ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU, HARGA, DAN PELAYANAN PADA PRODUK SEPEDA MOTOR
Studi Kasus Produk Sepeda Motor Suzuki Shogun di Suzuki Mataram
Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
HERIBERTUS HERISUKAMTA NIM : 991334031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU, HARGA, DAN PELAYANAN PADA PRODUK SEPEDA MOTOR
Studi Kasus Produk Sepeda Motor Suzuki Shogun di Suzuki Mataram
Yogyakarta
Oleh :
HERIBERTUS HERISUKAMTA NIM : 991334031
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
SKRIPSI
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU, HARGA, DAN PELAYANAN PADA PRODUK SEPEDA MOTOR
Studi Kasus Produk Sepeda Motor Suzuki Shogun di Suzuki Mataram Yogyakarta
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
HERIBERTUS HERISUKAMTA NIM : 991334031
Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji Pada tanggal 13 April 2007
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. ...
Sekretaris S.Widanarto P., S.Pd., M.Si. ...
Anggota E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A. ...
Anggota Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. ...
Anggota Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. ...
Yogyakarta, 13 April 2007
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
MOTTO
Kerjakanlah segala sesuatu dengan sepenuh hati, bukan hanya karena orang
lain mengatakan bahwa anda harus mengerjakannya, melainkan karena anda
percaya bahwa anda harus mengerjakannya.
( J. D. Walters )
Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.
( PKH 3:11 )
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan kamu
akan menerimannya.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan pada :
Universitas Sanata Dharma
Jesus dan Bunda Maria
Bapak dan Ibu yang terkasih
Kakak dan adikku
Sahabat-sahabatku
Tri Wahyuningsih
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 April 2007
Penulis
ABSTRAK
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU, HARGA, DAN PELAYANAN PADA PRODUK SEPEDA MOTOR
Studi Kasus di PT. Suzuki Mataram Yogyakarta
Heribertus Herisukamta Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) karakteristik konsumen, (2) prioritas utama konsumen dalam melakukan pembelian, (3) perbedaan kepuasan konsumen terhadap mutu ditinjau dari jenis kelamin, (4) perbedaan kepuasan konsumen terhadap mutu ditinjau dari tingkat pendapatan, (5) perbedaan kepuasan konsumen terhadap mutu ditinjau dari tingkat pendidikan, (6) perbedaan kepuasan konsumen terhadap harga ditinjau dari jenis kelamin, (7) perbedaan kepuasan konsumen terhadap harga ditinjau dari tingkat pendapatan, (8) perbedaan kepuasan konsumen terhadap harga ditinjau dari tingkat pendidikan, (9) perbedaan kepuasan konsumen terhadap pelayanan ditinjau dari jenis kelamin, (10) perbedaan kepuasan konsumen terhadap pelayanan ditinjau dari tingkat pendapatan, (11) perbedaan kepuasan konsumen terhadap pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan pada produk Sepeda Motor Suzuki Shogun di PT. Suzuki Mataram selama bulan Januari sampai Februari 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang membeli sepeda motor Suzuki Shogun. Jumlah sampel 80 orang dengan menggunakan teknik aksidental sampling, sedangkan pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan Persentase, Prioritas Kepentingan, dan Chi kuadrat dengan taraf signifikansi 5% untuk menjawab rumusan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kebanyakan konsumen berjenis kelamin pria (58,75%), tingkat pendapatan Rp.401.000 - Rp.800.00 (47,5%), tingkat pendidikan Akademi-Sarjana (56,25%); (2) prioritas utama adalah mutu (3) ada perbedaan kepuasan konsumen terhadap mutu ditinjau dari jenis kelamin
dimana ( 2 22,129 2 3,841
tabel hitung
); (4) ada perbedaan kepuasan konsumen
terhadap mutu ditinjau dari tingkat pendapatan dimana
(2hitung 6,75 2tabel 3,841); (5) ada perbedaan kepuasan konsumen terhadap mutu ditinjau dari tingkat pendidikan dimana (2hitung 10,083 2tabel 3,841); (6) ada perbedaan kepuasan konsumen terhadap harga ditinjau dari jenis kelamin dimana (2hitung 9,585 2tabel 3,841); (7) ada perbedaan kepuasan konsumen
terhadap harga ditinjau dari tingkat pendapatan dimana
( 2 23,676 2 3,841
tabel hitung
); (8) ada perbedaan kepuasan konsumen
terhadap harga ditinjau dari tingkat pendidikan dimana
( 2 10,226 2 3,841
tabel hitung
terhadap pelayanan ditinjau dari jenis kelamin dimana (2hitung 4,539 2tabel 3,841); (10) ada perbedaan kepuasan konsumen
terhadap pelayanan ditinjau dari tingkat pendapatan dimana
( 2 5,655 2 3,841
tabel hitung
); (11) ada perbedaan kepuasan konsumen
terhadap pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan dimana
( 2 6,012 2 3,841
tabel hitung
ABSTRACT
AN ANALYSIS ON THE CONSUMERS' SATISFACTION TOWARD THE QUALITY, PRICE, AND SERVICE OF MOTORCYCLE PRODUCT
A Case Study at “ PT. Suzuki Mataram Yogyakarta ”
Heribertus Herisukamta Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This study was aimed at knowing: 1) the characteristics of consumers; 2) the prominent priority of consumers in purchasing; 3) consumers' satisfaction differences toward the quality viewed from the sex; 4) consumers' satisfaction differences toward the quality viewed from income level; 5) consumers'
satisfaction differences toward the quality viewed from educational degrees; 6) consumers' satisfaction differences toward the price viewed from the sex; 7) consumers' satisfaction differences toward the price viewed from income level; 8) consumers' satisfaction differences toward the price viewed from educational degrees; 9) consumers' satisfaction differences toward the service viewed from the sex; 10) consumers' satisfaction differences toward the service viewed from income level; 11) consumers' satisfaction differences toward the service viewed from educational degrees of motorcycle product at “PT. Suzuki Mataram” from January to February 2007. Population of this study was all consumers who bought “Suzuki Shogun” motorcycle. The sample involved 80 people by using accidental sampling techniques meanwhile the techniques of data taken used were questionnaire, interviews, and documentation.
The data analysis techniques used were Percentage, Importance Priority and Chi Square with 5% significant level.
