• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

42

KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

Lizawati

Zubaidi

SDN Singkawang Timur Kota Singkawang

Abstrak: Salah satu masalah yang seringdihadapi disekolah untuk mata pelajaran matematika adalah siswa tidak aktif sertakurangnya motivasi dalam belajar. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajarnya.Salah satufaktor yang mempengaruhihaltersebut adalah guru, karena guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi kurangnya peran aktif siswa dalam belajar guru harus memiliki kompetensi merancang kegiatan belajar agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami dan sesuai urutan yang logis dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Salah satu pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah pembelajaran kooperatif model talking stick (tongkat berbicara).Pembelajaran kooperatif talking stickinimemberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif, berkomunikasi dengan kelompok, lebih giat dalam belajar dan selalu dalam keadaan siapbelajar.

Kata Kunci: pembelajaran, kooperatif, talking stick.

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku tersebut adalah perubahan pengetahuan (kognitif), keteram-pilan (psikomotor) maupun efektif (Dwiyana, 2003). Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Pendidik berperan sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen seperti siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi, metode, media dan evaluasi. Keberhasilan proses belajar mengajar itu dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain metode mengajar, sarana-prasarana, danmateri pembelajaran. Peran

guru sangat penting dalam mengelola pembelajaran matematika. Guru tidak hanya menguasai teori-teori dan materi matematika saja. tetapi juga harus memiliki kompetensi merancang kegiatan pembelajaran agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ber-jalan dengan baik, menarik, mudah dipahami dan sesuai urutan yang logis dengan memilih model pembelajaran yang tepat.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, penulis sebagai guru matematika di SDN Singkawang Timur sering menghadapi masalah diantaranyasiswa tidak aktif dalam belajar dan kurangnya motivasi dalam belajar. Dampak dari gejala ini adalah hasil belajar siswa kurang memuaskan. Dalam belajar banyak siswa yang tidak aktif dan hanya pasif sebagai penerima pelajaran. Ketika diskusi seringkali didominasi oleh siswa yang aktif dan cepat menerima pelajaran sedangkan yang lain hanya diam mendengarkan. Ketika pembahasan hasil diskusi siswa yang maju hanyalahsiswa yang aktif tadisaja. Sedangkan yang lain tidak

(2)

mau berpartisipasi. Selain itu banyak siswa yang beranggapan belajar matematika itu sulit dan menjenuhkan.Belajar matematika adalah belajar dengan rumus dan soal-soal.Dalam satu minggu pelajaran mate-matika biasanya diisi 6-8 jam. Siswa merasa belajar matematika banyak berpikir dan tentunya kurang mengasyikkan dan menarik bagi siswa.

Ketidakberhasilan dalam pembelajaran tidak hanya disebabkan karena kurangnya motivasi dan peran aktif siswasa-ja, tetapi mungkin juga oleh pihak pengajar yaitu guru. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang dilakukan oleh guru monoton misalnya hanya dengan metode ceramah. Model pembelajaran seperti itu kurang menarik bagi siswa dan tidak melibatkan siswa secara aktif. Akibatnya siswa menjadi cepat jenuh dan malas untuk belajar.Apabila hal ini terus dibiarkan,akan berakibat adanya anggapan pelajaran matematika merupakan monster yang mena-kutkan, kurang disenangi siswa dan dianggap paling sulit dan hasil belajar matematika masih tetap kurang memua-skan.Untukitu, guru harus mampu menciptakan model pembelajaran yang bervariasai, suatu metode yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Disamping itu penguasaan materi sangat diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam proses pem-belajaran guru harus mampumenciptakan situasi atau interaksi belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar yang menarik dan menyenangkan akan menumbuhkan minat yang tinggi bagi siswa. (Asmara,H. 2007 ).

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok dan anggota dalam kelompok tersebut saling bertanggung jawab satu dengan yang lain (Slavin, 1997). Pembelajaran kooperatif dilandasi oleh teori konstruktivisme Vygotsky, konstruktivistik belajar kelompok dapat membangun sendiri pengetahuan peserta didik dan memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beranekaragam

dengan guru sebagai fasilitator. Dengan kegiatan yang beragam peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui membaca, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, pengerjaan dan presentasi. Pembelajaran kooperatif yang dipilih adalah kooperatif model talking stick (tongkat berbicara). Talking stick adalah suatu model pembelajaran dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat lebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan.Metode ini pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajaksemua orang berbicara atau menyampaikan pendapatnya dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Sebagaimana dikemukakan oleh Coral Lalust berikut ini, tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memu-tuskan siapa yang mempunyai hak bicara.

Talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/ bergantian. Pembelajaran kooperatif model talking stick

melatih siswa berbicara dan berperan aktif. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif model talking stick ini guru membagi kelompok dengan anggota 4 atau 5 orang. Kelompok dibentuk denganmem-pertimbangkan keakraban, persahabatan dan minat siswa. Model pembelajaran kooperatif

talking stick memberikan kesempatan kepada siswa terlibat aktif, berkomunikasi dengan kelompok, lebih giat dalam belajar dan selalu dalam keadaan siap.

Adapunlangkah-langkah model pembelajaran talking stickadalah: (1) guru membentuk kelompok dengan maksimal 5 orang, (2) guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm, (3) guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberi kesempatan para anggota kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran, (4) siswa berdiskusi membahas masalah yang

(3)

diberikan, (5) setelah selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan kelompok untuk menutup isi bacaan, (6) guru mengambil sebuah tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota yang memegang tongkat harus menja-wabnya, demikian seterusnya, (7) siswa lain boleh membantu jika anggota kelompoknya tidak bisa mejawab pertanya-an, (8) guru memberikan kesimpulan, (9) penilaian/ evaluasi baik secara kelompok maupun individu, (10) guru menutup pelajaran.

Oleh karena itu kami ingin berbagi pengalaman dengan guru matematika SD berdasarkan pengalaman kami mengikuti pelatihan TEQIP 2012 yang diadakan oleh Universitas Negeri Malang dan PT Pertamina. Pelatihan ini telah banyak memberikan pengetahuan baru bagi kami guru matematika. Dengan pelatihan ini kami banyak mendapatkan pembelajaran matema-tika kreatif dan inovatif, termasuk model-model pembelajaran.Pelatihan ini telah membuka mata hati kami untuk melak-sanakan paragdima baru dalam mengajarkan matematika, yaitu dengan memilih metode-maupunstrategi yang tepat. Unutk kali ini kami menerapkan model pembelajaran kooperatif talking stick dalam pembelajaran KPK.Pembelajaran ini kami lakukan melalui kegiatan real teaching disekolah dengan berbasisLesson Study.

Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (plan) kami lakukan bersama dengan mengadakandiskusi dengantim guru matematika. Dengan memilih mata pelajaran matematika kelas IV ( empat ) semester I ( satu) dengan alokasi waktu 2 x 35 me-nit.Dalamdiskuistersbeutdisepakatimemilihst andarkompetensi: Memahami dan menggu-nakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah. SedangkanKompetensi Dasarnya: Menentukan Kelipatan Perseku-tuan Terkecil (KPK) dan Faktor PersekuPerseku-tuan Terbesar n(FPB). Selanjutnyadikembangka-nindikator: Menentukan Kelipatan Perseku-tuan Terkecil (KPK) dari dua bilangan, denganTujuan pembelajaran: 1. Siswa dapat

menentukan kelipatan dari dua bilangan dengan papan KPK, 2. Siswa dapat menentukan kelipatan persekutuan dari dua bilangan dengan papan KPK,3. Siswa dapat menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari dua bilangan dengan papan KPK. Materi : Kelipatan Persekutuan Terkecil. Metode: Tanya jawab, diskusi , penugasan. Model pembelajaran : kooperatiftalking stick dan media : papan KPK

Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

Pertama, Ketika akan memulai

pelajaran siswa terlihat tegang dan pasif.Guru : ‘’Selamat pagi anak-anak, bagaimana kabarnya hari ini?’’ Siswa : ‘’Pagi bu, luar biasa, alhamdulillah.’’ Guru :’’Supaya lebih semangat bagaimana kalau kita nyanyi bersama lagu matematika asyik.Siswa :’’Setuju…’’. Kemudian siswa bersama-sama menyanyikan lagu matematika asyik ( matematika itu memang asyik……asyik, matematika itu memang mudah…..mudah, matematika itu memang mengasyikkan, matematika itu memang mudah).Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi, siswa yang duduk dibarisan paling depan diminta berdiri kemudian berhitung dari 1 sampai 8, kemudian siswa diminta berhitung untuk kelipatan 2, siswa menyebutkan 2,4,6,8, …. Kemudian guru menegaskan kepada siswa 2,4,6,8,.. adalah kelipatan dari 2. Terlihat siswa mulai memperhatikan penjelasan guru dan siswa mulai dilibatkan. Kemudian guru mengambil 3 buah pensil, setiap pembelian 3 buah pensil akan mendapatkan hadiah 1 buah coklat berlapis emas, kemudian siswa diminta menyebutkan pembelian berapa pensil saja yang mendapatkan hadiah coklat. Satu siswa yang dari awal duduk dibelakang diminta untuk mengambil pensil dan hadiahnya, siswa tersebut mengambil pensil enam hadiahnya 2 coklat. Setiap pembelian kelipatan dari 3 pensil akan mendapatkan hadiah coklat. Terlihat siswa mulai senang dalam belajar. Kemudian guru menjelaskan bahwa apa yang dilakukan tadi ada kaitannya dengan materi yang akan dipelajari hari yaitu tentang Kelipatan Persekutuan Terkecil. Kemudian guru

(4)

memberikan motivasi kepada siswa bahwa pembelajaran ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ada dua buah lampu ada yang menyala 2 detik sekali dan 3 detik sekali, untuk pertama kali menyala bersama-sama pada detik yang keberapa dapat menggunakan KPK dari 2 dan 3sertatidak lupa guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kedua, pada kegiatan inti guru secara

klasikal menjelaskan materi tentang KPK, dengan tahap pembelajaran pertama konsep kelipatan, kedua konsep kelipatan persekutuan dan ketiga konsep kelipatan persekutuan terkecil.Guru : Anak – anak , sebutkan dua bilangan antara 1-10 yang akan kita cari kelipatannya?’’. Siswa: ‘’2 dan 3’’. Kemudian siswa diminta untuk menempelkan gambar buah stroberi untuk setiap kelipatan 2 dan gambar buah anggur untuk setiap kelipatan 3. Siswa sangat antusias dan hampir semua siswa mendapat kesempatan untuk menempelkan buah pada setiap kelipatan bilangan tersebut. kemudian satu siswa diminta menyebutkan kelipatan 2 adalah 2,4,6,8,12,14,16,18,20,…dan kelipatan 3 adalah 3,6,9,12,15,18,.. emudian siswa diminta mengamati dikolom bilangan yang memuat buah stroberi dan anggur bilangan tersebut merupakan kelipatan 2 dan 3 yaitu 6,12,18,.. Terakhir siswa diminta menentukan bilangan kelipatan persekutuan yang paling kecil. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari 2 dan 3 adalah 6. Semua siswa asyik dalam pembelajaran untuk papan KPK kelipatan setiap bilangan boleh saja kita variasikan bisa saja persegi atau segitiga, disini kami menggunakan gambar buah biar lebih menarik. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok setiap kelompok anggotanya 4-5 orang. Setiap kelompok dipilih berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda- beda. Kemudian dibagikan LKS siswa berdiskusi membahas LKS tersebut,dalam LKS tersebut siswa diminta menempelkan potongan kertas untuk setiap bilangan yang akan dicari kelipatannya dengan warna yang berbeda, kemudian siswa diminta menentukan kelipatan persekutuan dan kelipatan persekutuan terkecil dari dua

bilangan tersebut. Guru menyampaikan bahwa setiap anggota kelompok harus bisa mengerjakannya dan paham, siswa kelihatan asyik bekerjasama terlihat hampir semua siswa dapat bekerjasama dengan kelompoknya . Karena dalam kelompok tersebut pembagiannnya sudah sesuai tingkat kemampuannya. Dalam diskusi kelompok interkasi siswa dengan siswa sangat baik siswa sangat antusias mengerjakannya. Siswa asyik menempel potongan kertas pada setiap kelipatan dari suatu bilangan. Anggota kelompok yang sudah mengerti berkewajiban menjelaskan-nya pada anggota kelompok yang lain. Setelah diskusi selesai guru mengambil sebuah tongkat . Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu anggota kelompok, sambil bernyanyi matematika asyik siswa yang memegang tongkat pada saat lagu berakhir akan menjawab pertanyaan dari guru.Siswa yang memegang tongkat pada saat lagu berakhir maju untuk menjelaskan hasil kerja kelompoknya dengan teman-teman yang lain Selanjutnya diulang terus sampai semua kelompok mendapat giliran menjawab pertanyaan dari guru. Terlihat sekali siswa dalam keadaan senang siswa diajak belajar tapi sambil bermain tongkat.Dengan bermain, siswa yang tadinya diam ikut aktif dalam belajar, dan semua siswa harus selalu dalam keadaan siap.Dengan pembelajaran ini dapat melatih berbicara siswa yang mendapat tongkat akan menjelaskan hasil diskusinya mewakili kelompoknya. Siswa yang lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak dapat menjawab pertanyaan. Pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Siswa terlihat ceria, senang dengan demikian dapat melatih mental siswa untuk siap pada kondisi dan situasi apapun. Meskipun ada beberapa siswa yang kelihatan gelisah, merasa deg-degan, dan bercanda tetapi tidak mengganggu proses belajar mengajar.Guru juga memberikan penghargaan kepada setiap kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Ketiga, pada kegiatan akhir

kesimpulan materi pelajaran hari ini dilakukan bersama-sama dengan siswa, guru

(5)

membimbing siswa untuk membuat kesimpulan pelajaran. Evaluasi akhir diberikan oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu menentukan kelipatan dari dua bilangan, kelipatan persekutuan dan Kelipatan Persekutuan Terkecil(KPK). Dalam waktu yang disepakati 10 menit sebagian besar siswa sudah selesai mengerjakannya, hanya ada beberapa orang siswa yang belum selesai dikarenakan murid tersebut sedikit lambat dalam belajar dan pernah mengulang dikelas tersebut atau tidak naik. Kemudian soal tersebut dibahas bersama-sama ternyata hasilnya cukup memuaskan dari 38 siswa keseluruhan yang tidak tuntas hanya 4 orang, sedangkan yang lainnya nilainya sempurna. Sebagai tindak lanjut guru memberikan arahan kepada siswa untuk tetap belajar dan siswa yang tidak tuntas diminta untuk mengerjkannya kembali di rumah. Suasana belajar ini cukup menyenangkan dengan bersenang-senang, otak siswa akan mekar seperti bunga jadi mudah untuk menerima pelajaran.

