BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Kehamilan
a. Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, yang mana kehamilan
normal berlangsung dalam waku 40 minggu atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010 : 213).
Kehamilan merupakan mata rantai yang brsinambung dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa, dan ovum, konsepsi, dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai umur kehamilan
aterm (cukup bulan) (Manuaba 2010 : 75).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan (Prawirohardjo, 2010 : 213).
Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10
kehamilan trimester kesatu berlangsung 0 – 12 minggu, kehamilan
trimester kedua berlangsung antara 12 – 28 minggu, dan kehamilan
trimester ketiga antara 28 – 40 minggu, (Rustam Mochtar, 2011 : 35).
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0
sampai 12 minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), dan triwulan
ketiga (29 sampai 42 minggu). Untuk dapat menegakkan kehamilan
ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan
gejala kehamilan (Manuaba, 2010 : 107).
Kehamilan merupakan proses alamiah yang terjadi karena adanya
pertemuan antar seperma dengan ovum dan terjadilah pembuahan
didalam rahim (uterus) dimana janin akan melewati proses
perkembangan didalam dan akan lahir bila sudah waktunya atau cukup
bulan (Manuaba, 2010).
b. Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri
dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan
tumbuh-kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010 :75-83).
1) Ovulasi
Ovulasi adalah, proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20
sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses
pematangan dan terjadi ovulasi. Proses pertumbuhan ovum
proses pematangan pertama. Dengan pengaruh FSH, folikel primer
mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke
permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel. Desakan
foli-kel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan pertipisan dan
disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf,
ovarium mengeluarkan hormon estrogen yang dapat memengaruhi
gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak sel rambut
lumen tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor ini
menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju uterus.
Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang
mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi.
Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbriae) maka ovum
yang. telah dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses
penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism. Ovum yang
tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam bentuk
pematangan pertama, artinya telah siap untuk dibuahi.
2) Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus, menjadi spermatosit
pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya
spermatozoa.Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai
hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, dan
sel interstitial Ley-dig sehingga spermatogonium dapat mengalami
sperma yang mengandung 40 sarnpai 60 juta spermatozoa setiap cc.
Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng yang rnengandung inti), leher (penghubung antara
kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung
energi sehingga dapat bergerak).
3) Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot.
4) Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa ke,dalam sitoplasma, "vitelus"
membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam
keadaan "metafase". Proses pemecahan dan pematangan mengikuti
bentuk analase dan "telofase" sehingga pronukleusnya menjadi
"haploid". Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling
mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam
pasangan pembawa tanda dari pihak pria nnrupun wanita.
5) Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding
depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang
tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass
akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan
endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari
c. Diagnosis Kehamilan
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280
sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut (Manuaba, 2010 : 106
– 107) :
1) Usia kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gram bila
berakhir disebut keguguran.
2) Usia kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut
prematuritas.
3) Usia kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut aterm (cukup bulan)
4) Usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau
postdatism (serotinus).
d. Diagnosa Banding Kehamilan
Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan sehingga
perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya, (Manuaba, 2010 : 109) :
1) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria.
Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih
dan tes biologis tidak menunjukan adanya kehamilan.
2) Tumor kandungan atau mioma uteri.
Terdapat pembesaran rahim tetapi tidak disertai tanda kehamilan,
bentuk pembesaran tidak merata dan perdarahan banyak saat
menstruasi.
3) Kista ovarium.
Terjadi pembesaran perut tetapi tidak disertai tanda hamil, datang bulan
kehamilan, dan pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil
negatif.
4) Hematometra.
Terlambat datang bulan dapat melampaui umur kehamilan, perut terasa
sakit setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam rahim, tanda dan
pemeriksaan hamil tidak menunjukan hasil yang positif.
5) Kandung kemih penuh.
Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut akan hilang.
e. Tanda Dugaan Kehamilan
Menurut Manuaba (2010 : 107-108) menyebutkan tanda-tanda dugaan
adanya kehamilan adalah :
1) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan
tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir, dengan perhitungan rumus
Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.
2) Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron
menye-babkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah
terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang
fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu
makan berkurang.
3) Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam.
4) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala
sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16
minggu.
5) Payudara tegang Pengaruh estrogen - progestron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada
payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini
sudah menghilang.
7) Konstipasi atau obstipasi pengaruh progesteron dapat menghambat
pe-ristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis
anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma
gravi-darum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linen alba makin
hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, putting
susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah
menifes sekitar payudara), di sekitar pipi (kloasma gravidarum).
9) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh
dari estrogen dan progestron terjadi penampakan pembuluh darah vena,
terutarna bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh
darah itu terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, dan
payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah
f. Tanda-tanda kemungkinan hamil :
1) Perut membesar.
2) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan
konsistensi Rahim.
3) Tanda hegar: ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada
pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu.
4) Tanda chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di
porsio, vagina dan labio. Tanda tersebut akibat pelebaran vena karena
peningkatan kadar estrogen.
5) Tanda piskacek: pembesaran dan pelunakan Rahim ke salah satu sisi
Rahim yang berdekatan dengan tuba uterine. Biasanya, tanda ini
ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu.
6) Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika di rangsang Braxton hicks.
7) Teraba ballottement.
8) Reaksi kehamilan positif.
f. Tanda Tidak Pasti Kehamilan
Menurut Manuaba (2010 : 108) menyebutkan tanda tidak pasti kehamilan
dapat ditentukan oleh :
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.
2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar tanda Chadwicks,
tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba Ballottement.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
4) Tanda Pasti Kehamilan
Menurut Manuaba (2010 : 109) menyebutkan tanda pasti kehamilan
dapat ditentukan melalui :
a) Gerakan janin dalam rahim.
b) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian janin.
c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi.
g. Perubahan Fisiologis Kehamilan.
Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan, terutama pada alat
kandungan, dan juga organ lainnya(Rustam Mochtar, 2011 : 29 – 32).
1) Perubahan pada sistem reproduksi
a) Uterus
Ukuran untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar
akibat hipertrofi dan hyperplasia otot polos rahim,
serabut-serabut Polagennya menjadi higroskopik, endometrium menjadi
desidua. Ukuran pada ke:tamilan cukup bulan: 30 x 25 x 20 cm
dengan kapasitas lebih dari 4000 cc.Berat: Berat uterus naik
secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada aldlir
kehamilan (40 pekan).Bentuk dan konsistensi: Pada bulan-bulan
pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat, pada
kehamilan 4 bulan, rahim berbentuk bulat, dan pada akhir.
sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur
bebek, dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa. Pada minggu
pertama, isthmus rahim mengadskan hipertrofi dan bertambah,
panjang sehiugga jika, diraba terasa lebih lunak (soft), disebut
tends Hegar. Pada kehamilan 5 bulan, rahim teraba seperti berisi
caiman ketuban, terasa tipis; karena itu, bagian-bagian janin
dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.
b) Vaskularisasi: Aa.uterinae dan aa.ovarikae bertambah diameter,
panjang, dan anak-anak cabangnya. Pembuluh darah balik
(vena) mengembang dan bertambah.
c) Serviks uteri: Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi
lunak (soft) disebut tanda Goodell. Kelenjar endoservikal
membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Karena
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi
livid, dan perubahan itu disebut tanda goodell.
d) Indung telur (Ovarium)
Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri
yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
e) Vagina dan Vulva
Karena pengaruh estrogen, terjadi perubahan pada vagina dan
vulva. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih
merah atau kebiruan. Wana Livid pada vagina dan porsio serviks
f) Dinding Perut (Abdominal Wall)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastik dibawah kulit sehingga timbul striae
gravidarum, maka terjadi pregangan yang hebat, misalnya ada
hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi diastasis rekti,
bahkan hernia. Kulit perut ada linea alba bertambah
pigmentasinya dan disebut linea nigra.
2) Perubahan pada Sistem Pernapasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek napas. Hal
itu disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma akibat
pem-besaran rahim. Kapasitas vital paru sedikit meningkat selama hamil.
Seorang wanita hamil selalu bernapas lebih dalam. Yang lebih menonjol
adelah pernapasan dada (thoracic breathing).
3) Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)
Salivasi meningkat dan, pada trimester pertama, timbulkeluhan mual
dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga
motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan.
Resorpsi makanan baik, tetapi akan tirnbul obstipasi. Gejala muntah
(emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari, disebut
sakit pagi (morning sickness)
4) Tulang dan Gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena ligamen-ligamen
melunak (softening). :uga terjadi sedikit pelebaran pada ruang
kebutuhan kalsium janin, kalsium pada tulang-tulang panjang ibu akan
arnbil untuk memenuhi kebutuhan tadi. Apabila konsumsi kalsium
cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium. Gingivitis kehamilan adalah
gangguan yang disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya higiene yang
buruk pada rongga mulut.
5) Kulit
Pada daerah kulit tertentu, terjadi hiperpigmentasi, yaitu pada
a) muka: disebut masker kehamilan (chloasma gravidarani),
b) payudara: puting susu dan arcola payudara,
c) Perut linea nigra striae,
d) Vulva
6) Kelenjar Endokrin
a) Kelenjar tiroid: dapat mernbesar sedikit
b) Kelenjar hipofisis dapat membesar terutama lobus anterior.
c) Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh.
7) Metabolisme
Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme. Karena itu,
wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan berada dalam
kondisi sehat.
a) Tingkat metabolic basal (basal metabolic rate BMR) pada wanita
hamil meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir.
b) Keseimbangan asam alkali (acic base balance) sedikit mengalami
(1) Wanita tidak hamil 155 mEq/liter
(2) Wanita hamil 145 mEq/liter
(3) Natrium serum turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter
(4) Bikarbonat plasma turun dari 25 menjadi 22 mEq/liter
c) Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat
kandungan, payudara, dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi
d) Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan
bertambah, sering buang air kecil, dan kadang kala dijumpai
glukosuria yang mengingatkan Rita pada diabetes melitus. Dalam
kehamilan, pengaruh kelenjar endokrin agak terasa, seperti
soma-tomatropin, insulin plasma, dan hormon adrenal-17-ketosteroid.
Hares diperha tilcan sungg-uh-sungguh basil GTT oral dan GTT
intravena.
e) Metabolisms lemak juga terjadi. Kadar kolesterol meningkat sampai
350 mg atau lebih per 100 cc. Horrnon somatomamotropin .berperan
dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak lainnya
terdapat di badan, perut, paha, dan lengan.
f) Payudara (Mammae)
Selama khamilan, payudara bertambah besar tegang dan berat.
Dapat teraba noduli – noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli ;
bayangan vena – vena lebih membiru. Hiperpigmentasi terjadi pada
puting susu dan aerola payudara. Kalau diperas, keluar air susu
h. Usia Kehamilan
Menentukan usia kehamilan sangat penting untuk memperkirakan
persalinan. Usia kehamilan dapat ditentukan dengan, (Manuaba, 2010 : 99
– 100) :
1) Menggunakan rumus Naegle. Rumus Naegle menggunakan usia
kehamilan yang berlangsung selama 288 hari. Perkiraan kelahiran
dihitung dengan menentukan hari pertama haid terakhir yang kemudian
ditambah 288 hari. Rumus Naegle dapat dihitung dengan
menambahkan hari haid pertama haid terakhir dengan tujuh dan
bulannya ditambah sembilan .
2) Gerakan pertama janin. Dengan memperkirakan terjadinya gerakan
pertama janin pada usia kehamilan 16 mingg, maka perkiraan usia
kehamilan dapat ditetapkan. Perkiraan ini tidak akurat.
3) Perkiraan tinggi fundus uteri. Mempergunakaan tinggi fundus uteri untuk
memperkirakan usia kehamilan terutama tepat pada hamil pertama.
Pada kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.
4) Penentuan usia kehamilan dengan ultrasonografi. Bila ragu – ragu,
dapat berkonsultasi untuk menetapkan perkiraan persalinan. Dengan
menentukan usia kehamilan melalui ultrasonografi, dapat diketahui :
a) Diameter kantong gestasi.
b) Jarak kepala – bokong.
c) Jarak tulang biparietal.
d) Lingkaran perut.
i. Perubahan Tinggi Fundus Uteri Ibu
Sebagai gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut, (Manuaba, 2010 :
87).
1) Pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh
amnion, dimana desidua kapsularis dan desidua parietalis telah menjadi
satu. Tinggi rahim adalah setengah dari jarak simfisis pusat. Plasenta
telah terbentuk selurhnya.
2) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari dibawah
pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat di tepi atas pusat.
3) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari diatas
pusat atau sepertiga jarak antara pusat.
4) Pada usia kehamilan 32 minggu tinggi fundus uteri adalah setengah
jarak prosesus xifoideus dan pusat.
5) Pada usia kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri sekitar satu jari
dibawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas
panggul.
6) Pada usia kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi tiga jari
dibawah proseseus xifoideus, oleh karena saat ini kepala janin telah
masuk pintu atas panggul.
j. Tanda bahaya kehamilan
Menurut Prawirohardjo, 2010 : 281-284 Tanda-tanda bahaya pada
1) Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20
minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12%
kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang pada umumnya
(60-80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang di temui pada
spermatozoa ataupun ovum.
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Pada plasenta yang tipis
dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan
bercak berulang dan apabila segmen bawah Rahim mulai terbentuk
disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin.
2) Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu
disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering
diasosiasikan dengan preeclampsia.
Gejala dan tanda dari preeclampsia adalah:
a) Hiperrefleksia (iritabilitas saraf pusat)
b) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik
dengan pengobatan umum.
c) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau,
atau berkunang-kunang.
d) Nyeri epigastrik.
f) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolic 10-20 mmHg di
atas normal.
g) Proteinuria (di atas positif 3)
h) Edema menyeluruh.
3) Nyeri hebat di daerah abnominopelvikum.Bila hal tersebut terjadi pada
kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan riwayat dan
tanda-tanda di bawah ini maka diagnosanya mengarah pada solusio
plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan maupun tersembunyi.
4) Trauma abdomen.
5) Tinggi fundus uterus lebih besar dari usia kehamilan.
6) Bagian-bagian janin sulit di raba.
7) Uterus tegang dan nyeri.
8) Janin mati dalam Rahim.
Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai adalah :
9) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan.
10) Dysuria.
11) Menggigil atau demam.
12) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.
k. Pengawasan Antenatal
Pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya
menu-runkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Sejak
ballantyne pada tahun 1901 mengumumkan tempat plea for proniaternity
hospital, di paris, yang merupakan model antenatal pertama di dunia, maka
memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang
me-nyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
di-persiapkan langkah - langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui
bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling
memengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan
kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan janin.. Ibu hamil dianjurkan
untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap
trimester, sedangkan trimester terakhir sebanyak dua, (Manuaba, 2010 :
109 – 110).
