• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Derajat Stunting dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Derajat Stunting dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Bulan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

11

Hubungan Derajat

Stunting

dengan Perkembangan Motorik Halus

Anak Usia 12-24 Bulan

Stunting Degree Relationship with Fine Motor Development of Children Aged 12-24 Months

Tayong Siti Nurbaeti

Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra Abstrak

Stunting merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia disaat dewasa. Prevalensi stunting terbesar di desa Muntur terdapat pada kelompok usia 12-24 bulan. Tujuan penelitian untuk

menganalisis hubungan derajat stunting dengan

perkembangan motorik halus anak usia 12-24 bulan di desa Muntur. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional

terhadap 85 anak menggunakan teknik random sampling. Penilaian derajat stunting dinyatakan dengan z-score Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan diklasifikasikan berdasarkan WHO. Asupan zat gizi (energi, protein dan seng) diukur melalui food recall. Perkembangan anak diukur dengan tes

Denver Developmental Test II. Analisis data menggunakan uji Chi square dan regresi logistik. Prevalensi stunting usia 12-24 bulan di desa Muntur 49,7%. Subjek dengan derajat stunting

ringan 62,4%, stunting sedang 20,0%, stunting berat 17,6%. Subjek dengan stunting ringan yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus (18,9%). Subjek dengan

stunting sedang yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus (76,5%). Subjek dengan stunting berat yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus (60,0%). Terdapat hubungan derajat stunting dengan gangguan perkembangan motorik halus (p=0,000). Derajat stunting

berhubungan dengan gangguan perkembangan motorik halus.

Kata Kunci : Derajat stunting , Perkembangan Anak, Motorik Halus.

Abstract

Stunting is one of nutrients defect which can increase development disorder risk effected human resources quality at adult. The highest Prevalence of stunting at Muntur village is in age 12-24 months group. The aim of research to analyze the relationship between the degree of stunting with fine motor development of children aged 12-24 months in the village Muntur. This study uses a cross-sectional study on 85 children using random sampling techniques Stunting severity was defined as height by age z-score using WHO classification.Nutrient intake (energy, protein and zinc) were measured using food recall. Child development is measured by the test Denver Developmental Test II. Data analysis using

Chi-Square test and logistic regression. The prevalence of

stunting aged 12-24 months in the village Muntur 49.7%. Subjects with mild degrees of stunting 62.4%, stunting was 20.0%, 17.6% stunting weight. Subjects with mild stunting impaired fine motor development (18.9%). Subjects with moderate stunting impaired fine motor development (76.5%). Subjects with severe stunting impaired fine motor development (60.0%). There is a degree of stunting relationship with impaired fine motor development (p = 0.000). The degree of stunting associated with impaired fine motor development.

Keyword : stuntingseverity, children development, fine motor.

Pendahuluan

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linear yang disebabkan oleh malnutrisi kronis, yang dinyatakan dengan nilai z-skor tinggi badan menurut umur (TBU) berdasarkan standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO)1. Anak stunting cenderung sulit mencapai

potensi pertumbuhan dan perkembangan optimal secara fisik maupun psikomotorik yang erat kaitannya dengan kurang optimalnya atau tidak tercapainya potensi kecerdasan dan produktivitas2.

Perkembangan anak sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik, anak yang sehat antara pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik akan sejalan seiring pertambahan umur anak. Stunting merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang dapat mempengaruhi meningkatnya risiko terjadinya kesakitan, kematian, dan gangguan perkembangan motorik terhambat, serta terhambatnya pertumbuhan mental 3.

Perkembangan motorik anak tidak hanya dipengaruhi oleh derajat stunting dan asupan zat gizi, tetapi juga faktor sosial ekonomi rumah tangga. Peranan dari sosial rumah tangga terutama ibu dalam mengasuh anak sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Pendidikan ibu dan pekerjaan ibu diketahui berhubungan dengan perkembangan motorik anak. Pendidikan yang

(2)

12 rendah menyebabkan terbatasnya pengetahuan ibu mengenai tumbuh kembang anak. Hal ini menyebabkan rendahnya kulaitas pola asuh dan stimulant yang diberikan. Status ibu bekerja akan sangat mempengaruhi interaksi ibu dengan anak. interaksi ibu dnegan anak inilah yang jadi bagian penting dalam proses perkembangan anak 4.