Refleksi

Setelah kegiatan pembelajaran selesai maka diadakan refleksi yang dihadiri olek guru model, observer (rekan sejawat, kepala sekolah dan exspert dari UM). Beberapa catatan hasil observasi diantanya adalah: (1) Siswa diajak bernyanyi untuk mengantar kepelajaran, terus berdiri dan diminta berhitung, (2) Kondisi dan respon siswa sangat baik ketika guru memberikan apersepsi, (3) Interaksi siswa dengan siswa ketika menempel gambar buah pada papan KPK mulai terjadi interaksi yakni dengan mengoreksi pekerjaan temannya, (4) Interaksi dengan guru dari awal sampai akhir

pembelajaran, (5) Satu siswa laki-laki paling belakang berbadan gemuk kurang aktif, (6) Membentuk kelompok dan memberikan kertas berwarna, (7) Guru mengamati dengan berkeliling untuk melihat semua kelompok pada saat diskusi, (8) Siswa terlibat dalam merangkum materi pelajaran, (9) Respon siswa sangat baik, yakni mengerjakan soal evaluasi, dan (10) Strategi pembelajaran yang tepat membuat suasana belajar menjadi menarik dan media pembelajaran yang tepat sangat membantu pemikiran siswa memahami konsep KPK.

PENUTUP

Berdasarkan kegiatan pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Guru harus memiliki kompetensi merancang kegiatan belajar agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami dan sesuai urutan yang logis dengan memilih model pembelajaran yang tepat tepat membuat suasana dalam pembelajaran menjadi menarik sehingga siswa termotivasi dan aktif dalam belajar dan hasil belajar menjadi memuaskan. 2. Model pembelajaran talking stick ini

membuat anak didik ceria , senang dan melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan situasi apapun.

3. Jika strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang dipilih telah membuat kegiatan belajar menjadi menarik, efektif dan efisien dalam pemahaman konsep yakni siswa dapat menentukan KPK maka pembelajaran yang dilaksanakan bermakna.

4. Pembelajaran yang bagus membutuhkan persiapan yang bagus pula (plan).

DAFTAR RUJUKAN

Asmara, Husna. 2007. Penulisan Karya Ilmiah . Pontianak : Fahruna Bahagia.

Dwiyana. 2003. Pembelajaran Kooperatif model STAD Sebagai Alternatif untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Trigonometri Siswa Kelas 3 SMU Negeri Malang. Jurnal Matematika Tahun IX , Nomor 1, April.

Musetyo, Gatot,dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Salmani & Agus Mujiono. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pencerminan Siswa Kelas V SDN 017 Penajam.

J_TEQIP, Edisi Tahun I, Nomor I, November.

(6)

Slavin. 1997. ”Synthesis of research on cooperative learning” dalam

Educational Leadership,Tahun XL(5):71-82.

Subanji, dkk.2012. Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang: Universitas Negeri Malang dan Pertamina.

Referensi

Dokumen terkait

Pada uji perbandingan jamak nilai kontrol ( edible film tanpa penambahan minyak atsiri temulawak) adalah 4. Parameter uji perbandingan jamak meliputi warna, rasa, dan

Lingkup penelitian meliputi pembuatan: paduan U-7Mo dengan teknik peleburan, pembuatan serbuk U-7Mo dengan dikikir dan hydride - dehydride - grinding mill , IEB

Microsft Excel adalah suatu program aplikasi yang berupa kolom dan lajur elektronik yang di tunjukan untuk mengolah dokumen yang berupa angka, dimana angka

ƒ Question, pertanyaan lanjutan apa yang dimiliki siswa. Siswa diminta mengisi kolom KWH saja sedangkan sisanya diisi diakhir pelajaran. Disini siswa dilatih berpikir

Berdasarkan hasil observasi oleh dua orang guru, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan sesuai

Ini adalah realita dalam perkoperasian karena anggota sebagai pemilik koperasi memberikan makna bahwa anggota memiliki hak penuh menentukan diterima atau disetujuinya

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan Kerajaan Siak pada masa pemerintahan sebelum Sultan Assaidis Syarif Hasyim Abdul Jalili Saifuddin, untuk

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah metode deskriptif, penulis mengambarkan masalah-masalah yang terjadi dengan