• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANYA JAWAB STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TANYA JAWAB STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TANYA JAWAB

STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia

Bekerjasama dengan

Indonesian Center for Environmental Law (ICEL)

Didukung oleh:

The Asia Foundation dan Royal Netherlands Embassy Jakarta

(2)

TANYA JAWAB

STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

Penyusun:

• Josi Khatarina • Dyah Paramita • Henri Subagiyo

• Dessy Eko Prayitno • Astrid Debora S.M.

Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia:

• Ahmad Alamsyah Saragih (Ketua Komisi merangkap Komisioner Subkomisi Informasi Pertahanan dan Keamanan) • Henny S. Widyaningsih (Wakil Ketua Komisi merangkap Komisioner Subkomisi Informasi Peradilan dan HAM) • Ramly Amin Simbolon (Komisioner

Subkomisi Informasi Legislasi) • Abdul Rahman Ma’mun (Komisioner Subkomisi Informasi Pelayanan Dasar • Amirudin (Komisioner Subkomisi Informasi Perencanaan Kebijakan Publik) • Usman Abdhali Watik (Komisioner Subkomisi Informasi Keuangan dan Anggaran)

• Dono Prasetyo (Komisioner Subkomisi Informasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup)

Diterbitkan oleh:

Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia

Jl. Meruya Selatan No. 1, Kembangan, Jakarta Barat 11650 Telp: 021 – 58900158 / Fax: 021 – 58900159

Website: www.komisiinformasi.go.id

bekerjasama dengan:

Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), The Asia Foundation, dan Royal Netherlands Embassy Jakarta

Cetakan Pertama: Agustus 2010 ISBN: 978-602-98051-09

Pengutipan, pengalihbahasaan, dan perbanyakan (copy) isi buku ini demi pembaharuan hukum dan keterbukaan Informasi Publik diperkenankan

dengan menyebut sumbernya. Dicetak oleh:

CV. Kreasi Agung Abadi

(3)

KATA PENGANTAR

Komisi Informasi Pusat telah menerbitkan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik (PERKI No. 1) sebagai salah satu peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).

PERKI No. 1 tersebut memuat petunjuk teknis pelaksanaan UU KIP oleh Badan Publik. Peraturan ini mengatur mengenai: (a) Badan Publik yang didalamnya mencakup: ruang lingkup Badan Publik, kewajiban Badan Publik dalam pelayanan Informasi Publik, dan tanggungjawab serta wewenang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID); (b) Kewajiban Badan Publik dalam menyediakan informasi tertentu melalui mekanisme pengumuman Informasi Publik baik secara berkala maupun serta merta serta pelayanan informasi atas dasar permohonan yang antara lain mencakup informasi yang tersedia setiap saat; (c) Informasi yang dikecualikan yang didalamnya mencakup tata cara bagi Badan Publik dalam mengecualikan Informasi; (d) Standar layanan Informasi Publik yang mencakup: standar layanan Informasi Publik melalui pengumuman, standar layanan Informasi Publik melalui permohonan beserta biaya perolehan informasi; (e) Tata cara pengelolaan keberatan yang mencakup: pengajuan keberatan; registrasi keberatan; dan tanggapan atas keberatan; (f) Laporan dan evaluasi pelaksanaan layanan Informasi Publik; serta (g) Penyusunan standar prosedur operasional layanan Informasi Publik.

Pelaksanaan UU KIP dan PERKI No. 1 secara efektif memerlukan pemahaman secara memadai dari berbagai pihak baik menyangkut istilah, tujuan, maupun substansi dari ketentuan peraturan tersebut. Hal inilah yang mendasari diterbitkannya Buku Tanya Jawab Standar Layanan Informasi Publik. Buku ini berisi rangkuman pertanyaan dari berbagai pemangku kepentingan dalam beberapa pertemuan yang telah diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat.

(4)

keterbukaan informasi publik itu sendiri. Masukan, saran, dan kritik pembaca sangat kami harapkan bagi perbaikan buku ini di masa mendatang.

Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi pelaksanaan keterbukaan informasi publik di Indonesia.

Jakarta, Agustus 2010

(5)

KATA SAMBUTAN

KETUA KOMISI INFORMASI PUSAT

Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik (PERKI No. 1) yang telah disahkan pada tanggal 30 April 2010 merupakan peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Pengesahan PERKI No. 1 merupakan jaminan bagi efektifitas implementasi UU KIP, karena tanpa disahkannya PERKI No. 1, UU KIP sulit untuk diejawantahkan dalam bentuk konkrit dalam menjamin hak atas informasi yang berkualitas, akurat, cepat, dan murah. Selain itu, dengan disahkannya PERKI No. 1, Badan Publik yang dibebani kewajiban melaksanakan UU KIP telah dibekali instrumen operasional untuk melakukan pengelolaan dan pelayanan informasi publik.

Namun demikian, seperti halnya produk peraturan perundang-undangan yang baru disahkan dan diundangkan memerlukan sosialisasi. PERKI No. 1 juga memerlukan sosialisasi. Sosialisasi demikian diharapkan memperkuat pemahaman utuh terhadap UU KIP dan PERKI No. 1 yang menjamin hak publik atas informasi publik pada satu sisi, dan kewajiban Badan Publik dalam melakukan pengelolaan dan pelayanan informasi publik pada sisi lainnya.

Sosialisasi PERKI No. 1 telah banyak dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat sejak mulai dari penyusunannya, hingga setelah disahkan dan diundangkan dalam Berita Negara. Sosialisasi tersebut dilakukan, baik dalam kegiatan diskusi, seminar, dan konsultasi yang menghadirkan komisioner Komisi Informasi Pusat sebagai narasumbernya.

(6)

memandang perlunya instrumen lain dalam mendukung sosialisasi PERKI No. 1, yaitu dengan menyusun dan menerbitkan Buku Tanya Jawab Standar Layanan Informasi Publik.

Buku Tanya Jawab ini berisi hal-hal atau pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat. Selain itu, yang lebih utama, buku ini juga merupakan penjelasan PERKI No. 1 dalam bentuk tanya jawab sehingga lebih mudah dipahami oleh para pemangku kepentingan dalam melaksanakan PERKI No. 1.

Besar harapan kami agar Buku Tanya Jawab ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi dalam memahami PERKI No. 1.

Jakarta, Agustus 2010

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii

Kata Sambutan v

Daftar Isi vii

Tanya Jawab 1

Undang-Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik 1

Peraturan Komisi Informasi tentang Standar Layanan Informasi Publik 3

Informasi dan Informasi Publik 6

Pemohon dan Pengguna Informasi Publik 10

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) 11

Kelompok Informasi Publik 18

Informasi Publik yang Wajib Diumumkan Secara Serta Merta 20

Informasi Publik yang Wajib Tersedia Setiap Saat 22

Informasi Publik yang Dikecualikan 25

Standar Layanan Informasi Publik 27

A. Standar Layanan Informasi Publik Melalui Pengumuman 28 B. Standar Layanan Informasi Publik Melalui Permohonan 29

C. Biaya Perolehan Informasi Publik 37

D. Maklumat Pelayanan Informasi Publik 38

Keberatan 38

Laporan Pelaksanaan Layanan Informasi Publik 43

Standar Prosedur Operasional Layanan Informasi Publik (SPO) 45

Komisi Informasi 46

(8)

SEKILAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK (UU KIP)

1 Tanya T : Apakah UU KIP itu?

Jawab J : UU KIP adalah undang-undang yang memberikan jaminan terhadap seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh Informasi Publik dalam rangka mewujudkan serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan negara, baik pada tingkat pengawasan pelaksanaan penyelenggaraan negara maupun pada tingkat pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik.

Selain itu, UU KIP adalah undang-undang yang memberikan kewajiban kepada Badan Publik untuk meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik, serta membuka akses atas Informasi Publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat luas, baik secara aktif (tanpa didahului permohonan) maupun secara pasif (dengan permohonan oleh Pemohon Informasi Publik).