Kemampuan motorik merupakan salah satu proses tumbuh kembang yang harus dilalui dalam kehidupan anak, baik motorik halus maupun motorik kasar 5. Pada tahun pertama orang tua atau

tenaga kesehatan lebih memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja. Selain itu, perhatian kurang diberikan pada perkembangan motorik halus. Padahal, motorik halus lebih baik dari pada perkembangan motorik kasar, dalam diagnosis gangguan motorik pada anak 6.

Metode

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Subjek penelitian ini adalah anak stunting berusia 12-24 bulan di desa Muntur Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, dengan kriteria inklusi subjek lahir cukup bulan, orang tua atau pengasuh subjek bersedia menjadi responden. Subjek sejumlah 85 anak diambil secara random.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah derajat stunting, variabel bebas adalah

perkembangan motorik halus anak. Hasil ukur perkembangan menggunakan formulir Denver Development Screening Test II (DDST II) yang disesuaikan dengan umur subjek.

Variabel perancu yang diteliti adalah asupan energi, protein, seng. Data asupan energi, protein dan seng yang diperoleh dari food recall 3x 24 jam. Hubungan derajat stunting dengan perkembangan anak menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik.

Hasil

Subjek yang diteliti sebanyak 85 anak, yang terdiri dari 35 anak laki-laki (41,2%) dan anak perempuan sebanyak 50 (58,8%).

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar (62,4%) termasuk kategori stunting ringan dan anak dengan stunting berat sebanyak (17,6%).

Tabel 1. Derajat Stunting Anak Usia 12-24 Bulan

Derajat Stunting Umur 12-24 Bulan

N % Ringan 53 62,4 Sedang 17 20,0 Berat Total 15 17,6 85 100,0

Tabel 2. Derajat Stunting dengan Perkembangan Motorik Halus Derajat

stunting

Motorik Halus Total n (%)

Normal % Suspect %

Ringan 43 81,1 10 18,9 53 (100)

Sedang 4 23,5 13 76,5 17 (100)

Berat 6 40,0 9 60,0 15 (100)

Tabel 2 menunjukkan bahwa subjek dengan stunting ringan yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus 18,9%, subjek dengan stunting sedang yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus 76,5% dan subjek dengan stunting berat yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus 60,0%.

Tabel 3 menunjukkan subjek dengan tingkat kecukupan energi kurang yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus 54,2%, subjek dengan tingkat kecukupan protein kurang

yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus 57,1% dan subjek dengan tingkat kecukupan Zn kurang yang mengalami gangguan perkembangan motorik kasar 59,4%.

(3)

13

Tabel 3 Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Perkembangan Motorik Halus

Zat Gizi Motorik Halus Total n (%)

Normal % Suspect % Energi Baik 42 68,9 19 31,1 61 (100) kurang 11 45,8 13 54,2 24 (100) Protein Baik 41 71,9 16 28,1 57 (100) Kurang 12 42,9 16 57,1 28 (100) Zn Baik 40 75,5 13 24,5 53 (100) Kurang 13 13 19 59,4 32 (100)

Tabel 4. Hubungan Derajat Stunting dengan Perkembangan Motorik Halus Variabel

Motorik Halus Total X2 P

Normal Suspect Derajat Stunting Ringan Sedang+Berat 43 10 10 22 53 32 21,150 0,0001 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Energi Baik Kurang 42 11 19 13 61 24 3,888 0,049 Protein Baik Kurang 41 12 16 16 57 28 6,761 0,009 Zn Baik Kurang 40 13 13 19 53 32 10,321 0,001

Ada hubungan yang signifikan antara derajat stunting dengan perkembangan motorik halus yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,0001. Ada hubungan antara kecukupan energi, protein dan seng dengan perkembangan motorik halus, yang ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.