The study showed that 1) mostly consumers were male (58,75%); income level Rp 401.000 – Rp 800.000 (47,5%); academy - master educational degrees (56,25%); 2) the prominent priority was quality; 3) there was a difference on consumers' satisfaction toward the quality viewed from the sex
( 2 22,129 2 3,841
table count
); 4) there was a difference on consumers'
satisfaction toward the quality viewed from income level
(2count 6,75 2table 3,841); 5) there was a difference on consumers' satisfaction toward the quality viewed from educational degrees (2count 10,083 2table 3,841) ; 6) there was a difference on consumers'
satisfaction toward the price viewed from the sex ;
( 2 9,585 2 3,841
table count
) 7) there was a difference on consumers'
satisfaction toward the price viewed from income level
( 2 23,676 2 3,841
table
count
); 8) there was a difference on consumers'
satisfaction toward the price viewed from educational degrees
satisfaction toward the service viewed from the sex (2count 4,539 2table 3,841); 10) there was a difference on consumers'
satisfaction toward the service viewed from income level
( 2 5,655 2 3,841
table count
); 11) there was a difference on consumers'
satisfaction toward the service viewed from educational degrees
( 2 6,012 2 3,841
table count
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu, Harga, Dan
Pelayanan Pada Produk Sepeda Motor ”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak S.Widanarto P., S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Catur Rismiati, S.Pd., M.A. selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar
telah memberikan petunjuk, pengarahan, serta bimbingan dalam penulisan
5. Bapak Haidir Ason, selaku HRD PT. Suzuki Mataram Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
Suzuki Mataram.
6. Konsumen Suzuki Mataram yang telah meluangkan waktu guna mengisi
kuesioner untuk penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi dan Karyawan
Universitas Sanata Dharma yang telah membantu selama menuntut ilmu di
Sanata Dharma hingga selesai.
8. Bapak dan Ibu yang telah memberikan dorongan dan bantuan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Mas Pur, Dik Konthet, yang telah memberikan dorongan dan bantuan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10.Dik Tia yang selalu memberikan keteduhan jiwa dan memotivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11.Rekan-rekan seperjuangan, senasib dan sepenanggungan, khususnya
mahasiswa PAK A Angkatan 1999 ( Endah, Andre, Ari, Iwan dan seterusnya
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu) yang telah memberikan dorongan
selama menyusun skripsi.
12.Sobat-sobatku:
Ar i Koclox ( Thank`s lho atas pinjaman komputernya ). s i B ( ayo lek ujian
Tar no s i b ongs or ( piye nasibe si Jakem ) S r i Pawant i ( numun yo
Power Pointnya ) S uj ad ( Ojo main game wae! Ingat kuliah n ojo melu-melu om Su ) S us t e r Ce lia ( Makasih ya atas doanya ) Mr . Kus yang t ak gondr ong lagi ( makasih atas semuanya n selamat menempuh hidup baru ) Yono ( tunggu aja tanggalnya, aku rak lali kog! ) Mr . S ar yant o ( nuwun yo dongane lan nasehate ) AB 5 2 7 4 HS yang selalu setia menemani aku ke kampus.
13. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan hati terbuka penulis
menerima segala kritik dan saran serta usulan demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, April 2007
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumen ... 7
B. Kepuasan Konsumen... 12
C. Mutu ... 19
D. Harga ... 22
E. Pelayanan... 23
F. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian... 24
G. Harapan Pelanggan... 26
H. Perilaku Pembelian... 28
J. Hipotesis Penelitian... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
C. Subyek dan Obyek Penelitian... 34
D. Data yang Dicari ... 35
E. Variabel Penelitian... 35
F. Populasi dan Sampel ... 37
G. Teknik Pengumpulan Data ... 38
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 38
I. Teknik Analisis Data... 42
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ... 51
B. Struktur Organisasi ... 52
C. Personalia Perusahaan... 57
D. Proses Penggajian ... 59
E. Pemasaran... 59
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 63
B. Pengujian Hipotesis ... 73
C. Pembahasan... 90
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103
B. Keterbatasan Penelitian... 105
C. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas untuk Harapan Mutu,
Harga dan Pelayanan ... 40
Tabel 2 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas untuk Kenyataan Mutu, Harga dan Pelayanan ... 40
Tabel 3 Deskripsi Jenis Kelamin Responden ... 63
Tabel 4 Deskripsi Tingkat Pendapatan Responden ... 63
Tabel 5 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden... 64
Tabel 6 Indeks Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu... 65
Tabel 7 Indeks Kepuasan Konsumen Terhadap Harga... 66
Tabel 8 Indeks Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan ... 68
Tabel 9 Ringkasan selisih Kinerja dan Harapan... 69
Tabel 10 Bobot Atribut menurut Tingkat Kepentingan ... 71
Tabel 11 Urutan Kepentingan ... 71
Tabel 12 Urutan Prioritas Kepentingan ... 72
Tabel 13 Kontingensi Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu ditinjau dari Jenis Kelamin ... 73
Tabel 14 Kontingensi Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu ditinjau dari Tingkat Pendapatan... 75
Tabel 15 Kontingensi Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 77
Tabel 16 Kontingensi Kepuasan Konsumen Terhadap Harga ditinjau dari Jenis Kelamin ... 78
Tabel 17 Kontingensi Kepuasan Konsumen Terhadap Harga ditinjau dari Tingkat Pendapatan... 80
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 110
Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 115
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 121
Lampiran 4 Tabel Statistik ... 123
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini perkembangan kegiatan dalam dunia bisnis semakin
meningkat. Para pelaku bisnis selalu bersaing untuk mendapatkan pangsa
pasar bagi produk yang dibuatnya. Siapa yang berhasil menguasai pangsa
pasar maka dialah yang akan menjadi pemimpin pasar. Oleh karena itu,
perusahaan harus senantiasa menjaga kondisi perusahaan agar tetap stabil
dengan suatu strategi yang jitu. Agar perusahaan sukses dalam persaingan,
yang perlu diperhatikan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan
dan mempertahankan pelanggan. Agar tujuan itu tercapai maka perusahaan
harus berupaya menghasilkan produk yang diinginkan konsumen dengan
harga yang pantas.
Seperti halnya produk sepeda motor, saat ini semakin banyak
perusahaan yang memproduksi sepeda motor sehingga mereka saling bersaing
satu sama lain untuk merebut atau mendapatkan konsumen. Tiap perusahaan
selalu berusaha memperhatikan perilaku dan kebutuhan konsumennya, untuk
mengetahui sesuatu yang menjadi harapan konsumen yang bisa digunakan
perusahaan untuk memperbaiki produknya atau memproduksi produk baru.
Karena perilaku konsumen cepat bersifat dinamis, maka perilaku konsumen
selalu cepat berubah, sehingga perusahaan harus dapat menyesuaikan diri
Sepeda motor telah lama dibutuhkan oleh pria dan wanita, dengan
bermacam-macam jenis dan merek yang ada di pasar. Konsumen selalu
menginginkan yang terbaik bagi mereka, sehingga selalu melakukan
pembelian harus mempertimbangkan berbagai faktor supaya keputusan yang
diambil tidak salah dan bisa memuaskan.
