KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, Skripsi yang berjudul “Isolasi, Identifikasi dan Persentase Keberadaan Hifa Jamur Endofit Pada Tanaman Gemitir (Tagetes erecta L.) di Beberapa Daerah di Bali” dapat diselesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Ibu Dr. Dra. Meitini Wahyuni Proborini, M.Sc, St. dan Bapak Dr. Drs. I.B.G. Darmayasa, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan.
2. Ibu Dra. I.G.A Sugi Wahyuni, M.Si, Bapak Dr. Drs. AA Ketut Darmadi, M.Si, dan Bapak Drs. Martin Joni, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, petunjuk serta koreksi yang dilakukan selama penelitian berlangsung.
3. Bapak Dr. I Ketut Ginantra, S.Pd, M.Si sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan.
4. Orang tua dan seluruh teman-teman mahasiswa jurusan Biologi yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan yang telah diberikan selama kegiatan penelitian ini.
Skripsi ini tentunya masih terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Bukit Jimbaran, Maret 2017
ABSTRAK
Jamur endofit banyak ditemukan pada bagian akar, batang, daun, bunga, buah, hingga daerah rizosfer tanah, dimana jamur ini banyak digunakan sebagai antijamur, biostimulan, antibakteri, dan lain sebagainya. Tanaman gemitir termasuk tanaman yang banyak dibudidayakan di beberapa daerah di Bali. Pemanfaat tanaman ini di Bali yaitu sebagai bahan upakara melalui canang, tanaman hias hingga tanaman obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis dan perbedaan jenis – jenis jamur endofit serta untuk melihat persentase keberadaan hifa jamur endofit dalam jaringan akar, batang, dan daun pada tanaman gemitir yang diambil pada lokasi berbeda. Pengambilan sampel dilakukan di Desa Pangsan-Kabupaten Badung, Desa Angseri-Kabupaten Tabanan, dan Desa Temesi-Kabupaten Gianyar. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu metode diagonal dengan lima titik sampel. Proses pengerjaan sampel dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan (Mikologi) FMIPA Universitas Udayana pada bulan Januari – Maret 2017. Pada penelitian ini sebanyak 15 spesies berhasil teridentifikasi hingga tingkat genus yang termasuk ke dalam enam genus yaitu Alternaria, Aspergillus, Botrytis, Trichoderma, Penicillium dan Syncepalastrum. Total koloni jamur pada sampel terbanyak terdapat pada lokasi penelitian A (Desa Pangsan-Badung) dan persentase keberadaan hifa jamur endofit tertinggi terdapat pada lokasi C (Desa Temesi-Gianyar).
ABSTRACT
Endophytic fungi are found in roots, stems, leaves, flowers, fruit, until rhizosphere in soil area, where the fungus is widely used as an antifungal, biostimulan, antibacterial, and many more. Gemitir is one plant which widely cultivated in some areas in Bali. In Bali this plants use as a material for upakara, ornamental plants and herbs. This study was conducted to determine the type and different kind of endophytic fungi and to see the percentage of endophytic fungal hyphae in the roots, stems, and leaves on gemitir which taken at different locations. Sampling was taken at the Pangsan-Badung, Angseri-Tabanan Regency and Temesi-Gianyar. The sampling method which used is the diagonal method with five sample points. Isolation and identification process was carried out in the Laboratory of Plant Taxonomy (Mycology), State University of Udayana in January-March 2017. In this study of 15 species successfully identified to the genus level that belongs to the five genera namely Aspergillus, Botrytis, Trichoderma, Penicillium and Syncepalastrum. Total of fungal colonies in most samples were found at research location A (Pangsan-Badung Village) and percentage of highest endophytic fungal hypha existed at location C (Temesi-Gianyar Village)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………... i
LEMBAR PENGESAHAN……… ii
KATA PENGANTAR……… iii
ABSTRAK……….. iv
ABSTRACT……… v
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL………... vii
DAFTAR GAMBAR……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN………... x I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1 1.2 Rumusan Masalah……… 3 1.3 Hipotesis………... 3 1.4 Tujuan Penelitian……….. 4 1.5 Manfaat Penelitian……… 4
II. TINJAUAN PUSTAKA………. 5
III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data……… 12
3.2 Metode Pengolahan Data……… 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis – Jenis Jamur Endofit……… 18
4.2 Total Koloni………. 30
4.3 Persentase Keberadaan Hifa Jamur Endofit………… 31
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………... 33
5.2 Saran………. 33
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Total Koloni Jamur Pada Lokasi……….. 16 Tabel 2. Jenis Jamur Teridentifikasi Dan Lokasi Ditemukannya….. 17 Tabel 3. Kriteria Persentase Keberadaan Hifa Jamur Endofit
(Setiadi dkk., 1992) ……… 17 Tabel 4. Hasil Persentase Keberadaan Hifa Jamur Endofit………… 17 Tabel 5. Jenis Jamur Teridentifikasi dan Lokasi Ditemukannya…... 29 Tabel 6. Total populasi sampel pada lokasi A, B, dan C…………... 30 Tabel 7. Hasil Persentase Keberadaan Hifa Jamur Endofit………… 31
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Pola Titik Pengambilan Sampel Dengan Metode
Diagonal………
12
Gambar 2. Alternaria alternata secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidiofor b = bagian
menyerupai paruh bebek………... 19 Gambar 3. Trichoderma amazonicum secara makroskoskopis (A)
dan secara mikroskopis (B), a = konidiofor…………
20
Gambar 4. Trichoderma hamatum secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidiofor………
20
Gambar 5. Trichoderma sp.1 secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidiofor, b = fialid…...
20
Gambar 6. Trichoderma sp.2 secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidiofor, b = fialid…...
21
Gambar 7. Aspergillus flavus secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidiofor b = vesikula…
22
Gambar 8. Aspergillus niger secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidia b = konidiofor c = vesikula………..
22
Gambar 9. Aspergillus fumigatus secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidia b = vesikula c = konidofor………..
23
Gambar 10. Aspergillus tamarii secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = vesikula b = konidiofor...
23
Gambar 11. Aspergillus sp.1 secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidiofor b = vesikula…
23
Gambar 12. Aspergillus sp.2 secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = konidia b = konidiofor c = vesikula………..
Gambar 13. Penicillium griseofulvum secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = fialid b = konidiofor c = konidia………
24
Gambar 14. Penicillium digitatum secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = fialid b = konidia c = konidiofor……….
25
Gambar 15. Botrytis sp.1 secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis(B), a = konidiofor b = sporangiola……..
25
Gambar 16. Syncepalastrum sp. 1 secara makroskoskopis (A) dan secara mikroskopis (B), a = merospora b = vesikula c = sporangiofor………
26
Gambar 17. Kolonisasi hifa pada akar di Lokasi A (Desa Pangsan) 32 Gambar 18. Kolonisasi hifa pada akar di Lokasi B (Desa Angseri) 32 Gambar 19. Kolonisasi hifa pada akar di Lokasi C (Desa Temesi) 32 Gambar 20. Denah lokasi penelitian A (Desa Pangsan-Kabupaten
Badung) ………...
39 Gambar 21. Denah lokasi penelitian B (Desa Angseri-Kabupaten
Tabanan) ………..
39 Gambar 22. Denah lokasi penelitian C (Desa Temesi-Kabupaten
Gianyar) ………...
39 Gambar 23. lokasi penelitian B (Desa Angseri-Kabupaten
Tabanan) ………..
40 Gambar 24. lokasi penelitian C (Desa Temesi-Kabupaten Gianyar) 40 Gambar 25. lokasi penelitian A (Desa Pangsan-Kabupaten
Badung) ………...
40
Gambar 26. Alat dan bahan yang digunakan………. 41 Gambar 27. Suhu dan Kelembaban di Lokasi A (Desa Pangsan) 43 Gambar 28. Suhu dan Kelembaban di Lokasi B (Desa Angseri) 43 Gambar 29. Suhu dan Kelembaban di Lokasi C (Desa Temesi) 43
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian………... 39 Lampiran 2. Lokasi Pengambilan Sampel………... 40 Lampiran 3. Alat dan Bahan yang Digunakan……… 41 Lampiran 4. Hasil Perhitungan Persentase Keberadaan Hifa Jamur
Endofit Pada Akar Tanaman Gemitir di lokasi A (Desa Pangsan), B (Desa Angseri), dan C (Desa
Temesi) ……… 42
Lampiran 5. Data Analisa Tanah, Suhu dan Kelembaban………… 43 Lampiran 6. Klasifikasi Sampel Teridentifikasi………... 44
I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Jamur endofit merupakan jamur yang hidup di dalam jaringan tanaman dimana keberadaannya tidak membuat sakit pada tanaman tersebut namun sebaliknya jamur endofit mampu membantu tanaman untuk perlindungan dari organisme pengganggu seperti hama maupun patogen (Puspita dkk., 2013). Mekanisme perlindungan yaitu berasal dari zat-zat metabolit sekunder yang dikeluarkan oleh tanaman dan berasosiasi dengan jamur endofit yang hidup pada jaringan tanaman (Maknickiene dkk., 2013 dalam Puspita dkk., 2013). Suciatmih, dkk (2014) menyebutkan bahwa jamur endofit dapat meningkatkan pertanaman dan vigor pada tanaman, meningkatkan pengambilan nutrien tanaman dan berpotensi memberikan resistensi pada tanaman melawan infeksi patogen. Selain itu, jamur endofit juga mampu menstimulasi tanaman sebagai pertahanan terhadap patogenitas (Benhamau dkk., 2000 dalam Suciatmih dkk., 2014).
Bagian dari tanaman yang disukai jamur endofit sebagai tempat tumbuhnya yaitu pada jaringan akar, batang, daun, bunga, buah, dan rizosfer tanah tanaman. Rizosfer tanah merupakan bagian yang paling banyak terdapat endofit, hal ini disebabkan pada bagian rizosfer tanah terdapat banyak eksudat – eksudat yang berasal dari akar tanaman yang berguna sebagai nutrisi bagi pertanaman endofit (Rao,1994). Menurut Tan dan Zou (2000) dalam Retnowati, dkk (2012) jamur endofit ternyata memiliki senyawa aktif yang sama seperti senyawa yang terdapat dalam tanaman inangnya, hal ini terjadi karena adanya kegiatan pertukaran materi genetik yang terjadi antara inang dan mikroba endofit secara evolusioner sehingga endofit yang diambil dari suatu tanaman tertentu memiliki senyawa aktif yang juga terdapat pada tanaman tersebut.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan tanaman dapat terinfeksi oleh endofit dimulai sejak perkecambahan biji yang disimpan dalam kondisi lembab. Dalam kondisi tersebut, endofit dan biji memiliki viabilitas (ketahanan hidup) sampai 15 bulan pada gandum (Latch, 1983) dan dua tahun pada kelompok biji rumput-rumputan (Labeda,1990). Berdasarkan hal tersebut siklus hidup mikroorganisme
endofit dianggap mengikuti siklus hidup pembentukan biji baik secara langsung maupun tidak langsung (Labeda, 1990).
Keberadaan endofit yang menguntungkan ini, memunculkan banyaknya penelitian yang berkaitan. Salah satu penelitian endofit yang dilakukan oleh Strobel, dkk di tahun 1993 dimana endofit Taxomyces andreana yang diisolasi dari tanaman Taxus brevifolia ternyata mampu menghasilkan senyawa taksol yang berguna sebagai obat antikanker (Simanjuntak dkk., 2002). Selain itu penelitian lain yang dilakukan Simanjuntak, dkk di tahun 2002 juga menunjukkan bahwa endofit yang diisolasi dari tanaman kina (Cinchona sp.) mampu memproduksi senyawa alkaloid sinkona yang sangat berguna sebagai bahan baku obat – obatan, salah satunya sebagai bahan baku obat malaria.
Masih banyak penelitian yang dilakukan terhadap endofit yang tidak hanya menghasilkan senyawa aktif yang berguna bagi kesehatan namun juga bagi industri. Hasil penelitian yang dilakukan Sugijanto (2008) terhadap pulasari
(Alyxia reinwardtii BL.) merupakan inovasi baru terhadap dunia jamur endofit,
dimana dalam penelitian ini ditemukan jamur endofit baru yaitu Lecytophora sp. yang berfungsi sebagai pengganti pulasari untuk industri jamu yang kian sulit dibudidayakan dan semakin langka. Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa isolasi endofit mampu menekan eksploitasi berlebih pada tanaman yang dapat menyebabkan kepunahan (Retnowati dkk., 2012).
Masih banyak tanaman yang endofitnya belum banyak diteliti, salah satunya tanaman gemitir (Tagetes erecta L.). Tanaman gemitir merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di Bali. Hal ini karena bunga dari tanaman ini banyak digunakan sebagai sarana kegiatan keagamaan di Bali melalui canang. Gemitir juga memiliki nilai ekspor yang tinggi. Sehingga banyak daerah di Bali yang mulai membudidadayakan gemitir yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Denpasar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Bangli, Kabupaten Singaraja, dan Kabupaten Gianyar. Selain dimanfaatkan sebagai bahan upakara, gemitir juga dimanfaatkan sebagai bahan obat seperti infeksi saluran pernafasan, anti radang, mengencerkan dahak, mengatasi batuk, sakit pada mata dan obat untuk luka. Di Filipina, tanaman gemitir juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat anemia,
menstruasi yang tidak lancar hingga rematik. Bunga gemitir juga memiliki berbagai kandungan senyawa aktif salah satunya minyak atsiri yang berfungsi sebagai anti bakteri, anti jamur, hingga larvasida (Winarto, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian tentang eksplorasi, isolasi, identifikasi, dan melihat seberapa jauh persentase keberadaan hifa jamur endofit pada tanaman gemitir yang diambil dari beberapa daerah di Bali sebagai langkah awal penelitian tentang endofit pada tanaman. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan yang lebih bermanfaat sebagai biostimulan, antijamur, anti bakteri, obat tanpa merusak komunitas tanaman yang ada.
1.2Rumusan Masalah
1. Jenis – jenis jamur endofit apa sajakah yang terdapat pada tanaman gemitir yang diambil pada lokasi berbeda?
2. Apakah terdapat perbedaan total koloni jamur endofit yang terdapat pada sampel tanaman gemitir yang diambil pada lokasi berbeda?
3. Berapakah persentase keberadaan hifa jamur endofit pada akar di tanaman gemitir yang diambil pada lokasi berbeda?
1.3Hipotesis
Perbedaan tempat dapat berpengaruh terhadap jumlah, jenis jamur dan persentase keberadaan hifa jamur endofit pada tanaman gemitir (Tagetes erecta).
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis – jenis jamur endofit yang terdapat pada tanaman gemitir yang diambil pada lokasi berbeda
2. Untuk mengetahui perbedaan jumLah populasi jamur yang terdapat pada sampel tanaman gemitir yang diambil pada lokasi berbeda
3. Untuk melihat persentase keberadaan hifa jamur endofit pada akar di tanaman gemitir yang diambil pada lokasi berbeda
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis jamur endofit pada tanaman gemitir (Tagetes erecta) dimana jamur endofit sendiri kedepannya dapat dimanfaatkan sebagai biostimulan, antijamur, antibiotik, biopestisida dan masih banyak manfaat lainnya.