Tabel 5. Model Akhir Setelah dikendalikan Varibel Perancu Variabel Koefisie n P Derajat Stunting Motorik Halus -2,247 0,000** Constant 0,788 0,039

Hasil uji regresi logistik menunjukkan terdapat hubungan antara derajat stunting dengan perkembangan motorik halus, yang ditunjukkan dengan nilai p1 =0,000

Pembahasan

Derajat stunting didefinisikan sebagai ukuran status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan (TB) menurut Umur (U) baku rujukan WHO dalam nilai z-score yang dikategorikan menjadi mild stunting (-2 SB ≤ z-score < -1 SB), moderate stunting (-3 SD ≤ z-score < -2 SB), severe stunting (zscore < -3 SB).7 Stunting pada anak balita dapat merugikan

perkembangan fisik, dan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan yang rendah.8

Stunting atau gangguan pertumbuhan linear dapat mengakibatkan anak tidak mampu mencapai potensi genetik, mengindikasikan kejadian jangka panjang dan dampak kumulatif dari ketidakcukupan konsumsi zat gizi, kondisis kesehatan dan pengasuhan yang tidak memadai.9

Kejadian stunting yang berlangsung sejak masa kanak-kanak memiliki hubungan terhadap

(4)

14 perkembangan motorik lambat dan tingkat intele-gensi lebih rendah.10

Dalam penelitian ini, memperlihatkan bahwa derajat stunting memiliki hubungan yang signifikan dengan perkembangan motorik halus. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian di Semarang yang menyatakan tidak ada hubungan antara derajat stunting dengan perkembangan motorik halus.11

Gerakan motorik halus tidak dapat dilakukan dengan sempurna apabila mekanisme otot belum berkembang, hal ini terjadi pada anak yang mengalami gangguan pertumbuhan seperti pendek (stunted), dimana otot berbelang (striped muscle) atau striated muscle yang mengendalikan gerakan sukarela berkembang dalam laju yang agak lambat, sebelum anak dalam kondisi normal, tidak mungkin ada tindakan sukarela yang terkoordinasi.12

Tingkat kecukupan energi, protein dan seng memiliki hubungan yang bermakna dengan perkembangan motorik halus anak. Hal ini senada dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa asupan energi dan protein berhubungan dengan perkembangan motorik halus, namun tidak halnya dengan asupan seng yang tidak terdapat hubungan dengan perkembangan motorik halus.9

Asupan gizi merupakan faktor yang sangat penting serta merupakan faktor langsung mempengaruhi tumbuh kembang anak. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terjadi bila ketersediaan zat gizi dengan jumlah, kualitas, kombinasi dan waktu yang tepat.

Penelitian Muslim, menunjukkan ada perbedaan perkembangan motorik halus antara anak pendek (stundted) dengan anak normal, dimana pada balita stunted perkembangan motorik halusnya 59,40% tidak normal sedangkan 40,59% normal dan pada balita no-stunted perkembangan motorik halusnya 19.80% tidak normal dan 80,19% normal.13

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian tersebut, menggambarkan bahwa perkembangan motorik halus sangat berkaitan dengan status gizi anak. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki.14

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linear yang disebabkan oleh malnutrisi kronis.1

Anak stunting cenderung sulit mencapai potensi

pertumbuhan dan perkembangan optimal secara fisik maupun psikomotorik yang erat kaitannya dengan kurang optimalnya atau tidak tercapainya potensi kecerdasan dan produktivitas.2

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa secara teoritis stunting mempunyai hubungan dengan perkembangan anak. Dalam penelitian ini menunjukkan hasil derajat stunting berhubungan dengan perkembangan motorik halus setelah dikendalikan variabel perancu.

Simpulan

1. Subjek dengan derajat stunting ringan, sedang dan berat berturut-turut sebanyak 62,4%, 20,0%, dan 17,6%.

2. Subjek dengan tingkat kecukupan energi, protein dan Zn yang kurang berturut-turut sebanyak 45,8%, 42,9% dan 13%.

3. Ada hubungan antara derajat stunting dengan perkembangan motorik halus.

Saran

1. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan zat gizi Zn anak stunting masih kurang, sehingga perlu adanya upaya perbaikan asupan Zn pada anak stunting melalui penyuluhan oleh petugas kesehatan. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terutama mengenai derajat stunting dengan perkembangan motorik halus berkaitan dengan variabel yang dapat mempengaruhi perkembangan anak seperti faktor genetik, pranatal dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan anak. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya mengikutsertakan kelompok status TB/U normal sebagai pembanding dan dengan desain yang berbeda.

Daftar Pustaka

1. WHO. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile Indicators: interpretation Guide. Switzerland: WHO press 2010.

2. Deanna K.Olney, Ernesto Pollitt, Patricia K.Kariger, Sabra S.Khalfan, Nadra S.Ali, James M.Tielsch.Young Zanzibari Zhildren with Iron Deficiency, Iron Deficiency Anemia, Stunting , or Malaria Have Lower Motor Activity Scores and Spend Less Time in Locomomotion.American Society for Nutrition.2007. P 2756-2762

(5)

15 3. Kusharisupeni. Peran status kelahiran terhadap

stunting pada bayi. Jurnal kedokteran Trisakti, vol

23 (3). 2007

4. Grantham-McGregor SM, Yin BC, Cueto S,

Glewwe P, Richter L, Strupp B et al. Developmental potential in the first 5 year for children in developing countries. Lancet 2007; 369 (9555): P 60-70

5. Vita, K. dan Latinulu, S Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan motorik Anak Usia 12 – 18 Bulan DiKeluarga Miskin dan Tidak Miskin. Jurnal. Penelitian Gizi dan Makanan Volume 25 No 2. (2002).

6. Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak (buku

Kedokteran). EGC. Jakarta

7. World Health Organization (WHO). Measuring Change in Nutritionals Status Guildnes for Assesing the Nutritional Impact of Suplementary Feeding Programmes for Vulnerable Groups. Geneva; 1983

8. Caballero B, Maqbool A. International Nutrition. In : Walker WA, Watkins JB, Duggan C. Nutrition in Pediatrics. Third Edition. London : BC Decker Inc;2003

9. ACC/SCN.”3rd Report on The World Nutrition Situation”. Geneva.1997

10. Martorell R, Horta BL, & Adair LS et al. Consortium on Health Oriented Research in Transitional Societies Group. 2010. Weight Gain in the First Two Years of Life Is an Important Predictor of Schooling Outcomes in Pooled Analyses from Five Birth Cohorth from Low and Midle Income Countries. J. Nutr, 140, 348—354. 11. Milda SN. Hubungan derajat stunting , asupan zat

gizi dan sosial ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motorik anak usia 24-36 bulan di wilayah kerja puskesmas bugagan semarang. 2012.artikel penelitian

12. Hurlock, EB. Perkembangan Anak. jilid 1 Edisi ke-6. penerbit Erlangga : Jakarta. 1978

13. Muslim. Perbedaan Perkembangan Anak Pendek (Stunted) Dengan Anak Normal. Skripsi. Program Studi S-1 Gizi Kesehatan. Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 2007 14. Unicef. The State of The World’s Children. Oxford

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  (62,4%)  termasuk  kategori  stunting  ringan  dan  anak dengan stunting berat sebanyak (17,6%)
Tabel 4. Hubungan Derajat Stunting  dengan Perkembangan Motorik Halus  Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Kader posyandu lansia berkunjung ke rumah lansia yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu lansia untuk memantau keadaan

Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala anugerah dan berkat yang melimpah bagi penulis sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Skor IPSS dengan

 Demikian pula, bila j adalah status transient, maka p ij (n) =v0 untuk semua i; yang berarti bahwa probabilitas sistem berada pada status transient setelah bertransisi

Para peneliti juga menemukan bahwa tidak seperti pria, wanita biasanya tidak menambah ukuran dari latihan beban, karena dibandingkan dengan laki- laki, perempuan memiliki

melalui kerja sama , siswa dapat menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan berkaitan dengan penggunaan konsep irisan dari himpunan.. Pengertian irisan

Hasil analisis data berdasarkan tes TA kemampuan pemecahan masalah serta wawancara yang telah dilakukan dengan keenam responden menunjukkan bahwa responden yang

Jaringan pergaulan yang dilakukann- ya tak berhenti di dalam negeri tetapi juga di luar negeri, karena itu sebenarnya ko- munikasi dalang yang dilakukannya tak terbatas. Kapan saja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran KKPI antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model