2 T : Kapan UU KIP disahkan dan mulai berlaku?

J : UU KIP disahkan pada 30 April 2008 dan mulai berlaku sejak 2 tahun diundangkan, yaitu pada 30 April 2010.

3 T : Prinsip-prinsip apa yang dianut UU KIP?

J : UU KIP mengatur tentang beberapa prinsip keterbukaan informasi publik, yaitu:

1. Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses; 2. Informasi yan dikecualikan bersifat ketat dan terbatas;

3. Setiap informasi harus dapat diperoleh secara cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana;

(9)

membukanya dan sebaliknya.

Selain keempat prinsip di atas, meskipun UU KIP tidak mencantumkanya secara tegas dalam bagian asasnya, dapat kita temukan beberapa prinsip lainya yang secara eksplisit diatur dalam berbagai pasal dalam UU KIP seperti:

1. Informasi proaktif, artinya Badan Publik secara proaktif perlu menyebarluaskan informasi tanpa harus dengan permohonan; 2. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa informasi yang cepat,

kompeten, dan independen;

3. Adanya ancaman sanksi bagi penghambat akses Informasi Publik.

4 T : Mengapa UU KIP penting? J : Dengan adanya UU KIP, maka:

1. Ada jaminan hak bagi warga negara untuk mengetahui rencana, program, proses, alasan pengambilan suatu keputusan publik termasuk yang terkait dengan hajat hidup orang banyak;

2. Dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;

3. Dapat mendorong penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;

4. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau

5. Dapat meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

5 T : Apa yang dijamin dalam UU KIP?

J : Secara garis besar, terdapat beberapa hal utama yang dijamin dalam UU KIP:

1. hak setiap orang untuk memperoleh Informasi Publik termasuk hak untuk mengajukan banding bila menemui hambatan dalam mengakses Informasi Publik;

2. kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permohonan Informasi Publik secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana;

3. pengecualian Informasi Publik bersifat ketat dan terbatas;

4. kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi Publik;

5. sanksi apabila terdapat pelanggaran;

6. adanya mekanisme penyelesaian sengketa terkait dengan jaminan hak atas informasi.

(10)

6 T : Apa yang

ang penting dari pemberlakuan UU KIP?

kunya UU KIP bertujuan membawa perubaha k dalam mengelola informasi. Sebelum UU KIP masi dilakukan dengan paradigma tertutup, artin

h tertutup, kecuali yang diizinkan terbuka. Na angkan, paradigma pengelolaan informasi elolaan informasi secara publik, artinya selur ka (informasi publik), kecuali yang dikecualikan.

Informasi Pubik Sebelum UU KIP

Inform Setela

kaitannya dengan pengecualian informasi, a erlakuan UU KIP?

a sebelum UU KIP berlaku, pengecualian info eter yang pasti. Pengecualian informasi perluas parameter dengan alasan birokra ngkan setelah UU KIP berlaku, UU KIP member mengenai pengecualian informasi, yaitu de

a pengecualian harus didasarkan pada: (a) kuensi berdasarkan Pasal 17 UU KIP, dan (b) pe k, serta (c) hanya berlaku sesuai dengan jangka w

si).

ahan paradigma Badan KIP berlaku, pengelolaan artinya seluruh informasi . Namun setelah UU KIP asi bergeser menjadi eluruh informasi adalah

an.

formasi Publik etelah UU KIP

si, apa arti penting dari

(11)

SEKILAS PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK (PERKI NO. 1)

8 T : Apa itu PERKI No. 1?

J : PERKI No. 1 adalah Peraturan Komisi Informasi tentang Standar Layanan Informasi Publik yang mengatur hal-hal yang belum jelas diatur dalam UU KIP, khususnya tentang pengelolaan dan pelayanan informasi publik.

9 T : Kapan PERKI No. 1 ditetapkan dan mulai berlaku?

J : PERKI No. 1 ditetapkan pada 30 April 2010 dan mulai berlaku pada saat diundangkan.

10 T : Apa yang menjadi dasar kewenangan Komisi Informasi untuk menyusun peraturan?

J : Kewenangan Komisi Informasi untuk menyusun peraturan berasal dari atribusi kewenangan yang diamanatkan dalam UU KIP Pasal 26 ayat (1) huruf a dan b, bahwa Komisi Informasi bertugas untuk menetapkan kebijakan umum pelayanan Informasi Publik dan menetapkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.

11 T : Apa yang menjadi dasar kewenangan Komisi Informasi untuk menyusun PERKI No. 1?

J : Kewenangan penyusunan peraturan tersebut didasarkan secara khusus pada UU KIP Pasal 9 ayat (6), Pasal 11 ayat (3), dan Pasal 22 ayat (9), yang menyatakan bahwa Komisi Informasi wajib menyusun Petunjuk Teknis Komisi Informasi serta tata cara permintaan Informasi Publik kepada Badan Publik. Selain itu UU KIP juga memerintahkan Komisi Informasi untuk menjalankan UU KIP, dengan demikian dihubungkan dengan kewenangan membentuk petunjuk teknis, petunjuk pelaksana dan kebijakan umum pelaksanaan UU KIP maka Komisi Informasi perlu menetapkan berbagai peraturan agar UU KIP dapat dijalankan dengan baik.

12 T : UU KIP Pasal 9 ayat (6), Pasal 11 ayat (3), dan Pasal 22 ayat (9), mengamanatkan Komisi Informasi untuk menyusun Petunjuk Teknis Komisi Informasi dan tata cara permohonan Informasi Publik kepada Badan Publik. Kenapa Komisi Informasi menyusun peraturan, bukan Petunjuk Teknis Komisi Informasi?

J : Terdapat beberapa alasan kenapa Komisi Informasi menyusunnya sebagai peraturan:

1. Komisi Informasi memiliki kewenangan atribusi dari UU KIP untuk menyusun peraturan.

(12)

kewenangan atribusi dari UU KIP untuk menyusun peraturan terkait dengan pelaksanaan pelayanan Informasi Publik. Selain itu, sebagai lembaga negara, peraturan yang dikeluarkan Komisi Informasi diakui dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan. Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menyatakan bahwa jenis peraturan perundang-undangan diakui keberadaannya dan memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dibentuk oleh lembaga yang berwenang dan diperintahkan pembentukkannya oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Dalam hal demikian, pertama, Komisi Informasi adalah lembaga yang berwenang untuk membentuk peraturan, karena Komisi Informasi memiliki kewenangan atribusi untuk membentuk peraturan. Kedua,

pembentukan peraturan tersebut diamanatkan oleh UU KIP untuk dibentuk oleh Komisi Informasi.

2. Alasan tugas dan kewenangan yang disebutkan dalam UU KIP.

UU KIP menyebutkan beberapa tugas dan kewenangan Komisi Informasi terkait dengan pelayanan Informasi Publik:

a. menyusun Petunjuk Teknis Komisi Informasi tentang tata cara memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala (Pasal 9 ayat (6));

b. menyusun Petunjuk Teknis Komisi Informasi tentang tata cara menyediakan Informasi Publik yang tersedia setiap saat (Pasal 11 ayat (3));

c. menyusun tata cara permintaan Informasi Publik kepada Badan Publik (Pasal 22 ayat (9));

d. menyusun kebijakan umum pelayanan Informasi Publik (Pasal 26 ayat (1) huruf b); dan

e. menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (Pasal 26 ayat (1) huruf b)).

Kelima tugas dan kewenangan Komisi Informasi tersebut disatukan dalam bentuk peraturan Komisi Informasi, sehingga Peraturan Komisi Informasi tentang Standar Layanan Informasi Publik, selain berisi mengenai pengaturan, juga berisi mengenai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Komisi Informasi.

Selain itu, dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelayanan Informasi Publik, Komisi Informasi tidak bisa hanya menyusun petunjuk teknis, tetapi juga harus mengatur mengenai bagaimana agar petunjuk teknis tersebut bisa dilaksanakan. Dalam hal demikian, Komisi Informasi harus pula mengatur mengenai organisasi pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik.

