• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELF DISCLOSURE PADA MEDIA SOSIAL (Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SELF DISCLOSURE PADA MEDIA SOSIAL (Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S-1) pada Program Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Disusun Oleh:

Widiyana Ningsih

6662102106

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI

HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN

(2)
(3)
(4)
(5)

(Al-

qur’an Surat An

-Najm ayat 39)

“Kerja keras memang penting, tapi ada satu hal yang lebih penting

dari itu yaitu percayalah pada diri anda sendiri”

J.K Rowling (Pengarang Buku Harry Potter)

Bismillahirahmanirahim

Skripsi ini kupersembahkan

Kepada seluruh keluarga besarku,

Bapak dan Mamah tercinta

Sebagai wujud baktiku

Semoga ini merupakan langkah awal

Untuk selalu membahagiakan kalian…

(6)

(Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk). Pembimbing I : Prof.Dr.H. A. Sihabudin, M.Si dan Pembimbing II : Puspita Asri Praceka, S.Sos. M.I.Kom

Self disclosure pada pengguna LegaTalk ini adalah terjadinya suatu tindakan pengungkapan diri dengan menuliskan isi hati dan perasaan mengenai berbagai macam hal serta mengenai pernyataan – pernyataan yang terkadang tidak mampu dibicarakan seperti hal yang bersifat intim atau terlalu privasi bila dibagikan pada media yang terlalu umum, yang bukan anonim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana self disclosure pengguna, dimensi, fungsi, faktor-faktor, dan efek yang terjadi pada media sosial anonim LegaTalk. Penelitian ini menggunakan teori self disclosure (Johari Window). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah studi deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Narasumber dalam penelitian ini adalah lima orang informan utama dan tiga informan pendukung yang ditemukan melalui teknik accidental sampling (teknik sampling kebetulan). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa self disclosure pada media anonim menjadikan individu lebih nyaman untuk terbuka mengenai dirinya. Dimensi atau aturan dalam pengungkapan diri yang terjadi oleh informan LegaTalk ini berkaitan dengan aspek frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) yang dibutuhkan oleh informan untuk mengungkapkan diri sangat tidak menentu dan tidak dapat diprediksi. Fungsi self disclosure yang terjadi pada LegaTalk ini diantaranya yakni, memiliki fungsi sebagai bentuk ekspresi. Faktor-faktor self disclosure seperti besaran kelompok mempengaruhi pengungkapan di LegaTalk, serta efek self disclosure yang terjadi pada LegaTalk tidak ditemukan yang berkaitan dengan teori.

Kata Kunci

(7)

Social Media (Descriptive Study On Social Media LegaTalk Anonymous). Guide I :

Prof.Dr.H. A. Sihabudin, M.Si and Guide II : Puspita Asri Praceka, S.Sos.

M.I.Kom

Self-disclosure for this LegaTalk user is an action of self-disclosure by describing what in their heart and the feelings contents about something else and then the statements that are sometimes not able to talked about such things that are intimate or it is too privacy if shared on media that is too general, which is not anonymous. This research was made to know how the user of self-disclosure for, dimensions, functions, factors, and effects of what happen in LegaTalk anonym social media. The theory of this research is self-disclosure (Johari Window). This study used a qualitative approach and the method used was a descriptive study. The technique of collecting the data using interviews, observation and documentation. Informant in this research are five key informants and supporters of the three informants found through accidental sampling (accidental sampling technique). The results of this research shows that the self-disclosure in the media to make the personal feel more comfortable anonymity to open about themselves. Dimensions or rules in the case of self-disclosure by the informant LegaTalk is related to the frequency aspects (level of frequency) and duration (time access) required by informants to express themselves very erratic and unpredictable. The function of self-disclosure that occurs in this LegaTalk such that, has a function as a form of expression. Factors such as the amount of disclosure affect disclosure in LegaTalk group, and the effects of self-disclosure that occurs in LegaTalk not found with regard to the theory.

Keywords

(8)

ii

menyelesaikan skripsi berjudul Self Disclosure Pada Media Sosial (Studi

Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk) bisa terselesaikan dengan baik.

Tak lupa salam serta shalawat kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang

menjadi inspirasi dan pembuka gerbang cahaya bagi umatnya hingga akhir masa.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai

salah satu syarat mencapai gelar Sarjana (S1) Jurusan Komunikasi konsentrasi Humas

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam

penyusunannya, peneliti banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun berkat

niat dan usaha yang sungguh-sungguh serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa tanpa

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini akan jauh

lebih sulit dari yang dijalankan. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih

yang setulusnya kepada :

1. Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW.

2. Bapak Prof Dr. Soleh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Prof. Dr. H. A. Sihabudin, M.Si selaku dosen pembimbing I yang tidak

hanya banyak memberi arahan namun juga telah berbaik hati memberi

pinjaman buku-buku jurnal sebagai pedoman penulisan skripsi.

6. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom, selaku Sekertaris Jurusan Prodi

(9)

membagi ilmu dan masukan yang sangat berarti bagi penulis serta terimakasih

banyak telah memberi bantuan untuk menghubungkan salah satu informan

pendukung penelitian.

7. Bapak Dipl.Ing (FH) Rangga Galura Gumelar, M.Si., selaku Dosen

Pembimbing Akademik penulis dari semester awal sampai akhir.

8. Bapak M. Jaiz, S.Sos, M.Pd selaku ketua penguji sidang dan Darwis Sagita,

10.Ibu Asmara Wreksono selaku Country Manager, mba Dinda Puspitasari

selaku PR Executive dan para staff Creative HotHouse yang memberi

kesempatan kepada peneliti untuk berbagi informasi serta mengijinkan

peneliti untuk melakukan penelitian ini.

11.Keluargaku tercinta Bapak Sutrisno dan Ibu Faizah yang selalu setia

memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa yang tak pernah putus

untuk kelancaran skripsi ini. Kepada kakakku Nurnia Ningsih, adikku David

Prayogo, kakak ipar mas Sudar Wahono serta keponakan-keponakanku

tersayang Nizam Bilal Ramadhan dan Najla Nazhifa Sari yang menjadi

sumber motivasi bagi peneliti.

12.Terimakasih kepada Edwin Setiawan S.I.Kom yang telah meluangkan banyak

waktu serta telah menjadi penyemangat yang setia.

13.Risnawati Dwi Rahayu S.Pd dan Sugeng Rahmatullah S.T sebagai sahabat

masa sekolah yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

14.Permasyari Vita Fatimah dan Sarah Hidayat S.I.Kom sebagai sahabat

seperjuangan dan terimakasih karena kalian telah menjadi bagian yang

(10)

15.Maya Maul Haya Sofa S.I.Kom, Chereston Parulian, S.H dan Windi Windari

sebagai para sahabat seperjuangan yang telah memberikan banyak waktu

bersama untuk berbagi kegembiraan.

16.Seluruh informan utama maupun informan pendukung penelitian.

Terimakasih atas kesediaan waktu dan bantuannya sehingga penelitian ini

dapat berjalan dengan lancar.

17.Mba wulan selaku adik kandung dari dosen pembimbing 2 yang telah

membantu menghubungkan peneliti dengan salah satu informan dalam

penelitian ini.

18.Teman – teman NR Humas kelas H, terimakasih atas jalinan pertemanan yang membentuk cerita indah selama masa kuliah.