Menurut Manuaba, 2010 : 110 WHO Expert Committee on the Midwife in
Maternity Care mengemukakan tujuan maternity care (pelayanan
kebidanan) yaitu:
1) Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan saat persalinan.
2) Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan.
3) Perawatan neonatus - bayi.
4) Pemeliharaan dan pemberian laktasi.
Dalam pengertian yang lebih lugs pelayanan kebidanan bertujuan untuk
mempersiapkan dan meningkatkan kesehatan sebelum perkawinan dan
memberi pengertian tentang konsep keluarga sebagai unit terkecil
kehidup-an, pengertian keluarga dalam kedudukan sosial-budaya, meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dan menanamkan pengertian
ten-tang program keluarga berencana dan merencanakan keluarga.
Dari pengertian dan tujuan pelayanan kebidanan tersebut dapat
1) Antenatal care: pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
2) Prenatal care: pengawasan intensif sebelum kelahiran.
3) Antepartal care: pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada ibunya.
l. Jadwal Pemeriksaan
Menurut Manuaba, 2010 : 111 Dengan memerhatikan batasan dan tujuan
pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan pertama. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah
diketahui terlambat haid.
2) Pemeriksaan ulang :
a. Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.
b. Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.
c. Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan.
3) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu.
m. Konsep Pemeriksaan
Menurut Manuaba 2010 : 111-112 menyatakan pemeriksaan selama
kehamilan meliputi :
1) Anamnesis
a. Data biologis
b. Keluhan hamil
c. Fisiologis
2) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan fisik umum
b) Pemeriksaan fisik khusus, meliputi : Obstetri, pemeriksaan dalam
atau rektal dan pemeriksaan ultrasonografi.
3) Pemeriksaan fisiologis
Status kejiwaan dalam menghadapi kehamilan
4) Pemeriksaan laboratorium
a) Laboratorium rutin meliputi : Darah lengkap, urine lengkap dan tes
kehamilan.
b) Laboratorium khusus, meliputi : Pemeriksaan TORCH, serologis,
fungsi hati dan ginjal, protein darah, golongan darah, faktor Rh, air
ketuban, infeksi hepatitis B, estriol dalam urine, dan infeksi AIDS.
5) Diagnosis kehamilan
a) Kehamilan normal, meliputi : Tanpa keluhan dan hasil laboratorium
baik.
b) Kehamilan dengan resiko, meliputi : Risiko tiggi atau sangat tinggi,
meragukan dan risiko rendah.
c) Kehamilan disertai penyakit ibu yang memengaruhi janin.
d) Kehamilan disertai komplikasi.
e) Kehamilan dengan nilai nutrisi kurang
f) Diagnosis difrensial meliputi : Amenorea sekunder, pseodosiesis,
2. Persalinan
a. Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
+ uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari dalaam rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain (Rustam Mochtar, 2011 : 69).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Manuaba, 2010 : 164).
Persalinan merupakan proses alamiah yang terjadi setelah umur
kehamilan matang yaitu keluarnya janin dari jalan lahir dengan kekuatan
ibu sendiri maupun dengan bantuan atau sc.
b. Etiologi Persalinan.
Menurut Manuaba, 2010 : 69 -70 Apa yang menyebabkan persalinan
belum diketahui benar, yang ada hanyalah teori-teori yang kompleks.
Teori-teori yang dikemukakan antara lain faktor-faktor humoral, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
1) Teori penurunan hormon
Penurunan kadar estrogen dan progesteron, seperti telah diketahui
progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya
kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1 sampai 2 minggu sebelum
2) Teori plasenta menjadi tua.
Terjadinya penurunan fungsi plasenta seiring dengan tuanya
kehamilan.
3) Teori distensi rahim.
Keadaan uterus yang membesar dan menjadi tegang mengakibatkan
iskemia otot-otot uterus sehingga menggangu sirkulasi uteroplasenta.
4) Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus
Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan,
misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5) Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan : gagang laminaria, beberapa
laminaria dimasukan dalam kanalis servisis dengan tujuan
merangsang pleksu, frankenhauser; Amniotomi yaitu pemecahan
ketuban; Tetesan oksitosin, yaitu pemberian oksitosin melalui tetesan
perinfus.
c. Beberapa Istilah Yang Berhubungan Dengan Persalinan
Menurut Rustam Mochtar 2011 : 69 cara persalinan yaitu :
1) Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat, serta tidak me lukai ibu dan bayi, yang umumnya
2) Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginarn dengan
bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi
kaesarea.
Menurut tua (umur) kehamilan:
a) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin
dapat hidup (viabel) berat janin di bawah 1000 gram - tua
kehamilan di bawah 28 minggu.
b) Partus prematurus adalah persalinan (pengeluaran) hasil konsepsi
pada kehamilan 28-36 minggu; janin dapat hidup tetapi prematur,
berat janin antara 1000-2500 gram. Partus maturus atau aterm
(cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40 rningg-u, janin
matur, berat badan di atas 2500 gram.
c) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir; janin disebut
postmatur.
d) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat cepat,
mungkin di kamar mandi, di atas becak, dan sebagainya.
e) Partus percobaan adalah suatu kemajuan persalinan untuk bukti
tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.
d. Proses Terjadinya Persalinan
Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya
persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan
(Manuaba, 2010 : 167-169).
1) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama primigravida
minggu ke-36.
2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.
3) Muncul saat nyeri didaerah pinggang karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya pleksus pleksus Frankenhauser yang terletak
sekitar serviks (tanda persalinan palsu)
4) Terjadi pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.
5) Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks dilepaskan.
e. Tanda – tanda Persalinan.
Menurut Manuaba, 2010 : 169 Tanda-tanda persalinan yaitu :
1) Kekuatan His makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang makin pendek.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir
campur darah).
3) Dapat disertai ketuban pecah.
4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubaha serviks (pelunakan
serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks).
f. Teori Kemungkinan Terjadinya Proses Persalinan.
Menurut Manuaba, 2010 : 166-169 Teori kemungkinan Proses persalinan
yaitu sebagai berikut :
1) Teori keregangan
3) Teori oksitosin internal
4) Teori prostaglandin
5) Teori hipotalamus – hipofisis dan glandula suprarenallis.
g. Kala Persalinan
Menurut Rustam Mochtar, 2011 : 71 Proses Persalinan terdiri dari 4 kala
yaitu :
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap 10 cm
Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan
his ditambah kekuatan megedan mendorong janin keluar hingga lahir.
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV : Mulai dari lahirnya uri, selama 1-2 jam.
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan kelaurnya lender
bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka
(dilatasi) dan mendatar (effacement)
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase :
a) Fase Laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam
b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase.
(1) Periode akselarasi, berlansung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal selama 2 jam, pembukaan
(3) Periode deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat , dan
lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan
masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang melalui lengkung reflex menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau
buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang.
Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 11/2
-2 jam, pada multi 1/-2-1 jam (Rustam Mochtar, -2011 : 73).
3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus
teraba kerns dengan fundus uteri setinggi pnsat, dan berisi plasenta
yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelurnnya. Beberapa saat
kemnudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu
5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina„
dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simfisis atau fundus uteri. Seiuruh proses biasanya berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
4) Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya
perdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi dan multi
dapat dilihat pada kotak di atas, (Rustam Mochtar, 2011 : 73).
h. Mekanisme Persalinan
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas
untuk menerima. Selanjutnya, urutan turunnya kepala janin adalah
seperti skema berikut ini. Mekanisme turunnya kepala janin kepala janin,
terutarna pada primi sedangkan pada multi, peluasan tersebut terjadi
pada saat dimulainya partus. Untunglah, hampir 96% janin adalah letak
kepala.
Pada letak belakang kepala (LBK) dapat dijumpai :
1) ubun-ubun kecil kin depan = 58%,
2) ubun-ubun kecil kanan depan = 23%,
3) ubun-ubun kecil kanan belakang = 11%, atau
4) ubun-ubun kecil kin belakang = 8%.
Dikemukakan 2 teori untuk menjelaskan rnengapa lebih banyak letak
kepala dibandingkan letak lainnya, (Rustam Mochtar, 2011 : 73).
1. Teori akomodasi bentuk rahim rnemungkinkan bokong dan
ekstremitas yang besar volumenya untuk .berada di atas, sedangkan
kepala berada di menempati ruangan yang lebih sempit..
2. Teori gravitasi : karena relative besar dan berat, kepala akan turun ke
memasuki pintu atas panggul. Karena menyesuaikan diri dengan
jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal) sehingga
lingkar kepala memasuki panggul dengan ukuran yang terkecil.
a. Diameter suboksipito-bregmatika = 9,5 cm dan
b. Sirkumferensia suboksipito-bregmatika = 32 cm.
Sedangkan Mekanisme persalinan menurut Williams, 2013 : 392 yaitu :
Pada awitan persalinan, posisi janin terhadap jalan lahir penting untuk
mengetahui rute kelahiran. Sehingga, posisi janin di dalam rongga
uterus harus ditentukan saat awitan persalinan. Orientasi janin
sehubungan dengan pelvis maternal di bahas dalam kaitannya dengan
letak, presentasi, sikap, dan posisi janin.
1. Letak janin
Hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu disebut dengan
istilah letak janin dan terbagi menjadi memanjang atau melintang.
Kadang-kadang, aksis janin dan maternal dapat melewati sudut 45
derajat, membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu menjadi
letak memanjang atau melintang saat persalinan. Factor predisposisi
letak melintang meliputi multiparitas, plasenta previa, hidramnions,
dan anomaly uterus.
2. Presentasi janin
Bagian terpresentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah di
dalam maupun di bagian terdekat jalan lahir. Bagian tersebut dapat
dirasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Maka, pada
bokong, sehingga disebut (secara berurutan) presentasi kepala dan
bokong. Ketika letak janin pada aksis panjangnya adalah transversal,
bahu merupakan bagian yang terpresentasi dan di rasakan melalui
serviks pada pemeriksaan vagina.