Perusahaan dan konsumen masing-masing punya tujuan yang saling
melengkapi dalam memproduksi dan membeli. Perusahaan berharap bisa
membuat konsumen puas dan konsumen sendiri membeli suatu produk untuk
memuaskan kebutuhannya. Begitu pula dengan para konsumen sepeda motor
Suzuki Shogun, mereka mengharapkan apa yang mereka beli bisa memuaskan
kebutuhannya. Saat ini para pemakai sepeda motor Suzuki Shogun semakin
banyak dan hampir tersebar di daerah pedesaan maupun perkotaan.
Peningkatan pemakaian sepeda motor Suzuki Shogun mulai terlihat sekitar
tahun 2000 sampai saat ini.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimana masyarakat khususnya konsumen dan pemakai sepeda
motor Suzuki menentukan pilihan atas sepeda motor yang ingin mereka beli
dan pakai. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang “Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu, Harga, dan Pelayanan Produk Sepeda Motor ”. Penulis ingin mendalami lebih lanjut tentang penentuan kepuasan konsumen sepeda motor.
Adapun alasan penulis memilih sepeda motor Suzuki Shogun sebagai
motor Suzuki Shogun merupakan salah satu market leader dan juga telah
dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu penulis memilih mengadakan
penelitian di Suzuki Mataram mengingat dealer Suzuki tersebut mudah
dijangkau dan termasuk dealer yang besar.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini. Penulis memberikan batasan yaitu:
1. Konsumen yang akan diteliti adalah konsumen yang telah membeli dan
menggunakan sepeda motor Suzuki Shogun tahun pembuatan 2001-2006.
2. Aspek-aspek yang dianggap paling mempengaruhi kepuasan konsumen:
a. Mutu produk
Mutu adalah tingkat baik buruknya suatu produk.
b. Harga
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan produk tertentu.
c. Pelayanan
Pelayanan adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang
(pengusaha) yang bertujuan untuk memuaskan konsumen.
3. Profil konsumen yang akan diteliti meliputi: jenis kelamin, tingkat
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik konsumen sepeda motor Suzuki Shogun di
Suzuki Mataram?
2. Manakah di antara mutu, harga, dan pelayanan yang menjadi prioritas
utama konsumen dalam menentukan keputusan pembelian?
3. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu sepeda
motor Suzuki Shogun ditinjau dari jenis kelamin?
4. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu sepeda
motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendapatan?
5. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu sepeda
motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendidikan?
6. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga sepeda
motor Suzuki Shogun ditinjau dari jenis kelamin?
7. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga sepeda
motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendapatan?
8. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga sepeda
motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendidikan?
9. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan
sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari jenis kelamin?
10.Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan
11.Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan
sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendidikan?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karateristik konsumen yang membeli sepeda motor
Suzuki Shogun di Suzuki Mataram.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi prioritas utama bagi konsumen
dalam menentukan keputusan pembelian.
3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari jenis kelamin.
4. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendapatan.
5. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendidikan.
6. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari jenis kelamin.
7. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendapatan.
8. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendidikan.
9. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap
10. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelayanan sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendapatan.
11. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelayanan sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat pendidikan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui perilaku konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian, sehingga perusahaan akan mengetahui
faktor-faktor penyebab yang mendorong konsumen untuk melakukan
tindakan pembelian sepeda motor tipe Suzuki Shogun, sehingga dapat
berguna terutama bagi manajer pemasaran di PT. Suzuki Tbk. Sebagai
bahan pertimbangan pengembangan strategi pemasaran.
2. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini diharapkan penulis mendapat tambahan
pengetahuan dan pengalaman serta dapat membandingkan pengetahuan
yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan nyata.
3. Bagi Universitas
Dapat menambah bacaan ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang atau jasa,
termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Tjiptono, 2000: 19). Sedangkan
menurut Leon G. Schiffman & Le Shie Lazar Kanuk (1983: 6), consumer behavior can be defined as the behavior that consumers display in searching for purchashing, using and evaluating products, services and ideas which they expect will satisfy their needs. Menurut Hawkins, at al (1998: 7), consumer behavior is the study of individuals, group, or organizations and the processes theyuse to select, secure, use, and dispose of products, services, experiences, or ideas to satisfy needs and the imfacts that these proceses have on the consumer and society.
Berdasarkan definisi di atas ada dua hal yang penting yaitu proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang merupakan usaha konsumen
yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam perilaku pembelian adalah:
1. Motivasi
Motivasi (dorongan) adalah suatu kebutuhan yang cukup untuk
mendorong seseorang untuk bertindak ke arah tujuan terpuaskannya
kebutuhan (Philip Kotler, 1997: 216). Seseorang mempunyai banyak
kebutuhan pada setiap waktu tertentu. Sebagian kebutuhan bersifat
biogenik yaitu kebutuhan yang berasal dari keadaan psikologis
mengenai ketegangan seperti rasa lapar, haus, tidak enak. Kebutuhan
yang lain bersifat psikogenik yaitu yang berasal dari keadaan
psikologis mengenai ketegangan seperti kebutuhan akan pengakuan
penghargaan, atau rasa kepemilikan. Kebutuhan psikogenik tidak
cukup kuat untuk memotivasi orang tersebut untuk bertindak secara
langsung. Dengan kata lain, motivasi dapat mendorong kegiatan dan
mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia ke arah pencapaian
kebutuhan yang memberikan kepuasan.
2. Sikap dan keyakinan
Sikap adalah sudut pandang seseorang terhadap sesuatu yang berupa produk, iklan, wiraniaga, perusahaan atau gagasan. Sikap merupakan topik penting bagi pemasar karena sikap mempengaruhi proses selektif, pembelajaran dan akhirnya keputusan pembelian yang diambil orang. (Mac Charty, 1995: 206)
Sikap merupakan hasil dari faktor genetis dan proses belajar dan selalu
berhubungan dengan objek atau produk. Sikap juga memberikan
penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek. Presdiposisi untuk
bertindak senang atau tidak (dalam hal ini menerima atau menolak)
konasi. Komponen kognisi akan menjawab pertanyaan apa yang
dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek. Komponen afeksi akan
menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan (senang atau tidak
senang) terhadap objek. Dan komponen konasi akan menjawab
pertanyaan bagaimana kesediaan/kesiapan untuk bertindak. Sebagai
contoh: PT Suzuki menawarkan produk sepeda motor kepada
konsumen. Tawaran ini akan ditanggapi oleh para konsumen dengan
sikap yang berbeda-beda. Jika konsumen itu tertarik kepada produk
yang ditawarkan maka ia akan menerima tawaran itu. Sehingga
konsumen akan bersedia melakukan pembelian dan begitu sebaliknya.
