• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul “Penggunaan Metode Index Card Match Untuk - PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA UNSUR-UNSUR TEKS EKSPOSISI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul “Penggunaan Metode Index Card Match Untuk - PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA UNSUR-UNSUR TEKS EKSPOSISI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA S"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian dengan Judul “Penggunaan Metode Index Card Match Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran System Pemindah Tenaga Kompetensi Memelihara Transmisi Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Tribintari (2013).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan metode index card match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sistem pemindah tenaga kompetensi memelihara transmisi kelas XI B Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Gantiwarno. Hasil tersebut dibuktikan dengan peningkatan hasil rata-rata nilai tes yaitu sebesar 23,36. Peningkatan tersebut didapat dari nilai rata-rata sebelum perlakuan 62,12, sedangkan nilai rata-rata setelah diberi perlakuan 85,48 dengan pencapaian persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 81,8%. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan objek penelitian VII SMP Darul Ulum Tonjong Kabupaten Brebes dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan penelitian Tribintari (2013) menggunakan objek Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 dengan mata pelajaran System Pemindah Tenaga Kompetensi Memelihara Transmisi.

2. Penelitian dengan Judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Biologi Melalui Metode Index Card Match Pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Colomadu Tahun Ajaran 2013/2014” oleh Candrawati (2014).

(2)

7

siswa pada pelajaran biologi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Candrawati (2014) adalah penggunaan mata pelajaran dan objek penelitian. Penelitian Candrawati (2014) menggunakan mata pelajaran Biologi dengan objek Kelas VII C SMP Negeri 2 Colomadu Tahun Ajaran 2013/2014, sedangkan penelitian ini menggunakan mata pelajaran bahasa Indonesia dengan objek VII SMP Darul Ulum Tonjong Kabupaten Brebes. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Candrawati (2014) adalah penggunaan metode ICM dan dengan sampel siswa SMP.

B. Landasan Teori

1. Membaca

(3)

8

Membaca dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Selain itu, membaca merupakan suatu aktivitas yang memiliki banyak manfaat. Melalui membaca, seseorang diharapkan dapat memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat. Mencari sumber, menyimpulkan, menjaring, dan menyerpa informasi dari bacaan. Serta mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan mengambil manfaat dari bacaan (Syafii, 1993:2). Menurut Rahim (2008:11), macam-macam tujuan membaca yaitu: Menyempurnakan membaca nyaring, menggunakan strategi tertentu, memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

a. Membaca intensif

(4)

9

b. Membaca ekstensif

Membaca ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan secara luas antara lain bahan bacaan yang digunakan beranekaragam dan dibaca dalam waktu singkat (Irawati dan Budi, 2014:85-86) . Kegiatan membaca ekstensif ditujukan untuk mendapatkan informasi yang bersifat pokok-pokok penting dan bukan hal yang sifatnya terperinci. Berdasarkan informasi pokok tersebut, kita sudah dapat melihat atau menarik kesimpulan mengenai pokok bahasa atau masalah utama yang dibicarakan. Membaca ekstensif dapat digunakan ketika membaca beberapa teks yang memiliki masalah utama sama. Kita dapat menarik kesimpulan mengenai teks yang memiliki masalah utama yang sama, meskipun pembahasan detailnya berbeda.

2. Kemampuan Membaca

(5)

10

interpretatif adalah membaca antar baris untuk memperoleh inferensi. Membaca interpretatif meliputi pembuatan simpulan, misalnya tentang gagasan utama, hubungan sebab akibat, serta analisis bacaan seperti menemukan tujuan pengarang menulis bacaan.

Membaca kritis adalah membaca mengevaluasi materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, kesesuaian, dan urutan waktu. Pembaca kritis harus menjadi pembaca aktif bertanya, meneliti fakta-fakta, dan menggantungkan penilaian sampai ia mempertimbangkan semua materi. Membaca kreatif adalah membaca yang berusaha mencari makna di balik materi yang dinyatakan oleh penulis. Seperti halnya membaca kritis, membaca kreatif menuntut pembaca untuk berpikir ketika mereka membaca dan menuntut mereka menggunakan imajinasi mereka. Dengan membaca seperti itu, pembaca akan menghasilkan gagasan-gagasan baru.

3. Teks Eksposisi

a. Pengertian Eksposisi

(6)

11

memahaminya dan pengarang mempunyai sejumlah data dan bukti sehingga ia berusaha menjelaskan persoalan dan kejadian ini demi kepentingan pembaca.

b. Ciri dan Langkah Menyusun Teks Eksposisi

Ciri-ciri teks Eksposisi menurut (Sucipto dkk, 2014:58) : Penulis teks berusaha menjelaskan sesuatu secara objektif tidak ada unsur-unsur yang bersifat subjektif. Selian itu gaya penulisan harus bersifat informatif. Teks eksposisi juga harus memuat fakta yang terdapat di lapangan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Menentukan topik, menentukan tujuan, membuat kerangka, mengumpulkan bahan dan menulis kerangka/paparan. Langkah-langkah penyusunan teks eksposisi harus runtut agar teks eksposisi yang dihasilkan menjadi baik (Sucipto dkk, 2014:58).

c. Struktur Teks Eksposisi

Struktur teks eksposisi terdiri dari tesis, dalam tahap ini penulis harus menulis dengan memberikan gambaran awal dari suatu peristiwa untuk membuka gagasan awal pada teks dan tentunya berdasarkan sebuah fakta, tesis bertujuan untuk membuka gambaran teks. Kedua argumentasi yang merupakan isi dari gagasan teks, dalam argumentasi penulis harus memberikan data yang berkaitan teks. Ketiga penegasan ulang, dimana dalam penegasan ulang yang merupakan bagian akhir dari sebuah teks yang berupa penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian argumentasi (Sucipto dkk, 2014:59).

d. Kriteria Teks Eksposisi yang Baik

(7)

12

(8)

13

teks terdiri dari antonim, pengulangan kata, sinonim, pengacuan, konjungsi penambahan, awalan me-, akhiran –nya, kata benda, kata kerja dan kata sifat.

Perbedaan teks eksposisi dengan teks lain adalah teks eksposisi disusun dengan struktur yang terdiri atas pernyataan pendapat (tesis), argumentasi dan penegasan ulang. Bagian pernyataan pendapat (tesis) berisi tentang pendapat yang dikemukakan oleh penulis teks. Bagian argumentasi berisi tentang argumen (alasan) yang mendukung pernyataan penulis, sedangkan penegasan ulang berisi tentang pengulangan pernyataan yang digunakan untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran pernyataan (tesis).

Poin penting dalam teks eksposisi adalah data bersifat faktual, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi, ada dan bersifat historis tentang bagaimana suatu peristiwa terjadi. Fakta seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian, suatu analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun teks eksposisi antara lain mengumpulkan pendapat, memerlukan fakta, memerlukan analisis, menggali sumber ide yang didapatkan melalui penelitian, pengamatan dan pengalaman. Bertujuan memberikan informasi yang sejelas-jelasnya (Sucipto dan Agustina, 2014: 58)

e. Jenis-jenis Teks Eksposisi

(9)

