• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana PembangunanInfr astruktur Cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana PembangunanInfr astruktur Cipta"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

7-1

(2)

7-2

7.1

SEKTOR

PENGEMBANGAN

KAWASAN

PERMUKIMAN

(PKP)

KABUPATEN KUTAI TIMUR

7.1.1 Kondisi Eksisting

7.1.1.1 Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh Kabupaten Kutai Timur

Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur sesuai dengan SK. Bupati Kabupaten Kutai Timur, ditetapkan berlokasi di 3 (tiga) wilayah Kecamatan, antara lain Kecamatan Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Bengalon. Kawasan kumuh perkotaan yang berlokasi di Kecamatan Sangatta Utara meliputi; Desa Sangatta Utara, dengan luas keseluruhan kawasan 45,10 Ha. Kawasan kumuh perkotaan yang berlokasi di Kecamatan Sangatta Selatan meliputi; Desa Sangatta Selatan dan Desa Singa Geweh. Luas keseluruhan kawasan 31,76 Ha. Kawasan kumuh perkotaan yang berlokasi di Kecamatan Bengalon meliputi; Desa Sepaso dan Sepaso Timur. Luas keseluruhan kawasan 45,20 Ha.

A. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan Kabupaten Kutai Timur:

Secara spesifik isu strategis pembangunan permukiman perkotaan Kabupaten Kutai Timur, antara lain sebagai berikut :

1. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Sangatta Utara

Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Utara. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara, sebagai berikut :

a. Kondisi Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara dalam kondisi rusak. Konstruksi jalan sebahagian aspal dan sebahagian pengerasan.

b. Kondisi sistem jaringan drainase tidak berfungsi dengan baik akibat sedimentasi dan penumpukan sampah disaluran drainase.

(3)

7-3

d. Kondisi sistem jaringan air minum yang dimanfaatkan sebahagian masyarakat bersumber dari air PDAM dan air yang bersumber dari sumur tanah dangkal dan air permukaan

e. Kondisi sistem sanitasi, khususnya limbah rumah tangga umumnya memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan.

f. Hunian masyarakat menggunakan material bahan bangunan dari kayu dengan kondisi semi permanen dan temporer. Disamping itu hunian masyarakat berfungsi ganda, selain sebagai rumah tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat berjualan (toko/warung)

g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya.

2. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Sangatta Selatan

Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Selatan berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh, sebagai berikut :

a. Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh sebahagian besar mengalami kerusakan, khususnya pada jalan dengan konstruksi aspal. Sedangkan kondisi jalan dengan konstruksi beton (jalan setapak) dan pengerasan umumnya baik.

b. Kondisi sistem jaringan drainase tidak berfungsi dengan baik akibat sedimentasi dan penumpukan sampah disaluran drainase.

c. Kondisi pengelolaan persampahan tidak berjalan dengan baik, terdapat bak sampah namun rendahnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bak sampah yang ada, sampah yang dihasilkan dibuang kesaluran drainase, sungai dan pekarangan rumah.

(4)

7-4

e. Kondisi sistem sanitasi, khususnya limbah rumah tangga umumnya memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan, sebagian kecil masyarakat memiliki septic tank

f. Hunian masyarakat menggunakan material bahan bangunan dari kayu dengan kondisi semi permanen dan temporer. Disamping itu hunian masyarakat berfungsi ganda, selain sebagai rumah tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat berjualan (toko/warung)

g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya.

3. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Bengalon

Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Bengalon berlokasi di Desa/Kelurahan Sepaso dan Desa/Kelurahan Sepaso Timur. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Desa/Kelurahan Sepaso Timur, sebagai berikut :

a. Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur terdiri dari jalan lingkungan dengan konstruksi beton, aspal dan pengerasan, umumnya dalam kondisi baik.

b. Kawasan kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur tidak memiliki sistem jaringan drainase, akibatnya terjadi luapan dan genangan air pada saat musim hujan.

c. Kondisi pengelolaan persampahan tidak berjalan dengan baik, terdapat bak sampah namun rendahnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bak sampah yang ada, sampah yang dihasilkan dibuang kesaluran drainase, sungai dan pekarangan rumah. d. Kondisi sistem jaringan air minum yang dimanfaatkan masyarakat bersumber dari air

PDAM (tidak maksimal untuk keseluruhan kawasan) dan air yang bersumber dari sumur tanah dangkal dan air permukaan (kualitas keruh)

(5)

7-5

g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya. Umumnya kebakaran terjadi akibat arus pendek listrik.

B. Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur: Berdasarkan pengamatan lapangan, karakteristik permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Kutai Timur, diklasifikasikan menjadi: permukiman kumuh daerah bantaran sungai (Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Bengalon) serta permukiman kumuh pusat kota/pusat kegiatan sosial ekonomi (Sangatta Utara dan Sangatta Selatan).

Pendekatan penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan penanganan dalam bentuk; Property

Development, Community Based Development, Guided Land Development. Pendekatan

penanganan ini dirumuskan dengan mempertimbangkan kriteria pembentuk kawasan permukiman kumuh.

1.Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Property Development

Pendekatan ini berangkat dari pemahaman bahwa kawasan permukiman kumuh perkotaan akan dikelola secara komersial agar ekonomi lokasi yang tinggi dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kepentingan kawasan dan daerah. Dalam hal ini masyarakat penghuni kawasan berkedudukan sebagai kelompok sasaran perumahan, pemerintah sebagai pemilik aset (tanah) dan swasta sebagai investor.

2.Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Community Based Development

Kawasan kurang bahkan tidak mempunyai nilai ekonomis komersial. Dalam hal ini kemampuan masyarakat penghuni sebagai perhatian utama. Masyarakat didudukan sebagai pemeran utama penanganan.

3.Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Guided Land Development

(6)

7-6

Lokasi kawasan kumuh perkotaan berdasarkan SK. Bupati Kabupaten Kutai Timur terdiri dari : a. Permukiman kumuh daerah bantaran sungai (Sungai Sangatta dan Bengalon)

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan Sangatta Utara

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur di Kecamatan Bengalon

b. Permukiman kumuh pusat kegiatan sosial ekonomi

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan Sangatta Utara

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso Kecamatan Bengalon c. Permukiman kumuh pusat kota

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan

 Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan Sangatta Utara

Bentuk penanganan yang dapat dilakukan pada kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur, sebagai berikut :

1.Permukiman kumuh daerah bantaran sungai (Sungai Sangatta dan Bengalon)

Untuk menangani kumuh di daerah bantaran Sungai Sangatta dan Bengalon dapat direkomendasikan antara lain :

 Pemindahan (relokasi) dari sempadan sungai ke housing stock terdekat, dengan menetapkan kawasan sempadan sungai merupakan kawasan lindung yang tidak boleh dibanguni perumahan.

 Pendekatan penanganan pada rumah bantaran sungai ini adalah berupa urban renewal

atau peremajaan kawasan permukiman.

 Ketegasan Pemerintah Daerah dalam Pemanfaatan Ruang dan status lahan terutama lahan bantaran sungai.

(7)

7-7

penetapan sempadan sungai 15 meter (termasuk kategori sungai sedang berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990).

2.Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi

Beberapa hal yang direkomendasikan untuk menangani kumuh di pusat kegiatan sosial ekonomi (Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara) :

 Penegasan pemanfaatan ruang khususnya pada kawasan pusat kegiatan sosial ekonomi  Pengaturan sempadan perumahan

 Peningkatan kualitas prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan pusat kegiatan sosial ekonomi

 Peningkatan kualitas perumahan pada kawasan pusat kegiatan sosial ekonomi  Bantuan usaha ekonomi kawasan seperti dana bergulir yang bersifat stimulatif  Pendampingan untuk penanganan dan penataan perumahan

3.Permukiman kumuh pusat kota

Untuk menangani kumuh di kawasan pusat kota (Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara) dapat direkomendasikan antara lain :

 Peremajaan Kawasan (Urban Renewal) adalah pengembangan rumah bagi masyarakat setempat dengan memperbaiki kondisi hunian, infrastruktur jalan lokal, drainase, pengelolaan sampah, sanitasi, penyediaan air minum dan penanggulangan kebakaran.

 Penataan dan pembangunan rumah dengan memanfaatkan Program Perumahan Swadaya.

 Peningkatan infrastruktur menitikberatkan pada rehabilitasi dan peningkatan kualitas jalan lingkungan, saluran drainase, pengelolaan sampah dan penyediaan air minum.

 Pengembangan Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

C. Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan kabupaten Kutai Timur

(8)

7-8

Timur). Karakteristik kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 7.1 Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur

No Nama Kawasan Karakteristik Luas (Ha)

1 2 3 4

A Kecamatan Sangatta Utara

1 Desa Sangatta Utara Kumuh Bantaran Sungai 45,10

B Kecamatan Sangatta Selatan

1 Desa Sangatta Selatan

Kumuh Bantaran Sungai 31,76

2 Desa Singa Geweh

C Kecamatan Bengalon

1 Sepaso

Kumuh Bantaran Sungai 45,20

2 Sepaso Timur

Jumlah 122,06

(9)

7-9

Gambar 7.1 Peta Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur

D. Analisis Tipologi Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur

(10)

7-10

Sangatta Selatan dan Bengalon. Tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur, sebagai berikut :

a. Kecamatan Sangatta Utara

Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Utara.

Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Utara

Penilaian tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara, sebagai berikut :

1.Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik) Kepadatan Bangunan

a. Ketidakteraturan bangunan :76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan

b. Tingkat kepadatan bangunan : 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan

c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

Kondisi Jalan Lingkungan

a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan : 25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

b. Kualitas permukaan jalan lingkungan : 25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

Kondisi Penyediaan Air Minum

a. Ketersediaan akses aman air minum : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman

b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

Kondisi Drainase Lingkungan

a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air : 51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

b. Ketidaktersediaan drainase : 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase perkotaan : 51% - 75% drainase

(11)

7-11

d. Tidak terpeliharanya drainase : 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

e. Kualitas konstruksi drainase : 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

Kondisi Pengelolaan Air Limbah

a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

Kondisi Pengelolaan Persampahan

a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan : 76% - 100% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara

Kondisi Proteksi Kebakaran

a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

2.Identifikasi Pertimbangan Lain Pertimbangan Lain

a. Nilai strategis lokasi : Lokasi terletak pada fungsi strategis kota/ibukota kabupaten b. Kependudukan : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha

c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya : Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara.

3.Identifikasi Legalitas Lahan Legalitas Lahan

(12)

7-12

b. Kesesuaian RTR : Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR.

Tabel 7.2

Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh Sangatta Utara

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)

1 meliputi pengaturan bentuk,

besaran, perletakan, dan

tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau

 Tidak memenuhi ketentuan

tata bangunan dan tata

kualitas lingkungan dalam

RTBL, meliputi pengaturan

blok bangunan, kapling,

bangunan, ketinggian dan

elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.

76% - 100%

 KDB melebihi ketentuan RDTR,

dan/atau RTBL

 KLB melebihi ketentuan dalam

RDTR, dan/atau RTBL;

dan/atau

 Kepadatan bangunan yang

tinggi pada lokasi, yaitu :

oUntuk kota metropolitan dan

kota besar ≥ 250 unit/Ha

oUntuk kota sedang dan kota

Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan :

 Pengendalian dampak

lingkungan

 Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum

 Keselamatan bangunan gedung

(13)

7-13

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

Sebagian lokasi perumahan atau

permukiman tidak terlayani

dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis

25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan

Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman

25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan Akses aman air minum

Masyarakat pada lokasi

perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

51% - 75%

populasi tidak dapat

mengakses air

minum yang

masyarakat pada lokasi

perumahan atau permukiman

tidak mencapai minimal

sebanyak 60 liter/orang/hari

51% - 75%

populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum

Jaringan drainase lingkungan

tidak mampu mengalirkan

limpasan air sehingga

menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun

51% - 75% area

Tidak tersedianya saluran

drainase lingkungan pada

lingkungan perumahan atau

permukiman, yaitu saluran

tersier dan/atau saluran lokal

51% - 75% area tidak tersedia drainase

Saluran drainase lingkungan

tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat

mengalir dan menimbulkan

genangan dengan hirarki di atasnya

3

d.Tidak terpeliharany a drainase

Tidak dilaksanakannya

pemeliharaan saluran drainase

lingkungan pada lokasi

perumahan atau

permukiman,baik :

 Pemeliharaan rutin ; dan/atau

 Pemeliharaan berkala

51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

3

e.Kualitas konstruksi drainase

Kualitas konstruksi drainase

buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis

51% - 75% area memiliki kualitas

(14)

7-14

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan

konstruksi

Pengelolaan air limbah pada

lokasi perumahan atau

permukiman tidak memiliki

sistem yang memadai, yaitu

kakus/kloset yang tidak

terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.

76% - 100% area memiliki

sistem air

limbah yang

tidak sesuai

standar teknis 5

b.Prasarana dan sarana

Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada

lokasi perumahan atau

permukiman dimana :

 Kloset leher angsa tidak

terhubung dengan tangki

septik;

 Tidak tersedianya sistem

pengolahan limbah setempat atau terpusat

76% - 100% area memiliki

sarpras air

a. Prasarana dan sarana

Prasarana dan Sarana

Persampahan pada lokasi

perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu :

 Tempat sampah dengan

pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;

 Tempat pengumpulan sampah

(TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;

 Gerobak sampah dan/atau truk

sampah pada skala lingkungan; dan

 Tempat pengolahan sampah

terpadu (TPST) pada skala lingkungan

76% - 100% area memiliki sarpras

Pengelolaan persampahan pada

lingkungan perumahan atau

permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Pewadahan dan pemilahan

domestik;

 Pengumpulan lingkungan;

 Pengangkutan lingkungan;

 Pengolahan lingkungan

76% - 100% area memiliki sistem

persampahan

tidak sesuai

standar

(15)

7-15

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

Tidak dilakukannya

pemeliharaan sarana dan

prasarana pengelolaan

persampahan pada lokasi

perumahan atau permukiman, baik :

 Pemeliharaan rutin; dan/atau

 Pemeliharaan berkala

76% - 100% area memiliki sarpras

persampahan

yang tidak

terpelihara

5

7 Kondisi proteksi

kebakaran

a. Ketidaktersedi aan Prasarana Proteksi Kebakaran

Tidak tersedianya prasarana

proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :

 Pasokan air;

 Jalan lingkungan;

 Sarana komunikasi;

 Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; dan

 Bangunan pos kebakaran

76% - 100%

Tidak tersedianya sarana

proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :

 Alat Pemadam Api Ringan

(APAR);

 Mobil pompa;

 Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan

 Peralatan pendukung lainnya

76% - 100% B Idenfikasi Pertimbangan Lain

8 Pertimbangan

lain

a.Nilai Strategis Lokasi

Pertimbangan letak lokasi

perumahan atau permukiman pada:

 Fungsi strategis kota; atau

 Bukan fungsi strategis kota

Lokasi terletak

Pertimbangan kepadatan

penduduk pada lokasi

perumahan atau permukiman dengan klasifikasi :

 Rendah yaitu kepadatan

penduduk di bawah 150

 jiwa/ha; penduduk diatas 400 jiwa/ha

Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha

(16)

7-16

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

c. Kondisi Sosial, ekonomi dan budaya

Pertimbangan potensi yang

dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa :

 Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;

 Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat;

 Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya

tertentu yang dimiliki

masyarakat setempat

Lokasi tidak

memiliki potensi sosial,

ekonomi dan

C. Idenfikasi Legalitas Lahan

9 Legalitas lahan

a. Kejelasan status penguasaan lahan

Kejelasan terhadap status

penguasaan lahan berupa :

 Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak

atas tanah atau bentuk

dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau

 Kepemilikan pihak lain

(termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah

dalam bentuk perjanjian

tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain

Keseluruhan

Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang

(RTR), dengan bukti Izin

Mendirikan bangunan atau Surat

Keterangan Rencana

Kabupaten/Kota (SKRK)

Sebagian atau keseluruhan lokasi berada

bukan pada

Sumber : Dokumen RKP-KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015

(17)

7-17

(18)

7-18

Gambar 7.3 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Utara

b.Kecamatan Sangatta Selatan

Kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kecamatan Sangatta Selatan berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Singa Geweh.

Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Selatan

Penilaian tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Selatan, sebagai berikut :

1.Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik) Kepadatan Bangunan

(19)

7-19

b. Tingkat kepadatan bangunan : 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan

c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

Kondisi Jalan Lingkungan

a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan : 51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

b. Kualitas permukaan jalan lingkungan : 51% - 75% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk

Kondisi Penyediaan Air Minum

a. Ketersediaan akses aman air minum : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman

b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

Kondisi Drainase Lingkungan

a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air : 51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

b. Ketidaktersediaan drainase : 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase perkotaan : 51% - 75% drainase

lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya

d. Tidak terpeliharanya drainase : 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

e. Kualitas konstruksi drainase : 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

Kondisi Pengelolaan Air Limbah

a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

(20)

7-20

a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis : 51% - 75% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan : 51% - 75% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara

Kondisi Proteksi Kebakaran

a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

2.Identifikasi Pertimbangan Lain Pertimbangan Lain

a. Nilai strategis lokasi : Lokasi terletak pada fungsi strategis kota/pusat kota

b. Kependudukan : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya : Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi

dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara 3.Identifikasi Legalitas Lahan

Legalitas Lahan

a. Kejelasan status penggunaan lahan : Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain

b. Kesesuaian RTR : Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR

Tabel 7.3 Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh Sangatta Selatan

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)

1 meliputi pengaturan bentuk,

besaran, perletakan, dan

(21)

7-21

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau

 Tidak memenuhi ketentuan

tata bangunan dan tata

kualitas lingkungan dalam

RTBL, meliputi pengaturan

blok bangunan, kapling,

bangunan, ketinggian dan

elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.

d. Tingkat

Kepadatan Bangunan

 KDB melebihi ketentuan RDTR,

dan/atau RTBL

 KLB melebihi ketentuan dalam

RDTR, dan/atau RTBL;

dan/atau

 Kepadatan bangunan yang

tinggi pada lokasi, yaitu :

oUntuk kota metropolitan dan

kota besar ≥ 250 unit/Ha

oUntuk kota sedang dan kota

Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan :

 Pengendalian dampak

lingkungan

 Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum

 Keselamatan bangunan gedung

(BG)

Sebagian lokasi perumahan atau

permukiman tidak terlayani

dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis

51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan

Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman

51% - 75% area

Masyarakat pada lokasi

perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas

51% - 75%

populasi tidak dapat

(22)

7-22

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

minum yang

masyarakat pada lokasi

perumahan atau permukiman

tidak mencapai minimal

sebanyak 60 liter/orang/hari

51% - 75%

populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum

Jaringan drainase lingkungan

tidak mampu mengalirkan

limpasan air sehingga

menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun

51% - 75% area

Tidak tersedianya saluran

drainase lingkungan pada

lingkungan perumahan atau

permukiman, yaitu saluran

tersier dan/atau saluran lokal

51% - 75% area tidak tersedia drainase

Saluran drainase lingkungan

tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat

mengalir dan menimbulkan

genangan dengan hirarki di atasnya

3

d. Tidak

terpeliharanya drainase

Tidak dilaksanakannya

pemeliharaan saluran drainase

lingkungan pada lokasi

perumahan atau

permukiman,baik :

 Pemeliharaan rutin ; dan/atau

 Pemeliharaan berkala

51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

3

e. Kualitas

konstruksi drainase

Kualitas konstruksi drainase

buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan

51% - 75% area

Pengelolaan air limbah pada

lokasi perumahan atau

permukiman tidak memiliki

sistem yang memadai, yaitu

kakus/kloset yang tidak

terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.

76% - 100% area memiliki

sistem air

limbah yang

tidak sesuai

standar teknis 5

b. Prasarana dan sarana

Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada

76% - 100%

(23)

7-23

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

lokasi perumahan atau

permukiman dimana :

 Kloset leher angsa tidak

terhubung dengan tangki

septik;

 Tidak tersedianya sistem

pengolahan limbah setempat atau terpusat

a. Prasarana dan sarana

Prasarana dan Sarana

Persampahan pada lokasi

perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu :

 Tempat sampah dengan

pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;

 Tempat pengumpulan sampah

(TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;

 Gerobak sampah dan/atau truk

sampah pada skala lingkungan; dan

 Tempat pengolahan sampah

terpadu (TPST) pada skala lingkungan

76% - 100% area memiliki sarpras

Pengelolaan persampahan pada

lingkungan perumahan atau

permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Pewadahan dan pemilahan

domestik;

 Pengumpulan lingkungan;

 Pengangkutan lingkungan;

 Pengolahan lingkungan

51% - 75% area

Tidak dilakukannya

pemeliharaan sarana dan

prasarana pengelolaan

persampahan pada lokasi

perumahan atau permukiman, baik :

 Pemeliharaan rutin; dan/atau

 Pemeliharaan berkala

51% - 75% area

7 Kondisi proteksi

kebakaran

Tidak tersedianya prasarana

proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :

 Pasokan air;

 Jalan lingkungan;

 Sarana komunikasi;

(24)

7-24

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

 Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; dan

 Bangunan pos kebakaran

b. Ketidakt

ersediaan Sarana Proteksi Kebakaran

Tidak tersedianya sarana

proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :

 Alat Pemadam Api Ringan

(APAR);

 Mobil pompa;

 Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan

 Peralatan pendukung lainnya

76% - 100% B Idenfikasi Pertimbangan Lain

8 Pertimbangan

lain

a. Nilai Strategis Lokasi

Pertimbangan letak lokasi

perumahan atau permukiman pada:

 Fungsi strategis kota; atau

 Bukan fungsi strategis kota

Lokasi terletak

Pertimbangan kepadatan

penduduk pada lokasi

perumahan atau permukiman dengan klasifikasi :

 Rendah yaitu kepadatan

penduduk di bawah 150

 jiwa/ha; penduduk diatas 400 jiwa/ha

Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha

Pertimbangan potensi yang

dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa :

 Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;

 Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat;

 Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya

tertentu yang dimiliki

masyarakat setempat

Lokasi tidak

memiliki potensi sosial,

ekonomi dan

budaya untuk dikembangkan atau dipelihara

(25)

7-25

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

NILAI 7

C. Idenfikasi Legalitas Lahan

9 Legalitas lahan

a. Kejelasan status penguasaan lahan

Kejelasan terhadap status

penguasaan lahan berupa :

 Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak

atas tanah atau bentuk

dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau

 Kepemilikan pihak lain

(termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah

dalam bentuk perjanjian

tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain

Keseluruhan

Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang

(RTR), dengan bukti Izin

Mendirikan bangunan atau Surat

Keterangan Rencana

Kabupaten/Kota (SKRK)

Sebagian atau keseluruhan lokasi berada

bukan pada

Sumber : Dokumen RKP-KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015

(26)

7-26

(27)

7-27

Gambar 7.5 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Selatan

c. Kecamatan Bengalon

Kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kecamatan Sangatta Selatan berlokasi di Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur.

Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Bengalon

Penilaian tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Bengalon, sebagai berikut :

(28)

7-28

a. Ketidakteraturan bangunan :76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan

b. Tingkat kepadatan bangunan : 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan

c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

Kondisi Jalan Lingkungan

a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan : 51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

b. Kualitas permukaan jalan lingkungan : 51% - 75% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk

Kondisi Penyediaan Air Minum

a. Ketersediaan akses aman air minum : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman

b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

Kondisi Drainase Lingkungan

a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air : 51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

b. Ketidaktersediaan drainase : 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase perkotaan : 51% - 75% drainase

lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya

d. Tidak terpeliharanya drainase : 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

e. Kualitas konstruksi drainase : 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk

Kondisi Pengelolaan Air Limbah

a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

(29)

7-29

a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 51% - 75% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis : 51% - 75% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan : 51% - 75% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara

Kondisi Proteksi Kebakaran

a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

2.Identifikasi Pertimbangan Lain Pertimbangan Lain

a. Nilai strategis lokasi : Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kabupaten b. Kependudukan : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya : Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi

dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara 3.Identifikasi Legalitas Lahan

Legalitas Lahan

a. Kejelasan status penggunaan lahan : Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain

b. Kesesuaian RTR : Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR

Tabel 7.4 Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh Bengalon

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)

1 bangunan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, besaran,

perletakan, dan tampilan

(30)

7-30

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

 Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam RTBL, meliputi

pengaturan blok bangunan,

kapling, bangunan, ketinggian

dan elevasi lantai, konsep

identitas lingkungan, konsep

orientasi lingkungan, dan wajah jalan. RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau

 Kepadatan bangunan yang tinggi pada lokasi, yaitu :

oUntuk kota metropolitan dan

kota besar ≥ 250 unit/Ha

oUntuk kota sedang dan kota

Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan :

 Pengendalian dampak lingkungan

 Pembangunan bangunan gedung

di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum

 Keselamatan bangunan gedung

(BG)

2 Kondisi jalan lingkungan

a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan

Sebagian lokasi perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan

jalan lingkungan yang sesuai

dengan ketentuan teknis

51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan

Sebagian atau seluruh jalan

lingkungan terjadi kerusakan

permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman

51% - 75% area

Masyarakat pada lokasi perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

51% - 75%

populasi tidak dapat

mengakses air

minum yang

aman

3

b. Tidak terpenuhinya

Kebutuhan air minum masyarakat

pada lokasi perumahan atau

permukiman tidak mencapai

51% - 75%

populasi tidak terpenuhi

(31)

7-31

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

kebutuhan air minum

minimal sebanyak 60

liter/orang/hari

kebutuhan air minum

Jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun

51% - 75% area

Tidak tersedianya saluran drainase

lingkungan pada lingkungan

perumahan atau permukiman,

yaitu saluran tersier dan/atau saluran lokal

51% - 75% area tidak tersedia drainase

Saluran drainase lingkungan tidak terhubung dengan saluran pada

hirarki di atasnya sehingga

menyebabkan air tidak dapat

mengalir dan menimbulkan

genangan dengan hirarki di atasnya

3

d. Tidak

terpeliharanya drainase

Tidak dilaksanakannya

pemeliharaan saluran drainase

lingkungan pada lokasi perumahan atau permukiman,baik :

 Pemeliharaan rutin ; dan/atau

 Pemeliharaan berkala

51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau

3

e. Kualitas

konstruksi drainase

Kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan

Pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu kakus/kloset yang tidak terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.

76% - 100% area memiliki

sistem air

limbah yang

tidak sesuai

standar teknis 5

b. Prasarana dan sarana

Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada lokasi

perumahan atau permukiman

dimana :

 Kloset leher angsa tidak

terhubung dengan tangki septik;

 Tidak tersedianya sistem

pengolahan limbah setempat atau terpusat

76% - 100% area memiliki

(32)

7-32

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

6

Kondisi pengelolaan persampahan

a. Prasarana dan sarana

Prasarana dan Sarana Persampahan

pada lokasi perumahan atau

permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu :

 Tempat sampah dengan

pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;

 Tempat pengumpulan sampah

(TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;

 Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan

Pengelolaan persampahan pada

lingkungan perumahan atau

permukiman tidak memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

 Pewadahan dan pemilahan

domestik;

 Pengumpulan lingkungan;

 Pengangkutan lingkungan;

 Pengolahan lingkungan

51% - 75% area

Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan

persampahan pada lokasi

perumahan atau permukiman,

baik :

 Pemeliharaan rutin; dan/atau

 Pemeliharaan berkala

51% - 75% area

7 Kondisi proteksi

kebakaran

Tidak tersedianya prasarana

proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :

 Pasokan air;

 Jalan lingkungan;

 Sarana komunikasi;

 Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; dan

 Bangunan pos kebakaran

76% - 100%

Tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :

 Alat Pemadam Api Ringan (APAR);

 Mobil pompa;

 Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan

 Peralatan pendukung lainnya

(33)

7-33

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

B Idenfikasi Pertimbangan Lain

8 Pertimbangan

lain

a. Nilai Strategis Lokasi

Pertimbangan letak lokasi

perumahan atau permukiman pada:

 Fungsi strategis kota; atau

 Bukan fungsi strategis kota

Lokasi terletak

Pertimbangan kepadatan penduduk

pada lokasi perumahan atau

permukiman dengan klasifikasi :

 Rendah yaitu kepadatan

penduduk di bawah 150

 jiwa/ha;

 Sedang yaitu kepadatan

penduduk antara 151 – 200

jiwa/ha

 Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara 201 – 400 jiwa/ha

 Sangat padat yaitu kepadatan penduduk diatas 400 jiwa/ha

Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha

1

c. Kondisi Sosial, ekonomi dan budaya

Pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa :

 Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;

 Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang

bersifat strategis bagi

masyarakat setempat;

 Potensi budaya yaitu adanya

kegiatan atau warisan budaya

tertentu yang dimiliki

masyarakat setempat

Lokasi tidak

memiliki potensi sosial,

ekonomi dan

C. Idenfikasi Legalitas Lahan

9 Legalitas lahan

a. Kejelasan status penguasaan lahan

Kejelasan terhadap status

penguasaan lahan berupa :

 Kepemilikan sendiri, dengan

bukti dokumen sertifikat hak atas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau

 Kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk

perjanjian tertulis antara

(34)

7-34

No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai

1 2 3 4 5 6

pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain

b. Kesesuaian RTR

Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang (RTR), dengan bukti Izin Mendirikan bangunan atau Surat Keterangan Rencana Kabupaten/Kota (SKRK)

Sebagian atau keseluruhan lokasi berada

bukan pada

peruntukan perumahan/pe rmukiman sesuai RTR

(-)

Sumber: Dokumen RKP-KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015

Dari Tabel di atas disimpulkan bahwa permukiman kumuh Kawasan Bengalon termasuk dalam kategori kumuh sedang dengan nilai indikator 69, dan tidak terletak pada fungsi strategis kabupaten.

(35)

7-35

Gambar 7.7 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Bengalon

7.1.1.2 Kondisi Eksisting Permukiman Perdesaan, Permukiman Nelayan, Rawan Bencana Alam, Perbatasan dan Pulau Kecil di Kabupaten Kutai Timur

7.1.1.3 Potensi dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman di Kabupaten Kutai Timur

(36)

7-36

Kajian potensi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Kutai Timur yang merupakan kawasan perkotaan dengan karakteristik kawasan berupa daerah pertambangan, industri, merupakan jalur MP3EI, serta kedudukan sebagai KSN menjadi potensi tersendiri untuk Kabupaten Kutai Timur. Selain potensi umum, potensi yang lebih spesifik dirumuskan melalui beberapa aspek sebagai berikut:

1) Aspek Fisik

Kondisi dan Karakteristik lahan yang dominan datar memungkinkan untuk pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan serta aktivitas sosial ekonomi. 2) Aspek Ekonomi

Keberadaan fungsi industri dan pelabuhan menjadi motor pengerak pembangunan ekonomi kota dan wilayah.

3) Aspek Sosial Budaya

Sistem sosial masyarakat heterogen, akulturasi budaya, serta tradisi lomplai sebagai perekat hubungan sosial masyarakat.

4) Aspek Sarana Permukiman

Ketersediaan sarana permukiman telah terpenuhi pada kawasan perkotaan dalam kerangka mendukung pelanyanan aktivitas sosial ekonomi masyarakat.

5) Aspek Prasarana Permukiman

Ketersediaan Infrastruktur (prasarana dasar) pada kawasan permukiman perkotaan, berfungsi mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat.

6) Aspek Aksesibilitas dan Transportasi

Daya hubung dan aksesibilitas antar kawasan permukiman cukup tinggi serta pemenuhan ketersediaan moda angkutan transportasi.

7) Aspek Kelembagaan

Fungsi dan peran kelembangan masyarakat dan pemerintah telah berjalan efektif dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan.

8) Aspek Partisipasi Publik

Peran dan Partisipasi publik cukup positif dalam mendukung pembangunan dan pengambangan kawasan permukiman perkotaan.

(37)

7-37

Ketersediaan pembiayaan yang bersumber dari pemerintah dan swasta berkonstribusi positif dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

10) Aspek Regulasi

Ketersediaan berbagai perangkat kebijakan dan peraturan daerah sebagai instrumen dalam pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan.

11) Aspek Kualitas Lingkungan Permukiman

Perbandingan antara lahan terbangun dan tidak terbangun serta keberadaan kawasan hutan yang masih dominan berfungsi sebagai hutan kota dalam kerangka mendukung penyelamatan dan pemeliharaan kualitas lingkungan permukiman.

12) Aspek Spesifikasi Wilayah

Tipologi perkotaan relatif datar, dilintasi oleh DAS dan kawasan pesisir, memungkinkan pengembangan aktivitas perkotaan yang terintegrasi dengan kawasan permukiman perkotaan.

B. Kajian Tantangan

Kajian tantangan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Kutai Timur ditinjau melalui beberapa aspek sebagai berikut:

1) Aspek Fisik

Perkembangan kawasan permukiman sepanjang DAS dan pemanfaatan daerah catchmen area akan berpengaruh terhadap erosi lahan dan banjir perkotaan.

2) Aspek Ekonomi

Eksploitasi dan eksplorasi SDA secara berlebihan berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem dan biaya pemulihan kualitas lingkungan.

3) Aspek Sosial Budaya

Sistem sosial masyarakat yang heterogen berpengaruh terhadap perubahan sosial dan orientasi masyarakat menuju industrial perkotaan.

4) Aspek Sarana Permukiman

Pembangunan dan pengembangan sarana permukiman yang tidak memadai berpengaruh terhadap sistem pelanyanan aktivitas sosial-ekonomi pada kawasan perkotaan Kabupaten Kutai Timur.

(38)

7-38

Aktivitas kegiatan industri pertambangan berpengaruh terhadap kerusakan infrastruktur jaringan jalan dan biaya pemeliharaan yang cukup tinggi.

6) Aspek Aksesibilitas dan Transportasi

Sistem pergerakan angkutan transportasi yang belum optimal dan daya hubung antar kawasan perkotaan yang relatif rendah berpengaruh terhadap pola distribusi angkutan aliran barang dan jasa.

7) Aspek Kelembagaan

Koordinasi antar lembaga yang belum berjalan optimal berpengaruh terhadap keterpaduan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

8) Aspek Partisipasi Publik

Lemahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan berpengaruh terhadap keberlanjutan pelaksanaan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

9) Aspek Pembiayaan dan Investasi

Alokasi pembiayaan dan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur pekotaan berpengaruh terhadap percepatan penyediaan infrastruktur permukiman.

10) Aspek Regulasi

Instrument pengendalian pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan belum berjalan efektif berpengaruh terhadap pelaksanaan program.

11) Aspek Kualitas Lingkungan Permukiman

Perkembangan permukiman kumuh sepanjang daerah bantaran sungai berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan permukiman perkotaan.

12) Aspek Spesifikasi Wilayah

Sedimentasi dan abrasi sepanjang daerah aliran sungai berdampak pada keberlanjutan ekosistem DAS dan kawasan pesisir.

7.1.1.4 Pemetaan dan Evaluasi Program-program yang Telah Dilaksanakan di Kabupaten Kutai Timur Terkait dengan Pembangunan Kawasan Permukiman

(39)

7-39

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan  Infrastruktur kawasan permukiman kumuh  Infrastruktur permukiman RSH

 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)  Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil  Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)  Infrastruktur perdesaan PPIP

 Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

(40)

7-40

Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012

Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan Permukiman Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

(41)

7-41  Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus

Rusunawa

 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya  Ada calon penghuni

 RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.  PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik  Tingkat kemiskinan desa >25%

PISEW

 Berbasis pengembangan wilayah

 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan

 Mendukung komoditas unggulan kawasan

(42)

7-42

penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut: 1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

d. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah. 5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

(43)

7-43 7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

A. Usulan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

B. Usulan Kebutuhan Pembiayaan

Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

7.2

SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL)

KABUPATEN KUTAI TIMUR

7.2.1 Kondisi Eksisting

7.2.1.1 Data Kondisi Perda Bangunan Gedung dan NSPK Lainnya di Kabupaten Kutai Timur

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

(44)

7-44

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

d. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup

peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(45)

7-45

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

7.2.1.2 Kondisi Kota Pusaka, Kota Hijau dan Kawasan Strategis Lainnya di Kabupaten Kutai Timur

7.2.1.3 Potensi dan Tantangan Pengembangan Sektor PBL Kabupaten Kutai Timur Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

Penataan Lingkungan Permukiman:

• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

• Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

(46)

7-46

• Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

• Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

• Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;

• Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;

• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

• Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;

• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien; • Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

Kapasitas Kelembagaan Daerah:

• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

• Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;

Gambar

Tabel 7.2
Gambar 7.3 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
Gambar 7.5 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan   Sangatta Selatan
Gambar 7.6 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana yang telah disebut dalam hasil penelitian di atas, maka dapat dilihat bahwa PPAT sangat berperan dalam peralihan hak atas tanah dalam hal ini jual beli kapling

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini. betupa teknik komunikasi tidak langsung, yaitu dengan menggunakan

Penelitian ini menggunakan pen- dekatan pragmatik dengan metode deskriptif analisis, yaitu penelitian dengan mencatat dan menguraikan data yang terbentuk kata-kata

individu tersebut secara holistik (utuh) ”.. 7) berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,

diartikan sebagai hasil kerja seseorang pegawai, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh friendly smart monopoly terhadap kompetensi interpersonal pada anak sekolah dasar.24 anak dari kelas v

Dalam kegiatan bisnis, pengetahuan tentang segmentasi pasar dapat digunakan sebagai informasi untuk memilih pasar, mencari peluang usaha, menyusun strategi merebut bagian pasar

Sama dengan Majmu’ Syarif yang lain, buku kecil ini memuatkan surah- surah al-Quran, zikir dan doa sebagai tuntutan ibadah tambahan seharian, malam Jumaat dan hari