• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PADA SATUAN WILAYAH

PEMBANGUNAN (SWP) IV DAN V KABUPATEN PATI

(Kecamatan Wedarijaksa, Juwana, Batangan, Jakenan, Winong, Jaken, dan

Pucakwangi)

Dimas Aji Saputro*), Mochtar Hadiwidodo**), Wiharyanto Oktiawan**) Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275 E-mail: 17ajisaputro@gmail.com

Abstrak

Kabupaten Pati memiliki 21 kecamatan yang terbagi menjadi 6 satuan wilayah pembangunan (SWP). Perencanaan kali ini difokuskan pada SWP IV dan V yang terletak pada bagian timur Kabupaten Pati dan merupakan wilayah pelayanan dari TPA Plosojenar. Cakupan pelayanan pengelolaan sampah yang ada saat ini masih terfokus di Kecamatan Juwana, dengan tingkat pelayanan keseluruhan sebesar 5,73% jika ditinjau dari jumlah sampah yang terangkut setiap harinya. Rendahnya tingkat pelayanan ini menandakan bahwa prasarana dan sarana persampahan yang dimiliki juga masih minim. Dalam merencanakan pengembangan sistem pengelolaan sampah pada SWP IV dan V Kabupaten Pati ini disesuaikan dengan target pemerintah Indonesia dalam RPJMN III tahun 2015–2019 dan standar pelayanan minimal (SPM) bidang persampahan dengan target pelayanan perkotaan sebesar 100% pada tahun 2020 dan pelayanan pedesaan sebesar 15% pada tahun 2030. Selain itu juga direncanakan penerapan 3R skala kawasan pada pelayanan perkotaan sebesar 20% di awal tahun perencanaan yang ditingkatkan menjadi 40% di akhir tahun perencnaan. Dengan meningkatnya tingkat pelayanan ini juga juga dibarengi dengan rencana pengembangan untuk kelima aspek pengelolaan sampah. Rencana pengembangan tiap aspek ini secara umum meliputi: (1) aspek teknis operasional, akan direncanakan penambahan prasarana dan sarana sesuai dengan kebutuhan tiap tahunnya; (2) aspek institusi, direncanakan penambahan struktur pada struktur organisasi UPT DPU Juwana dan memperjelas fungsi dari masing-masing institusi pengelola (UPT DPU Juwana, BLH, dan Disperindag); (3) aspek peraturan, direncanakan peningkatan berkaitan dengan kelengkapan materi Perda, sosialisasi, penerapa, dan penegakan hukum; (4) aspek peran serta masyarakat, direncanakan pengembangan peran serta melaui program-program sosialisasi dan pelatihan; dan (5) aspek pembiayaan, direncanakan strategi pendanaan yang mencakup subsidi pemerintah dan retribusi.

Kata kunci: SWP IV dan V, Pengelolaan Sampah, Tingkat Pelayanan, Aspek Teknis Operasional,

Aspek Institusi, Aspek Peraturan, Aspek Peran Serta Masyarakat, Aspek Pembiayaan.

Abstract

[Planning of Waste Management System in Development Unit Area IV and V Pati Regency]. Pati

Regency has 21 districts are divided into 6 units of area development (SWP). Planning this time focused on SWP IV and V are located in the eastern part of the Pati Regency and a service area of the landfill Plosojenar. Coverage of the existing solid waste management is still focused in the District Juwana, with the overall service level of 5.73% if the review of the volume of waste transported every day. The low level of service indicates that the solid waste management infrastructure and facilities owned is still minimal. In planning the development of a solid waste management system in the SWP IV and V is adjusted to the Indonesian government targets in RPJMN III in 2015-2019 and minimum service standards (SPM) of urban solid waste with the service level target of 100% by 2020 and by 15% of rural services in 2030. It is also planned on a regional scale application of the 3R urban services by 20% in the early years of planning which increased to 40% at the end of the planning years. With increasing service levels have also been accompanied by the development plan for the five aspects of solid waste management. The development plan for each of these aspects generally include: (1) the technical aspects of operations, will be planned addition of infrastructure and

(2)

facilities in accordance with the needs of each year; (2) the institutional aspect, the planned addition of structures at the organizational structure of UPT DPU Juwana and clarify the functions of each institution (UPT DPU Juwana, BLH, and Disperindag); (3) regulatory aspects, the planned improvement of legislation relating to the completeness of the materials, dissemination, implementation, and enforcement of law; (4) aspects of public participation, the planned development of the role as well as through programs of socialization and training; and (5) the financing aspect, the planned funding strategy that includes government subsidies and levy.

Keywords: SWP IV and V, Solid Waste Management, Service Level, Technical

Aspects of Operational, Institutional Aspects, Regulatory Aspects, Aspects of Public Participation, Financing Aspects.

PENDAHULUAN Latar belakang

Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Karakteristik dan kuantitas sampah yang dihasilkan di suatu daerah tidak hanya dipengaruhi jumlah penduduk dan pola konsumsi dari penduduk itu sendiri, melainkan juga ketersediaan dan jenis sumberdaya alam yang ada di daerah tersebut (UNEP, 2005, p. 1). Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan; seperti meningkatkan penyebaran penyakit, mengkontaminasi air, menghasilkan gas rumah kaca, merusak ekosistem, dan juga dapat mengganggu perekonomian pada suatu daerah (USAID, 2009, p. 3–4).

Permasalahan lingkungan sudah lama mendapat perhatian dari sebagian besar negara di dunia. Dalam upaya meneruskan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) era 2000–2015 lalu, pada 25 September 2015 disahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sebagai agenda pembangunan global yang baru untuk periode 2016–2030. SDGs memiliki 17 sasaran yang mencangkup berbagai aspek, salah satunya dalam bidang sanitasi yaitu pada sasaran nomor 6 yang berbunyi ”memastikan ketersediaan dan pengelolaan air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi sesama”. Untuk menyelaraskan

dengan agenda pembangunan global tersebut, Pemerintah Indonesia melalui RPJMN III 2015–2019 telah menetapkan target pencapaian akses air minum 100%,

mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia pada akhir tahun 2019. Target pencapaian tersebut selanjutnya disebut dengan “Gerakan 100-0-100”.

Kabupaten Pati merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang–Surabaya dan kawasan pantai utara Jawa Tengah. Hal ini mendorong untuk dapat semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kabupaten lainnya. Komitmen Kabupaten Pati dalam menjaga kebersihan kota juga ditunjukkan dengan diraihnya penghargaan Adipura Buana pada tahun 2016.

Kabupaten Pati memiliki 21 kecamatan yang terbagi menjadi 6 satuan wilayah pembangunan (SWP) seperti yang tertulis dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2010– 2030. Tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dimiliki berjumlah 3 lokasi, yaitu TPA Sukoharjo, TPA Plosojenar, dan TPA Sampok. Ketiga TPA ini memiliki wilayah pelayanan masing-masing, dengan pembagian wilayah setiap TPA melayani 2 SWP. Perencanaan kali ini akan difokuskan pada kecamatan yang masuk di dalam SWP IV (Kecamatan Juwana, Kecamatan Wedarijaksa, dan Kecamatan Batangan) dan SWP V (Kecamatan Jakenan, Kecamatan Jaken, Kecamatan Winong, dan Kecamatan Pucakwangi). Dua SWP tersebut merupakan wilayah pelayanan dari TPA Plosojenar yang

(3)

masih menerapkan sistem open dumping. TPA Plosojenar terletak di Kecamatan Jakenan tepatnya di Desa Plosojenar. Luas lahan TPA ini ±1,3 Ha, yang keseluruhan sudah di optimalkan untuk zona dan fasilitas. Hanya tersisa 1 zona aktif seluas ± 0,29 Ha.

Pemilihan SWP IV dan V menjadi daerah perencanaan didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 5 Tahun 2011. Dalam Perda tersebut menyebutkan adanya 2 kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi pada SWP IV dan V yang penataan ruangnya diprioritaskan, yaitu kawasan Ibukota Kecamatan Jakenan dan Perkotaan Juwana. Kedua kawasan tersebut direncanakan dapat menjadi pusat pelayanan baru yang mampu menjadi simpul distribusi dan pemasaran komoditas pertanian ataupun perikanan bagi wilayah disekitarnya. Dalam rencana struktur ruang untuk prasarana transportasi darat, direncanakan adanya terminal barang di kawasan Perkotaan Juwana. Sedangkan untuk prasarana laut juga direncanakan pengembangan pelabuhan niaga di Kecamatan Juwana; serta pengembangan pelabuhan khusus di Kecamatan Batangan. Guna mengantisipasi terjadinya kenaikan jumlah sampah yang dihasilkan akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut, maka perlu dilakukan perencanaan peningkatan pelayanan persampahan yang ada.

SWP IV dan V Kabupaten Pati juga dipilih karena permasalahan sampah yang ada pada wilayah tersebut. Menurut data yang didapat dari Kabupaten Pati Dalam Angka (2016, p. 62) total luas wilayah yang termasuk di dalam SWP IV sebesar 147,44 km2, dengan jumlah penduduk sebanyak 197.144 jiwa. Sedangkan total luas wilayah yang termasuk di dalam SWP V sebesar 344,33 km2, dengan jumlah penduduk sebanyak 175.039 jiwa. Tempat penampungan sementara (TPS) yang dimiliki hanya berjumlah 5 lokasi, dari total satu kabupaten sebanyak 35 lokasi. Jumlah ini paling sedikit jika dibandingkan dengan SWP lainnya; SWP I dan VI memiliki 22 TPS sedangkan SWP II dan III memiliki 8 TPS. Persebarannya pun tidak merata, 3 lokasi terdapat di SWP IV, tepatnya di Kecamatan Juwana; sedangkan 2 lokasi lagi terdapat di SWP V, tepatnya 1 lokasi di Kecamatan Jakenan, dan 1 lokasi di Kecamatan Winong. Dari kelima TPS tersebut, hanya 2 TPS yang

melayani sampah domestik (pelayanan hanya di Kecamatan Juwana), sisanya melayani sampah nondomestik atau pasar. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang ada cakupan pelayanannya belum menyeluruh. Untuk domestik hanya sekitar 14 %, karena hanya 1 kecamatan yang dilayani dari total sebanyak 7 kecamatan. Sedangkan untuk nondomestik atau pasar hanya sekitar 13%, karena hanya 3 pasar yang dilayani dari total sebanyak 23 pasar.

