• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikatur Percakapan Pada Novel Teheran Dalam Toples Karya Aminatul Faizah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implikatur Percakapan Pada Novel Teheran Dalam Toples Karya Aminatul Faizah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA NOVEL

TEHERAN DALAM

TOPLES

KARYA AMINATUL FAIZAH

Hilda Hilaliyah dan Awaludin

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

hilda.unindra@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikatur percakapan yang mematuhi dan melanggar maksim prinsip kerja sama pada novel Teheran dalam Toples karya Aminatul Faizah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, didapat 25 kutipan penggalan percakapan yang mengadung implikatur percakapan. Setelah dianalisis dan diteliti, terlihat bahwa percakapan yang mematuhi prinsip kerja sama lebih dominan pada novel Taheran dalam Toples karya Aminatul Faizah. Hal ini tampak pada banyaknya temuan percakapan yang mematuhi maksim kualitas dan relevansi karena prinsip kerja sama dalam kutipan penggalan percakapan tersebut mengandung informasi yang benar dan saling berhubungan, sedangkan pelanggaran terdapat pada maksim kuantitas dan pelaksanaan karena prinsip kerja sama dalam kutipan penggalan percakapan tersebut mengandung informasi yang berlebihan dan tidak singkat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penulis novel sudah mampu mematuhi prinsip kerja sama implikatur percakapan dengan baik.

Kata Kunci: implikatur percakapan, prinsip kerja sama, mematuhi, melanggar

CONVERSATIONAL IMPLICATURES IN THE NOVEL OF TEHERAN DALAM TOPLES BY AMINATUL FAIZAH

Abstract

The present research aims at identifying conversational implicatures which obey and violate the maxim of cooperative principle in the novel of "Teheran dalam Toples" by Aminatul Faizah. The research method is the descriptive analysis. Findings show that thera are 25 quotations of conversations consisting of conversational implicatures. After analyzing the data, conversations which obey cooperative principle are dominantly identified. It is shown from the conversations which obey the maxim of quality as well as the maxim of relevance as the information from the conversations is valid and relevant. Otherwise, the conversations which violate the cooperative principle release in the maxim of quantity and the maxim of manner as the information is considered excessive and unefficient. Hence, it can be concluded that the author of the novel has very well obeyed the cooperative principle of the conversational implicatures. Keywords: conversational implicatures, cooperative principle, obey the maxim, violate the maxim

PENDAHULUAN

Percakapan adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan ide, pendapat, komentar, atau perasaan-nya. Percakapan yang terjadi dalam ber-komunikasi dapat bermakna secara langsung dan tidak langsung. Makna

percakapan yang disampaikan secara langsung dapat dengan mudah dipahami, tetapi makna percakapan yang disampai-kan secara tidak langsung lebih sulit untuk dipahami. Percakapan yang ber-makna tersembunyi atau memiliki makna lain dari apa yang diujarkan di-sebut implikatur percakapan.

(2)

Salah satu bagian dari kajian pragmatik adalah implikatur percakapan. Percakapan yang terjadi antarpelibat sering kali mengandung maksud-maksud tertentu yang berbeda dengan struktur bahasa yang digunakan. Pada kondisi seperti itulah, suatu kajian implikatur percakapan mempunyai peran yang tepat untuk mengkaji suatu penggunaan bahasa. Percakapan merupakan wadah yang memungkinkan terwujudnya prinsip-prinsip kerja sama dan sopan santun dalam peristiwa berbahasa. Untuk itu, perlu memahami implikatur per-cakapan agar apa yang diucapkan dapat dipahami oleh lawan tutur.

Implikatur suatu ujaran ditimbul-kan akibat adanya pelanggaran prinsip percakapan. Prinsip percakapan adalah prinsip yang harus diperhatikan dan di-penuhi oleh para pengguna bahasa agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Prinsip percakapan ini meliputi prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan atau kesantunan. Ketika seseorang ber-bicara, tanpa sadar ia telah meng-aplikasikan prinsip kerja sama dalam bertutur. Grice (dalam Rahadi, 2009:23) mengatakan bahwa prinsip kerja sama di dalam aktivitas bertutur itu, setiap pe-nutur harus mematuhi empat maksim per-cakapan (conversational), yakni maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksaan (maxim of manner).

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur memberikan kontri-busi yang secukupnya atau sebanyaknya yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya atau pembicara memberikan informasi yang cukup, relatif, dan seinformatif mungkin. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan sesuatu yang nyata yang sesuai dengan fakta sebenarnya. Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta tutur dapat

memberikan kontribusi yang relevan (sesuai) tentang sesuatu yang sedang di-pertuturkan. Maksim pelaksanaan meng-haruskan setiap peserta percakapan ber-bicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih- lebihan, serta runtut.

Berdasar pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan penelitian ini, yaitu bagaimanakah implikatur per-cakapan dalam pada Novel Teheran dalam Toples karya Aminatul Faizah? Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa penelitian ini bertujuan untuk me-ngetahui implikatur percakapan yang mematuhi dan melanggar maksim prinsip kerja sama dalam novel tersebut.

PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Hakikat Implikatur

Mey (Nadar, 2009: 60) men-jelaskan bahwa “Implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply, sedangkan kata benda nya adalah implication.” Kata kerja ini berasal dari bahasa latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara mem-bukanya.” Lawan tutur harus selalu me-lakukan interprestasi pada tuturan se-seorang penutur agar memahami maksudnya. Lawan tutur juga harus melihat konteks, yang mencangkup per-masalahan, peserta pertuturan, dan latar belakang penutur.

Grice (Mulyana, 2005: 11) me-ngemukakan bahwa implikatur ialah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya di-ucapkan. Sesuatu “yang berbeda” ter-sebut adalah maksud pembicaraan yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Secara struktur, implikatur berfungsi se-bagai jembatan atau rantai yang meng-hubungkan antara “yang diucapkan” dan “yang diimplikasikan”. Jadi, sesuatu

(3)

dialog yang mengandung implikatur akan selalu melibatkan penapsiran yang tidak langsung.

Wijana dan Muhammad Rohmadi (2009:227) mengatakan bahwa, “Implikatur merupakan ujaran atau per-tanyaan yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya di-ucapakan.” Pemahaman terhadap implikatur akan lebih mudah jika penulis atau penutur (O1) dan pembaca atau lawan tutur (O2) telah berbagi pe-ngalaman. Pengalaman dan pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahu-an dpengetahu-an pengalampengetahu-an tentpengetahu-ang berbagai konteks tuturan yang melingkupi kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh penulis.

Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Menurut Brown dan Yule (Rani, 2004:170) mengemukakan bahwa, “Istilah imply-katur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah.” Pendapat itu bertumpu pada suatu makna yang berbeda dengan makna tuturan secara harfiah yang dikatakan oleh penutur.

Grice (Rahardi, 2005: 43) dalam artikelnya yang bejudul Logic and

Conversation mengemukakan bahwa,

“Sebuah tuturan dapat mengimplikasikan preposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan yang bersangkutan.” Pre-posisi yang diimplikasikan itu disebut implikatur (implicature). Karena imply-katur bukan merupakan bagian tuturan yang mengimplikasikannya, hubungan kedua proposisi itu bukan merupakan konsekuensi mutlak (necessary consequence).

Grice (Mulyana, 2005:12) juga menyatakan bahwa, “Ada dua macam implikatur, yaitu implikatur konven-sional dan implikatur percakapan.” Implikatur konvensional adalah

pe-ngertian bersifat umum dan konven-sional. Semua orang umumnya sudah mengetahui tentang maksud atau pe-ngertian sesuatu hal tertentu.

Implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian yang lebih ber-variasi. Pemahaman terhadap hal “yang dimaksud” sangat bergantung pada konteks terjadinya percakapan. Impli-katur tersebut bersifat temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak percakapan). Sering terjadi penutur tidak mengutara-kan maksudnya secara langsung. Hal yang ingin diucapkan justru “di-sembunyikan”, diucapkan secara tidak langsung, atau yang diucapkan sama sekali berbeda dengan maksud ucapannya.

Prinsip Kerja Sama

Ketika seseorang berbicara, tanpa sadar ia telah mengaplikasikan prinsip kerja sama dalam bertutur. Dalam prinsip kerja sama yang mengatur rasionalitas pada umumnya dan rasionalitas percakapan pada khususnya. Kerja sama membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita sendiri ter-hadap percakapan dan bagaimana kita mulai menginterprestasikan kontribusi-kontribusi orang lain. Grice (Cummings, 2007:14) mengemukakan definisi tentang prinsip kerja samanya dalam bentuk perintah yang diarahkan pada penutur: Buatlah kontribusi percakapan anda sesuai dengan yang diperlukan pada tahap terjadinya kontribusi itu, berdasarkan tujuan atau arah yang diterima dalam pertukaran percakapan yang anda lakukan.

Dari hal tersebut, prinsip kerja sama tidak menyatakan secara tepat apa yang “diminta” dari kontribusi percakap-an. Black (2011: 50) menjelaskan bahwa “Dalam pelaksanaannya prinsip kerja sama ini merupakan aturan-aturan dasar yang dijalankan ketika mengucapkan dan menafsirkan ucapan.”Prinsip kerja

(4)

sama ini dilengkapi dengan empat aturan (maxim), yang menjelaskan bagaimana cara kerja dari prinsip kerja sama.

Grice (Lubis, 2011:75) mengata-kan bahwa, “Asumsi dari kerja sama yang diperlukan untuk dapat meng-gunakan bahasa secara berhasil dan ber-guna dan berdaya ber-guna ini terdiri atas empat aturan percakapan.” Dalam prinsip kerja sama diharapkan percakap-an dapat berhasil dpercakap-an berdaya guna dengan memahami aturan percakapan. Penutur dan mitra tutur saling me-mahami apa yang diutarakannya.

Asumsi panduan dasar dari prinsip kerja sama terdiri atas empat aturan yang harus dipatuhi. Grice (Rahardi, 2009:23) mengatakan bahwa, “Prinsip kerja sama di dalam aktivitas bertutur itu, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan (conversationa).” Empat maksim percakapan (conversationa ) yakni maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of

relevance), dan maksim pelaksanan

(maxim of manner).” Perumusan aturan-aturan percakapan adalah sebagai berikut:

1. Kuantitas (quantity), terdiri atas dua aturan khusus:1) Buat sumbangan anda seinformatif yang diperlukan (untuk tujuan percakapan yang ini); 2) Jangan buat sumbangan anda lebih informatif daripada yang diperlukan.

Dari aturan di atas dapat di-simpulkan bahwa maksim kuntitas menetapkan bahwa setiap peserta pembicara memberikan kontribusi yang secukupnnya atau sesuai dengan yang diperlukan oleh lawan bicara. Contoh:

(A): Apakah kamu sudah minum obat?

(B): Ya, sudah.

2. Kualitas (quality), terdiri atas dua aturan khusus: 1) Jangan katakan apa yang anda anggap salah; 2) Jangan

katakan sesuatu yang anda tidak dapat dukung dengan bukti yang cukup.

Dari aturan di atas dapat di-simpulkan bahwa maksim kualitas menetapkan bahwa setiap peserta pembicaraan harus mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta pembicaraan harus di dasarkan pada bukti atau fakta yang memadai. Contoh :

Indah: Apakah teman yang ber-samamu kemarin teman sekolahmu? Jay: dia tidak sekolah di tempatku, melainkan sekolah di SMA 3 Bandung

3. Relevansi (relevance); terdiri atas satu aturan khusus saja, yakni per-kataan anda harus relevan.”

Dari aturan di atas dapat di-simpulkan bahwa maksim relevansi menetapkan bahwa setiap peserta pembicaraan harus memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Contoh : Indah : Jay, kamu melihat mumun? Jay : Aku melhatnya sedang mem-baca buku di perpustakaan tadi siang. 4. Pelaksanaan (manner); mengenai bukan apa yang dikatakan tetapi bagaimana itu diungkapakan. Se-bagai aturan utama (super maxim), Grice menyebutkan: “anda harus jelas.” Aturan utama ini dapat di-uraikan atas 4 aturan khusus, yaitu: 1) Hindari ketidakjelasan/ kekaburan ungkapan; 2) Hindari kedwimakna-an; 3) Anda harus berkata singkat (hindari kata-kata berlebihan yang tidak perlu); 4) Anda harus berbicara teratur.

Dari aturan di atas dapat di-simpulkan bahwa maksim cara atau maksim pelaksanaan menetapkan setiap peserta pembicaraan berbicara secara langsung, tidak bertele-tele, dan tidak berlebih-lebihan serta runut. Contoh :

(5)

Indah : Siapa teman anda, orang Jepang itu?

Jay : T-A-K-E-S-H-I Indah : (Bengong) Dialog atau Percakapan

Dialog bukanlah transaksi tawar-menawar tentang sesuatu untuk men-capai kesepakatan. Dialog juga bukan konfrontasi di mana pihak yang satu mempersoalkan sesuatu dan pihak lain memberi pertanggungjawaban. Dialog juga bukan suatu adu pendapat untuk mencari keunggulan pendapat sendiri dan mengalahkan pendapat lain. Dialog adalah percakapan dengan maksud untuk saling mengerti, memahami, menerima, hidup damai dan bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Menurut Rani (2004:34), “Dialog merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang yang bergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya).” Jika peserta dalam komunkasi lebih dari dua orang atau ter-jadinya pergantian peran, dalam wacana disebut polilog. Dialog dan polilog me-rupakan bagian percakapan yang mana terjadi suatu peristiwa tutur yang ber-beda dengan peristiwa tutur lain. Dialog dan polilog dapat terjadi apabila ada dua orang atau lebih sedang melakukan pem-bicaraan. Satu orang berfungsi sebagai pembicara atau penutur sedang yang lain berperan sebagai pendengar atau pe-nerima. Peran tersebut berlangsung secara bergantian dalam satu periode tertentu.

Dalam sebuah karya sastra baik novel maupun cerpen menggunakan dialog-dialog. Menurut Marahimin (2005:104) “Dialog adalah percakapan di antara tokoh-tokoh dalam cerita atau narasi.” Agar berjalanya cerita yang baik dibutuhkan dialog antar tokoh dalam menyampaikan gagasannya. Setiap tokoh dalam cerita memberikan

sumbangan informasi yang dapat di-terima baik penutur maupun mitra tutur. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pen-dekatan pragmatik dengan metode deskriptif analisis, yaitu penelitian dengan mencatat dan menguraikan data yang terbentuk kata-kata atau gambar. Pengkajian ini bertujuan untuk meng-ungkapkan berbagai informasi dengan pendeskripsian yang diteliti. Adapun teknik kepustakaan dan dokumentasi merupakan teknik yang digunakan penulis.

Fokus penelitian ini yaitu seluruh isi dalam Novel Teheran dalam Toples karya Aminatul Faizah yang memiliki implikatur, sedangkan subfokus dari pe-nelitian ini adalah dialog-dialog imply-katur percakapan yang mengacu pada teori Grice mengenai empat aturan pe-makaian prinsip kerja sama yaitu pada maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pe-laksanaan.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1) Membaca novel berulang-ulang kali; 2) Mengidentifikasi per-cakapan yang mengadung implikatur dalam Novel Teheran dalam Toples karya Aminatul Faizah; 3) Meng-klasifikasikan implikatur percakapan yang mengandung aturan empat maksim prinsip kerja sama; 4) Mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat dalam setiap penggalan percakapan yang memuat empat maksim prinsip kerja sama; 5) Menganalisis implikatur per-cakapan yang mematuhi dan melanggar prinsip kerjasama sesuai dengan empat maksim dalam setiap penggalan per-cakapan; 6) Menghitung persentase penggunaan implikatur percakapan dalam Novel Teheran dalam Toples karya Aminatul Faizah; 7) Interprestasi hasil penelitian sesuai analisis mematuhi

(6)

dan melanggar prinsip kerjasama sesuai dengan empat maksim dalam setiap penggalan percakapan; 8) Menyimpul-kan dan mencari implikasinya bagi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.

Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber. Patton (Moleong, 2004:178) mengatakan bahwa, “Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat berbeda dalam penelitian kualitatif.”

HASIL PENELITIAN

Hasil temuan penelitian implikatur percakapan dalam Novel Teheran dalam

Toples, didasarkan dalam tinjauan

prinsip kerja sama yang terdiri dari aturan mematuhi dan melanggar maksim-maksim. Dapat dilihat yang mematuhi maksim kuantitas sebanyak 11 maksim, sedangkan yang melanggar maksim kuantitas sebanyak 14 maksim. Untuk yang mematuhi maksim kualitas sebanyak 19 maksim, sedangkan yang melanggar sebanyak 6 maksim. Untuk yang mematuhi maksim relevansi se-banyak 22 maksim, sedangkan yang me-langgar sebanyak 3 maksim. Untuk yang mematuhi maksim pelaksanaan sebanyak 8 maksim, sedangkan yang melanggar sebanyak 17 maksim.

Berdasar pada temuan data, dapat dilihat bahwa terdapat maksim-maksim yang dipatuhi dan dilanggar dalam atur-an prinsip kerja sama dalam percakapatur-an antartokoh dalam Novel Teheran dalam Toples. Dalam novel Teheran dalam Toples yang mematuhi maksim kuantitas sebanyak 18,3%, sedangkan yang me-langgar maksim kuantitas sebanyak 35%. Mematuhi maksim kualitas se-banyak 31,7%, sedangkan melanggar maksim kualitas sebanyak 15%. Me-matuhi maksim relevansi sebanyak

36,7%, sedangkan yang melanggar maksim relevansi sebanyak 7,5%. Me-matuhi maksim pelaksanaan sebanyak 11,3%, sedangkan yang melanggar maksim pelaksanaan sebnayak 42,5%. PEMBAHASAN

Uraian penelitian yang terkait implikatur percakapan dalam Novel Teheran dalam Toples yaitu dengan melihat maksim-maksim dari prinsip kerja sama yang meliputi mematuhi dan melanggar. Prinsip kerja sama yang me-matuhi yaitu dalam setiap penggalan per-cakapan yang mengandung implikatur memenuhi aturan-aturan maksim yang ada sehingga percakapan tersebut dapat berjalan dengan lancar, sedangkan prinsip kerja sama yang melanggar yaitu setiap penggalan percakapan melanggar aturan yang ada pada maksim-maksim, pelanggaran yang terjadi mengakibatkan implikatur.

ATURAN MEMATUHI Maksim Kuantitas

1. Khafsah : “Ibumu pandai memasak.” Leila : “Iya, Masakan ibumu juga enak.” (sambil membuka mulut karena Khasfah menyuapiku makanan) (Faizah, TDT: 100)

Berdasarkan dialog antara Khasfah dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi maksim kuantitas. Maksim kuantitas dipatuhi karena jawaban Leila sesuai dengan jawaban yang dibutuhkan oleh Khasfah, ter-dapat dalam penggalan percakapan berikut: Iya, Masakan ibumu juga enak.”

2. Khanum Reihane : “Chera zahmat keshidin?” (Mengapa kalian bersusah payah)

Ibunya Leila : ”Zahmati nist, qabele shoma nadare.” (Tidak ada yang susah payah. Ini hanya seadanya) (Faizah, TDT: 143)

(7)

Berdasarkan dialog antara Khanum Reihane dan Ibunya Leila terdapat maksim yang dipatuhi yaitu maksim kuantitas. Maksim kuantitas dipatuhi karena jawaban ibunya Leila memberikan jawaban yang me-nunjukkan informasi yang memadai, terdapat dalam pengggalan percakap-an berikut:

”Zahmati nist, qabele shoma

nadare.” (Tidak ada yang susah payah. Ini hanya seadanya)

3. Ummu : “Jika kalian terpisah, apa yang akan kalian rasakan?”

Khafsah : “Maka, aku tak akan memeliki teman seperti dia.” (Faizah, TDT: 161)

Berdasarkan dialog antara Ummu dan Khasfah terdapat maksim yang dipatuhi yaitu maksim kuan-titas. Maksim kuantitas dipatuhi karena jawaban yang diberikan Khasfah sesuai dengan infomasi yang dibutuhkan, terdapat pada penggalan percakapan berikut: Khasfah: “Maka, aku tak akan memeliki teman seperti dia.”

4. Ayah: “Kau ini. Bagaimana kalau anak kita jatuh?”

Ibu: “Wajar laki-laki jatuh. Itu pembelajaran hidup.”

Ayah: “Kalau menghilang?”

Ibu: “Tidak. Ia sudah bisa menaklukkan sawah-sawah itu.” (Faizah, TDT: 171)

Berdasarkan dialog antara ayah dan ibu terdapat maksim yang di-patuhi yaitu maksim kuantitas. Maksim kuantitas dipatuhi karena jawaban ayah dan ibu memberikan informasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan, terdapat pada penggalan percakapan berikut:

Ayah: “Kau ini. Bagaimana kalau anak kita jatuh?”

Ibu: “ Wajar laki-laki jatuh. Itu pembelajaran hidup.”

5. Jane: “ Hei, Leila. Apa yang kau lakukan?”

Leila : “Menikmati udara segar.” Jane : “Tak biasanya kau lakukan ini.” (Faizah, TDT: 224)

Berdasarkan dialog antara Jane dan Leila terdapat maksim yang di-patuhi yaitu maksim kuantitas. Maksim kuantitas dipatuhi karena jawaban Leila memberikan informasi yang seinformatif mungkin terhadap pertanyaan yang diajukan oleh Jane. Maksim Kualitas

1. Ibunya Leila : “Oh. Apa yang kau lakukan saat di rumah?”

Ibunya Ali : “Tak ada.”

Ibunya Leila : “Tinggallah di rumah-ku. Anakmu adalah satu-satunya teman anakku. Selama ini, ia sendiri-an dsendiri-an ssendiri-angat kesepisendiri-an. Karena itu, ia sangat menyukainya. Aku ingin mereka berdua mengahabiskan waktu bersama untuk bermain. Aku mau masa kecil mereka terhampas begitu saja. Aku ingin anak itu bahagia.” (Faizah, TDT: 26)

Berdasarkan dialog antara ibunya Leila dan ibunya Ali terdapat maksim yang dipatuhi yaitu maksim kualitas. Maksim kualitas yang di-patuhi karena jawaban yang diberi-kan ibunya Leila sesuai dengan kejadian yang sebenarnya terjadi, terdapat pada kutipan penggalan percakapan berikut:

“Tinggallah di rumahku. Anakmu adalah satu-satunya teman anakku. Selama ini, ia sendirian dan sangat kesepian. Karena itu, ia sangat me-nyukainya. Aku ingin mereka berdua

mengahabiskan waktu bersama

untuk bermain. Aku mau masa kecil mereka terhampas begitu saja. Aku ingin anak itu bahagia.”

(8)

2. Ibunya Ali : “Ali lebih baik di rumah.”

Leila : “Kapan Ali akan berani jika ia terus di rumah?”

“Aku janji akan melindungi Ali” Ibunya Ali : “Leila memang anak yang baik. Ayo, mandi, Leila yang baik dan cantik.” (Faizah, TDT: 112)

Berdasarkan dialog antara Ibu-nya Ali dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi maksim kualitas. Maksim kualitas dipatuhi karena jawaban Leila sesuai dengan kejadian yang sebenarnya, terdapat pada penggalan percakapan berikut: “Kapan Ali akan berani jika ia terus di rumah?

“Aku janji akan melindungi Ali” 3. Leila : “Aku bingung, Bu. Kenapa

aku tak boleh main dan apa itu hari al-Quds.”

Ibu : “Karena, kita bukan bagian dari meraka. Kita adalah orang asing yang berbeda dengan mereka.” (Faizah, TDT: 152)

Berdasarkan dialog antara Leila dan Ibu terdapat maksim yang dipatuhi maksim kualitas. Maksim kualitas dipatuhi karena jawaban dari ibunya Leila berdasarkan kenyataan dan dapat dibuktikan kebenarannya. Terpenuhinya maksim kualitas dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:

Leila:“Aku bingung, Bu. Kenapa aku tak boleh main dan apa itu hari al-Quds.”

Ibu: “Karena, kita bukan bagian dari meraka. Kita adalah orang

asing yang berbeda dengan

mereka.”

4. Ayah: “Kau ini. Bagaimana kalau anak kita jatuh?”

Ibu: “Wajar laki-laki jatuh. Itu pembelajaran hidup.”

