• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR IPA KELAS V

I Kadek Yudiasa1, I Ketut. Dibia2, Made Sumantri3

1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: yudiasa04@gmail.com1, dibiabhs@yahoo.co.id2,

madesumantri_pgsd@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan (1) motivasi belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan berbantuan Media Grafis pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan Tahun Pelajaran 2015/2016, (2) hasil belajar IPA dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan berbantuan Media Grafis pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah PTK yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Pelaksanaan tindakan tiap siklus adalah tiga kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sekaan tahun pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 20 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan metode tes. Data dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif kuantitaif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase motivasi dan hasil belajar pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan. Berdasarkan observasi motivasi, persentase rata-rata motivasi siswa pada siklus I sebesar 75,75% dengan kategori sedang, dan persentase rata-rata motivasi siswa pada siklus II sebesar 84,00% dengan kategori tinggi. Berdasarkan tes hasil belajar IPA, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I sebesar 78,00% dengan kategori sedang, dan persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus II sebesar 86,00% dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media grafis dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Sekaan tahun pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: Hasil Belajar, Media, Motivasi, STAD. Abstract

This study aims to determine improvement (1) motivation to learn science students who take cooperative learning model type STAD with Graphics Media aided in class V students of SD Negeri swabs in the school year 2015/2016, (2) results in applying the science of learning Cooperative learning model type STAD with Graphics Media aided in class V swabs elementary School District of the Academic Year 2015/2016. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation and evaluation, and reflection. Implementation of the action of each cycle is three meetings. The subjects were fifth grade students of SD Negeri swabs in the academic year 2015/2016, which numbered 20 people. The object of this study is to increase motivation and learning outcomes IPA. Collecting data in this study was conducted using the method of observation and tests. Data were analyzed with descriptive statistical analysis of quantitative methods.. Based on the test results to learn science, the average percentage of students' learning outcomes IPA in the first cycle of 78.00% in the medium category, and the average percentage of student learning outcomes IPA on the second cycle of 86.00% with a high category. Based on these

(2)

2

results we can conclude that the application of cooperative learning model STAD-aided graphic media can increase motivation and learning outcomes fifth grade science students at SDN swabs of the school year 2015/2016.

Key word: learning outcomes, Media, Motivation, STAD.

PENDAHULUAN

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Agar hal tersebut dapat terwujud, maka diperlukan suasana proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa dalam melampaui tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan efektif sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif, dan kreatif.

Sudah seharusnya kegiatan belajar mengajar (KBM) juga lebih mempertimbangkan kapasitas siswa. Siswa bukanlah gelas kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus satu arah berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar sesama siswa yang lainnya atau biasa disebut tutor sebaya. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran

cooperative. Jadi, sistem pengajaran

cooperatif bisa didefinisikan sebagai

sistem belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima pokok unsur yaitu: saling ketergatungan positif,tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok (Lie, 2004:18).

IPA merupakan konsep pembelajaran tentang alam yang mempunyai hubungan sangat erat terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi. IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat

manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasakan hasil wawancara yang dilaksanakan pada hari Kamis 24 Maret 2016 pada guru pengajar bidang studi IPA kelas V di SD Negeri Sekaan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, mengatakan bahwa pemahaman konsep IPA siswa masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan kurangnya kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran seperti media pembelajaran, maka pada saat guru mengajar tidak menggunakan media pembelajaran sehingga siswa kelas V di SD Negeri Sekaan kurang memahami konsep pembelajaran IPA, hal ini dapat menjadikan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pasif dengan kata lain siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar mengajar yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Sekaan.

Berdasarkan hal tersebut guru bidang studi IPA mengatakan dampak dari ketidak tersediaanya media pembelajaran dan metode klasikal yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA di kelas V di SD Negeri Sekaan antara lain perolehan nilai hasil belajar siswa menjadi rendah. Perolehan nilai rata-rata kelas yang seharusnya mencapai angka di atas 77, dari 20 orang siswa pada kenyataannya hanya mencapai angka rata-rata 69, sehingga hanya sedikit persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) IPA.

