• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Titin Nurchaeni BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Titin Nurchaeni BAB II"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Kehamilan

a. Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah serangkaian peristiwa yang baru terjadi

apabila ovum telah dibuahi dan akhirnya berkembang sampai

menjadi fetus yang aterm. (Sukarni, 2013; h.63)

b. Terjadinya kehamilan

Peristiwa terjadinya kehamilan dimulai dari adanya

pembuahan kemudian terjadi pembelahan sel yang akan

mengalami nidasi atau implantasi pada dinding saluran reproduksi

kemudian tumbuh dan berkembang dari zigot-embrio-janin

menjadi bakal individu baru.

Kehamilan dipengaruhi berbagai hormone seperti estrogen,

progesterone, human somatomammotropin, prolactin dan human

chorionic gonadotropin (HCG) yang merupakan hormone aktif

khusus yang berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi

kadarnya selama kehamilan. perubahan pada anatomi dan

fisiologi sistem reproduksi serta sistem organ tubuh di pengaruhi

oleh perubahan keseimbangan hormonal. (Sukarni, 2013; h.65)

c. Tanda kehamilan

1) Tanda kemungkinan kehamilan

(2)

(b) Mual dan muntah. Pengaruh estrogen dan progesterone

menyebabkan pengeluaran asam lambung yang

berlebihan

(c) Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan

tertentu

(d) Sinkope. Akibat adanya gangguan sirkulasi ke daerah

kepala (sentral)

(e) Payudara tegang. Pengaruh hormone estrogen,

progesterone dan somatomamotrofi menimbulkan deposit

lemak, air dan garam pada payudara.

(f) Sering miksi. Desakan Rahim ke depan menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh dan sring miksi

(g) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic

usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

(h) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanohore stimulating

hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi di

sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (strie

lividae, strie nigra, linea alba makin hitam) dan pada

sekitar payudara

(i) Epulis. Hipertrofi gusi dapat terjadi disebut epulis dapat

terjadi bila hamil

(j) Varises atau penampakan pebuluh darah vena. Pengaruh

dari estrogen dan progesterone terjadi penampakan

(3)

2) Tanda tidak pasti kehamilan

(a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan

(b) Pada pemeriksaan dalam, di jumpai tanda hegar, tanda

chadwick, tanda pisckacek, kontraksi Braxton hick, dan

teraba ballottement

(c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagai

kemungkinan positif palsu

3) Tanda pasti kehamilan

(a) Gerakan janin dalam rahim

(b) Terlihat/ teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian

janin

(c) Denyut jantung janin (DJJ). Di dengar dengan stetoskop

leanec, alat kardiotokografi, alat dopler. Di lihat dengan

ultrasonografi.

(Manuaba, 2010; h.107-109)

d. Masa-masa kehamilan

1) Trimester pertama

Pada trimester pertama merupakan penyesuaian terhadap

kenyataan bahwa dia sedang mengandung.Beberapa

ketidaknyamanan yang terjadi pada kehamilan trimester

pertama diantaranya kelemahan, perubahan nafsu makan dan

kepekaan emosional. Keadaan ini mencerminkan konflik dan

depresi yang dialami yang menjadi pengingat tentang

(4)

2) Trimester kedua

Periode kesehatan yang baik karena wanita hamil mulai

merasa nyaman dan bebas dari ketidaknyamanan yang

normal dialami saat hamil. Pada trimester kedua dibagi

menjadi dua fase yaitu fase praquickening dan Fase

pasca-praquickening. Quickening menunjukan kenyataan adanya

kehidupan yang terpisah yang mendorong wanita dalam

menjalankan tugas psikologis utamanya untuk

mengembangkan identitas sebagai ibu. Bayi mulai bergerak

pada periode ini. (Sukarni, 2013; h.74)

3) Trimester ketiga

Pada periode ini ibu menjadi tidak sabar menanti kehadiran

sang bayi. Trimester tiga merupakan waktu persiapan yang

aktif terlihat dalam menantikan kelahiran bayi dan menjadi

orang tua sementara perhatian utama terfokus pada bayi.

(Sukarni, 2013; h.74)

e. Perubahan fisiologis kehamilan

Kehamilan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan

baik anatomis maupun fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologi

yang terjadi pada masa kehamilan diantaranya:

1.) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk

menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta,

amnion) sampai persalinan. Pada awal kehamilan penebalan

(5)

Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu penebalan uterus

lebih di pengaruhi oleh desakan dari hasil konsepsi.

(Prawirohardjo, 2009; h.175-176)

2.) Servik uteri

Selama kehamilan, servik akan mengalami perubahan

karena hormone estrogen dan progresteron. Akibat kadar

estrogen meningkat dan adanya hipervaskularisasi serta

meningkatnya suplai darah maka konsistensi servik menjadi

lunak yang disebut tanda goodell. (Kusmyati, 2010 h.55-56)

3.) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus

luteum graviditatum, korpus luteum graviditatis berdiameter

kira-kira 3 cm yang akan mengecil setelah plasenta terbentuk.

Korpus luteum ini mengeluarkan hormone estrogen dan

progresteron. (Kusmiyati, 2010; h.56)

4.) Vagina dan perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit, otot-otot perineum dan

vulva. Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,

mengendornya jaringan ikat dan hipertrofi sel otot polos.

(6)

5.) Sistem integument/kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang akan mengenai

daerah payudara dan paha. Perubahan ini dihasilkan dari

cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.

Estrogen dan progresteron memiliki peran dalam

melanogenesis dan bisa disebut sebagai faktor pendorong.

(Prawirohardjo, 2009; h.179)

6.) Payudara/mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormone

somatomamotropin, estrogen, dan progesterone, akan tetapi

belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi

system saluran sedangkan progesterone menambah sel-sel

asinus pada mammae. Rasa penuh, peningkatan sensitivitas,

rasa geli dan rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu

keenam kehamilan. (Kusmiyati, 2010; h.56-57)

7.) Sirkulasi darah/kardiovaskular

Volume darah akan meningkat secara progresif mulai

minggu ke 6 sampai minggu ke 8 kehamilan dan mencapai

puncaknya pada minggu ke 32 sampai minggu ke 34 dengan

perubahan kecil setelah minggu tersebut. Peningkatan volume

plasma berkisar antara 40-45% dipengaruhi oleh aksi

progresteron dan estrogen pada ginjal yang didinisiasi oleh

(7)

Eritropin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah

merah sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan

peningkatan volume plasma sehingga mengakibatkan

hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl

menjadi 12,5 g/dl atau bisa juga mencapai dibawah 11 g/dl.

(Prawirohardjo, 2009;h.182-184)

8.) Traktus digestivus/pencernaan

Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan

karena perubahan posisi lambung dan aliran balik asam

lambung ke esophagus bagian bawah. Terjadi penurunan

produksi asam lambung dan sering terjadi nausea serta mual

muntah karena pengaruh HCG, tonus otot-otot traktus

digestivus menurun sehinggan motilitas trakrus digestivus

menjadi berkurang. (Kusmiyati, 2010; h.59-60)

9.) Traktus urinarius/ perkemihan

Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan sehingga sering timbul rasa ingin kencing. Laju filtrasi

glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada

kehamilan. Fungsi ginjal berubah karena adanya homon

kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas

fisik dan asupan makanan. (Kusmiyati, 2010; h.59)

f. Tanda bahaya kehamilan

Dalam masa kehamilan terdapat beberapa tanda bahaya yang

(8)

1. Perdarahan pada kehamilan muda

Biasanya terjadi pada usia kehamilan sebelum 24 minggu.

Perdarahan tersebut bisa disebabkan oleh

(a) Perdarahan saat trophoblas melekat pada endometrium,

biasanya terjadi saat implantasi 8 sampai 12 hari setelah

fertilisasi.

(b) Abortion. 15% terjadi pada abortus spontan sebelum usia

kehamilan 12 minggu dan sering terjadi pada primigravida

(c) Hydatidiform molae. Akibat dari degenerasi chorionic vili

pada awal kehamilan. Embrio mati dan di reabsorbsi/ mola

terjadi di dekat fetus.