Ayah: “Kalau menghilang?”

Ibu: “Tidak. Ia sudah bisa menakluk-kan sawah-sawah itu.” (Faizah, TDT:171)

Berdasarkan dialog antara ayah dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi maksim kualitas. Maksim kualitas dipatuhi karena jawaban yang diberikan ibu sesuai dengan kenyataan kejadian, terdapat pada penggalan percakapan berikut: Ayah: “Kau ini. Bagaimana kalau anak kita jatuh?”

Ibu: “ Wajar laki-laki jatuh. Itu pembelajaran hidup.”

5. Mahmud : “Apa pekerjaan Anda?” Leila :”Fotografer. Atau, boleh dibilang kami tim kreatif majalah. Eee..., Pendek kata, kami..., kami menyusun majalah. Ya, itulah.” Mahmud : “Hebat ya!” “Sayang sekali, wanita di sini kurang maju.” (Faizah, TDT:248)

Berdasarkan dialog antara Mahmud dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi maksim kualitas. Maksim kualitas dipatuhi karena jawaban yang diberikan Leila sesuai dengan kenyataan kejadian, terdapat pada penggalan percakapan berikut: Mahmud : “Apa pekerjaan Anda?”

Leila :”Fotografer. Atau, boleh dibilang kami tim kreatif majalah. Eee..., Pendek kata, kami..., kami menyusun majalah. Ya, itulah.” 6. Faris: “Jika aku menikah denganmu,

menurutmu aku akan minta mas-kawin apa? Rumah atau koin emas mungkin.”

Leila: “Bukan. Aku bukan perempu-an Irperempu-an. Aku tak mau itu semua,”

Berdasarkan dialog antara Faris dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi maksim kualitas.

(9)

Maksim kualitas dipatuhi karena jawaban yang diberikan Leila sesuai dengan kebenaran. Leila bukan pe-rempuan Iran yang tidak mau rumah dan koin emas.

Maksim Relevansi

1. Ibunya Ali : “Ali lebih baik di rumah.”

Leila : “Kapan Ali akan berani jika ia terus di rumah?”

“Aku janji akan melindungi Ali” Ibunya Ali: “Leila memang anak yang baik. Ayo, mandi, Leila yang baik dan cantik.” (Faizah, TDT: 112)

Berdasarkan dialog antara Ibu-nya Ali dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi yaitu maksim rele-vansi. Maksim relevansi terpenuhi karena jawaban ibunya Ali relevan dengan dengan percakapan, terdapat pada penggalan percakapan berikut: Leila: “Aku janji akan melindungi Ali”

Ibunya Ali: “Leila memang anak yang baik. Ayo, mandi, Leila yang baik dan cantik.”

2. Leila: “Aku bingung, Bu. Kenapa aku tak boleh main dan apa itu hari al-Quds.”

Ibu : “Karena, kita bukan bagian dari meraka. Kita adalah orang asing yang berbeda dengan mereka.” (Faizah, TDT: 152)

Berdasarkan dialog antara Leila dan Ibu terdapat maksim yang dipatuhi maksim relevansi. Maksim relevansi dipatuhi karena jawaban dari ibunya Leila berhubungan dengan apa yang ditanyaakan oleh Leila. Terpenuhinya maksim rele-vansi dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut: Leila: “Aku bingung, Bu. Kenapa aku tak boleh main dan apa itu hari al-Quds.”

Ibu: “Karena, kita bukan bagian dari meraka. Kita adalah orang asing yang berbeda dengan mereka. 3. Ayah: “Kau ini. Bagaimana kalau

anak kita jatuh?”

Ibu: “Wajar laki-laki jatuh. Itu pembelajaran hidup.”

Ayah: “Kalau menghilang?”

Ibu: “Tidak. Ia sudah bisa menaklukkan sawah-sawah itu.” (Faizah, TDT: 171)

Berdasarkan dialog antara ayah dan ibu terdapat maksim yang di-patuhi yaitu maksim relevansi. Maksim relevansi dipatuhi karena jawaban yang diberikan ibu sesuai dan relevan dengan pertanyaan yang diberikan ayah. Terpenuhinya maksim relevansi ini dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:

Ayah: “Kau ini. Bagaimana kalau anak kita jatuh?”

Ibu: “Wajar laki-laki jatuh. Itu pembelajaran hidup.”

4. Leila : “Ibu, apakah orang yang menjadi korban itu....?”

Ibu : “Masalah itu tak akan tuntas. Kau tahu kenapa? Karena, masalah ini adalah masalah yang kompleks. Terlalu banyak kesalahan. Dan, terlalu banyak yang bersalah. Hukum tak akan mampu menjamah mereka. Leila : “Lalu, untuk apa kita reformasi

Ibu : “Untuk perubahan dan menghitung detik kehancuran pondasi kebaikan yang ada.” (Faizah, TDT: 199)

Berdasarkan dialog antara Leila dan ibu terdapat maksim yang dipatuhi yaitu Maksim relevansi. Maksim relevansi dipatuhi karena jawaban ibu memberikan kontribusi yang relevan dengan pertanyaan yang diberikan Ummu.

(10)

Terpenuhi-nya maksim relevansi ini dapat dilihat pada kutipan penggalan per-cakapan berikut:

Leila : “Lalu, untuk apa kita reformasi

Ibu : “Untuk perubahan dan

menghitung detik kehancuran

pondasi kebaikan yang ada.”

5. Faris: “Djalal akan menikah tiga hari lagi. Kau akan datang ke rumah kami, kan?”

Leila: “Insya Allah. Keluarga dari Indonesia juga akan datang. Suatu kehormatan kami diundang oleh keluarga Khan.”

Faris: “Dan, suatu kehormatan jika aku mendapat tempat istimewa di hatimu.” (Faizah, TDT: 411)

Berdasarkan dialog antara Faris dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi yaitu maksim rele-vansi. Maksim relevansi dipatuhi karena jawaban Leila memberika kontribusi yang relevan dengan per-tanyaan yang diberikan Faris. Ter-penuhinya maksim relevansi ini dapat dilihat pada kutipan penggalan percakapan berikut:

Faris: “Djalal akan menikah tiga hari lagi. Kau akan datang ke rumah kami, kan?”

Leila: “Insya Allah. Keluarga dari Indonesia juga akan datang. Suatu kehormatan kami diundang oleh keluarga Khan.”

6. Leila : “Bukannya banyak perempuan Iran yang tergila-gila denganmu?”

Faris : “Sayangnya, mereka suka koin dan rumah, masih belu aku temukan lagi wanita yang tak menyukai itu semua.” (Hal. 436)

Berdasarkan dialog antara Leila dan Faris terdapat maksim yang dipatuhi yaitu maksim rele-vansi. Maksim relevansi dipatuhi

karena jawaban Faris memberika kontribusi yang relevan dengan per-tanyaan yang diberikan Leila. Maksim Pelaksanaan

1. Khafsah : “Ibumu pandai memasak.” Leila: “Iya, Masakan ibumu juga enak.” (sambil membuka mulut karena Khasfah menyuapiku makanan) (Faizah, TDT: 100)

Berdasarkan dialog antara Khasfah dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan terpenuhin karena jawaban Leila jelas dan singkat.

2. Ibu : “Apa yang terjadi, Sayang?” Leila : “ Aku mau paman dan bibi atau saudara yang lainya.”

Ibu : “ Bukannya kau punya Ibunya Ali, keluarga Khan, Ummu, serta ayah dan ibunya Khafsah.”

Leila : “ Ibu..., bukan itu.” (Faizah, TDT: 157)

Berdasarkan dialog antara Ibu dan Leila terdapat maksim yang di-patuhi maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan karena jawaban Leila jelas dan singkat, terdapat pada kutipan penggalan percakapan sebagai berikut:

Ibu : “ Bukannya kau punya Ibunya Ali, keluarga Khan, Ummu, serta ayah dan ibunya Khafsah.”

Leila : “ Ibu..., bukan itu.”

3. Jane : “ Hei, Leila. Apa yang kau lakukan?”

Leila : “Menikmati udara segar.” Jane : “Tak biasanya kau lakukan ini.” (Faizah, TDT: 224)

Berdasarkan dialog antara Jane dan Leila terdapat maksim yang dipatuhi maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan terpenuhi karena jawaban Leila jelas dan

(11)

singkat, terdapat pada kutipan peng-galan percakapan sebagai berikut: Jane : “ Hei, Leila. Apa yang kau lakukan?”

Leila : “Menikmati udara segar.” 4. Ibu: “Kok kembali sayang? Adikmu

sudah berangkat sekolah lima belas menit lalu.”

Leila: “Ia kan pakai sepeda, Bu, bukan motor.”

Ibu: “Ibu tidak bodoh, Nak. Siapa tahu di jalan ada macet.”

Leila: “Memangnya Jakarta.” (Faizah, TDT: 196)

Berdasarkan dialog antara ibu dan Leila terdapat maksim yang di-patuhi maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan terpenuhi karena jawab-an Leila jelas djawab-an singkat, terdapat pada kutipan penggalan percakapan sebagai berikut:

Leila: “Memangnya Jakarta.” ATURAN MELANGGAR Maksim Kuantitas

1. Ibunya Leila : “Oh. Apa yang kau lakukan saat di rumah?”

Ibunya Ali : “Tak ada.”

Ibunya Leila : “Tinggallah di rumah-ku. Anakmu adalah satu-satunya teman anakku. Selama ini, ia sendiri-an dsendiri-an ssendiri-angat kesepisendiri-an. Karena itu, ia sangat menyukainya. Aku ingin mereka berdua mengahabiskan waktu bersama untuk bermain. Aku mau masa kecil mereka terhampas begitu saja. Aku ingin anak itu bahagia.” (Faizah, TDT: 26)

Berdasarkan dialog antara ibunya Leila dan ibunya Ali terdapat maksim yang melanggar prinsip kerja sama yaitu maksim kuantitas. Maksim kuantitas dilanggar karena jawaban ibunya ali mengandung informasi yang berlebihan, terdapat pada penggalan percakapan sebagai berikut:

“Selama ini, ia sendirian dan sangat kesepian. Karena itu, ia sangat me-nyukainya. Aku ingin mereka berdua

mengahabiskan waktu bersama

untuk bermain. Aku mau masa kecil mereka terhampas begitu saja. Aku ingin anak itu bahagia.”

2. Leila : “Aku bingung, Bu. Kenapa aku tak boleh main dan apa itu hari al-Quds.”

Ibu : “Karena, kita bukan bagian dari meraka. Kita adalah orang asing yang berbeda dengan mereka.” (Faizah, TDT: 152)

Berdasarkan dialog antara Leila dan Ibu terdapat maksim di-langgar yaitu maksim Kuantitas. Maksim kuantitas dilanggar karena jawaban yang diberikan ibu me-ngandung informasi yang berlebihan, terdapat pada penggalan percakapan berikut:

“Karena, kita bukan bagian dari meraka. Kita adalah orang asing yang berbeda dengan mereka.” 3. Mahmud : “Apa pekerjaan Anda?”

Leila :”Fotografer. Atau, boleh dibilang kami tim kreatif majalah. Eee..., Pendek kata, kami..., kami menyusun majalah. Ya, itulah.” (Faizah, TDT: 248)

Berdasarkan dialog antara Mahmud dan Leila terdapat maksim dilanggar yaitu maksim Kuantitas. Maksim kuantitas dilanggar karena jawaban yang diberikan Leila me-ngandung informasi yang berlebihan. 4. Jane : “Ali berutang budi kepada istrinya dan juga kepadamu. Apa salahnya jika berbagi?”

Leila : “Aku tak seperti itu, Jane. Itu hal biasa di agamamu. Tapi, tidak untukku.”

(12)

Berdasarkan dialog antara Jane dan Leila terdapat maksim dilanggar yaitu maksim Kuantitas. Maksim kuantitas dilanggar karena jawaban yang diberikan Leila mengadung informasi yang berlebihan, terdapat pada penggalan percakapan berikut: Leila : “Aku tak seperti itu, Jane. Itu hal biasa di agamamu. Tapi, tidak untukku.”

5. Leila : “Bukannya banyak perempuan Iran yang tergila-gila denganmu?”

Faris : “Sayangnya, mereka suka koin dan rumah, masih belum aku temukan lagi wanita yang tak menyukai itu semua.” (Faizah, TDT: 436)

Berdasarkan dialog antara Leila dan Faris terdapat maksim dilanggar yaitu maksim Kuantitas. Maksim kuantitas dilanggar karena jawaban yang diberikan Faris mengadung informasi yang berlebih-an, terdapat pada penggalan per-cakapan berikut:

Faris : “Sayangnya, mereka suka koin dan rumah, masih belu aku temukan lagi wanita yang tak menyukai itu semua.”

Maksim Kualitas

1. Khanum Reihane : “Chera zahmat keshidin?” (Mengapa kalian bersusah payah)

Ibunya Leila : ” Zahmati nist, qabele shoma nadare.”

(Tidak ada yang susah payah. Ini hanya seadanya) (Faizah, TDT: 152)

Berdasarkan dialog antara Khanum Reihane dan Ibunya Leila terdapat dilanggar yaitu maksim kualitas. Maksim kualitas dilanggar karena jawaban ibunya Leila me-ngandung informasi yang belum diketahuai kebenarannya. Pelanggar-an terhadap maksim kualitas dapat

dilihat melalui kutipan penggalan percakapan berikut:

“Zahmati nist, qabele shoma

nadare.”

(Tidak ada yang susah payah. Ini hanya seadanya)

2. Ayah : “Leila, cari adikmu sana!” Leila : ”Ayah...., panas. Nanti ,aku hitam.” (Faizah, TDT: 172)

Berdasarkan dialog antara ayah dan Leila terdapat dilanggar yaitu maksim kualitas. Maksim kualitas dilanggar karena jawaban Leila me-ngandung informasi yang belum di-ketahuai kebenarannya. Kejadian dalam novel belum dilakukan oleh Leila.

3. Ibu: “Kok kembali sayang? Adikmu sudah berangkat sekolah lima belas menit lalu.”

Leila: “Ia kan pakai sepeda, Bu, bukan motor.”

Ibu: “Ibu tidak bodoh, Nak. Siapa tahu di jalan ada macet.”

Leila: “Memangnya Jakarta.” (Faizah, TDT: 190)

Berdasarkan dialog antara ibu dan Leila terdapat dilanggar yaitu maksim kualitas. Maksim kualitas di-langgar karena jawaban Leila me-ngandung informasi yang belum diketahuai kebenarannya. Terdapat pada penggalan kutipan percakapan berikut:

Ibu: “Ibu tidak bodoh, Nak. Siapa tahu di jalan ada macet.”

Leila: “Memangnya Jakarta.” 4. Jane : “ Hei, Leila. Apa yang kau

lakukan?”

Leila : “Menikmati udara segar.” Jane : “Tak biasanya kau lakukan ini.”( Faizah, TDT: 224)

Berdasarkan dialog antara ibu dan Leila terdapat dilanggar yaitu maksim kualitas. Maksim kualitas

(13)

dilanggar karena jawaban Leila me-ngandung informasi yang belum di-ketahuai kebenarannya. Terdapat pada penggalan kutipan percakapan berikut:

Leila : “Menikmati udara segar.” Jane : “Tak biasanya kau lakukan ini.”

Maksim Relevansi

1. Ibu : “Apa yang terjadi, Sayang?” Leila : “ Aku mau paman dan bibi atau saudara yang lainya.”

Ibu : “ Bukannya kau punya Ibunya Ali, keluarga Khan, Ummu, serta ayah dan ibunya Khafsah.”

Leila : “ Ibu..., bukan itu.” (Faizah, TDT: 157)

Berdasarkan dialog antara Ibu dan Leila terdapat maksim yang dilanggar yaitu maksim relevansi. Maksim relevansi yang dilanggar karena jawaban yang diberikan ibu tidak sesuai dengan pertanyaan yang ditujukan oleh Leila yang ingin paman dan bibi atau saudara yang lainya sedangkan jawab ibu yaitu mengarah pada bukannya kau punya Ibunya Ali, keluarga Khan, Ummu, serta ayah dan ibunya Khafsah.

2. Ummu : “Jika kalian terpisah, apa yang akan kalian rasakan?”

Khafsah : Maka, aku tak akan memeliki teman seperti dia.” (Faizah, TDT: 161)

Berdasarkan dialog antara Ummu dan Khasfah terdapat maksim yang dilanggar yaitu maksim relevansi. Maksim relevansi yang di-langgar karena jawaban yang diberi-kan Khasfah tidak sesuai dengan per-tanyaan yang ditujukan oleh Ummu yaitu mengenai perasaan yang di-timbulkan apabila kalian berpisah seharunya Khasfah menjawab per-tanyaan tersebut dengan sedih, sedangkan jawaban Khasfah tidak

relevan yaitu dengan aku tak akan memeliki teman seperti dia.

3. Ayah : “Leila, cari adikmu sana!” Leila : ”Ayah...., panas. Nanti ,aku hitam.” (Faizah, TDT: 172)

Berdasarkan dialog antara ayah dan Leila terdapat dilanggar yaitu maksim relevansi. Maksim relevansi dilanggar karena jawaban Leila tidak ada hubungan antara mencari adik dengan hitam. Leila disuruh mencari adiknya yang berada di sawah, makna yang tersirat dalam percakap-an di atas Leila tidak mau untuk mencari adiknya.

Maksim Pelaksanaan

1. Ibunya Leila : “Oh. Apa yang kau lakukan saat di rumah?”

Ibunya Ali : “Tak ada.”

Ibunya Leila : “Tinggallah di rumah-ku. Anakmu adalah satu-satunya teman anakku. Selama ini, ia sendiri-an dsendiri-an ssendiri-angat kesepisendiri-an. Karena itu, ia sangat menyukainya. Aku ingin mereka berdua mengahabiskan waktu bersama untuk bermain. Aku mau masa kecil mereka terhampas begitu saja. Aku ingin anak itu bahagia.” (Faizah, TDT: 26)

Berdasarkan dialog antara ibu-nya Leila dan ibuibu-nya Ali terdapat maksim yang melanggar prinsip kerja sama yaitu maksim pelaksana-an. Maksim pelaksanaan dilanggar karena jawaban ibunya ali tidak singkat, terdapat pada penggalan per-cakapan sebagai berikut:

“Selama ini, ia sendirian dan sangat kesepian. Karena itu, ia sangat menyukainya. Aku ingin mereka

berdua mengahabiskan waktu

bersama untuk bermain. Aku mau masa kecil mereka terhampas begitu saja. Aku ingin anak itu bahagia.”

(14)

2. Leila : “Aku bingung, Bu. Kenapa aku tak boleh main dan apa itu hari al-Quds.”

Ibu : “Karena, kita bukan bagian dari meraka. Kita adalah orang asing yang berbeda dengan mereka.” (Faizah, TDT: 152)

Berdasarkan dialog antara Leila dan Ibu terdapat maksim dilanggar yaitu maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan dilanggar karena jawaban yang diberikan ibu tidak singkat, terdapat pada peng-galan percakapan berikut:

“Karena, kita bukan bagian dari meraka. Kita adalah orang asing yang berbeda dengan mereka.” 3. Leila : “Ibu, apakah orang yang

menjadi korban itu....?”

Ibu : “Masalah itu tak akan tuntas. Kau tahu kenapa? Karena, masalah ini adalah masalah yang kompleks. Terlalu banyak kesalahan. Dan, terlalu banyak yang bersalah. Hukum tak akan mampu menjamah mereka.” Leila : “Lalu, untuk apa kita reformasi.”

Ibu : “Untuk perubahan dan menghitung detik kehancuran pondasi kebaikan yang ada.” (Faizah, TDT: 199)

Berdasarkan dialog antara Leila dan Ibu terdapat maksim dilanggar yaitu maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan dilanggar karena jawaban yang diberikan ibu tidak singkat, terdapat pada penggalan percakapan berikut: Ibu : “Masalah itu tak akan tuntas. Kau tahu kenapa? Karena, masalah ini adalah masalah yang kompleks. Terlalu banyak kesalahan. Dan,

terlalu banyak yang bersalah.

Hukum tak akan mampu menjamah mereka.”

4. Mahmud : “Apa pekerjaan Anda?” Leila :”Fotografer. Atau, boleh dibilang kami tim kreatif majalah. Eee..., Pendek kata, kami..., kami menyusun majalah. Ya, itulah.” (Faizah, TDT: 248)

Berdasarkan dialog antara Mahmud dan Leila terdapat maksim dilanggar yaitu maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan dilanggar karena jawaban yang diberikan Leila tidak singkat, terdapat penggalan percakapan berikut:

“Fotografer. Atau, boleh dibilang kami tim kreatif majalah. Eee..., Pendek kata, kami..., kami menyusun majalah. Ya, itulah.”

5. Jane : “Ali berutang budi kepada istrinya dan juga kepadamu. Apa salahnya jika berbagi?”

Leila : “Aku tak seperti itu, Jane. Itu hal biasa di agamamu. Tapi, tidak untukku.” (Faizah, TDT: 357-358)

Berdasarkan dialog antara Mahmud dan Leila terdapat maksim dilanggar yaitu maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan dilanggar karena jawaban yang diberikan Leila tidak singkat dan mengandung makna ambiguitas, terdapat pada penggalan percakapan berikut

Leila : “Aku tak seperti itu, Jane. Itu hal biasa di agamamu. Tapi, tidak untukku.”

PENUTUP

Setelah penelitian dilakukan, ter-lihat bahwa percakapan yang mematuhi prinsip kerja sama lebih dominan pada novel Taheran dalam Toples karya Aminatul Faizah. Hal ini tampak pada banyaknya temuan percakapan yang mematuhi maksim kualitas dan relevansi karena prinsip kerja sama dalam kutipan penggalan percakapan tersebut me-ngandung informasi yang benar dan saling berhubungan, sedangkan

(15)

pelang-garan terdapat pada maksim kuantitas dan pelaksanaan karena prinsip kerja sama dalam kutipan penggalan per-cakapan tersebut mengandung informasi yang berlebihan dan tidak singkat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penulis novel sudah mampu mematuhi prinsip kerja sama implikatur percakapan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Black, Elizabeth. 2011. Stilistika Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cummings, Luise. 2007. Pragmatik

Sebuah Perspektif

Multidisipliner. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Faizah, Aminatul. 2012. Teheran dalam Toples. Yogyakarta: DIVA Pres. Lubis, Hamid Hasan. 2011. Analisis

Wacana Pragmatik. Bandung:

Angkasa.

Marahimin, Ismail. 2005. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Moleong, J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Kencana. Nadar, F. X. 2009. Pragmatik &

Penelitian Pragmatik.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Rani, Abdul, dkk. 2004. Analisis

Wacana. Malang: Bayumedia

Publishing.

Wijana, I Dewa Putu & Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana

Pragmatik. Surakarta: Yuma

Referensi

Dokumen terkait

“ Dikarenakan saya disini sebagai guru PAI dan juga kebetulan mengajar dibeberapa kelas siswa yang mengikuti ekstrakulikuler Tapak Suci, jadi saya dapat menilai bagaimana

Hasil penelitian ini, didukung oleh hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Siti Murdiati pada tahun 2013, dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis

Meskipun pekan lalu disibukkan dengan laporan keuangan triwulanan, di mana 37 persen kapitalisasi pasar S&P 500 menyampaikan laporannya, pasar diwarnai oleh fluktuasi yang

peserta didik, kategori cukup berjumlah 1 orang atau 4,35 %, kategori kurang berjumlah 10 orang atau 43,47 % dan kategori gagal sebanyak 11 orang atau 47,83 %

Posisi molekul TAG (triasilgliserol) yang manapun diserang akan menghasilkan asam lemak alami. Lipase memutus semua ikatan TAG menjadi asam lemak bebas dan gliserol, tetapi di-

Standar Kompetensi Lulusan berbasis KKNI adalah kemampuan minimum yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja

Data ini diperoleh peneliti dari hasil wawancara dan terjun ke lapangan dengan para pihak yang terlibat dalam kegiatan halal network atau Multi Level Marketing (MLM) Syariah

Apabila Arduino Uno telah terhubung ke router wifi portable, maka data yang terdapat pada Arduino Uno akan disalurkan oleh router wifi portable dan data tersebut mampu