Keyakinan adalah opini seseorang tentang sesuatu. Karena biasanya dianggap terkait dengan rasa suka atau tidak suka, sikap mempunyai implikasi atas tindakan tertentu. Keyakinan dapat membantu membentuk sikap konsumen tetapi belum tentu menyangkut rasa suka atau tidak suka. Sikap sangat mempengaruhi keyakinan begitu pula sebaliknya keyakinan menentukan sikap (Mac Charty, 1995: 206)
Keyakinan konsumen akan suatu produk dapat mendorong konsumen
untuk melakukan pembelian. Sebagai contoh: seorang konsumen
dihadapkan pada berbagai macam pilihan produk sepeda motor
(Honda, Yamaha, Suzuki, dll). Konsumen yang sudah yakin akan
produk yang dihasilkan oleh Suzuki tak akan mungkin dia memilih
produk dari Honda, iapun akan melakukan pembelian terhadap produk
3. Pembelajaran (learning)
Pembelajaran adalah perubahan dalam proses berfikir seseorang
yang disebabkan oleh pengalaman sebelumnya. Pembelajaran atau
proses belajar sering kali didasarkan pada pengalaman. Hampir semua
perilaku konsumen merupakan perilaku yang dipelajari (Mac Chaty,
1995: 204). Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan
dan pengambilan keputusan pembelian. Pembelajaran akan
menyebabkan seorang konsumen akan lebih matang dalam mengambil
keputusan dan bertindak sehingga akan berpengaruh pada perilaku
konsumen. Perilaku yang dibentuk dari pembelajaran yang matang
akan menyebabkan seorang konsumen lebih cermat dalam pemenuhan
kebutuhan.
b. Faktor ekternal yang mempengaruhi perilaku konsumen
1. Keluarga
Hubungan dengan anggota keluarga lain mempengaruhi banyak aspek dari perilaku konsumen. Para anggota keluarga mungkin saling berbagi sikap dan nilai, saling mempertimbangkan opini masing-masing, dan berbagi tugas pembelian. Status perkawinan, usia, serta usia anak-anak ikut membentuk sifat pengaruh ini. Secara bersama-sama, dimensi-dimensi ini memberitahu kita tentang tahap siklus hidup suatu keluarga (Mac Charty, 1995: 209-210).
Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling
berpengaruh. Dominasi salah satu anggota keluarga akan
berpengaruh pula pada anggota yang lain. Keadaan seperti ini
akan berpengaruh pula pada perilaku pembelian sehari-harinya.
motor Supra. Setelah bicara pada suaminya dan diberi penjelasan
tentang perbandingan jenis-jenis motor sekaligus keuntungannya,
suaminya mengusulkan agar membeli Shogun. Akhirnya sang isteri
membeli Shogun.
2. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sekelompok orang yang memiliki posisi sosial yang kurang lebih sama menurut pandangan orang lain dalam masyarakat. Hampir setiap masyarakat mempunyai struktur sosial tertentu. Di beberapa negara kelas sosial erat berkaitan dengan pekerjaan seseorang, tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan, partisipasi dalam komunitas, lingkungan tempat tinggalnya, penghasilan, kekayaan, ketrampilan sosial, dan faktor-faktor lain yang termasuk silsilah keluarga. Kelas sosial dapat dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu golongan atas, golongan menengah, dan golongan rendah (Mac Charty, 1995: 212).
Adanya penggolongan dalam kelas sosial menyebab perilaku yang
berbeda pula dalam pemenuhan kebutuhan yang bisa memberikan
kepuasan. Seorang yang mempunyai kelas sosial golongan atas
cederung untuk berbelanja barang-barang mewah. Lain halnya
dengan orang yang berada pada kelas menengah ataupun kelas
bawah, mereka cenderung untuk berbelanja barang-barang yang
lebih sederhana.
3. Budaya
manusia yang ditentukan oleh budaya dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan kemajuan atau perkembangan jaman (Mac Charty, 1995: 214).
Perbedaan budaya akan menyebabkan perilaku konsumen akan
berbeda pula. Misalnya di daerah pegunungan orang cenderung
membeli motor 2 tak dibandingkan dengan motor 4 tak, mereka
berpendapat bahwa motor 2 tak lebih handal untuk jalan di daerah
pegunungan. Pendapat ini bisa berbeda untuk orang yang berada di
daerah perkotaan atau daerah datar.
Perilaku konsumen, baik yang dipengaruhi oleh faktor internal (motivasi,
sikap dan keyakinan, pembelajaran) maupun faktor ekternal (keluarga, kelas
sosial, budaya) nantinya akan berimbas pula pada kepuasan yang dirasakan
konsumen. Jadi ada kaitan yang erat antara perilaku konsumen dengan
kepuasan konsumen. Perilaku konsumen sangat mendukung terciptanya
kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Begitu pula kepuasan yang
dirasakan oleh konsumen akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika
konsumen merasa puas, dia akan menunjukkan probabilita yang lebih tinggi
untuk membeli produk itu lagi.
B. Kepuasan Konsumen
Konsep tentang kepuasan konsumen masih bersifat abstrak, untuk
dapat mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara lebih baik, maka perlu
1. Menurut Engel (Tjiptono, 1996: 102), kepuasan konsumen merupakan
evaluasi purna-beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
memberikan hasil yang sama atau melampaui harapan konsumen,
sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak
memenuhi harapan konsumen.
2. Menurut Day (Tjiptono, 1996: 102), kepuasan pelanggan adalah respons
pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara
harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual
produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
3. Menurut Philip Kotler (Tjiptono, 1996: 102), kepuasan pelanggan adalah
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil)
yang ia rasakan dengan harapannya.
Ada kesamaan di antara definisi di atas, yaitu yang menyangkut komponen
kepuasan konsumen (harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan). Umumnya
harapan konsumen merupakan perkiraan dan keyakinan konsumen tentang apa
yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk.
Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi konsumen terhadap apa
yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Konsumen yang
puas akan setia lebih lama, kurang sensitif pada harga dan memberi komentar.
Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat
Tjiptono, 1996: 102):
1. Hubungan antara perusahaan dan para konsumen/pelanggan menjadi
2. Memberikan dasar bagi pembelian ulang.
3. Dapat mendorong terjadinya loyalitas konsumen.
4. Membetuk rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan.
5. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata konsumen.
6. Laba yang diperoleh meningkat.
Kepuasan yang dirasakan konsumen dapat ditinjau dari:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang dimaksud adalah pembeda gender konsumen
(Triwulan,2003). Terlepas dari kecenderungan modern untuk
meniadakan perbedaan antara pria dan wanita, memang banyak didapati
bukti bahwa pria dan wanita berbeda untuk beberapa hal penting tertentu
(bukan hanya secara fisik). Misalnya, wanita dapat memproses informasi
secara berbeda dari pria dan lebih sabar, telaten, dan kurang begitu
mendominasi dibandingkan pria. Untuk beberapa tujuan pemasaran,
perbedaaan kelamin mungkin cukup signifikan untuk memandang kedua
jenis kelamin sebagai suatu subbudaya yang berbeda. Misalnya,
penelitian membuktikan bahwa wanita memperlakukan harta milik secara
berbeda ketimbang pria. Kepemilikan produk dipandang oleh sebagian
pria sebagai cara untuk mendominasi dan mengungkapkan kekuasaan
atas orang lain, membedakan dirinya dengan orang lain (pembeda status),
dan bahkan mungkin adalah bentuk terselubung dari agresi terhadap
yang dapat memperkuat hubungan personal dan sosial. Dibandingkan
pria, wanita lebih menghargai perawatan ketimbang pengontrolan, rasa
bersama ketimbang kecemburuan, dan bekerja sama ketimbang
mendominasi. Dengan kata lain, seorang pria lebih memakai rasio dalam
cara berfikir, bertindak, bersikap terhadap objek, sedang wanita lebih
sensitif dan peka terhadap suatu objek.
2. Tingkat Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh
dari hasil kerja seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu
rumah tangga, maka sebuah keluarga harus berusaha agar
memperoleh pemasukan sebagai sumber keuangan guna memenuhi
kebutuhannya.
Menurut M. Sumardi dan Dieter Evers (V. Bektiningtyas,
2003) mengatakan bahwa “Pendapatan adalah hasil yang diperoleh
suatu keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan
sampingan dan pendapatan lain yang berupa uang maupun barang
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan”.
Penghasilan dalam jumlah besar akan mempermudah
mereka untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan, termasuk
kebutuhan akan bahan makanan. Sebaliknya penghasilan dalam
jumlah kecil akan mengakibatkan keluarga dalam keadaan
ekonominya. Pemenuhan kebutuhan hidup sering dirasakan sukar
dengan penghasilan yang kecil, padahal mereka dituntut untuk dapat
selalu mempertahankan kehidupan keluarganya. Agar kebutuhan
pokok dapat terpenuhi sering kali harus mengorbankan kebutuhan
lain yang sifatnya tidak mendesak.
b. Bentuk Pendapatan
Pendapatan menurut M. Sumardi dan Hans Dieter Evers (V.
Bektiningtyas, 2003) dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
1. Pendapatan berupa uang
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan
berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya
sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber yang
utama adalah gaji atau upah serta lain-lain balas jasa serupa dari
majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan
bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di
halaman rumah, hasil investasi, serta keuntungan sosial.
2. Pendapatan berupa barang
Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan
yang sifatnya reguler dan biasa tetapi tidak selalu berbentuk
balas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa. Barang
dan jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun
tidak diimbangi atau disertai transaksi uang oleh konsumen,
barang dan jasa dengan harga subsidi dari majikan merupakan
pendapatan berupa barang.
3. Lain-lain penerimaan uang dan barang
Untuk lain-lain penerimaan uang dan barang yang dipakai
sebagai pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat
transfer atau redistribusi dan biasanya membawa perubahan
dalam keuangan rumah tangga, misalnya penjualan
barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan,
penagihan piutang, kiriman uang, menang judi.
Menurut Spillane (V. Bektiningtyas, 2003) ketiga
bentuk pendapatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Pendapatan berupa uang
1. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur, kerja kadang-kadang. 2. Dari usaha sendiri yang meliputi: hasil bersih dari
usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah. 3. Dari investasi, yaitu pendapatan yang diperoleh dari
hak milik tanah.
4. Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.
b. Pendapatan berupa barang
1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang diwujudkan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.
2. Barang-barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, antara lain pemakaian barang yang diproduksi dirumah, sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.
c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan 1. Pengambilan tabungan
2. Penjualan barang-barang yang dipakai 3. Penagihan piutang
6. Hadiah atau pemberian
7. Warisan
8. Menang judi
3. Tingkat Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri
sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya
untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto (V. Bektiningtyas, 2003) mengatakan
bahwa “Pendidikan memberikan nilai tertentu bagi manusia,
terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan
juga bagaimana berpikir secara ilmiah”.
Dari batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
melalui pendidikan, seseorang akan memperoleh pengalaman,
mampu mengembangkan kepribadian dan lebih terbuka dalam
menerima nilai-nilai dan hal-hal yang baru, yang semua itu akhirnya
akan memberikan kesejahteraan pada orang itu sendiri. Dengan
pendidikan yang cukup seseorang akan lebih mudah untuk
mendapatkan pekerjaan. Dengan demikian orang akan lebih terbuka
untuk menerima nilai-nilai baru dan mempunyai cakrawala
itu sendiri untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat
dimana ia berada.
Sedangkan tingkat pendidikan artinya kurang lebih adalah
jenjang sekolah yang telah diselesaikan oleh seseorang yang
dibuktikan dengan adanya ijasah yang paling akhir diperolehnya,
misalnya SD, SMP, SMU, Sarjana. Seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi biasanya akan mempunyai status sosial
yang tinggi pula. Ini juga akan berpengaruh pada cara berpikir dan
cara pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Orang yang
mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi biasanya lebih cermat
dalam hal pemenuhan kebutuhan. Hal ini karena didasari
pertimbangan-pertimbangan yang matang. Dan ini akan berbeda
untuk orang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.
C. Mutu (kualitas)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mutu didefinisikan sebagai
tingkat baik buruknya sesuatu. Menurut Ross Johnson & Winchell (Dorothea
Wahyu Ariani, 1999: 6), berpendapat bahwa mutu adalah keseluruhan ciri dan
karakteristik produk atau jasa yang berkaitan dengan kemampuannya
memenuhi kebutuhan atau kepuasan. Sedangkan menurut V. Feigenbaun
(Feigenbaun, 1986: 7). Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan penentuan
mesin, bukan penentuan pemasaran ataupun penentuan manajemen umum.
Hal tersebut berdasarkan pada pengalaman langganan yang sebenarnya
dengan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut
Sofjan Assauri (1980: 221), mutu adalah faktor-faktor yang terdapat dalam
suatu barang/hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan
tujuan untuk apa barang/hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan.
Menurut Crosby (M.N. Nasution, 2001: 16) kualitas adalah
confomance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses
produksi dan produk jadi. Mutu dapat pula didefinisikan sebagai tingkat
keunggulan, jadi mutu adalah ukuran relatif kebaikan. Secara operasional
produk bermutu adalah produk yang memenuhi berbagai harapan pelanggan.
Pada umumnya konsumen melihat kualitas barang atau jasa dalam delapan
dimensi, seperti yang diungkapkan oleh David A Garvin (Dorothea Wahyu
Ariani 1999 : 7-8) :
1. Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
2. Feature, yaitu cirikhas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang
3. Realibility, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalan atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
4. Conformance, yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang
telah ditetapkan.
5. Durability, yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
6. Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.
7. Esthetic, yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut.
8. Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri.
Perusahaan harus menjaga kualitas supaya sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Namun oleh karena banyaknya variabel atau atribut yang
membentuk serta menentukan kualitas suatu produk, perusahaan perlu
mengetahui faktor-faktor kualitas (Assauri 1980: 222-223):
1. Fungsi suatu barang
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa
barang tersebut digunakan, sehingga barang yang dihasilkan harus dapat
memenuhi fungsi tersebut. Oleh karena pemenuhan fungsi tersebut
mempengaruhi kepuasan para konsumen, sedangkan tingkat kepuasan
tertinggi tidak selamanya dapat dipenuhi atau dicapai, maka tingkat mutu
suatu barang tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi kepuasan
dengan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dibutuhkan,
tercermin pada spesifikasi dari barang tersebut.
2. Wujud luar
Salah satu faktor penting dan yang digunakan oleh konsumen dalam
melihat suatu barang pertama kali, untuk menentukan kualitas barang
tersebut adalah wujud luar barang tersebut. Faktor wujud luar yang
terdapat pada suatu barang tersebut tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi
juga warna, susunan (seperti pembungkus).
3. Biaya barang
Pada umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan
kualitas barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang
mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa
kualitas barang tersebut relatif lebih baik, demikian pula sebaliknya, ini
terjadi karena untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biaya yang
mahal.
D. Harga
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan produk tertentu. Definisi lain diungkapkan oleh Hawkins
at al (1998: 21) yaitu: “ Price is the amount of money one must pay to obtain the right to use the product”. Harga suatu produk sering dijadikan konsumen sebagai indikator kualitas dan merupakan kriteria utama dalam menentukan
produk yang bagus, sedangkan produk yang harganya murah tentu juga
memiliki kualitas produk yang buruk.
Untuk menentukan tingkat harga, biasanya perusahaan melakukan
suatu observasi pasar, apakah konsumen menerima atau menolaknya. Jika
konsumen menerima tawaran harga tersebut artinya harga yang ditawarkan
oleh perusahaan sudah layak, tetapi jika konsumen menolaknya artinya harga
yang ditawarkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen dan hal
ini jika terjadi maka konsumen akan mencari produk pengganti yang dapat
memberikan kepuasan lebih besar.
Harga yang baik adalah harga yang sesuai antara biaya dengan
kepuasan yang diterima oleh konsumen. Oleh karena itu, penentuan harga
yang baik akan sangat berpengaruh kepada pembelian oleh pihak konsumen
untuk melakukan pembelian ulang pada produk tersebut.
E. Pelayanan
Penawaran dari suatu produk peruasahaan biasanya meliputi beberapa
pelayanan atau jasa. Menurut Philip Kotler (1986: 38), definisi pelayanan
adalah segala bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh pengusaha yang
mempunyai nilai untuk dapat memuaskan konsumen. Dari definisi tersebut
dapat kita ketahui bahwa pelayanan merupakan salah satu kegiatan yang
ditujukan untuk menciptakan kepuasan konsumen. Dalam bukunya, Alex
Nitisemito (1981: 32), menyebutkan bahwa pelayanan untuk usaha-usaha
lain seperti: garansi, penyediaan onderdil-onderdil yang cukup, menyediakan
reparasi-reparasi khusus dan sebagainya. Pada umumnya konsumen
menginginkan adanya jaminan, karena nilai-nilai barang tersebut biasanya
relatif tinggi, maka bila saingan-saingan kita melaksanakan pelayanan
demikian sedang kita tidak, maka penjualan akan sulit. Suatu barang makin
panjang garansinya membuktikan bahwa pelayanan yang diberikan semakin
baik. Dalam hal memberikan pelayanan dan jaminan, perusahaan harus
memperhitungkan biaya-biaya yang harus ditanggung dan jangan sampai
pelayanan tersebut menimbulkan beban berat bagi perusahaan, sehingga akan
menaikkan harga jual produk terlalu tinggi.
F. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan pembelian sangat bervariasi. Hawkins
at al dan Engel at al (Tjiptono, 2000: 20-21) membagi proses pengambilan
keputusan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Pengambilan keputusan yang luas (extended decision making)
Merupakan jenis pengambilan keputusan yang paling lengkap,
bermula dari pengenalan masalah konsumen yang dapat dipecahkan
melalui pembelian beberapa produk. Untuk keperluan ini konsumen
mencari informasi tentang produk atau merek tertentu dan
mengevaluasinya untuk memutuskan pembelian. Proses pengambilan
keputusan yang luas terjadi untuk kepentingan khusus bagi konsumen,
produk-produk mahal, mengandung nilai prestise, dan dipergunakan untuk
waktu lama. Beberapa contoh produk yang tergolong kelompok ini adalah
mobil, sepeda motor, rumah mewah, dan lain-lain.
2. Pengambilan keputusan yang terbatas (limited decision making)
Proses ini terjadi apabila konsumen mengenal masalahnya,
kemudian mengevaluasi beberapa alternatif produk atau merek
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tanpa berusaha mencari informasi
baru tentang produk atau merek tersebut. Proses pengambilan keputusan
terbatas ini terjadi pada kebutuhan yang sifatnya emosional atau juga pada
environmental needs, misalnya seseorang memutuskan untuk membeli suatu produk atau merek baru dikarenakan bosan dengan merek yang
sudah ada atau karena ingin mencoba atau merasakan sesuatu yang baru.
3. Pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan (habitual decision making)
Merupakan proses yang sederhana, yaitu konsumen mengenal
masalahnya kemudian langsung mengambil keputusan untuk membeli
merek favorit atau kegemarannya (tanpa evaluasi alternatif), evaluasi
hanya terjadi bila merek yang dipilih tersebut ternyata tidak sebagus/sesuai
yang diharapkan. Contoh produk yang biasa dibeli melalui proses ini
antara lain: sabun mandi, pasta gigi, minyak rambut, dan lain-lain.