(13)

melaksanakan UU KIP dan peraturan pelaksananya, dan dengan dibekali kewenangan untuk membuat kebijakan pelayanan Informasi Publik, maka secara tidak langsung Komisi Informasi berwenang untuk membuat peraturan yang dapat memperjelas hal-hal yang belum jelas diatur dalam UU KIP, sehingga diharapakan dengan adanya peraturan Komisi Informasi, ketentuan dalam UU KIP dapat dilaksanakan.

3. Alasan efektifitas pelaksanaan peraturan Komisi Informasi.

Yang diharapkan dari UU KIP adalah UU KIP ini dapat dilaksanakan dengan efektif. Oleh karena itu, diperlukan peraturan pelaksana, salah satunya adalah PERKI No. 1. UU KIP Pasal 9 ayat (6), Pasal 11 ayat (3), dan Pasal 22 ayat (9), mengamanatkan pembentukan Petunjuk Teknis Komisi Informasi dan tata cara permohonan Informasi Publik. Amanat pembentukan petunjuk teknis ini wajib dilaksanakan oleh Komisi Informasi sebagai lembaga independen yang diberi wewenang atribusi untuk melaksanakannya. Namun untuk efektifitas serta kemudahan bagi Badan Publik untuk melaksanakannya, maka petunjuk teknis tersebut dimuat dalam PERKI No. 1. Apabila dikemudian hari dirasa masih perlu untuk dikeluarkan pedoman lain yang bersifat melengkapi PERKI No. 1, pedoman tersebut dapat dikeluarkan Komisi Informasi sesuai dengan perkembangan kebutuhan yang ada.

13 T : Jadi, petunjuk teknis Komisi Informasi tercakup dalam PERKI No. 1? J : Ya. PERKI No. 1 selain mengatur hal-hal yang belum jelas diatur dalam UU

KIP, juga mengatur mengenai petunjuk teknis Komisi Informasi tentang tata cara menyampaikan dan menyediakan Informasi Publik secara berkala dan setiap saat, tata cara permohonan Informasi Publik kepada Badan Publik, dan standar layanan informasi publik.

INFORMASI DAN INFORMASI PUBLIK

14 T : Apakah yang dimaksud dengan Informasi dan Informasi Publik dalam UU KIP?

J : Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.

(14)

dengan kepentingan publik.

15 T : UU KIP hanya mengatur tentang akses informasi kepada Badan Publik. Bagaimana dengan informasi yang ada pada badan privat? Misalnya informasi tentang produk suatu perusahaan swasta?

J : UU KIP hanya mengatur hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berada di Badan Publik sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 angka 3 UU KIP dan Pasal 3 ayat (1) PERKI No.1. Jadi pengaturan UU KIP hanya menyangkut akses informasi kepada Badan Publik sebagaimana diatur dalam UU KIP.

Informasi yang diperoleh dari badan privat tidak diatur dalam UU KIP melainkan diatur dalam undang-undang khusus lainnya, misalnya mengenai informasi tentang perlindungan konsumen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

16 T : Apabila suatu informasi publik dihasilkan oleh suatu badan publik tetapi informasi tersebut berada di badan publik lain, apakah badan publik lain tersebut juga berkewajiban mengelola dan menyediakannya berdasarkan UU KIP?

J : Ya, sepanjang tidak termasuk informasi yang dikecualikan. Apabila ada permohonan terhadap informasi tersebut, badan publik wajib melakukan uji konsekuensi atau dapat pula mengkonsultasikan kepada badan publik yang menghasilkan informasi tersebut sebelum mengecualikannya.

17 T : Apakah seluruh Informasi Publik adalah informasi yang dapat diakses oleh Publik?

J : Tidak. Sebagian besar Informasi Publik dapat diakses oleh masyarakat, sedang sebagian kecil lainnya masuk dalam kelompok informasi yang dikecualikan.

18 T Apakah informasi yang dihasilkan sebelum UU KIP berlaku juga dapat diakses oleh publik?

J Ya, karena UU KIP mengatur mengenai hak akses terhadap semua informasi yang tersedia di badan publik, sedangkan kewajiban mendokumentasikan sudah diatur dalam undang-undang dibidang kearsipan.

19 T : Apakah yang dimaksud dengan Badan Publik dalam UU KIP dan PERKI No. 1?

(15)

belanja daerah, atau organisasi non-pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

20 T : Definisi Badan Publik dalam UU KIP tidak menyebutkan secara eksplisit BUMN/BUMD, partai politik, dan organisasi non-pemerintah dalam definisi Badan Publik. Namun, di Pasal 14, 15, dan 16 BUMN/BUMD, partai politik, dan organisasi non-pemerintah disebut. Apakah hal itu berarti bahwa BUMN/BUMD, partai politik, dan organisasi non-pemerintah tidak memiliki kewajiban di luar Pasal 14, 15, dan 16?

J : Meskipun dalam Pasal 1 UU KIP definisi Badan Publik tidak menyebutkan secara eksplisit BUMN/BUMD, partai politik, dan organisasi non-pemerintah, tetapi definisi tersebut menyebutkan bahwa badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya berasal dari APBN/APBD. BUMN/BUMD, partai politik, dan organisasi non-pemerintah adalah Badan Publik yang termasuk dalam pengertian ini.

Pasal 14 dan 15 sendiri hanya mengatur secara lebih khusus kewajiban Partai Politik dan BUMN/BUMD. Hal yang sama juga terjadi dengan organisasi non-pemerintah yang diatur secara khusus dalam Pasal 16. Pengaturan Pasal 14, 15, dan 16 hanya terbatas pada kewajiban terkait informasi yang wajib tersedia setiap saat dan tentunya tidak berarti bahwa kewajiban badan-badan ini hanya terbatas pada Pasal-pasal tersebut. Pengaturan pada Pasal 14, 15, dan 16 tidak mungkin muncul jika tidak termasuk dalam pengertian definisi Badan Publik di dalam Pasal 1. Selain itu, PERKI No. 1 sebagai peraturan pelaksana UU KIP, menegaskan kembali bahwa BUMN/BUMD, partai politik, dan organisasi non-pemerintah, sebagai Badan Publik yang dibebani kewajiban melaksanakan UU KIP. Dengan demikian, BUMN/BUMD, partai politik, dan organisasi non-pemerintah juga merupakan Badan Publik yang dibebani kewajiban melaksanakan UU KIP.

21 T : Sejauhmana tanggungjawab pelaksanaan UU KIP oleh partai politik, BUMN/BUMD, dan organisasi non pemerintah?

J : Secara umum, partai politik, BUMN/BUMD, dan organisasi non pemerintah memikul tanggungjawab melaksanakan UU KIP sama dengan tanggungjawab Badan Publik lainnya.

(16)

selain informasi publik dalam Pasal 14, 15, dan 16 tidak dapat diminta, sepanjang tidak termasuk informasi yang dikecualikan dan terdapat permohonan terhadap Informasi Publik tersebut, maka harus diberikan kepada Pemohon Informasi Publik.

22 T : Apakah dengan demikian tanggungjawab menyediakan Informasi Publik oleh partai politik, BUMN/BUMD, dan organisasi non pemerintah hanya terbatas pada Informasi Publik yang disebutkan dalam Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16?

J : Tidak. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tanggungjawab pelaksanaan UU KIP oleh partai politik, BUMN/BUMD, dan organisasi non pemerintah sama dengan tanggungjawab Badan Publik lainnya. Oleh karena itu, Informasi Publik yang wajib disediakan partai politik, BUMN/BUMD, dan organisasi non pemerintah adalah Informasi Publik sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 ditambah dengan Informasi Publik lainnya yang sifatnya terbuka untuk diakses (Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala, Informasi Yang Wajib Diumumkan Serta Merta, dan informasi publik lain yang dapat diminta sepanjang tidak termasuk informasi dikecualikan). Jadi, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 hanya memberikan kewajiban yang lebih khusus bagi partai politik, BUMN/BUMD, dan organisasi non pemerintah terkait kewajibannya menyediakan Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat.