Berdasarkan hasil observasi ke kelas tentang proses pembelajaran IPA setelah jam istirahat pertama yang

(3)

3 dilaksanakan pada hari yang sama setelah melakukan wawancara pada guru mata pelajaran IPA. Dapat di ketahui rendahnya hasil belajar IPA di sebabkan karena metode yang digunakan adalah metode konvensional. Hal ini dikarenakan keterbatasan guru dalam menerapkan metode-metode yang baru yang dapat menarik motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Dari hasil wawancara dan observasi dapat diketahui masalah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar dan motivsi siswa dalam proses pembelajaran adalah metode konvensonal yang digunakan dan kurangnya media pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2010:202). Student Teams

Achievement Division (STAD) adalah

pembelajaran yang mengelompokan siswa di dalam kelas menjadi kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD) merupakan pembelajaran yang

diterapkan pada siswa dengan cara berdiskusi untuk memacu siswa berpikir kritis baik dalam menemukan masalah maupun dalam upaya menyelesaikannya, serta dilatih menjawab kuis secara perseorangan.

Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan diingat orang.

motivasi belajar adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran, yang dapat pula mempengaruhi perolehan kompetensi dasar siswa. Kompetensi yang dimaksud meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Hasil Belajar IPA adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa terhadap materi pelajaran IPA berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Keberhasilan penelitian ini di dukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Dalam penelitian yang

dilakukan Lestari (2012) dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa, hasil penelitiannya menunjukah bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut terlihat dari tes hasil belajar siswa pada sklus I mencapai 68 berbeda dengan hasil tes pada siklus II mencapai 75 terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 7.

Masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Apakah motivasi belajar IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

dengan berbantuan media grafis pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016? (2) Apakah hasil belajar IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

dengan berbantuan media grafis pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016?

Untuk menanggulangi hal tersebut maka diterapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) yang dengan sadar meletakkan

tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan siswa ke arah yang lebih baik. Metode pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok dan lebih aktif dalam kuis-kuis untuk perseorangan. Dengan penerapan metode ini

(4)

4 diharapkan siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) dengan

berbantuan Media Grafis untuk meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Sekaan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

dengan berbantuan Media Grafis pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016. (2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) dengan

berbantuan Media Grafis pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA di kelas V di SD Negeri Sekaan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sekaan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 9 laki-laki dan 11 perempuan. Adapun

objek penelitian adalah (1) Motivasi Belajar, (2) Hasil Belajar IPA.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Untuk lebih jelasnya tentang rancangan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Model Siklus Stephan Kemmis & Mc Taggart (dalam Agung, 2014:141)

Menurut Agung (2014) penelitian dirancang menjadi dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi/ evaluasi dan refleksi.

Tahap perencanaa, permasalahan pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh melalui refleksi awal di kelas yang menjadi objek penelitian, ditetapkan alternatif tindakan dalam kelas berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD) berbantuan media grafis pada

mata pelajaran IPA.

Tahap tindakan disusun sesuai dengan tahapan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

berbantuan media grafis untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Langkah-langkah yang diterapkan sesuai dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) antara lain: membentuk siswa

dalam kelompok, kemudian setiap kelompok diberikan gambaran tentang

1 2 3 4 Siklus II Keterangan: 1. Tahap Perencanaan 2. Tahap PelaksanaanTindakan 3. Tahap Evaluasi/Observasi 4. Tahap Refleksi 1 2 3 4 Siklus I

(5)

5 materi yang akan diajarkan serta kegiatan yang harus dilakukan siswa yang berkaitan dengan pembelajaran IPA. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan prosedur yang telah dirancang.

Tahap observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan. Tahap observasi ini dilaksanakan secara kolaboratif bersama dengan guru mitra. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra bertindak sebagai observer. Data yang dikumpulkan pada saat observasi adalah motivasi dan hasil belajar siswa.

Refleksi ini dilakukan untuk mengingat dan merenungkan kembali hasil tindakan pada siklus 1 tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil renungan dan kajian ini menjadi acuan untuk ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini, peneliti menggunakan 2 (dua) metode yaitu: a) metode observasi, b) metode tes. Metode observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan mengamati secara langsung dan sistematis dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi untuk mengamati perilaku siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

Metode tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang didapat oleh anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Tes ini diberikan pada setiap akhir pertemuan pada masing-masing siklus.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar yang terdiri dari beberapa butir soal yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes yang digunakan adalah tes kognitif berupa soal esay sejumlah sepuluh butir soal, dan untuk pensekoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci jawaban dan

pedoman pensekoran yang ada pada RPP setiap butir soalnya.

penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka mengenai objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:67).