Kabupaten Pati telah memiliki peraturan pengelolaan sampah, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 7 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. Namun kondisi dilapangan menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang Perda tersebut. Sehingga banyak masyarakat yang belum melakukan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah seperti yang diwajibkan dalam Perda tersebut. Di dalam Perda tersebut (Pasal 28) juga disebutkan bahwa Pemerintah Daerah wajib membangun prasarana dan sarana daur ulang sampah, namun pada SWP IV dan V hanya memiliki 1 TPS 3R dan operasionalnya pun hanya seminggu sekali. Sehingga dalam rangka membatu terwujudnya taget pelayanan sanitasi yang tertuang dalam SGDs dan RPJMN III 2015–2019, serta untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah yang masih terbatas, perlu dilakukan perencanaan guna pengembangan sistem pengelolaan sampah dengan target pelayanan perkotaan 100% pada tahun 2020..

Tujuan Penelitian

Tujuan dari perencanaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.

Menganalisis

kondisi

saat

ini

pengelolaan sampah di SWP IV dan V

Kabupaten Pati.

2.

Merencanakan pengembangan sistem

pengelolaan sampah untuk SWP IV dan

V Kabupaten Pati hingga tahun 2036.

3.

Merencanakan anggaran biaya yang

diperlukan

dalam

pengembangan

pengelolaan persampahan di SWP IV

dan V Kabupaten Pati.

(4)

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Perencanaan

Perencanaan dilaksanakan pada bulan November 2016 – Maret 2017 dengan lokasi perencanaan yaitu SWP IV dan V Kabupaten Pati.

Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang di ambil dalam perencanaan kali ini adalah sampel sampah baik domestik maupun nondomestik dan sampel responden untuk kuesioner.

Sampling Timbilan dan Komposisi Sampah.

Pengambilan dan pengukuran timbulan sampah dan komposisi sampah dilakukan selama 8 hari berturut-turut dengan langkah sesuai dengan SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus:

Keterangan: - S = Jumlah sampel - Cd = Koefisien

- Ps = Jumlah populasi/bangunan

 Jumlah Sampel Domestik

Cd = 0,5 (SNI 19-3964-1994, Kota Sedang) Ps = 332.168 (BPS, 2015) N = 5 jiwa/KK jiwa = = 57 KK

Dari keseluruhan jumlah sampel tersebut kemudian dilakukan pembagian menurut klasifikasi rumah:

Rumah permanen = 25% x 57 ≈ 14 KK

Rumah semi permanen = 30% x 57 ≈ 17 KK

Rumah non permanen = 45% x 57 ≈ 26 KK

 Jumlah Sampel Nondomestik

Jumlah sampel nondomestik dihitung menggunakan cara seperti pada perhitungan sampel domestik, dengan Cd = 1. Ketentuan lebih lanjut dapat dilihat pada SNI 19-3964-1994. Maka didapat jumlah sampel domestik sebanyak 50 sampel dengan rincian:

- Rumah ibadah = 29 sampel - Fasilitas perdagangan = 7 sampel - Fasilitas kesehatan = 9 sampel

- Hotel = 2 sampel

- Kantor = 3 sampel

Kuesioner. Responden kuesioner dalam penelitian sosial terhadap masyarakat ini tersebar di seluruh wilayah perencanaan dengan jumlah responden disesuaikan dengan jumlah sampel domestik, yaitu sebanyak 57 responden.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

a. Sampling c. Peninjauan/Observasi b. Kuesioner d. Dokumentasi

Teknik Analisis Data dan Perencanaan

Analisis data mencakup beberapa hal, diantaranya yaitu:

a) analisis kondisi wilayah studi;

b) analisis kondisi pengelolaan sampah saat ini;

c) analisis volume timbulan dan komposisi sampah; dan

d) analisis hasil kuesioner.

Setelah dilakukannya analisis data kemudian dilakukan perencanaan mengacu pada Permen PU No. 3 tahun 2013, yang mencakup 5 aspek pengelolaan sampah.

GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS Kondisi Sistem Pengelolaan Sampah Saat Ini

Timbulan dan Komposisi Sampah. Hasil sampling sampah domestik, menunjukkan bahwa timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat relatif sama setiap harinya. Rata-rata sampah domestik yang dihasilkan sebesar 2,17 liter/orang/hari dengan berat sebesar 0,28 kg/orang/hari. Sedangkan hasil sampling sampah nondomestik, hasilnya berbeda-beda setiap sumber sampah. Rata-rata sampah nondomestik yang dihasilkan paling besar adalah pertokoan dan apotik sebesar 4,05 liter/pegawai/hari dengan berat sebesar 0,35 kg/pegawai/hari. Besar timbulan sampah hasil sampling secara lengkap dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 1. Hasil Sampling Timbulan Sampah

No Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat (kg) Domestik 1 Permanen perorang / hari 2,10 0,34 2 Semi Permanen perorang / hari 2,40 0,26

(5)

No Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat (kg) 3 Non Permanen perorang / hari 2,05 0,25

Rata-rata Total perorang /

hari 2,17 0,28 Nondomestik 1 Perkantoran perpegawai / hari 0,30 0,03 2 Hotel perbed / hari 0,84 0,12 3 Pertokoan dan Apotik perpegawai / hari 4,05 0,35 4 Fasilitas Kesehatan perbed / hari 1,31 0,19 5 Industri perpegawai / hari 1,79 0,16 6 Rumah Ibadah perorang / hari 0,01 0,00 7 Pasar per m2/hari 0,86 0,11 Komposisi Sampah. Untuk mengetahui komposisi sampah, maka dilakukan sampling sesuai dengan SNI 19-3964-1994. Komposisi sampah domestik, berdasarkan berat didominasi oleh sampah organik sebesar 55,89%, sedangkan berdasarkan volume didominasi oleh sampah anorganik sebesar 68,9%. Untuk komposisi sampah nondomestik, berdasarkan berat didominasi oleh sampah anorganik sebesar 58,09%, sedangkan berdasarkan volume juga didominasi oleh sampah anorganik sebesar 78,73%. Komposisi sampah hasil sampling secara lengkap dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2. Hasil Samping Komposisi Sampah

No Sampah Jenis

DOMESTIK NON DOMESTIK Persentase Persentase Volume (%) Berat (%) Volume (%) Berat (%) 1 Organik 31,10 55,89 21,27 41,91 2 Anorganik a Kertas 14,10 7,53 24,42 17,25 b Plastik 34,72 19,12 33,62 25,41 c Logam 2,09 0,71 1,53 0,77 d Karet (termasuk sandal jepit) 1,13 0,78 1,00 0,60 e Kain/tekstil 4,86 4,67 0,97 1,42 f Kayu 3,02 1,36 0,60 0,39 g Gelas/kaca 1,37 1,21 0,48 0,49 h Lain-Lain 4,78 4,74 7,08 6,45 i B3 2,83 3,99 9,03 5,32 Total Anorganik 68,90 44,11 78,73 58,09 TOTAL SAMPAH 100,00 100,00 100,00 100,00 Tingkat Pelayanan Sampah. Perhitungan tingkat pelayanan kali ini didasarkan pada persentase perbandingan jumlah sampah yang diangkut ke TPA Plosojenar setiap harinya dengan timbulan sampah total yang dihasilkan setiap hari. Hasil analisa menunjukkan bahwa tingkat pelayanan keseluruhan (sampah pasar dan non pasar) saat ini hanya sebesar 7,98%. Dengan total sampah terangkut 72,95 m3/hari dari sampah total sebanyak 914,21 m3/hari.

Aspek Peraturan. Beberapa peraturan yang perlu dimiliki meliputi Perda pembentukan institusi pengelola, Perda ketentuan umum pengelolaan sampah, dan perda berkaitan dengan retribusi. Peraturan yang ada dan masih berlaku hingga saat ini yang menjadi pegangan pelaksanaan penanganan sampah di Kabupaten Pati diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Perda Kabupaten Pati No. 11 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

2. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 7 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. 3. Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 13

Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum

Aspek Institusi. Organisasi dan manajemen mempunyai peranan pokok dalam menggerakan, mengaktifkan, dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi, struktur organisasi, personalia, serta manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) untuk jenjang strategis, teknis, maupun operasional. Terdapat 3 institusi yang menangani pengelolaan sampah di Kabupaten Pati, yaitu:

1. UPT DPU Juwana, berperan dalam pengumpulan hingga pemrosesan akhir sampah.

2. BLH, berperan dalam pengolahan sampah baik di TPS 3R maupun lingkungan masyarakat.

3. Disperindag, berperan dalam kebersihan lingkungan pasar.

Aspek Teknis Operasional. Teknis operasional pengelolaan sampah terdiri dari 6 tahapan pengelolaan yaitu pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah,

(6)

pengolahan, pengangkutan sampah, dan pembuangan akhir.

1. Pewadahan

Fasilitas pewadahan sampah pada tiap rumah bervariasi, ada yang memakai wadah berupa keranjang sampah, kantong plastik bekas, karung sak, keranjang anyaman bambu, keranjang plastik, drum/tong plastik, dan barang bekas lainnya. Alat pewadahan sampah yang ada pada fasilitas umum sebagian besar menggunakan keranjang dari anyaman plastik yang memiliki tutup. Namun ada pula yang menggunakan wadah permanen pasangan batu bata, wadah permanen dari buis beton, kotak sampah dari kayu, dan tong sampah dari alumunium. Sedangkan untuk fasilitas pewadahan tepi jalan, saat ini baru tersedia di area Alun-alun Juwana dengan alat pewadahan berupa drum/tong kapasitas 30 liter yang memiliki tutup dan drum besi bekas kapasitas 200 liter yang tidak memiliki tutup.

Gambar 1. Fasilitas Pewadahan Sampah 2. Pengumpulan

Pengumpulan sampah yang ada menerapkan pola individual langsung dan individual tidak langsung. Pola individual langsung diterapkan pada beberapa fasilitas umum seperti industri, puskesmas, sekolah, rumah susun, dan SPBU. Selain itu juga diterapkan pada beberapa permukiman yang memiliki timbulan sampah besar dan dengan kondisi jalan cukup lebar yaitu di Desa Bendar, Bumurejo, Doropayung, Growong Lor, Growong Kidul, dan Bakaran. Sarana pengumpul yang

digunakan untuk pola individual langusung adalah dump truck kapasitas 7 m3 yang berjumlah 2 unit.

Pola pengumpulan individual tidak langsung diterapkan pada beberapa permukiman di Kecamatan Juwana yang berjarak tidak terlalu jauh dari lokasi TPS serta dengan kodisi jalan tidak terlalu lebar. Pada pola ini, petugas kebersihan mengumpulkan sampah dari rumah-rumah dan area Perkotaan Juwana kemudian dikumpulkan di TPS terdekat mengunakan sarana berupa gerobak kapasitas 0,768 m3 dan becak sampah kapasitas 0,96 m3.

Gambar 2. Fasilitas Pengumpulan Sampah 3. Pemindahan

Pemindahan sampah dilakukan manual oleh petugas pengumpul ke dalam sarana pemindahan berupa kontainer 6 m3 dan lokasi pemindahan berada di TPS. TPS yang dimiliki berjumlah 5 lokasi seperti berikut:

a. TPS Terminal Juwana, memiliki luas 16×8 meter dengan jumlah kontainer sebanyak 4 unit.

b. TPS Pasar Juwana Baru, memiliki luas 15×10 meter dengan jumlah kontainer sebanyak 2 unit.

c. TPS Pasar Porda Juwana, memiliki luas 5×4 meter dengan jumlah kontainer sebanyak 1 unit.

d. TPS SMAN 1 Jakenan, memiliki luas 8×5 meter dengan jumlah kontainer sebanyak unit.

e. TPS Pasar Winong, memiliki luas 15×7 meter dengan jumlah kontainer 1 unit.

Gambar 3. Fasilitas Pemindahan Sampah

(7)

4. Pengangkutan

Alat angkut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu dump truck milik DPU sebanyak 2 unit dan arm roll truck sebanyak 2 unit milik DPU dan 1 unit milik Disperindag. Pol dari alat angkut ini ada 3 lokasi, 1 dump truck memiliki pol di Kecamatan Juwana (kantor UPT DPU Juwana), 1 arm roll truck memiliki pol di Kecamatan Margorejo (kantor Disperindag Kabupaten Pati) dan sisanya memiliki pol di Kecamatan Pati (kantor DPU Kabupaten Pati). Kondisi ini menyebabkan adanya perbedaan signifikan jarak tempuh dari pol menuju lokasi pengumpulan terakhir, yang menimbulkan adanya perbedaan jam operasional pengangkutan sampah. Jam operasional alat angkut milik DPU dari Kecamatan Pati mulai pukul 06.00 WIB sampai selesai, sedangkan keberangkatan dari Kecamatan Juwana mulai pukul 07.30 WIB sampai selesai. Untuk alat angkut milik Disperindag jam operasionalnya tidak menentu, rata-rata berangkat pukul 08.00 WIB sampai selesai.

Gambar 4. Fasilitas Pengangkutan Sampah 5. Pengolahan

Kegiatan pengolahan yang dilakukan adalah 3R skala kawan dengan penerapannya melalui TPS 3R. Jumlah TPS 3R yang dimiliki hanya 1 unit, tepatnya di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana. Operasionalnya belum berjalan optimal karena frekuensi pengumpulan sampahnya hanya 1 minggu sekali.

Gambar 5. Fasilitas Pengolahan Sampah 6. Pemrosesan Akhir

Pemrosesan akhir sampah dilakukan di TPA Plosojenar yang terletak di Desa Plosojenar, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati. TPA ini masih menerapkak sistem

open dumping. Total luas lahan yang dimiliki ± 1,3 Ha dan hanya tersisa 1 zona aktif seluas ± 0,29 Ha. Fasilitas yang dimiliki masih sangat minim, hanya terdapat 1 bangunan utama yang berfungsi sebagai ruang jaga dan area pemulung. TPA ini memiliki IPL namun masih dalam tahap pembangunan.

Gambar 6. Fasilitas Pengolahan Sampah

Aspek Pembiayaan. Dana yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah saat ini masih bertumpu pada APBD. Berikut APBD Kabupaten Pati 4 tahun terakhir:

Tabel 3. APBD Kabupaten Pati

Jenis Anggaran

Jumlah Anggaran Tahun (Rp .000,-) 2013 2014 2015 2016 Operasional Kendaraan 2.243. 542,2 3.209. 500 3.495. 593,1 3.347. 660,7 Pengolahan Persampahan 1.624. 366,3 2.719. 999 3.215. 488.0 5.518. 985,0 Jumlah 3.867. 908,5 5.929. 499 6.711. 081,1 8.866. 645,7 Persentase Kenaikan 53,30% 13,18% 32,12%

Sumber: DPU Kabupaten Pati, 2016

Aspek Peran Serta Masyarakat. Peran serta masyarakat baru terlihat jelas pada lokasi yang dilayani UPT DPU Juwana saja, yaitu berupa menyediakan wadah sampah secara pribadi, menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan membuang sampah pada tempatnya, serta rutin membayar retribusi sampah. Namun tidak seditit pula warga pada lokasi lain yang belum dilayani oleh DPU yang masih membakar sampah dan menimbunnya di lahan kosong ataupun membuang sampah di sungai. Upaya peningkatan peran serta masyarakat yang telah

(8)

dilakukan saat ini yaitu internalisasi pengelolaan sampah ke kurikulum sekolah, yang terlihat dengan capaian sekolah adiwiyata saat ini sejumlah 21 sekolah.

Analisis Kependudukan

Untuk keperluan perencanaan pengembangan teknik operasional sampah SWP IV dan V Kabupaten Pati pada tahun rencana 2017–2036 dibutuhkan proyeksi jumlah penduduk pada rentang waktu tersebut. Berdasar data jumlah penduduk dari tahun 2010 hingga tahun 2015, dapat diprediksi jumlah penduduk pada tahun 2016–2036. Perhitungan proyeksi penduduk dapat menggunakan metode aritmatik, geometrik, maupun least square berdasarkan dengan standar deviasi terkecil. Hasil perhitungan proyeksi penduduk ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Proyeksi Penduduk

No Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa) Pertumbuhan (p) 1 2016 374.518 0 % 2 2017 376.803 0,61% 3 2018 379.088 0,61% 4 2019 381.373 0,60% 5 2020 383.658 0,60% 6 2021 385.942 0,60% 7 2022 388.227 0,59% 8 2023 390.512 0,59% 9 2024 392.797 0,59% 10 2025 395.082 0,58% 11 2026 397.366 0,58% 12 2027 399.651 0,57% 13 2028 401.936 0,57% 14 2029 404.221 0,57% 15 2030 406.506 0,57% 16 2031 408.790 0,56% 17 2032 411.075 0,56% 18 2033 413.360 0,56% 19 2034 415.645 0,55% 20 2035 417.930 0,55% 21 2036 420.214 0,55% Analisis PDRB

Besarnya timbulan sampah dianggap sebanding dengan pertumbuhan ekonomi daerah dan pola konsumsi masyarakat. Pola konsumsi masyarakat dapat dilihat berdasarkan dari PDRB perkapita dengan harga konstan, sedangkan perekonomian daerah dapat dilihat dari PRDB pertanian dan industri dengan harga konstan. Berdasar data PDRB dari tahun 2004 hingga tahun 2013, dapat diprediksi besarnya PDRB pada tahun 2016–2036 untuk masing-masing kategori

PDRB. Hasil proyeksi PDRB ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 5. Hasil Proyeksi PDRB Pertanian

Tahun PDRB Pertanian (Ribuan Rupiah) Cp (%) 2016 1.869.396,28 0,00 2017 1.938.753,54 3,71 2018 2.010.684,05 3,71 2019 2.085.283,28 3,71 2020 2.162.650,25 3,71 2021 2.242.887,64 3,71 2022 2.326.101,96 3,71 2023 2.412.403,64 3,71 2024 2.501.907,24 3,71 2025 2.594.731,55 3,71 2026 2.690.999,77 3,71 2027 2.790.839,68 3,71 2028 2.894.383,80 3,71 2029 3.001.769,54 3,71 2030 3.113.139,45 3,71 2031 3.228.641,35 3,71 2032 3.348.428,52 3,71 2033 3.472.659,98 3,71 2034 3.601.500,59 3,71 2035 3.735.121,37 3,71 2036 3.873.699,68 3,71 Tabel 6. Hasil Proyeksi PDRB Industri

Tahun PDRB Industri (Ribuan Rupiah) Ci (%) 2016 1.227.961,08 0,00 2017 1.274.671,91 3,80 2018 1.321.382,73 3,66 2019 1.368.093,55 3,53 2020 1.414.804,37 3,41 2021 1.461.515,19 3,30 2022 1.508.226,01 3,20 2023 1.554.936,83 3,10 2024 1.601.647,65 3,00 2025 1.648.358,47 2,92 2026 1.695.069,29 2,83 2027 1.741.780,11 2,76 2028 1.788.490,93 2,68 2029 1.835.201,75 2,61 2030 1.881.912,57 2,55 2031 1.928.623,39 2,48 2032 1.975.334,21 2,42 2033 2.022.045,03 2,36 2034 2.068.755,85 2,31 2035 2.115.466,67 2,26 2036 2.162.177,49 2,21 Tabel 7. Hasil Proyeksi PDRB Perkapita

Tahun PDRB Perkapita (Ribuan Rupiah) Cqn (%) 2016 5.075.009,16 0,00 2017 5.306.524,33 4,56 2018 5.548.600,92 4,56 2019 5.801.720,71 4,56 2020 6.066.387,50 4,56 2021 6.343.128,03 4,56 2022 6.632.493,10 4,56

(9)

Tahun PDRB Perkapita (Ribuan Rupiah) Cqn (%) 2023 6.935.058,61 4,56 2024 7.251.426,76 4,56 2025 7.582.227,21 4,56 2026 7.928.118,33 4,56 2027 8.289.788,55 4,56 2028 8.667.957,68 4,56 2029 9.063.378,39 4,56 2030 9.476.837,66 4,56 2031 9.909.158,39 4,56 2032 10.361.201,02 4,56 2033 10.833.865,23 4,56 2034 11.328.091,76 4,56 2035 11.844.864,24 4,56 2036 12.385.211,20 4,56 Analisis Timbulan

Timbulan sampah merupakan data primer yang diperoleh dari sampling sampah. Total timbulan sampah domestik dan nondomestik (tidak termasuk pasar) pada tahun 2016 adalah 2,44 liter/orang/hari. Sedangkan timbulan sampah pasar adalah 0,27 liter/m2/hari. Dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 8. Timbulan Sampah tahun 2016

No Komponen Sumber Sampah Tombulan Sampah Perkapita DOMESTIK 1 PEMUKIMAN 2,17 l/orang/hr NONDOMESTIK 1 FASILITAS PERIBADATAN a Masjid 0,00403 l/orang/hr b Gereja 0,00089 l/orang/hr c Vihara 0,00033 l/orang/hr 2 FASILITAS KESEHATAN

a Rumah Sakit 0,00006 l/bed/hr b Puskesmas 0,00101 l/bed/hr c Apotik 0,00074 l/pegawai.hr 3 FASILITAS NIAGA a Industri 0,02424 l/pegawai.hr b Hotel 0,00016 l/bed/hr 4 FASILITAS UMUM a Perkantoran 0,00353 l/pegawai.hr 5 FASILITAS PERDAGANGAN a Pasar 0,26847 l/m 2 /hr b Toko/Warung 0,23185 l/pegawai.hr

Timbulan sampah nondomestik pada tabel di atas merupakan hasil membandingkan timbulan sampah total per hari masing-masing fasilitas dengan jumlah penduduk total SWP IV dan V.

Total timbulan sampah non pasar di atas kemudian di proyeksikan untuk memperkirakan besarnya timbulan hingga 20 tahun kedepan. Sedangkan untuk timbulan sampah pasar tidak dilakukan perhitungan proyeksi karena jika melihat RTRW

Kabupaten Pati tidak ada rencana pembangunan pasar. Dengan demikian jumlah pasar dan luas pasar yang ada sekarang di anggap tetap selama periode perencanaan. Perhitungan proyeksi menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Damanhuri (2016) sebagai berikut:

( )

Cs = * ,( ) -+( )

Keterangan:

- Qn = timbulan sampah pada n tahun mendatang;

- Qt = timbulan sampah pada tahun awal perhitungan;

- Cs = peningkatan/pertumbuhan kota; - Ci = laju pertumbuhan sektor industri; - Cp = laju pertumbuhan sektor pertanian; - Cqm = laju peningkatan pendapatan

perkapita;

- p = laju pertumbuhan penduduk.

Tabel 9. Hasil Proyeksi Timbulan Sampah

ahun Jumlah Penduduk Cs (%) Timbulan Sampah Perkapita (L/org/hr) Total (m3/hari) 2016 374.518 0,00 2,44 914,21 2017 376.803 3,12 2,52 948,50 2018 379.088 3,10 2,59 983,62 2019 381.373 3,08 2,67 1.019,63 2020 383.658 3,06 2,75 1.056,58 2021 385.942 3,04 2,84 .094,52 2022 388.227 3,03 2,92 1.133,51 2023 390.512 3,02 3,01 1.173,59 2024 392.797 3,00 3,09 1.214,82 2025 395.082 2,99 3,18 1.257,25 2026 397.366 2,98 3,27 1.300,93 2027 399.651 2,97 3,37 1.345,92 2028 401.936 2,96 3,46 1.392,26 2029 404.221 2,95 3,56 1.440,02 2030 406.506 2,94 3,66 1.489,25 2031 408.790 2,94 3,77 1.540,01 2032 411.075 2,93 3,87 1.592,35 2033 413.360 2,92 3,98 1.646,33 2034 415.645 2,92 4,09 1.702,03 2035 417.930 2,91 4,21 1.759,50 2036 420.214 2,91 4,33 1.818,80 HASIL PERENCANAAN

Rencana Aspek Teknis Operasional

Perencanaan aspek teknis operasional pengelolaan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah dengan dasar tingkat pelayanan dan persentase 3R. Pada perencanaan kali ini target pelayanan daerah perkotaan ditetapkan sebesar 100%

(10)

pada akhir tahun 2019 atau dapat dianggap 100% pada awal tahun 2020. Kenaikan tingkat pelayanan dari tahun 2017–2020 dianggap konstan hingga mencapai 100% pada tahun 2020. Sedangkan pelayanan untuk daerah pedesaan dimulai setelah menuntaskan pelayanan perkotaan hingga mencapai 100%, yaitu dimulai pada tahun 2021. Target pelayanan daerah pedesaan ditetapkan sebesar 15% pada tahun 2030, sehingga total pelayanan satu kecamatan pada tahun 2030 yaitu sebesar 100% perkotaan ditambah 15% pedesaan. Kenaikan tingkat pelayanan pedesaan dari tahun 2021–2030 dianggap konstan hingga mencapai 15% pada tahun 2030, sedangkan untuk kenaikan dari tahun 2030–2036 mengacu pada persentase kenaikan

tingkat pelayanan tahun-tahun sebelumnya. Perencanaan ini juga mempertimbangkan pengolahan sampah dengan konsep 3R guna mengurangi jumlah timbulan sampah yang dibuang ke TPA. Besarnya persentase 3R ditetapkan sesusi target SPM persampahan dari pemerintah dalam Permen PU No. 1 Tahun 2014, yaitu sebesar 20% yang akan dimulai pada awal tahun perencanaan atau tahun 2017 dan ditingkatkan menjadi 40% pada akhir tahun perencanaana. Besarnya timbulan sampah terlayani terbagi menjadi 2, timbulan sampah terangkut ke TPA dan timbulan sampah terangkut ke TPS 3R. Besarnya timbulan sampah ini dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10. Timbulan Sampah Terangkut ke TPS 3R

Tahun Timbulan 3R Perkotaan (m

3

/hari)

Winong Pucakwangi Jaken Batangan Juwana Jakenan Wedarijaksa

2016 0 0 0 0 0,61 0 0 2017 0,81 0,63 0,47 0,88 14,07 0,71 3,73 2018 1,68 1,31 0,98 1,83 18,39 1,03 7,76 2019 2,61 2,03 1,51 2,85 23,03 1,38 12,09 2020 3,59 2,80 2,08 3,95 28,01 1,74 16,73 2021 3,71 2,89 2,15 4,10 29,12 1,79 17,36 2022 3,83 2,98 2,22 4,25 30,27 1,85 18,01 2023 3,95 3,08 2,29 4,41 31,46 1,91 18,67 2024 4,08 3,17 2,36 4,58 32,68 1,97 19,36 2025 4,21 3,28 2,43 4,75 33,95 2,04 20,07 2026 4,34 3,38 2,51 4,93 35,25 2,10 20,80 2027 4,92 3,83 2,85 5,62 40,25 2,38 23,71 2028 5,54 4,31 3,20 6,35 45,58 2,68 26,80 2029 6,19 4,82 3,58 7,13 51,25 2,99 30,07 2030 6,87 5,35 3,97 7,96 57,27 3,33 33,54 2031 7,59 5,91 4,38 8,84 63,66 3,67 37,22 2032 8,34 6,50 4,82 9,76 70,43 4,04 41,11 2033 9,14 7,11 5,28 10,75 77,62 4,43 45,22 2034 9,98 7,76 5,76 11,79 85,23 4,83 49,58 2035 10,85 8,45 6,26 12,89 93,30 5,26 54,17 2036 11,78 9,16 6,79 14,05 101,83 5,70 59,03

Tabel 11. Timbulan Sampah Terangkut ke TPA

Tahun Timbulan yang Diangkut ke TPA (m

3

/hari)

Winong Pucakwangi Jaken Batangan Juwana Jakenan Wedarijaksa

2016 0,00 0,00 0,00 0,00 49,81 2,06 0,00 2017 3,39 2,64 1,97 3,67 58,64 2,97 15,56 2018 7,01 5,46 4,07 7,62 76,62 4,31 32,33 2019 10,86 8,46 6,30 11,88 95,95 5,73 50,35 2020 14,96 11,65 8,67 16,45 116,67 7,24 69,69 2021 17,60 13,84 10,79 18,98 125,61 9,24 74,98 2022 20,40 16,15 13,04 21,68 135,02 11,35 80,55 2023 23,36 18,59 15,41 24,54 144,93 13,60 86,41 2024 26,48 21,17 17,92 27,59 155,37 15,97 92,56 2025 29,77 23,88 20,57 30,82 166,36 18,47 99,03 2026 33,23 26,75 23,36 34,25 177,93 21,11 105,83 2027 36,51 29,47 26,09 37,45 187,05 23,72 111,18 2028 39,95 32,34 28,96 40,84 196,57 26,47 116,76 2029 43,57 35,35 31,99 44,42 206,51 29,37 122,57

(11)

11

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

2030 47,38 38,52 35,16 48,20 216,88 32,41 128,64 2031 51,37 41,84 38,50 52,18 227,70 35,62 134,96 2032 55,56 45,33 42,01 56,39 239,00 38,99 141,56 2033 59,96 49,00 45,70 60,82 250,80 42,53 148,44 2034 64,58 52,84 49,57 65,50 263,10 46,25 155,62 2035 69,42 56,87 53,63 70,42 275,95 50,16 163,10 2036 74,50 61,10 57,89 75,61 289,36 54,27 170,91 Sub Sistem Pewadahan. Perencanaan

pewadhan dibagi menjadi 2, rencana pewadahan tepi jalan dan rencana pewadahan individual. Untuk pewadahan tepi jalan, direncanakan berada di Kecamatan Juwana. Jenis wadah sampah yang direncanakan merupakan wadah sampah terpilah berbahan

fiberglass yang berjumlah 5 buah setiap 1 set, dengan volume 50 liter tiap wadah. Penempatan wadah sampah disesuaikan dengan kriteria pada SNI 19-2454-2002, yaitu di tempatkan disekitar taman dan pusat keramaian. Pemasangan fasilitas pewadahan ini direncanakan setiap 100 meter panjang jalan, yang dipasang disetiap sisi jalan secara zig-zag. Rencana lokasi dan jumlah wadah sampah tepi jalan di Kecamatan Juwana dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 12. Rencana Wadah Sampah Tepi Jalan

No Lokasi Pewadahan Panjang Jalan (km) Jum- lah (unit) Tahun Penga-daan 1 Jl. Panglima Sudirman 0,449 9 2017 2 Jl. Panglima Sudirman Selatan 0,983 20 2017 3 Jl. W.R. Supratman 0,812 16 2017 4 Jl. Komodo 0,785 16 2017 5 Jl. Sunan Ngerang 0,944 19 2017 6 Jl. Silugonggo 0,759 15 2018 7 Jl. Mangkudipuro 0,882 18 2019 8 Jl. P. Diponegoro 0,802 16 2019 9 Jl. K. H. Ahmad Dahlan 0,202 4 2020 10 Jl. K. H. Mansyur 0,223 4 2020 11 Jl. Hang Tuah 0,485 10 2022 TOTAL 7,326 147

Untuk rencana wadah sampah individual tetap disediakan secara pribadi oleh masing-masing rumah tangga. Rencana wadah sampah individual dibagi menjadi 2, yaitu: (1) wadah sampah bagi rumah tangga yang hanya dilayani pengumpulan sampah untuk TPS, wadah sampah yang direncanakan tetap 1 jenis (bukan wadah sampah terpilah); dan (2) wadah sampah bagi rumah tangga yang dilayani pengumpulan sampah untuk TPS 3R, direncanakan wadah sampah terpilah menjadi

3 jenis untuk sampah organik, anorganik, dan B3 sesuai dengan SNI 19-2454-2002. Kebutuhan kapasitas wadah ditentukan berdasarkan timbulan sampah pada akhir tahun perencanaan (4,33 liter/orang/hari), persentase sampah domestik (89%), persentase sampah organik (31,1%), persentase sampah anorganik (66,07%), dan persentase sampah B3 (2,83%), serta satu kepala keluarga dianggap terdiri dari 5 jiwa. Maka didapatkan kebutuhan kapasitas wadah minimal:

1.

Wadah sampah rumah tangga terlayani pengumpulan ke TPS = 20 liter

2.

Wadah sampah rumah tangga terlayani pengumpulan ke TPS 3R

- Wadah organik = 6 liter - Wadah anorganik = 13 liter - Wadah B3 = 1 liter

Sub Sistem Pengumpulan. Penyapuan merupakan salah satu pola pengumpulan untuk sampah pada jalan dan juga taman. Penyapuan jalan yang direncanakan ada di Kecamatan Juwana, dilakukan pada jalan-jalan utama strategis yang juga menjadi pusat aktifitas, dengan panjang penyapuan jalan total yaitu 28,595 km. Panjang jalan ini sudah mencakup keseluruhan ruas atau sisi jalan, seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 13. Rencana Penyapuan Jalan

No Lokasi Penyapuan Panjang Penyapuan Jalan (km) Program Berjalan (Tahun) 1 Jl. Panglima Sudirman 1,87 2017 2 Jl. Panglima Sudirman Selatan 1,97 2017 3 Jl. W. R. Supratman 1,62 2017 4 Jl. Silugonggo 1,51 2017 5 Jl. Sunan Ngerang 1,49 2017 6 Jl. Ki Hajar Dewantoro 4,56 2017 7 Jl. Komodo 1,55 2017 8 Jl. Alun-alun 0,34 2017 9 Jl. P. Diponegoro 1,60 2019 10 Jl. Mangkudipuro 5,35 2019 11 Jl. Sambas 0,43 2022

(12)

12

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

No Lokasi Penyapuan Panjang Penyapuan Jalan (km) Program Berjalan (Tahun) 12 Jl. Pajeksan 0,77 2022 13 Jl. K. H. Mansyur 0,45 2022 14 Jl. K. H. Ahmad Dahlan 0,40 2022 15 Jl. Hang Tuah 2,94 2022 16 Jl. Bajomulyo 1,74 2022 Total 28,595

Tenaga penyapuan jalan direncanakan 1 petugas untuk setiap 1 km panjang penyapuan jalan. Jumlah petugas penyapuan jalan yang dibutuhkan pada tahun 2022 berjumlah 29 orang. Jumlah ini dapat dibagi menjadi 5 kelompok kerja yang setiap kelompok

memiliki 1 orang mandor untuk mengontrol dan mengawasi kinerja penyapuan.

Selain itu ada 2 pola pengumpulan yang direncanakan juga, yaitu: (1) pola individual langung, menggunakan dump truck kapasitas 7 m3, yang direncanakan khusus untuk wilayah Kecamatan Juwana dengan pelayanan pengumpulan sampah pada Desa Bendar dan pengumpulan untuk sampah hasil penyapuan jalan serta pewadaha tepi jalan; dan (2) pola individual tidak langusng, yang direncanakan menggunakan motor roda 3 kapasitas 1,25 m3. Ritasi dump truck ditetapkan 1 rit/hari, sedangkan motor roda tiga 5 rit/hari. Kebutuhan sarana pengumpul tiap tahap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Kebutuhan Sarana Pengumpul Tiap Tahap Perencanaan

No Kecamatan

Kebutuhan Sarana Pengumpul (unit) Tahap 1 (2017-2021) Tahap 2 (2022-2026) Tahap 3 (2027-2031) Tahap 4 (2032-2036)

1 Motor Roda Tiga

Winong 3 5 7 10 Pucakwangi 2 4 6 8 Jaken 2 3 5 8 Batangan 3 5 7 10 Juwana 137 147 147 147 Jakenan 2 3 5 7 Wedarijaksa 10 14 18 23 2 Dump Truck Winong 0 0 0 0 Pucakwangi 0 0 0 0 Jaken 0 0 0 0 Batangan 0 0 0 0 Juwana 2 2 2 2 Jakenan 0 0 0 0 Wedarijaksa 0 0 0 0

Sub Sistem Pemindahan. Metode pemindahan direncanakan menggunakan metode campuran. Pemindahan sampah kedalam kontainer dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pemuatan kontainer ke atas arm roll truck dilakukan secara mekanis (load haul). Sarana

pemindahan yang digunakan adalah kontainer dengan kapasitas 6 m3 serta lokasi pemindahan yang direncanakan adalah TPS dengan luas 50 m2, 100 m2, dan 200 m2. Kebutuhan kontainer dan juga TPS dapat dilihat pada Tabel 15 dan

Tabel 16.

Tabel 15. Kebutuhan Kontainer 6 m3 Tiap Tahap Perencanaan

No Kecamatan

Kebutuhan Kontainer 6 m3 (unit) Tahap 1 (2017-2021) Tahap 2 (2022-2026) Tahap 3 (2027-2031) Tahap 4 (2032-2036) 1 Winong 5 7 9 12 2 Pucakwangi 3 6 8 12 3 Jaken 3 5 8 10 4 Batangan 4 7 9 13 5 Juwana 20 27 33 42 6 Jakenan 3 5 7 10 7 Wedarijaksa 12 17 21 26

(13)

13

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

Tabel 15. Kebutuhan TPS Tiap Tahap Perencanaan

Kecamatan Kebutuhan TPS (unit) TPS 50 m2 TPS 100 m2 TPS 200 m2 TPS Pasar Tahap 1 (Tahun 2017-2021) Winong 3 0 0 2 Pucakwangi 1 0 0 1 Jaken 1 0 0 1 Batangan 2 0 0 1 Juwana 0 5 1 2 Jakenan 2 0 0 1 Wedarijaksa 0 3 1 1 Tahap 2 (Tahun 2022-2026) Winong 3 0 0 2 Pucakwangi 2 0 0 2 Jaken 2 0 0 2 Batangan 3 0 0 2 Juwana 0 7 1 2 Jakenan 3 0 0 2 Wedarijaksa 1 3 1 2 Tahap 3 (Tahun 2027-2031) Winong 4 0 0 2 Pucakwangi 4 0 0 2 Jaken 5 0 0 2 Batangan 5 0 0 2 Juwana 1 8 1 2 Kecamatan Kebutuhan TPS (unit) TPS 50 m2 TPS 100 m2 TPS 200 m2 TPS Pasar Jakenan 5 0 0 2 Wedarijaksa 3 3 1 2 Tahap 4 (Tahun 2032-2036) Winong 7 0 0 2 Pucakwangi 6 0 0 3 Jaken 7 0 0 2 Batangan 9 0 0 2 Juwana 6 8 1 2 Jakenan 6 0 0 2 Wedarijaksa 6 3 1 2 Sub Sistem Pengangkutan. Ada 2 jenis alat angkut yang ditencanakan, yaitu dump truck

digunakan dalam mengangkut sampah hasil pengumpulan individual langsung, dan arm roll truck digunakan dalam mengangkut sampah hasil pengumpulan individual tidak langsung. Alat angkut dump truck disini sama dengan yang digunakan pada pengumpulan sampah. Sedangkan untuk arm roll truck ritasi yang ditetapkan berbeda-beda tergantung dari jarak daerah pelayanan ke TPA, seperti berikut:

Tabel 16. Rencana Ritasi Arm Roll Truck

No. Kecamatan Waktu Pol – TPS (menit) Waktu TPS – TPA (menit) Pengambilan (menit) Pengosongan (menit) Jam Kerja (menit) Ritasi 1 Winong 91,45 91,45 10 10 420 3 2 Puncakwangi 74,17 72,63 10 10 420 3 3 Jaken 72,12 67,06 10 10 420 4 4 Batangan 45,71 51,29 10 10 420 5 5 Juwana 9,61 33,57 10 10 420 7 6 Jakenan 48,58 46,24 10 10 420 5 7 Wedarijaksa 55,14 86,86 10 10 420 3

Kebutuhan arm roll truck tiap kecamatan dapat dihitung dengan membagi jumlah kontainer yang ada dengan ritasi maksimal

untuk tiap kecamatan per tahunnya. Kebutuhan

arm roll truck tiap tahapan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Kebutuhan Arm Roll Truck Tiap Tahap Perencanaan

No Kecamatan

Kebutuhan Alat Angkut Arm Roll Truck (unit) Tahap 1 (2017-2021) Tahap 2 (2022-2026) Tahap 3 (2027-2031) Tahap 4 (2032-2036) 1 Winong 2 3 3 4 2 Pucakwangi 1 2 3 4 3 Jaken 1 2 2 3 4 Batangan 1 2 2 3 5 Juwana 3 4 5 6 6 Jakenan 1 1 2 2 7 Wedarijaksa 4 6 7 9

Pola pengangkutan untuk arm roll truck yang direncanakan adalah pola pengangkutan sistem kontainer angkat (Hauled Container System = HCS) dengan sistem pengosongan kontainer

cara 3. Cara ini dipilih karena sebelum melakukan pengangkutan, terlebih dahulu diletakkan kontainer kosong di TPS tersebut sehingga tidak menggangu proses

(14)

14

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

pengumpulan dan pemindahan sampah. Untuk pola pengangkutan dump truck yang direncanakan ialah pola pengangkutan sistem kontainer tetap (Stationary Container System = SCS) dengan proses pemindahan cara manual.

Sub Sistem Pengolahan. Rencana pengolahan sampah adalah program 3R skala kawasan, yang diterapkan melalui penyelenggaraan Tempat Pengelolaan Sampah 3R (TPS 3R)

dengan pelayanan daerah perkotaan. Satu unit TPS 3R direncanakan melayani 500 KK. Kebutuhan TPS 3R dihitung dengan rumus:

Kebutuhan TPS 3R tiap tahapan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Kebutuhan TPS 3R Tiap Tahap Perencanaan

No Kecamatan Kebutuhan TPS 3R (unit) Tahap 1 (2017-2021) Tahap 2 (2022-2026) Tahap 3 (2027-2031) Tahap 4 (2032-2036) 1 Winong 1 1 1 2 2 Pucakwangi 1 1 1 1 3 Jaken 1 1 1 1 4 Batangan 1 1 1 2 5 Juwana 5 5 8 11 6 Jakenan 1 1 1 1 7 Wedarijaksa 3 3 5 6

Setiap TPS 3R direncanakan memiliki sarana pokok berupa motor roda tiga sebanyak 2 unit serta mesin pencacah organic dan mesin pengayak kompos masing-masing sebanyak 1 unit. Dalam operasionalnya TPS 3R direncanakan dikelola oleh KSM.

Sub Sistem Pemrosesan Akhir. Pemrosesan akhir sampah dilakukan di TPA Plosojenar yang masih menerapkan sistem open dumping. Beberapa rencana perbaikan TPA antara lain:

1.

Perbaikan Zona Aktif

- Penambahan saluran pengumpul lindi dengan kemiringan 2% dan kolam pengumpul lindi.

- Penambahan ventilasi gas berupa pipa HDPE berdiameter 150 mm dengan lubang perforasi maksimum 1,5 cm yang dihubungkan dengan sistem penangkap gas dan sistem gas flare.

2.

Perbaikan Zona Non Aktif

- Perbaikan tanah penutup akhir sesuai kriteria yaitu setebal 50–100 cm, dengan grading yang mempunyai kemiringan tidak lebih dari 30˚ (perbandingan 1:3). - Penambahan instalasi perpipaan

ventilasi gas.

3.

Perbaikan IPL

- Penambahan kolam pengumpul dan sistem perpipaan dengan pemompaan untuk menyalurkan lindi menuju ke IPL bagi zona yang memiliki kontur lebih rendah.

4.

Perbaikan Fasilitas Lain

- Pengadaan beberapa fasilitas yang belum dimiliki, baik fasilitas dasar, perlindungan lingkungan, penunjang, dan operasional.

5.

Perluasan Lahan

- Penambahan lahan TPA dan zona baru dengan menerapkan sistem controlled landfill seluas 8,38 Ha selama jangka waktu perencanaan 20 tahun kedepan.

Rencana Aspek Institusi

Dari segi finansial, pendapatan yang didapat dari pelayanan persampahan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya pelayanan yang diberikan. Dalam memberikan pelayanan persampahannya juga masih bergantung dari subsidi Pemerintah Daerah. Dari kondisi tersebut maka bentuk institusi UPTD masih dipertahankan dalam perencanaan kali ini. Selain UPT DPU Juwana, pengelolaan sampah pada SWP IV dan V juga ditangani oleh BLH dan Disperindag, berikut pembagian fungsi dari masing-masing institusi:

1.

UPT DPU Juwana

DPU UPT Juwana direncanakan menjalankan fungsi ganda sebagai regulator sekaligus operator yang berkaitan dengan pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan hingga pemrosesan akhir.

(15)

15

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

BLH direncanakan menjalankan tugas sebagai regulator yang berkaitan dengan pengembangan kebijakan dan standar bagi pelaksanaan kegiatan pengolahan sampah atau kegiatan 3R.

3.

Disperindag

Disperindag, direncanakan menjalankan tugas sebagai operator yang berkaitan dengan implementasi kegiatan kebersihan pasar.

Seiring dengan meningkatnya cakupan pelayanan dan optimalisasi TPA Plosojenar maka struktur organisasi UPT DPU Juwana juga direncanakan ada beberapa perubahan pada bidang kebersihan dan pertamanan.

Gambar 7.

Rencana Perubahan Struktur Organisasi

Rencana Aspek Peraturan

Rencana pengembangan aspek peraturan diantaranya adalah:

1.

Jenis Peraturan Daerah

Untuk Pembentukan Institusi Pengelola Sampah, Kabupaten Pati mengacu pada Perda Kabupaten Pati No. 11 Tahun 2008. Dalam menyusun Perda ini, sudah mengacu pada PP No. 41 Tahun 2007 namun masih mengacu pada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Sehingga perlu direncanakan pembaruan Perda ini karena UU No. 32 tahun 2004 sudah tidak berlaku, dan digantikan dengan UU No 23 tahun 2014.

2.

Substansi Peraturan Daerah

Substansi dari Perda Kabupaten Pati No. 7 Tahun 2010 perlu dilakukan perencanaan pembaruan karena untuk jangka waktu 20 tahun mendatang akan ada perencanaan penambahan sarana persampahan seperti

TPS, TPS 3R, dan perluasan TPA. Beberapa hal yang perlu diperbarui adalah seagai berikut:

- ketentuan lokasi TPS dan TPS 3R; - peruntukan TPS dan TPS 3R; - operasional TPS dan TPS 3R; - rencana perluasan lokasi TPA;

- bentuk kerjasama dengan Swasta (dapat berupa investasi atau CSR); dan

- bentuk kerjasama dengan KSM pengelola TPS 3R.

Seiring dengan meningkatnya tingkat pelayanan yang berakibat pada berubahnya biaya satuan untuk tiap m3 sampah, substansi dari Perda Kabupaten Pati No. 13 Tahun 2011 perlu dilakukan pembaharuan mencakup:

- penggolongan subjek retibusi;

- penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sesuai jenis subjek retribusi; - penetapan struktur dan besarnya tarif

retibusi sesuai tingkat perekonomian bagi rumah tangga; dan

- penetapan tarif dasar retribusi sesuai harga satuan pengelolaan.

3.

Penerapan Peraturan Daerah

Penerapan Perda didahului dengan sosialisasi, uji coba dengan pendekatan persuasif dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu dibarengi dengan aparat penegak hukum yang memberikan porsi sama dalam menegakkan aturan pengelolaan sampah, seperti halnya Perda lainnya yang terkait ketertiban umum. Frekuensi siding tindak pidana ringan terhadap pelanggaran peraturan ditingkatkan terutama pelanggaran di tempat-tempat umum.

Rencana Aspek Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat yang direncanakan pada SWP IV dan V Kabupaten Pati untuk jangka waktu perencanaan 20 tahun kedepan adalah sebagai berikut:

1. menyediakan wadah sampah secara pribadi; 2. melakukan pemilahan sampah di sumber; 3. berkewajiban membayar retribusi atas

pelayanan sampah;

4. turut menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal;

5. mematuhi aturan yang tertuang dalam Perda persampahan;

(16)

16

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

6. berperan aktif dalam sosialisasi pengelolaan sampah; dan

7. berkewajiban mensukseskan program 3R pemerintah yang ada di lingkungan tempat tinggal.

Upaya peningkatan peran serta masyarakat dilakukan dengan program-program penyuluhan/kampanye dan juga internalisasi pengelolaan sampah kedalam kurikulum sekolah melalui program sekolah adiwiyata.

Rencana Aspek Pembiayaan

Pembiayaan dalam pengelolaan sampah bersumber dari APBD, APBN, dan juga retribusi persampahan. Pada Tahap 1 (2017-2021) dan Tahap 2 (2022-2026), rencana pembiayaan dibebankan sama rata kepada pemerintah maupun masyarakat/penghasil sampah masing-masing sebesar 50%. Namun untuk tahun 2017, subsidi pemerintah direncanakan sebesar 80% agar tidak terlalu membebani biaya retribusi. Selain itu pada tahun 2019, juga direncanakan subsidi pemerintah sebesar 80%, yang disebabkan terdapat rencana perluasan lahan TPA dan pembangunan zona baru. Sehingga diharapkan ada keterlibatan pemerintah yang lebih besar dalam hal pembiayaan pada tahun ini, terlebih pemerintah pusat melalui APBN.

Pada Tahap 3 (2027-2031) dan Tahap 4 (2032-2036) perencanaan kali ini, rencana pembiayaan pengelolaan sampah lebih dibebankan kepada masyarakat/penghasil sampah melalui retribusi. Subsidi pemerintah direncanakan hanya sebesar 20% dari total biaya yang dibutuhkan. Namun pada tahun 2029, direncanakan subsidi pemerintah sebesar 50%, karena pada tahun ini terdapat rencana perluasan lahan TPA dan pembangunan zona baru seperti pada tahun 2019.

Indikasi biaya dan pola investasi dihitung dalam bentuk nilai sekarang (present value) dan dikonversikan menjadi nilai masa datang (future value) berdasarkan metode analisis finansial, serta sudah menghitung kebutuhan biaya untuk jangka panjang. Sehingga dalam perhitungan biaya dengan pertimbangan inflasi, terlebih dahulu ditetapkan:

1.

Inflasi

Inflasi yang digunakan merupakan rata-rata inflasi Kabupaten Pati selama 5 tahun terakhir, yaitu sebsar 5%.

2.

Suku Bunga Komersil

Suku bunga komersil mengacu dari suku bunga dasar dari Bank Jateng yang di ambil dari website http://bankjateng.co.id, yaitu sebesar 7,69%-11,16%. Dalam perencanaan kali ini suku bunga komersil yang dipakai sebesar 10%.

3.

Suku Bunga Sesungguhnya

Suku bunga sesungguhnya merupakan suku bunga yang dipakai dalam menghitung kebutuhan pembiayaan. Yang didapat dari suku bunga komersil dikurangi dengan inflasi, sehingga suku bunga sesungguhnya sebesar 5%.

Rumus yang digunakan dalam memperkirakan nilai masa datang (future value):

( )

Ket.: - F = future value - i = suku bunga

- P = present value - n = jumlah tahun - i = suku bunga

Rencana pembiayaan pengelolaan sampah mencakup beberapa jenis biaya, yaitu fix cost (biaya investas dan gaji pegawai), variable cost (biaya operasional dan pemeliharaan), biaya satuan pekerjaan, dan biaya retribusi.

1.

Biaya Investasi

Biaya investasi peralatan pengelolaan sampah dibagi menjadi 2, yaitu biaya investasi sarana prasarana pokok dan biaya investasi sarana prasarana penunjang. Biaya investasi dihitung dengan cara mengalikan banyaknya penambahan dan penggantian sarana prasarana per tahun dengan biaya satuan masing-masing sarana prasarana pokok. Dalam menghitung biaya investasi dipertimbangkan beberapa hal yaitu inflasi dan depresiasi (khusus untuk sarana prasarana pokok) berdasarkan umur pakai dengan dasar suku bunga sesungguhnya. Depresiasi dihitung dengan prinsip pembayaran tahunan dengan rumus berikut:

A = ( )

Ket.: - A = annual payment = pembayaran tahunan = depresiasi

- F = future value

- i = suku bunga - n = jumlah tahun

(17)

17

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

Biaya investasi tiap tahun selama masa perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Rekapitulasi Kebutuhan Biaya Investasi

No. Tahun Investasi Pokok Investasi Penunjang Total Biaya Investasi

1 2017 Rp 13.539.279.275,90 Rp 46.175.261,39 Rp 13.585.454.537,28 2 2018 Rp 7.146.541.156,02 Rp 58.420.698,72 Rp 7.204.961.854,74 3 2019 Rp 56.596.219.918,01 Rp 75.233.884,99 Rp 56.671.453.803,00 4 2020 Rp 10.752.562.505,38 Rp 93.563.785,56 Rp 10.846.126.290,94 5 2021 Rp 8.243.138.205,71 Rp 105.432.076,02 Rp 8.348.570.281,72 6 2022 Rp 9.050.511.021,91 Rp 124.226.421,38 Rp 9.174.737.443,30 7 2023 Rp 9.426.551.676,45 Rp 140.205.215,13 Rp 9.566.756.891,58 8 2024 Rp 9.718.663.706,83 Rp 155.997.703,01 Rp 9.874.661.409,84 9 2025 Rp 9.546.838.179,53 Rp 169.970.953,52 Rp 9.716.809.133,05 10 2026 Rp 9.977.166.246,76 Rp 190.135.280,49 Rp 10.167.301.527,25 11 2027 Rp 12.589.589.191,79 Rp 208.313.590,53 Rp 12.797.902.782,33 12 2028 Rp 11.080.271.579,72 Rp 235.496.059,54 Rp 11.315.767.639,26 13 2029 Rp 45.463.727.047,20 Rp 253.318.094,76 Rp 45.717.045.141,97 14 2030 Rp 18.090.028.665,55 Rp 280.571.689,71 Rp 18.370.600.355,26 15 2031 Rp 18.283.885.331,38 Rp 303.727.585,98 Rp 18.587.612.917,36 16 2032 Rp 21.654.936.551,85 Rp 337.975.209,11 Rp 21.992.911.760,95 17 2033 Rp 22.154.683.265,55 Rp 377.778.870,02 Rp 22.532.462.135,57 18 2034 Rp 20.303.368.408,99 Rp 413.039.211,34 Rp 20.716.407.620,33 19 2035 Rp 21.468.461.010,93 Rp 453.951.025,40 Rp 21.922.412.036,33 20 2036 Rp 21.238.386.709,59 Rp 492.669.571,63 Rp 21.731.056.281,23 s

2.

Biaya Gaji Pegawai

Biaya gaji pegawai dihitung dengan cara mengalikan banyaknya pegawai yang dibutuhkan per tahun dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Pati. Di dalam Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 560/50 Tahun 2016, diketahui UMK Pati sebesar 1.420.500 rupiah. Dalam menghitung biaya gaji pegawai dipertimbangkan juga kenaikan UMK

berdasarkan suku buka dengan memperhatikan laju inflasi.

3.

Biaya Operasional

Perhitungan biaya OP digunakan metode tanpa memperhitungkan biaya biaya investasi dan gaji karena telah dihitung secara tersendiri. Biaya ini dihitung dalam satuan Rp/jam yang kemudian di konversi menjadi Rp/tahun, untuk memperkirakan biaya selama 20 tahun kedepan dengan

mempertimbangkan inflasi.

Tabel 20. Rekapitulasi Kebutuhan Biaya Gaji dan Operasional Pemeliharaan No. Tahun Biaya Gaji Pegawai Biaya Operasional Pemeliharaan

1 2017 Rp 122.163.000,00 Rp 813.663.362,86 2 2018 Rp 132.745.725,00 Rp 993.464.571,00 3 2019 Rp 176.969.441,25 Rp 1.313.459.234,24 4 2020 Rp 210.484.008,00 Rp 1.662.008.183,74 5 2021 Rp 243.454.354,57 Rp 1.850.759.027,87 6 2022 Rp 281.008.483,73 Rp 2.128.059.931,81 7 2023 Rp 314.094.966,49 Rp 2.464.472.807,26 8 2024 Rp 351.786.362,47 Rp 2.779.700.310,84 9 2025 Rp 390.362.935,17 Rp 3.060.138.823,18 10 2026 Rp 431.917.699,24 Rp 3.446.091.524,32

(18)

18

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

No. Tahun Biaya Gaji Pegawai Biaya Operasional Pemeliharaan

11 2027 Rp 478.965.877,19 Rp 3.788.620.899,31 12 2028 Rp 541.786.763,98 Rp 4.311.195.720,49 13 2029 Rp 581.631.171,73 Rp 4.665.340.227,35 14 2030 Rp 661.605.457,85 Rp 5.107.769.893,32 15 2031 Rp 708.748.194,92 Rp 5.472.775.262,73 16 2032 Rp 800.294.836,77 Rp 6.125.683.358,72 17 2033 Rp 905.425.819,02 Rp 7.044.329.796,63 18 2034 Rp 989.766.854,21 Rp 7.619.210.405,76 19 2035 Rp 1.097.371.441,49 Rp 8.321.394.073,21 20 2036 Rp 1.191.724.873,84 Rp 8.949.767.378,55

4.

Biaya Retribusi

Struktur dan besarnya retribusi harus diatur dalam Peraturan Daerah, agar dalam proses penerapannya memiliki acuan yang jelas dan dapat dilakukan pemantauan. Oleh karena itu pada perencanaan kali ini besarnya biaya retribusi dihitung untuk tiap jangka waktu 10 tahun perencanaan, agar sesuai dengan perencanaan Peraturan

Daerah yang mempersayaratkan harus dapat di implementasikan untuk jangka panjang. Dengan demikian Perda Retribusi akan dievaluasi atau dilakukan pengkajian ulang setiap 10 tahun sekali. Target pencapaian retribusi per tahun untuk 10 tahun pertama dan 10 tahun kedua adalah sebagai berikut:

Tabel 20. Target Pencapaian Retribusi Pertahun Tahun

Total Biaya Pengelolaan Sampah SATU KABUPATEN Persen Subsidi Target Retribusi Biaya Setelah Tersubsidi Biaya Rata-Rata (Rp/Tahun) 2017 Rp 27.230.158.800,05 80% Rp 5.446.031.760,01 Rp 11.874.600.190,36 2018 Rp 15.725.761.487,23 50% Rp 7.862.880.743,61 2019 Rp 68.122.588.395,35 80% Rp 13.624.517.679,07 2020 Rp 23.594.555.651,13 50% Rp 11.797.277.825,57 2021 Rp 17.678.260.240,41 50% Rp 8.839.130.120,21 2022 Rp 19.833.904.715,60 50% Rp 9.916.952.357,80 2023 Rp 29.535.792.662,37 50% Rp 14.767.896.331,19 2024 Rp 34.597.011.416,21 50% Rp 17.298.505.708,10 2025 Rp 28.807.566.880,79 50% Rp 14.403.783.440,40 2026 Rp 29.578.051.875,22 50% Rp 14.789.025.937,61 2027 Rp 41.074.198.714,35 20% Rp 32.859.358.971,48 Rp 48.023.659.471,78 2028 Rp 34.778.549.326,85 20% Rp 27.822.839.461,48 2029 Rp 72.336.929.440,41 50% Rp 36.168.464.720,21 2030 Rp 62.629.625.524,73 20% Rp 50.103.700.419,78 2031 Rp 59.263.724.379,57 20% Rp 47.410.979.503,66 2032 Rp 64.426.007.766,74 20% Rp 51.540.806.213,39 2033 Rp 63.501.344.765,39 20% Rp 50.801.075.812,31 2034 Rp 72.106.550.116,58 20% Rp 57.685.240.093,26 2035 Rp 73.183.530.443,88 20% Rp 58.546.824.355,10 2036 Rp 84.121.631.458,96 20% Rp 67.297.305.167,17

Dari Tabel 20 di atas dapat dilihat bahwa setelah mendapatkan subsidi dari

pemerintah, target perolehan retribusi per tahun untuk 10 tahun pertama sebesar

(19)

19

**) Penulis

**) Dosen Pembimbing) Penulis

11.874.600.190,36 rupiah. Sedangkan untuk 10 tahun kedua sebesar 48.023.659.471,78 rupiah. Besarnya target perolehan retribusi ini akan dipakai sebagai acuan penentuan besarnya retribusi yang perlu dibayarkan oleh setiap subjek wajib retribusi tiap bulannya. Pembagian besarnya biaya retribusi tiap bulan untuk

masing-masing subjek wajib retribusi berbeda-beda yang ditentukan berdasarkan pembobotan sesuai dengan SNI 3242:2008. Besarnya retribusi yang perlu dibayarkan oleh subjek wajib retribusi tiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 21 dan Tabel 22

berikut.

Tabel 21. Target Besaran Retribusi Untuk 10 Tahun Pertama

Tabel 22. Target Besaran Retribusi Untuk 10 Tahun Kedua

a b c = (a × b) d e = (a × d) f = (b × e ) A. Pe rmukiman 1 Rumah Tangga Kelas I 8 20231 161847 Rp 1,707 Rp 13,660 Rp 276,347,588 Kelas II 5 24277 121386 Rp 1,707 Rp 8,537 Rp 207,260,691 Kelas III 2 36416 72831 Rp 1,707 Rp 3,415 Rp 124,356,415 B. Fasilitas Ke se hatan 2 Rumah Sakit 30 4 120 Rp 1,707 Rp 51,224 Rp 204,895 3 Puskesmas 15 29 435 Rp 1,707 Rp 25,612 Rp 742,744 4 Apotik 8 81 672 Rp 1,707 Rp 14,172 Rp 1,147,924 C. Fasilitas Niaga 5 Industri 60 393 23566 Rp 1,707 Rp 102,447 Rp 40,238,646 6 Hotel 30 35 1050 Rp 1,707 Rp 51,224 Rp 1,792,831 D. Fasilitas Umum 7 Perkantoran 17 315 5361 Rp 1,707 Rp 29,027 Rp 9,153,113 E. Fasilitas Pe rdagangan 8 Pasar 80 30 2400 Rp 1,707 Rp 136,597 Rp 4,097,899 9 Toko/Warung 28 6781 189877 Rp 1,707 Rp 47,809 Rp 324,207,270 579545.74 Rp 989,550,016 11,874,600,190 Rp Rp 11,874,600,190 1,707 Rp

Keterangan : - Rumah tangga Kelas I = pendapatan > 4.000.000 rupiah - Rumah tangga Kelas II = pendapatan 2.500.000 - 4.000.000 rupiah - Rumah tangga Kelas III = pendapatan < 2.500.000 rupiah - *) Sumber = SNI 3242:2008

Total Total penerimaan retribusi (Rp/bln) Biaya Total (Rp/tahun) Total penerimaan retribusi (Rp/thn) Nilai dasar retribusi (Rp/bulan)

Re tribusi (Rp/unit/bulan) Re tribusi Te rtagih (Rp/bulan) No. Sumbe r Re tribusi Bobot* Banyaknya Obje k

(unit) Jumlah Total Harga Dasar

a b c = (a × b) d e = (a × d) f = (b × e ) A. Pe rmukiman 1 Rumah Tangga Kelas I 8 31059 248470 Rp 4,622 Rp 36,975 Rp 1,148,404,482 Kelas II 5 37270 186352 Rp 4,622 Rp 23,110 Rp 861,303,362 Kelas III 2 55906 111811 Rp 4,622 Rp 9,244 Rp 516,782,017

B. Fas ilitas Ke s e hatan

2 Rumah Sakit 30 4 120 Rp 4,622 Rp 138,657 Rp 554,629 3 Puskesmas 15 29 435 Rp 4,622 Rp 69,329 Rp 2,010,531 4 Apotik 8 81 672 Rp 4,622 Rp 38,362 Rp 3,107,310

C. Fas ilitas Niaga

5 Industri 60 569 34123 Rp 4,622 Rp 277,315 Rp 157,712,868 6 Hotel 30 35 1050 Rp 4,622 Rp 138,657 Rp 4,853,005

D. Fas ilitas Umum

7 Perkantoran 17 315 5361 Rp 4,622 Rp 78,572 Rp 24,776,515

E. Fas ilitas Pe rdagangan

8 Pasar 80 34 2720 Rp 4,622 Rp 369,753 Rp 12,571,593 9 Toko/Warung 28 9813 274756 Rp 4,622 Rp 129,413 Rp 1,269,895,310 865869.78 Rp 4,001,971,623 48,023,659,472 Rp Rp 48,023,659,472 4,622 Rp

Keterangan : - Rumah tangga Kelas I = pendapatan > 4.000.000 rupiah - Rumah tangga Kelas II = pendapatan 2.500.000 - 4.000.000 rupiah - Rumah tangga Kelas III = pendapatan < 2.500.000 rupiah - *) Sumber = SNI 3242:2008

Nilai dasar retribusi (Rp/bulan)

Re tribus i (Rp/unit/bulan)

Re tribus i Te rtagih (Rp/bulan)

Total Total penerimaan retribusi (Rp/bln) Biaya Total (Rp/tahun) Total penerimaan retribusi (Rp/thn)

No. Sumbe r Re tribus i Bobot* Banyaknya Obje k (unit) Jumlah Total (a x b) Harga Das ar

Gambar

Gambar 1. Fasilitas Pewadahan Sampah
Gambar 4. Fasilitas Pengangkutan Sampah
Tabel 5. Hasil Proyeksi PDRB Pertanian
Tabel 9. Hasil Proyeksi Timbulan Sampah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Schrabacq (1996) mengemukakan bahwa persepsi seseorang akan adanya dukungan sosial bagi dirinya dapat meningkatkan perasaan kontrol diri, kemananan, dan kesesuaian. Perasaan ini

Skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian Natrium Bikarbonat 8,4% pada Waktu Bertingkat terhadap Tingkat Kerusakan Retina Mencit yang Diberi Metanol 50% Peroral” telah diuji

Seksi Pemantauan dan Penanggulangan mempunyai tugas melakukan penyiapan pelaksanaan pemantauan kondisi air tanah dan penanggulangan dampak pengambilan air tanah, serta

Dari tabel 3.2 dapat dilihat perkembangan volume dan nilai penjualan untuk saluran distribusi tidak langsung pada Batik Tulis Sridati, tahun 2000 selama periode 5 tahun

Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur (RSMM Jawa Timur) adalah Rumah Sakit Mata Masyarakat Jawa Timur (RSMM Jawa Timur) adalah institusi yang mengemban tugas

Technique for Others Reference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). TOPSIS digunakan untuk perangkingan dari produk UMKM yang telah diinventarisir

Pada tahapan ini penyusun mulai melakukan pembuatan program dengan cara coding. Pembangunan aplikasi ini dilakukan dengan cara memadukan beberapa bahasa pemrograman

Dalam hal ini yang menjadi variabel bebasnya adalah Kompensasi, yang artinya suatu imbalan balas jasa baik berupa uang atau fasilitas yang diberikan kepada karyawan