• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN

PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP

AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

FITRIA NURMANISA’

NIM 111 09 139

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2013

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

اَنُنِّيَزُت ِبا َوْثَأِب ُلَامَجْل ا َسْيَل

#

ِب َ َ ْاا َ ِ ْ ِ ْلا ُلَامَ َلَامَجْلا نَّ ِا

“ Seseorang tidak dikatakan indah karena pakaian yang menghiasinya,

namun keindahan akan muncul dari ilmu dan budi pekertinya”.

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak & Ibuku tercinta (H. Zaenal Muttaqin & Hj. Paryuni) Jazakumullah bi akhsanil jaza‟ atas semua yang telah diberikan selama ini, juga untuk setiap do‟a yang dengan tulus diberikan, semoga Allah meridhai. Tanpa mereka penulis tidak bisa menjadi seperti sekarang ini.

2. Untuk semua kakakku dan saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi dan nasihat kepada penulis.

3. Seluruh sahabat dan teman-teman tercinta yang selalu menemani dikala suka maupun duka dan selalu membangkitkan semangatku. Terimakasih atas selama ini yang kalian berikan.

4. Sahabat-sahabat angkatan 2009 dan seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga 5. Teman seperjuangan PAI E tahun 2009 semangat kalian masih teringat

dibenakku.

6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini

Semoga pengorbanan yang telah diberikan dengan tulus ikhlas di beri balasan oleh Allah SWT. Amin...

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Mengetahui apa yang tampak maupun tersembunyi, karena atas rahmad dan hidayah, serta taufiq-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW Sang Pembawa Risalah yang mulia ini. Semoga pada akhir kelak kita diakui oleh umatnya dan mendapat syafa‟atnya, amin.

Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar akademik Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Dr.Imam Sutomo, M. Ag sebagai ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga

3. Dra. Hj. Maryatin, M. Pd. selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi, yang dengan tulus ikhlas telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk selalu mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

4. Seluruh Bapak, Ibu Dosen STAN Salatiga

5. Agus Sucipto, S. Pd. Selaku Kepala Madrasah Al-Mina yang berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Keluarga besar Madrasah Tsanawiyah SA Al-Mina Jetis Bandungan. 7. Kepada siapapun yang memberikan ilmunya padaku, semoga Allah

memberikan balasan dan mendapatkan pahala dari Allah SWT

Harapan peneliti semoga amal baik dari beliau semua mendapatkan balasan yang sesuai dan mendapatkan ridlo Allah SWT. Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya.

Salatiga, 23 Agustus 2013

(9)

ABSTRAK

Nurmanisa‟, Fitria. 2013. Hubungan Ketaatan Beribadah Dengan Perilaku Sosial Siswa di MTs Satu Atap Al-Mina Jetis Bandungan Tahun 2013.Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj.Maryatin, M. Pd.

Kata Kunci : Hubungan, Ketaatan Beribadah, Perilaku Sosial

Ibadah merupakan suatu bagian dari pendidikan Islam yang dapat dilihat dari sikap dan tingkah laku seseorang dalam kehidupan. Ketaatan beribadah adalah bentuk kepatuhan seorang hamba terhadap Tuhan-Nya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Bagaimana ketaatan beribadah di MTs SA Mina (2) Bagaimana Perilaku Sosial Siswa MTs SA Al-Mina (3) Adakah hubungan antara ketaatan beribadah dengan perilaku sosial. Skripsi ini mencoba mengkaji adakah hubungannya ketaatan beribadah dengan perilaku sosial khususnya pada siswa di Madrasah Al-Mina.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen, angket, observasi dan dokumentasi. Sampel penelitian 41 siswa terdiri dari kelas VIII dan IX. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus Prosentase dan korelasi product moment untuk menguji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan nilai mean pada angka 32,26 dikatakan sedang untuk ketaatan beribadah, nilai mean pada angka 35,90 dikatakan sedang untuk perilaku sosial. Dengan jumlah subyek 41 sampel dengan taraf signifikasi 5% diperoleh pada tabel N taraf signifikan 5%= 0,308 dan apabila ditunjukkan dengan hasil hitung koefisien korelasi rxy hitung = 0,4 >0,308. Maka hipotesis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Hipotesis Penelitian ... 7 E. Manfaat Penelitian ... 8 F. Definisi Operasional ... 8 G. Metode Penelitian ... .. 12

(11)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3. Populasi ... 12

4. Pengumpulan data ... 13

5. Instrumen penelitian ... 14

6. Tehnik analisis data ... 14

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ketaatan Beribadah ..…... 17

1. Pengertian ketaatan beribadah ... 17

2. Bentuk-bentuk ketaatan beribadah ... 20

B. Perilaku Sosial ...………... 30

1. Pengertian perilaku sosial ... 30

2. Bentuk-bentuk perilaku sosial ... 30

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku sosial ... 33

4. Perilaku menyimpang dalam perilaku sosial ... 37

C. Hubungan ketaatan beribadah dengan perilaku sosial siswa ... 38

BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Satu Atap Al-Mina Desa Jetis ... 41

1. Profil Sekolah Mts SA Al-Mina ... 41

2. Sejarah Madrasah MTs SA Al-Mina ... 42

3. Letak geografis MTs Al-Mina ... 44

4. Visi dan Misi MTs SA Al-mina ... 45

(12)

6. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 46

7. Keadaan guru dan siswa di MTs SA Al-Mina ... 47

B. Penyajian Data ... 48

1. Daftar Nama Responden ... 48

2. Hasil Jawaban Angket ... 50

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama ... 54 B. Analisis Kedua ... 64 C. Pembahasan ... 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69 C. Penutup ... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel I Tabel Sarana dan Prasarana MTs SA Al-Mina ... 46

Tabel II Tabel Daftar Keadaan Guru MTs SA Al-Mina ... 47

Tabel III Tabel Daftar Keadaan Siswa MTs SA Al-Mina ... 48

Tabel IV Tabel Daftar Nama Responden ... 48

Tabel V Tabel Angket Tentang Ketaatan Beribadah ... 50

Tabel VI Tabel Angket Tentang Perilaku Sosial ... 52

Tabel VII Tabel Ketaatan Beribadah ... 55

Tabel VIII Tabel Frekuensi Ketaatan Beribadah ... 57

Tabel IX Tabel Interval Ketaatan Beribadah ... 59

Tabel X Tabel Perilaku Sosial ... 60

Tabel XI Tabel Frekuensi Perilaku Sosial ... 62

Tabel XII Tabel Interval Perilaku Sosial ... 64

(14)

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAPORAN 1 DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN 2 RIWAYAT HIDUP

LAPORAN 3 ANGKET

LAPORAN 4 SURAT TUGAS PEMBIMBING

LAPORAN 5 PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

LAPORAN 6 SURAT KETERANGAN PENELITIAN

LAPORAN 7 TABEL PRODUCT MOMENT

LAPORAN 8 LEMBAR KONSULTASI

LAPORAN 9 SKK

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama adalah usaha yang diarahkan pada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran islam. Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari. Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, tidak hanya membekali anak dengan pandai menghafal dalil-dalil dan hukum-hukum agama saja, tetapi menyangkut keseluruhan dari pribadi anak, mulai dari latihan-latihan sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Konsep ajaran Islam telah menjelaskan bahwa pada hakekatnya penciptaan jin dan manusia untuk mengabdi kepada penciptanya yaitu Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S.Adz-Dzariyat: 55















Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

(16)

Dalam hal ini manusia harus senantiasa menjalankan ajaran-ajaran agama yang menjadi sumber dalam kehidupan. Allah SWT mengutus rasul-rasul-Nya sebagai pemberi contoh dan teladan agar tanggung jawab yang diberikan kepada manusia dapat diwujudkan dengan benar. Dalam hal yang lain ris‟alah kerasulan ini ditujukan kepada para ulama‟. Akan tetapi tanggung jawab utamanya dititik beratkan kepada orang tua. Rasulullah berkata bahwa bayi yang di lahirkan dalam keadaaan fitrah, yaitu dorongan untuk mengabdi kepada penciptanya namun benar dan tidaknya cara dan bentuk pengabdian yang dilakukan, sepenuhnya tergantung orang tua masing-masing (Jalaludin, 2000: 66). Seperti dalam sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh bukhori yaitu:

اأَا أَ ا هُ نْ أَ اهُنَّا اأَ ضِ أَ اأَ أَ نْيْ أَ هُ ا أَ أَ انَّ أَ

ا:

اضِنَّا اهُا هُ أَ اأَا أَ

ا"ا:

ا ضِ أَ نْطضِفنْل اىأَلأَ اهُدأَل هُ ا نَّلَّضِإاٍد هُلنْ أَمانْنضِما أَم

اأَا أَ نْأَ اةً أَي ضِأَ اهُ أَي ضِ أَ نْل اهُ أَ نْ هُيْ ا أَيأَ اضِ ضِا أَ ضِوِّ أَهُ انْ أَ ا ضِ ضِا أَ ضِوِّ أَ هُيْ انْ أَ اضِ ضِا أَدضِوِّ أَ هُيْ اهُا أَ أَيْ أَ أَ

.

Terjemah Hadits:

Abu Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda “setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. Sebagimana binatang ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya) ( Al-Asqalani, 2008: 568).

Pernyataan ini menunjukkan bahwa dorongan keberagamaan merupakan faktor bawaan manusia. Apakah manusia nantinya setelah dewasa akan menjadi penganut ajaran yang taat, sepenuhnya tergantung pada pembinaan nilai-nilai agama oleh kedua orang tua. Apa yang menjadi

(17)

keinginan dan kebutuhan manusia di dunia itu bukan hanya sekedar kebutuhan makan minum pakaian ataupun kenikmatan lainnya, akan tetapi manusia juga mempunyai keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan, keinginan tersebut merupakan kebutuhan kodrati yang ada pada diri manusia.

Manusia yang ingin mengabdikan dirinya pada Tuhan sesuatu yang di anggap sebagai kekuasaan tertinggi, keinginan tersebut pastinya datang pada setiap kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitif sampai yang modern (Jalaludin, 2000: 69). Keinginan untuk dapat mencintai dan dicintai Tuhan dapat mendorong manusia untuk senantiasa menjalankan ajaran agamanya. Manusia akan berusaha melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Penerapan dari hal tersebut adalah ketaatan atau kepatuhan dengan menjalankan ajarannya dan beribadah (Nata, 2002: 55).

Ibadah merupakan suatu bagian dari pendidikan Islam dan suatu tindakan yang bisa dilihat sikap dan tingkah laku dalam kehidupanya. Demikian pula sikap seseorang dalam menerima dan melaksanakan perintah Allah dan sikap yang selalu menjauhi larangan-Nya, semuanya disebut syari‟ah yaitu sikap mental yang paling mendalam dari seseorang terhadap Allah SWT. Sebaliknya kualitas iman seseorang dibuktikan pada pelaksanaan ibadah secara sempurna.

Ibadah yang dilakukan oleh manusia sebagai bentuk pengabdian atau kepatuhan kepada sang pencipta tidak hanya hubungan antara manusia

(18)

dengan Allah SWT, namun juga antar sesama manusia dengan makhluk hidup lainya. Secara eksplisit maupun implisit ibadah tidak hanya berupa rangkaian ucapan dan gerakan semata tetapi juga terdapat nilai-nilai yang dapat dijadikan dasar dalam menjalani kehidupan, dan dapat memberikan pengaruh kepada manusia dalam berperilaku sosial.

Ketaatan beribadah pada siswa masih membutuhkan pemupukan dan peningkatan upaya menjadi kuat dan teguh mempertahankan agama karena masih jauh dari harapan. Siswa adalah calon generasi baru yang perlu perhatian khusus pada akhlak, budi pekerti, sopan santun supaya nantinya tidak luntur karena anak-anak zaman sekarang harus dididik sejak dini supaya kelak akan menjadi anak yang berguna.

Zaman moderen ini, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa dipisahkan antara satu sama lain, di satu sisi kemajuan tersebut dapat memberikan kemudahan dan kebaikan bagi manusia dalam kebutuhannya, di sisi lain kemajuan tersebut dapat menimbulkan hal-hal yang negatif apabila seseorang tidak memahaminya secara benar dan dapat mengakibatkan perilaku budaya yang kadang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Keadaan yang tergambar seperti di atas sudah sering dihadapi dan dirasakan saat ini, sering kita saksikan tingkah laku generasi muda yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa dan ajaran islam, padahal para generasi muda seperti siswa saat ini sudah mendapatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah maupun di rumah dan masyarakat mengenai pelajaran

(19)

agama islam sekaligus melaksanakan praktek keagamaan yang telah di ajarkan kepada mereka. Dari pernyataan tersebut timbulah pernyataan apakah setiap orang yang taat beribadahnya akan menjamin dapat berperilaku sosial dengan baik, atau malah justru sebaliknya.

Perilaku seorang siswa dalam di lingkungan sekolah dan masyarakat dapat berpengaruh sekali terhadap interaksi individu dengan individu lainya. Bentuk perilaku sosial seorang siswa dapat dilihat dari perbuatan dan tingkah laku individu yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Perilaku sosial yang dimaksud adalah perbuatan atau tingkah laku yang sering dilakukan siswa dalam kehidupan sekolah ataupun masyarakat baik berupa menolong sesama, tenggang rasa, kasih sayang dan sebagainya tanpa ada rasa keterpaksaan atau atas dasar sebagai memenuhi tugas sekolah, akan tetapi perbuatan yang dilakukan atas kehendak sendiri dengan tujuan ingin mendapatkan ridho Allah SWT. Dapat diketahui dengan jelas bahwa di zaman moderen ini, perilaku yang mengutamakan kepentingan orang lain dari kepentingannya pribadi sangat sulit dilakukan.

Mengingat pentingnya pendidikan agama terutama dalam pembentukan perilaku pada siswa, dengan cara mengenalkan materi pelajaran tentang agama islam dan memberikan praktek ibadah terhadap siswa agar terbentuk ketaatan dalam dirinya dalam beribadah. Begitu juga yang terjadi di dalam MTS Satu Atap Al-mina Ngawinan Jetis Bandungan lembaga ini

(20)

adalah satu-satunya yang ada di Dusun Ngawinan. Secara jelas materi-materi pelajaran yang di berikan di MTS Al-mina secara global tentang pendidikan Agama Islam, karena MTS adalah suatu lembaga yang berlatar belakang pendidikan Agama.

Materi agama yang diberikan pada siswa meliputi pendidikan keagamaan dan praktek keagamaan seperti beribadah. Ajaran-ajaran tentang beribadah yang diberikan kepada siswa MTS Al-mina yaitu: membaca asma‟ul husna, membaca al-Qur‟an bersama-sama, membaca Qiro‟ati, menghafal dan membaca surat-surat pendek dalam al-Qur‟an, membaca do‟a-do‟a, sholat berjama‟ah. Mengenai perilaku sosial siswa yaitu seperti toleransi, sopan santun, tenggang rasa, tolong-menolong.

Sebagian yang terjadi di MTS Al-mina yaitu kurangnya memiliki rasa kepedulian terhadap sesama. Namun ketaatan dalam beribadahnya berjalan dengan baik. Hal ini terbukti bahwa setiap pagi akan memasuki ruangan seluruh siswa membaca asma‟ul khusna kemudian dilanjutkan dengan membaca qiro‟ati, setiap istirahat dzuhur sholat berjama‟ah bersama dan pulang sekolah dengan membaca doa terlebih dahulu.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengambil penelitian dengan judul “HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN”

(21)

Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 69). Berdasarkan latar belakang di atas, yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ketaatan beribadah siswa di MTS Satu Atap Al-mina Ngawinan Jetis Bandungan?

2. Bagaimana perilaku sosial siswa diMTS Satu Atap Al-mina Ngawinan Jetis Bandungan?

3. Apakah ada hubungan antara ketaatan beribadah dengan perilaku sosial siswa MTS Satu Atap Al-mina Ngawinan Jetis Bandungan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana ketaatan beribadah siswa di MTS Satu Atap Al-mina Ngawinan Jetis Bandungan

2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku sosial siswa MTS Satu Atap Al-mina Ngawinan Jetis Bandungan

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara ketaatan beribadah dengan perilaku sosial siswa MTS Satu Atap Al-mina Ngawinan Jetis Bandungan

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah Suatu jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Sugiyono, 2011: 159). Dari pengertian hipotesis di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan yang signifikan antara ketaatan beribadah siswa dengan perilaku sosial siswa”. Dengan kata lain semakin

(22)

tinggi tingkat ketaatan beribadahnya, maka semakin baik pula perilaku sosial siswa.

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengaruh yang positif kepada peneliti maupun pihak yang diteliti:

1. Manfaat teoritis ; memberikan sumbangan khasanah keilmuan terutama dalam bidang Pendidikan Agama Islam pada Progam Studi PAI, Jurusan Tarbiyah di STAIN Salatiga.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa : Dapat memberikan motivasi agar ketaatan dalam beribadah dan perilaku sosialnya bertambah baik.

b. Bagi guru : Dapat memberikan masukan dan tolak ukur mendidik siswa dalam menerapkan tata tertib di sekolah khususnya dalam ketaatan beribadah siswa dan dampaknya terhadap perilaku sosial. c. Bagi peneliti : Dapat mengembangkan wawasan dan pengatahuan

serta dapat memberikan bekal bagi peneliti dalam ketaatan beribadah dan perilaku sosial.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah persepsi dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah pokok antara lain adalah:

(23)

Hubungan adalah keadaan yang terhubung (Depdiknas, 2007:409). Hubungan berasal dari kata “Hubung” yang berarti bersambung atau berantai (yang satu dengan yang lain). Sedangkan hubungan berarti keadaan berhubungan atau di hubungkan (KBBI, 2007:408-409).

2. Ketaatan beribadah

Ketaatan berasal dari kata “taat” yang berarti patuh, setia atau saleh. Sedangkan “ibadah” berasal dari kata “abada” yang berarti menyembah, menghinakan diri kepada Allah (Yunus, 1996: 253). Kata “ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan menghambakan diri” (Basyir, 1984: 12). Adapun kata ibadah menurut istilah berarti penghambaan diri yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat (Fuad, 2000: 4).

Ketaatan beribadah dapat diartikan sebagai kepatuhan kepada Tuhan dan kesetiaan seorang hamba kepada Allah untuk menjalankan perintah serta meninggalkan larangan-Nya. Macam-macam ibadah menurut Fuad Hasbi sangat beragam, seperti:

a. Bersifat ma‟rifat yang tertentu dengan sifat ke Tuhanan.

b. Ucapan untuk Allah seperti : takbir, tahmid, tahlil dan pujian- pujian. c. Perbuatan untuk Allah seperti: haji, umrah, ruku‟, sujud, puasa. d. Pekerjaan untuk Allah seperti: sholat fardhu dan sholat sunnah. e. Melengkapi kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat, seperti:

(24)

Mengacu pada pendekatan Glock konsep religius ada 5 dimensi yaitu:

a. Dimensi keyakinan yaitu mengenai seberapa tingkat keyakinan Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya.

b. Dimensi praktik keagamaan yaitu dimensi yang mencakup seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual seperti ibadah shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur‟an.

c. Dimensi penghayatan yaitu dimensi yang dimensi yang menyatakan seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius.

d. Dimensi pengetahuan agama yaitu merujuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman Muslim terhadap ajaran agama terutama mengenai ajaran pokok agama seperti pengetahuan tentang mengenai hukum islam.

e. Dimensi konsekuensi yaitu dimensi yang mencakup seberapa tingkat Muslim dalam berperilaku dimotivasi oleh ajaran agamanya seperti bagaimana individu berelasi dengan dunia dan manusia lain (Ancok & Suroso, 1994:77).

Berdasarkan teori di atas dan kenyataan yang ada di sekolah penulis membatasi penelitian ini pada dimensi ritual atau ibadah yang bersifat ritual. Baik ibadah wajib atau ibadah sunnah, seperti: shalat wajib 5 waktu, shalat sunnah, puasa, membaca al-Qur‟an dengan indikator sebagai berikut:

(25)

1) Menjalankan ibadah sholat wajib dan sunnah

a) Kedisiplinan dalam menjalankan shalat wajib dan sunnah b) Frekuensi shalat wajib dan sunnah

c) Tempat pelaksanaan

d) Pelaksanaan shalat (berjama‟ah atau tidak) 2) Menjalankan ibadah puasa

3) Membaca al-Qur‟an

a) Frekuensi baca Alqur‟an b) Hafalan surat Alqur‟an c) Pemahan baca Alqur‟an 3. Perilaku sosial

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2007: 859). Menurut Hasan Langgulung (1985: 19) perilaku adalah segala aktivitas yang dapat di amati, artinya semua aktifitas yang dapat ditangkap oleh panca indera. Sosial berarti berkenaan dengan orang lain atau masyarakat (Depdiknas, 2007: 1085).