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis data tentang hasil belajar dengan cara mengkonversikan persentase rata-rata kedalam tabel kriteria hasil belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan untuk mengetahui motivasi belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sekaan. Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 2 dan 3 Mei 2016 untuk melaksanakan tindakan dan pengamatan motivasi belajar IPA dengan materi pesawat sederhana, pada tanggal 4 Mei 2016 dilakukan evaluasi hasil belajar siklus I.

Siklus II dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 30 dan 31 Mei 2016 untuk melaksanakan tindakan dan pengamatan motivasi belajar IPA dengan materi sifat-sifat cahaya, pada tanggal 1 Juni 2016 dilakukan evaluasi hasil belajar siklus II.

Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan metode analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun hasil dari analisis data mengenai data tentang motivasi belajar dan hasil belajar IPA siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dijelaskan sebagai berikut.

Berdasarkan perhitungan dan hasil rekapitulasi tingkat motivasi belajar IPA pada siklus I dari tabel 10 mendapatkan hasil 75,75% jika dikonversasikan ke dalam tabel PAP sekala lima maka motivasi belajar IPA pada siklus I berada dalam kategori sedang.

Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes hasil

(6)

6 belajar IPA. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2016 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2016.

Evaluasi hasil belajar IPA siswa menggunakan tes esay, yang terdiri dari 10 soal. Berdasarkan tes hasil belajar IPA siklus I diperoleh jumlah skor seluruh siswa sebesar 312, sehingga rata-rata skor hasil belajar siswa (M) dan persentase tingkat hasil belajar (Mean = 15,60) dengan presentase 78%. Hasil analisis persentase tingkat hasil belajar IPA siswa yang diperoleh selanjutnya dikonversasikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) sekala lima. Berdasarkan perhitungan analisis data tingkat hasil belajar di atas pada siklus I dari tabel 12 mendapatkan hasil 78,00% jika dikonversasikan ke dalam tabel PAP sekala lima maka hasil belajar pada siklus I berada dalam kategori sedang.

Refleksi Siklus I

Refleksi motivasi belajar IPA pada siklus I

Setelah observasi/evaluasi, mengkaji melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan dari sklus I. Dengan memperhatikan data motivasi belajar IPA pada siklus I, ditemukan keunggulan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi siswa, adapun keunggulan dan hambatan-hambatan yang terdapat pada siklus I adalah.

a) Siswa menjadi lebih termotivasi pada saat pembentukan kelompok. b) Semangat siswa menjadi lebih tinggi

karena menggunakan metode yang berbeda dari biasanya.

c) Siswa belum berani mengemukakan suatu fakta, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat terkait kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran dan dalam diskusi kelompok .

d) Siswa kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan sehingga siswa kesulitan dalam menerima penjelasan yang dikemukakan.

e) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam memecahkan, menganalisis, dan membuat keputusan.

Berdasarkan hambatan-hambatan yang dihadapi pada siklus I tersebut maka adapun solusinya yaitu.

a) Mengintruksikan siswa agar lebih berani dalam mengemukakan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya pada siklus berikutnya tentang materi pembelajaran yang dijelaskan sehingga permasalahan yang ada dalam pembelajaran akan bisa terpecahkan bersama-sama. b) Menyuruh siswa agar lebih

berkonsentrasi dan lebih memperhatikan penjelasan yang diberikan pada saat belajar kelompok pada siklus berikutnya tentang materi yang dipelajari.

Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam memecahkan, menganalisis, membuat keputusan, karena dengan bersemangat dan bersungguh-sungguh maka hasil belajar yang diperoleh akan memuaskan.

Refleksi Hasil Belajar IPA pada siklus I Setelah observasi atau evaluasi, mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan dari siklus I. dengan memperhatikan data tersebut, maka ditemukan keunggulan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh siswa adalah sebagai berikut.

a) Keunggulannya siswa menjadi lebih termotivasi pada saat pembentukan kelompok.

b) Hambatan yang dialami siswa yaitu belum terbiasa bekerja kelompok, sehingga siswa kelihatan kurang antusias dalam berdiskusi bersama anggota kelompoknya masing-masing.

c) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan sehingga siswa sulit menerima pembelajaran yang diberikan.

d) Siswa masih ragu-ragu menjawab pertanyaan dari guru karena mereka takut dan malu jika melakukan kesalahan. Ketika guru memberikan pertanyaan yang menjawab hanya sebagian kecil dari seluruh siswa. Siswa juga enggan menanggapi jawaban temannya. Hal ini karena

(7)

7 mereka tidak terbiasa mengemukakan pendapat.