(d) Ectopic pregnancy. Ovum dan sperma yang berfertilisasi

kemudian berimplantasi diluar dari uteri cavity.

(e) Cervical lesion. Lesi di cervik

(f) Vaginitis. Infeksi pada vagina

(Sumarni, 2011; h.190)

2. Perdarahan pada kehamilan lanjut

Biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu.

Perdarahan pada kehamilan lanjut dibagi menjadi 2 yaitu

plasenta previa dan abrupsio plasenta. (Sumarni, 2011; h.190)

3. Hipertensi gravidarum

Keadaan dengan tekanan darah sistolik dan diastolic lebih dari

140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan

(9)

darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan diastolic lebih

dari 15 mmHg. (Prawirohardjo, 2009; h.535)

4. Nyeri perut bagian bawah

Bersifat menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini

bisa berhubungan dengan apendiciti, kehamilan ekopik,

aborsi, radang panggul, penyakit kantung empedu, uterus

yang irritable, ISK atau abrupsio plasenta. (Sumarni, 2011;

h.191)

5. Sakit kepala yang hebat

Menetap dan tidak hilang setelah beristirahat disertai dengan

pandangan kabur merupakan gejala preeklamsia. (Sumarni,

2011; h.192)

6. Pandangan kabur

Pengaruh hormonal bisa mengacaukan pandangan pada

ibu hamil. Gangguan visual yang dapat mengancam jiwa

adalah beersifat mendadak, dan berbayang/ double vision.

(Sumarni, 2011; h.192)

7. Bengkak wajah dan jari-jari tangan

Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada

muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai

dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan

tanda-tanda anemia, gagal jantung dan pre eklamsi. (Sumarni, 2011;

(10)

8. Gerakan janin tidak terasa

Secara normal ibu merasakan gerakan janin pada bulan ke 5

atau ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur gerakan janin

melemah. Gerakan bayi sangat terasa pada saat ibu istirahat,

makan, minum dan berbaring. Biasanya bayi bergerak paling

sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. (Sumarni, 2011; h.193)

g. Komplikasi pada masa kehamilan

1.) Hiperemesis gravidarum (mual dan muntah)

Disebabkan karena meningkatnya kadar estrogen dan

HCG dalam serum. Beberapa factor yang mempengaruhi

terjadinya hyperemesis gravidarum yaitu:

(a) Factor predisposisi yang sering dikemukankan adalah

primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.

(b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan

perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang

menurun dari pihak ibu terhadap perubahan merupakan

factor organic

(c) Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu

terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu factor

organic

(Wiknjosastro, 2007; h.275-276)

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu

dilaksanakan dengan memberikan keyakinan bahwa mual dan

muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan

(11)

menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan

dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. (Wiknjosastro, 2007;

h.278)

2.) Preeklamsi dan eklamsi

Preeklamsia merupakan penyakit dengan gejala

hiertensi, oedem, dan proteinuria karena kehamilan. Secara

umum Penyakit ini muncul pada triwulan ke 3 kehamilan.

Untuk menegakkan diagnosa preeklamsi, kenaikan tekanan

sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan biasanya

atau mencapai 140 mmHg atau lebih. (Wiknjosastro, 2007;

h.282)

Pengobatan preklamsi yang tepat yaitu dengan

pengakhiran kehamilan karena tindakan dapat mencegah

terjadinya eklamsi dengan bayi yang masih prematur,

penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat

menyebabkan eklamsi atau kematian janin. (Wiknjosastro,

2007; h.281-282, h.290-292)

3.) Anemia

Anemia yang terjadi pada masa kehamilan biasanya

disebabkan karena adanya peningkatan zat besi akibat

peningkatan kebutuhan maternal dan janin. Untuk mencegah

anemia pada masa kehamilan maka ibu hamil perlu diberikan

pendidikan dan konseling tentang nutrisi untuk memenuhi

peningkatan kebutuhan zat besi selama kehamilan. (Linda V

(12)

h. Asuhan pada masa kehamilan

Tujuan utama ANC adalah menurunkan/ mencegah kesakitan dan

kematian maternal dan perinatal. Tujuan khusus ANC meliputi:

a. Melakukan monitor kemajuan kehamilan untuk memestikan

kesehatan dan perkembangan bayi yang normal

b. Mengenali secara dini ketidaknormalan dan pemberian

penatalaksanaan yang diperlukan

c. Membina hubungan saling percaya antar ibu dan bidan dalam

rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik,

emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta

kemungkinan adanya komplikasi.

(Sumarni, 2011; h.8)

i. Kebijakan program dalam ANC (ante natal care)

Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga ibu hamil yang

datang memperoleh pelayanan yang komprehensif dengan

harapan ANC dengan standar 14T dapat meningkatkan pelayanan

kehamilan dan menurunkan angka kematian ibu. (Sumarni, 2011;

h.19)

Langkah-langkah dalam memberikan pelayanan ANC

diantaranya:

1. Timbang berat badan dan tinggi badan. Untuk mendeteksi

adanya resiko apabila pengukuran tinggi > 145 cm.

Pengukuran berat badan dilakukan untuk mengetahui

kenaikan atau penurunan berat badan. Kenaikan BB normal

(13)

2. Tekanan darah. Pemeriksaan tekanan darah sangat penting

untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah.

Tekanan darah normal berkisar sistole/diastole 110/80 sampai

120/80 mmHg. (Sumarni, 2009; h.20)

3. Pengukuran TFU. Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan

untuk mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan.

Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuannya kehamilan

secara Mc Donald

Table 2.1 tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan

Tinggu fundus uteri Cm

Umur kehamilan dalam Minggu

12 cm 12

16 cm 16

20 cm 20

24 cm 24

28 cm 28

32 cm 32

36 cm 36

40 cm 40

Sumber Sumarni, 2009; h.20-21

4. Pemberian tablet tambah darah. Tujuan pemberian tablet Fe

yaitu untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas,

karena pada masa hamil kebutuhannya meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin. Tanpa pemberian zat besi yang

cukup ibu dapat mengalami anemia dan dapat menyebabkan

kelahiran premature, mudah sakit, bayi mengalami berat bdan

(14)

Cara pemberiannya yaitu satu tablet per hari sesudah

makan selama masa kehamilan dan nifas. Jika ibu dengan

kadar Hb kurang dari 8 gr% maka dosisnya 1-2 x 100 mg/hari

selama dua bulan sampai dengan melahirkan. (Sumarni, 2011;

h.21)

5. Pemberian imunisasi tetanus toxoid. Pemberian TT bertujuan

untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum. (Sumarni,

2011; h.21-22)

6. Pemeriksaan Hb. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan

ibu hamil yang pertama dan menjelang persalinan yang

bertujuan untuk mendeteksi dini anemia pada ibu hamil.

(Sumarni, 2011; h.22)

7. Pemeriksaan protein urin. Pemeriksaan ini berguna untuk

mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil yang

mengarah ke pre eklamsi. (Sumarni, 2011; h.23)

8. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL. Pemeriksaan

ini bertujuan untuk mengetahui adanya treponema pallidum

atau penyakit menular seksual seperti sifilis. (Sumarni, 2011;

h.23)

9. Pemeriksaan urin reduksi. Dilakukan pemeriksaan urin reduksi

hanya pada ibu dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat

penyakit gula pada keluarga. (Sumarni, 2011; h.23)

10. Perawatan payudara. Meliputi senam payudara, perawatan

payudara, pijat tekan payudara yang ditujukan pada ibu hamil.

(15)

dan dimulai pada kehamilan 6 bulan. Senam payudara dan

pijat tekan payudara bertujuan untuk merangsang

pembentukan air susu ibu. (Sumarni, 2011; h.23-24)

11. Senam ibu hamil. Bermanfaat untuk membantu ibu hamil

dalam mempersiapkan persalinan dan mempercepat

pemulihan setelah persalinan, mencegah sembelit dan

membantu tidur supaya lebih nyenyak. (Sumarni, 2011; h.24)

12. Pemberian obat malaria. Pemberian obat malaria diberikan

khusus pada ibu hamil di daerah endemic malaria, ibu hamil

pendatang dari daerah malaria, ibu hamil dengan gejala panas

tinggi disertai menggigil dan hasil darah yang positif. (Sumarni,

2011; h.25)

13. Pemberian kapsul minyak beryodium. Diberikan pada kasus

gangguan kekurangan yodium didaerah endemis. (Sukarni,

2011; h.25)

14. Temu wicara/konsling. Untuk membantu ibu menerima

kehamilannya sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang

tidak diinginkan dan membantu menemukan kebutuhan

asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman

atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan. (Sumarni, 2011;

h.26)

2. Persalinan

a. Pengertian persalinan

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

(16)

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) proses persalinan

dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang di tandai

dengan perubahan servik secara progresif dan diakhiri dengan

kelahiran plasenta. (Sulistyawati, 2010; h.4)

b. Faktor yang mempengaruhi persalinan

Beberapa factor yang mempengaruhi persalinan yaitu

1) Power/ tenaga yang mendorong anak

(a) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His

persalinan yang menyebabkan pendataran dan

pembukaan servik, terjadi dari his pendahuluan tidak

berpengaruh terhadap servik, his pengeluaran dan his

pelepasan plasenta.

(b) Tenaga mengejan. Yang disebabkan karena kontraksi

otot-otot dinding perut, kepala di dasar panggul

merangsang mengejan dan paling efektif saat kontraksi

2) Passage/ panggul

(a) Bagian tulang panggul

1.) Dua os coxae yaitu Os ischium dan Os pubis

2.) Os cossygis. Pelvis mayor adalah daerah atas pelvis

minor, superior sari linea terminalis.Fungsi obstetriknya

menyangga uterus yang membesar waktu kehamilan.

3) Passanger

(a) Pada akhir minggu ke 8 janin mulai nampak menyeRupai

(17)

(b) Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah dapat dikenali

(c) Quickening (terasa gerakan janin pada ibu hamil) terjadi

usia kehamilan 16-20 minggu

(d) Djj mulai terdengar minggu 18

(e) Panjang rata-rata janin cukup bulan 50cm

(f) Berat janin rata-rata janin laki-laki 3400gr dan perempuan

3150 gram

(g) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama

(Sukarni, 2013; h.186-198)

c. Tanda-tanda persalinan

(a) Terjadinya his persalinan

His persalinan memiliki ciri khas pinggang terasa nyeri

yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin

pendek, dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh

terhadap perubahan dan kekuatannya makin besar,

mempunyai pengaruh terhadap perubahan servik, makin

beraktivitas kekuatannya makin bertambah.

(b) Pengeluaran lendir darah

Dengan adanya his persalinan maka akan terjadi

perubahan pada servik yang menimbulkan pendataran dan

pembukaan. Pembukaan menyebabkan kapiler pembuluh

(18)

(c) Pengeluaran cairan

Sebagian besar ketuban akan pecah menjelang

pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan

persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam

(Manuaba, 2010; h.173)

d. Proses terjadinya persalinan

(a) Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim,

maemudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan

rangsangan mekanis.

(b) Progesterone yang menurunkan sensitivitas otot rahim,

menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanis dan menyebabkan otot rahim dan otot-otot polos

relaksasi.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone

menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis pars

posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton

hicks yang akan menjadi kekuatan dominan pada saat persalinan.

(Manuaba, 2010; h.166-167)

e. Tahapan persalinan

(a) Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I

(19)

multigravida sekitar 8 jam. Pada primigravida, pembukaan

1cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam. (Sukarni,

2013; h. 214-215)

(b) Kala II

Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap sampai

bayi lahir. Secara umum ada beberapa hal yang dapt terjadi

pada persalinan kala dua yaitu:

1) His menjadi lebih kuat dan sering

2) Timbul tenaga untuk meneran

3) Perubahan dalam dasar panggul

4) Lahirnya fetus

(Sukarni, 2013; h.218)

Menurut Sukarni, 2013; h.220 menjelaskan Tanda dan gejala

pada persalinan kala dua meliputi:

1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada

rectum/vagina

3) Perineum terlihat menonjol

4) Vulva vagina, spingter ani membuka

5) Meningkatnya pengeluaran lendir darah

(c) Kala III

Kala tiga merupakan kala pelepasan plasenta yang di tandai

(20)

1) Adanya his uri

2) Adanya pelepasan plasenta yang meliputi uterus

berbentuk globular, perdarahan yang tiba-tiba, tali pusat

bertambah panjang dan fundus uteri naik

3) Terjadi perdarahan patologi apabila lebih dari 500cc

4) Sebab-sebab pelepasan plasenta karena terjadinya

pengecilan Rahim yang tiba-tiba akibat retraksi dan

kontraksi otot-otot rahim serta plasenta lepas dari

dasarnya

(Sukarni, 2010; h.233)

(d) Kala IV

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat

yang paling kritis bagi pasien dan bayinya .pada fase ini tubuh

ibu akan melakukan adaptasi setelah persalinan agar kondisi

tubuhnya stabil, sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap

perubahan lingkungan di luar uterus. (Sulistyawati, 2010;

h.177)

f. Komplikasi pada persalinan

Komplikasi yang terjadi pada masa persalinan meliputi

(a) Ketuban pecah dini (KPD)

Merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya

tanda-tanda persalinan. Factor predisposisi yang menimbulkan

terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya infeksi genetalia,

servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm,

(21)

Apabila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan

lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan

akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan

induksi persalinan. (Sukarni, 2013; h.251-253)

(b) Infeksi intrapartum

Merupakan infeksi yang terjadi dalam persalinan atau

bisa terjadi sebelum persalinan. Infeksi intrapartum biasanya

terjadi karena distosia bahu, pemeriksaan dalam lebih dari dua

kali, keadaan umum lemah, ketuban pecah dini, servisitis dan

vaginitis.

Penatalaksanaan pada perdarahan intrapartum yaitu

dengan memberikan antibiotic sesuai penyebab. Dapat

diberikan ampisilin 4x500 mg. persalinan diusahakan

pervaginam. (Sukarni, 2013; h.248-249)

(c) Atonia uteri .

Atonia uteri dapat di atasi dengan melakukan massase

dan kompresi bimanual untuk menstimulasi kontraksi uterus

yang akan menghentikan perdarahan. (Sukarni, 2013;

h.243-244)

3. Bayi baru lahir

a. Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa menggunakan alat, usia

(22)

berat badan 2500-4000gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat

bawaan. (Yulianti, 2013; h.2)

b. Tanda-tanda bayi baru lahir

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa

tanda antara lain appearance color (warna kulit), seluruh tubuh

kemerah-merahan, pulse (heart rate) atau frekuensi jantung >

100x/menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan), menangis,

batuk/bersin, activity (tonus otot), gerakan aktif, respiration (usaha

nafas), menangis kuat.

Tabel 2.2 Nilai Apgar

Skor 0 1 2

A : appearance color (warna kulit)

Pucat badan merah ekstremitas biru

Dibawah 100 Diatas 100

G : grimace : reaksi terhadap rangsangan

Sumber Mochtar 2009 h.135

Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38oC) atau terlalu

dingin (kurang dari 36oC), warna kuning pada kulit (tidak ada

konjungtiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat, memar,

pada saat diberi makan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan,

tidak muntah, tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

(23)

c. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus

Periode adaptasi terhadap kehidupan luar Rahim disebut

periode transisi.Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih

setelah kelahiran untuk beberapa system tubuh. Beberapa

peruahan yang dialami pada bayi baru lahir diantaranya

1.) Perubahan pada system pernafasan

Faktor yang berperan dalam rangsang nafas pertama bayi

(a) Hipoksi pada akhir persalinan dan rangsangan usat fisik

lingkungann luar Rahim yang merangsang pusat

pernafasan otak

(b) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena

kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang

udara masuk ke paru-paru.

Pernafasan bayi pertama kali bertujuan untuk

mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan

alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali. (Yunanto, 2010;

h.38)

2.) Perubahan dalam system peredaran darah

Setelah lahir darah bayi harusmelewati paru untuk

mengambil O2 dan mengantarkan ke jaringan. Untuk membuat

sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar Rahim

harus terjadi perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale

pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara

(24)

3.) System pengaturan tubuh

(a) Pengaturan suhu

Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha

utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali

panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat.

(b) Mekanisme kehilangan panas

Bayi baru lahir mudah stress karena perubahan suhu

lingkungan. Factor-faktor yang mempercepat kehilangan

panas pada bayi baru lahir diantaranya:

1) Daerah permukaan tubuh bayi yang luas

2) Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda

3) Derajat fleksis otot

Bayi dapat kehilangan panas melalui cara-cara sebagai

berikut:

1) Evaporasi terjadinya karena penguapan ketuban pada

permukaan tubuh bayi

2) Konduksi adanya Kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin

3) Konveksi karena terpapar oleh udara yang lebih dingin

4) Radiasi terjadi ketika bayi ditempatkan di dekat

benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah

(Yunanto, 2010; h.40)

(c) Metabolism glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam

(25)

dalam jumlah yang cukupakan membuat glukosa dari

glikogen, ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan

glikogen cukup yang disimpan dalam hati. (Yunanto, 2010;

h.40-41)

(d) Perubahan system gastrointestinal

Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah

terbentukpada saat lahir. Kapasitas lambung pada BBL

masih terbatas, kurang dari 30c dan akan bertambah

secara perlahan sesuai pertumbuhan janin. (Yunanto,

2010; h.41)

(e) Perubahan system kekebalan tubuh

Menurut Yunanto, 2010; h.41 menjelaskan Kekebalan

alami yang dimiliki bayi diantaranya

1) Perlindungan oleh kulit membrane mukosa

2) Fungsi jaringan saluran nafas

3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit

4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

d. Inisiasi menyusui dini

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan

secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat,

meletakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi

bersentuhan langsung kekulit ibu dalam waktu ± 1 jam, bahkan

sampai bayi dapat menyusu sendiri jika sebelumnya belum

berhasil. Bayi diberi topi dan diselimuti. Keuntungan IMD dapat

(26)

bayi memberikan kekebalan pasif karena kolostrum adalah

imunisasi pertama bayi (JNPK-KR, 2008; h. 127-128)

e. Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, hal ini

disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan yang

sempurna. Bayi baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila

ditemukan ibu menderita eklamsi, ibu dengan riwayat diabetes

mellitus dan ibu mempunyai penyakit bawaan.

Infeksi pada yang terjadi pada bayi dapat terjadi melalui beberapa

cara yaitu:

1.) Infeksi antenatal. Kuman mencapai janin melalui peredaran

darah ke plasenta. Infeksi ini bisa masuk ke janin melalui vena

umbilicus.

2.) Infeksi intranatal. Kuman dari vagina naik masuk ke dalam

rongga amnion setelah ketuban pecah. Infeksi dapat pula

terjadi walaupun ketuban masih utuh misal pada partus lama.

3.) Infeksi postnatal. Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap

dan biasanya infeksi yang menyebabkan kematian terjadi

sesudah bayi lahir akibat penggunaan alat atau perawatan

yang tidak steril.

(Yunanto, 2010; h.41-43)

f. Periode transisi bayi baru lahir

Pemantauan ketat untuk menentukan suatu transisi yang baik

(27)

kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil. Periode

transisi mencakup tiga periode yaitu

1.) Periode pertama reaktivitas

Periode ini berakhir kira-kira 30 menit setelah kelahiran.

Karakteristik bayi baru lahir pada periode pertama reaktivitas

diantaranya

(a) Frekuensi nadi apical yang cepat dengan irama tidak

teratur. Frekuensi pernapasan mencapai 80 kali/menit, dan

beberapa bayi ungkin dilahirkan dengan keadaan

pernafasan cuping hidung, ekspresi mendukung serta

adanya retraksi

(b) Fluktuasi warna diri merah jambu pucat ke sianosis

(c) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak tidak

berkemih,ataupun mempunyai pergerakan usus

(d) Jumlah mucus sedikit, menangis kuat dan reflek

menghisap kuat

(W. Ledewig, 2013; h.153-154)

2.) Fase tidur

Dimulai setelah 30 menit periode petama reaktivitas dan bisa

berakhir satu menit sampai 2-4 jam. Karakteristik pada fase

tidur yaitu frekuensi jantung dan pernafasan menurun dan

kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis dan

(28)

3.) Periode kedua reaktivitas

Berakhir sekitar 4-6 jam. Karakteristik pada fase tidur yaitu

bayi mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap stimulasi

internal dan eksternal, fluktuasi warna kulit dari warna merah

jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan

bercak-bercak, bayi berkemih dan mengeluarkan meconium selama

periode ini dan peningkatan sekresi mucus dan bayi bisa

tersedak saat sekresi. Reflek menghisap sangat kuat dan

sangat aktif. (W. Ledewig, 2013; h.155)

g. Pemeriksaan fisik pada BBL

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan sebanyak tiga

kali yaitu pada saat lahir, Pemeriksaan yang dilakukan dalam 24

jam di ruang perawatan dan pemeriksaan pada waktu pulang

Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir dilakukan dikamar

bersalin bertujuan untuk

1. Menilai adaptasi BBL dari kehidupan intrauterine ke

ekstrauterin yang memerlukan resusitasi

2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang

memerlukan tindakan segera.

3. Menentukan ruang perawatan pada bayi

Pemeriksaan yang dilakukan dalam waktu 24 jam bertujuan untuk

menemukan kelainan yang terjadi pada bayi. (Kosim, 2010;

(29)

h. Asuhan pada bayi baru lahir

1) Pemantauan 2 jam pada bayi baru lahir

Melihat kemampuan bayi menghisap dengan kuat, bayi

tampak aktif atau lunglai, dan warna kulit bayi kemerahan atau

biru. Seorang bidan sebelum meninggalkan pasien terutama

bayi harus melihat apakah terdapat gangguan pernafasan,

hipotermi, infeksi dan cacat bawaan (Prawiroharjo, 2008: h.

136).

2) Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam

Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah

lahir, dan diletakkan didekat ibu serta dalam ruangan yang

sama. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan

satu ruangan dengan ibunya atau diruang khusus. (Direktorat

Kesehatan Khusus, 2010; h. 20)

3) Asuhan pada bayi baru lahir 2-6 hari

Pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi

a. Menilai pertumbuhan bayi. Cara yang paling mudah dan

paling sering digunakan untuk memantau dan menilai

pertumbuhan adalah kenaikan berat badan

b. Pemberian minum dan cairan. Pastikan bayi diberi minum

sesegera mungkin setelah lahir dan menganjurkan ibu

untuk memberikan ASI dini dan secara eksklusif, kemudian

jelaskan pada ibu dan keluarga manfaat pemberian ASI

(30)

4) Asuhan pada bayi baru lahir 6-28 hari

a. Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat

dilaksanakan di pelayanan kesehatan atau melalui

kunjungan rumah untuk tenaga kesehatan.

b. Pemeriksaan neonatus dilakukan didekat ibu, bayi

didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau

diberikan pelayanan kesehatan.

5) Asuhan bayi baru lahir dirumah.

Pelayanan kesehatan neonatus sedikitnya dilakukan 3 kali

yaitu KN I pada 6 - 48 jam, KN II pada 3 - 7 hari dan KN III

pada 8 - 28 hari. (Direktorat Kesehatan Khusus, 2010; h. 20)

6) Asuhan pada bayi 6 minggu pertama

Asuhan yang diberikan pada bayi berusia 6 minggu pertama

yaitu dengan cara mempertahankan suhu normal bayi.