3. Postur atau sikap janin
Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk postur
khusus yang disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya, janin
membentuk massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan bentuk
rongga Rahim. Janin menjadi terlipat atau membungkuk kearah
dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga bagian punggung menjadi
berbentuk cembung, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga
dagu hamper menyentuh dada, paha terfleksi di depan abdomen, dan
tungkai tertekuk pada lutut. Pada semua presentasi kepala, lengan
biasanya menyilang di depan dada atau sejajar pada masing-masing
sisi. Umbilicus terletak pada celah diantaranya dan ekstremitas
bawah. Postur yang khas ini disebabkan oleh cara pertumbuhan janin
dan penyesuaian dirinya terhadap rongga Rahim.
4. Posisi janin
Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang di anggap
sebagai bagian presentasi janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan
lahir. Dengan demikian, masing-masing presentasi dapat memiliki
dua posisi kanan atu kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sacrum janin
masing-masing adalah titik penentu pada presentasi verteks, wajah,
posisi kanan ataupun kiri, terhadap presentasi oksipital kanan dan
kiri, presentasi dagu kanan dan kiri, presentasi sacrum kanan dan
kiri, yang masing-masing disingkat menjadi LO dan RO (Left and
Right Occiput), LM dan RM (Left and Right Mental) serta LS dan RS
(Left and Right Sacral).
i. Pimpinan Persalinan
Dari sudut praktis, memimpin persalinan adalah suatu seni,
walaupun memerlukan ilmu obsteri yang harus diketahui
penolong. Karena itulah, Dukun beranak masih mempunyai
peranam penting dan memerlukan pendidikan dan latihan,
terutama di negara-negara berkembang.
Pertanyaan yang sering diajukan oleh ibu hamil adalah,
"Bolehkah bersalin di rumah atau harus di rumah sakit?"
Walaupun 85% persalinan berjalan normal, pada 15% sisanya
dijumpai komplikasi yang memerlukan penanganan khusus.
Asuhan antenatal yang baik dapat mencegah komplikasi dan
mencoba menjawab pertanyaan tadi. Masalah di negara
berkembang adalah fasilitas rumah sakit, ketenagaan, dan
pengaruh sosio-budaya serta sosio-medis yang masih memegang
peranan panting dibandingkan dengan negara-negara maju,
(Rustam Mochtar, 2011 : 76)
Di negara maju, keadaan-keadaan berikut memerlukan
1. Primigravida dengan
a. umur di atas 30 tahun,
b. tinggi kurang dan 150 cm ( 5 kaki),
c. penyakit-penyakit tertentu,
d. komplikasi medis dan obstetris,
e. kelainan panggul,
f. kelainan letakjanin.
2. Multigravida dengan
a. umur di atas 35 tahun
b. anak lebih dari 4,
c. riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk.
Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang dianjurkan
untuk bersalin di rumah sakit ialah.
1) ibu-ibu dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk,
2) semua primigravida,
3) ibu yang telah hamil lebih dari 5 kali,
4) ibu-ibu dengan risiko tinggi lainnya.
j. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal
ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan
menganalisis informasi, membuat diagnosis kerja, membuat rencana
dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah
diberikan kepada ibu dan atau bayi baru lahir Sarwono, 2010 : 335-336.
Empat langkah proses pengambilan keputusan klinik :
1) Pengumpulan data
a) Data subyekif
b) Data obyektif
2) Diagnosis
3) Penatalaksanaan asuhan dan perawatan
a) Membuat rencana
b) Melaksanakan rencana
4) Evaluasi.
j. Proses Adaptasi Fisiologis dan Psikoligis persalinan.
Proses adaptasi fisiologis dan psikologis menurut, (Johariyah, 2012 : 39)
meliputi :
1) Proses adaptasi fisiologi
a) Perubahan organ reproduksi
(1) Otot uterus
(a) Distribusi otot polos tidak merata di uterus
(b) Paling banyak di segmen atas Rahim (SAR) perbandingan otot
polos : jaringan ikat = 90:10.
(c) Di segmen bawah Rahim (SBR) 20:80, sehingga kontraksi
(d) Memiliki 3 lapisan anatomis: paling luar (longitudinal dan
srikuler), lapisan tenga berbentuk spiral dan banyak terdapat
vaskularisasi, lapisan dalam berbentuk longitudinal.
(2) Kontraksi uterus.
(a) Pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
timbul kontraksi
(b) Kontraksi Braxton hicks mulai dirasakan pada akhir kehamilan.
(c) Mulai usia kehamilan 7 minggu, ireguler, tidak tersinkronasi,
fokal, frekueensi tinggi, intensitas jarang.
(d) Pada pertengahan kehamilan sampai dengan minggu sebelum
aterm, intensitas emakin meningkat.
(3) Keadaan SAR dan SBR.
(a) SAR dibentuk oleh corpus uteri.
(b) SBR dibentuk dari isthmus uteri.
(c) Dalam persalinan SAR dan SBR makin jelas.
(d) SAR memegang peranan aktif.
(e) SBR memegang peranan pasif.
b) Perubahan bentuk Rahim.