Berdasakan hambatan-hambatan yang dihadapi pada siklus I maka diadakan perbaikan mengenai hambatan tersebut, adapun solusinya adalah.

a. Memberikan bimbingan lebih intensif kepada masing-masing kelompok sehingga mereka mau bekerjasama dan berdiskusi dengan baik. Mensosialisasikan kembali penerapan model pembelajaran yang dipakai yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga siswa lebih paham mengenai model pembelajaran ini serta siswa mampu mengikuti langkah-langkah model pembelajaran ini dengan baik.

b. Lebih menekankan kepada siswa dengan memberitahu mereka mengenai materi penerapan energi gerak dengan lebih baik, dan menggunakan media yang bisa lebih menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

c. Menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan berusaha membangun atau mendorong keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dan dalam mengemukakan pendapat.

Hasil Penelitian Siklus II

Hasil rekapitulasi tingkat motivasi belajar IPA siswa pada siklus II dari tabel 16 mendapatkan hasil 84,00% jika dikonversasikan ke dalam tabel PAP sekala lima maka motivasi belajar IPA pada siklus II berada dalam kategori Tinggi.

Perhitungan analisis data tingkat hasil belajar IPA pada siklus II dari tabel 18 mendapatkan hasil 86,00% jika dikonversasikan ke dalam tabel PAP sekala lima maka hasil belajar pada siklus II berada dalam kategori Tinggi.

Refleksi Siklus II

Refleksi Motivasi Belajar IPA pada siklus II

Setelah observasi/evaluasi, mengkaji melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan dari siklus II. Dengan memperhatikan data Motivasi belajar IPA pada siklus II, ditemukan keunggulan

maupun hambatan-hambatan yang dihadapi siswa, adapun keunggulan dan hambatan-hambatan yang terdapat pada siklus II adalah.

Keunggulan

a) Siswa sangat termotivasi pada saat pembentukan kelompok dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. b) Semangat siswa terpacu lebih tinggi

karena ingin bersaing dan berlomba-lomba dengan teman yang lainnya. c) Siswa sudah berani mengemukakan

suatu fakta, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat terkait kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran dan dalam diskusi kelompok.

Hambatan

a) Siswa lebih sering ngobrol dengan teman kelompoknya daripada mendengarkan penjelasan yang diberikan sehingga siswa tidak secara optimal menerima penjelasan yang disampaikan oleh guru dan teman kelompok yang lain.

Berdasarkan hambatan yang dihadapi pada siklus II tersebut maka adapun solusinya yaitu.

a) Menyuruh siswa agar lebih berkonsentrasi dan lebih memperhatikan penjelasan yang diberikan pada saat belajar berkelompok.

b) Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih semnagat dalam bekerja kelompok dengan bersungguh-sungguh karena dengan bersemangat dan bersungguh-sungguh maka hasil belajar yang diperoleh akan memuaskan.

1) Refleksi hasil belajar pada siklus II Setelah observasi atau evaluasi, mengkaji, melihat dan mempertimbangkan dampak dari tindakan dari siklus II. dengan memperhatikan data tersebut, maka ditemukan keunggulan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh siswa adalah sebagai berikut.

a) Keunggulannya siswa menjadi lebih termotivasi/aktif menggali informasinya sendiri apa yang dia dibutuhkan.

b) Nilai hasil belajar siswa meningkat drastis karena motivasi siswa dalam kategori tinggi mencari informasi apa

(8)

8 yang dibutuhkan sehingga permasalahan yang dihadapi siswa dapat terpecahkan.

c) Siswa mulai bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan sehingga siswa secara menyeluruh dapat menyerap pembelajaran yang diberikan.

d) Hambatan yang dialami siswa sulit menangkap penjelasan-penjelasan dari percobaan yang dilakukan guru dikarenakan siswa terbiasa belajar menggunakan metode klasikal yaitu dengan metode ceramah.

e) Sebagian besar siswa masih tergesa-gesa menjawab suatu pertanyaan dari guru sehingga jawaban yang diberikan oleh siswa masih belum optimal.

Berdasakan hambatan-hambatan yang dihadapi pada siklus II maka

diadakan perbaikan mengenai hambatan tersebut, adapun solusinya adalah.

a) Lebih banyak menggunakan metode praktek uji coba dalam materi-materi tertentu sehingga pemahaman siswa menjadi lebih terarah secara nyata atau kongkret dalam pola pikirnya. b) Memberikan motivasi dan bimbingan

secara optimal kepada siswa dalam menjawab soal haruslah mendengarkan dan mencerna soal dengan baik sehingga jawaban dari soal dapat terjawab dengan tepat. Selain itu guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan berusaha membangun atau mendorong keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan ataupun dalam mengemukakan pendapat.