23 T : Apa kriteria untuk menentukan ruang lingkup badan publik? Dan Apa saja Badan Publik yang dimaksud oleh UU KIP?

J : Kriteria untuk menentukan ruang lingkup Badan Publik yang dibebani kewajiban melaksanakan UU KIP dapat dilihat pada Pasal 1 angka 3 UU KIP, yaitu:

a. eksekutif, legislatif, dan yudikatif;

b. badan lain fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, baik, yang menerima dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) baik sebagian maupun seluruhnya; atau c. badan non penyelenggara negara atau organisasi non pemerintah yang

sebagian atau seluruh danaya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

Badan Publik sebagaimana dimaksud UU KIP adalah badan publik dengan kriteria di atas termasuk BUMN/BUMD, partai politik dan organisasi non pemerintah.

24 T : Bagaimana mengidentifikasi suatu lembaga sebagai Badan Publik sebagaimana diatur dalam UU KIP?

(17)

apakah suatu badan publik dibebani kewajiban melaksanakan UU KIP. Penentuan apakah suatu lembaga merupakan Badan Publik dapat pula dilakukan dalam proses pemeriksaan dan penyelesaian Sengketa Informasi Publik. Sebelum memeriksa dan memutus sengketa informasi, Komisi Informasi akan memeriksa dan menetapkan terlebih dahulu apakah suatu lembaga termasuk Badan Publik atau tidak.

25 T : Apa saja kewajiban Badan Publik?

J : Kewajiban-kewajiban Badan Publik antara lain:

1. menyediakan dan memberikan Informasi Publik, baik secara aktif (tanpa melalui permohonan) maupun secara pasif (dengan permohonan);

2. membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien;

3. menetapkan peraturan mengenai standar prosedur operasional layanan Informasi Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. menetapkan dan memutakhirkan secara berkala Daftar Informasi Publik atas seluruh Informasi Publik yang disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima Badan Publik;

5. menunjuk dan mengangkat PPID untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab serta wewenangnya;

6. menyediakan sarana dan prasarana layanan Informasi Publik, termasuk papan pengumuman dan meja informasi di setiap kantor Badan Publik, serta situs resmi bagi Badan Publik Negara;

7. menetapkan standar biaya perolehan salinan Informasi Publik;

8. menganggarkan pembiayaan secara memadai bagi layanan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 9. memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon

Informasi Publik yang mengajukan keberatan;

10.membuat dan mengumumkan laporan tentang layanan Informasi Publik sesuai dengan PERKI No. 1 serta menyampaikan salinan laporan kepada Komisi Informasi; dan

11.melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan layanan Informasi Publik pada instansinya.

PEMOHON DAN PENGGUNA INFORMASI PUBLIK

26 T : Siapakah Pemohon Informasi Publik?

J : Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam UU KIP dan PERKI No. 1.

(18)

negara atau badan hukum Indonesia, bagaimana dengan warga negara dan/atau badan hukum asing yang ingin memperoleh informasi dari Badan Publik?

J : UU KIP tidak mengatur mengenai pemohon informasi oleh warga negara dan/atau badan hukum asing. Permohonan informasi oleh warga negara dan/atau badan hukum asing diatur, salah satunya dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing.

Namun demikian, karena hak atas informasi pada prinsipnya juga merupakan hak setiap orang, maka pemenuhan akses informasi terhadap warga negara asing untuk kepentinganya juga perlu diperhatikan meskipun tidak diatur dalam UU KIP, misalnya warga negara asing yang berada di Indonesia dalam rangka wisata. Untuk kepentinganya secara wajar, merekapun perlu diberikan jaminan untuk memperoleh informasi tertentu (informasi lengkap tentang transportasi, objek wisata, atau informasi darurat).

PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)

28 T : Apa itu PPID?

J : PPID adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di Badan Publik dan bertanggungjawab langsung kepada atasan PPID.

29 T : Apa tugas dan tanggungjawab PPID?

J : Secara umum, PPID bertanggungjawab di bidang layanan Informasi Publik yang meliputi proses penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan dan pelayanan Informasi Publik.

Tanggungjawab PPID dalam rangka penyimpanan dan pendokumentasian Informasi Publik:

1. mengkoordinasikan penyimpanan dan pendokumentasian seluruh Informasi Publik yang berada di Badan Publik.

2. mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap unit/satuan kerja yang meliputi:

a. informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala; b. informasi yang wajib tersedia setiap saat;

(19)

pimpinan masing-masing unit/satuan kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.

Tanggungjawab PPID dalam rangka penyediaan, pengumuman, dan pelayanan Informasi Publik:

1. mengkoordinasikan penyediaan dan pelayanan seluruh Informasi Publik di bawah penguasaan Badan Publik yang dapat diakses oleh publik.

2. mengkoordinasikan penyediaan dan pelayanan Informasi Publik melalui pengumuman dan/atau permohonan.

a. Dalam rangka pengumuman PPID wajib mengkoordinasikan: i. pengumuman Informasi Publik melalui media yang secara

efektif dapat menjangkau seluruh pemangku kepentingan; dan

ii. penyampaian Informasi Publik dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami serta mempertimbangkan penggunaan bahasa yang digunakan oleh penduduk setempat.

b. Dalam hal adanya permohonan Informasi Publik, PPID wajib: i. mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat

diakses oleh publik dengan petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi permohonan Informasi Publik;

ii. melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UU KIP sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu dikecualikan;

iii. menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan tegas, dalam hal permohonan Informasi Publik ditolak;

iv. menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta alasannya; dan

v. mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.

Tanggungjawab PPID dalam rangka pengelolaan keberatan:

Dalam hal terdapat keberatan atas penyediaan dan pelayanan Informasi Publik, PPID bertugas mengkoordinasikan dan memastikan agar pengajuan keberatan diproses berdasarkan prosedur penyelesaian keberatan di internal Badan Publik.

30 T : Apa wewenang PPID?

J : PPID berwenang:

1. mengkoordinasikan setiap unit/satuan kerja di Badan Publik dalam melaksanakan pelayanan informasi publik;

(20)

melalui pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud Pasal 17 UU KIP dengan seksama dan penuh ketelitian;

3. menolak permohonan Informasi Publik secara tertulis apabila informasi yang dimohon termasuk informasi yang dikecualikan/rahasia dengan disertai alasan serta pemberitahuan tentang hak dan tata cara bagi pemohon untuk mengajukan keberatan atas penolakan tersebut; dan

4. menugaskan pejabat fungsional dan/atau petugas informasi di bawah wewenang dan koordinasinya untuk membuat, memelihara, dan/atau memutakhirkan Daftar Informasi Publik secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan (dalam hal Badan Publik memiliki pejabat fungsional dan/atau petugas informasi).

31 T : Kepada siapa PPID mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya?

J : PPID bertanggung jawab kepada atasan PPID dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya.

32 T : Apakah UU KIP mengamanatkan jabatan PPID sebagai jabatan struktural baru yang terpisah dari jabatan struktural lain yang telah ada?

J : Tidak. Fungsi PPID dapat dilakukan oleh pejabat yang telah ada. Namun demikian, baik UU KIP maupun PERKI No. 1 tidak membatasi Badan Publik untuk membangun dan mengembangkan organisasi pelayanan Informasi Publik pada masing-masing Badan Publik. Hal ini karena tujuan utama dari UU KIP dan PERKI No. 1 adalah memberikan jaminan dan kepastian agar masyarakat mendapatkan Informasi Publik yang mereka butuhkan.

Dalam hal Badan Publik menilai bahwa mereka perlu untuk membentuk organisasi pelayanan Informasi Publik yang terpisah dengan jabatan struktural/organisasi lain yang telah ada, maka Badan Publik dapat membangun dan mengembangkan organisasi tersebut. Demikian pula dalam hal Badan Publik menganggap tidak diperlukan struktur baru yang terpisah dengan struktur yang telah ada, maka jabatan PPID dapat dilekatkan fungsinya kepada struktur yang telah ada, dengan ketentuan memiliki fungsi yang relatif sama dengan fungsi PPID, sehingga pelayanan Informasi Publik dapat terselenggara dengan efektif dan efisien.

33 T : Bagaimana Badan Publik menunjuk atau menempatkan PPID?

J : Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan Badan Publik terkait dengan penunjukkan dan penetapan PPID:

1. Penunjukkan dan penetapan PPID diserahkan kepada masing-masing Badan Publik.

(21)

3. Penunjukkan dan penetapan PPID dilakukan berdasarkan analisa tugas, tanggungjawab, dan kewenangan PPID sebagaimana diatur dalam UU KIP dan PERKI No. 1. Sehingga berdasarkan beban tugas, tanggungjawab, dan kewenangan tersebut, Badan Publik dapat menentukan kualifikasi pejabat mana yang dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai PPID.

4. Penunjukkan dan penetapan PPID harus dilakukan dengan mempertimbangan rentang kendali/kewenangan yang dimiliki pejabat tersebut untuk melakukan koordinasi antar bidang/unit/ divisi pada Badan Publik dalam rangka pelaksanaan pelayanan Informasi Publik. 5. Pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan sebagai PPID harus memiliki

kompetensi tidak hanya terbatas pada bidang informasi dan dokumentasi tetapi juga memahami substansi informasi yang dikelola Badan Publik sehingga dapat menimbang dengan baik dalam mengecualikan suatu Informasi Publik.

34 T : Apakah Badan Publik dapat menunjuk lebih dari satu PPID? J : Ya, tetapi Badan Publik harus:

1. Menetapkan PPID utama dan PPID pembantu;

2. Menetapkan tugas, tanggungjawab, dan wewenang masing-masing PPID utama dan PPID pembantu;

3. Menetapkan garis rentang koordinasi antara PPID utama dan PPID pembantu.

35 T : Bagaimana contoh struktur bagan PPID dalam hal Badan Publik menunjuk lebih dari satu PPID dan melekatkan fungsi PPID pada jabatan yang telah ada?

J : A. Badan Publik dengan Banyak Unit/Satuan Kerja, misal pada Kementerian dapat terjadi setidaknya dua pola:

(22)

Keterangan:

1. Tanggungjawab PPID utama:

a. Mengkoordinasikan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik; b. Mengkoordinasikan PPID pembantu dalam melaksanakan

pelayanan informasi publik;

c. Mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik kepada PPID pembantu, termasuk kewenangan pengujian tentang konsekuensi; dan

d. Mengkoordinasikan pelayanan Informasi Publik 2. Tanggungjawab PPID pembantu:

a. PPID pembantu bertugas melaksanakan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik sesuai dengan kewenangannya;

b. Melaksanakan kewenangan PPID utama yang didelegasikan kepadanya, termasuk kewenangan pengujian tentang konsekuensi sesuai dengan kewenangannya; dan

c. Melaksanakan pelayanan Informasi Publik.

(23)

Keterangan:

1. Tanggungjawab PPID utama:

a. Mengkoordinasikan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik; b. Mengkoordinasikan PPID pembantu dalam melaksanakan

pelayanan informasi publik;

c. Mendelegasikan sebagian atau seluruh kewenangan pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik kepada PPID pembantu, tetapi tidak termasuk kewenangan untuk melakukan uji konsekuensi untuk menilai apakah Informasi Publik termasuk sebagai Informasi Publik yang dikecualikan atau tidak; dan

d. Mengkoordinasikan pelayanan Informasi Publik. 2. Tanggungjawab PPID pembantu:

a. PPID pembantu bertugas melaksanakan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik;

b. Melaksanakan sebagian atau seluruh kewenangan PPID utama yang didelegasikan kepadanya; dan

c. Melaksanakan pelayanan Informasi Publik.

(24)

Keterangan:

PPID dalam skema ini sekaligus merangkap sebagai Petugas Informasi yang bertugas melaksanakan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik. Selain itu, PPID dalam skema ini bertugas melakukan pengujian konsekuensi untuk memutuskan suatu informasi dikecualikan atau terbuka untuk diakses publik.

36 T : Apa saja kelengkapan personel yang dibutuhkan oleh PPID dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya?

J : PPID dapat dibantu pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya. Namun demikian, Badan Publik harus mempertimbangkan untuk mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia yang telah ada. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula ketersediaan sumber daya seperti anggaran dan fasilitas untuk memberikan dukungan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi PPID, serta kepentingan layanan Informasi Publik.

Selain itu, perlu juga dipertimbangkan atau diatur tentang dukungan satuan kerja terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab PPID misalnya dengan memberikan kewajiban terhadap setiap satuan kerja untuk membuat, mendokumentasikan, dan menyerahkan informasi di setiap satuan kerja kepada PPID.

37 T : Dalam hal PPID memiliki personel pendukung, apa tugas dan tanggungjawab masing-masing personel PPID tersebut?

J : Tugas dan tanggungjawab personel PPID adalah membantu PPID dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab, dan kewenangan dalam menyelenggarakan layanan Informasi Publik sesuai dengan bidang tugas dan/atau keahliannya menurut ketetapan dari Kepala Badan Publik yang bersangkutan.

(25)

38 T : Bagaimana jika Badan Publik belum membentuk PPID?

J : Selama belum terbentuk PPID, tanggung jawab sebagai PPID dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang di bidang pelayanan informasi.

KELOMPOK INFORMASI PUBLIK

39 T : Kelompok Informasi Publik apa saja yang diatur dalam UU KIP? J : Kelompok Informasi Publik dalam UU KIP:

1. Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;

2. Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta; 3. Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat;

4. Informasi Publik lain yang disediakan atas dasar permintaan dan 5. Informasi Publik yang dikecualikan.

40 T : Bagaimana UU KIP mengatur kelompok Informasi Publik berdasarkan cara perolehannya?

J : 1. Informasi Publik yang diperoleh tanpa dasar permintaan, yaitu

a. Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;

b. Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta;

2. Informasi Publik yang hanya dapat diperoleh berdasarkan permintaan, yaitu:

a. Secara umum adalah seluruh Informasi Publik selama bukan merupakan informasi yang dikecualikan; dan

b. Termasuk Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat.

INFORMASI PUBLIK

YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA

41 T : Informasi Publik apa yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala?

J : Informasi Publik yang wajib diumumkan secara berkala sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. informasi tentang profil Badan Publik yang meliputi:

1. informasi tentang kedudukan atau domisili beserta alamat lengkap, ruang lingkup kegiatan, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi Badan Publik beserta kantor unit-unit di bawahnya; dan 2. struktur organisasi, gambaran umum setiap satuan kerja, profil

(26)

b. ringkasan informasi tentang program dan/atau kegiatan yang sedang dijalankan dalam lingkup Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. nama program dan kegiatan;

2. penanggungjawab, pelaksana program dan kegiatan serta nomor telepon dan/atau alamat yang dapat dihubungi;

3. target dan/atau capaian program dan kegiatan; 4. jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;

5. anggaran program dan kegiatan yang meliputi sumber dan jumlah; 6. agenda penting terkait pelaksanaan tugas Badan Publik;

7. informasi khusus lainnya yang berkaitan langsung dengan hak-hak masyarakat;

8. informasi tentang penerimaan calon pegawai dan/atau pejabat Badan Publik Negara; dan

9. informasi tentang penerimaan calon peserta didik pada Badan Publik yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk umum; c. ringkasan informasi tentang kinerja dalam lingkup Badan Publik

berupa narasi tentang realisasi kegiatan yang telah maupun sedang dijalankan beserta capaiannya;

d. ringkasan laporan keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri atas: 1. rencana dan laporan realisasi anggaran;

2. neraca;

3. laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku; dan

4. daftar aset dan investasi;

e. ringkasan laporan akses Informasi Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. jumlah permohonan Informasi Publik yang diterima;

2. waktu yang diperlukan dalam memenuhi setiap permohonan Informasi Publik;

3. jumlah permohonan Informasi Publik yang dikabulkan baik sebagian atau seluruhnya dan permohonan Informasi Publik yang ditolak; dan

4. alasan penolakan permohonan Informasi Publik;

f. informasi tentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan yang mengikat dan/atau berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. daftar rancangan dan tahap pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Keputusan, dan/atau Kebijakan yang sedang dalam proses pembuatan;

2. daftar Peraturan Perundang-undangan, Keputusan, dan/atau Kebijakan yang telah disahkan atau ditetapkan;

g. informasi tentang hak dan tata cara memperoleh Informasi Publik, serta tata cara pengajuan keberatan serta proses penyelesaian sengketa Informasi Publik berikut pihak-pihak yang bertanggungjawab yang dapat dihubungi;

(27)

atau pelanggaran yang dilakukan baik oleh pejabat Badan Publik maupun pihak yang mendapatkan izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik yang bersangkutan;

i. informasi tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait; dan

j. informasi tentang prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi keadaan darurat di setiap kantor Badan Publik.

