• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan SI (Strata I)

SAKRI EFENDI

NIM 09030233

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Bakaruddin, MS

Rika Despica, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

( STKIP ) PGRI PADANG SUMATERA BARAT

(2)

TYPOLOGY OF VILLAGE BASED LIVELIHOODS IN V KOTO

DISTRICT MUKOMUKO REGION

By:

Sakri Efendi1 Bakaruddin2 Rika Despica3

1.The geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat. 2,3 The lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This study aims to determine typology of village based livelihood in V Koto District Mukomuko region based on : 1) the livelihoods of rice field, 2) the livelihoods of dryland agriculture and 3) livelihood plantations.

This research is descriptive evaluative, which describes the existing conditions and compare with the ideal conditions (evaluative). The population in this study was the entire village in V Koto District Mukomuko region and the subject is the whole village and the village chief district officer BPS of Mukomuko.

The results of the study found that : (1) Typology of rural livelihoods based livelihood views of rice fields in V Koto District Mukomuko region, no village can be grouped into the village rice fields, as a percentage score for village rice fields smaller than the plantation village, (2 ) typology based livelihood village seen from dry land farming livelihoods in V Koto District Mukomuko region, then nothing can be grouped into dryland farming villages and (3) rural typology based livelihood views of livelihood plantations in V Koto District Mukomuko region, the whole village is a group of villages because of the vast plantation estates and land use is dominated by oil palm and rubber plants.

(3)

TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO

Oleh :

Sakri Efendi1 Bakaruddin2 Rika Despica3

*Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

** Staf pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tipologi Desa berdasarkan mata

Pencaharian di Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko berdasarkan: 1) mata

pencaharian persawahan, 2) mata pencaharian pertanian lahan kering dan 3) mata

pencaharian perkebunan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif evaluatif, yaitu menjelaskan

kondisi-kondisi yang ada dan membandingkan dengan kondisi-kondisi idealnya (evaluatif). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh desa di Kecamatan V Koto Mukomuko dan

subjeknya adalah seluruh kepala desa nagari serta petugas BPS kabupaten

Mukomuko.

Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Tipologi desa berdasarkan mata

pencaharian dilihat dari mata pencaharian persawahan di Kecamatan V Koto

Kabupaten Mukomuko, tidak ada desa yang dapat dikelompokkan menjadi Desa

persawahan, karena persentase skor untuk desa persawahan lebih kecil dibanding

desa perkebunan, (2) Tipologi desa berdasarkan mata pencaharian dilihat dari mata

pencaharian pertanian lahan kering di Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko,

maka tidak ada yang dapat dikelompokkan menjadi desa pertanian lahan kering dan

(3) Tipologi desa berdasarkan mata pencaharian dilihat dari mata pencaharian

perkebunan di Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko, seluruh desa merupakan

kelompok desa perkebunan karena luasnya penggunaan lahan perkebunan serta

didominasi oleh tanaman kelapa sawit dan karet.

(4)

2

PENDAHULUAN

Tipologi desa adalah kondisi spesifik keunggulan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi kelembagaan serta potensi prasarana dan sarana dalam menentukan arah pengembangan dan pembinaan masyarakat berdasarkan karakteristik keunggulan komparatif dan kompetitif dari setiap desa dan kelurahan. Semua desa dan kelurahan harus dapat digolongkan menurut karakteristik tertentu yang prioritas pengembangannya lebih potensial diarahkan pada sumber mata pencaharian yang dominan (Depdagri, 2007).

Potensi dasar suatu desa merupakan modal dasar dari desa yang bersangkutan dalam melaksanakan pembangunan, yang terdiri dari potensi alam, potensi penduduk dan lokasi/letak desa terhadap pusat fasilitas. Potensi dasar yang diolah dan dikembangkan oleh masyarakat serta menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakat.