Tabel 1. Data Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa pada Siklus I, dan Siklus II

Variabel Siklus I Siklus II

M M

Motivasi Belajar 75,75 (sedang) 84,00 (tinggi) Hasil Belajar 78,00 (sedang) 86,00 (tinggi) Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sekaan. Motivasi belajar siswa setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari siklus I, persentase rata-rata motivasi belajar IPA siswa mencapai 75,75%. Bila dikonversikan berdasarkan PAP skala lima, maka hasil belajar yang diperoleh pada siklus I dapat dikriteria sedang. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data siklus II diperoleh persentase sebesar 84,00%. Jika dikonvesikan ke tabel PAP skala lima, maka angka tersebut masuk dalam kriteria tinggi, dengan demikian rata-rata tingkat motivasi belajar IPA siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 8,25%.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar IPA siswa dari siklus I ke

siklus II. Peningkatan motivasi belajar disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, model pembelajaran kooperatif tipe STAD

yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Model ini memberikan seluruh siswa peluang untuk berdiskusi dengan anggota kelompok, dan antar kelompok di dalam kelas. Selain itu, model ini dapat melatih siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan seperti itu akan menimbulkan motivasi siswa untuk belajar. Tidak hanya itu, siswa juga memiliki kesempatan untuk berdiskusi dan saling berbagi informasi dalam waktu yang bersamaan sehingga, banyak kesempatan siswa untuk mengolah informasi. Hal ini akan menyebabkan banyak ide-ide yang muncul dan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Pendapat ini sejalan dengan Sumiati dan Arsa (2008) yang menyatakan bahwa “motivasi siswa akan terlihat apabila terdapat suasana yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran serta antara guru dengan

(9)

9 siswa terjadi komunikasi yang akrab dan menyenangkan”.

Kedua, langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sangat sederhana sehingga siswa akan termotivasi dalam bekerjasama dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh temannya. Jika motivasi belajar telah terbentuk maka mereka akan tekun belajar. Hal ini berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa, sehingga ada hubungan timbal balik antara motivasi belajar dengan hasil belajar. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Uno (2008:27) yang menyatakan bahwa “tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap sesuatu, apabila ia menyenangi kegiatan itu, maka termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut”. Hal tersebut senada dengan pendapat Khodijah (2014:156) yang menyatakan bahwa “motivasi dianggap penting dalam upaya belajar karena belajar tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan belajar misalnya belajar, dengan motivasi siswa lebih giat belajar. Sebaliknya belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sekaan. Hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari siklus I, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa mencapai 78,00%. Bila dikonversikan berdasarkan PAP skala lima, maka hasil belajar yang diperoleh pada siklus I dapat dikriteriakan sedang. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data siklus II, diperoleh persentase sebesar 86,00%. Jika dikonvesikan ke tabel PAP skala lima, maka angka tersebut masuk dalam kriteria tinggi, dengan demikian tingkat hasil belajar siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 8,00%

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar IPA

siswa disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama, penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur sehingga siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran kelompok, serta siswa berkonsentrasi penuh pada materi pembelajaran yang disajikan oleh guru maupun informasi dari teman kelompok lainnya. Sejalan dengan pendapat Rusman (2010) manfaat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah mendorong siswa untuk mendengarkan, terlibat aktif dan berempati dengan memberikan kesempatan kepada anggota kelompok sebagai bagian penting dalam kegiatan akademik. Anggota kelompok harus bekerjasama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang bergantung kepada orang lain untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Kedua, peningkatan hasil belajar

ini dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Senada dengan pendapat Wasliman (dalam Susanto, 2013) yang menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Selain itu, peningkatan hasil belajar IPA siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada model pembelajaran terdapat kelebuhan-kelebihan yang menyebabkan model pembelajaran ini lebih menarik perhatian murid. Selain itu dapat melatih siswa dalam mengemukakan pendapat. Hal ini senada dengan pendapat Rusman (2010) menyatakan tentang keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain: (1) dapat meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada siswa lain maupun guru, (2) melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik, (3) merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik, (4) siswa akan lebih mengerti makna kerjasaama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

(10)

10 Keberhasilan penelitian ini didukung oleh teori Dimyanti dan Mudjono

(2015:295) belajar adalah kegiatan

individu memperoleh pengetahuan,

perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar, dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah kognitif, afektif dan psikomotor sehingga

kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotor siswa semakin bertambah.

