• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PARTISIPASI DESA TANJUNGSARI DALAM MENGHADAPI UNDANG-UNDANG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG DESA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PARTISIPASI DESA TANJUNGSARI DALAM MENGHADAPI UNDANG-UNDANG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG DESA SKRIPSI"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PARTISIPASI DESA TANJUNGSARI

DALAM MENGHADAPI UNDANG-UNDANG NOMOR

06 TAHUN 2014 TENTANG DESA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

Diky Rizky Fadilah NIM. 6661100168

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

HIDUP ADALAH TENTANG

MENCIPTAKAN

KEBAHAGIAAN. . .

Skripsi ini kupersembahkan:

Kedua orang tua ku tercinta,

adik-adikku, keluarga besarku, calon

pendamping hidupku dan

teman-teman semua yang selalu

(6)

ABSTRAK

Diky Rizky Fadilah. NIM 6661100168. Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari Dalam Menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.

Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa merupakan suatu terobosan baru yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat desa yang ada di Indonesia.Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa melibatkan banyak pihak untuk diimplementasikan, sehingga perlu adanya partisipasi yang tinggi dari semua pihak yang terkait.Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.Dalam menganalisis partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa, peneliti menggunakan tinjauan pustaka asas pengaturan desa.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Tanjungsari mempunyai partisipasi yang tinggi dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.Hal ini terlihat dari dukungan dan penilaian yang positif dari Aparatur Pemerintahan Desa dan Masyarakat Desa.Selain itu mereka siap untuk ikut berpartisipasi dengan berbagai tindakan dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran yaitu harus ada peningkatan intensitas pelatihan pengelolaan anggaran dana desa terhadap Pemerintah Desa. Selain itu, Aparatur Pemerintahan Desa Tanjungsari harus lebih aktif turun ke masyarakat desa untuk mengikutsertakan masyarakat desa yang belum berpartisipasi agar ikut berpartisipasi dalam menjalankan Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.

(7)

ABSTRACT

Diky Rizky Fadilah.NIM6661100168.Analysis Participation ofTanjungsari VillageGovernanceIn The Face ofLaw Number06Year2014About TheVillage.

Law Number06Year2014Aboutthe Villageis a new breakthroughaimed atthe welfare ofrural communitiesin Indonesia. Law Number06Year2014Aboutthe Villageinvolves manyparties tobe implemented, so thatthe need forhigh participationofallrelevant parties.This research was conductedinthe village ofTanjungsari, District Pabuaran, Serang. The purpose ofthis study was todetermine the participation ofTanjungsari VillageGovernancein the face ofLaw Number06Year2014About thevillage. The method usedin this researchis qualitative methodwithdescriptive approach. In analyzingthe participation ofTanjungsari villagegovernancein the face ofLaw Number06Year2014Aboutthe Village, researchersusing the literature review principles village setting. These results indicatethat theTanjungsari Villagehave high participationto faceLaw Number06Year2014About thevillage. This is evident fromthe positive assessment of the Tanjungsari Village Government and the Village Community. In addition they are ready to participate in various actions in the face of Law Number 06 Year 2014. Based uponthe results ofthis study, the researchersadvisethatthere should bean increase inbudget managementtraining intensitytovillage governmentfunding. In additionthe Tanjungsari Village Government must be active down to the villagers to angage rural communities that have not participated in order to participate in the running or Law Number 06 Year 2014 About the Village .

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa”.

Hasil penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil.Maka dengan ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan dan rasa hormat serta terima kasih penulis tujukan kepada:

1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

4. Mia Dwianna W, M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rahmawati, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 8. Leo Agustino, Ph.Dselaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan

waktunya untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan yang dilakukan selama ini.

9. Maulana Yusuf, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat bagi penulis dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan selama ini.

10.Seluruh Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11.Kepala beserta seluruh pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa Provinsi Banten yang telah banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini.

(10)

13.Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang beserta seluruh pegawai yang telah banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini. 14.Camat beserta seluruh pegawai Kecamatan Pabuaran yang telah memberikan

data dan Saran dalam penelitian ini.

15.Kepala Desa Tanjungsari dan Sekretaris Desa Tanjungsari yang telah memberikan data dan informasi dalam penelitian ini.

16.Ketua dan Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Desa Tanjungsari yang telah memberikan data dan informasi dalam penelitian ini.

17.Masyarakat Desa Tanjungsari yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini.

18.Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, motivasi serta semangat yang tiada terkira.

19.Keluarga penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta doa yang selalu mengiringi tiap langkah penulis.

20.Teman-teman Kelas A/Reguler (Unggun, Galih, Ilman, Dindin, Wahyu, Sughron, Akbar, dkk) serta teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

21.Terima kasih pula kepada seseorang yang telah mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini (Hesti Oktaviawati). Semoga akan terus menjadi penyemangat untuk penulis.

(11)

penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan masukan, baik kritik maupun saran dari pembaca yang membangun.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya bagi yang membaca dan semoga skripsi ini dapat membantu para peminat ilmu Administrasi Negara.Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan bagi khalayak yang ingin mengetahui tentang partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.

