• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2003

TENTANG

RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka pengaturan Retribusi Pasar perlu disesuaikan;

b. bahwa untuk melaksanakan penyesuaian sebagaimana dimaksud huruf a konsideran ini, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2756);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara TAhun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi DAerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan REtribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

(2)

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

7. Peraturan Pemerintah NOmor 27 Tahun 1983 terntang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

10. Ke[utusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1999 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 13 Tahun 1990 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Tapin;

13. Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 03 Tahun 2000 tentang Kewenangan Kabupaten Tapin sebagai Daerah Otonom.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TAPIN

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN PERTOKOAN.

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Tapin;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tapin; c. Bupati adalah Bupati Tapin;

d. Dinas Pendaaptan Daerah, adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapin; e. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tapin;

f. Bendaharawan Khusus Penerima, adalah Bendaharawan Khusus Penerima pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapin;

g. Kantor Pengelola Pasar adalah Kantor Pengelola Pasar Kabupaten Tapin;

h. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

i. Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang-barang maupun jasa-jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah;

j. Pasar Daerah adalah Pasar Umum dan Pasar Khusus yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah;

k. Lingkungan Pasar Daerah adalah tempat berjualan atau tempat lain di lingkungan Pasar;

l. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;

m. Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar Grosir dan Pertokoan yang berupa halaman/pelataran (lapangan terbuka), los, kios dan atau took yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khususnya disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Perusahaan Daerah ;

n. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan Tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda; o. Surat Ketatapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat

Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

p. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB oleh Wajib Retribusi;

(4)

q. Badan adalah suatu bentuk badan ussaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk ataupun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pension, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya;

r. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi Daerah;

s. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya;

t. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

u. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib REtribusi untuk memanfaatkan pelayanan fasilitas pasar dan atau pertokoan; v. Pelayanan Pasar adalah fasilitas Pasar Tradisional / sederhana yang berupa halaman

(lapangan terbuka) dan Bangunan / Los yang dikelola Pemerintah DAerah, dan khusus disediakan untuk pedagang;

w. Bangunan-bangunan adalah semua bangunan yang berada dalam Pasar yang dipergunakan untuk kegiatan jual beli;

x. Pejabat / Petugas Pasar Daerah adalah pejabat / petugas dalam lingkungan Pemerintah Daerah yang ditunjuk atau ditugaskan oleh Kepala Daerah.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan dipungut REtribusi atas jasa Pelayanan penyediaan fasilitas Pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan serta diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan khususnya disediakan untuk pedagang.

Pasal 3

Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas Pasar Grosir dan Pertokoan yang dikontrakkan yang disediakan serta diselenggarakaan oleh Pemerintah Daerah serta khusus yang disediakan untuk pedagang.

(5)

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mengunakan pelayanan penyediaan fasilitas pasar.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan terrmasuk golongan Retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa Retribusi diukur berdasarkan luas dan jenis tempat yang digunakan.

BAB V

PRINSIP PENETAPAN DAN STRUKTUR BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tariff retribusi dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan penyediaan.

(2) Penetapan tarif Retribusi Pasar adalah dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan dan penyediaan fasilitas pasar dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Pasal 8

Tarif Retribusi Pasar digolongkan berdasarkan bangunan / jenis fasilitas yang terdiri atas halaman / pelataran (lapangan terbuka) dan los.

(6)

a. Tarif Sewa Pasar Grosir dan Pertokoan perbulan dan Tarif Retribusi Harian per m2. Lokasi Jenis Bangunan / Blok Jumlah Petak Sewa perbulan (Rp) Terminal Bioskop Lantai Bawah (B I)

Lantai Atas ( B II ) 23 buah 9 buah 16.000,- 16.000,- Pasar Raya Blok A

Blok C Blok C1 Blok C2 Blok D Blok D1 166 buah 80 buah 59 buah 50 buah 18 buah 80 buah 22.000,- 12.000,- 12.000,- 12.000,- 10.000,- 10.000,- Pasar Lama Blok AA

Blok AB Blok AC Blok BB Ikan Kering Warung Blok C 28 Blok F 1 Blok F 2 Blok F 3

Eks Kios Daging Kios Daging Los Warung 60 buah 8 buah 4 buah 32 buah 28 buah 28 buah 28 buah 12 buah 16 buah 12 buah 5 buah 5 buah 7 buah 12.000,- 16.000,- 10.000,- 10.000,- 4.000,- 10.500,- 8.000,- 6.000,- 8.000,- 12.000,- 12.000,- 12.000,- 10.000,- Pasar Binuang Blok A

Blok B I Blok B II Blok C I Blok C II Blok C III Blok D I Blok D II Blok E 16 buah 30 buah 16 buah 10 buah 24 buah 16 buah 30 buah 16 buah 20 buah 7.000,- 7.000,- 4.000,- 4.000,- 7.000,- 4.000,- 7.000,- 4.000,- 4.000,- Pasar Margasari Blok A

Blok B Blok C 14 buah 75 buah 4 buah 9.000,- 4.000,- 7.000,-

Pasar Tambarangan Blok A 30 buah 5.000,-

Lain-lain tempat - - -

Retribusi Harian

Retribusi Harian Toko Rp 6.000,- / bulan

Los Pasar Baru Lantai II ukuran 1m x 1m = Rp 500,-

Retribusi Harian Toko dalam Radius Pasar Rantau Rp 500,- (Radius = 100 m dari batas Pasar.