Perilaku sosial adalah reaksi seseorang dalam perjalinan secara harmonis dengan lingkungan sosial atau masyarakat (Chaplin, 1989: 19). Bentuk perilaku sosial dalam berinteraksi dengan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu pertama perilaku positif seperti tolong-menolong, tenggang rasa, kasih sayang dan negatif seperti egoisme, prasangka sosial

(26)

terhadap sesama dan lingkungan (Ahmadi, 2000. 34). Dalam hal ini, penulis membatasi perilaku sosial pada perilaku positif di lingkungan.

Berdasarkan uraian teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah perbuatan dan tingkah laku individu yang muncul dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan masyarakat.

Adapun indikator dari perilaku sosial adalah sebagai berikut: a. Tolong-menolong

b. Menghargai dan menghormati orang lain c. Kasih sayang terhadap sesama

d. Toleransi

e. Mau menerima dan memberi saran f. Sopan santun dalam bergaul

4. Siswa adalah pelajar (murid atau anak didik).

Siswa adalah obyek atau orang yang menerima pendidikan (depdikbud, 1996:6). Yang dimaksud hubungan ketaatan beribadah dengan perilaku sosial siswa adalah rangkaian atau hubungan dari kepatuhan dan kesetiaan seorang hamba pada Tuhan dengan hasil perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.

G. Metode Penelitian

(27)

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan rancangan penelitian studi korelasional. Hal ini disebabkan karena penelitian ini meneliti tentang hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu ketaatan beribadah sebagai variabel yang Dependen dan perilaku sosial siswa sebagai variabel yang ke dua (Independen).

2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTS Satu Atap Al-mina Ngawinan Jetis Bandungan, waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 juni sampai 26 juli 2013.

3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah populasi semua siswa di MTs SA Al-Mina Desa Jetis. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2011: 80). Sedangkan Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011: 81). Adapun Yang menjadi sampel dalam obyek penelitian ini adalah anak kelas VIII dan kelas IX yang berjumlah 41 siswa.

(28)

Metode merupakan cara atau kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subyek atau obyek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Rosady, 2010: 24).

Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode angket, metode observasi langsung di tempat penelitian ditambah dengan metode dokumentasi.

a. Angket atau kuesioner

Kuesioner merupkan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 142) Metode kuesioner ini akan digunakan untuk mendapatkan data tentang ketaatan beribadah dan perilaku sosial siswa.

b. Observasi

Observasi merupakan metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang di selidiki (Hadi, 1986: 136). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang ketaatan beribadah dan perilaku sosial siswa. Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi mengenai tata tertib di sekolah.

(29)

Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011: 240). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan obyek penelitian serta memberikan gambaran secara umum tentang obyek penelitian.

5. Instrumen penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011: 102). Instrumen yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan ketaatan beribadah siswa terhadap perilaku sosial siswa adalah daftar pertanyaan dalam angket. Angket akan dirancang dalam 30 pertanyaan yang ditujukan pada siswa.

6. Tekhnik analisis data a. Analisis awal

Analisis awal ini untuk mengetahui ketaatan beribadah dan perilaku sosial siswa, Adapun tekhnik analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai berikut:

Keterangan:

(30)

F = frekuensi.

N = jumlah subjek dalam golongan b. Analisis lanjutan

Analisis lanjutan dilakukan dengan menggunakan analisis statistik dengan rumus product moment untuk mencari data tentang hubungan ketaatan beribadah dengan perilaku sosial siswa, sebagai berikut:

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y

XY : Produk dari X dikali Y X : Variabel skor 1

Y : Variabel skor 2

N : Jumlah responden (Arikunto, 2010).

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematika kami jabarkan sebagai berikut:

                   N Y Y N X X N Y X XY rxy 2 2 2 2 ( ) ( ) ) )( (

(31)

Bab I, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II, kajian pustaka yang berisi tentang penjabaran dari ketaatan beribadah dan perilaku sosial siswa serta hubungan ketaatan beribadah terhadap perilaku sosial siswa.

Bab III, laporan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan penyajian data

Bab IV, analisis data tentang hubungan ketaatan beribadah, analisis data tentang perilaku sosial siswa dan uji hipotesis tentang hubungan ketaatan beribadah terhadap perilaku sosial siswa dengan rumus product moment.

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ketaatan Beribadah

1. Pengertian ketaatan beribadah

Pengertian “ketaatan”, sebagaimana disebutkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, berarti kepatuhan, kesetiaan. Sedangkan

“ibadah” berasal dari kata “abada” yang berarti menyembah, menghinakan diri kepada Allah (Yunus, 1996: 253). Kata ibadah menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan menghambakan diri” (Basyir, 1984: 12). Adapun kata ibadah menurut istilah berarti penghambaan diri yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat (Fuad, 2000: 4).

Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah Swt, karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. Ibadah juga sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-perintah-Nya, dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya (Abudin, 2010:81-82).

Allah Maha Mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, taqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diwajibkan beribadah agar manusia itu mencapai taqwa. Khursid Ahmad, dkk, mengemukakan bahwa tujuan beribadah dalam islam adalah

(33)

menyucikan jiwa manusia dan kehidupan sehari-hari dari cemaran dosa dan hal-hal yang keji. Hal tersebut sudah di atur sedemikian rupa agar dapat memenuhi tujuan pemurnian tersebut, yang apabila dilaksanakan dengan sepenuh ketulusan hati dan kesadaran memang akan dapat menjaga keluhuran jiwa yang sejati (2002:51). Dari uraian tersebut ibadah menjadi tujuan penciptaan manusia sebagaimana yang di firmankan Allah Swt dalam Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 56-58 yang berbunyi:



















































Terjemah Al-Qur‟an:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki

yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh (Q.S.

Adz-Dzariat:56-58 ).”

Ayat di atas menjelaskan, bahwa tugas hidup sebagai manusia adalah untuk mengabdikan diri kepada Allah dalam berbagai aspek kehidupan maupun ibadah. Jadi, ketaatan beribadah dapat di artikan sebagai kepatuhan kepada Tuhan dan kesetiaan seorang hamba kepada Allah untuk menjalankan perintah serta meninggalkan larangan-Nya.

(34)

Ketaatan beribadah merupakan bentuk pengabdian diri terhadap sang khaliq, dan senantiasa menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya dengan penuh ketaqwaan dan mengharap ridhlo-Nya. Allah memerintahkan manusia untuk taat kepada-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 69:







































Terjemah Al-Qur‟an:

dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu

akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. [314] Ialah: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

Kedudukan manusia dalam beribadah adalah untuk mematuhi, mentaati, dan melaksanakan dengan penuh ketundukan pada Tuhan, sebagai bukti dan pengabdian dan rasa terimakasih kepada-Nya. Hal demikian dilakukan sebagai praktek dari makna Islam, yaitu berserah diri, patuh, dan tunduk guna mendapatkan kedamaian dan keselamatan. Ibadah mensyukuri nikmat Allah. Atas dasar inilah manusia diperintahkan untuk

(35)

beribadah kepada Allah. Karena Allah yang memberikan nikmat paling besar yang berupa hidup atau wujud dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya, dengan diperintahkan untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Menurut orang-orang bijak, ihsan dalam amal perbuatan lebih penting dari pada amal itu sendiri. Melaksanakan ibadah seperti salat, puasa, tilawah al-Qur‟an, dan lain sebagainya tanpa adanya keikhlasan dari hati dan kesopanan dalam berhadapan dengan-Nya sesuai dengan keagungan hadirat-Nya yang Maha Suci, maka semua ibadah yang dilaksanakannya hanya akan menumbuhkan kelelahan semata (Asep, 2006:3).

Pengertian dari ketaatan beribadah dapat disimpulkan sebagai kepatuhan dan kesetiaan seorang hamba kepada Tuhan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dilakukan dengan cara mengabdikan dirinya dengan penuh ketaqwaan dan mengharap ridhlo dari-Nya dan juga melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan dan kesopanan dalam menghadap-Nya.

2. Bentuk-bentuk ketaatan beribadah

Ibadah dilihat dari segi umum dan khusus dibagi menjadi dua macam:

(36)

a. Ibadah khoshoh adalah ibadah yang ketentuanya telah ditetapkan dalam nash (dalil atau dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji.

b. Ibadah ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT seperti bekerja, makan, minum, semua itu dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani maupun rohani supaya dapat mengabdi kepada-Nya (Fuad, 2000:8). Secara garis besar dalam buku Pengantar Studi Islam ibadah dibagi menjadi dua,yaitu:

a. Ibadah mahdlah merupakan bentuk pengabdian langsung hamba kepada sang khaliq secara vertikal (Amin, 2000:83), seperti:

1) Salat

Salat menurut bahasa Arab ialah “doa”, yang dimaksud disini adalah “ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang di mulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan” (Sulaiman, 2002: 53). Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Al-Ankabut ayat 45:





































(37)









Terjemah Al-Qur‟an:

bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Salat adalah kewajiban dengan pijakan dalil yang tidak terbantahkan lagi. Sementara teknis pelaksanaan salat sepenuhnya dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman Q.S Ali Imran ayat 31































Terjemah Al-Qur‟an:

“Katakanlah, apabila kamu sekalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya engkau semua akan dicintai Allah”(Q.S. Ali imran:31).

“Apa saja yang diberikan kepadamu oleh Rasulullah ambilah dan apa saja yang dilarang olehnya, maka jauhilah”(Q.S. Al-Hasyr:7).

(38)

Ibadah salat juga merupakan kewajiban yang bersifat individual (fardlu „ain) di sunnahkan dikerjakan di masjid secara berjamaah. Salat menjadi pertanda lurus atau tidaknya amaliyah lain yang di kerjakan, bahka kata Nabi, salat juga merupakan garis yang membedakan kemusliman dan kekufuran seseorang (Asep, 2006:286).

2) Puasa

Puasa menurut bahasa adalah menahan diri (Fuad, 2000: 201). Menahan dari segala sesuatu seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat. Menurut istilah puasa yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat” (Sulaiman, 2002: 220).

Puasa merupakan salah satu dari rukun islam yang ke lima, diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah. yaitu tahun kedua sesudah Nabi Muhammad Saw hijrah ke madinah. Hukum puasa adalah fardhu‟ain atas tiap-tiap mukallaf (Sulaiman, 2002:221). Allah SWT memerintahkan para muslimin yang telah sampai umur serta sanggup, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan yang dipandang sebagai bulan latihan jiwa manusia.

(39)

Puasa Ramadhan adalah kewajiban sakral dan ibadah Islam bersifat syi‟ar yang besar, juga salah satu rukun Islam yang menjadi pilar bagi agama. Kewajiban dan perintah puasa ini telah dikukuhkan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqoroh: 183-184:

































































































Terjemah Al-Qur‟an:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar

(40)

fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

[114] Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.

Ayat di atas dapat dipahami bahwa kewajiban puasa sudah lama disyariatkan Allah dan telah dijalankan oleh umat terdahulu sebagai sarana meningkatkan ketakwaan dan keimanan.

Puasa merupakan amalan yang membutuhkan kesabaran dan keikhlasan semata. Apabila ibadah puasa dilakukan dengan sepenuhnya tentu dapat membentuk pribadi yang lebih sempurna juga akan mendapatkan ridha Allah, sebab puasa melatih jiwa agar bersih dari perbuatan dosa. Berpuasa dapat mengendalikan hawa nafsu, menjaga ucapan, penglihatan dan lain sebagainya.

Puasa dapat mendidik para mukmin supaya berperangai dalam sebagian waktunya dengan suatu perangai Allah dan mendidik mereka sekedar menyerupakan diri dengan malaikat yaitu terlepas dari hawa nafsunya, membiasakan orang yang berpuasa bersabar, dan tahan menderita tentang kesukaran.

Maksud berpuasa adalah dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak baik dengan menahan hawa nafsunya. Seperti menghindarkan diri dari kesombongan, ketakaburan dan dapat

(41)

menumbuhkan dalam hati seseorang perbuatan yang baik, menggerakkan orang kaya untuk menghormati orang fakir dan bisa membantu dalam kebutuhannya.

Menurut Sulaiman Rasjid Ibadah puasa itu mengandung beberapa hikmah di antaranya sebagai berikut:

a. Sebagai tanda terima kasih kepada Allah karena semua ibadah mengandung arti terima kasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya yang tidak terbatas banyaknya, dan tidak ternilai harganya.

b. Mendidik kepercayaan seseorang yang telah sanggup menahan makan dan minum, sehingga orang tersebut tidak akan melanggar segala larangan-Nya.

c. Mendidik belas kasihan terhadap fakir-miskin karena seorang yang telah merasa sakit dan pedihnya peerut keroncongan. d. Sebagai menjaga kesehatan rohaniyah dan jasmaniyah

(2002:243).

Hikmah di atas tidak hanya membawa manfaat bagi diri sendiri sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat, akan tetapi juga sebagai hamba Allah yang baik dan berguna. Puasa akan memberikan ketenangan jiwa orang yang sering melaksanakan ibadah puasa maka ia akan jauh dari sifat yang mungkar. Terdapat beberapa macam ibadah puasa yang dapat dilaksanakan oleh umat Islam meliputi:

(42)

a) Puasa wajib, seperti puasa bulan Ramadhan, puasa Kifarat, puasa Nazar.

b) Puasa sunat,seperti puasa 6 hari dalam bulan syawal, puasa hari Arafah (tanggal 9 bulan haji), puasa hari „Asyura (tanggal 10 Muharram), puasa bulan sya‟ban, puasa hari senin-kamis, puasa tengah bulan (tanggal 13, 14, dan 15) tiap bulan Qamariyah.

c) Puasa makruh, seperti puasa dalam keadaan sakit, puasa sunnah jum‟at dan sabtu saja.

d) Puasa haram, seperti puasa hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, dan 3 hari setelah Hari Raya Haji tanggal 11,12, dan 13.

3) Zakat

Zakat menurut istilah agama Islam artinya “kadar harta yang tertentu” yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat. Zakat hukumnya fardu „ain bagi orang-orang yang telah cukup persyaratanya (Sulaiman, 2002:192). Seperti firman Allah Swt:



































(43)

Terjemah Al-Qur‟an:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui (Q.S.At-Taubah:103).

Ayat di atas menjelaskan bahwa zakat adalah sebagai cara untuk membersihkan mereka dari kikir dan cinta yang berlebihan pada harta benda dan untuk menumbuhkan sifat-sifat kebaikan di dalam hati agar dapat menggunakan harta yang di milikinya dengan benar.

4) Haji

Haji adalah “menyengaja sesuatu”. Sedangkan menurut syarat adalah sengaja mengunjungi ka‟bah (Rumah Suci) untuk melakukan beberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat tertentu. Haji diwajibkan bagi orang yang kuasa dan mampu seperti firman Allah Swt:



















Terjemah Al-Qur‟an:

(44)

“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup menjalankan perjalanan ke Baitullah (Q.S.Ali Imran: 97)”.

5) Membaca Al-Qur‟an

Allah Swt memilih beberapa nama bagi Firman-Nya, yang berbeda sekali dengan bahasa yang biasa digunakan masyarakat Arab untuk penamaan sesuatu. Nama-nama itu mengandung makna berbasis dan memiliki akar kata. Di antara beberapa nama itu yang paling terkenal ialah al-kitab dan al-Qur‟an (Subhi, 1993: 9). Wahyu dinamakan al-kitab yang menunjukkan pengertian bahwa wahyu itu dirangkum dalam bentuk tulisan yang merupakan kumpulan huruf-huruf dan menggambarkan ucapan (lafadz). Penamaan wahyu itu dengan al-Qur‟an memberikan pengertian bahwa wahyu itu tersimpan di dalam dada manusia.

Al-Qur‟an berasal dari kata qira‟ah (bacaan) dan di dalam kata qira‟ah terkandung makna “agar selalu ingat”. Al-Qur‟an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulisbaca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur‟an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu (Quraish, 1999: 3).

(45)

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT Tuhan Semesta Alam, kepada Rasul dan Nabi-nya yang terakhir Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti (Inu Kencana, 1996: 1).

Al-Qur‟an bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu pengetahuan, serta merupakan sarana penyelesaian segala permasalahan sepanjang hidup manusia. Al-Qur‟an merupakan wahyu Allah yang Maha Agung dan “Bacaan Mulia” serta dapat dituntut kebenaranya oleh siapa saja.

b. Ibadah ghairu mahdlah

Ibadah ghairu mahdlah merupakan ibadah horizontal (sosial) yang berhubungan dengan makhluk atau lingkungan. Ibadah yang merupakan kebaikan dan dilakukan oleh orang muslim yang ingin mencapai muslim yang sholeh. Seseorang melaksanakan ibadah atas kesadaran, keinginan dan kebutuhan sendiri atau sukarela (Amin, 2000: 83).

Ibadah yang dilakukan semata-mata hanya karena Allah SWT dengan menirukan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Namun sebagian ibadah ghairu mahdlah diserahkan kepada manusia sesuai dengan keinginan dan kebutuhan seperti: Makan, minum, Tolong-menolong, Kasih sayang, bersedekah, berdo‟a, berdzikir,

(46)

bersholawat, bekerja dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan hanya untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani maupun rohani supaya dapat mengabdi kepada-Nya (Fuad, 2000:8).

Setiap perbuatan atau perkataan yang dilakukan dengan niat karena Allah itu sudah mengandung nilai ibadah. Dengan demikian, segala kegiatan dalam kehidupan dapat dijadikan ibadah jika sesuai dengan peraturan dan dikerjakan karena Allah SWT.

Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa ketaatan beribadah merupakan kepatuhan dan kesetiaan kepada Tuhan untuk menjalankan dan menjauhi perintah-Nya dengan cara berbagai macam bentuk ibadah yang dapat dilakukan oleh seseorang seperti ibadah mahdlah dan ghairu mahdlah.

Semua orang tentunya mengamalkan ibadah, baik yang khusus maupun yang umum. Dari bentuk-bentuk ibadah yang telah disampaikan ibadah dapat disimpulkan sebagai bentuk pengabdian yang dilakukan dengan rendah hati hikmat kepada Allah dengan jalan mematuhi seruanya dan menjauhi laranganya, segala perbuatan dan perkataan yang dilakukan dengan niat karena Allah dapat dijadikan ibadah asalkan sesuai dengan aturan dan dilaksanakan ikhlas karena Allah, ibadah dapat dilakukan oleh manusia apabila manusia tersebut mau memanfaatkan segala potensi yang ada untuk beribadah kepada

(47)

Allah. Dengan kata lain, ibadah tidak dapat dipisahkan. Antar satu sama lain ada keterkaitan sebagai hubungan vertikal dan horizontal.

B. Perilaku Sosial

1. Pengertian

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2007:859). Menurut Hasan Langgulung (1985:19). Sosial berarti berkenaan dengan orang lain atau masyarakat (Depdiknas, 2007:1085).

Perilaku sosial adalah aktivitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya sebagai pemenuhan kebutuhan diri atau orang lain sesuai tuntutan sosial (Hurlock, 1999:362). Siswa adalah pelajar (murid atau anak didik) atau obyek atau orang yang menerima pendidikan (Dekdikbud, 1996:6).

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud perilaku sosial siswa adalah perbuatan dan tingkah laku individu yang muncul dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

2. Bentuk-bentuk perilaku sosial

Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri dan ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang

(48)

lain dan perhatian dari seorang ibu untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, makanan, minuman, dan sebagainya (Gerungan, 1996:24).

Manusia dalam interaksi sosialnya dapat merealisasiakan kehidupanya secara individu, karena tanpa timbal balik dalam interaksi sosial manusia tidak dapat merealisasikan kemungkinan-kemungkinan dan potensinya sebagai individu. Pada dasarnya pribadi manusia tidak sanggup hidup sendiri tanpa lingkungan psikis atau rohaninya, manusia membutuhkan perlindungan dan dorongan dari orang lain atau lingkungan. Kehidupan manusia memerlukan perilaku sosial yang melekat dalam dirinya. Perilaku sosial terdiri dari perilaku sosial dalam lingkungan keluarga dan perilaku sosial dalam lingkungan masyarakat.

a. Lingkungan keluarga

1) Bersikap baik dan menghormati kepada orang tua dan anggota keluarga lain yaitu, menghargai serta mendengarkan nasehat dan melaksanakan apa yang diperintahkan.

2) Kasih sayang terhadap orang tua dan anggota keluarga lain yaitu, membuat rasa aman dan menyenangkan dalam keluarga, karena dengan rasa kasih sayang akan menimbulkan rasa saling memiliki antara keluarga satau dan keluarga lainya.

b. Lingkungan masyarakat

(49)

Bergaul dan berhubungan dengan orang lain dilingkungan keluarga maupun masyarakat dilakukan dengan kasih sayang, saling menghormati dan menghargai

2) Menumbuhkan rasa aman terhadap sesama

Menjadikan orang lain berada di dekat kita merasa tentram. Tidak terdapat ancaman dan kecurigaan terhadap orang lain. Selalu membuat keadaan yang damai sejahtera

3) Toleransi

Bersikap menerima dan menghargai sesuatu yang bertentangan atau yang berbeda sperti perbedaan dalam memeluk agama.

4) Menghargai dan menghormati orang lain

Yaitu menghargai dan menghormati orang lain secara wajar, baik dalam forum formal maupun nonformal. Bertingkah laku yang baik sehingga tidak mengganggu orang lain.

5) Memiliki rasa tolong-menolong

Sebagai makhluk manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia mau saling membantu sesamanya, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat

(50)

Yaitu bersikap selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari (Ahmadi, 2000:34).

7) Mau memberi dan menerima saran

Hidup bermasyarakat tidak selalu sesuai yang diinginkan. Apa yang menjadi kehendak belum tentu baik dan diterima oleh orang lain. Saling mengingatkan dan menerima saran dari orang lain akan membuat suasana lebih harmonis.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial

Setiap tindakan dan perbuatan ada faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendorong manusia untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis faktor yang mempengaruhi perilaku sosial, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yaitu faktor yang bisa datang dari dalam diri manusia itu sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor dari luar atau pengaruh yang berasal dari luar diri manusia. Dan faktor tersebut dapat dilihat dari lingkungan di mana seseorang itu hidup.

a. Faktor internal

Faktor internal terdiri dari sikap, instink, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Secara garis besar faktor ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

(51)

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia. Warisan biologis manusia akan menentukan perilakunya, dapat diawali dari struktur DNA yang menyimpan seluruh memori tentang warisan biologis yang diterima dari orang tuanya. Begitu pula dengan struktur biologis manusia genetika, sistem syaraf dan sistem hormonal sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia.

Faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang biasa disebut motif biologis. Yang terpenting dalam motif-motif biologis ini adalah kebutuhan akan makanan-minuman, istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dari rasa sakit dan bahaya (Jalaludin, 1994:35).

2) Faktor sosiopsikologis

Manusia sebagai makhluk sosial, maka ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilaku sosialnya yang kemudian diklasifikasikan dalam tiga komponen, yaitu komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif.

a) Komponen afektif meliputi: 1. Motif sosiogenesis

Suatu keinginan mengenai tantang rasa ingin tau, tentang kompetensi, kebutuhan untuk mencari identitas diri, kebutuhan untuk pemenuhan diri

(52)

Kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap bukanlah suatu perilaku, akan tetapi suatu kecenderungan yang akan membentuk perilaku dengan cara-cara tertentu.

3. Emosi

Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan.

b) Komponen kognitif seperti:

Rasa kepercayaan yaitu keyakinan bahwa sesuatu itu benar dan salah atas dasar bukti, sugesti, pengalaman dan intuisi. Kepercayaan juga dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

c) Komponen konatif seperti:

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap dan berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda dalam menanggapi sesuatu.

(53)

Faktor eksternal yang dipengaruhi dari luar diri manusia dan dapat dilihat dari lingkungan seseorang tinggal. Lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu

1) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang bersifat universal, yaitu terdapat pada masyarakat di dunia atau suatu sistem sosial yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar (Sudardja, 1988:66-67). Keluarga merupakan satuan sosial yang sederhana dalam kehidupan manusia. Keluarga memiliki peranan penting dalam upaya mengembangkan pribadi seorang anak.

Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan memberikan pendidikan, baik pendidikan agama maupun pendidikan sosial budaya sebagai faktor untuk mempersiapka anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Syamsu, 2001:37).

Kehidupan keluarga juga dipandang sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi, kebutuhan tersebut terutama pada pembentukan kepribadianya serta pengembangan ras manusia.

2) Lingkungan institusional

Lingkungan institusi ini ikut mempengaruhi perkembangan perilaku sosial yang dapat berupa institusi formal seperti sekolah

(54)

maupun nonformal seperti suatu kumpulan atau organisasi. Sebagai institusi pendidikan formal sekolah juga ikut memberikan pengaruh dalam perkembangan kepribadian anak.

Pengaruh di atas meliputi, (1) kurikulum dan anak (2) hubungan guru dan murid, (3) hubungan antar anak (Y.Singgih D. Gunarsa, 1981:96). Dari ketiga kelompok pengaruh tersebut secara umum terdapat unsur-unsur yang mendorong dalam pembentukan perilaku seperti ketekunan, kedisiplinan, kejujuran, simpati, sosiabilitas, toleransi, keteladanan, sabar dan keadilan. Pembiasaan dari perilaku tersebut dapat menjadi sebagian program pendidikan di sekolah.

3) Lingkungan masyarakat

Setelah menginjak usia sekolah, sebagian waktu dihabiskan di sekolah dan di masyarakat. Pergaulan di masyarakat kurang menekankan pada kedisiplinan. Kehidupan dalam bermasyarakat dibatasi dengan berbagai norma-norma aturan yang didukung oleh warga. Oleh sebab itu setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan perilaku dengan norma-norma yang ada.

Lingkungan masyarakat bukanlah merupakan lingkungan yang mengandung unsur bertanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur yang mempengaruhi, akan tetapi norma dan tata nilai yang ada lebih mengikat sifatnya. Terkadang di lingkungan

(55)

masyarakat juga memiliki pengaruh besar dalam perkembangan perilaku sosial baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif (Barnadib, 1987:117).

4. Perilaku yang menyimpang dalam perilaku sosial

Istilah perilaku menyimpang tidak mempunyai nilai ilmiah. Anggapan ini berkesimpulan bahwa istilah tersebut bersama dengan istilah “masalah-masalah sosial” hanya menunjuk pada sejumlah kondisi yang ditinjau dari segi sistem nilai. Berbagai definisi yang dapat dikemukakan mengenai perilaku menyimpang maka definisi tersebut adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma sosial (Saparinah, 1977:35).

Menurut Cohen A.K dari bukunya saparinah Sadli, pengertian perilaku menyimpang secara umum adalah tingkah laku yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan normatif, dari pengertian-pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan (Saparinah, 1977:36).

Perilaku sosial dapat disimpulkan sebagai perbuatan dan tingkah laku individu yang biasa muncul dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Terjadinya perilaku sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menimbulkan perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam hidupnya. Perbuatan tersebut dapat berupa perilaku positif maupun negatif seperti rasa kasih sayang

(56)

terhadap sesama, tolong-menolong, tenggang rasa dan lain sebagainya sesuai yang telah dijelaskan dalam uraian di atas.

C. Hubungan Ketaatan Beribadah Terhadap Perilaku Siswa

Manusia diberikan akal pikiran oleh Allah SWT. Oleh karena itu manusia disuruh memperhatikan, merenungkan kejadian dirinya, tentang alam dan lingkungannya, baik binatang ternak, tanaman, bumi, langit, laut, darat dan alam semesta ini. Manusia disuruh belajar, kemudian mengolah dan memanfaatkan alam yang telah dirahmatkan Tuhan kepada manusia.

Dijelaskan dalam Pergaulan hidup, hubungan sosial kemasyarakatan, kehidupan keluarga, saudara, karib kerabat. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Semua yang telah diuraikan dalam interaksi kelompok berlaku pula bagi interaksi kelompok keluarga, termasuk pembentukan keagamaan dan ketaatan beribadah dan norma sosial (Ahmadi, 1999: 255).

Manusia dalam kehidupannya sejak dini telah mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka telah mempelajari dan mengikuti apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh orang lain tentang sesuatu yang berhubungan dengan agama dalam beribadah. Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang dimiliki.

(57)

Dengan demikian ketaatan beribadah dalam dirinya merupakan kebiasaan yang mereka pelajari dari para orang tua maupun guru mereka.

Manusia sebagai seorang hamba mempunyai kewajiban untuk senantiasa mengabdikan dirinya kepada Allah sebagai penciptanya. Kewajiban itu dilaksanakan dengan cara mentaati atau mematuhi segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah adalah dengan menjalankan rangkaian ibadah yang telah diperintahkan sesuai tuntunan Rosulnya.

Pengertian ibadah adalah pengembangan sifat-sifat Allah pada manusia untuk menumbuhkan potensi diri yang telah diberikan oleh Allah. Seperti potensi ilmu pengetahuan, kekuasaan, sosial, kekayaan, penglihatan, pemikiran dan potensi lainya (Sururin: 242). Dengan demikian tujuan dan maksud ibadah dalam Islam tidak hanya menyangkut hubungan vertikal atau Hablumminallah, tetapi juga menyangkut hubungan horizontal yaitu hubungan manusia dengan manusia lainya dan manusia dengan alam sekitarnya.

Ketaatan beribadah pada siswa sangat erat hubunganya dengan perilaku sosial siswa. Ketaatan beribadah siswa akan terlihat dari perilakunya dalam sehari-hari baik di lingkungan masyarakat ataupun lingkungan sekolah. Begitu juga dengan ibadah, ibadah bukanlah sebagai rangkaian ritual semata akan tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang dapat membawa manusia pada ketenangan dan kebahagiaan jiwa.

(58)

Hubungan ketaatan beribadah dalam kehidupan yaitu sebagai pemberi ketenangan, rasa bahagia, terlindungi dan rasa sukses. Ketaatan beribadah juga sebagai motivasi pada seseorang dalam mendorong untuk melakukan suatu aktivitas, sebab perbuatan yang dilakukan dengan keyakinan itu mempunyai unsur kesucian serta ketaatan, motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi berbuat kebajikan maupun berkorban seperti tolong menolong dan sebagainya (Jalaludin, 2000: 229).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketaatan beribadah yang dilakukan oleh seorang siswa dapat memberikan motivasi dalam melakukan suatu perbuatan yang baik. Terdapat pula nila-nilai keagamaan yang berhubungan positif pada perilaku sosial siswa, apabila ibadah tersebut dilakukan dengan tata cara yang benar dan sesuai tuntunan yang diberikan.

(59)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Sebelum penulis membahas laporan hasil penelitian ini, maka terlebih dahulu akan kami sajikan beberapa data fakta penting hasil observasi di MTs Satu Atap Al-Mina Ngawinan, Jetis, Bandungan

A. Gambaran Umum MTs Satu Atap Al-Mina Ngawinan Jetis Bandungan

1. Profil Sekolah Madrasah Al-Mina Nama Sekolah : MTs SA Al-Mina

N.SS. : 121233220040

Alamat : Jl. Bandungan – Ambarawa KM. 2 Ngawinan Jetis Kecamatan : Bandungan

Kabupaten : Semarang

Provinsi : Jawa Tengah

Yayasan : Al-Mina

Status : Swasta

Tahun Berdiri : Tahun 2010

(60)

Status Tanah : Milik sendiri Terletak pada : Lintas Desa

Kepala sekolah : Agus Sucipto, S. Pd.

2. Sejarah Singkat Madrasah

Madrasah Tsanawiyah Al-Mina Jetis Bandungan adalah salah satu Madrasah di Kabupaten Semarang yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan Islam Rifa‟iyah Kabupaten Semarang. Pengelola Madrasah Tsanawiyah Al-Mina di bawah koordinasi Yayasan Al-Mina yang diotonomikan kepada pengurus lokal Al-Mina Ngawinan, Jetis, Bandungan.

MTs SA Al-Mina terletak satu lokasi dengan PAUD, RA dan juga MI Al-Mina. Namun demikian situasi madrasah sangat kondusif dan penuh dengan ukhuwah dan kekeluargaan, bahkan saling melengkapi satu sama lain. Hubungan ukhuwah yang harmonis ini terjalin pada setiap kegiatan madrasah, misalnya : kegiatan rapat guru, istighosah, peringatan hari besar, pelepasan siswa, dan lain-lain.

Madrasah Tsanawiyah yang berdiri sejak tanggal 29 Juni 2010 ini merupakan jenjang dasar pada pendidikan formal di Indonesia setara dengan Sekolah menengah Pertama (SMP), yang pengelolaannya

Gambar

Tabel II
Tabel Daftar Keadaan Siswa MTs Satu Atap Al-Mina Ngawinan  Jetis Bandungan  NO  Kelas  Jumlah   Total   Laki-laki  perempuan  1  VII  27  18  45  2  VIII  10  19  29  3  IX  8  4  12
Tabel Daftar Nama Responden MTs Satu Atap Al-Mina Ngawinan  Jetis Bandungan  NO  NAMA  Jenis kelamin  Kelas  L  P
Tabel VI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan oleh dua kemungkinan, yang pertama jumlah artikel yang berada pada berita dengan kategori hiburan lebih banyak dari dua kategori yang lain,

National Household Health Survey (NHHS) 1995, and extended analysis of data Core and Module National Socio Economy Survey (SUSENAS) 1998. The information was about

(2007), bahwa komposisi fitoplankton tidak selalu merata pada setiap lokasi di dalam suatu ekosistem, dan pada suatu ekosistem sering ditemukan beberapa jenis

Tanjung Primanusa Persada LULUS Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat LULUS /TIDAK DIUNDANG KARENA DAFTAR PENDEK SUDAH TERPENUHI. 11 PT Karya Kompas Konsultan LULUS Tidak Memenuhi

Janganlah kita menipu diri kita sendiri dengan berpikir, “Bagi saya mendengar Firman-Nya saja sudah cukup!” 23 Karena siapa yang hanya mendengar ajaran Allah tetapi tidak

Kehadiran organisasi kemasyarakatan ditengah-tengah masyarakat merupakan manifestasi dari gerakan sosial di Indonesia. Pada era orde baru, organisasi kemasyarakatan diatur

Menurut Saryana (2003) definisi TABK yaitu: “perangkat dan teknik yang digunakan untuk menguji (baik secara langsung maupun tidak langsung) logika internal dari suatu

Desain struktur pengait pintu belakang pesawat terbang dengan stiffener yang segaris atau satu sumbu dengan arab pembebanan memberikan ketahanan lelah yang tinggi. Karena itu