Sedangkan Slavin (dalam Rusman 2010)

pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Keberhasilan penelitian ini di dukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Dalam penelitian yang

dilakukan Lestari (2012) dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa, hasil penelitiannya menunjukah bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division

(STAD) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut terlihat dari tes hasil belajar siswa pada sklus I mencapai 68 berbeda dengan hasil tes pada siklus II mencapai 75 terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 7.

Sedangkan Penelitian yang

dilakukan Emie Primayanti (2012) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) berbantuan media semi konkret untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitiannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Rata-rata sekor sebelum penelitian dilakukan hanya mencapai 6,4 setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

rata-rata skor siswa meningkat menjadi 7,9 hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 1,5.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini telah berhasil, karena indikator yang ditetapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sekaan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016.

PENUTUP SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu sebagai berikut. (1) Terjadi peningkatan motivasi belajar IPA pada siswa kelas V mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan persentase rata-rata motivasi belajar IPA siswa kelas V dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata motivasi belajar IPA siswa adalah 15,15 dengan persentase rata-rata adalah 75,75% (kategori sedang). Pada siklus II, rata-rata motivasi belajar IPA siswa kelas V meningkat menjadi 16,80 dengan persentase rata-rata 84,00% (kategori tinggi), dengan demikian tingkat motivasi belajar IPA siswa kelas V dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 8,25%. (2) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri Sekaan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan persentase rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar IPA siswa adalah 15,60 dengan persentase rata-rata adalah 78,00% (kategori sedang). Pada siklus II, rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 17,20 dengan persentase rata-rata 86,00% (kategori tinggi), dengan demikian tingkat hasil belajar siswa dari

(11)

11 hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 8,00%. SARAN

Memperhatikan simpulan di atas, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut. (1) Bagi Guru, disarankan untuk memahami dan mampu menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. (2) Bagi siswa, diharapkan lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan lebih aktif mengemukakan pendapat, sehingga motivasi belajar dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat lebih ditingkatkan. (3) Bagi sekolah, utamanya bagi kepala sekolah disarankan mampu membina dan mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

di sekolah dasar sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. (4) Bagi peneliti lain Peneliti sebagai calon tenaga pendidik disarankan mampu menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

dengan baik sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

UCAPAN TERIMAKASI

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya-Nya, Artikel yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Kelas V” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Melalui kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada: (1) Drs. I Ketut Dibia, M.Pd. selaku pembimbing I, (2) Drs. Made Sumantri, M.Pd. selaku pembimbing II, (3) I Ketut Sanjaya,I Kadek Rizal Rahmadi, dan Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah banyak memberikan dukungan dan

bantuannya dalam melaksanakan artikel ini.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014. Metodelogi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Fakulats Ilmu Pendidikan institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan. ---. 2010. Metodelogi Penelitian

Pendidikan. Singaraja: Fakulats

Ilmu Pendidikan institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Khodijah, N. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning:

Memperaktikkan Cooperative

Learning di Ruang-ruang Kelas.

Jakarta: PT. Grasindo.

Rusman. 2010. Model-model

Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Bandung :

PT RajaGrafindo Persada. Sumiati dan Arsa. 2008. Metode

Pembelajaran. Bandung: CV

Wacana Prima

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenadamedia Group. Uno, B H. 2008. Teori Motivasi dan

Pengukurannya. Cetakan-3.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

[r]

Rata- rata Persentase Manfaat Hasil Pengetahuan “Mengolah Hidangan Berbahan Terigu (Pasta)” Sebagai Kesiapan Cook Helper Berkaitan Dengan Tahap Persiapan ……… 82

PARAMETER BOBOT PAR 33   Direksi memastikan perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan komunikasi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dan penyampaian

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa p-value sebesar 0,52 yang berarti tidak terdapat perbedaanlama in- volusio uteri pada ibu nifas yang mengguna- kan IUD post placenta

Report At The End of The Quarter (December 2015) Detailed Summary of the Project Cost Monitoring Procurement Management of Civil Works.. Procurement Plan for

Pengaruh Tipe Kepribadian Konvensional Dan Enterprising Terhadap Minat Kerja Karyawan Bank Rakyat Indonesia (Bri) Cabang Majalaya.. Universitas Pendidikan Indonesia

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :