7-1
7-2
7.1
SEKTOR
PENGEMBANGAN
KAWASAN
PERMUKIMAN
(PKP)
KABUPATEN KUTAI TIMUR
7.1.1 Kondisi Eksisting
7.1.1.1 Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh Kabupaten Kutai Timur
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur sesuai dengan SK. Bupati Kabupaten Kutai Timur, ditetapkan berlokasi di 3 (tiga) wilayah Kecamatan, antara lain Kecamatan Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Bengalon. Kawasan kumuh perkotaan yang berlokasi di Kecamatan Sangatta Utara meliputi; Desa Sangatta Utara, dengan luas keseluruhan kawasan 45,10 Ha. Kawasan kumuh perkotaan yang berlokasi di Kecamatan Sangatta Selatan meliputi; Desa Sangatta Selatan dan Desa Singa Geweh. Luas keseluruhan kawasan 31,76 Ha. Kawasan kumuh perkotaan yang berlokasi di Kecamatan Bengalon meliputi; Desa Sepaso dan Sepaso Timur. Luas keseluruhan kawasan 45,20 Ha.
A. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan Kabupaten Kutai Timur:
Secara spesifik isu strategis pembangunan permukiman perkotaan Kabupaten Kutai Timur, antara lain sebagai berikut :
1. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Sangatta Utara
Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Utara. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara, sebagai berikut :
a. Kondisi Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara dalam kondisi rusak. Konstruksi jalan sebahagian aspal dan sebahagian pengerasan.
b. Kondisi sistem jaringan drainase tidak berfungsi dengan baik akibat sedimentasi dan penumpukan sampah disaluran drainase.
7-3
d. Kondisi sistem jaringan air minum yang dimanfaatkan sebahagian masyarakat bersumber dari air PDAM dan air yang bersumber dari sumur tanah dangkal dan air permukaan
e. Kondisi sistem sanitasi, khususnya limbah rumah tangga umumnya memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan.
f. Hunian masyarakat menggunakan material bahan bangunan dari kayu dengan kondisi semi permanen dan temporer. Disamping itu hunian masyarakat berfungsi ganda, selain sebagai rumah tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat berjualan (toko/warung)
g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya.
2. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Sangatta Selatan
Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Selatan berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh, sebagai berikut :
a. Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Singa Geweh sebahagian besar mengalami kerusakan, khususnya pada jalan dengan konstruksi aspal. Sedangkan kondisi jalan dengan konstruksi beton (jalan setapak) dan pengerasan umumnya baik.
b. Kondisi sistem jaringan drainase tidak berfungsi dengan baik akibat sedimentasi dan penumpukan sampah disaluran drainase.
c. Kondisi pengelolaan persampahan tidak berjalan dengan baik, terdapat bak sampah namun rendahnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bak sampah yang ada, sampah yang dihasilkan dibuang kesaluran drainase, sungai dan pekarangan rumah.
7-4
e. Kondisi sistem sanitasi, khususnya limbah rumah tangga umumnya memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan, sebagian kecil masyarakat memiliki septic tank
f. Hunian masyarakat menggunakan material bahan bangunan dari kayu dengan kondisi semi permanen dan temporer. Disamping itu hunian masyarakat berfungsi ganda, selain sebagai rumah tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat berjualan (toko/warung)
g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya.
3. Kawasan Permukiman Kumuh Kecamatan Bengalon
Kawasan kumuh perkotaan Kecamatan Bengalon berlokasi di Desa/Kelurahan Sepaso dan Desa/Kelurahan Sepaso Timur. Isu strategis kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Desa/Kelurahan Sepaso Timur, sebagai berikut :
a. Jalan lingkungan kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur terdiri dari jalan lingkungan dengan konstruksi beton, aspal dan pengerasan, umumnya dalam kondisi baik.
b. Kawasan kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur tidak memiliki sistem jaringan drainase, akibatnya terjadi luapan dan genangan air pada saat musim hujan.
c. Kondisi pengelolaan persampahan tidak berjalan dengan baik, terdapat bak sampah namun rendahnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bak sampah yang ada, sampah yang dihasilkan dibuang kesaluran drainase, sungai dan pekarangan rumah. d. Kondisi sistem jaringan air minum yang dimanfaatkan masyarakat bersumber dari air
PDAM (tidak maksimal untuk keseluruhan kawasan) dan air yang bersumber dari sumur tanah dangkal dan air permukaan (kualitas keruh)
7-5
g. Rawan terjadi kebakaran, akibat kepadatan dan kerapatan bangunan cukup tinggi, hampir tidak terdapat pemisah antara bangunan yang satu dengan bangunan lainnya. Umumnya kebakaran terjadi akibat arus pendek listrik.
B. Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur: Berdasarkan pengamatan lapangan, karakteristik permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Kutai Timur, diklasifikasikan menjadi: permukiman kumuh daerah bantaran sungai (Sangatta Utara, Sangatta Selatan dan Bengalon) serta permukiman kumuh pusat kota/pusat kegiatan sosial ekonomi (Sangatta Utara dan Sangatta Selatan).
Pendekatan penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan penanganan dalam bentuk; Property
Development, Community Based Development, Guided Land Development. Pendekatan
penanganan ini dirumuskan dengan mempertimbangkan kriteria pembentuk kawasan permukiman kumuh.
1.Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Property Development
Pendekatan ini berangkat dari pemahaman bahwa kawasan permukiman kumuh perkotaan akan dikelola secara komersial agar ekonomi lokasi yang tinggi dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kepentingan kawasan dan daerah. Dalam hal ini masyarakat penghuni kawasan berkedudukan sebagai kelompok sasaran perumahan, pemerintah sebagai pemilik aset (tanah) dan swasta sebagai investor.
2.Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Community Based Development
Kawasan kurang bahkan tidak mempunyai nilai ekonomis komersial. Dalam hal ini kemampuan masyarakat penghuni sebagai perhatian utama. Masyarakat didudukan sebagai pemeran utama penanganan.
3.Pendekatan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Dalam Bentuk Guided Land Development
7-6
Lokasi kawasan kumuh perkotaan berdasarkan SK. Bupati Kabupaten Kutai Timur terdiri dari : a. Permukiman kumuh daerah bantaran sungai (Sungai Sangatta dan Bengalon)
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan Sangatta Utara
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur di Kecamatan Bengalon
b. Permukiman kumuh pusat kegiatan sosial ekonomi
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan Sangatta Utara
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sepaso Kecamatan Bengalon c. Permukiman kumuh pusat kota
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Desa/Kelurahan Sangatta Utara di Kecamatan Sangatta Utara
Bentuk penanganan yang dapat dilakukan pada kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur, sebagai berikut :
1.Permukiman kumuh daerah bantaran sungai (Sungai Sangatta dan Bengalon)
Untuk menangani kumuh di daerah bantaran Sungai Sangatta dan Bengalon dapat direkomendasikan antara lain :
Pemindahan (relokasi) dari sempadan sungai ke housing stock terdekat, dengan menetapkan kawasan sempadan sungai merupakan kawasan lindung yang tidak boleh dibanguni perumahan.
Pendekatan penanganan pada rumah bantaran sungai ini adalah berupa urban renewal
atau peremajaan kawasan permukiman.
Ketegasan Pemerintah Daerah dalam Pemanfaatan Ruang dan status lahan terutama lahan bantaran sungai.
7-7
penetapan sempadan sungai 15 meter (termasuk kategori sungai sedang berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990).
2.Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi
Beberapa hal yang direkomendasikan untuk menangani kumuh di pusat kegiatan sosial ekonomi (Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara) :
Penegasan pemanfaatan ruang khususnya pada kawasan pusat kegiatan sosial ekonomi Pengaturan sempadan perumahan
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan pusat kegiatan sosial ekonomi
Peningkatan kualitas perumahan pada kawasan pusat kegiatan sosial ekonomi Bantuan usaha ekonomi kawasan seperti dana bergulir yang bersifat stimulatif Pendampingan untuk penanganan dan penataan perumahan
3.Permukiman kumuh pusat kota
Untuk menangani kumuh di kawasan pusat kota (Desa/Kelurahan Singa Geweh di Kecamatan Sangatta Selatan dan Desa/Kelurahan Sangatta Utara Kecamatan Sangatta Utara) dapat direkomendasikan antara lain :
Peremajaan Kawasan (Urban Renewal) adalah pengembangan rumah bagi masyarakat setempat dengan memperbaiki kondisi hunian, infrastruktur jalan lokal, drainase, pengelolaan sampah, sanitasi, penyediaan air minum dan penanggulangan kebakaran.
Penataan dan pembangunan rumah dengan memanfaatkan Program Perumahan Swadaya.
Peningkatan infrastruktur menitikberatkan pada rehabilitasi dan peningkatan kualitas jalan lingkungan, saluran drainase, pengelolaan sampah dan penyediaan air minum.
Pengembangan Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
C. Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan kabupaten Kutai Timur
7-8
Timur). Karakteristik kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 7.1 Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur
No Nama Kawasan Karakteristik Luas (Ha)
1 2 3 4
A Kecamatan Sangatta Utara
1 Desa Sangatta Utara Kumuh Bantaran Sungai 45,10
B Kecamatan Sangatta Selatan
1 Desa Sangatta Selatan
Kumuh Bantaran Sungai 31,76
2 Desa Singa Geweh
C Kecamatan Bengalon
1 Sepaso
Kumuh Bantaran Sungai 45,20
2 Sepaso Timur
Jumlah 122,06
7-9
Gambar 7.1 Peta Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur
D. Analisis Tipologi Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Kutai Timur
7-10
Sangatta Selatan dan Bengalon. Tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Kutai Timur, sebagai berikut :
a. Kecamatan Sangatta Utara
Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Utara.
Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Utara
Penilaian tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Utara, sebagai berikut :
1.Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik) Kepadatan Bangunan
a. Ketidakteraturan bangunan :76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan
b. Tingkat kepadatan bangunan : 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan
c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis
Kondisi Jalan Lingkungan
a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan : 25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan
b. Kualitas permukaan jalan lingkungan : 25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan
Kondisi Penyediaan Air Minum
a. Ketersediaan akses aman air minum : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman
b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya
Kondisi Drainase Lingkungan
a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air : 51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun
b. Ketidaktersediaan drainase : 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase perkotaan : 51% - 75% drainase
7-11
d. Tidak terpeliharanya drainase : 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau
e. Kualitas konstruksi drainase : 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk
Kondisi Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis
b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis
Kondisi Pengelolaan Persampahan
a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis
b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar
c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan : 76% - 100% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara
Kondisi Proteksi Kebakaran
a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran
b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran
2.Identifikasi Pertimbangan Lain Pertimbangan Lain
a. Nilai strategis lokasi : Lokasi terletak pada fungsi strategis kota/ibukota kabupaten b. Kependudukan : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha
c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya : Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara.
3.Identifikasi Legalitas Lahan Legalitas Lahan
7-12
b. Kesesuaian RTR : Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR.
Tabel 7.2
Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh Sangatta Utara
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)
1 meliputi pengaturan bentuk,
besaran, perletakan, dan
tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau
Tidak memenuhi ketentuan
tata bangunan dan tata
kualitas lingkungan dalam
RTBL, meliputi pengaturan
blok bangunan, kapling,
bangunan, ketinggian dan
elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
76% - 100%
KDB melebihi ketentuan RDTR,
dan/atau RTBL
KLB melebihi ketentuan dalam
RDTR, dan/atau RTBL;
dan/atau
Kepadatan bangunan yang
tinggi pada lokasi, yaitu :
oUntuk kota metropolitan dan
kota besar ≥ 250 unit/Ha
oUntuk kota sedang dan kota
Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan :
Pengendalian dampak
lingkungan
Pembangunan bangunan
gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum
Keselamatan bangunan gedung
7-13
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
Sebagian lokasi perumahan atau
permukiman tidak terlayani
dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis
25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan
Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman
25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan Akses aman air minum
Masyarakat pada lokasi
perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
51% - 75%
populasi tidak dapat
mengakses air
minum yang
masyarakat pada lokasi
perumahan atau permukiman
tidak mencapai minimal
sebanyak 60 liter/orang/hari
51% - 75%
populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum
Jaringan drainase lingkungan
tidak mampu mengalirkan
limpasan air sehingga
menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun
51% - 75% area
Tidak tersedianya saluran
drainase lingkungan pada
lingkungan perumahan atau
permukiman, yaitu saluran
tersier dan/atau saluran lokal
51% - 75% area tidak tersedia drainase
Saluran drainase lingkungan
tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat
mengalir dan menimbulkan
genangan dengan hirarki di atasnya
3
d.Tidak terpeliharany a drainase
Tidak dilaksanakannya
pemeliharaan saluran drainase
lingkungan pada lokasi
perumahan atau
permukiman,baik :
Pemeliharaan rutin ; dan/atau
Pemeliharaan berkala
51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau
3
e.Kualitas konstruksi drainase
Kualitas konstruksi drainase
buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis
51% - 75% area memiliki kualitas
7-14
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan
konstruksi
Pengelolaan air limbah pada
lokasi perumahan atau
permukiman tidak memiliki
sistem yang memadai, yaitu
kakus/kloset yang tidak
terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.
76% - 100% area memiliki
sistem air
limbah yang
tidak sesuai
standar teknis 5
b.Prasarana dan sarana
Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada
lokasi perumahan atau
permukiman dimana :
Kloset leher angsa tidak
terhubung dengan tangki
septik;
Tidak tersedianya sistem
pengolahan limbah setempat atau terpusat
76% - 100% area memiliki
sarpras air
a. Prasarana dan sarana
Prasarana dan Sarana
Persampahan pada lokasi
perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu :
Tempat sampah dengan
pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;
Tempat pengumpulan sampah
(TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;
Gerobak sampah dan/atau truk
sampah pada skala lingkungan; dan
Tempat pengolahan sampah
terpadu (TPST) pada skala lingkungan
76% - 100% area memiliki sarpras
Pengelolaan persampahan pada
lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Pewadahan dan pemilahan
domestik;
Pengumpulan lingkungan;
Pengangkutan lingkungan;
Pengolahan lingkungan
76% - 100% area memiliki sistem
persampahan
tidak sesuai
standar
7-15
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
Tidak dilakukannya
pemeliharaan sarana dan
prasarana pengelolaan
persampahan pada lokasi
perumahan atau permukiman, baik :
Pemeliharaan rutin; dan/atau
Pemeliharaan berkala
76% - 100% area memiliki sarpras
persampahan
yang tidak
terpelihara
5
7 Kondisi proteksi
kebakaran
a. Ketidaktersedi aan Prasarana Proteksi Kebakaran
Tidak tersedianya prasarana
proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :
Pasokan air;
Jalan lingkungan;
Sarana komunikasi;
Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; dan
Bangunan pos kebakaran
76% - 100%
Tidak tersedianya sarana
proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :
Alat Pemadam Api Ringan
(APAR);
Mobil pompa;
Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan
Peralatan pendukung lainnya
76% - 100% B Idenfikasi Pertimbangan Lain
8 Pertimbangan
lain
a.Nilai Strategis Lokasi
Pertimbangan letak lokasi
perumahan atau permukiman pada:
Fungsi strategis kota; atau
Bukan fungsi strategis kota
Lokasi terletak
Pertimbangan kepadatan
penduduk pada lokasi
perumahan atau permukiman dengan klasifikasi :
Rendah yaitu kepadatan
penduduk di bawah 150
jiwa/ha; penduduk diatas 400 jiwa/ha
Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha
7-16
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
c. Kondisi Sosial, ekonomi dan budaya
Pertimbangan potensi yang
dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa :
Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;
Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat;
Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya
tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat
Lokasi tidak
memiliki potensi sosial,
ekonomi dan
C. Idenfikasi Legalitas Lahan
9 Legalitas lahan
a. Kejelasan status penguasaan lahan
Kejelasan terhadap status
penguasaan lahan berupa :
Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak
atas tanah atau bentuk
dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau
Kepemilikan pihak lain
(termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah
dalam bentuk perjanjian
tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain
Keseluruhan
Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang
(RTR), dengan bukti Izin
Mendirikan bangunan atau Surat
Keterangan Rencana
Kabupaten/Kota (SKRK)
Sebagian atau keseluruhan lokasi berada
bukan pada
Sumber : Dokumen RKP-KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015
7-17
7-18
Gambar 7.3 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Utara
b.Kecamatan Sangatta Selatan
Kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kecamatan Sangatta Selatan berlokasi di Desa/Kelurahan Sangatta Selatan dan Singa Geweh.
Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Selatan
Penilaian tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Sangatta Selatan, sebagai berikut :
1.Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik) Kepadatan Bangunan
7-19
b. Tingkat kepadatan bangunan : 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan
c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis
Kondisi Jalan Lingkungan
a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan : 51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan
b. Kualitas permukaan jalan lingkungan : 51% - 75% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk
Kondisi Penyediaan Air Minum
a. Ketersediaan akses aman air minum : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman
b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya
Kondisi Drainase Lingkungan
a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air : 51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun
b. Ketidaktersediaan drainase : 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase perkotaan : 51% - 75% drainase
lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya
d. Tidak terpeliharanya drainase : 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau
e. Kualitas konstruksi drainase : 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk
Kondisi Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis
b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis
7-20
a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis
b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis : 51% - 75% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar
c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan : 51% - 75% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara
Kondisi Proteksi Kebakaran
a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran
b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran
2.Identifikasi Pertimbangan Lain Pertimbangan Lain
a. Nilai strategis lokasi : Lokasi terletak pada fungsi strategis kota/pusat kota
b. Kependudukan : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya : Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi
dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara 3.Identifikasi Legalitas Lahan
Legalitas Lahan
a. Kejelasan status penggunaan lahan : Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain
b. Kesesuaian RTR : Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR
Tabel 7.3 Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh Sangatta Selatan
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)
1 meliputi pengaturan bentuk,
besaran, perletakan, dan
7-21
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau
Tidak memenuhi ketentuan
tata bangunan dan tata
kualitas lingkungan dalam
RTBL, meliputi pengaturan
blok bangunan, kapling,
bangunan, ketinggian dan
elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
d. Tingkat
Kepadatan Bangunan
KDB melebihi ketentuan RDTR,
dan/atau RTBL
KLB melebihi ketentuan dalam
RDTR, dan/atau RTBL;
dan/atau
Kepadatan bangunan yang
tinggi pada lokasi, yaitu :
oUntuk kota metropolitan dan
kota besar ≥ 250 unit/Ha
oUntuk kota sedang dan kota
Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan :
Pengendalian dampak
lingkungan
Pembangunan bangunan
gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum
Keselamatan bangunan gedung
(BG)
Sebagian lokasi perumahan atau
permukiman tidak terlayani
dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis
51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan
Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman
51% - 75% area
Masyarakat pada lokasi
perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas
51% - 75%
populasi tidak dapat
7-22
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
minum yang
masyarakat pada lokasi
perumahan atau permukiman
tidak mencapai minimal
sebanyak 60 liter/orang/hari
51% - 75%
populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum
Jaringan drainase lingkungan
tidak mampu mengalirkan
limpasan air sehingga
menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun
51% - 75% area
Tidak tersedianya saluran
drainase lingkungan pada
lingkungan perumahan atau
permukiman, yaitu saluran
tersier dan/atau saluran lokal
51% - 75% area tidak tersedia drainase
Saluran drainase lingkungan
tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat
mengalir dan menimbulkan
genangan dengan hirarki di atasnya
3
d. Tidak
terpeliharanya drainase
Tidak dilaksanakannya
pemeliharaan saluran drainase
lingkungan pada lokasi
perumahan atau
permukiman,baik :
Pemeliharaan rutin ; dan/atau
Pemeliharaan berkala
51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau
3
e. Kualitas
konstruksi drainase
Kualitas konstruksi drainase
buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan
51% - 75% area
Pengelolaan air limbah pada
lokasi perumahan atau
permukiman tidak memiliki
sistem yang memadai, yaitu
kakus/kloset yang tidak
terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.
76% - 100% area memiliki
sistem air
limbah yang
tidak sesuai
standar teknis 5
b. Prasarana dan sarana
Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada
76% - 100%
7-23
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
lokasi perumahan atau
permukiman dimana :
Kloset leher angsa tidak
terhubung dengan tangki
septik;
Tidak tersedianya sistem
pengolahan limbah setempat atau terpusat
a. Prasarana dan sarana
Prasarana dan Sarana
Persampahan pada lokasi
perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu :
Tempat sampah dengan
pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;
Tempat pengumpulan sampah
(TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;
Gerobak sampah dan/atau truk
sampah pada skala lingkungan; dan
Tempat pengolahan sampah
terpadu (TPST) pada skala lingkungan
76% - 100% area memiliki sarpras
Pengelolaan persampahan pada
lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Pewadahan dan pemilahan
domestik;
Pengumpulan lingkungan;
Pengangkutan lingkungan;
Pengolahan lingkungan
51% - 75% area
Tidak dilakukannya
pemeliharaan sarana dan
prasarana pengelolaan
persampahan pada lokasi
perumahan atau permukiman, baik :
Pemeliharaan rutin; dan/atau
Pemeliharaan berkala
51% - 75% area
7 Kondisi proteksi
kebakaran
Tidak tersedianya prasarana
proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :
Pasokan air;
Jalan lingkungan;
Sarana komunikasi;
7-24
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; dan
Bangunan pos kebakaran
b. Ketidakt
ersediaan Sarana Proteksi Kebakaran
Tidak tersedianya sarana
proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :
Alat Pemadam Api Ringan
(APAR);
Mobil pompa;
Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan
Peralatan pendukung lainnya
76% - 100% B Idenfikasi Pertimbangan Lain
8 Pertimbangan
lain
a. Nilai Strategis Lokasi
Pertimbangan letak lokasi
perumahan atau permukiman pada:
Fungsi strategis kota; atau
Bukan fungsi strategis kota
Lokasi terletak
Pertimbangan kepadatan
penduduk pada lokasi
perumahan atau permukiman dengan klasifikasi :
Rendah yaitu kepadatan
penduduk di bawah 150
jiwa/ha; penduduk diatas 400 jiwa/ha
Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha
Pertimbangan potensi yang
dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa :
Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;
Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat;
Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya
tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat
Lokasi tidak
memiliki potensi sosial,
ekonomi dan
budaya untuk dikembangkan atau dipelihara
7-25
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
NILAI 7
C. Idenfikasi Legalitas Lahan
9 Legalitas lahan
a. Kejelasan status penguasaan lahan
Kejelasan terhadap status
penguasaan lahan berupa :
Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak
atas tanah atau bentuk
dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau
Kepemilikan pihak lain
(termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah
dalam bentuk perjanjian
tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain
Keseluruhan
Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang
(RTR), dengan bukti Izin
Mendirikan bangunan atau Surat
Keterangan Rencana
Kabupaten/Kota (SKRK)
Sebagian atau keseluruhan lokasi berada
bukan pada
Sumber : Dokumen RKP-KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015
7-26
7-27
Gambar 7.5 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Sangatta Selatan
c. Kecamatan Bengalon
Kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kecamatan Sangatta Selatan berlokasi di Desa/Kelurahan Sepaso dan Sepaso Timur.
Tipologi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Bengalon
Penilaian tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kecamatan Bengalon, sebagai berikut :
7-28
a. Ketidakteraturan bangunan :76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan
b. Tingkat kepadatan bangunan : 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan
c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan : 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis
Kondisi Jalan Lingkungan
a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan : 51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan
b. Kualitas permukaan jalan lingkungan : 51% - 75% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk
Kondisi Penyediaan Air Minum
a. Ketersediaan akses aman air minum : 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman
b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum : 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya
Kondisi Drainase Lingkungan
a. Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air : 51% - 75% area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun
b. Ketidaktersediaan drainase : 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase perkotaan : 51% - 75% drainase
lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya
d. Tidak terpeliharanya drainase : 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau
e. Kualitas konstruksi drainase : 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk
Kondisi Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis : 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis
b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis
7-29
a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis : 51% - 75% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis
b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis : 51% - 75% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar
c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan : 51% - 75% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara
Kondisi Proteksi Kebakaran
a. Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran
b. Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran : 76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran
2.Identifikasi Pertimbangan Lain Pertimbangan Lain
a. Nilai strategis lokasi : Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kabupaten b. Kependudukan : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha c. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya : Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi
dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara 3.Identifikasi Legalitas Lahan
Legalitas Lahan
a. Kejelasan status penggunaan lahan : Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain
b. Kesesuaian RTR : Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukiman sesuai RTR
Tabel 7.4 Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh Bengalon
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik)
1 bangunan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, besaran,
perletakan, dan tampilan
7-30
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam RTBL, meliputi
pengaturan blok bangunan,
kapling, bangunan, ketinggian
dan elevasi lantai, konsep
identitas lingkungan, konsep
orientasi lingkungan, dan wajah jalan. RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau
Kepadatan bangunan yang tinggi pada lokasi, yaitu :
oUntuk kota metropolitan dan
kota besar ≥ 250 unit/Ha
oUntuk kota sedang dan kota
Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan :
Pengendalian dampak lingkungan
Pembangunan bangunan gedung
di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum
Keselamatan bangunan gedung
(BG)
2 Kondisi jalan lingkungan
a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan
Sebagian lokasi perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan
jalan lingkungan yang sesuai
dengan ketentuan teknis
51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan
Sebagian atau seluruh jalan
lingkungan terjadi kerusakan
permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman
51% - 75% area
Masyarakat pada lokasi perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
51% - 75%
populasi tidak dapat
mengakses air
minum yang
aman
3
b. Tidak terpenuhinya
Kebutuhan air minum masyarakat
pada lokasi perumahan atau
permukiman tidak mencapai
51% - 75%
populasi tidak terpenuhi
7-31
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
kebutuhan air minum
minimal sebanyak 60
liter/orang/hari
kebutuhan air minum
Jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun
51% - 75% area
Tidak tersedianya saluran drainase
lingkungan pada lingkungan
perumahan atau permukiman,
yaitu saluran tersier dan/atau saluran lokal
51% - 75% area tidak tersedia drainase
Saluran drainase lingkungan tidak terhubung dengan saluran pada
hirarki di atasnya sehingga
menyebabkan air tidak dapat
mengalir dan menimbulkan
genangan dengan hirarki di atasnya
3
d. Tidak
terpeliharanya drainase
Tidak dilaksanakannya
pemeliharaan saluran drainase
lingkungan pada lokasi perumahan atau permukiman,baik :
Pemeliharaan rutin ; dan/atau
Pemeliharaan berkala
51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau
3
e. Kualitas
konstruksi drainase
Kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan
Pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu kakus/kloset yang tidak terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat.
76% - 100% area memiliki
sistem air
limbah yang
tidak sesuai
standar teknis 5
b. Prasarana dan sarana
Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada lokasi
perumahan atau permukiman
dimana :
Kloset leher angsa tidak
terhubung dengan tangki septik;
Tidak tersedianya sistem
pengolahan limbah setempat atau terpusat
76% - 100% area memiliki
7-32
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
6
Kondisi pengelolaan persampahan
a. Prasarana dan sarana
Prasarana dan Sarana Persampahan
pada lokasi perumahan atau
permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu :
Tempat sampah dengan
pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;
Tempat pengumpulan sampah
(TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;
Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan
Pengelolaan persampahan pada
lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Pewadahan dan pemilahan
domestik;
Pengumpulan lingkungan;
Pengangkutan lingkungan;
Pengolahan lingkungan
51% - 75% area
Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan pada lokasi
perumahan atau permukiman,
baik :
Pemeliharaan rutin; dan/atau
Pemeliharaan berkala
51% - 75% area
7 Kondisi proteksi
kebakaran
Tidak tersedianya prasarana
proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :
Pasokan air;
Jalan lingkungan;
Sarana komunikasi;
Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; dan
Bangunan pos kebakaran
76% - 100%
Tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu :
Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
Mobil pompa;
Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan
Peralatan pendukung lainnya
7-33
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
B Idenfikasi Pertimbangan Lain
8 Pertimbangan
lain
a. Nilai Strategis Lokasi
Pertimbangan letak lokasi
perumahan atau permukiman pada:
Fungsi strategis kota; atau
Bukan fungsi strategis kota
Lokasi terletak
Pertimbangan kepadatan penduduk
pada lokasi perumahan atau
permukiman dengan klasifikasi :
Rendah yaitu kepadatan
penduduk di bawah 150
jiwa/ha;
Sedang yaitu kepadatan
penduduk antara 151 – 200
jiwa/ha
Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara 201 – 400 jiwa/ha
Sangat padat yaitu kepadatan penduduk diatas 400 jiwa/ha
Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha
1
c. Kondisi Sosial, ekonomi dan budaya
Pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa :
Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan;
Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang
bersifat strategis bagi
masyarakat setempat;
Potensi budaya yaitu adanya
kegiatan atau warisan budaya
tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat
Lokasi tidak
memiliki potensi sosial,
ekonomi dan
C. Idenfikasi Legalitas Lahan
9 Legalitas lahan
a. Kejelasan status penguasaan lahan
Kejelasan terhadap status
penguasaan lahan berupa :
Kepemilikan sendiri, dengan
bukti dokumen sertifikat hak atas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau
Kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk
perjanjian tertulis antara
7-34
No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai
1 2 3 4 5 6
pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain
b. Kesesuaian RTR
Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang (RTR), dengan bukti Izin Mendirikan bangunan atau Surat Keterangan Rencana Kabupaten/Kota (SKRK)
Sebagian atau keseluruhan lokasi berada
bukan pada
peruntukan perumahan/pe rmukiman sesuai RTR
(-)
Sumber: Dokumen RKP-KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015
Dari Tabel di atas disimpulkan bahwa permukiman kumuh Kawasan Bengalon termasuk dalam kategori kumuh sedang dengan nilai indikator 69, dan tidak terletak pada fungsi strategis kabupaten.
7-35
Gambar 7.7 Visualisasi Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Bengalon
7.1.1.2 Kondisi Eksisting Permukiman Perdesaan, Permukiman Nelayan, Rawan Bencana Alam, Perbatasan dan Pulau Kecil di Kabupaten Kutai Timur
7.1.1.3 Potensi dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman di Kabupaten Kutai Timur
7-36
Kajian potensi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Kutai Timur yang merupakan kawasan perkotaan dengan karakteristik kawasan berupa daerah pertambangan, industri, merupakan jalur MP3EI, serta kedudukan sebagai KSN menjadi potensi tersendiri untuk Kabupaten Kutai Timur. Selain potensi umum, potensi yang lebih spesifik dirumuskan melalui beberapa aspek sebagai berikut:
1) Aspek Fisik
Kondisi dan Karakteristik lahan yang dominan datar memungkinkan untuk pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan serta aktivitas sosial ekonomi. 2) Aspek Ekonomi
Keberadaan fungsi industri dan pelabuhan menjadi motor pengerak pembangunan ekonomi kota dan wilayah.
3) Aspek Sosial Budaya
Sistem sosial masyarakat heterogen, akulturasi budaya, serta tradisi lomplai sebagai perekat hubungan sosial masyarakat.
4) Aspek Sarana Permukiman
Ketersediaan sarana permukiman telah terpenuhi pada kawasan perkotaan dalam kerangka mendukung pelanyanan aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
5) Aspek Prasarana Permukiman
Ketersediaan Infrastruktur (prasarana dasar) pada kawasan permukiman perkotaan, berfungsi mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
6) Aspek Aksesibilitas dan Transportasi
Daya hubung dan aksesibilitas antar kawasan permukiman cukup tinggi serta pemenuhan ketersediaan moda angkutan transportasi.
7) Aspek Kelembagaan
Fungsi dan peran kelembangan masyarakat dan pemerintah telah berjalan efektif dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan.
8) Aspek Partisipasi Publik
Peran dan Partisipasi publik cukup positif dalam mendukung pembangunan dan pengambangan kawasan permukiman perkotaan.
7-37
Ketersediaan pembiayaan yang bersumber dari pemerintah dan swasta berkonstribusi positif dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
10) Aspek Regulasi
Ketersediaan berbagai perangkat kebijakan dan peraturan daerah sebagai instrumen dalam pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan.
11) Aspek Kualitas Lingkungan Permukiman
Perbandingan antara lahan terbangun dan tidak terbangun serta keberadaan kawasan hutan yang masih dominan berfungsi sebagai hutan kota dalam kerangka mendukung penyelamatan dan pemeliharaan kualitas lingkungan permukiman.
12) Aspek Spesifikasi Wilayah
Tipologi perkotaan relatif datar, dilintasi oleh DAS dan kawasan pesisir, memungkinkan pengembangan aktivitas perkotaan yang terintegrasi dengan kawasan permukiman perkotaan.
B. Kajian Tantangan
Kajian tantangan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Kutai Timur ditinjau melalui beberapa aspek sebagai berikut:
1) Aspek Fisik
Perkembangan kawasan permukiman sepanjang DAS dan pemanfaatan daerah catchmen area akan berpengaruh terhadap erosi lahan dan banjir perkotaan.
2) Aspek Ekonomi
Eksploitasi dan eksplorasi SDA secara berlebihan berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem dan biaya pemulihan kualitas lingkungan.
3) Aspek Sosial Budaya
Sistem sosial masyarakat yang heterogen berpengaruh terhadap perubahan sosial dan orientasi masyarakat menuju industrial perkotaan.
4) Aspek Sarana Permukiman
Pembangunan dan pengembangan sarana permukiman yang tidak memadai berpengaruh terhadap sistem pelanyanan aktivitas sosial-ekonomi pada kawasan perkotaan Kabupaten Kutai Timur.
7-38
Aktivitas kegiatan industri pertambangan berpengaruh terhadap kerusakan infrastruktur jaringan jalan dan biaya pemeliharaan yang cukup tinggi.
6) Aspek Aksesibilitas dan Transportasi
Sistem pergerakan angkutan transportasi yang belum optimal dan daya hubung antar kawasan perkotaan yang relatif rendah berpengaruh terhadap pola distribusi angkutan aliran barang dan jasa.
7) Aspek Kelembagaan
Koordinasi antar lembaga yang belum berjalan optimal berpengaruh terhadap keterpaduan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
8) Aspek Partisipasi Publik
Lemahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan berpengaruh terhadap keberlanjutan pelaksanaan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
9) Aspek Pembiayaan dan Investasi
Alokasi pembiayaan dan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur pekotaan berpengaruh terhadap percepatan penyediaan infrastruktur permukiman.
10) Aspek Regulasi
Instrument pengendalian pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan belum berjalan efektif berpengaruh terhadap pelaksanaan program.
11) Aspek Kualitas Lingkungan Permukiman
Perkembangan permukiman kumuh sepanjang daerah bantaran sungai berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan permukiman perkotaan.
12) Aspek Spesifikasi Wilayah
Sedimentasi dan abrasi sepanjang daerah aliran sungai berdampak pada keberlanjutan ekosistem DAS dan kawasan pesisir.
7.1.1.4 Pemetaan dan Evaluasi Program-program yang Telah Dilaksanakan di Kabupaten Kutai Timur Terkait dengan Pembangunan Kawasan Permukiman
7-39
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Infrastruktur kawasan permukiman kumuh Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan) Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
7-40
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan Permukiman Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
7-41 Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM. PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
7-42
penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut: 1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
d. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah. 5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
7-43 7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
A. Usulan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
B. Usulan Kebutuhan Pembiayaan
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).
7.2
SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL)
KABUPATEN KUTAI TIMUR
7.2.1 Kondisi Eksisting
7.2.1.1 Data Kondisi Perda Bangunan Gedung dan NSPK Lainnya di Kabupaten Kutai Timur
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
7-44
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
d. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup
peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
7-45
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
7.2.1.2 Kondisi Kota Pusaka, Kota Hijau dan Kawasan Strategis Lainnya di Kabupaten Kutai Timur
7.2.1.3 Potensi dan Tantangan Pengembangan Sektor PBL Kabupaten Kutai Timur Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
• Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
7-46
• Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
• Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
• Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
• Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
• Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien; • Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
• Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;