Pada setiap kontraksi sumbu panjang Rahim bertambah panjang
sedangkan ukuran melintang berkurang. Pertumbuhan uterus pada
kehamilan dan persalinan.
(1) Berat uterus.
(a) Pada saat sebelum hamil berat uterus sekitar 50 gram pada
(b) Pada saat hamil berat uterus akan meningkat menjadi 20 kali
lipat menjadi sekitar 1000 gram.
(c) Pada kehamilan uterus mengalami hyperplasia yang dikarenakan
adanya pengaruh estrogen, kemudian mengalami hipertrofi
sehingga terjadi perubahan bentuk bundar menjadi silindris.
(d) Otot uterus dipersyarafi oleh serat adrenergic, kolinergik,
peptidergik.
(e) Faal ligamentum rotundum dalam persalinan adalah pada tiap
kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung
pindah ke depan mendesak dinding perut depan ke depan.
c) Perubahan pada serviks.
Terjadi pendataran dan pembukaan serviks
(1) Pendataran adalah : pemendekan dari canalis servikalis, yang
semula berupa saluran yang panjangnya beberapa mm sampa 3
cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.
(2) Pembukaan adalah : pembesaran dari ostium externum yang
tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa mm
menjadi lubang yang dapat dilalui janin.
(3) Serviks mengandung konsentasi kolagen yang sangat tinggi, dan
kondisi serviks menutup rapat sampai sebelum pengeluaran
janin.Setelah persalinan, serviks kembali kaku karena ikatan
d) Perubahan vagina dan dasar panggul.
Dalam kala I ketuban ikut merenggangkan bagian atas vagina yang
sejak kehamilan mengalami perubahan sehingga dapat di lalui oleh
anak. Setelah ketuban pecah, segala perubahan akan terjadi,
terutama pada dasar panggul di timbulkan oleh bagian depan janin.
Oleh bagian depan janin yang maju, dasar panggul diregang menjadi
saluran dengan dinding-dinding yang tipis.
b) Perubahan system kardiovaskuler.
(1) Tekanan darah.
(a) Pada setiap kontraksi 400 ml darah di keluarkan dari uterus
ke dalam system vaskuler maternal. Sehingga meningkatkan
cardiac output / curah jantung (volume darah yang di pompa
keluar oleh jantung) 10-15% pada kala I.
(b) Kenaikan terjadi selama kontraksi (sistolik rata-rata naik 15,
10-15 mmHg. Diastolic 5-10 mmHg antara kontraksi tekanan
darah normal kembali.
(c) Rasa sakit, takut dan cemas akan meningkatkan tekanan
darah.
(2) Detak jantung.
(a) Berhubungan dengan peningkatan metabolism, detak
jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara
kontraksi detak jantung sedikit meningkat daripada sebelum
persalinan.
c) Perubahan metabolism.
Metabolisme aerobic dan anaerobic akan secara berangsur
meningkat disebabkan kekhawatiran dan aktivitas otot skeletal.
Peningkatan ini direfleksikandengan peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, output kardiak, pernafasan dan kehilangan cairan
yang mempengaruhi fungsi renal.
(1) Perubahan suhu tubuh.
(a) Berhubungan karena peningkatan metabolism,
pengeluaran energy ekstra (berasal dari metabolism
glikogen di dalam otot) terutama saat terjadi kontraksi.
Suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan
terutama selama dan setelah persalinan.
(b) Kenaikan suhu tidak boleh lebih dari 1-2 F (0,5-1 C).
(c) Suhu tubuh kala I berkisar <38 C.
(2) Perubahan pernafasan.
(a) Berhubungan dengan peningkatan metabolism, kenaikan
kecil pada laju pernafasan dianggap normal. Hiperventilasi
yang lama dianggap tidak normal.
(b) Sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat
mengenai pernafasan karena angka dan iramanya di
pengaruhi oleh rasa tegang, rasa nyeri, kekhawatiran, serta
(3) Perubahan system renal.
(a) Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin
disebabkan output kardiak, peningkatan angka filtrasi
glomerular dan peningkatan aliran plasma renal. Protein
urin dianggap biasa dalam persalinan.
(b) Kandung kemih harus sering di evaluasi setiap 2 jam untuk
melihat apakah kandung kencing penuh dan harus
dikosongkan karena akan memperlambat penurunan
bagian terendah. Selain itu trauma terhadap kandung
kemih dari tekanan yang terus berlangsung akan
menyebabkan hipotoni kandung kemih serta retensi urin
selama masa segera setelah pasca persalinan.
(4) Perubahan gastrointestinal.
(a) Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara
substansial berkurang selama persalinan.
(b) Pengeluaran getah perut kurang menyebabkan aktivitas
pencernaan hamper berhenti dan pengosongan lambung
menjadi sangat lamban.
(c) Rasa mual dan muntah-muntah biasa terjadi sampai
berakhirnya kala I persalinan
(5) Perubahan hematologi.
Haemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100ml selama
persalinan sehari setelah pascapersalinan kecuali ada
perdarahan post partum.
(6) Perubahan endokrin.