Serang, 26 Mei 2015 Penulis

Diky Rizky Fadilah

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... .... 17

1.3Pembatasan Masalah ... 18

1.4Rumusan Masalah ... 18

1.5Tujuan Penelitian ... 18

1.6Manfaat Penelitian ... 19

(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1Landasan Teori ... 21

2.1.1 Konsep Partisipasi ... 23

2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik ... 25

2.1.3 Konsep Desa 2.1.3.1 Pengertian Desa ... 27

2.1.3.2 Asas-asas Pengaturan Desa ... 28

2.1.3.3 Pembentukan Desa ... 29

2.1.3.4 Pemerintah Desa ... 31

2.1.3.5 Kepala Desa ... 32

2.1.3.6 Perangkat Desa ... 37

2.1.3.7 Badan Permusyawaratan Desa ... 37

2.1.3.8 Keuangan Desa ... 38

2.2Penelitian Terdahulu ... 39

2.3Kerangka Pemikiran Penelitian ... 41

2.4Asumsi Dasar Penelitian ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 46

3.2 Fokus Penelitian ... 47

3.3 Lokasi Penelitian ... 47

3.4 Fenomena yang Diamati... 48

3.4.1 Definisi Konsep ... 48

(14)

3.5 Instrumen Penelitian ... 49

3.6 Informan Penelitian ... 50

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 52

3.8 Pengujian Keabsahan Data ... 58

3.9 Jadual Penelitian ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 60

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Serang ... 60

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Pabuaran ... 61

4.1.3 Gambaran Umum Desa Tanjungsari ... 66

4.2Deskripsi Data ... 75

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 75

4.2.3 Deskripsi Informan Penelitian ... 77

4.2.3 Analisis Data ... 78

4.2.3.1Pengumpulan Data Mentah ... 78

4.2.3.2Transkip Data ... 79

4.2.3.3Koding Data ... 79

4.2.3.4Kategorisasi Data ... 80

4.2.3.5Penyimpulan Sementara ... 81

4.2.3.6Triangulasi ... 82

4.3Deskripsi Hasil Penelitian ... 83

4.3.1 Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari Dalam Menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa ... 83

(15)

4.3.1.2 Perencanaan Pemerintahan Desa Tanjungsari ... 88

4.3.1.3 Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Tanjungsari ... 91

4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Rekapitulasi Nama-Nama Desa Terbaik Tingkat Provinsi

Banten 2013 ... 15

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 51

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 54

Tabel 3.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 58

Tabel 4.1 Letak Geografis Desa/Kelurahan di Kecamatan Pabuaran, 2012 ... 62

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Pabuaran, 2012 ... 63

Tabel 4.3 Status Perdesaan dan Perkotaan Menurut Desa/Kelurahan diKecamatan Pabuaran, 2012 ... 63

Tabel 4.4 Banyaknya Kampung/Dusun, Rukun Warga (RW), dan Rukun Tetagga (RT) Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Pabuaran, 2012 ... 64

Tabel 4.5 Status Pemerintahan dan Ibu Kota Desa/Kelurahan di Kecamatan Pabuaran, 2012 ... 65

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Desa/Kelurahan Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Pabuaran, 2012 ... 65

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ... 67

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 68

(17)

Tabel 4.10 Rekapitulasi Nama-Nama Desa Terbaik Tingkat

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Prasasti Peresmian Kampung Pancasila ... 14 Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya

Irawan ... 57 Gambar 4.1 Piagam Penghargaan Juara 1 Lomba K3 (Kebersihan,

Ketertiban dan Keindahan) di Kecamatan Pabuaran

Kabupaten Serang Tahun 2012 ... 70 Gambar 4.2 Piagam Penghargaan Juara 1 Lomba Desa Tingkat

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang Dalam Rangka

Peringatan HUT RI ke 68 Tahun 2013 ... 71 Gambar 4.3 Piagam Penghargaan Lunas PBB Urutan ke 2 Tingkat

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 2 Catatan Lapangan

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Lampiran 4 Transkip Data

Lampiran 5 Koding Data Lampiran 6 Member Chek

Lampiran 7 Daftar Hadir Bimbingan Skripsi Lampiran 8 Dokumentasi Foto Hasil Penelitian

Lampiran 9 Daftar Juara Lomba Desa Tingkat Provinsi Banten 2014 Lampiran 10 RPJMDes Desa Tanjungsari 2015-2019

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bersama orang lain di tengah-tengah masyarakat, dan tidak bisa hidup sendiri. Kehidupan masyarakat memerlukan tatanan, sistem dan landasan atau komitmen dasar yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bersama.Demokrasi merupakan suatu sistem dan tatanan yang dipandang mampu menampung segala permasalahan dan aspirasi yang berkembang di dalam kehidupan bermasyarakat.Kehidupan demokratis memang sangat diperlukan dan memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

(21)

sangat penting bagi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya di Indonesia.

Salah satu hal yang paling berkaitan dengan demokrasi adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.Apakah kebijakan yang dibuat sesuai dengan jalan demokrasi atau tidak, pro rakyat atau tidak. Dengan adanya suatu kebijakan yang pro rakyat maka demokrasi akan berjalan dengan semestinya. Tetapi perlu diingat bahwa keberhasilan dalam suatu implementasi kebijakan tidak hanya dilihat dari kebijakannya saja, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan.

(22)

Munculnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bukanlah finalisasi dari proses besar demokratisasi suatu otonomi, melainkan langkah awal dari proses demokrasi yang besar. undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengakui adanya otonomi yang dimiliki desa ataupun dengan sebutan lain, dikatakan demikian mengingat bahwa ujung tombak pelaksanaan pemberdayaan rakyat berada pada tingkat desa, karena hakikat otonomi daerah selain demokratisasi dan desentralisasi, juga mengandung misi pemberdayaan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

(23)

perundang-undangan sebelumnya, karena pengakuan otonomi yang dimiliki oleh desa sangatlah jelas.

Secara historis, desa merupakan cikal-bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara dan bangsa ini terbentuk.Struktur sejenis desa, masyarakat adat dan sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukan dengan tingkat keragaman yang tinggi. Ini mengandung makna bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai dengan kewenangan asli maupun yang diberikan, yang menyangkut peranan pemerintah desa sebagai penyelenggara pelayanan publik di desa dan sebagai pendamping dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang melibatkan masyarakat di tingkat desa. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, pemerintah desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam mendukung proses pelaksanaan pembangunan di setiap desa adalah adanya kepastian keuangan untuk pembiayaannya.

(24)

tapi juga dimulai di desa.Melalui UU Desa, setiap desa memiliki hak mengatur rumah tangganya sendiri dengan tidak meninggalkan asal-usul serta kearifan lokal (local wisdom) setempat. Bukan sebaliknya, semua kewenangan rumah tangga desa ada dalam urusan pemerintahan sebagaipengatur negara.

Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa terdiri dari 16 BAB dan 122 Pasal. Isi Undang-Undang Desa tersebut adalah:

1. BAB I : Ketentuan Umum, Pasal 1-4

2. BAB II : Kedudukan dan Jenis Desa, Pasal 5-6 3. BAB III : Penataan Desa, Pasal 7-17

4. BAB IV : Kewenangan Desa, Pasal 18-22

5. BAB V : Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pasal 23-66 6. BAB VI : Hak dan Kewajiban Desa dan Masyarakat Desa,

Pasal 67-68

7. BAB VII : Peraturan Desa, Pasal 69-70

8. BAB VIII : Keuangan Desa dan Aset Desa, Pasal 71-77

9. BAB IX : Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Pasal 78-86

10.BAB X : Badan Usaha Milik Desa, Pasal 87-90 11.BAB XI : Kerjasama Desa, Pasal 91-93

12.BAB XII : Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa, Pasal 94-95

(25)

15.BAB XV : Ketentuan Peralihan, Pasal 116-118 16.BAB XVI : Ketentuan Penutup, Pasal 119-122

Ada beberapa poin penting yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa.Pertama,dengan disahkannya Undang-Undang Desa maka tiap desa akan mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat melalui APBN lebih kurang Rp. 1 Miliar per tahun. Hal tersebut dijelaskan pada Pasal 72 Ayat 1, mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf b. disebutkan “alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”.selain itu dalam Pasal 72 Ayat 1 Huruf d, disebutkan "alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota". Selanjutnya dalam Pasal 72 Ayat 4, disebutkan "Alokasi danaDesa sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 Huruf d paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus".

Kedua, menyangkut penghasilan tetap kepala desa. Menurut Pasal 66 “Kepala Desa dan Perangkat Desa memperoleh gaji dan penghasilan tetap setiap bulan.” Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa bersumber dari dana perimbangan dalam APBN yang diterima oleh kabupaten/kota ditetapkan oleh APBD. Selain penghasilan tetap yang dimaksud, Kepala Desa dan Perangkat Desa juga memperoleh jaminan kesehatan dan penerimaan lainya yang sah.

(26)

dengan masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa, mereka bisa menjabat paling banyak tiga kali masa jabatan, baik secara berturut turut maupun tidak berturut-turut. Hal Ini berbeda dengan Undang-Undang yang berlaku sebelumnya yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004, Kepala Desa dan BPD hanya bisa menjabat paling banyak dua kali masa jabatan.

Selain tiga hal yang telah peneliti paparkan, dalam UU Desa tersebut akan ada pembagian kewenangan tambahan dari pemerintah daerah yang merupakan kewenangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan yang merupakan pendapatan desa yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 72 UU Desa ayat (5) “Dalam rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan kepadaPerangkat Desa yang ditunjuk”.

Kemudian, poin penting terakhir dalam Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa adalah peran BPD.Menurut pasal 55 UU, Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:

a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan

c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

(27)

Titik krusial dalam poin penting yang telah peneliti paparkan, terdapat pada keuangan desa. UU Desa ini mengatur tentang alokasi dana dari pemerintah pusat, desa juga dimungkinkan mendapat kucuran dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi, Kabupaten/Kota. UU ini juga mengharuskan membentuk semacam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tingkat desa, yakni BPD.Badan di tingkat desa ini berperan untuk turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Dan, pemerintah kota serta pemerintah kabupaten akan melakukan pendampingan, termasuk penyusunan budgeting. Sementara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ikut aktif mengawasi penggunaan danatersebut.

Pada tahun 2014 ini Undang-undang Desa mulai diimplementasikan untuk seluruh desa di semua Provinsi di Indonesia.Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang menyatakan siap melaksanakan amanat Undang-undang Desa ini.Dalam mengimplementasikannya dibutuhkan partisipasi masyarakat yang tinggi agar undang-undang tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan.

(28)

atau sekedar menerima sosialisasi kebijakan desa, melainkan ikut menentukan kebijakan desa sejak awal.

Partisipasi masyarakat desa, misalnya, bisa dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam merumuskan kebijakan pembangunan (rencana strategis desa, program pembangunan dan APBDES, dan lain-lain), antara lain melalui forum RT, Musbangdus, Musbangdes maupun Rembuk Desa. Forum-forum itu juga bisa digunakan bagi pemerintah desa untuk mengelola akuntabilitas dan transparansi, sementara bagi masyarakat bisa digunakan untuk voice, akses dan kontrol terhadap pemerintah desa.

Secara substantif, partisipasi masyarakat mencakup tiga hal. Pertama, voice (suara): setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk menyampaikan suaranya dalam proses pembangunan. Pemerintah, sebaliknya mengakomodasi setiap suara yang berkembang dalam masyarakat yang kemudian dijadikan sebagai basis perencanaan pembangunan.Kedua, akses, yakni setiap warga mempunyai kesempatan untuk mengakses atau mempengaruhi perencanaan pembangunan desa dan akses terhadap sumber daya lokal.Ketiga, kontrol, yakni setiap warga atau elemen-elemen masyarakat mempunyai kesempatan dan hak untuk melakukan pengawasan (kontrol) terhadap lingkungan kehidupan dan pelaksanaan pembangunan.

(29)

pemerintahan di desa. Sebab, masyarakat desa sangat sadar keberadaan institusi-institusi demokrasi desa selama ini berada dalam kondisi yang tidak kondusif dalam mendorong menegakkan demokrasi pada level akar rumput (masyarakat pedesaan).

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi sering kali ditentukan secara masif yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan keputusan.Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai tahap perencanaan pengambilan keputusan.

(30)

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat Community Devlopment sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya.Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru. Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan di mana peran pemerintah dan di mana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergi.

(31)

Kenyataan partisipasi masyarakat desa yang dianggap kunci keberhasilan pembangunan otonomi daerah justru hanya merupakan partisipasi manipulatif.Artinya masyarakat desa tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk melibatkan diri dalam pembangunan di desanya. Bahkan banyak objek pembangunan pedesaan yang masih dilakukan secara sepihak dari atas (Top-Down). Sehingga sasaran pembangunan tidak sesuai dengan aspirasi dan harapan masyarakat setempat.

Tentang tujuan Otonomi Desa, baik undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 telah menjelaskan salah satu tujuan dari implementasi otonomi desa tersebut adalah: ” Otonomi Desa dapat menjadi wahana yang baik bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, melalui implementasi otonomi desa, diharapkan prakarsa dari pembangunan tumbuh dan berkembang dari aspirasi masyarakat desa, sehingga masyarakat desa akan memiliki Sense of Belonging

dari setiap derap dan hasil pembangunan di desanya”

(32)

terhadap pembangunan kehidupan bersama-sama warga desa.Partisipasi pada intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai ”pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Dalam penelitian mengenai analisis partisipasi desa dalam menghadapi Undang-undang Desa ini, peneliti mengambil lokus penelitian di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang.Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang peneliti mengambil lokus penelitian di Desa Tanjungsari.Pertama, peneliti tertarik mengambil lokus penelitian di Desa Tanjungsari karena desa tersebut memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh desa lain di Provinsi Banten, yaitu desa Tanjungsari diberikan penghargaan sebagai Kampung Pancasila.

Menurut penuturan Gunawan (Camat Pabuaran) dalam wawancara peneliti pada 28 Oktober 2014 mengenai sebutan Kampung Pancasila terhadap Desa Tanjungsari, beliau mengatakan bahwa:

“Desa Tanjungsari mempunyai sebutan Kampung Pancasila, mengapa disebut Kampung Pancasila? Karena masyarakat Desa Tanjungsari sangat berbudaya, dan di sana ada tokoh masyarakat yang pernah menjadi ketua MPR tertua yakni H. Mahmud pada zaman Orde Baru dan pernah jadi camat pertama di sini, dan diproklamirkan oleh Kodim 0602/Serang untuk dijadikan Kampung Pancasila.”

(33)

MBA, pada 03 Oktober 2011.Prasasti tersebut menyatakan bahwa Desa Tanjungsari mendapat sebutan Kampung Pancasila.

Prasasti ini merupakan prasasti satu-satunya yang hanya diberikan kepada Desa Tanjungsari.Sebelumnya, bahkan sampai sekarang tidak ada lagi kampung pancasila yang lain, hanya ada satu kampung pancasila di Banten, yakni di Desa Tanjungsari.Hal ini merupakan hal yang sangat membanggakan, karena gelar sebagai kampung pancasila tidak mudah didapat, apalagi sampai disahkan oleh Bupati. Tapi di sisi lain, gelar atau sebutan ini merupakan suatu amanah yang sangat besar kepada Desa Tanjungsari agar isi dan makna dari pancasila dapat diterapkan di Desa Tanjungsari, (lihat Gambar 1.1).

Gambar 1.1

Prasasti Peresmian Kampung Pancasila

(34)

Selain itu, peneliti tertarik mengambil lokus penelitian di Desa Tanjungsari dikarenakan, pada perlombaan desa terbaik se-Provinsi Banten yang diadakan oleh BPPMD Provinsi Banten pada tahun 2014, Desa Tanjung sari mendapatkan prestasi sebagai Desa Terbaik ke 3 se-Provinsi Banten, (lihat Tabel 1.1).

Tabel 1.1

Rekapitulasi Nama-Nama Desa Terbaik Tingkat Provinsi Banten 2013

No Nama Desa Kecamatan Kabupaten/Kota Juara Desa 1 2 3 1 Desa Pagedangan Kecamatan

Pagedangan Kabupaten Tangerang 2 Desa Sawarna Timur Kecamatan

Bayah Kabupaten Lebak 3 Desa Tanjungsari Kecamatan

Pabuaran Kabupaten Serang Sumber : BPPMD Provinsi Banten (2014)

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, masih ditemukan berbagai permasalahan mengenai partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Desa ini.Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui bersama, dan sangat perlu adanya pembahasan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

(35)

karena dapat menjadi stimulanbagi peningkatan pembangunan perdesaan. Tetapi di sisi lain, peneliti mengkhawatirkan sosialisasi undang-undang yang belum begitu maksimal dapat menyebabkan kurangnya pemahaman aparatur desa dan warga desa dalam mengimplementasikan Undang-undang Desa yang baru ini.

Sahroni (Sekretaris Desa Tanjungsari) berkomentar mengenai kurangnya sosialisasi Undang-undang Desa ini. Dalam wawancara peneliti pada 28 Oktober 2014, Sahroni mengatakan bahwa:

“Kalau setingkat kecamatan sudah, setingkat desa untuk orang desanya sudah, Kepala Desanya sudah, saya sudah. Tapi kalau kita ke masyarakatnya belum, tapi maksudnya secara khusus sosialisasi belum, tapi di desa kan kental dengan kegiatan, misalnya kegiatan pengajian, kita sudah sampaikan tapi bukan secara khusus. Mengingat desa ini dalam rangka pelaksanaan Undang-undang no 06 tahun 2014, desa akan mendapatkan dana 10 % dari pusat”.

Kedua, ada perbedaan pandangan dari masyarakat dalam menilai Undang-undang tersebut.Ada yang menginginkan agar Undang-Undang-undang tersebut segera direalisasikan, namun aja juga yang berpandangan bahwa Undang-undang ini mengkhawatirkan, apalagi jika dilihat dari kesiapan SDM di Desa Tanjungsari.

Abdullah (Ketua BPD Tanjungsari) berkomentar mengenai dukungannya terhadap Undang-undang Desa ini. Dalam wawancara peneliti terhadap pak Abdullah, beliau mengatakan bahwa:

(36)

Di sisi lain, Abunyamin (LPM Desa Tanjungsari) berkomentar mengenai kekhawatirannya terhadap Undang-undang Desa ini. Dalam wawancara peneliti, beliau mengatakan bahwa:

“Ya mudah-mudahan dengan kucuran dana ini, dengan undang-undang desa ini bisa mengurangi pengangguran di desa, dan bisa mengurangi urbanisasi-urbanisasi di perkotaan, sehingga orang tidak bertumpuk di perkotaan. Kalaupun dana ini benar-benar turun ke desa, Kepala Desa berkewajiban untuk merekrut masyarakatnya, membuka lapangan pekerjaan, menggali potensi di desa. Intinya saya sangat setuju adanya kue pusat yang diturunkan ke desa, Cuma saya khawatirnya jika Kepala Desa ini nyeleweng, nanti Kepala Desa saya ini ditangkap KPK. Saya khawatir nanti KPK ini bermain di akar rumput, di desa. Orang kampung bilang “sing bisa, kudu bisa, pabisa-bisa”, artinya dana sekian yang diturunkan itu tidak menutup kemungkinan untuk bocor. Sementara mereka harus mengondisikan dana itu secara tepat sasaran”.

Dari latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah peneliti ungkapkan dalam latar belakang masalah, peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang menyangkut Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu:

(37)

ini. Sekretaris Desa Tanjungsari menyatakan bahwa belum ada sosialisasi Undang-undang ini kepada masyarakat desa secara khusus. 2) Adanya pro dan kontra dari masyarakat desa, serta kekhawatiran

dalam mengimplementasikan Undang-undang Desa tersebut, sehingga akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang tersebut.

1.3Pembatasan Masalah

Setelah mengidentifikasikan beberapa masalah yang telah peneliti paparkan, maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti yaitu terkait dengan partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa. Peneliti menggunakan tinjauan pustaka berdasarkan pada asas partisipasi pengaturan desa pada Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah peneliti buat, maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:“Bagaimanakahpartisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 tahun 2014 tentang Desa?”

1.5Tujuan Penelitian

(38)

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin peneliti peroleh dari penelitian peneliti yang berjudul “Analisis Partisipasi DesaTanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa” di antaranya adalah:

1. Secara Teoritis

Jika dilihat secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan teori-teori yang sudah ada, selain itu dapat mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan yang ada kaitannya dengan ilmu administrasi negara terutama dengan konsentrasi kebijakan publik.

2. Secara Praktis

(39)

penting bagi semua pihak yang berkaitan dengan Undang-undang tersebut.

1.7Sistematika penulisan

Sistematika dalam penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB I yaitu pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah yang menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif. Identifikasi Masalah yaitu masalah yang muncul dimana berkaitan dengan tema/judul penelitian.Pembatasan dan perumusan Masalah yaitu menetapkan masalah yang paling urgen yang sesuai dengan judul penelitian serta mendefinisikan masalah yang telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi operasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(40)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam BAB III yaitu metodologi penelitian terdiri instrument penelitian yang menjelaskan proses penyusunan data dan jenis alat yang digunakan dalam pengumpulan data serta teknik penentuan kualitas instrument. Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam BAB IV yaitu hasil penelitian terdiri dari desain penelitian yang merupakan pemaparan mengenai metode penelitian secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB V PENUTUP

Dalam BAB V yaitu penutup, peneliti memaparkan Kesimpulan dan Saran yang diungkapkan peneliti terkait dengan judul penelitian yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Teori menurut Kerlinger dalam Sugiyono(2012:41) mengemukakan bahwa:

“Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.”

Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

William Wiersma dalam Sugiyono (2012:41) menyatakan bahwa: “A theory is a generalization or series of generalization by which we attempt to

explain some phenomena in a systematic manner.” Selain itu, teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.Cooper dan Schindler dalam Sugiyono (2012:41) menyatakan bahwa:“A theory is a set of systematically interrelated concepts, definition, and proposition that are advanced to explain and predict

(42)

Teori merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.Dari beberapa pengertian teori, peneliti dapat menyimpulkan bahwa teori merupakan seperangkat konsep dan definisi untuk menganalisis suatu fenomena secara sistematik dan holistik.Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam peneliatian.

Oleh karena itu, peneliti akan menguraikan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Beberapa hal yang akan diuraikan adalah mengenai, konsep kesiapan, konsep tata kelola, konsep kebijakan, dan konsep mengenai desa.

2.1.1 Konsep Partisipasi

Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan.Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan.Ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi.

(43)

pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat.Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.

Keempat, partisipasi dalam evaluasi.Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya.Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama.

2. Bentuk Partisipasi

(44)

a. Partisipasi Vertikal

Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien.

b. Partisipasi horizontal

Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.

Menurut Basrowi yang dikutip Siti Irene Astuti D (2011: 58), partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Partisipasi fisik

“Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha sekolah.”

b. Partisipasi non fisik

“Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.”

2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik

(45)

Para sarjana menekankan aspek kebijakan umum (public polcy, beleid)

menganggap bahwa setiap masyarakat mempunyai beberapa tujuan bersama. Cita-cita bersama ini ingin dicapai melalui usaha bersama, dan untuk itu perlu ditentukan rencana-rencana yang mengikat, yang dituang dalam kebijakan

(policies) oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah (Budiardjo:2008:20).

Pengertian Kebijakan menurut Friedrich (dalam Agustino, 2006:7) sebagai berikut:

Kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulakan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Menurut Carl Friedrich (dalam Abdul Wahab, 2008 : 3) menyatakan bahwa kebijaksanaan adalah :

Suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

(46)

1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis dan finansial untuk melakukannya.

2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di masyarakat.

3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.

4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan tertentu.

5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh sesorang atau beberapa orang aktor. Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan, bukan sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan. Keputusan yang telah dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga pemerintah.

Literatur ilmu politik tradisional dipenuhi oleh definisi-definisi mengenai kebijakan publik. Pendefinisian ini berguna untuk menyediakan sarana komunikasi bagi para perumus dan analisis kebijakan publik juga dalam rangka menentukan definisi operasional ketika para peneliti melakukan penelitian lapangan yang membutuhkan definisi secara tepat. Dalam penelitian ini, definisi yang peneliti simpulkan adalah keputusan pemerintah untuk mengatur berbagai bidang kehidupan dalam bernegara.

2.1.3 Konsep Desa

2.1.3.1Pengertian Desa

(47)

yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pengertian desa juga dijelaskan dalam Undang-undang No 06 Tahun 2014 tentang Desa. Menurut Undang-undang No 06 Tahun 2014, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalahkesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.3.2Asas-Asas Pengaturan Desa

Di dalam Undang-undang Desa yang baru, dalam membuat pengaturan desa terdapat asas-asas desa yang harus diperhatikan.Menurut Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa pasal tiga, asas-asas tersebut di antaranya adalah:

(48)

f) kekeluargaan; g) musyawarah; h) demokrasi; i) kemandirian; j) partisipasi; k) kesetaraan;

l) pemberdayaan; dan m) keberlanjutan.

2.1.3.3Pembentukan Desa

Pembentukan desa diatur menurut Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa pasal delapan, yakni:

1. Pembentukan Desa merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada.

2. Pembentukan Desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat Desa, serta kemampuan dan potensi Desa.

3. Pembentukan Desa harus memenuhi syarat:

a. batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;

(49)

1) wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu dua ratus) kepalakeluarga;

2) wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu) kepala keluarga;

3) wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepalakeluarga;

4) wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau 600(enam ratus) kepala keluarga; 5) wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu

lima ratus) jiwa atau 500 (limaratus) kepala keluarga;

6) wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan KalimantanSelatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400 (empat ratus) kepala keluarga;

7) wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utarapaling sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga ratus) kepala keluarga;

8) wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwaatau 200 (dua ratus) kepala keluarga; dan

9) wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa atau 100 (seratus) kepalakeluarga.

(50)

d. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adatistiadat Desa;

e. memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber dayaekonomi pendukung;

f. batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalamperaturan Bupati/ Walikota;

g. sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan

h. tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat PemerintahDesa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Dalam wilayah Desa dibentuk dusun atau yang disebut dengan nama lain yang disesuaikan dengan asalusul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa.

5. Pembentukan Desa dilakukan melalui Desa persiapan. 6. Desa persiapan merupakan bagian dari wilayah Desa induk.

7. Desa persiapan dapat ditingkatkan statusnya menjadi Desa dalamjangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun.

8. Peningkatan status dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi.

2.1.3.4Pemerintah Desa

(51)

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa

c. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota

d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang perundangan diserahkan kepada desa

2.1.3.5Kepala Desa

1) Pemilihan Kepala Desa

Penjelasan mengenai pemilihan Kepala Desa dijelaskan pula dalam Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 pasal 26, yakni:

1. Kepala desa dipilihlangsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesiayang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perdayang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.

2. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa, ditetapkan sebagai kepala desa.

(52)

4. Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembalihanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

5. Kepala desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah pemilihan.

6. Sebelum memangku jabatannya, kepala desa mengucapkan sumpah/janji.

7. Susunan kata-kata sumpah/janji, dimaksud adalah sebagai berikut: "Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akanmemenuhi kewajiban saya selaku kepala desa dengan sebaik-baiknya,sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalammengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; danbahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundangundangandengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah, danNegara Kesatuan Republik Indonesia".

2) Tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban Kepala Desa

Penjelasan mengenai tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban Kepala Desa dijelaskan pula dalam Undang-undang No 06 Tahun 2014, yakni:

1. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

(53)

b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa; d. menetapkan Peraturan Desa;

e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; f. membina kehidupan masyarakat Desa;

g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapaiperekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkankesejahteraan masyarakat Desa;

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; l. memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinyasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Ada beberapa hak yang dimiliki oleh Kepala Desa dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa berhak:

(54)

b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;

c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, sertamendapat jaminan kesehatan; d. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang

dilaksanakan; dan

e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat Desa.

4. Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa berkewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan NegaraKesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa; d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan; e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender; f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,

transparan, profesional, efektif danefisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme;

g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa;

(55)

j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;

k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa; l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;

m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa; n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa; o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup; dan

p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa.

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban, Kepala Desa wajib:

a. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran kepadaBupati/Walikota;

b. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan kepadaBupati/Walikota;

c. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran; dan

(56)

2.1.3.6Perangkat Desa

Menurut Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 pasal 48:

1. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalammelaksanakan tugas dan wewenangnya.

2. Perangkat diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/Walikota.

3. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

4. Perangkat Desa diangkat dari warga Desa yang memenuhipersyaratan: a. berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang

sederajat;

b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun;

c. terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling kurang 1 (satu) tahunsebelum pendaftaran; dan

d. syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

2.1.3.7Badan Permusyawaratan Desa

(57)

permusyawaratan desa dipilih dari dan oleh anggota badan permusyawaratan desa.Masa jabatan anggota badan permusyawaratan desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan badan permusyawaratan desa diatur dalam Perda yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

2.1.3.8Keuangan Desa

Keuangan Desa menurut Undang-undang No 06 Tahun 2014 pasal 71, Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Hak dan kewajiban menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.

Pendapatan Desa bersumber dari:

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong,dan lain-lain pendapatan asli Desa;

b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota; d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan

yang diterima Kabupaten/Kota;

e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;

(58)

Alokasi anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersumber dari Belanja Pusat denganmengefektifkan program yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan.Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% dari pajak dan retribusi daerah.Alokasi dana Desa paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja, dan pembiayaan Desa.Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa diajukan oleh Kepala Desa dan dimusyawarahkan bersama Badan Permusyawaratan Desa.Sesuai dengan hasil musyawarah, Kepala Desa menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa.Dalam melaksanakan kekuasaan keuangan, Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.Ketentuan lebih lanjut mengenai Keuangan Desa diatur dalam Peraturan Pemerintah.

2.2 Penelitian Terdahulu

(59)

teliti. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Adapun hasil penelitian terdahulu tersebut yakni:

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Agus Subroto dalam Tesisnya yang berjudul “Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008)”.Dalam penelitian tersebut, ada tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan daerah.

(60)

guna). Efektifitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik.

Dalam penelitian tersebut akuntabilitas sistem pengelolaan ADD dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).Prinsip atau kaidah-kaidah good governance adalah adanya partisipasi, transparansi dan kebertanggungjawaban dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan.Pengelolaan ADD sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunan di desa, sudah seharusnya memegang teguh prinsip-prinsip yang merupakan indikator goodgovernance tersebut.

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Agus Subroto dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti memfokuskan penelitian pada partisipasi desa dalam menghadapi undang-undang desa, sedangkan Agus Subroto memfokuskan penelitiannya pada akuntabilitas pengelolaan ADDuntuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2005:65). Untuk mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut:

(61)

Undang-undang (UU) Desa, ini berarti mengisyaratkan bahwa pembangunan Indonesia tidak hanya terjadi di perkotaan, tapi juga dimulai di desa.

Poin terpenting dalam undang-undang baru ini terdapat pada pasal 72 ayat (1) huruf b, yang menyatakan bahwa setiap desa akan menerima dana yang bersumber dari APBN. UU Desa ini mengatur tentang alokasi dana dari pemerintah pusat, desa juga dimungkinkan mendapat kucuran dana dari APBD Provinsi, Kabupaten/Kota.

Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang menyatakan siap untuk mengimplementasikan Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa.Di Provinsi Banten terdapat empat Kabupaten, di antaranya adalah Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Serta ada empat Kota, yakni Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dari banyaknya Kabupaten dan Kota di Banten, terdapat desa-desa terbaik setiap tahunnya yang terpilih berdasarkan lomba desa yang diadakan oleh Pemerintah Provinsi Banten.

(62)

2014 Tentang Desa dengan lokus penelitian di Desa Tanjungsari Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang.

(63)

INPUT

1. Kurangnya sosialisasi Undang-Undang Nomor 06 tahun 2014 tentang Desa.

2. Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap pelaksanaan Undang-undang No 06 tahun 2014 tentang Desa.