42 T : Berapa jangka waktu penyediaan dan pengumuman Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala?

J : Penyediaan dan pengumuman secara berkala Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala dilakukan sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) tahun sekali.

43 T : Bagaimana Badan Publik negara menyediakan dan mengumumkan Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala?

J : Badan Publik negara wajib mengumumkan informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala sekurang-kurangnya:

1. melalui situs resmi dan papan pengumuman dengan cara yang mudah diakses oleh masyarakat;

2. melalui papan pengumuman dengan cara yang mudah diakses oleh masyarakat;

3. mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami serta dapat mempertimbangkan penggunaan bahasa yang digunakan penduduk setempat; dan

4. harus memperhatikan bentuk yang memudahkan bagi masyarakat dengan kemampuan berbeda untuk memperoleh informasi.

INFORMASI PUBLIK YANG WAJIB DIUMUMKAN SECARA SERTA MERTA

44 T : Informasi Publik apa yang wajib diumumkan secara serta merta?

J : Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta adalah suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum antara lain:

a. informasi tentang bencana alam seperti kekeringan, kebakaran hutan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemik, wabah, kejadian luar biasa, kejadian antariksa atau benda-benda angkasa; b. informasi tentang keadaan bencana non-alam seperti kegagalan

industri atau teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan;

c. bencana sosial seperti kerusuhan sosial, konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror;

(28)

e. informasi tentang racun pada bahan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat; atau

f. informasi tentang rencana gangguan terhadap utilitas publik.

45 T : Kapan Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta wajib diumumkan?

J : Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta wajib diumumkan tanpa penundaan.

46 T : Bagaimana Badan Publik mengumumkan Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta?

J : Badan Publik sesuai dengan kewenangannya wajib mengumumkan Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mudah dipahami, serta media yang tepat, dan disampaikan tanpa adanya penundaan.

Berbagai cara yang efektif untuk menyampaikan informasi apabila keadaan darurat terjadi kepada masyarakat yang potensial menjadi korban harus dipikirkan sejak awal melalui standar pengumuman informasi yang wajib dibuat oleh lembaga yang bertanggungjawab terkait keadaan darurat. Standar tersebut juga seharusnya mengatur agar sebelum keadaan darurat terjadi, lembaga yang bertanggungjawab seharusnya sudah menyampaikan informasi tentang keadaan darurat yang mungkin timbul dan informasi apa yang akan disampaikan sehingga masyarakat yang potensial menjadi korban dapat mempersiapkan diri dan faham tindakan yang harus diambil bila keadaan darurat terjadi.

47 T : Kenapa Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta harus diumumkan tanpa penundaan dan dengan bahasa yang mudah dipahami, serta menggunakan media yang tepat?

J : Agar masyarakat dapat mengantisipasi keadaan darurat tersebut sehingga dapat meminimalisir akibat/dampak buruk yang ditimbulkan.

48 T : Apa yang wajib dimiliki Badan Publik terkait dengan kewajiban mengumumkan Informasi Publik yang sifatnya serta merta?

J : Setiap Badan Publik serta pihak yang menerima izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik yang kegiatannya berpotensi mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum wajib memiliki standar pengumuman informasi serta merta.

49 T : Apa yang harus terdapat dalam standar pengumuman informasi serta merta?

J : Standar pengumuman informasi sekurang-kurangnya meliputi:

(29)

b. pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak baik masyarakat umum maupun pegawai Badan Publik yang menerima izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik tersebut;

c. prosedur dan tempat evakuasi apabila keadaan darurat terjadi; d. tata cara pengumuman informasi apabila keadaan darurat terjadi; e. cara menghindari bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan; f. cara mendapatkan bantuan dari pihak yang berwenang;

g. upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Publik dan/atau pihak-pihak yang berwenang dalam menanggulangi bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan.

INFORMASI PUBLIK YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT

50 T : Informasi Publik apa yang wajib tersedia setiap saat?

J : Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. Daftar Informasi Publik yang sekurang-kurangnya memuat: 1. nomor;

2. ringkasan isi informasi;

3. pejabat atau unit/satuan kerja yang menguasai informasi; 4. penanggungjawab pembuatan atau penerbitan informasi; 5. waktu dan tempat pembuatan informasi;

6. bentuk informasi yang tersedia; dan

7. jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip.

b. informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau atau kebijakan Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. dokumen pendukung seperti naskah akademis, kajian atau pertimbangan yang mendasari terbitnya peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut;

2. masukan-masukan dari berbagai pihak atas peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut;

3. risalah rapat dari proses pembentukan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut;

4. rancangan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut;

5. tahap perumusan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut; dan

6. peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang telah diterbitkan. c. seluruh informasi lengkap yang wajib disediakan dan diumumkan

secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 PERKI No. 1; d. informasi tentang organisasi, administrasi, kepegawaian, dan

keuangan, antara lain:

1. pedoman pengelolaan organisasi, administrasi, personil dan keuangan;

(30)

berat yang pernah diterima;

3. anggaran Badan Publik secara umum maupun anggaran secara khusus unit pelaksana teknis serta laporan keuangannya; dan 4. data statistik yang dibuat dan dikelola oleh Badan Publik.

e. surat-surat perjanjian dengan pihak ketiga berikut dokumen pendukungnya;

f. surat menyurat pimpinan atau pejabat Badan Publik dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya;

g. syarat-syarat perizinan, izin yang diterbitkan dan/atau dikeluarkan berikut dokumen pendukungnya, dan laporan penaatan izin yang diberikan;

h. data perbendaharaan atau inventaris;

i. rencana strategis dan rencana kerja Badan Publik; j. agenda kerja pimpinan satuan kerja;

k. informasi mengenai kegiatan pelayanan Informasi Publik yang dilaksanakan, sarana dan prasarana layanan Informasi Publik yang dimiliki beserta kondisinya, sumber daya manusia yang menangani layanan Informasi Publik beserta kualifikasinya, anggaran layanan Informasi Publik serta laporan penggunaannya;

l. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang ditemukan dalam pengawasan internal serta laporan penindakannya;

m. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang dilaporkan oleh masyarakat serta laporan penindakannya;

n. daftar serta hasil-hasil penelitian yang dilakukan;

o. Informasi Publik lain yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 UU KIP;

p. informasi tentang standar pengumuman informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 PERKI No. 1 bagi penerima izin dan/atau penerima perjanjian kerja;

q. informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum.

51 T : Apa makna Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat?

J : Informasi Publik yang harus disediakan oleh Badan Publik dan siap tersedia untuk bisa langsung diberikan ketika terdapat permohonan terhadap Informasi Publik tersebut.

52 T : Bagaimana Badan Publik menyediakan Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat kepada publik?

(31)

untuk lebih proaktif mengumumkan beberapa Informasi yang Wajib Tersedia Setiap kepada publik apabila ada sarana yang memadai seperti situs resmi. Tindakan proaktif ini akan mengurangi beban badan publik sendiri untuk menjawab setiap permohonan Informasi Publik yang masuk.

53 T : Dalam daftar Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat terdapat Daftar Informasi Publik. Apa yang dimaksud dengan Daftar Informasi Publik?

J : Daftar Informasi Publik adalah catatan yang berisi keterangan secara sistematis tentang seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaan Badan Publik tidak termasuk informasi yang dikecualikan.

54 T : Apa pentingnya Daftar Informasi Publik dalam kaitannya dengan pelayanan Informasi Publik?

J : Pertama, Daftar Informasi Publik adalah daftar yang wajib tersedia setiap saat di Badan Publik. Kedua, Daftar Informasi Publik dapat mempermudah petugas informasi dalam melayani permohonan Informasi Publik. Selain itu, Daftar Informasi Publik dapat digunakan untuk membantu penyusunan database Informasi Publik dan mengetahui Informasi Publik apa saja yang dikuasainya serta keberadaaan Informasi Publik tersebut berada di unit/satuan kerja mana, karena sering kali masing-masing unit/satuan kerja di dalam Badan Publik tidak mengetahui informasi apa yang berada di unit/satuan kerja lain. Ketiga, memudahkan masyarakat saat mencari informasi. Selain itu juga menginformasikan kepada publik mengenai informasi apa saja yang berada di Badan Publik.

55 T : Apakah Daftar Informasi Publik hanya berisi daftar seluruh Informasi Publik yang terbuka?

J : Ya, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa Badan Publik membuat Daftar Informasi Publik yang memuat daftar Informasi Publik yang dikecualikan. Hal ini dilakukan guna mempermudah petugas informasi dalam melayani permohonan Informasi Publik, sehingga petugas informasi dengan mudah mengetahui status Informasi Publik, apakah terbuka atau dikecualikan.

INFORMASI PUBLIK YANG DIKECUALIKAN

56 T : Apa yang dimaksud dengan Informasi Publik yang dikecualikan?

J : Informasi Publik yang sifatnya rahasia dan tidak dapat diakses oleh publik sesuai dengan kriteria yang diatur dalam Pasal 17 UU KIP.

57 T : Kapan suatu Informasi Publik dikecualikan?

(32)

Informasi Publik tersebut dapat menimbulkan konsekuensi sebagaimana diatur dalam Pasal 17 UU KIP serta setelah dipertimbangkan secara saksama bahwa dengan menutup informasi dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya.

58 T : Apa alasan tentang konsekuensi yang timbul sehingga suatu Informasi Publik dikecualikan?

J : Informasi Publik dikecualikan secara limitatif berdasarkan pada Pasal 17 UU KIP, yaitu apabila dibuka dapat:

1. menghambat proses penegakan hukum;

2. mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

3. membahayakan pertahanan dan keamanan negara; 4. mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;

5. merugikan ketahanan ekonomi nasional; 6. merugikan kepentingan hubungan luar negeri;

7. mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang;

8. mengungkap rahasia pribadi seseorang;

Selain itu, yang termasuk Informasi Publik yang dikecualikan adalah: 1. memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan

Publik yang menurut sifatnya dirahasiakan, kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan.

2. Informasi Publik yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.

Alasan untuk mengecualikan informasi dengan metode pengujian konsekuensi biasa diistilahkan dengan uji konsekuensi (consequential harm test).

59 T : Bagaimana suatu Informasi Publik dikecualikan?

J : Pengecualian Informasi Publik dilakukan dengan melakukan dua uji/pertimbangan, yaitu:

a. pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan atau secara teoritis disebut dengan uji konsekuensi;

b. serta setelah dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau secara teoritis dikenal dengan uji kepentingan public (balancing public interest test).

Kedua uji/pertimbangan ini diatur dalam Pasal 2 ayat (4) UU KIP. Secara operasional, uji/pertimbangan konsekuensi diatur secara khusus di dalam Pasal 17 UU KIP.

(33)

hal-hal sebagai berikut:

1. Pengujian tentang konsekuensi didasarkan alasan dalam Pasal 17 UU KIP.

2. Dalam hal pengujian tentang konsekuensi berdasarkan yang terdapat pada undang-undang lain sebagiamana diatur pada Pasal 17 huruf j UU KIP, maka badan publik wajib menyebutkan ketentuan tersebut secara jelas dan tegas pada undang-undang yang diacunya.

3. Alasan pengecualian Informasi Publik harus dinyatakan secara tertulis dan disertakan dalam surat keputusan PPID atas penolakan permohonan Informasi Publik.

Tentunya sesuai dengan UU KIP, maka pengecualian tidak dapat hanya dilakukan berdasarkan uji/pertimbangan konsekuensi saja, namun juga harus melalui uji kepentingan publik. Dengan kata lain menimbang juga sejauh mana suatu informasi yang akan dikecualikan berdasarkan uji/pertimbangan konsekuensi dapat dibuka karena adanya kepetingan publik yang lebih besar untuk membuka dibanding menutupnya, atau sebaliknya, misalnya untuk membuka pelanggaran HAM berat.

60 T : Apakah yang dikecualikan dokumennya atau materi Informasi Publiknya?

J : Pada prinsipnya, yang dikecualikan adalah materi Informasi Publiknya, bukan dokumennya. Namun, dalam hal suatu dokumen berisi materi Informasi Publik yang seluruhnya dikecualikan, maka dokumen tersebut dapat dikecualikan untuk diakses oleh publik.

61 T : Apa yang dilakukan Badan Publik apabila suatu dokumen mengandung sebagian materi Informasi Publik yang dikecualikan?

J : Dalam hal suatu dokumen mengandung sebagian materi Informasi Publik yang dikecualikan, maka materi Informasi Publik yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan atau dikaburkan informasinya (misal nama orang diganti sehingga melindungi rahasia pribadi, dll), sehingga Informasi Publik dalam dokumen yang sifatnya tidak dikecualikan tetap dapat diakses oleh publik.

62 T : Bagaimana Badan Publik menghitamkan atau mengaburkan materi Informasi Publik yang dikecualikan?

J : Badan Publik menghitamkan atau mengaburkan materi Informasi Publik yang dikecualikan, sedangkan materi Informasi Publik yang boleh diakses oleh publik tidak dihitamkan atau dikaburkan. Setelah itu, terhadap materi Informasi Publik yang dikecualikan tersebut harus diberikan alasan tertulis.

Contoh I (penghitaman nama):

(34)

mengidap penyakit HIV/AIDS. Contoh II (pengaburan nama):

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium, PASIEN (tanpa nama) dinyatakan telah mengidap penyakit HIV/AIDS.

63 T : Apakah pengecualian terhadap sebagian Informasi Publik dapat dijadikan alasan untuk mengecualikan akses publik terhadap keseluruhan Informasi Publik?

J : Tidak. Pengecualian sebagian materi Informasi Publik dalam suatu dokumen Informasi Publik tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk mengecualikan akses publik terhadap keseluruhan dokumen Informasi Publik tersebut.

STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

64 T : Bagaimana masyarakat dapat memperoleh Informasi Publik? J : Masyarakat dapat memperoleh Informasi Publik dengan:

1. melihat dan mengetahui Informasi Publik;

2. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik; dan/atau

3. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan.

65 T : Bagaimana Badan Publik memenuhi hak publik terhadap Informasi Publik?

J : Badan Publik memenuhi hak publik terhadap Informasi Publik melalui:

a. pengumuman Informasi Publik; dan

b. penyediaan Informasi Publik berdasarkan permohonan.

A. Standar Layanan Informasi Publik Melalui Pengumuman

66 T : Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengumuman Informasi Publik? J : Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengumuman Informasi

Publik adalah:

a) Informasi yang wajib diumumkan. Kategori informasi yang wajib diumumkan adalah informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala serta informasi yang wajib diumummkan serta merta. b) Media yang digunakan. Dalam hal pengumuman informasi yang wajib

(35)

media pengumuman. Hal ini dikarenakan Badan Publik negara memiliki kepentingan yang paling besar dalam hal keterbukaan dan umumnya memiliki sumber daya yang lebih dibandingkan Badan Publik non negara seperti organisasi non pemerintah atau partai. Sedangkan untuk informasi yang wajib diumumkan secara serta merta dilakukan dengan media yang paling efektif dalam menjangkau masyarakat sehingga informasi dapat disampaikan secara tepat dan akurat.

c) Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam pengumuman adalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami oleh masyarakat umum. Badan Publik juga dapat mempertimbangkan penggunaan bahasa setempat dalam hal mengumumkan informasi.

d) Sarana dan prasarana. Dalam menyampaikan informasi secara utuh, cepat, dan akurat, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai seperti tersedianya meja pelayanan informasi atau terdokumentasinya daftar informasi seara baik ataupun ketersediaan situs resmi apabila memungkinkan. Untuk itu, sarana dan prasarana bagi pengelolaan dan layanan informasi perlu diperhatikan oleh Badan Publik.