(7)

b. Tarif Retribusi Pemindahan Hak/m2 dan Tarif Retribusi mendapatkan izin/m2/Toko.

No. Lokasi / Klasifikasi Pemindahan Hak / m2 Tarif Retribusi (Rp)

Tarif Retribusi mendapatkan izin/m2/Tahun (Rp) 1 Pasar Terminal Bioskop

Lantai Bawah (B I) Lantai Atas ( B II ) 100.000,- 100.000,- 5.000,- 5.000,- 2 Pasar Raya : Blok A Blok C Blok C1 Blok C2 Blok D Blok D1 150.000,- 100.000,- 75.000,- 75.000,- 50.000,- 50.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 3 Pasar Lama : Blok AA Blok AB Blok AC Blok BB Ikan Kering Warung Blok C 28 Blok F 1 Blok F 2 Blok F 3

Eks Kios Daging Kios Daging Los Warung 150.000,- 150.000,- 100.000,- 100.000,- 50.000,- 50.000,- 50.000,- 50.000,- 50.000,- 50.000,- 50.000,- 50.000,- 50.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 4 Pasar Binuang : Blok A Blok B I Blok B II Blok C I Blok C II Blok C III Blok D I Blok D II Blok E 50.000,- 50.000,- 30.000,- 30.000,- 30.000,- 30.000,- 30.000,- 30.000,- 20.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 5 Pasar Margasari : Blok A Blok B Blok C 20.000,- 20.000,- 20.000,- 5.000,- 5.000,- 5.000,- 6 Pasar Tambarangan : Blok A 20.000,- 5.000,- 7 Lain-lain Tempat - -

(8)

BAB VI

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah / daerah tempat penyediaan pelayanan fasilitas pasar diberikan.

BAB VII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 10

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat dialihkan kepada pihak ketiga / diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Hasil pungutan Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Peraturan Daerah ini disetorkan ke Kas Daerah Kabupaten Tapin.

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 11

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 100% (seratus persen) dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan SKRD.

BAB IX

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 12

(1) Bupati meenntukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran Retribusi yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah saat terutang.

(2) SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, STRD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Pusan Banding yang menyebabkan jumlah Retribusi yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan surat tersebut di atas.

(3) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.

(4) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati.

(9)

BAB X

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 13

(1) Retribusi yang terutang berdasarkan SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, STRD, Surat Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang bayar oleh Wajib Retribusi pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

(2) Penagihan Retribusi dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB XI KEBERATAN

Pasal 14

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT, dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alas an-alasannya.

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas Ketetapan Retribusi secara jabatan, Wajib REtribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT atau SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebegai keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 15

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi Keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian menolak atau menambah besarnya retribusi terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

(10)

BAB XII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 16

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan Keputusan.

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, maka permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbutkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 100% (seratus persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 17

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat Wajib Retribusi; b. masa retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alas an yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau Pos Tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau Bukti Pengiriman Pos Tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

(11)

Pasal 18

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (4), maka pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 19

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi,

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIV

KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 20

(1) Hak untuk penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkannya Surat Teguran, atau

(12)

BAB XV

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUARSA

Pasal 21

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapus.

(2) Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kadaluarsa sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini.

BAB XVI PENGAWASAN

Pasal 22

Bupati menunjuk pejabat tertentu untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah ini.

BAB XVII KETENTUAN PIDANA

Pasal 23

Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah ini dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling lama 5 (lima) juta rupiah.

BAB XVIII PENYIDIKAN

Pasal 24

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau Laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

(13)

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang belangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hokum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XIX PENUTUP

Pasal 25

Dengan berlakunya Peraturan DAerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapin Nomor 10 Tahun 1983 tentang Retribusi Pasar beserta Peraturan Daerah perubahannya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Pasal 26

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

(14)

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tapin.

Disahkan di Rantau

pada tanggal 30 Desember 2003 BUPATI TAPIN,

IDIS NURDIN HALIDI Diundangkan di Rantau

pada tanggal 2 Januari 2004

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TAPIN,

Drs. H. HURIANSYAH, MM. NIP. 540003853

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TAPIN

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas layanan kesehatan di Puskesmas Sangurara Kecamatan Tatanga secara komprehensif (menyeluruh) belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat sehingga

VBE umumnya 0,65 pada perangkat silikon (IR2 juga merupakan arus emitter dan diasumsikan sama dengan arus kolektor atau yang diperlukan load. Dengan pertimbangan h FE cukup

Coba tanyakan kepada orang-orang yang suka mencium mushaf dan yang suka berdiri ketika mendengar adzan: " Apakah anda lakukan semua ini dalam rangka

Virus SARS-CoV dan MERS-CoV adalah HCoV yang bersifat zoonosis dan dapat ditransmisikan antar manusia dengan patogenitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan HCoV pada

Perusahaan juga harus berhati-hati dalam menggunakan kebijakan hutang tersebut karena menurut trade of theory , semakin besar proporsi hutang perusahaan, semakin tinggi

Pengaruh Pemberian Tepung Kertas oran pada Periode Grower Terhadap Persentase karkas, Lemak Abdominal, Organ dalam, dan Saluran Pencernaan Ayam Broiler. Fakultas

generasi orang tua dan remaja ... Bentuk Perilaku Menjaga Martabat Orang Tua ... Generasi orang tua ... Generasi remaja ... Perbandingan bentuk menjaga martabat orang tua

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat gambaran mengenai prestasi belajar matematika peserta didik dengan jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua peserta didik kelas VII