Asas Pengaturan Desa dalam Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa : Asas Partisipasi

Analisis Partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang No 06 Tahun 2014 Tentang Desa

OUTPUT

(64)

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

(65)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:1) adalah:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.

Sedangkan metode kualitatif menurut Irawan (2006:4.31), adalah:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang cenderung bersifat deskriptif, naturalistic, dan berhubungan dengan “sifat data” yang murni kualitatif. Temuan dalam penelitian kualitatif bersifat kasusistik, unik, dan tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan ke konteks lain. Instrument pengumpulan data dalam metode kualitatif tidak bersifat terstruktur, terfokus, “rigid”, dan spesifik, seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi lebih bersifat longgar, fleksibel dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kebutuhan.

Metode penelitian kualitatif ini sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah yaitu objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah.

(66)

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual mengenai partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa.

3.2Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai batasan masalah, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono:2012:32). Adapun fokus penelitian yang peneliti teliti adalah terkait partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa, khususnya mengenai tanggapan dan dukungan masyarakat maupun Pemerintah Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014, sehingga peneliti dapat memberikan rekomendasi terhadap permasalahan dalam hal partisipasi di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang.

3.3Lokasi Penelitian

(67)

3.4Fenomena yang diamati

3.4.1 Definisi Konsep

Fenomena yang diamati dalam penelitian ini yaitu mengenai analisis asas pengaturan desa dengan fokus partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa.Konsep mengenai asas pengaturan desa merupakan hal yang sangat penting di dalam implementasi Undang-undang Desa Nomor 06 Tahun 2014.

3.4.2 Definisi Operasional

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa fenomena yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu mengenai partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang No 06 Tahun 2014 tentang Desa. Beberapa poin penting mengenai fenomena yang akan diamati tersebut akan peneliti analisis dengan menggunakan asas pengaturan desa berdasakan pada Undang-undang No 06 Tahun 2014 tentang Desa sebagai acuannya.

Di dalam Undang-undang Desa yang baru, dalam membuat pengaturan desa terdapat asas-asas desa yang harus diperhatikan.Menurut Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa pasal tiga, asas-asas tersebut di antaranya adalah:

(68)

d) kebersamaan; e) kegotongroyongan; f) kekeluargaan; g) musyawarah; h) demokrasi; i) kemandirian; j) partisipasi; k) kesetaraan;

l) pemberdayaan; dan m) keberlanjutan.

3.5Instrumen Penelitian

Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam penelitian disebut juga instrument penelitian atau dengan kata lain bahwa pada dasarnya instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati.

(69)

melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:59).

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Lofland & Loflang (dalam Basrowi & Suwandi:2008:169), sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti dokumen, dan lain-lain. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa pedoman wawancara, buku catatan, kamera digital dan alat perekam.

3.6Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan ini terbagi menjadi dua, yaitu informan kunci (key informan) dan informan sekunder (secondary informan).

Adapun dalam penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive, yaitu teknik pengambilan data dari informan dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan penelitian merupakan orang yang mengetahui tentang partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang No 06 Tahun 2014 tentang Desa, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang diharapkan.

(70)

mengetahui partisipasi Desa Tanjungsari dalam menghadapi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu: (lihat Tabel 3.1).

Tabel 3.1

a. Pemerintah Desa Tanjungsari: - Kepala Desa

- Sekretaris Desa - Kaur Umum - Kasi Pemerintahan - Kaur Keuangan

b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tanjungsari:

a. Tokoh Masyarakat Desa Tanjungsari:

-Tokoh Agama -Sesepuh Desa b. RT Desa Tanjungsari:

-RT 02 -RT 07

c. RW Desa Tanjungsari: -RW 01

a. LPM Desa Tanjungsari

b. Ketua TP.PKK Desa Tanjungsari

(71)

3.7Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono:2012:63).

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatapan muka antara pewawancara dan informan dengan menggunakan pedoman wawancara (Nazir:2009:193). Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indeph interview)adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orangyang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Gambar

Gambar 1.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya Irawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian kalori yang adekuat sangat penting untuk membuat keseimbangan nitrogen menjadi positi>. Menghitung kebutuhan kalori pada ))$ lebih rumit karena harus diperhitungkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan angka kejadian osteoarthritis lutut primer di Rumah Sakit PHC Surabaya. Metode:

Berdasarkan data, sebesar 75% kabupaten di Indonesia pada tahun 2005 memiliki nilai jumlah penduduk miskin dibawah 114200.. Namun di tahun 2011, 75% kabupaten di Indonesia

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa apoteker di apotek milik PSA di Wilayah Surabaya Utara, dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian sudah memenuhi Peraturan

Untuk mengatasi masalah tersebut maka uji statistik yang dianjurkan (uji yang tepat) dalam menganalisis beda lebih dari dua mean adalah uji ANOVA atau Uji F.. Prinsip uji Anova

Jenis penelitian yang digunakan peneliti atau penulis untuk meneliti (mengetahui) ada atau tidaknya pengaruh penerapan education games terhadap peningkatan hasil

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan, atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif dapat disebut sebagai data berupa angka dalam arti

kuat, tetapi apabila tidak ada tokoh yang mampu jadi pelopor atau secara sosiologis menjadi agen perubahan ( agent of change ), maka kemunculan karya baru dalam