Selain itu, dalam pengumuman informasi, sepanjang dimungkinkan Badan Publik sebaiknya pula menyampaikan informasi dalam bentuk yang memudahkan masyarakat yang memiliki kemampuan berbeda untuk memperoleh informasi.

B. Standar Layanan Informasi Publik Melalui Permohonan

67 T : Bagaimana Permohonan Informasi Publik dilakukan?

J : 1. Permohonan Informasi Publik dapat dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis.

2. Dalam hal permohonan diajukan secara tertulis, pemohon: a. mengisi formulir permohonan; dan

b. membayar biaya salinan dan/atau pengiriman informasi apabila dibutuhkan.

3. Dalam hal permohonan diajukan secara tidak tertulis, PPID memastikan permohonan Informasi Publik tercatat dalam formulir permohonan.

68 T : Kepada siapa permohonan informasi ditujukan?

J : Permohonan informasi ditujukan kepada PPID Badan Publik melalui petugas Meja Informasi.

69 T : Apa yang dimaksud dengan Meja Informasi?

(36)

berbagai sarana dan fasilitas penyelenggaraan pelayanan informas agar memudahkan pencari Informasi Publik dalam mendapatkan layanan. 70 T : Dalam hal Badan Publik belum memiliki PPID, kepada siapa permohonan

informasi ditujukan?

J : Permohonan dapat diajukan kepada unit/satuan kerja di Badan Publik yang membidangi urusan informasi dan dokumentasi atau hubungan masyarakat (Humas).

71 T : Bagaimana cara mengajukan permohonan Informasi Publik ?

J : Pengajuan permohonan Informasi Publik dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung baik tertulis maupun tidak tertulis.

Permohonan secara langsung dapat dilakukan dengan datang ke Badan Publik. Sedangkan permohonan secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan sarana misalnya, surat menyurat atau telepon.

Permohonan secara tertulis dapat dilakukan dengan mengisi formulir permohonan atau membuat surat permohonan dengan memuat hal-hal yang harus ada dalam formulir permohonan agar mudah dipahami oleh petugas. Permohonan secara tidak tertulis/lisan yang diajukan secara tidak langsung, misalnya melalui telepon harus dituangkan oleh petugas ke dalam formulir permohonan. Demikian juga terhadap pemohon yang memiliki kemampuan yang berbeda (penyandang cacat) sehingga tidak dapat menuangkan permohonanya ke dalam formulir atau surat.

72 T : Hal-hal apa saja yang sekurang-kurangnya wajib dituliskan dalam formulir permohonan Informasi Publik?

J : Formulir permohonan sekurang-kurangnya memuat:

a. nomor pendaftaran yang diisi berdasarkan nomor setelah permohonan Informasi Publik di registrasi;

b. nama; c. alamat; d. pekerjaan;

e. nomor telepon/e-mail;

f. rincian informasi yang dibutuhkan; g. tujuan penggunaan informasi; h. cara memperoleh informasi; dan i. cara mendapatkan salinan informasi.

Formulir permohonan Informasi Publik di atas wajib disediakan oleh badan publik sebagai salah satu standar layanan yang diatur dalam PERKI No.1.

(37)

73 T : Dalam PERKI No. 1 diatur bahwa permohonan informasi dilakukan dengan mengisi formulir permohonan informasi. Apakah permohonan dapat dilakukan tanpa mengisi formulir permohonan informasi?

J : Ya, dapat. Permohonan informasi tidak harus dilakukan dengan mengisi formulir permohonan informasi yang disediakan Badan Publik, tetapi dapat dilakukan dengan membuat surat permohonan sendiri, di mana surat permohonan tersebut harus memuat hal-hal yang harus ada dalam formulir permohonan informasi sebagaimana diatur dalam PERKI No. 1. 74 T : Bagaimana cara mengisi formulir permohonan Informasi Publik?

J : Berikut ini contoh pengisian formulir:

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA Jl. Meruya Selatan No. 1, Kembangan, Jakarta Barat

Telp. (021) 58900158 / Faks. (021) 58900159

FORMULIR PERMOHONAN INFORMASI Nomor Pendaftaran: …

Nama : Aulia Ulfa

Alamat : Jl. Keterbukaan No. 1, Jakarta Pusat

Pekerjaan : Mahasiswa

Nomor Telepon/Email : 081847589012 / auliaulfa@yahoo.com

Rincian Informasi Yang Dibutuhkan:

1. Data dan jumlah permohonan sengketa informasi yang diterima Komisi Informasi;

2. Data dan jumlah sengketa informasi yang layak untuk ditangani; 3. Data dan jumlah sengketa informasi yang telah diputus oleh

Komisi Informasi, baik melalui mediasi maupun ajudikasi; 4. Data dan jumlah tindak lanjut dari putusan Komisi Informasi.

Tujuan Penggunaan Informasi:

Sebagai bahan untuk menyusun skripsi.

Cara Memperoleh Informasi:

Melihat/membaca/mendengarkan/Mencatat √√√√ Mendapatkan salinan informasi (hardcopy/softcopy)

Cara Mendapatkan Salinan Informasi: √√√√ Mengambil Langsung

(38)

Jakarta, 2 Agustus 2010

Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi

(Sukirno)

Pemohon Informasi

(Aulia Ulfa)

75 T : Bagaimana cara mengajukan permohonan Informasi Publik melalui surat?

J : Permohonan yang dilakukan melalui surat perlu memperhatikan hal-hal yang perlu ada dalam formulir permohonan Informasi Publik. Hal ini bertujuan untuk mempermudah petugas dalam melayani permohonan. Berikut ini contoh surat permohonan Informasi Publik:

Jakarta, 2 Agustus 2010

Kepada Yth.

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia

Hormat Saya,

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Aulia Ulfa

Alamat : Jl. Keterbukaan No. 1, Jakarta Pusat

Pekerjaan : Mahasiswa

Nomor Telepon/Email : 081847589012/auliaulfa@yahoo.com

Melalui surat ini, saya ingin mengajukan permohonan informasi berupa salinan:

1. Data dan jumlah permohonan sengketa informasi yang diterima Komisi Informasi;

2. Data dan jumlah sengketa informasi yang layak untuk ditangani; 3. Data dan jumlah sengketa informasi yang telah diputus oleh Komisi

Informasi, baik melalui mediasi maupun ajudikasi;

4. Data dan jumlah tindak lanjut dari putusan Komisi Informasi.

Adapun informasi yang saya mohon tersebut adalah untuk dipergunakan dalam menyusun skripsi saya.

Referensi

Dokumen terkait

perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2007 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian

[r]

bahwa dengan terbentuknya Kota Pariaman sebagai daerah otonom berdasarkan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat, maka Ibu

Peraturan Pemerintah ini merupakan pengganti terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2000 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang Akan Bertolak Keluar

Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang merupakan bentuk emulsi minyak dalam air (Manullang dan Elingsari, 1994). Penelitian ini mencakup pembuatan nugget

Die Festlegungen dieses Dokuments gelten für alle Aufträge des Auftraggebers, welche die Ausführung von Leistungen durch Dritte für die BASF Schwarzheide GmbH betreffen und finden,

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, setiap perubahan penyertaan modal negara ditetapkan dengan

Pembahasan TRIK SUPERKILAT pada contoh soal yang serupa pada UN 2012 kemarin:. Suku banyak tersebut