Mempertahankan suhu bayi agar tetap normal yaitu dengan

cara Kangaroo Mother Care (KMC) atau yang disebut

perawatan bayi lekat. KMC adalah kontak kulit diantara ibu

dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasikan

dengan pemberian ASI ekslusif. Tujuannya adalah agar bayi

tetap hangat. Kunjungan bayi ini diberikan pendidikan

kesehatan tentang imunisasi. (Varney, 2007; h.889)

4. Masa nifas

a. Pengertian masa nifas

Masa nifas atau peurperium merupakan masa yang di

(31)

hari setelah itu. Pelayanan pascapersalinan diselenggarakan

untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya

pencegahan, deteksi dini, pengobatan penyakit komplikasi dan

penyakit yang mungkin terjadi, penyediaan pelayanan pemberian

ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi

ibu. (Prawirohardjo, 2010; h.355)

b. Pembagian masa nifas

Proses pemulihan organ-organ yang berkaitan dengan alat

kandungan seperti pada saat sebelum hamil dibagi menjadi 3

periode yaitu:

1.) Puerperium dini merupakan masa kemulihan, dalam hal ini ibu

telah diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

Puerperium dini berlangsung pada waktu 0 sampai 24 jam

post partum. (Anggraini, 2010; h.3)

2.) Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan

menyeluruh dari organ-organ genital yang berlangsung antara

6 sampai 8 minggu. (Suherni, 2008; h.2)

3.) Remote puerperium merupakan waktu yang dibutuhkan untuk

pulih dan sehat sempurna, terutama apabila selama hamil dan

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehatbisa

berminggu-minggu, bulan bahkan tahun. (Anggraini, 2010; h.3)

c. Perubahan psikologi masa nifas

Menurut (Suherni, 2009; h.87-89) adaptasi psikologi masa

(32)

1.) Fase taking in merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Pada fase ini, perhatian ibu berfokus pada

keadaan dirinya, menceritakan berulang-ulang pengalaman

pada proses persalinan dan terlihat pasif terhadap

lingkungannya.

2.) Fase taking hold merupakan periode yang berlangsung antara

3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini timbul

kekhawatiran ibu akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawab dalam merawat bayinya. Ibu mempunyai perasaan yang

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan marah. Oleh

karena itu diperlukan dukungan moril untuk menumbuhkan

kepercayaan diri ibu.

3.) Fase letting go merupakan periode penerimaan tanggung

jawab. Berlangsung pada 10 hari setelah melahirkan. Pada

fase ini ibu mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya, lebih percaya diri dalam menjalankan peran barunya

dan lebih mendiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan

bayinya.

d. Kunjungan masa nifas

Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan 4 kali

kunjungan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan

untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah

(33)

1.) Kunjungan pertama 6-8 jam pasca persalinan

Tujuan :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

jika perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana pencegahan perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia

g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil

2.) Kunjungan kedua 6 hari pasca persalinan

Tujuan:

a) Memastikan involusi utreri berjalan normal: uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau.

b) Menilai adanya tanda infeksi, demam atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapatkan gizi cukup, cairan dan

(34)

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

perawatan bayi sehari-hari

3.) Kunjungan ketiga 2 minggu pasca persalinan

Tujuan:

a) Memastikan involusi utreri berjalan normal: uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau.

b) Menilai adanya tanda infeksi, demam atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapatkan gizi cukup, cairan dan

insirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

perawatan bayi sehari-hari

4.) Kunjungan keempat 6 minggu pasca persalinan

Tujuan:

a) Menanyakan pada ibu mengenai penyulit-penyulit yang

dialami oleh ibu maupun bayi

b) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini

(35)

e. Perubahan fisiologi masa nifas

1.) Perubahan involusi uteri

a) Involusi uteri

Segera setelah plasenta lahir, pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada di pertengahan

antara umbilicus dan simpisis atau sedikit lebih tinggi.

Involusi uteri dapat dipercepat prosesnya apabila ibu

menyusui bayinya.

Table 2.3 tinggi fundus uteri masa involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat, 2 jari bawah pusat 1.000gr

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750gr

2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500gr

6 minggu Normal 50gr

8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30gr

Sumber Saleha, 2009; h. 54-55

b) Servik

Servik menjadi lunak segera setelah ibu

melahirkan. Servik mengalami pemendekan dan

konsistensinya menjadi lebih padat dan akan kembali ke

bentuk semula pada 18 jam pascapersalinan. (Mardiah,

(36)

c) Vagina

Vagina akan mengecil dan timbul rugae (lipatan

atau kerutan) pada minggu ke tiga. (Rahmawati, 2009;

h.79)

d) Perineum

Robekan perineum pada saat persalinan umumnya

terjadi di garis tengah dan bisa makin meluas apabila

kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis yang

lebih kecil dari biasanya, kepala janin melewati pintu

bawah panggul dengan ukuran lebih besar. (Rahmawati,

2009; h.79)

e) Lochea

Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa

nifas. berbau amis meskipun tidak terlalu menyengat dan

volumenya berbeda. Terdiri dari eritrosit, peluruhan

desidua, sel epitel dan bakteri. Lochea mengalami

perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea

dapat di bagi berdasarkan waktu dan warnanya yaitu:

(1) Lochea Rubra

Di ekskresikan pada hari pertama sampai hari

ketiga masa postpartum. Biasanya berwarna merah

karena mengandung darah dari perobekan/ luka pada

plasenta, serabut dari desidua dan chorionic. Terdiri

dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa

(37)

(2) Lochea sanguilenta

Di ekskresikan pada hari ke 3 sampai hari ke 5

postpartum. Biasanya berwarna merah kuning berisi

darah dan lendir karena pengaruh plasma darah.

(Sunarsih, 2011; h.58)

(3) Lochea serosa

Di ekskresikan pada hari ke lima sampai

kesembilan postpartum. Biasanya berwarna

kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri dari

lebih sedikit darah dan lebih banyak serum. (Marimbi,

2010; h.143)

(4) Lochea alba

Di ekskresikan pada hari ke sepuluh postpartum.

Biasanya berwarna lebih pucat, putih kekuningan dan

lebih banyak leukosit, lendir servik serta jaringan yang

mati. (Marimbi, 2010; h.143)

2.) Perubahan system pencernaan

a) Nafsu makan

Pada saat setelah melahirkan, ibu akan mengalami

lapar dan di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan

ringan. Permintaan untuk memperoleh makanan menjadi

dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi. (Mardiah,

(38)

b) Motilisasi

Penurunan tonus dan motilitas traktus digestivus

menetap selama waktu yang singkat setelah kelahiran

bayi. Apabila terjadi kelebihan analgesia dan anastesi

maka dapat memperlambat pemulihan tonus dan motisitas

ke keadaan normal. (Mardiah, 2013; h.65)

c) Defekasi

Buang air besar secara spontan dapat tertunda

selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan. Hal ini di

karenakan penurunan tonus otot usus selama proses

persalinan dan pada awal masa pascapersalinan, diare

sebelum persalinan, enema sebelum persalinan, kurang

makan, atau dehidrasi. (Mardiah, 2013; h.65)

3.) Perubahan system perkemihan

Diuresis normal dimulai segera setelah bersalin sampai

hari kelima setelah persalinan. Jumlah urin yang keluar dapat

melebihi 3.000ml/hari merupakan salah satu cara untuk

menghilngkan peningkatan cairan ekstraseluler yang

merupakan bagian normal dari kehamilan. (Saleha, 2009;

h.59)

4.) Perubahan system musculoskeletal

Ligament-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang

meregang sewaktu kehamilan dan persalinan

berangsur-angsur kembali seperti semula. Tidak jarang ligament rotudum

(39)

penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi

dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan

posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan. (Saleha, 2009;

h.59)

5.) Perubahan endokrin

Kadar estrogen dan progesterone menurun secara

mencolok setelah plasenta keluar. Penurunan kadar estrogen

berhubungan dengan pembengkakan payudara dan diuresis

cairan ekstraselular berlebihan yang terakumulasi selama

masa hamil. Kadar prolactin serum yang tinggi pada ibu

menyusui tampak berperan dalam menekan ovulasi. (Mardiah,

2013; h.69)

6.) Perubahan integument

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya

menghilang pada saat kehamilan berakhir.Hiperpigmentasi di

areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya seluruhnya

setelah bayi lahir. Akan tetapi, pigmentasi di daerah tersebut

mungkin menetap pada beberapa ibu. (Mardiah, 2013; h.73)

7.) Perubahan tanda-tanda vital

a) Suhu badan. Satu hari dalam 24 jam postpartumsuhu

badan akan mengalami kenaikan menjadi 37,5-38o

C akibat

dari kerja keras pada saat melahirkan, kehilangan cairan,

dan kelelahan. Biasanya pada hari ke 3 suhu badan akan

(40)

bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI.

(Sunarsih, 2011; h.60)

b) Nadi. Biasanya pada saat setelah persalinan denyut nadi

akan menjadi lebih cepat. (Sunarsih, 2011; h.60)

c) Tekanan darah. Biasanya tekanan darah tidak mengalami

perubahan, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan

darah pada postpartum menandakan terjadinya

preeklamsia postpartum. (Sunarsih, 2011; h.60)

d) Pernafasan. Keadaan pernafasan selalu berhubungan

dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi

tidak normal, maka pernafasan juga akan mengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.

(Sunarsih, 2011; h.60)

8.) Perubahan system kardiovaskular

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung

meningkat sepanjang kehamilan. Setelah persalinan, keadaan

tersebut dapat meningkat bahkan lebih dari 30 sampai 60

menit karena darah yang biasanya melintasi pembuluh darah

uteroplasenta tiba-tiba kembali ke pembuluh darah umum.

(Mardiah, 2009; h.69)

9.) Perubahan hematologi

Peningkatan jumlah sel-sel darah putih sampai

sebanyak 15.000 selama masa persalinan disebut

(41)

beberapa hari pertama postpartum dan akan meningkat lagi

hingga 25.000 sampai 30.000 tanpa adanya kondisi patologis

jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah

hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan bervariasi pada awal

masa nifas akibat dari volume darah, volume plasma, dan

volume sel darah yang berubah-ubah. (Saleha, 2009; h.61-62)

f. Komplikasi pada masa nifas

1.) Perdarahan postpartum sekunder

Perdarahan nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi

setelah 24 jam pertama pascapersalinan. Biasanya terjadi

pada minggu kedua masa nifas

Gejala klinis pada perdarahan postpartum sekunder

adalah terjadinya perdarahan berkepanjangan melebihi partum

pengeluaran lochea normal dan dapat di sertai nyeri di daerah

uterus. Apabila dilakukan palpasi fundus masih dapat diraba

lebih besar dari yang seharusnya. Pada pemeriksaan dalam

didapatkan uterus membesar, lunak, dan dari osteum uteri

keluar darah.

(Manuaba, 2010; h.418-419; Sukarni, 2013; h.340-341)

2.) Preeklamsi

Preeklamsia di definisikan sebagai gangguan hipertensi yang

terjadi pada masa kehamilan dan mengalami regresi setelah

persalinan. Preeklamsia ditandai dengan kemunculan

sedikitnya dua dari tiga tanda utama yaitu hipertensi, edema

(42)

3.) Anemia

Merupakan kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah

merah dan jumlah hemoglobin yang ditemukan dalam sel-sel

darah menurun. Sel darah dan hemoglobin yang terkandung di

dalamnya diperlukan untuk transportasi dan pengiriman

oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Jika pasokan oksigen

kurang maka jaringan dan organ tubuh dapat terganggu.

(Proverawati, 2011; h.4-5)

5. Masa antara

a. Kontrasepsi (KB)

1.) Pengertian

KB merupakan usaha yang dilakukan untuk menjarangkan

kehamilan, mengatur jumlah kelahiran anak, mengatur jarak

kelahiran dengan memilih dan metode pengendalian

kehamilan. (Varney, 2008; h.413-414)

KB merupakan upaya mencegah terjadinya kehamilan

yang dapat bersifat sementara dan dapat bersifat permanen.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi fertilitas. (Wiknjosastro, 2008; h.905)

2.) Pemilihan metode kontrasepsi

Dalam mengambil keputusan memilih kontrasepsi, ada

beberapa factor yang mempengaruhi yaitu:

a) Factor sosial budaya. Adanya factor lingkungan yang

mempengaruhi individu dalam memilih dan menggunakan

(43)

b) Factor pekerjaan dan ekonomi. Factor ini mempengaruhi

dalam pemilihan kontrasepsi di karenakan penggunaan

kontrasepsi menyesuaikan kondisi ekonomi dan pekerjaan.

c) Factor keagamaan. Pembenaran terhadap prinsip

pembatasan keluarga dan konsep tentang keluarga

berencana oleh semua agama.

d) Factor hukum. Peniadaan semua hambatan hukum untuk

pelaksanaan keluarga berencana dinyatakan tidak sesuai

konstitusi oleh majlis tertinggi.

e) Factor fisik. Kondisi-kondisi fisik yang membuat wanita

tidak bisa hamil karena alasan kesehatan.

f) Factor hubungan. Stabilitas hubungan, masa krisis dan

penyesuaian yang panjang dengan hadirnya anak.

g) Factor psikologi. Adanya kepercayaan tertentu pada

masing-masing individu dalam menggunakan kontrasepsi.

h) Status kesehatan saat ini dan riwayat genetic. Adanya

keadaan atau kemungkinan munculnya penyakit yang

dapat ditularkan kepada bayi.

(Varney, 2007; h.414-415)

3.) Efktifitas metode kontrasepsi

Lama pemakaian kontrasepsi merupakan komponen

terpenting untuk melakukan komponen secara statistik. Ciri-ciri

kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah,

(44)

menerus, dan efek samping minimal. (Wiknjosastro, 2008;

h.905-906)

4.) Macam-macam alat kontrasepsi

a) KB metode sederhana

Metode Kb sederhana adalah metode Kb yang

digunakan tanpa bantuan orang lain. Yang termasuk

dalam metode KB sederhana yaitu kondom, pantang

berkala, senggama terputus, dan spermisid. Metode

sederhana akan lebih efektif bila penggunaannya

diperhitungkan dengan masa subur. (Manuaba, 2010;

h.593)

(1) Kondom. Terbuat dari latek, atau bahan sejenis yang

kuat, tipis dan elastic untuk menangkap semen selama

ejakulasi dan mencegah sperma masuk dalam vagina.

Kondom cenderung lebih efektif digunakan untuk

mencegah infeksi yang ditularkan oleh cairan dari

permukaan mukosa. (Varney, 2007; h.435)

(2) Pantang berkala. merupakan kontrasepsi dengan tidak

melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk

menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan yaitu

a.) Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid berikutnya

b.) Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam

(45)

c.) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.

Jadi jika konsepsi ingin dicegah, koitus harus

dihindari sekurang-kurangnya selama 3 hari yaitu 48

jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi

terjadi.

Untuk menentukan masa aman dapat dilakukan

dengan mencatat siklus haid 3 bulan terakhir kemudian

siklus terpendek dikurangi 18 hari dan siklus haid

terpanjang dikurangi 11 hari. Dua angka yang

diperoleh maerupakan masa subur. Dalam jangka

waktu tersebut harus pantang senggama.

Efek samping kontrasepsi ini jika pantang terlalu

lama dapat manyebabkan frustasi.

(Wiknjosastro, 2007; h.906-908)

(3) Senggama terputus. Dikenal sebagai tindakan aman,

hati-hati atau menarik kembali didasarkan pada

kenyataan bahwa pria dapat merasakan akan

berejakulasi. Metode ini bergantung pada penarikan

penis dari vagina pada saat yang tepat dan melakukan

ejakulasi diluar vagina. Metode ini mengalami

kegagalan jika ejakulasi dilakukan di genetalia eksterna

wanita. (Varney, 2007; h.419)

(4) Spermisid. Spermisid membuat sperma menjadi tidak

aktif. Zat kimia dalam spermisid beracun bagi sel-sel

(46)

spermisid yang sering dan terlalu lama dapat merusak

epitel vagina dan menyebabkan iritasi vagina serta

ulserasi vagina. Spermisid memiliki pH asam 4,5

menciptakan lingkungan vagina yang tidak mendukung

bagi semen yang sedikit alkali. (Varney, 2007;h.432)

b) KB metode efektif

Merupakan alat kontrasepsi secara hormonal

dengan memenfaatkan hormone estrogen dan

progesterone untuk memberikan umpan balik terhadap

kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi

hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses

ovulasi. Yang termasuk dalam metode efetif diantaranya

kontasepsi hormonal pil, suntik dan kontrasepsi hormonal

susuk. (Manuaba, 2010; h.597-610)

(1) Pil. Mekanisme kerja kontrsasepsi hormonal pil yaitu

dengan mengkombinasikan kerja enzim dan kerja

progestin. Efek samping yang muncul akibat

penggunaan kontrasepsi hormonal pil setiap orang

berbeda-beda hal ini dikarenakan pola hormonal yang

mendasari juga berbeda. (Varney, 2007; h.463-466)

(2) Suntik. Kontrasepsi hormonal yang mekanisme

kerjanya bertujuan untuk menghambat sekresi

hormone pemicu folikel (FSH) dan lonjakan LH serta

menekan ovulasi. Efek samping penggunaan

(47)

dan kembai subur, kenaikan berat badan, terjadi

perdarahan yang tidak teratur terutama selama tiga

bulan pertama. (Varney, 2007; h.481-484)

(3) Hormonal susuk. System norplan berisi enam kapsul

berselubung yang dibuat dari dimetilsiloksan/

metilvinisilloksan kopolimer yang masing-masing

mengandung 36 mg levonogestrel (progestin sintetis)

berbentuk Kristal. Dua mekanisme kerja utamanya

yaitu membuat lendir servi tidak kondusif bagi sperma

dan menghambat ovulasi pada siklus wanita. Efek

samping penggunaan kontrasepsi ini terjadinya

perdarahan yang tidak teratur dan nyeri kepala.

(Varney, 2007; h.484-486)

c) Kontrasepsi mekanis

Merupakan alat kontrasepsi yang diletakkan dalam

rahim yang cara kerjannya bersifat lokal. Alat kontrasepsi

dalam Rahim (AKDR) tidak dapat dipasang pada keadaan

terhadap infeksi genetalia karena akan menimbulkan

eksaserbasi (kambuh) infeksi, keadaan patologi lokal,

dugaan keganasan servik, dan perdarahan dengan sebab

yang tidak jelas. (Manuaba, 2010; h.610-617)

Mekanisme kerja AKDR yaitu untuk mencegah

terjadinya pembuahan dan mengentalkan lender servik

sehingga menghalangi sperma masuk. (Varney, 2007;

(48)

Efek samping yang muncul akibat penggunaan

kontrasepsi ini nyeri pada waktu pemasangan, kejang

Rahim, nyeri pelvik, perdarahan diluar haid (spotting),

menoragia, dan secret vagina lebih banyak. (Wiknjosastro,

2007;h.914)

d) Metode KB darurat

Merupakan kontrasepsi yang dapat diberikan pada

hubungan seks yang tidak terlindung dalam waktu 72 jam

sampai 7 hari, sehingga dapat menghindari kehamilan.

(Manuaba, 2010; h.617)

e) Kontrasepsi mantap wanita dan kontrasepsi mantap pria

Merupakan metode Kb yang paling efektif, aman

dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Kontrasepsi ini

bersifat permanen. Dalam upaya menggalakan

penerimaan kontap, bidan memiliki peran penting untuk

memberikan informasi tentang kontrasepsi mantap dengan

harapan bidan dapat menjadi pusat penggerak

penerimaan kontrasepsi mantap. (Manuaba, 2010;

h.620-634)

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

1. Tinjauan varney

Pada tinjauan asuhan kebidanan menggunakan kerangka berfikir

varney yang terdiri dari 7 langkah meliputi pengkajian, interpretasi

(49)

segera untuk mencegahnya, perencanaan asuhan menyeluruh,

pelaksanaan tindakan sesuai rencana dan evaluasi.

Langkah I : Pengumpulan data dasar.

Bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika

bayi baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka

mendapat konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan

kolaborasi. (Varney, 2007; h.27)

Langkah II : Interpretasi data

Menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi

masalah atau diagnosa serta kebutuhan perawatan kesehatan yang di

identifikasi khusus. Dalam menentukan diagnosis perlu

mempertimbangkan dalam mengembangkan rencana keperawatan

kesehatan menyeluruh. Masalah sering kali berkaitan dengan

bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan

seringkali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam

mengenali masalah seseorang. (Varney, 2007; h.27)

Langkah III : Identifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini. Berkenaan dengan

tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan. Langkah ini

adalah langkah penting dalam memberi perawatan kesehatan yang

(50)

Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan tindakan segera

mencerminkan kesinambungan proses penatalaksanaan, tidak

hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal

periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan.

Mengumpulkan data baru kemudian dikaji dan di lakukan evaluasi.

Bidan harus mengambil tindakan secara cepat dan tepat pada saat

ada data yang mengarah pada kegawatdaruratan. (Varney, 2007;

h.27)

Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap informasi

tambahan yang hilang atau diperlukanuntuk melengkapi data dasar.

Rencana perawatan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi

ibu atau bayi baru lahir yang terlihat dan masalah lain yang

berhubungan, tapi menggambarkan petunjuk antisipasi yang

mencakup pendidikan dan konseling kesehatan dan semua rujukan

yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah sosial, ekonomi, agama,

keluarga, budaya atau psikologi. (Varney, 2007; h.28)

Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana perawatan

secara menyeluruh. Dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan

atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan atau anggota

tim kesehatan lainnya akan tetapi, bidan memiliki tanggung jawab

untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan. Pada

(51)

terhadap penatalaksanaan perawatan ibu dengan komplikasi, bidan

dapat mengambil tanggung jawab terlaksananya asuhan kolaborasi

tersbut. Implementasi yang efisienakan meminimalkan waktu dan

biaya serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. (Varney,

2007; h.28)

Langkah VII : Evaluasi

Merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana

asuhan yag dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan yaitu

memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah

kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan

kesehatan. (Varney, 2007; h.28)

2. Pendokumentasian metode SOAPIE

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat

diterapkan dengan metode SOAPIE. Merupakan catatan yang bersifat

sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAPIE ini

merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen

kebidanan. (Maslihatun, 2009;)

Metode 6 langkah ini disarikan dari proses pemikiran

penatalaksanaan kebidanan dan dipakai untuk mendokumentasikan

asuhan kebidanan dalam rekam medis klien sebagai catatan

kemajuan. (Sulistiyorini, 2010; h.157)

S (Data Subyektif).

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

(52)

diperoleh melalui anemnesa yang berhubungan dengan masalah dari

sudut pandang pasien. (Muflihah, 2010; h.158)

Pada pengkajian subyektif ini meliputi

1. Identitas pasien

Diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar

orang yang dimaksud dan tidak keliru dengan orang lain.

Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal baik secara

medis, etika maupun hukum. (Matondang, 2009; h.4)

a. Nama. Identitas dimulai dari nama pasien yang harus jelas

dan lengkap. (Matondang, 2009; h.4)

b. Umur. Umur diperlukan untuk menginterpretasi data apaka

data pemeriksaan klinis tersebut normal sesuai dengan

umurnya. (Matondang, corry S, h.4)

c. Agama dan suku bangsa. Agama berhubungan dengan praktik

yang harus di observasi. (Wheleer, 2010; h.64)

Suku bangsa untuk memantapkan identitas dan mengetahi

perilaku kesehatan sesuai dengan rasial tertentu (Matondang,

2010; h.6)

d. Pendidikan. Untuk menggambarkan keakuratan data yang

akan diperoleh serta untuk menentukan pola pendekatan

anemnesisi yang akan dilakukan (Matondang, 2010; h.6)

e. Pekerjaan. Untuk mengetahui apakah klien berada dalam

keadaan utuh dan mengkaji potensi kelahiran premature dan

pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat

(53)

f. Alamat. Tempat tinggal pasien perlu di tulis dengan lengkap

dan jelas. Kejelasan alamat ini di perlukan agar sewaktu-waktu

dapat dihubungi misalnya bila pasien menjadi sangat gawat,

perlu tindakan oprasi segera, atau perlu pembelian obat/alat

yang tidak tersedia di rumah sakit. Di samping itu setelah

pasien pulang mungkin di perlukan kunjungan rumah.