Sebuah proses pengambilan keputusan tidak hanya berakhir
dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti tahap perilaku
tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen
merasa puas, ia akan memperlihatkan peluang yang besar untuk
melakukan pembelian ulang atau membeli produk lain di perusahaan yang
sama di masa mendatang. Konsumen yang merasa puas cenderung akan
menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan yang
bersangkutan dengan orang lain, tetapi sebaliknya konsumen yang tidak
puas biasanya akan mendiamkan saja dan ada pula yang melakukan
komplain, sehingga pembeli yang puas merupakan iklan yang terbaik.
G. Harapan Pelanggan
Harapan pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam
menentukan kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Dalam proses
mengevaluasi, pelanggan akan menggunakan harapannya sebagai standar atau
acuan. Dengan demikian, harapan pelangganlah yang melatarbelakangi
mengapa dua organisasi pada bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh
pelanggannya. Dalam konteks kepuasan pelanggan, umumnya harapan
merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan
diterimanya. Umumnya faktor-faktor yang menentukan harapan pelanggan
meliputi (Tjiptono, 2000: 28-29):
1. Kebutuhan pribadi (personal needs)
Kebutuhan yang dirasakan seseorang bagi kesejahteraannya. Kebutuhan
2. Pengalaman masa lampau (past experience)
Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau
diketahui pelanggan dari yang pernah diterimanya dimasa lalu.
3. Rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth)
Merupakan pernyataan (secara personal atau non personal) yang
disampaikan oleh orang lain (kelompok acuan) selain organisasi kepada
pelanggan. Faktor ini biasanya cepat diterima oleh pelanggan karena yang
menyampaikannya adalah mereka yang dipercaya seperti: para ahli, teman,
keluarga, dan publikasi media massa/elektronik.
Harapan-harapan pelanggan ini berkembang dari waktu ke waktu, seiring
dengan semakin banyaknya informasi yang diterima oleh pelanggan serta
semakin bertambahnya pengalaman pelanggan. Pada gilirannya, semua ini
akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.
Dengan kata lain, kepuasan konsumen merupakan fungsi dari seberapa dekat
antara harapan konsumen atas produk dengan daya guna yang dirasakan dari
produk tersebut. Jika daya guna produk tersebut di bawah harapan pelanggan,
maka pelanggan tersebut akan merasa dikecewakan, jika memenuhi harapan
maka pelanggan tersebut puas; dan jika melebihi harapan maka pelanggan
akan merasa sangat puas. Jadi semakin besar jarak antara harapan dengan
hasil yang dirasakan, semakin besar ketidak-kepuasan yang dirasakan
H. Perilaku Pembelian
Dalam perilaku pembelian terdapat empat jenis perilaku yang harus
diperhatikan yang meliputi: (Philip Kloter, 1986: 245-249)
1. Perilaku Pembelian Kompleks
Perilaku pembelian komplek muncul ketika konsumen sangat
terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya perbedaan nyata
antara berbagai merek. Para konsumen sangat terlibat bila suatu produk
mahal, jarang beli, berisiko, dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi.
Biasanya konsumen tidak mengetahui banyak mengenai kategori produk
dan harus banyak belajar.
2. Perilaku Pembelian yang Mengurangi Ketidaksesuaian (Disonansi)
Perilaku ini akan muncul setelah pembelian ketika konsumen
mungkin mengalami ketidaksesuaian yang disebabkan oleh hal tertentu
dari barang yang sudah dibeli atau mendengar hal-hal yang
menyenangkan mengenai barang lain.
3. Perilaku Pembelian Menurut Kebiasaan
Perilaku pembelian ini akan muncul ketika para konsumen tidak
secara ektensif mencari informasi mengenai merek, mengevaluasi
karakteristiknya, dan membuat keputusan penuh pertimbangan mengenai
apa yang dibeli. Tetapi mereka merupakan penerima informasi pasif
ketika mereka melihat iklan televisi atau iklan di media cetak.
Pengulangan iklan menciptakan keakraban merek dan bukan keyakinan
merek tetapi memilihnya karena merek itu terasa akrab. Setelah membeli,
mereka bahkan mungkin tidak mengevaluasi pilihan tersebut karena
mereka tidak selalu terlibat dengan produk tersebut. Jadi proses pembelian
tersebut hanya merupakan kepercayaan merek yang dibentuk melalui
pengetahuan pasif, diikuti dengan perilaku pembelian, yang mungkin
diikuti dengan evaluasi.
4. Perilaku Pembelian Yang Mencari Variasi
Perilaku ini muncul dengan ditandai keterlibatan konsumen dalam
situasi pembelian yang rendah tetapi perbedaan merek bersifat nyata. Di
sini konsumen akan banyak melakukan peralihan merek. Contohnya
adalah dalam pembelian biskuit. Konsumen yang memiliki sedikit
kepercayaan, memilih sebuah merek biskuit tanpa terlalu banyak evaluasi,
dan mengevaluasinya selama konsumsinya. Tetapi pada waktu berikutnya,
konsumen itu mengambil merek yang lain karena rasa bosan atau karena
ingin rasa yang berbeda. Peralihan merek terjadi karena alasan untuk
variasi dan bukan karena ketidakpuasan.
I. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu, harga, dan
pelayanan pada produk sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari jenis
kelamin.
Pemenuhan terhadap suatu kebutuhan yang ingin dicapai oleh
yaitu dengan cara pembelian. Dalam pembelian suatu barang sering kali
seorang konsumen dihadapkan pada berbagai pertimbangan ataupun
berbagai pilihan. Secara umum biasanya seorang konsumen akan
melakukan pembelian suatu barang dengan pertimbangan yang berkaitan
dengan mutu, harga, serta pelayanan dari barang tersebut. Mutu, harga,
dan pelayanan suatu barang mempunyai hubungan yang sangat erat
terhadap kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Mutu barang yang
baik, akan mendorong orang untuk membelinya lagi walaupun harga yang
ditawarkan tinggi. Sedangkan mutu barang yang jelek akan menyebabkan
pembeli beralih ke barang lain yang mutunya lebih baik untuk jenis
barang yang sama, karena mereka merasa barang yang diperolehnya
ternyata tidak memberikan kepuasan. Konsumen, baik pria maupun wanita
sering mempunyai penilaian yang berbeda terhadap suatu barang yang
hendak dikonsumsi. Mereka sering memperlakukan mutu, harga, dan
pelayanan secara berbeda tergantung pada pola pikir, pemahaman dan
informasi yang di dapat. Perbedaan pola pikir, pemahaman, dan informasi
yang di dapat menyebabkan perbedaan pula pada kepuasan yang mereka
rasakan terhadap mutu, harga, dan pelayanan.
2. Perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu, harga, dan
pelayanan pada produk sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat
pendapatan.