Tipologi dan klasifikasi tingkat perkembangan desa meliputi empat bagian, keempat bagian tersebut merupakan suatu kesatuan dan mempunyai hubungan erat satu sama lain. Keempat bagian tersebut yaitu : 1) Potensi Dasar, yaitu Potensi dasar suatu desa merupakan modal dasar dari desa yang bersangkutan dalam melaksanakan pembangunan, yang terdiri dari potensi alam, potensi penduduk dan lokasi/letak desa terhadap pusat fasilitas. Potensi dasar yang diolah dan dikembangkan oleh masyarakat serta menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakat, 2) Tipe Desa, ditentukan berdasarkan pendekatan potensi dominan yang diolah dan dikembangkan serta telah menjadi sumber penghasilan sebagain besar masyarakat desa, 3) Indikator Tingkat Perkembangan Desa, yaitu keadaan yang memberikan petunjuk (dapat diukur) sejauh mana hasil proses suatu kegiatan / program dalam pembangunan desa telah dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu dan 4) Tingkat perkembangan desa.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengartikan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kabupaten Mukomuko merupakan salah satu wilayah otonomi yang baru di Indonesia, Kabupaten Mukomuko ini berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Mukomuko, (Bappeda, media Mukomuko). Secara umum, Kabupaten ini berada di persimpangan Jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Bengkulu, Palembang hingga Lampung dan berlokasi di ujung Utara Sumatera. Lokasi yang strategis ini Akan tetapi permasalahan pada daerah ini membuat penduduk di Kecamatan V Koto memiliki kesempatan untuk memiliki berbagai jenis pekerjaan sebagai mata pencaharian. Walaupun secara umum penduduk di Kecamatan V Koto lebih dominan sebagai petani, tetapi ada sebagian penduduk yang tidak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian.

Petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani. Secara umum, petani bertempat tinggal di pedesaan dan sebagian besar di antaranya, terutama yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk di asia Tenggara, hidup di bawah garis kemiskinan.

Petani peladang atau pekebun menurut Dobby (dalam Witrianto, 2012), merupakan tahap yang istimewa dalam evolusi dari berburu dan meramu sampai pada bercocok tanam yang menetap. Keistimewaan itu kelihatannya terdiri dari ciri-ciri hampa seperti tidak adanya hubungan dengan usaha pedesaan dan sangat sedikitnya produksi yang mempunyai arti penting bagi perdagangan. Gourou (dalam Witrianto, 2012), secara garis besar menguraikan empat ciri perladangan: (1) dijalankan di tanah tropis yang kurang subur; (2) berupa teknik pertanian yang elementer tanpa menggunakan alat-alat kecuali kampak; (3) kepadatan penduduk rendah; dan (4) menyangkut tingkat konsumsi yang rendah. Pelzer (dalam Witrianto, 2012), menyatakan bahwa petani peladang ini ciri-cirinya juga ditandai dengan tidak adanya pembajakan, sedikitnya masukan tenaga kerja dibandingkan dengan cara bercocok tanam yang lain, tidak menggunakan tenaga hewan ataupun

(5)

3

pemupukan, dan tidak adanya konsep pemilikan tanah pribadi (http://jagoips.wordpress.com, diakses 1 Desember 2013).

Kecamatan V Koto memiliki 10 desa dengan jumlah penduduk 6.954 jiwa, denga luas kecamatan mencapai 169 Km². sebagian besar kawasan Kecamatan V Koto berada di perbukitan, sehingga mata pencaharian masyarakat lebih bergantung pada sektor pertanian, baik bidang persawahan/pertanian lahan basah, perladangan/pertanian kering maupun perkebunan. Disamping itu, mata pencaharian penduduk masih bisa dikembangkan, seperti perikanan dan peternakan.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif yang bertujuan untuk menjelaskan kondisi-kondisi yang ada dan membandingkan dengan kondisi idealnya (evaluatif)

Populasi dalam penelitian ini adalah Desa yang ada di Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko yang terdiri 10 desa. Subjek penelitian adalah: 1) Seluruh kepala Desa di kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko, 2) Camat kecamatan Mukomuko dan 3) Petugas BPS Kabupaten Mukomuko

Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis persentase yang dikemukakan Anas Sudijono.2010:43 yaitu

% 100   n f P

Analisa data yang dilakukan dengan menjumlahkan nilai masing-masing indikator, setelah nilai didapatkan maka kemudian kita bisa menentukan tipe apa yang menjadi tipologi desa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, Tipologi desa berdasarkan mata pencaharian pertanian persawahan, tidak ada desa di Kecamatan V Koto yang dapat digolongkan menjadi desa pertanian persawahan, karena mata pencaharian persawahan bukan mata pencaharian yang dominan di Kecamatan V Koto.

Persawahan merupakan pertanian tetap (tidak berpindah) yang menggunakan

lahan basah yang diairi secara teratur. Tanaman yang biasanya ditanam pada persawahan adalah padi. Salah satu jenis sawah adalah sawah irigasi yaitu persawahan yang menggunakan sistem pengairan tetap dan teratur dengan membangun saluran pengairan yang mengambil sumber air dari sungai atau danau atau dikenal dengan istilah irigasi (Sumpeno, 2011).

Kedua, Tipologi desa berdasarkan mata pencaharian pertanian lahan kering, maka tidak ada desa yang dapat dikategorikan sebagai desa pertanian lahan kering, karena aktivitas mata pencaharian masyarakat dalam bidang pertanian lahan kering, terutama tanaman palawija tidak terlalu menonjol.

Bertegalan ialah bertani di tanah kering dengan mengandalkan air hujan, tetapi pengolahannya sudah menetap. Hasilnya antara lain padi gogo, umbi-umbian, jagung, dan palawija. Tegalan berlokasi pada lahan yang tetap, tidak berpindah-pindah. Tanaman-tanaman yang ditanam pada tegalan biasanya lebih beragam dibandingkan ladang (Sumpeno, 2011).

Ketiga, tipologi desa berdasarkan mata pencaharian, di Kecamatan V Koto berdasarkan mata pencaharian perkebunan, sebagian besar desa di Kecamatan V Koto merupakan desa perkebunan. Perkebunan yang dominan di Kecamatan V Koto adalah kelapa sawit dan karet.

Perkebunan ialah usaha pembudidayaan tanaman pada lahan yang luas yang menghasilkan bahan untuk industri. Terdapat dua macam perkebunan: perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Jenis tanaman perkebunan ialah karet, kelapa sawit, teh, tembakau, cengkih, cokelat, tebu ladang (Sumpeno, 2011).

KESIMPULAN

1. Tipologi desa berdasarkan mata pencaharian dilihat dari mata pencaharian persawahan di Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko, tidak ada desa yang dapat dikelompokkan menjadi Desa persawahan, karena persentase skor untuk desa persawahan lebih kecil dibanding desa perkebunan.

2. Tipologi desa berdasarkan mata pencaharian dilihat dari mata

(6)

4

pencaharian pertanian lahan kering di Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko, maka tidak ada yang dapat dikelompokkan menjadi desa pertanian lahan kering

3. Tipologi desa berdasarkan mata pencaharian dilihat dari mata pencaharian perkebunan di Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko, seluruh desa merupakan kelompok desa perkebunan karena luasnya penggunaan lahan perkebunan serta didominasi oleh tanaman kelapa sawit dan karet.

DAFTAR PUSTAKA

Daljoneni. 2003. Geografi Kota Desa. Bandung: PT. Alumni

Nawi, Marnis dan Hermon. 2008. Metodologi Penelitian. UNP Press Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 12

Tahun 2007 tentang Panduan Teknis Pengolahan Data Profil Desa dan Kelurahan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Utama

Sumpeno, Wahjudin. 2011. Perencanaan

Desa Terpadu. Banda Aceh: READ

(Reinforcement Action and

Development) (Buku Digital)

Witrianto. 2012. Apa dan Siapa Petani. Artikel Ilmiah

Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Mukomuko

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

http://jagoips.wordpress.com/ Pola Kegiatan Ekonomi Penduduk, diakses 1 Desember 2013

Referensi

Dokumen terkait

Pengeluaran wisatawan adalah uang baru dari wisatawan yang dibelanjakan ke bisnis perhotelan lokal secara langsung.Pengeluaran awal oleh wisman dan wisnus ini

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi pupuk organik cair dari limbah sayuran terhadap pertumbuhan tanaman krisan ( Chrysanthemum

Untuk Mencapai museum budaya di Nias yang dapat mengkomunikasikan dan menunjukkan ekspresi budaya setempat yaitu dengan menampilkan suasana ruang yang berkesan etnik Nias

asosiatif berdasarkan kesamaan-kesamaan tersebut. Aturan asosiatif dijadikan sebagai acuan dalam prakriaan cuaca pada penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan tiga

Kelas sawah menjadi kelas yang dibedakan selanjutnya, sebab dari analisis keterpisahan dipisahkan dengan baik terhadap kelas lainnya kecuali terhadap kelas asil

LAPORAN PERKEMBANGAN PEIAKSANAAN KEGIATAN APBD PROVINSI IAWA TENGAH (BEI.ANJA LANGSUNG).. TAHUN ANGGARAN 2O2O : RS]D

Bila Bila terdapat 3 gejala atau lebih pada beberapa organ, tanpa diketahui penyebab pasti terdapat 3 gejala atau lebih pada beberapa organ, tanpa diketahui penyebab pasti

5-12 Tabel 5.27 Karakteristik Responden Menurut Sumber Mata Pencaharian di Kecamatan Silinda 5-12 Tabel 5.28 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan di Kecamatan Silinda