(Matondang, corry S, h.6)

2. Keluhan utama

Keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.

Perlu di perhatikan bahwa keluhan utama tidak selalu merupakan

keluhan yang pertama disampaikan. Keluhan utama juga tidak

harus sejalan dengan diagnosis utama. (Matondang, corry S, h.7)

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang

Riwayat kesehatan terdahulu perlu diketahui karena

kemungkinan ada hubungannya dengan penyakit sekarang

atau setidaknya memberikan informasi untuk membantu

membuat diagnosa dan tata laksana penyakit sekarang.

(Matondang, 2009; h.12)

b. Riwayat kesehatan keluarga

Data keluarga perlu diketahui untuk memperoleh gambar

keadaan sosial ekonomi budaya dan kesehatan keluarga

(54)

4. Riwayat obstetric

a. Riwayat menstruasi

Untuk membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran.

(wheeler, 2010; h.36)

b. Riwayat kehamilan persalinan,nifas yang lalu

Pengalaman sebelumnya dalam kehamilan sangat erat

hubungannya dengan kelangsungan kehamilan saat ini. Ibu

yang memiliki riwayat kelahiran preterm atau dengan berat

badan lahir rendah mempunyai risiko tinggi tinggi terjadi hasil

yang serupa. (Varney 2007; h.107-108)

c. Riwayat kehamilan sekarang

1) HPHT. Pengkajian HPHT bertujuan untuk menentukan

usia kehamilan. Penghitungan HPHT bisa dapat

menggunakan rumus neegle. (Sumarni, 2011;h.113)

2) Gerakan janin. Terjadi antara minggu ke 18 dan 20 usia

kehamilan pada primigravida dan minggu ke 16 dan 18

usia kehamilan pada multigravida. (Wheleer, 2010; h.137)

3) Nasehat atau pendidikan kesehatan. Bidan penting

memberikan nasehat dan panduan tentang berbagai hal

yang berkaitan dengan adaptasi terhadap kehamilan.

(Manuaba, 2013; h.116)

d. Riwayat persalinan

Menurut Wals (2008; h.368) menjelaskan bahwa diperlukan

peninjauan ulang mengenai riwayat persalinan. Usia gestasi

(55)

rute kelahiran perlu dicatat. Jenis kelamin bayi, berat badan

lahir dan nilai APGAR perlu dicatat. Abnormalitas plasenta dan

kedua pembuluh darah tali pusat dikaitkan dengan

peningkatan insiden anomaly neonates.

5. Riwayat KB

Diperlukan karena dapat mempengaruhi penetapan perkiraan

kelahiran. (Wheeler, 2010; h.37)

6. Pola kebutuhan sehari- hari

a. Pola nutrisi

Kenaikan berat badan normal selama hamil yaitu ekitar 6,5

sampai 15 kg. (Manuaba, 2010; h.117)

b. Pola eliminasi

Menurut varney (2007; h.538) frekuensi berkemih sering

dialami oleh wanita primigravida setelah penurunan kepala

bayi yang menimbulkan tekanan langsung pada kandung

kemih sehingga menimbulkan reaksi ingin berkemih

c. Pola aktifitas dan istirahat

Aktifitas ibu yang berlebihan dapat menimbulkan resiko seperti

terpeleset, terjatuh dan kelelahan. (Manuaba, 2010; h.112)

Istirahat yang cukup seuai pertambahan usia kehamilan dapat

meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan janin.

(Manuaba, 2010; h.112)

d. Pola personal hygiene

Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit terutama untuk

(56)

bertambah banyak sehingga kebersihan tubuh tetap terjaga

selama kehamilan. (Sumarni, 2011; h.139)

7. Psikososial kultural dan spiritual

a. Psikososial

Beban psikologi yang ditanggung oleh ibu dapat

mempengaruhi perkembangan sehingga ibu hamil

membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga dengan

cara menunjukan perhatian dan kasih sayang. (Arsinah, 2010;

h.89)

b. Kultural

Selama adat istiadat yang dijalani tidak merugikan atau tidak

berpengaruh dengan kesehatan, tidak ada salahnya

memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin

hubungan yang sinergis dengan masyarakat. (Arsinah, 2011;

h.90)

c. Spiritual

Menurut Wals (2007; h.186) menjelaskan bahwa spiritual perlu

dikaji untuk mengetahui ketaatan ibu dalam menjalankan

ibadah.

O (Objektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen menurut Helen

Varney pada langkah pertama (pengkajian data) terutama data yang

diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik

(57)

ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis. (Setiyorini, 2010; h.159)

Pengkajian obyetif diantaranya yaitu

1. Keadaan umum

Dengan penilaian keadaan umum dapat di ketahui apakah pasien

keadaan stress akut yang memerlukan pertolongan segera atau

pasien dalam keadaan yang relatife stabil sehingga pertolongan

dapat diberikan setelah pemeriksaan fisis lengkap.(Matondang,

2009; h.23)

2. Tingkat kesadaran

Perlu matondang (2009; h.22) menjelaskan bahwa pengkajian

tingkat kesadaran diperlukan untuk mengetahui respon timbal

balik antara bidan dengan pasiennya.

3. Tanda vital

a. Tekanan darah. Pemeriksaan tekanan darah sangat penting

untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Deteksi

tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala

hipertensi atau preeklamsi sedangkan darah yang cenderung

turun diwaspadai adanya gejala anemia. (Sumarni, 2011; h.20)

b. Nadi. Pemeriksaan nadi harus dilakukan untuk mengetahui

keadaan yang dialami pasien (Matondang, 2009; h.173)

c. Respirasi. Untuk mengetahui apakah pasien tersebut dalam

tingkat pernafasan normal atau tidak.(Matondang, 2009; h.30)

d. Suhu. Dikaji untuk mengetahuia apakah ada tanda infeksi atau

Gambar

Table 2.1 tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan
Tabel 2.2 Nilai Apgar
Table 2.3 tinggi fundus uteri masa involusi

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan pengalaman diklat secara bersama-sama terhadap kompeten- si profesional guru ekonomi/akuntansi SMA Se-Kabupaten Kudus

5. Dinkes Kab.Kota dpt menetapkan 0 mendukung sumber daya Puskesmas 0 urgensi pembinaan pusk... Pengembangan termasuk upaya kes. Proses penyusunan perencanaan3 pelaksanaan3

India merupakan negara tujuan utama ekspor komoditas pertanian Indonesia dikarenakan banyaknya ekspor komoditas perkebunan yang mencapai US$ 2,75 milyar pada periode

Peran serta masyarakat (PSM)merupakan keikut sertaan individu,keluarga dan kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga merupakan tanggung

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pengujian secara eksperimen di Laboratorium adalah momen nominal hasil analisis pada kolom beton bertulangan bambu wulung

Dari situ diketahui bahwa Imam Bukhari tidak saja menerapkan kriteria bagi hadis shahih sebagaimana dikehendaki para ulama hadis, lebih dari itu beliau menyeleksi

insculpta maupun calon regenerasinya (anakan) di alam. Kedua, menguji pola sebaran sarang apakah bersifat acak, homogen atau berkelompok. Kepadatan sarangnya

Seorang laki-laki usia 55 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri dada, tidak membaik dengan istirahat, sering terbangun pada malam hari karena sesak.. Pasien dengan