Mutu, harga, dan pelayanan merupakan faktor yang sangat penting
yang mampu meningkatkan mutu, mengambil kebijakan yang tepat
tentang harga dan memberikan pelayanan terbaiknya maka akan membuat
konsumen merasa terpuaskan. Sebuah perusahaan mengambil sebuah
kebijakan terkadang juga mempertimbangkan tingkat pendapatan yang
ada dalam satu wilayah tertentu. Perbedaan tingkat pendapatan dalam
masyarakat menyebabkan perbedaan pula cara berpikir dan bertindak.
Konsumen yang mempunyai tingkat pendapatan yang rendah akan lebih
dihadapkan banyak pertimbangan-pertimbangan jika ingin membeli
sesuatu dan terkadang harus mengorbankan salah satu. Dan begitu
sebaliknya konsumen yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi akan
lebih leluasa untuk membelanjakan uangnya.
3. Perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu, harga, dan
pelayanan pada produk sepeda motor Suzuki Shogun ditinjau dari tingkat
pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pola berpikir
dan bertindak terhadap suatu objek. Hal ini menyebabkan penilaian yang
berbeda pula terhadap mutu, harga, dan pelayanan yang ditawarkan oleh
perusahaan. Konsumen yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi
lebih cenderung untuk mengetahui mutu, harga dan pelayanan secara lebih
mendalam dibandingkan konsumen yang mempunyai tingkat pendidikan
yang lebih rendah. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil
Jadi dapat disimpulkan, bila perusahaan memperhatikan perbedaan
jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan dalam
mengambil kebijakan mutu, harga, dan pelayanan maka konsumen akan
mendapatkan kepuasan sesuai yang menjadi harapannya.
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Untuk masalah pertama dan kedua tidak ada hipotesisnya karena hanya
merupakan diskripsi data dari konsumen yang membeli Suzuki Shogun di
Suzuki Mataram.
2. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
ditinjau dari jenis kelamin.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
ditinjau dari jenis kelamin.
3. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
ditinjau dari tingkat pendapatan.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
ditinjau dari tingkat pendapatan.
4. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
ditinjau dari tingkat pendidikan.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu
5. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
ditinjau dari jenis kelamin.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
ditinjau dari jenis kelamin.
6. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
ditinjau dari tingkat pendapatan.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
ditinjau dari tingkat pendapatan.
7. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
ditinjau dari tingkat pendidikan.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap harga
ditinjau dari tingkat pendidikan.
8. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelayanan ditinjau dari jenis kelamin.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan
ditinjau dari jenis kelamin.
9. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelayanan ditinjau dari tingkat pendapatan.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan
ditinjau dari tingkat pendapatan.
10. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan ditinjau dari tingkat pendidikan.
H1 : Ada perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus yaitu suatu
penelitian terhadap obyek yang populasinya terbatas pada konsumen yang
membeli sepeda motor Suzuki Shogun tahun pembuatan 2001 sampai 2006 di
Suzuki Mataram, sehingga kesimpulan yang akan ditarik terbatas pada
beberapa obyek yang diteliti saja, jadi tidak berlaku secara umum.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di:
Tempat : Suzuki Mataram
Jl. Mataram No. 100 Yogyakarta
Waktu : Januari – Februari 2007
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek : Supervisor (bagian Marketing Sub Dept) Suzuki Mataram
dan konsumen yang membeli sepeda motor Suzuki Shogun
tahun pembuatan 2001 sampai 2006.
D. Data yang Dicari
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari responden yang
diteliti, mencakup:
a. Karakteristik responden meliputi: jenis kelamin, tingkat pendapatan,
dan tingkat pendidikan.
b. Data mengenai pendapat responden terhadap mutu, harga, dan
pelayanan pada sepeda motor Suzuki Shogun tahun pembuatan 2001
sampai 2006.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Suzuki Mataram yang
meliputi sejarah perusahaan, personalia, pemasaran, dan struktur
organisasi.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian. Adapun variabel pada penelitian ini adalah
: kepuasan konsumen.
2. Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel penelitian akan diukur dengan menggunakan skala
Likert. Skala ini Likert digunakan untuk memberi skor pada kuisioner.
Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-Ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sedangkan untuk perbedaan tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu,
harga, dan pelayanan ditinjau dari:
1. Jenis kelamin, dibedakan menjadi:
a. Pria skor 1
b. Wanita skor 2
2. Tingkat Pendapatan
Berdasarkan upah minimum Propinsi Yogyakarta tahun 2004 (dalam
keputusan Gubernur DIY No. 165 tahun 2004) adalah sebesar Rp.
400.000,00, maka penulis menetapkan intervalnya sebesar Rp.
400.000,00. Dalam hal ini dapat digolongkan menjadi : (Theresia
Endah S.P, 2005)
a. = Rp 400.000,00 skor 1
b. Rp. 401.000,00 – Rp. 800.000,00 skor 2
c. Rp. 801.000,00 – Rp. 1.200.000,00 skor 3
d. Rp. 1.201.000,00 – Rp. 1.600.000,00 skor 4
3. Tingkat pendidikan terakhir, dibedakan menjadi:
a. SD skor 1
b. SLTP skor 2
c. SLTA skor 3
d. Akademi skor 4
e. Perguruan Tinggi skor 5
F. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh subyek penelitian, yang
menjadi sasaran populasi adalah konsumen yang membeli sepeda motor
Suzuki Shogun tahun pembuatan 2001 sampai 2006 di Suzuki Mataram.
Berdasarkan Informasi dari HRD Suzuki Mataram jumlah konsumen yang
melakukan transaksi pembelian setiap bulannya dengan rata-rata 40 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan metode
tertentu untuk mewakili konsumen secara keseluruhan. Sampel yang
diambil dari penelitian ini sebagian orang yang mewakili para konsumen
yang pernah membeli sepeda motor Suzuki Shogun tahun pembuatan 2001
sampai 2006 di Suzuki Mataram. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah
80. Besarnya sampel ini didasarkan jumlah konsumen yang melakukan
pembelian pada bulan Januari – Februari. Adapun teknik pengambilan
sampling. Aksidental sampling adalah tehnik pengambilan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang secara kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya jawab
secara bertatap muka dengan responden yaitu tentang permasalahan obyek
penelitian yang dibahas.
2. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk memperoleh data yang
mempengaruhi kepuasan konsumen.
3. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan meminta data dari
perusahaan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.
H. Teknik Pengujian Instrumen
1. Pengujian Validitas
Pengujian validitas sangat perlu dilakukan sebelum mengadakan
suatu penelitian, khususnya penelitian yang menggunakan alat kuesioner.
Suatu instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa saja yang
hendak diukurnya. Dalam uji validitas digunakan perhitungan korela