19.Teman-teman angkatan 2010 konsentrasi Humas dan jurnalistik Ilmu

Komunikasi Fisip Untirta.

20.Keluarga besar KKM 49 tahun 2013 yang telah menjadi bagian dari

perjalanan penulis.

Semoga semua bantuan, dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan akan

mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan pahala yang dilipat gandakan dan

rejeki yang selalu dilancarkan. Aamiin

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak atas

segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Serang, Oktober 2015

Penulis,

(11)

v

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ………i

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ...………ii

DAFTAR ISI ..……….v

DAFTAR TABEL ..………....ix

DAFTAR GAMBAR .………...x

DAFTAR LAMPIRAN …..………xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .………..1

1.2 Rumusan Masalah …….………11

1.3 Identifikasi Masalah ….………....11

1.4 Tujuan Penelitian .………12

1.5 Manfaat Penelitian ……….12

1.4.1 Manfaat Teoritis ……….………....12

(12)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis .………14

2.1.1 Komunikasi Antarpribadi .………....15

2.1.1.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi .………18

2.1.2 Self Disclosure (Pembukaan Diri) .………19

2.1.2.1 Dimensi Self Disclosure .………22

2.1.2.2 Fungsi Self Disclosure .………25

2.1.2.3 Manfaat Self Disclosure .………26

2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Disclosure .………27 2.1.2.5 Bahaya Pengungkapan Diri ….………29

2.1.2.6 Pedoman Pengungkapan Diri .………30

2.1.2.7 Pembukaan Diri Dalam Hubungan Antarpribadi .………31

2.1.3 Konvergensi dan Media Baru ….………32

2.1.4 Media Sosial …….………36

2.1.5 Self Disclosure Dalam Media Sosial …….………39

2.1.6 Teori Self Dislosure ……….………46

2.2 Kerangka Berpikir ………….………51

2.3 Penelitian Terdahulu ………….………54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ……….………59

3.2Paradigma Penelitian …….………61

3.3Ruang Lingkup Penelitian…….………63

3.4Instrumen Penelitian ……….………65

3.4.1 Sumber dan Jenis Data ……….………65

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ……….………66

3.5Informan Penelitian ……….……69

(13)

3.7Uji Keabsahan Data …….………75

3.8Jadwal Penelitian ….………76

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian .………77

4.1.1 Profil Creative HotHouse ….………77

4.1.2 LegaTalk ……….………78

4.1.2.1 Perkembangan LegaTalk ………….………80

4.1.2.2 Logo LegaTalk ……….………82

4.1.2.3Tampilan LegaTalk .………83

4.1.3 Profil Informan ……….………84

4.1.3.1 Ahmad Rian Effendi ………….………84

4.1.3.2 Rizky Hermawan ……….………85

4.1.3.3 Annisa Nur’aini Suryono ……….………85

4.1.3.4 Samuel Henk V N …….………86

4.1.3.5 AG …………..………...86

4.2 Deskripsi Data ……….………87

4.3 Pembahasan Penelitian ……….………88

4.3.1 Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pengguna LegaTalk ……….89

4.3.2 Dimensi Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk……..102

4.3.3 Fungsi Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk .……..110

4.3.4 Faktor-faktor Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) pengguna LegaTalk..116

4.3.5 Efek Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk ….…..124

4.4 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Media Anonim LegaTalk ….…..134

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……….………..141

5.2 Saran …….………..143

(14)

5.2.2 Saran Praktis ………….………..144

DAFTAR PUSTAKA ...………145

LAMPIRAN ………...150

(15)

ix

TABEL 2.1 Penelitian Self Disclosure Pada Media Sosial ....……….40

TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu ……….57

TABEL 3.1 Informan Penelitian ……….72

TABEL 3.2 Informan Pendukung ……….73

(16)

x

GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir ...……….53

GAMBAR 2.2 Jendela Johari tentang bidang pengendalian diri dan orang lain…...46 GAMBAR 4.1 Update tampilan ‘linimasa’ LegaTalk periode Juni 2014-Juli 2015..82

GAMBAR 4.2 Logo Aplikasi LegaTalk ……….82

GAMBAR 4.3 Tampilan LegaTalk ……….83

(17)

xi

LAMPIRAN 2 Biodata Key Informan ………...152

LAMPIRAN 3 Transkip Wawancara ………...153

LAMPIRAN 4 Biodata Key Informan ………...158

LAMPIRAN 5 Transkip Wawancara ………...159

LAMPIRAN 6 Biodata Key Informan ………...162 LAMPIRAN 7 Transkip Wawancara ………...163

LAMPIRAN 8 Biodata Key Informan ………...167

LAMPIRAN 9 Transkip Wawancara ………...168

LAMPIRAN 1 0 Biodata Key Informan ………...172

LAMPIRAN 1 1 Transkip Wawancara ………...173

LAMPIRAN 1 2 Biodata Informan Pendukung ………...177

LAMPIRAN 1 3 Transkip Wawancara ………...178

LAMPIRAN 1 4 Biodata Informan Pendukung ………...182

LAMPIRAN 1 5 Transkip Wawancara ………...183

LAMPIRAN 1 6 Biodata Informan Pendukung ………...188

LAMPIRAN 1 7 Transkip Wawancara ………...189

(18)

1

1.1Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu memerlukan

dan membutuhkan orang lain. Untuk itu, menjalin interaksi dengan individu lain dan

lingkungan sekitar tidak pernah lepas dari segala aktivitas hidup seseorang. Misalnya

dalam lingkungan keluarga, kita berinteraksi satu sama lain dengan keluarga,

kemudian pada lingkungan masyarakat yang lebih luas kita mampu menjalin suatu

hubungan antar individu dengan teman, rekan kerja, kekasih, bahkan dengan tukang

penjual minuman sekalipun. Artinya manusia tidak bisa terlepas dari adanya interaksi

dan komunikasi dengan manusia lainnya.

Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah

laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial

dengan individu lain.1 Dalam menjalin suatu interaksi, seorang individu melakukan

penyampaian informasi kepada orang lain mengenai dirinya. Hal ini berhubungan

dengan adanya self disclosure pada individu. Self disclosure atau pembukaan diri

menurut Devito merupakan jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi

tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan.2 Pengungkapan diri ini juga

1

Slamet Santoso. Teori-Teori Psikologi Sosial. 2010. Bandung : PT Refika Aditama. Hlm 157

2

(19)

merupakan informasi tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, dan perilaku

seseorang.

Self disclosure dapat terjadi, bila ada seseorang dengan sukarela menceritakan

mengenai dirinya kepada orang lain. Pengertian lain mengenai pengungkapan diri

atau keterbukaan diri adalah kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab

dengan orang lain. Menurut Morton, 1978 dalam buku Psikologi Sosial mengatakan

bahwa pengungkapan diri dapat bersifat baik deskriptif maupun evaluatif.3

Dalam pengungkapan diri deskriptif, kita melukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti pekerjaan, tempat tinggal, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengungkapan diri evaluatif, kita mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi, bahwa kita menyukai orang-orang tertentu.4

Erat kaitannya dengan komunikasi, pengungkapan diri adalah aspek

(intimacy), yakni sejauh mana derajat informasi itu mencerminkan orang yang

bersangkutan secara personal atau pribadi atau perasaan-perasaan yang paling dalam

dari diri.5

Dalam kehidupan sehari-hari, pengungkapan diri atau self disclosure ini

terjadi tidak hanya dalam komunikasi dan interaksi langsung antar manusia. Namun,

proses pengungkapan diri ini dapat pula terjadi pada media perantara, yakni media

sosial. Dinamika kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai macam situasi dan

kondisi yang beraneka ragam. Manusia bisa merasakan bahagia, tapi manusia juga

(20)

akan merasakan pada titik di mana kehidupan tidak selalu menyenangkan. Dewasa

ini, semenjak adanya media sosial seseorang bisa kapan saja dengan mudah berbagi

mengenai hal pribadi, serta perasaan dan kegiatan dalam media tersebut. Seseorang

biasa meluapkan kebahagiaan, kemarahan, hingga kekesalan dalam dunia maya. Hal

inilah yang dinamakan pengungkapan diri atau self disclosure melalui media sosial.

Pernah ada beberapa penelitian terdahulu terkait pengungkapan diri pada

media sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusumaningtyas (2010)

menunjukan bahwa self disclosure pada media sosial Facebook mengakibatkan

terjadinya kasus pelarian dan penculikan remaja putri di Surabaya.6 Kemudian, pada

penelitian terdahulu lainnya oleh Dimas Pamuncak (2011) juga mengungkapkan

adanya bentuk self disclosure pada media sosial yang meneliti mengenai tipe

kepribadian pelaku self disclosure pada media jejaring sosial Facebook.7 Artinya

kedua penelitian tersebut membuktikan adanya proses self disclosure pada media

sosial.

Konteks pengungkapan diri yang dilakukan pada media sosial, umumnya

terletak pada cara orang berbagi informasi tentang diri pada berbagai situs media

sosial dalam bentuk status, foto/video, chatting, komentar, dan lain sebagainya

sebagai suatu hal untuk diketahui oleh sesama pangguna akun terkait. Terlebih lagi

pada individu yang gemar melakukan curahan hati pada media sosial. Mengenai

6

Ratih Dwi Kusumaningtyas. 2010. Peran Media Sosial Online Facebook Sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran

7

(21)

masalah perasaan, isi hati atau hal pribadi biasanya individu cenderung berbagi pada

orang yang dipercaya atau pada orang-orang tertentu saja. Namun hal ini justru

dipublikasikan melalui akun media sosial. Ini berarti secara tidak langsung banyak

informasi mengenai dirinya yang tidak seharusnya dipublikasikan justru diketahui

oleh orang lain. Hal ini didukung oleh pernyataan Ida Ruwaida seorang Sosiolog dari

Universitas Indonesia berpendapat bahwa :

Ruang sosial yang makin terbatas dan ikatan emosional yang rendah terutama di kota-kota besar menimbulkan perubahan dalam pola interaksi masyarakat. Akhirnya, teknologi digital menjadi alat untuk menyalurkan emosi alias katarsis lewat media sosial.8

Mengungkapkan perasaan dalam jejaring sosial ini banyak dilakukan oleh

kebanyakan orang. Faktanya, seperti dilansir dari Times of India, sebuah penelitian

baru mengungkapkan bahwa tujuh dari sepuluh orang menggunakan jejaring sosial

sebagai wadah untuk mereka curhat. Dari survei yang dilakukan oleh salah satu

televisi swasta Amerika Serikat itu tersingkap bahwa 52 persen orang ternyata curhat

di jejaring sosial untuk mendapatkan perhatian. Sementara 30 persen lainnya

dilatarbelakangi oleh rasa cemburu ataupun dendam dan rasa iri kepada orang lain.9

Dengan berbagai latar belakang tersebut, artinya individu banyak yang menggunakan

media sosial sebagai media untuk mencurahkan perasaan.

8

http://tekno.kompas.com/read/2012/06/01/23174881/mengapa.orang.gemar.curhat.lewat.media.s osial diakses 29 Januari 2014 pukul 10:48

9

(22)

Beberapa alasan membuat komunikasi dunia maya menjadi lebih nyaman dan

lengkap dari pada komunikasi langsung dengan bertatap muka pada dunia nyata.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Larry D Rosen dkk, Ben-Ze-Ev (2003)

mengatakan bahwa seseorang merasa aman dalam dunia maya dibandingkan dunia

nyata. Walther (1996) juga mengatakan seseorang juga merasa dekat jika berada

dibalik layar atau dunia maya dibandingkan dunia nyata.10

Ajang melakukan ”curhat” pada media sosial ini merupakan salah satu fungsi

pengungkapan diri menurut Derlega dan Grzelak (1979) dalam konteks ekspresi,

bahwa kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk “membuang

semua itu dari dada kita”. Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita mendapatkan

kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.11

Namun, yang menjadi suatu masalah dalam melakukan pengungkapan diri

melalui media sosial yakni berkaitan dengan adanya UU ITE yang berlaku di Negara

Indonesia. Seperti kita ketahui dalam beberapa kurun waktu belakangan ini, ramai

pemberitaan mengenai kasus para pengguna media sosial yang terkena

Undang-Undang Informasi dan Teknologi (UU ITE). Pada kejadian pelanggaran UU ITE

dalam kasus media sosial yang marak terjadi belakangan ini, sebut saja kasus

Florence Sihombing yang berawal dari kekesalannya saat antre di SPBU Yogjakarta.

Kekesalan Florence pun diungkapkan melalui akun Path miliknya dengan

10 Dimas Pamuncak. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2011. Hlm: 8 11

(23)

kalimat memaki-maki kota dan penduduk tersebut. Florence Sihombing, mahasiswi

semester ketiga Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada

disangka telah melakukan penghinaan, pencemaran nama baik, dan penyebaran akses

internet yang menghina masyarakat dan menimbulkan kebencian atau permusuhan

individu.12

Kasus selanjutnya yang baru-baru ini terjadi adalah Ervani, salah seorang

pengguna media sosial yang juga mengungkapkan kekesalannya pada jejaring sosial.

Kedua kasus ini merupakan kejadian dari sekian banyak kasus serupa pada media

sosial yang merugikan pengguna hingga terjerat hukum Indonesia. Bila dikaitkan

dengan self disclosure seseorang, hal ini merupakan tingkat pengungkapan diri yang

tinggi menimbulkan kesan kurang dapat mengontrol diri.

Akibat dari banyaknya kasus tersebut, membuat peneliti berasumsi bahwa

bermedia sosial seakan terkekang dan kebebasaan mengekspresikan diri seolah

dibatasi oleh adanya UU ITE tersebut. Terlebih fasilitas dalam media sosial itu

sendiri umumnya digunakan individu sebagai media eksistensi dan aktualisasi diri

yang merupakan kebutuhan terakhir dalam Teori Kebutuhan Abraham Maslow.

Sehingga, fasilitas media sosial inilah yang memungkinkan seseorang dapat bebas

berbagi dalam dunia maya tersebut sebagai bentuk pemenuhan akan kebutuhan

tersebut.

12

(24)

Komplektisitas manusia dalam menggunakan media sosial sangat besar,

seperti terlihat dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang memiliki media

sosial, mereka mengakses media sosial secara berkala setiap hari, sebagian aktivitas

harian mereka diselingi dengan membuka atau mengakses media sosial. Kegiatan

yang dilakukan dalam media sosial tersebut yakni melakukan interaksi dengan

pengguna media sosial lainnya seperti berkirim pesan, berbagi tentang kegiatan

pribadi yang diunggah dalam bentuk foto, video, maupun berbagi update status yang

nantinya mengundang komentar dan feedback yang menimbulkan terjadinya suatu

interaksi.

Di Indonesia sendiri, sesuai survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia) tahun 2012 lalu, menyatakan bahwa 63 juta masyarakat Indonesia

terhubung dengan Internet. Sebanyak 95 persen aktivitas populasi itu saat mengakses

dunia maya adalah membuka media sosial.13 Dalam artikel lainnya, Bao Jianleo

selaku Country Manager Baidu (mesin raksasa pencari asal Tiongkok) perwakilan

Indonesia juga mengatakan internet memang digandrungi di Indonesia, khususnya

untuk mengakses jejaring sosial. Menurut presentase, ada sekitar 84,2 persen

pengakses jejaring sosial, kemudian di posisi kedua adalah fungsi internet untuk

melakukan telusuran (browsing), sekitar 65,7 persen.14 Ini artinya bahwa media sosial

banyak digunakan dan diakses oleh masyarakat di Indonesia.

13

http://www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-ini-oraang-indonesia-pengguna-terbesar unia.html diakses pada 18Okt2014 pukul 10:35

14

(25)

Adanya partisipasi yang besar terhadap penggunaan media sosial ini

menimbulkan banyak media sosial baru yang bermunculan. Semakin canggihnya

teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, mampu menciptakan beragam situs

media sosial (sosmed) yang memungkinkan seseorang untuk dapat mengikuti pula

perkembangannya. Masyarakat di Indonesia selalu menjadi publik yang mampu

mengikuti perkembangan tersebut, seperti halnya mengikuti tren saat ini sebagai

pengguna media sosial. Lagi pula, saat ini kebanyakan orang lebih memilih untuk

berkomunikasi secara virtual dalam dunia maya melalui social media dibandingkan

berbicara secara langsung dengan orang-orang sekitarnya.

LegaTalk adalah sebuah platform media sosial anonim lokal pertama di

Indonesia.15 Aplikasi yang merupakan platform Android ini diresmikan pada bulan

September 2014, yang diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin curhat namun tidak

ingin mengungkapkan identitas dirinya karena khawatir akan reaksi orang yang

berlebihan ataupun akan menimbulkan dampak negatif. Dalam penerapan

aktivitasnya yang memungkinkan setiap orang dapat berbagi status tanpa terdeteksi

adanya informasi pengguna sebagai identitas tersebut, oleh karena itu media ini

disebut juga media sosial anonim. Salah satu aktivitas yang diunggulkan media ini

adalah sebagai media khusus berbagi status atau disebut juga ruang curhat. Dalam

situs jejaring sosial Lega Talk, dengan tagline share with friends, say all you want,

speak anonymously” ini dapat dijadikan sebagai alat komunikasi yang digunakan

15

(26)

individu sebagai media untuk pengungkapan diri dan pemenuhan kepuasaan diri

dengan identitas pengguna yang anonim.

Mendaftar dengan verifikasi yang longgar memicu adanya identitas palsu

yang memberikan kebebasan dalam menggunakan sosial media. Kelonggaran

identitas tersebut tidak terlepas dari salah satu karakteristik media baru yang

disampaikan Feldman (dalam Flew 2005:101) yaitu manipulable (mudah

dimanipulasi). Masyarakat diberi kebebasan untuk memanipulasi, merubah data dan

informasi secara bebas tanpa adanya batasan atau aturan. Belum pernah ada kasus

hukum yang melibatkan users dalam sebuah portal media online karena komentar

yang melanggar etika.16

Kemunculan media sosial umumnya menarik penggunanya untuk terjun

menggunakan berbagai layanan yang tersedia pada media sosial tersebut. Manusia

secara psikologis senang mengaktualisasikan dirinya pada media jejaring sosial

sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan terhadap diri sendiri. Umumnya, media

jejaring sosial telah menjadi salah satu media yang memberi ruang seluas-luasnya

bagi setiap individu untuk berkreasi dan berbagi. Terlebih dengan adanya akun

berbasis anonim yakni LegaTalk dengan tidak tercantumnya profil pengguna atau

informasi lainnya kecuali hanya deteksi lokasi pada saat pengguna memposting status

pada akun media ini. Dalam hal ini memungkinkan seseorang dapat berbagi status

dan curhat secara lebih bebas, tanpa memikirkan jati dirinya diketahui oleh orang

16

(27)

lain. Hal ini seperti ungkapan Ian Chandra K bahwa “tidak ada yang tahu tentang jati

diri anda yang sebenarnya sehingga anda dapat menuliskannya secara

sembarangan.”17

Dengan meningkatnya kasus mengenai self disclosure pada media sosial

terutama maraknya ajang melakukan curhat pada media tersebut yang banyak

menimbulkan unsur negatif pada pengguna seperti telah diungkap peneliti di atas

mengenai berbagai macam kasus pengguna yang terkena UU ITE. Munculah

keinginan peneliti untuk meneliti kembali mengenai faktor-faktor penyebab

seseorang melakukan pengungkapan diri terutama pada media sosial anonim dalam

hal ini LegaTalk. Pada umumnya karakteristik dari media sosial yakni tercantumnya

nama profil atau informasi lainnya sebagai identitas pengguna, yang berguna sebagai

tanda pengenal bagi pemilik akun untuk dapat dikenali oleh sesama pengguna.

Namun, yang uniknya dari pemilihan media sosial yang peneliti ambil ini yakni

terletak pada anonimitas atau media sosial dengan tidak mencantumkan profil

pengguna layaknya akun media sosial lainnya seperti halnya Facebook, Twitter, Path,

Instagram, dan lain sebagainya.

Permasalahan yang muncul pada media sosial yang peneliti ambil yakni

LegaTalk, yang di dalamnya terdapat suatu proses komunikasi dari dalam diri

individu yang dituangkan dalam sebuah “status”. Pernyataan perasaan pada status

tersebut mengandung adanya ungkapan perasaan yang dialami individu mengenai diri

17

(28)

yang diungkap dalam suatu wadah media sosial yang anonim. Dengan munculnya

media sosial yang bersifat anonim ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana

pengguna melakukan pengungkapan diri atau self. Apa hal ini memungkinkan

seseorang dapat melakukan pengungkapan dirinya secara bebas, dan sangat terbuka.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mencoba untuk merumuskan masalah dengan tujuan untuk mengarahkan

permasalahan yang akan diteliti. Sehingga pada penelitian ini, peneliti

menyimpulkan rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana Self

Disclosure (Pengungkapan Diri) Seseorang Pada Media Sosial Anonim

LegaTalk?”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan

masalah-masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana self disclosure pengguna media sosial LegaTalkyang anonim?

2. Bagaimana dimensi self disclosure pada media sosial LegaTalkyang anonim?

3. Bagaimana fungsi self disclosure pada media sosial LegaTalkyang anonim?

4. Bagaimana faktor-faktor self disclosure pada media sosial LegaTalk yang

anonim?

(29)

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan-tujuan dari penelitian

yang dilakukan, yaitu :

1. Mengetahui self disclosure pengguna media sosial LegaTalkyang anonim.

2. Mengetahui dimensi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang

anonim.

3. Mengetahui fungsi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang

anonim.

4. Mengetahui faktor-faktor self disclosure pada media sosial LegaTalkyang

anonim.

5. Mengetahui efek self disclosure pada media sosial LegaTalkyang anonim.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik secara teoritis maupun

secara praktis, yaitu sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan bidang kajian

terkait. Selain itu diharapkan memberikan sumbangsih bagi disiplin

ilmu terutama ilmu komunikasi dalam menelaah kajian hubungan

komunikasi antar manusia dalam konteks keterbukaan atau self

(30)

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi kepada pengguna media sosial mengenai keterbukaan diri

ketika berinteraksi dan berbagi konten mengenai kehidupan pribadi

agar lebih bijak dalam hal penggunannya. Serta sebagai bahan acuan

bagi peneliti lainnya untuk melakukan riset mengenai penelitian

(31)

14 2.1 Tinjauan Teoritis

Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang

mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di

antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.18 Fungsi teori

dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena

alami yang menjadi pusat perhatiannya. Maka untuk memperjelas penelitian terkait,

perlu diketahui dan dibatasi terlebih dahulu kajian atau istilah kajian serta teori yang

digunakan secara sistematis untuk menjawab penelitian ini, yaitu:

1. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

2. Pengungkapan diri (self disclosure)

3. Media sosial

4. Self disclosure dalam media sosial

Pada tahap awal untuk menjelaskan konsep kajian teori di atas mengenai self

disclosure, maka terlebih dahulu kita membahas mengenai apa dan bagaimana

komunikasi antarpribadi itu terjadi dalam kehidupan individu, karena kajian self

disclosure ini termasuk dalam kajian komunikasi antarpribadi.

18

(32)

2.1.1 Komunikasi Antarpribadi

Manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat artinya makhluk yang tidak

mampu hidup tanpa ada bantuan orang lain di sekelilingnya. Oleh karena itu ia akan

selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, sampai akhir hayatnya, dan

untuk memenuhi semua kebutuhannya itu manusia harus selalu berinteraksi dengan

yang lainnya dan interaksi itu yang dinamakan komunikasi. Semakin lama manusia

itu hidup dan tumbuh, maka semakin banyak ia akan berinteraksi dan semakin luas

ruang lingkup interaksinya, baik itu interaksi dalam kehidupan kelompok ataupun

dengan masyarakat di lingkungannya. Untuk memperlancar jalannya interaksi

tersebut, maka ini tidak luput dari alat yang digunakan untuk berinteraksi yaitu

“komunikasi” karena tanpa komunikasi interaksi tidak akan bisa terjadi.

Dalam segi kehidupan manusia, kita mengenal adanya komunikasi yang selalu

berperan penting mengikuti jalannya kehidupan tersebut. Hampir setiap tindakan dan

kegiatan dilakukan dengan komunikasi. Breselon, Steiner, yang dikutip oleh

Wiryanto mengatakan bahwa komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol dan sebagainya.

Tindakan atau proses transmisi itu lah yang disebut komunikasi.19 Sebagian besar

kegiatan komunikasi ini berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi.

19

(33)

Secara umum komunikasi antarpribadi diartikan sebagai suatu proses

pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.20 Menurut Nurudin

komunikasi antarpribadi yakni suatu proses komunikasi secara tatap muka yang

dilakukan antara dua orang (atau lebih). Hal ini seperti yang pernah dikatakan R.

Wayne Pace (1979), “interpersonal communication is communication involving two

or more in a face to face setting.”21

Pengertian lain menurut Effendy (1986b) mengemukakan juga bahwa, pada

hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator

dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang

dialogis.22

Sementara itu Dean C Barnlund (1968) mengemukakan, komunikasi antar

pribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat

orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.23

Namun seiring perkembangan zaman, pengertian akan komunikasi antar

pribadi yang dilakukan secara tatap muka mengalami banyak pengembangan. Tidak

selamanya komunikasi antar dua orang ini selalu dilakukan dalam keadaan tatap

muka karena seiring perkembangan teknologi yang memungkinkan pula mereka

20

Hafied Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Utama. Hlm : 163

21

Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm: 31

22

A Liliweri. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Adya Bakti. Hlm: 12

23

(34)

berinteraksi dengan menggunakan media komunikasi, seperti handphone dan lain

sebagainya.

Untuk memahami definisi komunikasi antarpribadi ada tiga perspektif,

yaitu24:

1. Perspektif komponensial (Componential) adalah komunikasi antar pribadi

dengan mengamati komponen-komponen utamanya. Seperti penyampaian

pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok

kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk

memberikan umpan balik segera.

2. Perspektif hubungan diadik (Relational dyadic) adalah komunikasi yang

berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan

jelas.

3. Perspektif pengembangan (Developmental) adalah akhir dari perkembangan

dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi (impersonal) pada satu ekstrem

menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrem yang lain.

Dengan kata lain, dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi antar pribadi

ini merupakan kegiatan komunikasi bersifat personal dari persoalan individu yang

diungkapkan antar minimal dua orang atau lebih. Dalam konteks pesan, komunikasi

ini dilakukan oleh satu orang dan pesan diterima oleh orang lain atau sekelompok

kecil orang, di mana antar pelaku komunikasi tersebut penerima bisa menjadi

24

(35)

pemberi pesan begitu pula sebaliknya pemberi pesan bisa menjadi penerima pesan

(terjadi feedback yang saling antar satu sama lain).

2.1.1.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan komunikasi antar pribadi yaitu

komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita

sendiri. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan

mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam

tentang sikap dan perilaku kita. Berikut tujuan komunikasi antar pribadi menurut

Marhaeni Fajar, yakni25 :

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan

diri kita sendiri. Melalui komunikasi antar pribadi kita juga belajar tentang

bagaimana kita harus membuka diri pada orang lain.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan

kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Dengan melakukan komunikasi antar pribadi, menimbulkan hubungan yang

membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa

lebih positif tentang diri kita sendiri.

25

(36)

4. Mengubah sikap dan perilaku

5. Bermain dan mencari hiburan

6. Membantu

Dengan demikian, peneliti dapat mengatakan bahwa hasil dari komunikasi

antarpribadi mampu menjadikan komunikasi individu secara pribadi sebagai suatu

pemenuhan akan kebutuhan pribadi, meliputi suatu tindakan untuk menghibur diri

yakni dapat saling terhubungan dengan orang lain, kemudian untuk memahami diri

sendiri maupun orang lain. Karena adanya sejumlah kebutuhan di dalam diri setiap

individu tersebut hanya dapat dipuaskan melalui kegiatan komunikasi antar

sesamanya.

2.1.2 Self Disclosure (Pembukaan Diri)

Dari semua komponen tindak komunikasi yang paling penting adalah diri

(self). Menurut Leary, McDonald dan Tangney (2003) self adalah:

“Kelengkapan psikologis yang memungkinkan refleksi diri berpengaruh terhadap pengalaman kesadaran, yang mendasari semua jenis persepsi, kepercayaan dan perasaan tentang diri sendiri serta yang memungkinkan seseorang meregulasi tentang perilakunya sendiri.”26

Secara bahasa, self berarti diri sendiri, dan disclosure dari kata closure yang

diartikan sebagai penutupan, pengakhiran, sehingga disclosure berarti terbuka atau

26

(37)

keterbukaan. Dengan demikian, self disclosure adalah pengungkapan diri atau

keterbukaan diri, namun beberapa ahli menyebutnya sebagai penyingkapan diri.27

Dalam fungsi komunikasi antarpribadi disebutkan bahwa komunikasi tersebut

dapat menjalin suatu hubungan yang lebih bermakna dengan orang lain. Terjalinnya

suatu hubungan yang bermakna tersebut berkaitan dengan adanya self disclosure atau

pengungkapan diri. Dimana self disclosure ini merupakan bentuk komunikasi di

mana kita mengungkapkan sesuatu tentang siapa kita.28 Pengungkapan diri adalah

jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri

yang biasanya kita sembunyikan. Istilah pengungkapan diri digunakan untuk

mengacu pada pengungkapan informasi secara sadar, seperti pernyataan “saya takut

terbang” atau “saya menghabiskan waktu dalam penjara sebelum saya berjumpa

denganmu.”29

Pengungkapan diri ini dapat didefinisikan pula sebagai penyingkapan

informasi tentang diri yang pada saat lain tidak dapat diketahui oleh pihak yang

lain.30

Pengertian lain menurut Johnson 1981 dalam Supratiknya, bahwa:

Pengungkapan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut.31

27

Dimas Pamuncak. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Hlm: 21

B Aubrey Fisher. 1978. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 261

31

(38)

Self disclosure menurut Devito (1987) yang dikutip oleh Sihabudin dan

Rahmi merupakan bentuk komunikasi, dimana informasi tentang diri yang disimpan

atau dirahasiakan, dikomunikasikan kepada orang lain.32

Menurut Jourard, 1971 dikutip oleh Maryam B Gainau bahwa self disclosure

merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi

pada orang lain. Informasi yang bersifat pribadi tersebut mencakup aspek: (1) sikap

atau opini, (2) selera dan minat, (3) pekerjaan atau pendidikan, (4) fisik, (5)

keuangan, dan (6) kepribadian.33

Self disclosure didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mengungkapkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain (Wheeles, 1978).

Sedangkan Person (1987) mengartikan self disclosure sebagai tindakan seseorang

dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela

dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya.34

Berdasarkan pengertian-pengertian menurut berbagai ahli tersebut, peneliti

mengartikan self disclosure sebagai suatu proses keterbukaan diri atau pembukaan

diri mengenai informasi tentang diri yang sebelumnya hanya diketahui oleh individu

itu sendiri kemudian dibagikan pada orang lain, meliputi pikiran, perasaan, dan

ungkapan lain yang mendalam tentang diri.

32

Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok tular. Hlm: 114

33 Maryam B Gainau. 2009.

keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol 33, No 1. Hlm: 2

34

(39)

Dalam hal ini, peneliti akan menerapkan pada penelitian self disclosure atau

pengungkapan diri yang dilakukan individu pada sebuah media sosial. Di mana ketika

seseorang terkadang tidak mampu membuka diri dan mengungkapkan isi hati

mengenai tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu yang lebih

banyak melibatkan perasaan dalam kehidupan nyata, kemudian mereka justru lebih

bebas membuka diri pada sebuah ruang maya. Artinya membuka diri disini sama

dengan membagikan kepada orang lain tentang perasaan terhadap sesuatu yang telah

dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan seseorang terhadap kejadian-kejadian

yang baru saja disaksikannya.35

2.1.2.1 Dimensi Self Disclosure

Sebagian besar penelitian tentang pengungkapan diri ini cenderung

menggunakan penjelasan psikologis disertai sifat-sifat psikologis. Sebagai contoh,

dua sifat pengungkapan yang populer adalah jumlah (yakni, berapa banyak informasi

tentang diri yang terungkapkan), dan valensi (yakni, apakah informasi itu dinilai

positif atau negatif).

Dimensi self disclosure, terdiri dari hal-hal sebagai berikut:36

a. Ukuran, dilihat dari frekuensi dan durasinya

b. Valensi, kecenderungan ungkapan positif atau negatif

c. Kecermatan dan kejujuran.

35

Edi Harapan & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi (Perilaku Insani Dalam Organisasi Pendidikan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm: 65

36

(40)

Menurut Devito dimensi dalam self disclosure ini dibagi menjadi 5 bagian:

a. Ukuran atau jumlah self disclosure

Ukuran self disclosure didapat dari frekuensi seseorang melakukan self

disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat self disclosure atau waktu

yang diperlukan untuk menyatakan pengungkapan tersebut.

Dalam hal ini self disclosure yang dilakukan akan sangat tidak terbatas

oleh waktu, di mana seseorang dapat kapan saja terhubung dengan

aktivitas internet dan melakukan self disclosure pada media sosial saat

seseorang merasa hal atau kejadian yang dialaminya patut untuk

diungkapkan.

b. Valensi self disclosure

Valensi merupakan kualitas positif dan negatif dari self disclosure.

Individu dapat mengungkapkan diri dengan baik dan menyenangkan

(positif), atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan (negatif),

kualitas ini akan menimbulkan dampak yang berbeda, baik pada orang

yang mengungkapkan diri maupun pada pendengarnya.

Dalam hal ini peneliti melihat pada media sosial yang menjadi objek

penelitian, individu cenderung membuat status self disclosure dengan

kata-kata yang kurang menyenangkan (negatif) tentu tidak semuanya

melakukan hal tersebut karena banyak juga individu yang melakukan self

(41)

c. Kecermatan dan kejujuran

Kecermatan atau ketepatan self disclosure akan dibatasi oleh sejauh mana

individu mengetahui atau mengenal dirinya sendiri. Selanjutnya self

disclosure akan berbeda tergantung pada kejujuran. Individu dapat secara

total jujur atau dapat melebih-lebihkan, atau berbohong.

Dalam hal ini, mengenal diri sendiri akan berkaitan dengan tinjauan

konsep diri (self-concept) seseorang. Pada penelitian ini akan diteliti lebih

lanjut mengenai self disclosure yang terjadi. Apakah status yang ditulis

individu tersebut jujur, melebih-lebihkan atau berbohong.

d. Tujuan dan maksud

Individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan,

sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure.

Dalam hal ini, mengenai penyingkapan perasaan terkadang seseorang

berpikir secara spontan, melibatkan emotional yang kadang kurang

terkontrol. Untuk itu, akan diteliti lebih lanjut mengenai maksud dan

tujuan dalam penyingkapan self disclosure dalam media sosial.

e. Keintiman

Individu dapat menyingkapkan hal-hal yang intim dalam hidupnya atau

hal dianggap sebagai feriferal atau impersonal atau hal-hal yang terletak

(42)

2.1.2.2 Fungsi Self Disclosure

Pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi. Menurut Derlega dan Grzelak

(1979) ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu:37

1. Ekspresi: kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk

“membuang semua itu dari dada kita.” Dengan pengungkapan diri

semacam ini, kita mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan

kita.

2. Penjernihan diri : Dengan membicarakan masalah yang sedang kita hadapi

kepada seorang teman, pikiran kita akan lebih jernih sehingga kita dapat

melihat duduk persoalannya dengan lebih baik.

3. Keabsahan sosial: Dengan mengamati bagaimana reaksi pendengar

sewaktu kita sedang mengungkapkan diri, kita memperoleh informasi

tentang ketepatan pandangan kita.

4. Kendali sosial: Kita dapat mengemukakan atau menyembunyikan

informasi tentang diri kita sebagai peranti kendali sosial.

5. Perkembangan hubungan: Saling berbagi informasi dan saling

mempercayai merupakan sarana yang paling penting dalam usaha merintis

suatu hubungan dan semakin meningkatkan keakraban.

Dalam penelitian ini, fungsi self disclosure pada media sosial lebih tepat pada

poin ke empat, dimana pengungkapan diri dilakukan pada media sosial sebagai fungsi

37

(43)

kendali sosial karena beberapa individu ada yang tidak mampu mengungkapkan

segala sesuatu mengenai orang lain dan mengenai beberapa kejadian yang dialami

dalam kehidupan nyata secara langsung pada orang yang dimaksud dengan alasan

tidak berani, canggung atau takut menyakiti hati orang tersebut. Untuk itu, ada self

disclosure sebagai kendali sosial yang dapat disembunyikan pada kehidupan nyata

dan cenderung amat terbuka pada media sosial.

2.1.2.3 Manfaat Self Disclosure

Membahas mengenai self disclosure, maka harus juga mengetahui manfaat

dari self disclosure itu sendiri. Menurut Devito manfaat dari melakukan self

disclosure adalah:38

a. Pengetahuan diri

Salah satu manfaat dari pengungkapan diri adalah kita mendapatkan

perspektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih mendalam

mengenai perilaku kita sendiri.

b. Kemampuan mengatasi kesulitan

Argumen lain yang berkaitan erat adalah bahwa kita akan lebih mampu

menanggulangi masalah atau kesulitan kita, khususnya perasaan bersalah,

yakni melalui pengungkapan diri. Dengan mengungkapkan perasaan dan

menerima dukungan, bukan penolakan, kita menjadi lebih siap untuk

38

(44)

mengatasi perasaan bersalah dan mungkin mengurangi dan bahkan

menghilangkannya.

c. Efisiensi komunikasi

Seseorang memahami pesan-pesan dari orang lain sebagian besar sejauh

kita memahami orang lain secara individual.

d. Kedalaman hubungan

Dengan pengungkapan diri, kita memberitahu orang lain bahwa kita

mempercayai mereka, menghargai, dan cukup peduli akan mereka dan

akan hubungan kita untuk mengungkapkan diri kita kepada mereka.

Jika di atas merupakan manfaat self disclosure pada suatu hubungan, maka

peneliti simpulkan bahwa manfaat self disclosure pada media sosial ini sebagai salah

satu tingkat kelegaan dan kepuasan tersendiri bagi diri individu ketika suatu

pengungkapan diri tidak dapat diungkapkan langsung pada orang lain dan ruang maya

menjadi salah satu pengganti media penyampaian self disclosure.

2.1.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosure

Tidak semua individu mampu melakukan self disclosure begitu saja, karena

tingkat kepribadian yang dimiliki seseorang cenderung berbeda-beda. Untuk itu,

Devito mengemukakan ada delapan faktor yang mempengaruhi self disclosure:39

39

(45)

a. Besaran kelompok

Besaran kelompok atau ukuran audience, maksimal 4 orang.

Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dari pada

kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan

lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapkan diri. Bila, ada lebih

dari satu orang pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena

tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengar yang berbeda.

b. Perasaan menyukai

Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan

kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai (Derlega

dkk., 1987).

c. Efek diadik

Seseorang melakukan pengungkapan diri bila bersama orang yang

melakukan pengungkapan diri pula. Efek diadik ini mungkin membuat

seseorang merasa lebih aman, dan nyatanya memperkuat perilaku

pengungkapan diri.

d. Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan diri

dari pada orang yang kurang kompeten.

e. Kepribadian

Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrover melakukan

(46)

bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani bicara pada

umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada mereka yang merasa

lebih nyaman dalam berkomunikasi.

f. Topik

Kecenderungan memilih topik pembicaraan, seseorang lebih cenderung

membuka diri tentang topik pekerjaan atau hobi dari pada tentang

kehidupan seks atau situasi keuangan (menurut Jourard dalam Devito,

1997). Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin

kecil kita mengungkapkannya.

g. Jenis kelamin

Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis

kelamin.40

1. Wanita : lebih terbuka dari pada pria, dan lebih terbuka pada orang

yang disukai

2. Laki-laki lebih terbuka pada orang yang dipercayai

2.1.2.5 Bahaya Pengungkapan Diri

Banyaknya manfaat pengungkapan diri jangan sampai membuat kita buta

terhadap risiko-risikonya (Bochner, 1984) dalam Devito.41

40

Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok tular. Hlm: 114

41

(47)

a. Penolakan pribadi dan sosial

Bila seseorang melakukan pengungkapan diri biasanya kepada orang yang

dipercaya. Seseorang melakukan pengungkapan diri pada orang yang

dianggap akan bersikap mendukung pengungkapan dirinya. Namun, akan

terjadi suatu penolakan secara pribadi jika hal yang diungkapkan tidak

disukai atau bertentangan oleh pendengar.

b. Kerugian material

Adakalanya, pengungkapan diri mengakibatkan kerugian material.

Sebagai contoh guru yang mengungkapkan bahwa ia pernah kecanduan

minuman keras atau bertindak tidak senonoh atas muridnya di masa yang

lalu mungkin akan dijauhi oleh rekan-rekannya, mendapatkan penugasan

mengajar yang “tidak menyenangkan”.

c. Kesulitan intrapribadi

Bila reaksi orang lain tidak seperti yang diduga, kesulitan intrapribadi

dapat terjadi. Bila seseorang ditolak dan bukan didukung, bila orang-orang

yang kita kenal menghindari kita, maka kita berada dalam jalur kesulitan

intrapribadi.

2.1.2.6 Pedoman Pengungkapan Diri

Setiap orang harus mengambil keputusan individual menyangkut

(48)

antara individu satu dan individu lainnya. Berikut pedoman pengungkapan diri

menurut Devito:42

a. Motivasi pengungkapan diri

Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa berkepentingan terhadap

hubungan, terhadap orang lain yang terlibat, dan terhadap diri sendiri.

Pengungkapan diri hendaknya bermanfaat dan produktif bagi semua pihak

yang terlibat.

b. Kepatutan pengungkapan diri

Pengungkapan diri haruslah sesuai dengan lingkungan (konteks) dan

hubungan antara pembicara dan pendengar. Umumnya makin bersifat

pribadi pengungkapan diri itu, makin dekat hubungan yang diperlukan.

2.1.2.7 Pembukaan Diri Dalam Hubungan Antarpribadi

Menurut Johnson (1981), beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri

terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:43

1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antar dua

orang.

2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain

tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya ia akan semakin membuka

diri kepada kita.

42

Ibid, Devito. Hlm: 70-71

43

David O Sears & Jonathan L Freedman, dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta :

(49)

3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung

memiliki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrovert,

fleksibel, adaptif, dan inteligen, yakni sebagian dari ciri-ciri orang masak

dan bahagia.

4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang

memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun

dengan orang lain.

5. Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka pembukaan diri haruslah

jujur, tulus, dan autentik.

2.1.3 Konvergensi dan Media Baru

Kemajuan teknologi yang pesat saat ini khususnya yang berhubungan dengan

internet, memunculkan banyak perkembangan pada sistem komunikasi manusia.

Transformasi teknologi yang pesat ini mampu mempengaruhi semua aspek kehidupan

manusia. Misalnya pada komunikasi antar manusia yang dilakukan dari jarak yang

berjauhan, yang mungkin dulu hanya dapat terhubung dalam konteks audio atau

hanya mampu berkomunikasi dalam bentuk suara. Namun, kini perkembangan sistem

komunikasi mempermudah seseorang untuk terhubung dan berkomunikasi tidak

hanya dalam konteks audio tapi juga dalam konteks visual. Sehingga memungkinkan

(50)

bersamaan. Ini baru salah satu contoh nyata dari konsep yang dikenal sebagai

konvergensi media.44

Konvergensi secara harfiah berarti menuju ke satu titik atau terjadinya

penyatuan. Secara umum istilah konvergensi saat ini merujuk kepada penyatuan

layanan dari teknologi, baik teknologi komunikasi, informasi maupun yang terkait

dengannya.45

Negroponte meyakini konvergensi industri media dan teknologi digital pada

akhirnya akan mengarah pada bentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi

multimedia. Multimedia, atau juga yang dikenal sebagai media campuran, pada

umumnya didefinisikan sebagai medium yang mengintegrasikan dua bentuk

komunikasi atau lebih.46 Jadi, pada intinya dalam dunia konvergensi semua media

lama berpadu dengan teknologi baru dan berkembang menjadi konteks yang serba

digitalisasi serta terhubung dengan jaringan internet sehingga memunculkan

konten-konten yang lebih menarik, mulai dari gambar hidup, animasi, suara, dan lain

sebagainya.

Konvergensi media merupakan salah satu bentuk perubahan yang berkaitan

dengan munculnya media baru, dimana menurut Flew (2005:10) new media atau media baru sebagai “as those forms that combine three Cs: computing and

44

Roger Fidler. 1997. Mediamorfosis (Memahami Media Baru). Yogyakarta: Bentang Budaya. Hlm: 38 45

Komunikasi dan Informatika Indonesia-Buku Putih. 2010. Jakarta: pusat data, kementrian komunikasi dan informatika. Hlm: 12

46

(51)

information technology (IT); communication network, digitized media and information content”. Sedangkan Littlejohn (2008:684) menyebutnya sebagai the

second media yaitu: “a new periode in which interactive technologies and network

communications, particulary the internet, would transform society”.47

Istilah „media baru‟ telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup

seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam,

media baru yang utama ini adalah internet.48 Media baru ini seperti halnya

dicontohkan pada bentukan media massa yang semakin canggih dengan adanya

kemajuan teknologi. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah

ada sejak puluhan tahun yang lalu tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar,

majalah, film, radio, televisi, dan internet.49 Media massa telah berubah begitu

banyak, dimulai dari awal abad ke-20 yang bersifat satu arah, arus yang serupa

kepada massa yang seragam.50 Munculnya media baru dengan interaktivitasnya

memungkinkan komunikasi menjadi dua arah.51 „Media baru‟ yang dibahas disini

adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang

47

David Mahendra. 2014. Media Jejaring Sosial Dalam Dimensi Self Disclosure. Yogyakarta: UIN Kalijaga. Hlm: 9

48

Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 42-46

49

Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 479

50 Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 148 51

(52)

mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas

untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi.52

Membicarakan mengenai alat komunikasi, jejaring sosial bisa dikatakan

sebagai alat komunikasi tersebut. Jejaring sosial ini merupakan suatu bentukan dari

komunikasi new media. Di mana alat komunikasi yang satu ini digunakan sebagai

media personal namun fungsinya dapat menghubungkan dengan banyak orang

dibelahan dunia dan dalam penerapannya mengandung pesan yang tersebar secara

serentak. Jejaring sosial tersebut merupakan suatu produk teknologi komunikasi

berperantara (mediated communication) yang makin banyak dipergunakan dalam

perilaku komunikasi interpersonal.

Oleh karena dewasa ini merupakan zaman era new media, maka dapat

dikatakan media jejaring sosial mengusung dua kategori golongan komunikasi, yakni

hubungan antara media personal dengan media massa. Sebagaimana dikonsepkan

oleh Marika Luders (2008), yang mengasumsikan bahwa:

Perbedaan antara komunikasi massa dan personal tidak lagi jelas karena teknologi yang sama dapat digunakan untuk kedua tujuan tersebut. Perbedaanya hanya dapat dipahami dengan mengenalkan dimensi sosial, berkaitan dengan jenis aktivitas dan hubungan sosial yang terlibat. Ia menulis (2008): “perbedaan antara media personal dan media massa dapat digambarkan sebagai perbedaan jenis keterlibatan yang diperlukan dari pengguna. Media personal lebih simetris dan mensyaratkan pengguna untuk berperan aktif, baik sebagai penerima maupun produsen pesan.”53

52

Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 148

53

(53)

Artinya bahwa media jejaring sosial ini merupakan suatu pola baru dalam

teknologi komunikasi di era new media. Sejauh ciri utama dari media baru atau new

media yang paling utama adalah kesalingterhubungan, aksesnya terhadap khalayak

individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaannya

yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada dimana-mana

(delocatedness).54

2.1.4 Media Sosial

Dimasa kini, media terpenting dan memiliki jaringan paling luas adalah

internet yang memiliki fungsi sebagai media untuk komunikasi dan pertukaran

informasi.55

Internet (interconnection networking) merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan suatu komputer atau jaringan komputer dengan jaringan komputer lain, sehingga dapat berkomunikasi atau berbagi data tanpa melihat jenis komputer itu sendiri. Seperti yang diketahui internet adalah bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon.56

Perkembangan teknologi internet yang merupakan bentukan dari media baru

(modern) ini digunakan sebagai media penghubung dalam berkomunikasi. Menurut

Luders dalam buku Mc Quail, istilah bentuk media merujuk pada aplikasi khusus dari

teknologi internet, seperti berita daring, jejaring sosial, dan lain-lain.57 Mc Luhan juga

menyatakan bahwa media berfungsi sebagai kepanjangan indra manusia pada

54

Ibid, Mc Quail. Hlm: 43

55

Deni Darmawan. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm : 97

56

Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 135

57

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.2 Jendela Johari tentang bidang pengendalian diri dan orang lain
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai penambah pengetahuan tentang keberadaan lokasi Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung dan fungsinya yaitu

Ta zgradba se lahko nastavi za H.323 Multipoint Control Unit Boštjan Lipnik : Učenje uporabnikov programskega paketa Podjetnik s pomočjo neposredne komunikacije preko

Roby Batubara Monitoring & Evaluation Specialist mm 18,0 Awaluddin Siregar, SH Sub Specialist Legal & CHU mm 12,0 7 Zulkifli Siregar, S.Kom Senior Assistant

penulis yaitu dengan melakukan pengamatan secara lapangan terhadap hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 tentang perlindungan konsumen terhadap praktek jual beli

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum adalah berbeda nyata baik secara mandiri pada bonggol pisang hasil fermentasi sebagai

2 Hasil pemeriksaan CBCT pasien kami menunjukkan adanya lesi radiolusen berbentuk reguler dengan batas jelas di apikal sisi mesial gigi 46 meluas ke bukal dan