• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika - Setyaning Wulan Laras Astuty BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika - Setyaning Wulan Laras Astuty BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Masalah Matematika

Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

akan dicapai. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan

bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon.

Namun mereka menyatakan juga bahwa tidak semua pertanyaan akan

menjadi masalah. Hal ini senada dengan pendapat Cooney (Shadiq, 2004),

menyatakan bahwa “… for a question to be a problem, it must present a

challenge that cannot be resolved by some routine procedure known to the

student”. (Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan

itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh

suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh siswa). Sehingga untuk

memecahkan suatu masalah diperlukan waktu yang relatif lebih lama dari

proses pemecahan masalah.

Masalah dalam matematika bukan berarti tentang hambatan atau

kendala hasil belajar matematika. Pada proses belajar matematika, masalah

matematika merupakan masalah yang dikaitkan dengan materi belajar

matematika atau penugasan matematika. Dalam hal ini guru menyajikan

materi pelajaran dengan mengarahkan siswa kepada pemanfaatan strategi

pemecahan masalah dalam memahami materi pelajaran dan dalam

(2)

seorang siswa dan siswa tersebut langsung mengetahui cara

menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan

sebagai masalah. Jadi suatu pertanyaan atau soal matematika merupakan

suatu problem bergantung masing-masing individu, ini artinya bagi

individu tertentu suatu pertanyaan mungkin merupakan problem

sedangkan bagi individu lain bukan merupakan problem. Demikian juga,

suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi individu pada suatu

waktu, tetapi bukan merupakan suatu masalah lagi bagi individu tersebut

pada saat berikutnya, bila individu tersebut sudah mengetahui cara dan

proses penyelesaian masalah tersebut.

Holmes (Wardhani,dkk, 2010) menyebutkan terdapat dua jenis

masalah dalam pembelajaran matematika yaitu jenis yang pertama adalah

masalah rutin. Masalah ini dapat dipecahkan menggunakan prosedur

standar yang sudah diketahui dalam matematika. Sedangkan masalah jenis

kedua adalah masalah nonrutin yang merupakan situasi masalah yang tidak

biasa dan dapat memiliki lebih dari satu penyelesaianya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa masalah matematika adalah suatu

pertanyaan atau kondisi yang menunjukkan adanya suatu tantangan tetapi

penyelesaiannya tidak bisa diperoleh secara langsung dengan prosedur

yang ada dalam soal matematika atau langkah untuk mendapatkan jawaban

(3)

B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Setiap masalah tentu menuntut adanya suatu penyelesaian. Untuk

mencapai penyelesaian tersebut diperlukan adanya proses pemecahan

masalah. Dalam pembelajaran matematika, penyelesaian masalah dapat

diartikan sebagai serangkaian proses dalam usaha untuk memecahkan atau

menyelesaikan masalah matematika. Menurut NCTM (2000) pemecahan

masalah adalah suatu penyelesaian yang belum diketahui sebelumnya

dengan cara penugasan sehingga siswa harus menggambarkan

pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman matematika baru.

Pemecahan masalah bukan saja merupakan suatu sasaran belajar, tetapi

sekaligus alat utama dalam proses pembelajaran. Pemecahan masalah

merupakan keterampilan yang bisa diajarkan dan dipelajari. Dalam

pembelajaran matematika Polya (1973) mengartikan pemecahan masalah

sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai

satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai. Proses belajar

menggunakan pemecahan masalah, memungkinkan siswa membangun

atau mengonstruksi pengetahuannya sendiri didasarkan pengetahuan yang

telah dimilikinya sehingga proses belajar yang dilakukan akan berjalan

aktif dan dinamis.

Dalam proses pemecahan masalah tentu dibutuhkan sebuah

kemampuan, yaitu kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan

diartikan sebagai kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang

(4)

praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan

melalui tindakannya. Sejalan dengan hal tersebut Nasution (2009)

mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah

kemampuan untuk menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah

dipelajari terlebih dahulu guna untuk memecahkan masalah yang baru.