Sistem endokrin akan di aktifkan selama persalinan dimana
terjadi penurunan kadar progesterone dan peningkatan
kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin.
(7) Perubahan system musculoskeletal.
Akibat peningkatan aktivitas otot menyebabkan terjadinya
nyeri pinggang dan sendi, yang merupakan akibat dari
peningkatan kelemahan sendi saat kehamilan aterm. Pada
saat persalinan ibu bersalin dapat merasakan kram kaki.
2) Proses adaptasi psikologi.
(a) Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan
kegembiraan disaat-saat merasakan kesakitan-kesakitan
pertama menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini
berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itu lah
benar-benar terjadi suatu “reakistas kewanitaan” sejati yaitu
munculnya rasa bangga melahirkan anaknya. Khususnya
rasa lega itu berlangsung ketika proses persalinan mulai,
mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa
kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan
yang belum pasti” ibu kini benar-benar akan terjadi atau
(b) Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa
tidak sabar mengikuti irama naluriah, dan mau mengatur
sendiri, biasanya mereka menolak nasehat-nasehat dari
luar. Sikap-sikap yang berlebihan ini pada hakekatnya
merupakan ekspresi dari mekanisme melawan kekuatan.
Jika rasa sakit yang di alami pertama-tama menjelang
kelahiran ini disertai banyak ketegangan batin dan rasa
cemas atau ketakutan yang berlebihan, atau disertai
kecenderungan-kecenderungan yang sangat kuat untuk
lebih aktif dan mau mengatur sendiri proses kelahiran
bayinya.
(c) Wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika dia berada
pada lingkungan yang baru / asing, diberi obat, lingkungan
RS yang tidak menyenangkan, tidak mempunyai otonomi
sendiri,kehilangan identitas dan kurang perhatian.
Beberapa wanita menganggap persalinan lebih tidak
realistis sehingga mereka merasa gagal dan kecewa.
(d) Pada multigravida sering kuatir/cemas terhadap
anak-anaknya yang tinggal dirumah, dalam hal ini bidan bisa
berbuat banyak untuk menghilangkan kecemasan ini.
k. 60 langkah persalinan menurut Prawirohardjo, 2014 : 341-347.
Melihat tanda dan gejala kala dua yaitu :
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan/vaginanya.
c. Perenium menonjol.
d. Vulva vagina dan sfingter anal membuka
Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial
siap di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3. Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai / pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan
meletakkan kembali ke partus set / wadah disinfeksi tingkat
tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perenium, menekannya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
mulut vagina, perenium, atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau
kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan
kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(100-180 kali/menit)
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran:
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring
terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan peroral.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara,
merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan
unutuk meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan
segera`
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
15. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
Menolong kelahiran bayi
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain
tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dab tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat
kepala lahir
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi
dengan kain atau kassa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi:
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya
di dua tempat dan memotongnya
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan Lahir bahu.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan
ibu untuk meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan
lembut menariknya kearah bawah dan kea rah luar hingga
dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perenium,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat di lahirkan.menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang
ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kalahiran kaki
Penanganan bayi baru lahir
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakan bayi di atas perut ibudengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu
pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila
bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem
kea rah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama (kea rah ibu)
28. Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem
tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
31. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
32. Membritahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit I.M. di gluteus 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
35. Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat
di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu
mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting
susu.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kea rah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
(1) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit:
(b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik
aseptic jika perlu.
(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15
menit berikutnya.
(e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu
30 menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina
dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau
steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pasapersalinan
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat
tinggi dan mengeringkannya dengan kain bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati kelilin tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
d. Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan tonia uteri.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anestesi local dan
menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bahgaimana melakukan
massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam perttama pascapersalinan dan setiap
30 menit jam kedua setelah pascapersalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam kedua
jam pertama pascapersalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
53. Menempatkan semua pralatan di dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi.
54. Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tinggat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan
makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan utuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor de dalam larutan klorin 0,5
%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya
daklam larutan klorin 0,5 % delama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi patograf.
3) Bayi Baru Lahir (BBL)
a. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,
nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. ( Rukiyah, 2010 : 2).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37
minggu - 42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram. (Dewi,2011 :
1).
b. Menurut Rustam Mochtar, 2011 : 90 Bayi Baru Lahir dapat dibagi menjadi
2 yaitu :
2) Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulangan khusus,
misalnya bayi yang mengalami asfiksia dan perdarahan.
Pada umumnya, kelahiran bayi normal cukup ditolong oleh bidan yang
bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi. Pada
kelahiran abnormal, yang memerlukan pertolongan spesialis, bayi
baru lahir diurus oleh bidan atau, jika di rumah sakit yang dilengkapi
dengan unit kesehatan bayi, hendaknya ditangani oleh dokter anak.
c. Menurut Prawirohardjo, 2009 : 133 Penanganan Bayi Baru Lahir.
Tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir, adalah:
1) Membersihkan jalan nafas.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara sebagai berikut:
a) Letakan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Gulung sepotong kain dan letakan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala di atur
lurus sedikit tengadah ke belakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang di bungkus kasa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar