BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada sebuah perasaan menggelitik saat melihat-lihat jejeran komik di pameran komik atau di toko buku konvensional maupun online. Bila ditarik sebuah garis merah dari kesemua komik yang ada disitu, terdapat 4 golongan besar yang bisa dikatakan sebagai genre utama (mainstream) yang bisa digunakan untuk mengklasifikasi komik-komik yang menghampar disitu. Superhero Amerika, Manga (mengacu pada genre komik Jepang), Komik Humor Strip (mengacu pada komik strip bertema kelucuan dalam kegiatan keseharian yang dikemas dalam bentuk komik kompilasi) dan yang terakhir Komik Anti Mainstream / Independen / Indie.
Dunia komik Indonesia saat ini merupakan sebuah muara dimana pengaruh-pengaruh komik luar negeri berevolusi bersama dengan kearifan lokal (local content) Indonesia. Akses informasi yang tanpa batas, penggunaan social media, kesadaran berekspresi, situasi sosial dan tren yang berlaku pada budaya setempat tercermin dalam 4 genre besar yang sedang naik daun saat ini. Yang tentu kesemuanya memperkaya khasanah komik di bumi Nusantara ini.
Pengaruh komik barat secara kental terlihat dalam komik disekitar kita yang kita temui saat ini. Perjalanan proses inkulturasi pengaruh genre tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup panjang dan membentuk karakteristik dari komik Indonesia pada umumnya. Marcel Bonneff
pemerhati budaya dan kesenian Indonesia berkebangsaan Prancis dalam bukunya Les Bandes Desinees Indonesiennes yang diterjemahkan dan diterbitkan dengan judul “Komik Indonesia” pada 1976, menurutnya pada 1931 komik barat masuk ke Indonesia sebagai komik komersil melalui media massa. Komik yang terkenal saat itu adalah Flash Gordon oleh Alex Raymod yang dimuat oleh harian De Orient. Keberhasilan komik barat yang mengetengahkan kisah manusia berkekuatan super mendorong penggiat komik lokal untuk mengikuti langkah mereka dan menciptakan karakter yang mentransposisi tokoh manusia super barat dengan menyesuaikannya dengan kultur dan lingkungan Indonesia. Pada tahun 1954 muncul tokoh pahlawan super Indonesia pertama, Sri Asih, perempuan super yang mempunyai kekuatan mirip Superman. Sejak saat itu bermunculan tokoh-tokoh pahlawan super lainnya yang mempunyai kekuatan mirip dengan tokoh pahlawan super barat. Seperti Godam (mirip dengan Superman), Kapten Mlaar (mirip dengan Plastic Man), Aquanus (mirip dengan Aquaman), Kalong (mirip dengan Batman) dan lainnya. Hingga kini pengaruh komik barat di Indonesia masih terasa sangat besar dan membentuk genre tersendiri yang disebut Comics. Penggiat komik bergenre ini yang cukup terkenal saat ini, misalnya: Marcelino Lefrandt dan Aswin Mc Siregar (pencipta Volt), Adrian Syaf (artis komik DC Comic, Amerika), Admira Wijaya (pencipta Zantoro dan sekaligus artis komik DC Comic, Amerika), Ahmad Toriq (pencipta Caroq) dan lain-lainnya.
Pengaruh Manga, genre komik Jepang, juga turut meramaikan dunia komik Indonesia. Manga pertama yang hadir di Indonesia yaitu Candy-Candy bercerita tentang kisah kehidupan seorang gadis bernama Candice White Ardlay. Candy-Candy hadir di Indonesia pertama kali pada November 1990 dan langsung mendapat tempat di hati masyarakat karena sebelumnya masyarakat Indonesia sudah mengenal cerita Candy-Candy
dalam bentuk anime (film animasi Jepang). Kesuksesan Candy-Candy juga disusul cerita manga Doraemon yang juga berbarengan dengan film animasinya. Sejak itu manga mendapat tempat tersendiri dalam pecinta komik dan menjadi alternatif para penggiat komik dalam berkarya. Kekhasan utama Manga menurut Scott Maccloud dalam bukunya “Membuat Komik” adalah penyampaian simbolisasi dari ekspresi karakter dalam komik, penekanan terhadap intensitas cerita dan cara para pembuat komik memvisualisasikan efek gerak yang seakan-akan mengajak pembaca juga ikut bergerak.
Akses informasi yang tanpa batas, penggunaan social media, kesadaran berekspresi dan tren juga berperanserta dalam membentuk suatu kecenderungan yang bisa dikatakan sebagai genre sendiri para komikus memilih jalurnya. Komik strip humor muncul pertama kali di Indonesia sebagai komik alternatif untuk melawan hegemoni Comics Amerika dan Manga Jepang yang mainstream ternyata menjadi sesuatu yang mainstream juga. Karena sudah banyak sekali komik berjenis ini yang kini berjejer di toko buku. Bersamaan dengan perkembangan media, komik strip tidak hanya mengisi surat kabar namun juga social media. Biasanya mengangkat tema-tema yang berkenaan dalam kehidupan keseharian lokal yang dibalut unsur humor dalam bentuk komik 1 lembar (komik strip). Dari awalnya yang independen, penggiat komik bergenre ini menjadikannya sebagai komik komersil. Beberapa komik bergenre ini yang terkenal seperti Benny & Mice (Benny Rachmadi & Muhammad Misrad), Lotif (Beng Rahardian) dan Si Juki (Faza Ibnu).
Komik Independen / Indie sebenarnya tidak hanya mengacu pada balutan teknis visual berbasis genre namun kepada cara pembuatan, produksi dan distribusi yang swadaya, terlepas dari penerbit dan instansi lainnya. Berpedoman pada semangat DIY (Do It Yourself / Lakukan
Segalanya Sendiri), komik indie menjadi sarana tersendiri penggiat komik untuk berkomunikasi.
Latar belakang pembuatan komik Djago adalah membuat sebuah komik yang bisa menjembatani keempat genre tersebut diatas dengan mengkombinasi unsur-unsur teknis maupun non teknis. Konsep dari pembuatan komik Djago adalah menciptakan suatu karakter pahlawan super yang khas Indonesia, lengkap dengan humor dan menceritakan seputar cerita kehidupan kesehariannya sebagai masyarakat Indonesia biasa dengan segala suka dukanya, dibalut dalam teknik Manga dalam memvisualisasikan pergerakan dan intensitas serta dibuat, diproduksi dan didistribusikan secara independen.
B. Orisinalitas (State of the Art)
Komik Djago adalah komik tentang kisah seorang pahlawan super
lokal yang dibuat dalam versi humor. Sifat-sifat karakter dalam komik ini sengaja dibuat tidak melulu tampil superior, digdaya dan normatif layaknya manusia super pembela kebenaran seperti yang kita lihat dalam komik sejenis. Semua karakter baik itu prontagonis maupun antagonis dibangun dari ide-ide keseharian yang dekat dengan kehidupan keseharian masyarakat dibalut dengan unsur komedi.
Karya yang mempunyai kesamaan tema dengan komik Djago
adalah komik Petualangan Hebring oleh Main Studios yang awalnya tampil sebagai komik cetak konvensional namun berubah menjadi online yang disponsori Telkom Speedy.
Gambar 1 Sampul komik Petualangan Hebring (sumber http://hebring.telkomspeedy.com)
Gambar 2 Halaman 3 komik Petualangan Hebring Season 2 Chapter 5 dengan judul "Baju Super Nomor 2”
Sama seperti komik Djago, kelebihan komik Petualangan Hebring juga mengangkat kisah pahlawan super yang dibalut dalam nuansa humor dan menggambarkan kehidupan keseharian masyarakat. Semua karakter baik itu prontagonis maupun antagonis juga dibangun dari ide-ide keseharian yang dekat dengan kehidupan keseharian masyarakat. Kelebihan lain komik Petualangan Hebring adalah komik berwarna sementara komik Djago hitam putih. Dan komik Petualangan Hebring sudah lebih dahulu dikenal dan mendapat tempat di masyarakat sejak tahun 2011. Dari sisi teknis duplikasi dan distribusi, komik Petualangan Hebring lebih unggul karena bentuknya yang kini menjadi komik online sehingga tidak membutuhkan proses duplikasi dan distribusi.
Kekurangan dari komik tersebut dapat dilihat dari penggunaan karakter yang itu-itu saja. Konflik yang timbul selalu menceritakan pertentangan antara tokoh prontagonis: Hebring, Bang Hoki, Dana dan Mimin melawan tokoh antagonis: Gotters, Jorgos dan Nenek. Kekurangan lainnya, sebagai komik online periodik mingguan, komik ini muncul satu halaman setiap minggunya. Selain itu, kultur komik Indonesia baik itu dari sisi penggiat maupun penikmat masih belum bisa sepenuhnya menerima komik online karena paradigma komik konvensional hasil cetak yang masih melekat.
C. Tujuan Dan Manfaat Perancangan 1. Tujuan Perancangan
Membuat sebuah komik yang berisikan keempat genre besar dalam dunia perkomikan Indonesia dan menjadikannya sebagai alternatif baru penyajian komik yang dapat memperkaya khasanah komik nasional.
2. Manfaat Perancangan
Adapun manfaat perancangan dapat berhubungan dengan beberapa pihak, antara lain:
a. Bagi diri sendiri
Mampu merealisasikan niatan untuk membuat sebuah komik yang menjadi pintu masuk untuk berkecimpung di dunia komik. Genre alternatif yang dipilih dalam bentuk komik ini diharapkan menjadi ciri khas penulis dalam setiap pembuatan karya komik.
b. Bagi Para penikmat komik
Menawarkan sebuah bacaan komik dalam alternatif baru diluar genre komik umum yang sudah ada di Indonesia. Sebuah komik yang kiranya dapat memperkaya wawasan masyarakat penikmat komik dan memperkaya dunia perkomikan nasional.
c. Bagi Para penggiat komik
Menawarkan cara baru sebagai alternatif pembuatan komik diluar genre komik umum yang sudah ada di Indonesia. Sebagai sumber ide dan inspirasi yang dapat mendorong para penggiat komik untuk melakukan kegiatan yang sama, mengeksplorasi dan menggabungkan unsur-unsur komik mainstream sehingga dunia perkomikan nasional menjadi lebih kaya dan bervariasi.
d. Bagi Mahasiswa Disain Grafis
Diharapkan dengan adanya komik ini dapat memperkaya gagasan yang dapat memberikan keuntungan baik dalam lingkup permasalahan yang sama maupun lingkup permasalahan yang lainnya. e. Bagi Para Penerbit
Diharapkan dengan adanya komik ini dapat memperkaya dan menambah wawasan akan genre komik yang diterima masyarakat sehingga secara ekonomis mendapat profit yang signifikan yang
berujung pada terjalinnya simbiosis mutualisme antara para penerbit dengan penggiat komik alternatif.
D. Peluang Dan Tantangan Studi 1. Peluang Studi
Komik Indonesia saat ini mengalami kebangkitannya kembali setelah sempat terpuruk dan tergerus komik Barat dan Jepang. Berbagai macam komik lokal muncul dari berbagai macam genre dan menyajikan berbagai macam cerita. Didukung dengan perkembangan teknologi, komik Indonesia juga merambah media lain selain media cetak yaitu media digital dalam bentuk komik online. Kebangkitan komik ini akan diiringi pertumbuhan pemikiran-pemikiran baru yang senantiasa mendobrak pengaruh tatanan genre yang sudah ada saat ini dan menjadikan komik nasional semakin kaya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi para pembuat komik, masyarakat sebagai tujuan pembuatan komik juga akan menerimanya dan begitupun penerbit. Dengan demikian secara tidak langsung, dobrakan pemikiran-pemikiran baru tersebut akan memperkaya dunia komik Indonesia. Dimasa yang akan datang, genre-genre baru yang merupakan lesapan genre yang sudah ada akan bermunculan. Genre-genre komik alternatif yang bermunculan akan membawa peluang baru untuk proses pelesapan kedalam bentuk komik yang baru pula. Sebuah proses pembelajaran yang tak akan pernah berhenti.
2. Tantangan Studi
Komik nasinal yang berkembang pesat saat ini mendorong para penggiat dan produsen untuk inovatif, menarik dan bisa mengangkat kearifan lokal.
Ada 3 hal yang menjadi tantangan terbesar dalam pembuatan komik dimasa depan. Yang pertama adalah dalam bahasa gambar. Pada hakikatnya komik adalah bahasa gambar. Diperlukan inovasi dan kejelian melihat tren visualisasi komik dan animo masyarakat terhadapnya .
Yang kedua adalah cerita. Komik selain berisikan gambar, juga berisikan cerita. Kekuatan cerita juga berpengaruh pada penerimaan masyarakat terhadap komik. Diperlukan komik yang bisa mewakili kearifan lokal dan membungkus tema-tema sosial dalam sebuah wadah cerita komi yang dapat diterima masyarakat.
Yang ketiga adalah media. Saat ini komik tidak selalu tampil dalam bentuk cetak. Perkembangan teknologi telah menumbuhkembangkan sarana baru yang dipercaya sebagai media baru untuk merepresentasikan komik yaitu media digital. Diperlukan inovasi dan kejelian melihat tren dan memprediksi penggunaan media-media baru yang akan bisa merepresentasikan komik di masa yang akan datang.
E. Relevansi dan Konsekwensi Studi
Berdasarkan pemilihan karya yang sudah ditetapkan yaitu komik, relevansi dan konsekwensi studi terkait dengan unsur-unsur studi yang berkenaan dengan disiplin ilmu desain seperti ilustrasi, layout, typografi, warna, komposisi dan media. Dan juga berkaitan dengan unsur-unsur studi yang berkenaan dengan pemilihan cerita, penulisan, gaya bahasa dan cara bertutur.