Namun untuk memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan

aturan-aturan, tapi juga menghasilkan pelajaran baru. Dalam memecahkan

masalah pelajar harus berpikir, mencoba hipotesis, dan jika berhasil

memecahkan masalah itu maka dapat mempelajari sesuatu yang baru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pemecahan masalah

merupakan kegiatan menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan

matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan memeriksa

kembali jawaban. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah adalah

kecakapan atau potensi yang dimiliki seseorang atau siswa dalam

menyelesaikan masalah atau soal dalam bentuk cerita, menyelesaikan soal

yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan

sehari-hari atau keadaan lain, dan memeriksa kembali jawaban.

Adapun fungsi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

menurut NCTM (2000) meliputi:

1. Pemecahan masalah adalah alat penting mempelajari matematika.

Banyak konsep matematika yang dapat dikenal secara efektif kepada

(5)

2. Pemecahan masalah dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan

alat, sehingga siswa dapat memformulasikan, mendekati, dan

menyelesaikan masalah sesuai dengan yang telah mereka pelajari di

sekolah.

C. Tahapan Pemecahan Masalah Polya

Pemecahan masalah memerlukan strategi dalam pelaksanaannya.

Kebenaran, ketepatan, keuletan dan kecepatan adalah suatu hal yang

diperlukan dalam penyelesaian masalah. Keterampilan siswa dalam

menyusun suatu strategi adalah suatu kemampuan yang harus dilihat oleh

guru. Jawaban benar bukan standar ukur mutlak, namun proses yang lebih

penting darimana siswa dapat mendapatkan jawaban tersebut.

Secara umum strategi pemecahan masalah yang sering digunakan

adalah strategi yang dikemukan oleh Polya. Menurut Polya (1973), untuk

mempermudah memahami dan menyelesaikan suatu masalah, terlebih

dahulu masalah tersebut disusun menjadi masalah-masalah sederhana,

kemudian dianalisis (mencari semua kemungkinan langkah-langkah yang

akan ditempuh), kemudian dilanjutkan dengan proses sintesis (menarik

kebenaran setiap langkah yang dilakukan). Langkah-langkah tersebut

dapat disederhanakan menjadi empat langkah yaitu:

1. Memahami masalah (Understanding The Problem)

Di dalam memahami masalah, dimunculkan beberapa pertanyaan,

seperti : Apa yang tidak diketahui? Data apa yang diberikan? Mungkinkah

(6)

Buatlah gambar dan tulislah notasi yang sesuai. Dengan demikian, maka

akan benar-benar memahami masalah tersebut.

2. Membuat rencana penyelesaian (Devising a Plan)

Di dalam merencanakan suatu penyelesaian, kemampuan memilih

strategi yang cocok merupakan hal yang sangat penting. Hal ini

dikarenakan, dengan memilih strategi yang tepat akan memudahkan

dalam melaksanakan penyelesaian masalah tersebut. Selain itu, didalam

merencanakan penyelesaian akan memunculkan pemikiran-pemikiran,

pernah adakah soal seperti ini yang serupa sebelumnya diselesaikan?

Dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah yang

sekarang?

3. Melaksanakan rencana (Carrying Out The Plan)

Melaksanakan rencana dapat dilakukan dengan memeriksa setiap

langkah satu sama lain. Apakah tiap langkah sudah benar? Bagaimana

membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar?

4. Memeriksa kembali (Looking Back)

Periksalah kembali hasil yang telah diperoleh. Dapatkah diperiksa

sanggahannya? Dapatkah jawaban itu dicari dengan cara lain? Dapatkah

menggunakan cara atau metode tersebut untuk menyelesaiakan soal yang

lain? Apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya?

Berikut ini diuraikan indikator kemampuan pemecahan masalah

(7)

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Tahap Pemecahan Masalah Polya

Tahap Pemecahan Masalah

Polya Indikator

Memahami Masalah

Siswa dapat menyebutkan informasi-informasi yang diberikan dari pertanyaan yang diajukan dan menuliskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan.

Membuat Rencana Penyelesaian

Siswa dapat membuat rencana penyelesaian masalah dari informasi yang didapatkan atau hal-hal yang diketahui untuk pemecahan masalah.

Melaksanakan Rencana Siswa dapat memecahkan masalah melalui rencana yang telah dibuat.

Memeriksa Kembali

Siswa dapat melakukan pemeriksaan kembali terhadap jawaban yang sudah ada dan mengaitkan jawaban yang telah diperoleh berdasarkan unsur-unsur yang ada pada soal.

Contoh soal kemampuan pemecahan matematis:

Di lapangan parkir sebuah gedung terdapat 90 kendaraan yang terdiri dari

sepeda motor dan mobil. Jika jumlah roda seluruh kendaraan tersebut

(tanpa ban serep) adalah 300 roda. Tentukan banyaknya sepeda motor dan

mobil di tempat parkir tersebut!

Penyelesaian:

a) Memahami masalah

Diketahui :

Banyak kendaraan seluruhnya adalah 9 buah. Jumlah roda sepeda motor

adalah 2 buah Jumlah roda mobil adalah 4 buah Jumlah roda kendaraan

(8)

Ditanyakan :

Banyaknya sepeda motor dan mobil?

b) Membuat rencana penyelesaian

Misal :

m = banyak sepeda motor

n = banyak mobil

Sehingga diperoleh sistem persamaan:

….. (1)

……(2)

Eliminasi persamaan 1 dan persamaan 2

c) Melaksanakan rencana

Metode Eliminasi untuk menghilangkan variabel n, diperoleh:

x4

x5 -

Metode eliminasi untuk menghilangkan variabel m, diperoleh:

x2

x1 -

(9)

Jadi banyak sepeda motor adalah 30 buah dan banyaknya mobil adalah 60

buah.

d) Memeriksa kembali

Masukan nilai m dan n ke persamaan 1 dan persamaan 2

Persamaan 1:

Persamaan 2:

D. Sikap Kerja Keras

Pada kurikulum pendidikan di Indonesia salah satu tujuan pendidikan

Indonesia adalah membentuk karakter bangsa yang baik. Menurut Prayitno

dan Widyantini (2011) dalam Pedoman Pengembangan Pendidikan dan

karakter Bangsa Kementrian Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

teridentifikasi 18 macam nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam

pendidikan budaya dan karater bangsa. Nilai tersebut adalah religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu,

(10)

komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, tanggung jawab.

Pada pembelajaran matematika dapat ditanamkan nilai-nilai karakter

yang diantaranya berpikir logis-kritis-kreatif-inovatif, kerja keras, rasa

ingin tahu, kemandirian, dan percaya diri (Prayitno dan Widyantini, 2011).

Menurut Prayitno dan Widyantini (2011) Kerja keras adalah perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-ungguh dalam menghadapi dan mengatasi

berbagai hambatan belajar, tugas atau yang lainnya dengan

sungguh-sungguh dan pantang menyerah.

Kerja keras (Kesuma dkk :2012) suatu upaya yang dilakukan terus

menerus dalam menyelesaikan tugas/ pekerjaan sampai tuntas. Sejalan

dengan itu menurut Yaumi (2014) deskripsi dari kerja keras adalah

perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan

sebaik-baiknya.

Menurut Elfiendri (2012) kerja keras adalah sikap seseorang yang tidak

mudah berputus asa yang disertai kemauan keras dalam mencapai tujuan

dan cita-citanya. Orang dengan sikap kerja keras selalu berusaha

memaksimalkan potensi yang dimiliki dalam penyelesaian suatu tugas

suatu pekerjaan. Sikap ini muncul sebagai wujud dorongan motivasi yang

kuat serta orientasi kedepan yang jelas dan selalu berpikir positif. Dapat

(11)

putus asa dan pantang menyerah dalam memecahkan masalah atau

hambatan dalam belajar.

Ciri- ciri/ karakteristik sikap kerja keras (Kesuma dkk : 2012) adalah

perilaku seseorang dengan kecenderungan sebagai berikut:

1. Merasa risau jika pekerjaan belum terselesaikan sampai tuntas

2. Mengecek/memeriksa apa yang dilakukan yang menjadi tangung

jawabnya dalam suatu posisi atau jabatan

3. Dapat mengelola waktu yang dimiliki

4. Mampu mengorganisasikan sumber daya yang ada untuk

menyelesaikan tugas dan tangungjawabnya.

Menurut Prayitno dan Widyantini (2011) bahwa pada masing-masing

nilai tersebut dijabarkan indikatornya. Ada dua jenis indikator, yaitu

indikator untuk sekolah dan kelas dan indikator untuk mata pelajaran.

Sikap kerja keras dikategorikan dalam indikator untuk mata pelajaran

matematika SMP.

Prayitno dan Widyantini (2011) menyatakan bahwa indikator dari

sikap kerja keras meliputi:

1. Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu yang

telah ditetapkan

2. Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam menghadapi

masalah

(12)

Adapun indikator sikap kerja keras menurut Wuryanto (Patmawati dkk,

2013) adalah sebagai berikut:

1. Pantang menyerah dalam mengahadapi berbagai kesulitan dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2. Mencari strategi untuk mengatasi kesulitan dengan pemikirannya

sendiri.

3. Menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.

4. Berupaya mencari sumber belajar dan informasi tentang konsep yang

dipelajari.

5. Mengajukan ide dan pendapat dalam setiap diskusi.

6. Memiliki etos kerja yang tinggi.

Berdasarkan uraian indikator-indikator di atas, peneliti akan

mengambil indikator-indikator sikap kerja keras siswa sebagai berikut:

1. Menyelesaikan tugas dengan tepat waktu

2. Tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas

3. Berupaya mencari sumber belajar dan informasi tentang konsep yang

dipelajari

4. Mencari strategi untuk mengatasi kesulitan dengan pemikiran sendiri

5. Mengajukan pendapat dalam setiap diskusi

(13)

E. Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi Sisterm

Persamaan Linier Dua Variabel untuk siswa SMP/MTs kelas VIII semester

1 yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Tabel 2.2 Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

(14)

Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua

variabel dan pangkat masing-masing variabelnya satu. Sedangkan, sistem

persamaan linear dua variabel adalah suatu sistem persamaan yang

memiliki lebih dari satu persamaan linear dengan dua variabel dan

memiliki beberapa penyelesaian. Bentuk umum sistem persamaan linear

dua variabel:

}

Ada empat metode penyelesaian dalam SPLDV, diantaranya:

1. Metode Substitusi

Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode

substitusi dilakukan dengan cara mengganti (mensubstitusikan) salah satu

variabel dengan variabel lainnya.

2. Metode Eliminasi

Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode

eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan (mengeliminasi) salah

satu variabel.

3. Metode Grafik

Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan

menggunakan metode grafik dilakukan dengan cara membuat grafik dari

kedua persamaan yang diketahui dalam satu diagram. Koordinat titik

potong kedua garis yang telah dibuat merupakan penyelesaian dari sistem

(15)

4. Metode Campuran

Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode

campuran merupakan perpaduan antara metode eliminasi dan metode

substitusi.

F. Penelitian Relevan

Ifanali (2014) dalam penelitiannya menyatakan penerapan

langkah-langkah Polya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah soal

cerita pecahan pada siswa kelas VII SMP N 13 Palu. Dengan 4 langkah

Polya siswa dapat mengubah kalimat verbal menjadi model matematika,

menyamakan penyebut dengan cara mencari KPK, dan siswa dapat

mengecek atau mengoreksi kembali jawaban yang telah dipeoroleh dan

membuat kesimpulan. Dewiyani (2008) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa langkah Polya dapat digunakan sebagai salah satu

saran bagi pengajar untuk memfasilitasi peserta didik agar terampil dalam

pemecahan masalah matematika.

Persamaan peneletian tersebuat dengan penelitian ini adalah

sama-sama memfokuskan pada kemampuan pemecahan masalah matematis

berdasarkan tahapan Polya. Perbedaan penelitian ini lebih fokus pada

kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan tahapan Polya

(16)

E. Kerangka Berpikir

Kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki oleh siswa. Oleh

karenanya kemampuan pemecahan masalah harus dibelajarkan dan dilatih.

Dengan dimilikinya kemampuan pemecahan masalah, siswa menjadi lebih

mudah untuk mengidentifikasi masalah dan memahami masalah, setelah siswa

dapat memahami masalah dengan baik maka siswa dapat memberikan solusi

yang tepat. Hal tersebut sangat mendukung keberhasilan siswa dalam

pembelajaran. Setelah berhasil dalam pembelajaran diharapkan dapat

memperoleh keberhasilan dalam hidup.

Pentingnya memiliki kemampuan pemecahan masalah dapat

membantu siswa memahami pelajaran matematika yang selama ini dianggap

sulit, terlebih lagi jika sudah menemukan soal yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Ada beberapa langkah dalam menyelesaikan soal

pemecahan masalah, salah satunya dengan langkah Polya yang dalam

penyelesaian pemecahan masalahnya lebih sederhana, aktifitas-aktifitasnya

juga sangat jelas. Polya menyebutkan ada 4 langkah dalam pemecahan

masalah, yaitu understandng the problem (memahami masalah), Devising plan

(membuat perencanaan), Carrying out the plan (melaksanakan perencanaan),

looking back (pemeriksaan kembali).

Kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa harus

didukung dengan keinginan siswa untuk memiliki sikap kerja keras yang

tinggi. Sikap kerja keras akan memudahkan siswa menguasai pelajaran

(17)

berkembang dari yang tadinya merasa malas dan kesulitan dalam mempelajari

matematika akan berupaya untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang

dihadapi, sehingga harapan yang diinginkan siswa dapat menguasai pelajaran

matematika akan mudah tercapai. Diharapkan dengan mengetahui kemampuan

pemecahan masalah matematis siwa untuk masing-masing kategori sikap kerja

keras dapat membantu siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan dalam

menyelesaikan masalah matematika. Siswa diharapkan juga dapat

mengoptimalkan cara belajar yang lebih dominan agar dapat memperoleh

prestasi belajar yang tinggi. Bagi guru diharapkan dengan mengetahui

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau dari sikap

kerja keras dapat lebih mengoptimalkan proses pembelajaran serta memahami

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis berdasarkan Tahap Pemecahan Masalah Polya
Tabel 2.2 Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan

Referensi

Dokumen terkait

mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh dalam rangka memecahkan masalah yang belum pernah dijumpai. Jadi strategi pemecahan masalah adalah segala rencana tahapan

meliputi memahami masalah ( Understanding the problem) , membuat rencana pemecahan masalah ( Devising a plan), melaksanakan rencana ( Carrying out the plan), serta

Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:(1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah;

Pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian masalah tidak melaksanakan tiga komponen planning yaitu memantau waktu yang digunakan untuk pemecahan masalah,

Siswa mampu menyusun strategi pemecahan masalah sesuai dengan prosedur yang tepat, sehingga dapat membantu untuk memperoleh solusi pemecahan masalah matematis. 3

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) siswa climbers dalam memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan

Untuk menyederhanakan permasalahan, kita dapat menggunakan variabel sebagai pengganti kalimat dalam soal; (10) Menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa,

18 Tabel 2.1 Pedoman penskoran pada Soal Pemecahan Masalah Skor Memahami masalah Membuat Rencana Pemecahan masalah Melakukan Perhitungan Memeriksa Kembali Hasil 0