digunakan untuk menghaluskan dan
melembutkan kulit wajah, karena buah alpukat merupakan satu-satunya buah yang
alpukat sekitar 6,5 gram. Konsentrasi minyak buah alpukat sebesar 5%
mempunyai fungsi untuk melembabkan dan menghaluskan kulit kering, serta
aman untuk digunakan
Salah satu produk kosmetik bibir yang paling sering digunakan adalah
lipstik. Lipstik merupakan sediaan dalam bentuk batang, dibuat dengan
mendispersikan bahan pemberi warna dalam basis yang mengandung campuran
minyak, lemak, dan waxes. Lipstik termasuk ke dalam jenis kosmetik dekoratif.
Kekhasan dari kosmetik dekoratif adalah kosmetik ini hanya bertujuan untuk
mengubah penampilan agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada
kulit dapat tertutupi. Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain warna yang
menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, dan sudah tentu tidak
merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, dan kuku. Sediaan lipstik termasuk
ke dalam jenis kosmetik dekoratif, maka zat pewarna memegang peranan penting
dalam sediaan lipstik. Selain zat pewarna, adanya waxes pada lipstik juga
memegang peranan penting.
Pemilihan dan komposisi waxes dalam basis lipstik dapat menentukan
sifat fisis sediaan lipstik. Waxes yang dipakai dalam basis lipstik pada penelitian
ini adalah beeswax dan candelilla wax. Adanya waxes akan membuat lipstik
menjadi keras dan tidak mudah patah.
Beeswax dan candelilla wax merupakan waxes yang biasa digunakan
sebagai basis dalam sediaan lipstik. Apabila digunakan satu jenis wax dalam basis
lipstik, misalnya beeswax, belum dapat menghasilkan sifat fisis yang baik.
penggunaannya dapat menghasilkan batang lipstik yang agak tumpul dengan
terlalu banyak seretan. Untuk itu, digunakan kombinasi beeswax dan candelilla
wax sebagai waxes dalam basis lipstik, agar sediaan lipstik yang dihasilkan tidak
mudah patah dan dapat melekat cepat pada kulit bibir setelah dioleskan. Dipilih
beeswax dan candelilla wax sebagai waxes dalam basis lipstik pada penelitian ini
karena beeswax merupakan komponen yang penting dalam lipstik dan dapat
membuat lipstik menjadi keras dan candelilla wax dapat membuat lipstik menjadi
gloss dan keras.
Komposisi beeswax dan candelilla wax akan berpengaruh terhadap respon
yang dihasilkan. Komposisi dari beeswax dan candelilla wax harus diperhatikan,
karena jika terlalu banyak penambahan beeswax membuat lipstik menjadi tumpul,
sedangkan jika terlalu banyak penambahan candelilla wax dapat membuat lipstik
menjadi sangat keras.
Komposisi dari beeswax dan candelilla wax yang memungkinkan
berpengaruh terhadap sifat fisis pada sediaan lipstik yang dapat dievaluasi
menggunakan desain faktorial dua faktor dan dua level.
J. Hipotesis
Komposisi beeswax dan candelilla wax sebagai basis dapat memberikan
efek yang signifikan terhadap sifat fisis sediaan lipstik dengan pelembab minyak
buah alpukat (Persea americana Mill.).
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kuasi eksperimental
dengan model rancangan penelitian secara desain faktorial.
B. Variabel Penelitian
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis sediaan
lipstik adalah kekerasan dan daya lekat dari sediaan lipstik.
3. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah alat dan
bahan yang digunakan, suhu pemanasan, suhu pendinginan, lama pendinginan,
dan lama waktu pencampuran.
4. Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan
C. Definisi Operasional
1. Lipstik adalah kosmetik untuk bibir dicetak dalam bentuk batang, dibuat
dengan mendispersikan bahan pemberi warna dalam basis yang mengandung
campuran minyak, lemak, dan waxes.
2. Minyak daging buah alpukat adalah hasil ekstraksi daging buah alpukat
(Persea americana Mill.) dengan pelarut heksan, yang mengandung minyak
buah alpukat (avocado oil), yang diperoleh dari Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Universitas Gajah Mada (LPPT UGM) Yogyakarta.
3. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, pada penelitian ini
digunakan 2 faktor, yaitu beeswax dan candelilla wax.
4. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, pada penelitian ini terdapat 2
level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah beeswax adalah 0,4369
gram dan level tinggi 0,5504 gram. Level rendah candelilla wax adalah 0,7281
gram dan level tinggi 0,8563 gram.
5. Beeswax adalah malam yang telah diputihkan diperoleh dari sarang lebah Apis
mellifera Linne, atau spesies Apis lain, berupa malam keras yang akan
menghasilkan permukaan lipstik menjadi lebih halus.
6. Candelilla wax adalah malam yang diambil dari tanaman Euphobiaceae, dapat
membuat lipstik menjadi gloss dan keras.
7. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya. Respon dalam
penelitian ini adalah sifat fisis sediaan lipstik.
8. Sifat fisis sediaan lipstik adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis
jam setelah pembuatan serta stabilitas kekerasan setelah 1 bulan penyimpanan.
Stabilitas kekerasan diamati dengan adanya pergeseran kekerasan setelah 1
bulan penyimpanan.
9. Kekerasan adalah kemampuan lipstik untuk bertahan agar tidak mudah patah.
Nilainya didapat dengan menggunakan alat uji kekerasan lipstik yang dibebani
beban dengan berat maksimal 1400 gram dan dinyatakan dalam satuan detik.
10.Daya lekat adalah kemampuan lipstik untuk melekat cepat pada bibir setelah
lipstik dioleskan. Nilainya didapat dengan menggunakan alat uji daya lekat
yang dibebani beban dengan berat 800 gram dan dinyatakan dalam satuan
detik.
11.Efek adalah perubahan yang disebabkan adanya variasi faktor dan level.
12.Desain faktorial adalah model rancangan penelitian yang memungkinkan
untuk evaluasi efek dari dua faktor, yaitu beeswax dan candelilla wax dan dua
level, yaitu level rendah dan level tinggi.
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak buah alpukat
(Persea americana Mill.) dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Universitas Gajah Mada (LPPT UGM) Yogyakarta, beeswax dari PT. Agung Jaya
Yogyakarta, candelilla wax dari PT. Tirta Buana Kemindo Jakarta, white
petrolatum jelly dari PT. Brataco Chemica Yogyakarta, technical white oil dari
CV. Tekun Jaya Yogyakarta, talc dari Laboratorium Solid-Semi Solid Universitas
Jakarta, castor oil dari PT. Brataco Chemica Yogyakarta, sil.556 dari PT. Tirta
Buana Kemindo Jakarta, propilparaben (nipasol) dari Laboratorium Kimia
Organik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pewarna pigment dari industri
kosmetik.
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex
-Germany), neraca analitik (Mettler Toledo GB3002-Switzerland), waterbath
(Tamson Zoetermeer 0023-Holland), hotplate (LMS-1003 Daihan Labtech
co.,LTD-Korea), termometer, cetakan lipstik, lemari pendingin (Sanken), alat uji
kekerasan lipstik Erweka, alat uji daya lekat, gelas objek (2,54 cm x 7,62 cm dan
tebal 0.8 mm microscope slides-China), stopwatch.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea americana Mill.)
Formula basis lipstik (Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982).
Tabel II. Formula basis lipstik
Paraffin wax 30%
Beeswax 15%
White petrolatum jelly 35%
Formula sediaan lisptik diambil dari sebuah industri kosmetik di Indonesia.
Ekstrak Aleovera 0,1 g
Flavor.vanila 0,08 g
Formula lipstik di atas dimodifikasi menjadi:
Tabel IV. Formula lipstik minyak buah alpukat (Persea americana Mill.)
Pembuatan sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea
Americana Mill.)
a. Pembuatan basis lipstik
Candelilla wax dilelehkan di atas waterbath pada suhu 66–
68oC. Setelah meleleh sempurna, ditambahkan white petrolatum jelly,
campuran diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan technical
white oil, diaduk hingga homogen. Waterbath diatur suhunya pada suhu
62–65oC. Setelah mencapai suhu tersebut, beeswax dimasukkan dan
dilelehkan, kemudian diaduk hingga homogen.
b. Pembuatan sediaan lipstik
Basis lipstik yang telah dibuat dipindahkan di atas hotplate dan
dipanaskan pada suhu 80–100oC. Campuran basis lipstik ditambahkan
crodamol GTCC dan castor oil (½ bagian dari jumlah dalam formula),
diaduk hingga homogen, kemudian talc dimasukkan dan diaduk hingga
larut.
Extender warna dibuat dengan menimbang pewarna pigment
yang dicampur dengan ½ sisa castor oil, diaduk dalam gelas arloji hingga
benar-benar larut, dan tidak ada warna yang masih dalam bentuk serbuk
(semua sudah larut homogen).
Extender warna yang telah dibuat, dimasukkan dalam
campuran basis lipstik, crodamol GTCC, dan castor oil, kemudian diaduk
hingga homogen. Kemudian ditambahkan silicone 556, minyak daging
Campuran dituang ke dalam cetakan lipstik yang sudah diolesi paraffin
cair (dalam keadaan panas), cetakan diketuk-ketuk agar campuran
mencapai dasar cetakan, kemudian dibiarkan dingin dan memadat pada
suhu ruangan selama 20–25 menit dan dimasukkan dalam lemari
Seperangkat alat uji kekerasan lipstik, pencatat waktu
(stopwatch), dan lipstik dengan ukuran yang sama disiapkan. Lipstik
diposisikan pada alat uji kekerasan lipstik dengan bagian ujung lipstik
menghadap ke bawah. Pengganjal pada alat uji kekerasan lipstik
dilepaskan bersamaan dengan dinyalakan pencatat waktu (stopwatch),
(alat uji kekerasan lipstik tanpa ditambah beban dianggap sebagai beban
600 gram). Apabila lipstik belum hancur setelah 1 menit, beban ditambah
sebesar 200 gram pada alat tersebut. Dengan selang waktu 1 menit,
apabila lipstik belum hancur, beban ditambahkan lagi sebesar 200 gram
pada alat, hingga total beban 1400 gram atau hingga lipstik hancur.
Apabila lipstik belum hancur pada beban 1400 gram, didiamkan dan
lipstik hancur. Waktu hancur dan total beban yang digunakan dicatat
telah ditentukan luasnya (2,54 cm x 6 cm), gelas objek lain diletakkan di
atas olesan lipstik tersebut, kemudian ditekan dengan beban 1000 gram
selama 1 menit. Gelas objek dipasang pada alat uji, kemudian dilepaskan
beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua gelas objek
terpisah.
G. Analisis Hasil
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kekerasan lipstik
dan daya lekat lipstik 48 jam setelah pembuatan, serta stabilitas kekerasan yang
diamati dengan adanya pergeseran kekerasan setelah 1 bulan penyimpanan.
Melalui model rancangan desain faktorial dapat dihitung besarnya efek beeswax,
candelilla wax, dan interaksinya dalam menentukan sifat fisis dari sediaan lipstik
dengan pelembab minyak buah alpukat (Persea Americana Mill.).
Stabilitas kekerasan lipstik setelah 1 bulan penyimpanan dianalisis
signifikansinya terhadap kekerasan lipstik 48 jam setelah pembuatan
menggunakan uji T berpasangan apabila distribusi data yang didapat normal dan
hasil analisis akan diperoleh nilai p (probability value). Apabila nilai p kurang
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pengukuran
dan jika p lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan diantara pengukuran.
Data kekerasan lipstik dan daya lekat lipstik 48 jam setelah pembuatan,
serta stabilitas kekerasan yang diamati dengan adanya pergeseran kekerasan
setelah 1 bulan penyimpanan dianalisis menggunakan ANOVA dengan program
Design Expert 7.0.0 pada taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisis, akan
diperoleh nilai p (probability value). Apabila nilai p yang diperoleh kurang dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa setiap faktor dan interaksinya dapat
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini sediaan yang dibuat adalah lipstik. Lipstik
merupakan sediaan dalam bentuk batang, dibuat dengan mendispersikan bahan
pemberi warna dalam basis yang mengandung campuran minyak, lemak, dan
waxes (Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982). Sediaan lipstik yang dibuat
mempunyai fungsi untuk melembabkan karena adanya minyak buah alpukat yang
merupakan hasil ekstraksi buah alpukat (Persea americana Mill.). Minyak buah
alpukat (avocado oil) yang digunakan sebagai pelembab dalam penelitian sediaan
lipstik ini, berasal dari ekstraksi daging buah alpukat yang dilakukan di Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM),
dengan metode perkolasi menggunakan pelarut heksan. Menurut Yohana dkk
(2004) konsentrasi minyak buah alpukat sebesar 5% mempunyai fungsi untuk
melembabkan dan menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan.
Kandungan air di dalam stratum corneum, meskipun sedikit (hanya 10%) sangat
penting. Kelembutan dan elastisitas stratum corneum sepenuhnya tergantung pada
air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan minyaknya. Stratum corneum
pada bibir sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun
kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika
dalam udara yang dingin dan kering, hanya air liur yang merupakan pembasah
alami untuk bibir (Tranggono, R. I., dan Latifa, F., 2007). Untuk itu, diperlukan
mengandung minyak buah alpukat (avocado oil) ketika dioleskan pada kulit bibir
akan bekerja dengan membentuk lapisan minyak tipis di permukaan kulit bibir.
Lapisan minyak ini dapat menghambat penguapan air kulit dari stratum corneum
pada kulir bibir, sehingga kandungan air pada stratum corneum bibir tetap terjaga,
serta menyebabkan kulit bibir menjadi lembab dan halus.
A. Pembuatan Basis Lipstik
Pada pembuatan sediaan lipstik pada penelitian ini, terlebih dahulu
dilakukan pembuatan basis lipstik. Komponen dasar yang digunakan dalam
pembuatan basis lipstik yaitu minyak, lemak, dan waxes. Fungsi waxes adalah
untuk memperkuat bentuk stik (Sagarin, 1957).
Waxes yang dipilih dalam pembuatan basis lipstik ini adalah waxes
yang biasa digunakan dalam sediaan lipstik yang beredar di pasaran, yaitu
beeswax dan candelilla wax. Beeswax merupakan wax yang penting dalam
pembuatan basis lipstik. Beeswax dapat membuat lipstik menjadi keras, tetapi
terlalu banyak pemakaian beeswax akan membuat lipstik menjadi tumpul
(Jellinek, 1970). Hal ini karena terdapat range tertentu dalam penggunaan
beeswax pada basis lipstik. Penggunaan beeswax pada basis lipstik berkisar antara
5–20% (Keithler, 1956). Selain itu, beeswax mempunyai sifat sebagai pengikat
yang baik, dimana membantu untuk menghasilkan massa homogen. Beeswax
mempunyai sifat retensi minyak yang baik dimana berperan sebagai pengikat
memperbaiki struktur lipstik. Peran sebagai pengikat yang baik dapat membantu
untuk menghasilkan massa yang homogen (Behrer, 1999).
Digunakan dua jenis waxes dalam basis lipstik pada penelitian ini,
karena penggunaan satu jenis wax saja belum cukup untuk menghasilkan sediaan
lipstik yang baik. Beeswax memang dapat digunakan sebagai satu-satunya bahan
wax, tetapi penggunaan tersebut dapat menghasilkan batang yang agak tumpul
dengan terlalu banyak seretan (Smolinske dan Susan C., 1992). Selain itu,
penggunaan beeswax secara tunggal dan dalam jumlah berlebih akan
menghasilkan sediaan yang permukaan tidak rata (Sagarin, 1957). Untuk itu,
beeswax perlu dikombinasikan dengan wax lain agar dapat menghasilkan suatu
sediaan lipstik yang baik. Wax yang dipilih untuk dikombinasikan dengan
beeswax adalah candelilla wax. Penggunaan candelilla wax pada basis lipstik
dapat membuat lipstik menjadi gloss dan keras (Smolinske dan Susan C., 1992).
Faktor yang diteliti dalam pembuatan sediaan lipstik dengan pelembab
minyak buah alpukat adalah beeswax dan candelilla wax. Beeswax dan candelilla
wax merupakan waxes yang terdapat pada basis lipstik. Pemilihan level dari
beeswax dan candelilla wax pada pembuatan basis lipstik ini berdasarkan hasil
orientasi, sedangkan model rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian
ini berdasarkan pada model rancangan secara desain faktorial. Desain faktorial
dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari 2 faktor (beeswax dan candelilla
wax) terhadap sifat fisis sediaan lipstik (kekerasan dan daya lekat lipstik). Pada
penelitian ini, dibuat 4 formula yaitu formula 1, a, b, dan ab. Formula 1 terdiri dari
beeswax dan level rendah candelilla wax, formula b terdiri dari level rendah
beeswax dan level tinggi candelilla wax, dan formula ab terdiri dari level tinggi
beeswax dan candelilla wax.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat basis lipstik adalah
beeswax dan candelilla wax sebagai waxes, technical white oil sebagai minyak,
dan white petrolatum jelly sebagai lemak. Technical white oil dalam basis lipstik
berfungsi sebagai emollient dan white petrolatum jelly dalam basis lipstik
berfungsi sebagai wax modifiers yang bekerja bersama waxes dalam basis lipstik
untuk memperbaiki tekstur, pengaplikasian, dan stabilitas dari sediaan lipstik
(Schlossman, 2000). Penggunaan technical white oil yang terlalu banyak
mengakibatkan lipstik menjadi terlalu licin (Sagarin, 1957). Oleh karena itu, pada
formula basis lipstik digunakan technical white oil dalam jumlah sedikit.
Beeswax dan candelilla wax merupakan bahan yang berupa padatan,
sehingga harus dilelehkan terlebih dahulu sebelum mencampurnya dengan
bahan-bahan penyusun basis lipstik yang lain. Berdasarkan hasil orientasi, untuk
melelehkan beeswax dan candelilla wax dilakukan di atas waterbath, bukan
dengan hotplate. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kontak panas secara
langsung dengan bahan-bahan yang akan dilelehkan. Prinsip pemanasan
menggunakan waterbath yaitu dengan menggunakan panas uap air, sehingga
bahan-bahan yang dilelehkan tidak langsung kontak dengan panas.
Jika dilihat dari urutan titik lebur masing-masing waxes penyusun
basis lipstik, titik lebur candelilla wax berkisar antara 65–67oC dan titik lebur