• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

680

KANDUNGAN NaCl DAN H2O GARAM RAKYAT PADA MEDIA PENYIMPANAN BERBEDA St. Aisyah1), Mahfud Effendy2), dan Haryo Triajie3)

1)

Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura

2, 3)

Dosen Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO. BOX. 2 Kamal Bangkalan

Telp: (031)3013234 ; Fax : (031)3011506

ABSTRAK

Media penyimpanan garam rakyat yang berbeda dapat mempengaruhi kandungan NaCl dan H2O, sehingga kemunduran mutu garam yang disimpan dapat

ditekan serendah-rendahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan garam dengan media penyimpanan berbeda terhadap mutu garam rakyat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu penyimpanan terbuka (kontrol), penyimpanan plastik, karung putih, dan karung biru dengan penyimpanan selama 30 hari. Parameter penelitian ini yaitu kadar NaCl, H2O

(SNI 3556 Tahun 2010), bobot, kelembaban, dan suhu udara. Analisa data kadar NaCl, H2O, dan bobot menggunakan Analysis Of Varians (ANNOVA) dan uji Tukey.

Penyimpanan dengan media berbeda berpengaruh terhadap mutu garam rakyat. Media penyimpanan garam dengan karung putih lebih baik dibandingkan kontrol (media terbuka) dengan kadar NaCl tertinggi dan bobot yang tidak mengalami penurunan yang signifikan. Kandungan H2O terendah terdapat pada media penyimpanan plastik.

Kata kunci: Garam, NaCl, H2O, dan media penyimpanan garam

ABSTRACT

The differences of medium for salt storage influence NaCl and H2O, thus the

decrease of storaged salt quality could be decreased as low as possible. This research aim to explore the effect of medium in salt storage on salt quality. This research use to completed random design with 4 tretaments are opened storage (control), using plastic, white cover, and blue cover for duration 30 days. The parameters are the content of NaCl, H2O, (SNI 3556 of 2010), weight, moisture, and air temperature. These

parameters are analyzed byAnalysis Of Varians (ANNOVA) and Tukey . The salt storage is using different medium significantly impacts on its quality. The storage system white cover storage while better than control (opened storage) resultd in highest content of NaCl and unaltered weight. Then, the lowest content H2O is plastic storage

system.

(2)

681

PENDAHULUAN

Pulau Madura adalah pulau kecil yang dikelilingi oleh lautan. Secara geografis pulau Madura sebelah utara, timur dan selatan berbatasan dengan laut Jawa, sedangkan sebelah barat langsung berbatasan dengat selat Madura. Berdasarkan letak geografisnya, pulau Madura sangat berpotensi untuk bidang industri garam. Kabupaten Sumenep, Pamekasan, dan Sampang merupakan kabupaten penghasil garam terbesar di pulau Madura. Permintaan garam yang meningkat oleh industri menyebabkan petani garam mengembangkan teknologi-teknologi dalam proses pembuatan garam, salah satu teknologi yang digunakan adalah penggunaan geomembran dan keramik untuk alas pada tambak yang berfungsi untuk mendapatkan garam kualitas sangat baik.

Petani garam masih mempunyai banyak masalah yang memerlukan perhatian dan penanganan yang berkaitan dengan permasalahan garam rakyat. Permasalahan tersebut meliputi teknologi produksi, mutu, penyimpanan, pemasaran, dan persaingan penggunaan lahan (Sarlam 1986). Permasalahan penyimpanan garam akan berpengaruh terhadap mutu garam, sehingga beberapa pihak dirugikan.

Wadah, tempat, dan waktu penyimpanan garam merupakan salah satu faktor yang terpenting, hal ini disebabkan sirkulasi udara dan kadar air dapat mempengaruhi kandungan garam (Sunariyah 1999). Peningkatan kadar air pada garam mempengaruhi kandungan NaCl. Semakin tinggi kadar air maka senyawa yang lain akan menurun termasuk NaCl.

Waktu, tempat, kadar air, suhu, dan kelembaban merupakan faktor teknik yang dapat dikendalikan dalam suatu kegiatan penyimpanan, sehingga kemunduran mutu garam yang disimpan dapat ditekan serendah-rendahnya (Broto dan Heny 2009). Teknologi yang digunakan dalam produksi garam sangat berpengaruh terhadap mutu garam. Media penyimpanan yang dilakukan masyarakat menggunakan karung berwarna putih dan dibiarkan terbuka. Penyimpanan tersebut dibutuhkan penelitian yang dapat memberikan informasi dengan media penyimpanan berbeda terhadap kualitas garam. Maka dari itu dibutuhkan suatu solusi agar penanganan garam untuk mendapatkan mutu yang baik tidak hanya pada saat produksi, akan tetapi juga dilakukan pada saat pasca produksi yaitu proses penyimpanan. Cara penyimpanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologi, perlakuan pendahuluan, perlakuan kimia, tempat dan media penyimpanan. Penelitian ini hanya memfokuskan pada media penyimpanan garam yang berbeda. Penyimpanan garam dengan media yang berbeda dapat mempengaruhi kandungan garam (NaCl dan kadar air), sehingga merugikan petani garam, maka dari itu dibutuhkan penelitian untuk mengethui pengaruh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penyimpanan garam dengan media berbeda terhadap mutu garam rakyat. Petani garam dapat memanfaatkan media penyimpanan garam yang tidak berpengaruh terhadap mutu garam rakyat.

(3)

682

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Pebruari 2013 di Kabupaten Sampang dengan mengambil garam rakyat. Analisa dilakukan di laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trumojoyo Madura. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah garam rakyat berbentuk krosok, yang diambil di dusun Tajung Kelurahan Polagan Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang. Produksi garam dilakukan dengan metode madures, dan dipungut terakhir pada bulan Desember Tahun 2013. Penyimpanan garam terdiri dari 3 perlakuan yaitu P0 (tanpa wadah/terbuka) sebagai kontrol positif, P1 (plastik), P2 (karung warna putih), dan P3 (karung warna biru). Sampel disimpan di tempat semi tertutup (pada tempat yang memiliki atap dengan sisi-sisi terbuka dengan ukuran 8 x 4,5 x 3,5 m). Garam yang sudah ditimbang diletakkan pada lantai semen dalam kondisi kering dan bersih. Perlakuan penyimpanan dilakukan selama 30 hari.

Sumber data yang digunakan terdiri dari 2 jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengujian garam untuk menentukan kandungan NaCl, dan kadar air dengan analisa sebanyak 2 kali selama 30 hari, yaitu diawal dan diakhir penelitian. Pengujian NaCl dilakukan dengan mengambil sampel garam sebanyak 50 gram tiap ulangan, dan pada pengujian kadar air sampel garam diambil sebanyak 2 gram tiap ulangan. Pengujian dilakukan di Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura.

Kadar NaCl dihitung dengan rumus:

Kadar NaCl bahan asal =

Keterangan:

V = adalah volume AgNO3 yang diperlukan pada penitaran (mL) N = adalah normalitas AgNO3 (N)

Fp = adalah faktor pengenceran, W = adalah bobot contoh uji (mg).

Penghitungan kadar air dihitung dengan rumus: Kadar air

Keterangan :

b : Berat crus porselin dengan sampel sebelum dioven c : Berat crus porselin dengan sampel setelah dioven a : Berat crus porselin.

Data sekunder didapatkan dari pengukuran suhu, kelembaban udara, dan bobot garam. Suhu dan kelembaban udara pengukurannya dilakukan sehari dua kali pada jam 07.00 pagi dan 17.00 sore dengan menggunakan alat higrometerthermometer clock, dan pengukuran bobot garam dilakukan sehari 1 kali. Data dianalisa untuk mengetahui pengaruh penyimpanan pada media berbeda terhadap mutu garam.

(4)

683

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar NaCl

Hasil pengukuran penyimpanan garam terhadap kadar NaCl memiliki data yang berbeda (Tabel 1). Penyimpanan garam dilakukan selama 30 hari dengan 4 perlakuan yaitu penyimpanan dengan wadah terbuka, plastik, karung putih, dan karung biru. Pengukuran kadar NaCl dilakukan pada awal dan akhir penyimpanan. Hari pertama pengukuran kadar NaCl memiliki nilai 68,143%.

Tabel 1.Hasil analisa kadar NaCl hari terakhir

Ulangan Perlakuan Po (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) 1 88,75 92,13 85,76 80,87 2 89,47 89,71 89,97 93,50 3 87,66 90,26 97,87 91,14 Rata-Rata 88,63 90,70 91,20 88,50

Berdasarkan Tabel 4.2, perlakuan karung warna putih memiliki nilai kadar NaCl lebih baik yaitu 91,20%, sedangkan terkecil pada perlakuan karung warna biru yaitu 88,50%. Penyimpanan dengan terbuka (kontrol) memiliki nilai yang tidak lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan yaitu 88,63%. Hasil kadar NaCl (68,143%) pada awal penelitian mengalami peningkatan pada akhir penyimpanan. Kontrol, dan ketiga perlakuan mengalami peningkatan yang tinggi setelah dilakukan penyimpanan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyimpanan ini.

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar NaCl, karena sig > 0,05 (p=0,843), hal ini dikarenakan tinggi rendahnya kadar NaCl dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas air laut, zat pengotor dan cara pembuatan (Hidayat 2011).

Berdasarkan SNI 01-3556-1995/REV/2000 kriteria garam baik NaCl memiliki nilai 94,7%, sehingga garam pada penelitian ini tidak sesuai dengan standar SNI. Purbani (2006) mengklasifikasikan kandungan NaCl garam dalam kategori baik sekali (>95%), baik (90-95%) dan sedang (80-90%). Penelitian ini menghasilkan garam dengan kadar NaCl beragam. Penyimpanan terbuka memiliki nilai NaCl 88,63% dan 88,50% penyimpanan dengan karung warna biru sehingga kadar NaCl pada garam tersebut termasuk dalam kategori sedang. Penyimpanan plastik dan karung warna putih memiliki kadar NaCl yaitu 90,70% dan 91,20% sehingga kadar NaCl pada garam tersebut termasuk dalam kategori baik.

Nilai kadar NaCl yang tinggi setelah dilakukan penyimpanan dapat disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya kondisi lingkungan, suhu, zat pengotor, kadar air, dan kelembaban (Sarlam 1986). Penyimpanan dengan terbuka masih mengalami sirkulasi udara yang membawa pengaruh terhadap suhu dan kelembaban. Penelitian ini dilakukan pada musim hujan yang menjadi salah satu faktor

(5)

684

tingginya nilai kadar NaCl setelah dilakukan penyimpanan. Penyimpanan dengan karung warna putih memiliki kadar NaCl lebih baik dikarenakan sirkulasi udara masih menembus pori-pori karung. Warna putih yang bersifat terang dapat memantulkan panas, sehingga kelembaban nisbi rendah dan dapat medegradasi unsur tidak jenuh di dalam garam. Pencairan air di dalam garam dapat membawa zat pengotor yang berupa larutan garam tak jenuh, sehingga dapat menaikkan kadar NaCl.

Kadar H2O

Hasil pengukuran penyimpanan garam terhadap kadar H2O memiliki data yang

berbeda (Tabel 2). Penyimpanan garam dilakukan selama 30 hari dengan 4 perlakuan yaitu penyimpanan dengan wadah terbuka, plastik, karung putih, dan karung biru. Pengukuran kadar H2O dilakukan pada awal dan akhir penyimpanan. Hari pertama

pengukuran kadar H2O memiliki nilai 6,361%.

Tabel 2.Hasil analisa kadar H2O pada hari terakhir

Ulangan Perlakuan Po (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) 1 7,320 5,334 7,681 7,631 2 9,160 5,142 6,489 6,285 3 6,269 5,434 6,181 6,509 Rata-Rata 7,583 5,303 6,784 6,808

Berdasarkan Tabel 2, nilai kadar H2O yang tertinggi pada penyimpanan terakhir

terdapat pada perlakuan penyimpanan karung putih yaitu 6,784%, sedangkan terkecil pada perlakuan dengan penyimpanan plastik yaitu 5,303%. Nilai kadar H2O pada ketiga

perlakuan tidak lebih baik dibandingkan dengan kontrol yaitu dengan penyimpanan terbuka (7,583%). Hasil kadar H2O pada awal peneilitian dibandingkan dengan akhir

penelitian sebagian mengalami kenaikan yaitu pada perlakuan dengan penyimpanan karung putih, dan karung biru. Kontrol pada penelitian ini juga mengalami kenaikan pada kadar H2O yaitu 7,583%.

Hasil sidik ragam pada uji pengaruh penyimpanan terhadap kadar H2O tidak

memberikan pengaruh nyata karena sig > 0,05 (p=0,079). Hal ini dikarenakan sifat higroskopis garam yang mudah menyerap air menjadi salah satu faktor meningkatnya kadar H2O pada peneilitian ini (Sarlam 1986). Kadar H2O pada garam menentukan

kualitas garam yang dihasilkan. Lingkungan tempat penelitian akan mempengaruhi suhu dan kelembaban. Suliha (2012) mengatakan bahwa suhu dan kelembaban akan meningkatkan kadar air pada garam.

Penyimpanan terbuka memiliki kadar H2O lebih tinggi dikarenakan suhu dan

kelembaban udara bersentuhan langsung dengan garam, sehingga garam dapat meresap maupun mengeluarkan air dengan mudah. Penyimpanan dengan menggunakan plastik memiliki nilai kadar H2O lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan karung putih dan

biru. Hal ini dikarenakan udara tidak dapat masuk menembus pori-pori plastik. Karung biru maupun karung putih memiliki rongga untuk dilalui oleh udara yang

(6)

685

mempengaruhi kelembaban dan suhu di dalamnya. Suhu dan kelembaban dipengaruhim oleh tempat dan waktu (Suliha 2012).

Kadar H2O menurut SNI maksimal 7,0 yang terkandung dalam garam.

Penyimpanan garam terbuka memiliki nilai melebihi standar SNI yaitu 7,583%. Penyimpanan garam menggunakan plastik, karung putih, dan biru kadar H2O tidak

melebihi standar SNI yaitu 5,303%, 6,784%, dan 6,808%. Suatu bahan pada kelembaban dengan nisbi tinggi dapat menyerap air, sedangkan nisbi rendah dapat mengeluarkan air (Sarlam 1986). Siang hari memiliki kelembapan nisbi berangsur-angsur turun kemudian pada sore sampai menjelang pagi bertambah besar. Keadaan suhu dan kelembaban di dalam plastik akan menjadi konstan dan cenderung memiliki nisbi rendah, sehingga mengeluarkan air akan tetapi tidak dapat menyerapnya kembali. Faktor lingkungan akan menjadi pengaruh bertambahnya kadar H2O pada garam.

Lingkungan dengan curah hujan tinggi dapat menyebabkan kelembaban dengan nisbi tinggi dan mengakibatkan penyerapan air bertambah (Purbani 2006).

Bobot Akhir Garam

Hasil pengukuran penyimpanan garam terhadap bobot memiliki nilai yang berbeda (Gambar 1). Penyimpanan garam dilakukan selama 30 hari dengan 4 perlakuan yaitu penyimpanan dengan wadah terbuka, plastik, karung putih, dan karung biru. Pengukuran bobot dilakukan setiap hari dengan menimbang garam pada waktu pagi hari. Bobot garam awal yang akan diteliti pada setiap perlakuan yaitu 1500 gram.

Bobot garam terakhir yang terberat terdapat pada perlakuan penyimpanan plastik dengan ulangan 1 yaitu 1531 gram (Gambar 1). Perlakuan karung biru ulangan 3 memiliki nilai bobot terendah yaitu 1409,4 gram. Kontrol memilki bobot akhir yang lebih rendah dari ketiga ulangan. Perbandingan berbeda terjadi antara kontrol dan perlakuan (plastik, karung putih, dan biru). Perlakuan mengalami kenaikan bobot akhir setelah dilakukan penyimpanan.

Gambar 1. Grafik bobot akhir garam selama 30 hari

Hasil analisa sidik ragam mengatakan bahwa penyimpanan berpengaruh nyata terhadap bobot akhir garam, karena sig = 0,000 (p<0,05). Uji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) mendapatkan perbedaan antara kontrol (terbuka) terhadap kedua perlakuan (karung putih dan biru). Hasil uji lanjut menyatakan bahwa penyimpanan karung putih memiliki bobot akhir lebih berat dibandingkan dengan kontrol (terbuka)

(7)

686

dan karung biru. Uji lanjut membedakan 2 kelompok yaitu kelompok A pada penyimpanan tebuka, sedangkan kelompok B pada penyimpanan plastik, karung warna putih dan biru (Gambar 1). Kelompok pertama memiliki bobot lebih rendah dibandingkan kelompok pertama dengan nilai yaitu 1435,8 gram. Kelompok kedua memiliki nilai bobot beragama yaitu penyimpanan plastik 1509,7 gram, karung biru 1513,2 gram, dan karung putih 1523,2 gram. Penyimpanan karung putih memiliki bobot terberat yaitu 1523,2 gram dibanding dengan penyimpanan yang lain pada kelompok kedua.

Bobot garam ditimbang setiap hari dilakukan pada pagi hari bersama dengan pengambilan data suhu dan kelembaban yaitu pukul 07.00 wib. Bobot pada penyimpanan terbuka mengalami penurunan pada akhir penelitian untuk ketiga ulangan. Penurunan bobot akhir penelitian mengalami penurunan sebanyak ± 300 gram. Hal ini dikarenakan, penyimpanan terbuka dengan suhu dan kelembaban di pagi hari mengalami nisbi rendah mengakibatkan air maupun zat kimia garam yang tidak jenuh dapat keluar (Sarlam 1986).

Penyimpanan dengan plastik memiliki bobot akhir yang lebih berat dengan nilai rata-rata 1514,3 gram. Hal ini dikarenakan, pori-pori pada plastik tidak dapat ditembus keluar oleh beberapa zat dan air tidak jenuh garam. Zat tidak jenuh tersebut dapat terserap kembali oleh garam (higroskopis) ketika pada malam hari dengan kelembaban nisbi tinggi (Suliha 2012), sehingga bobot pada pagi hari waktu garam ditimbang mengalami kenaikan. Penyimpanan garam terbuka, karung putih, dan karung biru tidak memiliki bobot akhir yang lebih berat dari pada penyimpanan plastik, karena penyimpanan terbuka mengalami pencairan zat penting tidak jenuh yang terdapat pada garam di siang hari dan tidak diserap kembali di malam hari. Pori-pori penyimpanan dengan karung dapat mengeluarkan zat tidak jenuh garam dan tidak dapat diserap kembali.

Pengaruh Suhu dan Kelembaban Terhadap Bobot Garam

Hasil pengukuran suhu dan kelembaban memiliki nilai yang berbeda. Suhu dan kelembaban mempengaruhi proses pembuatan dan penyimpanan garam (Sarlam 1986). Suhu dan kelmbaban pada penelitian ini mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan curah hujan dan panas matahari selama penelitian berlangsung berbeda-beda. Curah hujan rendah dapat menaikkan suhu udara yang ada di sekitar lokasi penelitian. Kelembaban nisbi tinggi terjadi pada saat suhu rendah, hal ini terjadi pada penelitian hari ke-4 tanggal 29 Januari 2013. Suhu dan kelembaban berbanding terbalik. Semakin tinggi suhu udara maka semakin rendah nisbi kelembabannya, dan sebaliknya semakin rendah shun udara maka semakin tinggi nisbinya. Tanggal 17 Februari 2013 hari ke-23 terjadi suhu rendah, hal ini dikarenakan cuaca hujan di pagi hari dan matahari tidak bersinar. Kejadian tersebut menyebabkan kelembaban udara menjadi tinggi.

Bobot garam mengalami perubahan setiap hari seiring perubahan suhu dan kelembaban. Jika suhu rendah dan kelembaban tinggi, maka garam akan menyerap air

(8)

687

di udara sehingga kadar H2O meningkat. Sarlam (1986) mengatakan bahwa bobot, dan

kadar H2O garam dipengaruhi oleh suhu dan kelmbaban. Hal ini terjadi pada hari ke-10,

bobot garam penyimpanan terbuka mengalami kenaikan seiring dengan tingginya kelembaban dan suhu yang rendah. Kenaikan bobot garam tersebut dikarenakan zat tidak jenuh di dalam garam kembali terserap (higroskopis). Bobot garam terendah terjadi pada akhir penelitian, karena suhu pada akhir penelitian mengalami kenaikan dan kelembaban nisbi rendah.

Komposisi Garam Pada Penyimpanan Berbeda

Hasil pengujian kadar NaCl dan H2O garam terhadap komposisi garam memiliki

nilai persentase yang berbeda. Pengujian kadar NaCl dan H2O garam dilakukan selama

30 hari dengan beberapa perlakuan penyimpanan. Pengujian komposisi garam ini dilakukan diawal dan akhir penelitian (Gambar 2 dan 3).

Gambar 2.Komposisi garam (awal)

Hasil pengujian kadar NaCl dan H2O garam terhadap komposisi garam pada

akhir penelitian memiliki nilai persentase yang berbeda. Komposisi garam pada penyimpanan berbeda memiliki nilai komposisi garam yang beragam. Komposisi garam dengan penyimpanan terbuka pada akhir penelitian memiliki nilai yang berbeda dengan komposisi garam pada awal penelitian. Perbedaan komposisi garam dengan penyimpanan terbuka memiliki nilai NaCl lebih baik, kadar H2O lebih tinggi, akan

tetapi zat lain-lain lebih rendah dibandingkan dengan komposisi awal penelitian (Gambar 3).

Gambar 3.Komposisi garam (penyimpanan terbuka)

Persentase kadar NaCl dan H2O terhadap komposisi garam memiliki perbedaan

(9)

688

memiliki nilai komposisi garam yang beragam. Komposisi garam pada akhir penelitian dengan penyimpanan plastik memiliki nilai yang berbeda dengan komposisi garam pada awal penelitian. Perbedaan komposisi garam dengan penyimpanan plastik memiliki nilai NaCl lebih baik, kadar H2O lebih rendah, dan zat lain-lain lebih rendah dibandingkan

dengan komposisi awal penelitian (Gambar 3).

Gambar 4. Komposisi garam (penyimpanan plastik)

Persentase kadar NaCl dan H2O terhadap komposisi garam memiliki perbedaan

antara awal dan akhir peneilitian. Komposisi garam pada penyimpanan berbeda memiliki nilai komposisi garam yang beragam. Komposisi garam pada akhir penelitian dengan penyimpanan karung warna putih memiliki nilai yang berbeda dengan komposisi garam pada awal penelitian. Perbedaan komposisi garam dengan penyimpanan karung warna putih memiliki nilai NaCl lebih baik, kadar H2O lebih

tinggi, dan zat lain-lain lebih rendah dibandingkan dengan komposisi awal penelitian (Gambar 5).

Gambar 5.Komposisi garam pada penyimpanan karung warna putih

Hasil pengujian kadar NaCl dan H2O garam terhadap komposisi garam pada

akhir penelitian memiliki nilai persentase yang berbeda. Komposisi garam pada penyimpanan berbeda memiliki nilai komposisi garam yang beragam. Komposisi garam dengan penyimpanan kaarung warna biru pada akhir penelitian memiliki nilai yang berbeda dengan komposisi garam pada awal penelitian. Perbedaan komposisi garam dengan penyimpanan karung warna biru memiliki nilai NaCl lebih baik, kadar H2O

lebih tinggi, akan tetapi zat lain-lain lebih rendah dibandingkan dengan komposisi awal penelitian (Gambar 6).

(10)

689

Gambar 6.Komposisi garam (penyimpanan karung warna biru) KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyimpanan dengan media karung putih lebih baik dibandingkan dengan kontrol (media terbuka). Hal ini dikarenakan memiliki kadar NaCl tertinggi dan bobot yang tidak mengalami penurunan sangat signifikan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian skripsi di Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua beserta staf laboratorium Ilmu Kelautan dan laboratorium dasar Universitas Trunojoyo Madura, dan Bapak Haryo Triajie, S.Pi.,M.Si selaku pemberi dana dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, R. 2011. Rancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air Tawar dengan Mengunakan Energi Matahari. [Skripsi] Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Purbani, D. 2006. Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Pusat Riset Wilayah Laut

dan Sumberdaya Nonhayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Periakanan Republik Indonesia

Sarlam, L. 1986. Sifat Fisika-Kimia dan Daya Tahan Garam Rakyat. [Skripsi] Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Suliha, S. 2012. Efektivitas Tepung Rumput Laut, Tepung Cangkang Bivalbia, dan Serbuk Batang Tembakau dalam Mempercepat serta Meningkatkan Kualitas pada Produksi GaramRakyat. [Skripsi] Jurusan Ilmu Kelautan fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Gambar

Tabel 1. Hasil analisa kadar NaCl hari terakhir
Gambar 1. Grafik bobot akhir garam selama 30 hari
Gambar 6. Komposisi garam (penyimpanan karung warna biru)  KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi pembebanan awal adalah kondisi pembebanan pada saat gaya prategang mulai bekerja (ditransfer pada beton) dimana pada saat tersebut beban beban yang terjadi

Para guru SMA Negeri 1 Talang Kelapa dalam hal ini dituntut untuk tidak terjadi batasan-batasan komunikasi antar paraguru agar dapat memenuhi tujuan yang telah

Capaian sasaran strategis tahun 2013 ditunjukkan oleh capaian IKU dominan, “jumlah Sistem Informasi yang dimanfaatkan secara efektif” yang diukur dengan jumlah

(2) Penerapan fungsi evaluasi terhadap kegiatan dakwah masjid Agung Kendal yaitu dengan mempelajari segala bentuk kegiatan dakwah yang diselenggarakan di Masjid

Jika proses pendataan telah dilakukan maka akan diberikan kepada tim analis untuk mengetahui apakah data peserta tersebut aktif serta rencana dan manfaat yang diajukan dalam

Karakteristik termohidrolika reaktor TRIGA berbahan bakar silinder dan TRIGA Konversi Untuk memberikan ilustrasi mengenai perbedaan karakteristik termohidrolika reaktor

Perbandingan persentase kenaikan kemampuan, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen dapat dilihat dari selisih rata-ratanya. Hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa:

Danang