14

yang mengandung pokok pikiran dalam paragraf dapat dijelaskan dengan cara membandingkan dengab masalah lain. Aspek yang digunakan sebagai pembanding harus bersifat konkret atau paling tidak sudah diketahui masyarakat umum. Eksposisi ilustrasi adalah gambaran atau penjelasan khusu dan konkret terhadap suatu prinsip bersifat umum. Penulis akan menjelaskan suatu gagasan secara jelas sehingga pembaca tidak kebingungan dalam memahami gagasan tersebut. Klasifikasi merupakan suatu yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan-pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Definisi diartikan suatu pernyataan tentang apa yang dimaksud dengan suatu hal atau barang. Dapat juga diartikan sebagai suatu pernyataan atau penjelasan tentang makna suatu kata atau frasa. Eksposisi analisis, pada dasarnya analisis adalah suatu cara membagi-bagi suatu subjek kedalam komponen-komponennya. Kata analisis berasal dari bahasa Yunani yaitu analyein yang berarti melepaskan, menanggalkan, atau menguraikan sesuatu yang terikat padu (Sucipto dkk, 2014:60-63).

f. Macam-Macam Imbuhan

Dalam bahasa Indonesia ada 4 macam imbuhan yaitu awalan (Prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks). Berikut ini macam-macam imbuhan dalam bahasa Indonesia (Chaer, 2006)

1) Awalan (Prefiks)

(10)

15

adalah men-, meng-, meny-, mem-, dan menge-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya dan makna yang akan dibentuk. Di bawah ini adalah makna-makna dari imbuhan me- „ menyatakan suatu perbuatan aktif‟ mengambil, menyiram, mengesampingkan, mempertahankan. Awalan ber- mempunyai beberapa macam perubahan yaitu bel- dan ber-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya. Aturan perubahan imbuhan ber- adalah sebagai berikut: Jika kata dasar diawali dengan huruf r atau er, maka menjadi be- contoh: ber- + riak = beriak, ber- + rekreasi = berekreasi. Jika kata dasarnya ajar, maka imbuhannya berubah menjadi bel-. Contoh: ber + ajar = belajar. Imbuhan ber- memiliki beberapa macam makna yaitu „menyatakan kepunyaan‟ misalkan beranak, berotot, beruang. „menyatakan penggunaan‟ misalkan bersepeda dan bermotor. „menyatakan kegiatan‟ misalkan bertelur, berkarya, bekerja. Menyatakan jumlah : berdua, bertiga. Menyatakan suasana hati: bersedih, berbahagia, dan lain-lain.

Awalan ke- tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna sebagai berikut: Menyatakan urutan : kesatu, kedua, ketiga, dst. Imbuhan di- adalah kata dasar bermakna pasif. Contoh: di + siram = disiram, dilihat, dipukul. Imbuhan ter- sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja pasif. Dalam fungsi membentuk kata kerja pasif, imbuhan ter- cenderung menyatakan „perbuatan yang tidak disengaja‟. terbawa dan tertinggal. Selain kata kerja pasif, imbuhan ter- juga memiliki makna sebagai berikut: membentuk kata sifat dan „menyatakan paling‟: terpandai, terbaik, terhebat. „keadaan telah‟ tertutup, terbuka, terkunci. Menyatakan kegiatan tibaa-tiba; misalnya tertawa, terjatuh.

(11)

16

penulis, pengajar, pemanis, pemutih. Menyatakan pekerjaan adalah perpanjang, perlambat, percantik. Menyatakan alat: penghapus, penggaris, pengasah. Menyatakan sifat adalah pemalu, pemaaf.

2) Sisipan (infiks)

Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. Contoh: -em- + getar = gemetar, -el- + tali = temai. Imbuhan infiks membentuk kata dasar yang memiliki makna sebagai berikut: menyatakan intensitas dan jumlah: gemetar, gemerincing, temali; menyatakan sifat: temurun, telunjuk, gelembung, gemetar.

3) Akhiran (sufiks)

(12)

17

pertanyaan: bukankah, sulitkah, mudahkah, iyatah, rugitah, panjangtah. Akhiran –pun membentuk kata dasar yang memiliki makna seperti “juga”: merekapun, diapun, sayapun.

4) Awalan-akhiran (Konfiks)

Konfiks adalah imbuhan yang diletakkan pada bagian awal dan akhir kata. Imbuhan-imbuhan konfiks diantaranya adalah me-kan, pe-an, ber-an, se-nya. Imbuhan me-kan bisa berubah menjadi memper-kan, menye-kan. Imbuhan-imbuhan tersebut memiliki makna sebagai berikut: Menyatakan kegiatan aktif: mengirimkan, memantulkan, menggembirakan, menelatarkan, mengirimi, meyambangi, dll. Imbuhan di-kan dan di-i memiliki makna yang sama dengan imbuhan me-kan, tetapi imbuhan ini membentuk kata kerja pasif. Contoh: dikirimkan, dipantulkan, digembirakan, ditelantarkan, dikirimi, dilempari, dll. Imbuhan pe-an membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai berikut: Menyatakan suatu hal atau perbuatan: pendidikan, pengangguran, perampokan, pemeriksaan. Menyatakan suatu proses: Pendaftaran, pembentukan, pembuatan. Menyatakan tempat: penampungan, pemandian, pegunungan. Imbuhan se-nya membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai berikut: Menyatakan tingkatan atau pengulangan: Sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya, secantik-cantiknya.

g. Kelas kata

1) Kata Benda

Kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan dengan menambahkan

(13)

18

memuaskan. Selain itu, kata benda juga dapat diawali dengan kata bukan tetapi tidak

bisa diawali dengan kata tidak. Kata benda dapat berupa kata benda dasar dan kata benda turunan. Kata benda dasar merupakan kata benda yang berupa kata dasar atau kata benda yang tidak berimbuhan, contohnya rumah dan murid. Sedangkan kata benda turunan berupa (1) kata benda yang berimbuhan, contohnya penyiar dan

bendungan; (2) kata benda dengan bentuk reduplikasi, misalnya rumah-rumah, dan

buku-buku; serta (3) kata benda majemuk, contohnya sapu tangan dan minyak goreng.

2) Kata Ganti

Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda yang menyatakan orang untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Misalnya murid

(14)

19

3) Kata Kerja

Kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan.Semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, di-, kan-, dan -i atau penggabungannya termasuk dalam kata kerja. Tetapi ada juga kata kerja yang tidak mengandung bentuk imbuhan di atas, karena merupakan bentuk kata dasar, misalnya tidur, bangun, mandi,

datang, pulang, dan sebagainya. Segala macam kata kerja mempunyai suatu

kesamaan, baik yang memiliki imbuhan ataupun tidak. Kesamaan tersebut merupakan ciri utama kata kerja, yaitu dapat diperluas dengan “dengan + kata sifat”, misalnya

belajar dengan rajin.

4) Kata Sifat

Kata sifat merupakan kata yang menyatakan sifat atau keadaan dari suatu nomina (kata benda) atau suatu pronominal (kata ganti) (Keraf, 1991:88). Misalnya

tinggi, mahal, baik, dan rajin. Semua kata sifat dalam Bahasa Indonesia dapat

mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya contohnya secepatnya, sebaiknyam sejujurnya. Serta dapat diperluas dengan paling, lebih, dan sekali, misalnya paling cepat, lebih cepat, dan cepat sekali.

5) Kata Sapaan

(15)

20

seperti Tin, San, dan As. Begitu juga dengan nama perkerabatan. Bentuk utuh dan bentuk singkat dari nama perkerabatan dapat dipakai, misalnya Pak dari bentuk utuh Bapak, Dik dari bentuk utuh adik, dan Bu dari bentuk utuh Ibu.

6) Kata Penunjuk dan Kata Bilangan

Kata penunjuk adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan suatu benda.Chaer (2006:110) membagi kata penunjuk memjadi dua yaitu ini dan itu.Kata penunjuk ini digunakan untuk menunjuk suatu benda yang letaknya relatif dekat dari pembicara, sedangkan kata penunjuk itu digunakan untuk untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh dari pembicara. Kata bilangan adalah kata yang menunjukkan nomor, urutan atau himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya, kata bilangan dibagi menjadi kata bilangan utama dan kata bilangan tingkat (Chaer, 2006:113). Kata bilangan utama seperti satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Sedangkan kata bilangan tingkat seperti pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

7) Kata Penyangkal dan Kata Depan

Kata penyangkal merupakan kata yang digunakan untuk menyangkal atau mengingkari suatu hal atau suatu peristiwa.Chaer (2006:119) menyatakan bahwa kata penyangkal yang ada dalam Bahasa Indonesia yaitu kata tidak atau tak, tiada, bukan,

dan tanpa. Kata depan adalah kata yang digunakan di depan kata benda untuk

merangkai kata benda tersebut dengan bagian kalimat lain. Chaer (2006:122)

(16)

21

dengan, dan berkat; (6) perbandingan, yaitu daripada; (7) hal atau masalah, yaitu

tentang dan mengenai; (8) akibat, yaitu hingga dan sampai; (9) tujuan, yaitu untuk,

buat, guna, dan bagi.

8) Kata Penghubung

Kata penghubung merupakan kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Berdasarkan fungsinya, kata penghubung dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara; dan (2) kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara dibedakan menjadi kata penghubung yang (1) menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta; (2) menggabungkan memilih, yaitu atau; (3) menggabungkan mempertentangkan, yaitu

tetapi, namun, sedangkan, dan sebaliknya; (4) menggabungkan membetulkan, yaitu

kata penghubung melainkan dan hanya; (5) menggabungkan menegaskan, yaitu

bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi, dan jangankan; (6) menggabungkan

membatasi, yaitu kecuali, hanya; (7) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu,

kemudian, selanjutnya; (8) menggabungkan menyamakan, yaitu yakni, yaitu, bahwa,

adalah, ialah; dan (9) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh

sebab itu.

(17)

22

jika, bila, apabila, asal; (3) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya; (4) menyuatakan

waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala; (5) menyatakan akibat

sampai, hingga, sehingga; (6) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna; (7) menyatakan

perbandingan, yaitu seperti, sebagai, laksana; (8) menyatakan tempat, yaitu kata penghubung tempat.

9) Kata Keterangan

Kata keterangan merupakan kata yang memberi penjelasan pada kalimat atau bagian kalimat lain. Kata keterangan dibagi menjadi dua, yaitu kata keterangan yang menyatakan seluruh kalimat, dan kata keterangan yang menyatakan unsur kalimat (Chaer, 2006:162-163). Kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat mempunyai empat fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain (1) kepastian, yaitu

memang, pasti, tentu; (2) keraguan atau kesangsian, yaitu barangkali, mungkin,

kiranya, rasanya, agaknya, rupanya; (3) harapan, yaitu semoga, moga-moga,

mudah-mudahan, hendaknya; dan (4) frekuensi, yaitu seringkali, sesekali, sekali-kali,

acapkali, jarang.

Kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat berfungsi untuk menyatakan (1) waktu, yaitu sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, belum, masih, baru, pernah,

sempat; (2) sikap batin, yaitu ingin, mau, hendak, suka, segan; (3) perkenan, yaitu

boleh, wajib, mesti, harus, jangan, dilarang; (4) frekuensi, yaitu jarang, sering, sekali,

dua kali; (5) kualitas, yaitu sangat, amat, sekali, lebih paling, kurang, cukup; (6)

kuantitas dan jumlah, yaitu banyak, sedikit, kurang, cukup, semua, beberapa, seluruh,

sejumlah, sebagian, separuh, kira-kira, sekitar, kurang lebih, para, kaum; (7)

(18)

23

10) Kata Tanya

Kata tanya merupakan kata yang digunakan sebagai pembantu dalam kalimat tanya, yang menanyakan tentang benda, orang, atau keadaan. Keraf (1992:68) menyatakan bahwa kata tanya asli dalam Bahasa Indonesia adalah (1) apa, untuk menanyakan benda; (2) siapa, untuk menyakan orang, dan (3) mana untuk menanyakan pilihan. Ketiga kata tanya tersebut dapat dgabungkan dengan bermacam-macam kata depan, seperti dengan apa, dengan siapa, dari mana, untuk apa, untuk

siapa, ke mana, buat apa, buat siapa, kepada siapa, dari apa, dan dari siapa. Adapula

kata tanya lain yang bukan menanyakan orang atau benda, melainkan menanyakan keadaan atau perihal, seperti mengapa, bilamana, berapa, kenapa, dan bagaimana.

11) Kata Seru

Kata seru merupakan kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Ada dua macam kata seru bila dilihat dari strukturnya yaitu kata seru yang berupa kata-kata singkat dan kata seru yang berupa kata-kata biasa (Chaer, 2006:193). Kata seru yang berupa kata-kata singkat misalnya wah, cih, hai, o, oh, nah, ha, dan

hah.Sedangkan kata seru yang berupa kata-kata biasa seperti aduh, celaka, gila,

kasihan, dan ya ampun, serta kata serapan astaga, masya Allah, Alhamdulillah, dan

sebagainya.

12) Kata Sandang dan Partikel Penegas

(19)

24

Sedangkan kata sandang sang berfungsi untuk mengagungkan dan digunakan di depan nama tokoh pahlawan, nama tokoh cerita, atau nama sesuatu yang dihormati, misalnya

Sang Mahaputra, Sang kancil, Sang merah putih. Partikel penegas merupakan

morfem yang digunakan untuk menegaskan (Chaer, 2006:194). Partikel penegas dalam Bahasa Indonesia adalah -kah, -tah, -lah, -pun, dan –ter.

4. Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, baik dari tingkat sekolah hingga ke perguruan tinggi. Untuk itu dengan mudah mengikuti proses belajar mengajar sehingga benar-benar bisa memahami materi pembelajaran Bahasa Indonesia, diperlukan suatu keterampilan berbahasa yang memadai. Pada hakekatnya belajar bahasa Indonesia adalah belajar komunikatif. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia selain meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia menitikberatkan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia tentang belajar komunikasi dan belajar sastra untuk dapat menghargai dan memahami manusia dan nilai-nilainya (Kustiningsih, 2013:2). Sedangkan menurut Tarigan (2008) mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem yang sistematis untuk sistem yang generatif.

5. Cooperative Learning

Cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok

(20)

25

partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi dan minta tanggungjawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Shoimin, 2013). Cooperative learning menurut Suprijono (2011: 54) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kinerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

a. Langkah-langkah

Terdapat enam langkah utama atau tahap dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar.Fase ini diikuti oleh penyajian informasi yang sering kali dengan bahan bacaan daripada verbal.Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini guru membimbing siswa saat mereka bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah siswa pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Enam tahap pembelajaran kooperatif itu dirangkum pada tabel berikut (Shoimin, 2013):

Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Kooperasi

FASE-FASE AKTIVITAS GURU

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

(21)

26

FASE-FASE AKTIVITAS GURU

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimging kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

b. Kelebihan

Kelebihan Cooperative learning antara lain meningkatkan harga diri tiap individu. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga konflik antarpribadi berkurang. Sikap apatis berkurang. Pemahaman yang lebih mendalam dan retensi atau penyimpanan lebih lama. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik). Meningkatkan kehadiran peserta dan sikap yang lebih positif. Menambah motivasi dan percaya diri. Menambah rasa senang berada ditempat belajar serta menyenangi teman-teman sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal.

c. Kekurangan

Cooperative learning masih memiliki kekurangan. Kekurangan Cooperative

learning antara lain guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Banyak

(22)

27

6. Model pembelajaran Index Card Match

a. Pengertian Index Card Match

Menurut Suprijono (2011:120) Teknik Index Card Match adalah mencari pasangan kartu. Teknik ini cukup menyenangkan untuk digunakan dalam mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya atau materi baru yang sedang diajarkan. Hal ini karena siswa-siswa dapat belajar sambil bermain. Teknik Index

Card Match dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Teknik Index card Match juga cocok untuk semua kelas atau tingkatan.

Model pembelajaran Index Card Match atau dapat diterjemahkan sebagai suatu model pembelajaran “mencari pasangan kartu”. Index Card Match menurut Binham (dalam Muktiani dkk, 2014:2) merupakan salah satu teknik instruksional dari belajar aktif bagian reviewing strategies (strategi pengulangan) yang dapat membantu siswa mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguji kemampuan serta pengetahuan yang telah mereka terima. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat diketahui bahwa index card match adalah suatu model pembelajaran dengan cara mencari pasangan kartu dari materi yang telah dibahas sehingga pemahaman siswa semakin kuat.

b. Langkah-langkah Index Card Match

Menurut Suprijono (2011:120), langkah-langkah pembelajaran Index Card

Match yaitu: Membuat potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di

(23)

28

kertas berisi satu pertanyaan. Pada separuh kertas yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan–pertanyaan yang telah dibuat. Kocok semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. Setiap siswa diberi satu kertas. Guru menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh siswa akan mendapatkan jawaban. Siswa diminta untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, siswa tersebut duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar siswa tidak memberitahukan materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah index card

match adalah membuat potongan kertas berisi pertanyaan dan jawabannya. Kocok

sehingga tercampur semua. Karena aktifitas berpasangan maka separuh siswa mendapat pertanyaan dan separuh yang lain mendapat jawaban. Siswa diminta untuk mencari pasangan mereka. Setelah semua berpasangan siswa harus membaca pertanyaan dan jawabannya. Akhiri teknik ini dengan memberikan klarifikasi dan kesimpulan.

c. Tujuan Index Card Match

(24)

29

peserta didik mungkin disimpan lima kali lebih kuat dari materi yang tidak ditinjau. Dengan demikian, peserta didik akan merasa lebih yakin dan mantap dengan materi yang telah dipelajari (Ni‟mah dkk, 2012:3).

d. Rasionalisasi Index Card Match dengan teks eksposisi

Eksposisi adalah uraian atau paparan yang bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan dalam karangan. Karena bentuknya uraian, maka isinya cukup panjang. Materi yang panjang dan tanpa animasi, sepintas tidak menarik siswa untuk mempelajarinya sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan minat siswa. Index card match diasumsikan dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran sehingga sangat tepat digunakan dalam materi membaca teks eksposisi. Hal ini karena siswa harus meninjau ulang materi yang telah didapatkan sehingga akan tersimpan lebih kuat dalam memori.

C. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, terlihat bahwa proses pembelajaran sebelum menggunakan metode index card matchprestasi belajar siswa belum memenuhi ketuntasan minimal yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dari nilai ulangan siswa yang masih banyak yang rendah. Kemudian dari segi afektif, kepercayaan diri siswa masih rendah, siswa tidak berani untuk mengutarakan pendapatnya sendiri. Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang ada, dilakukan suatu inovasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

index card match, melalui penelitian tindakan kelas. Model pembelajaran Index Card

(25)

30

pelajaran Bahasa Indonesia yang terkait dengan materi memahami teks eksposisi baik melalui lisan maupun tulisan.

Penelitian tindakan kelas ini akan menggunakan dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Dimana jika siklus pertama sudah memenuhi ketuntasan yang diinginkan maka tidak dilanjutkan kesiklus berikutnya. Namun jika dalam siklus pertama prestasi belajar siswa belum memenuhi ketuntasan yang diinginkan maka akan dilanjutkan dengan siklus kedua. Penambahan siklus ini bertujuan prestasi belajar siswa akan lebih meningkat.

Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

(26)

31

D. Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 2.1 Kata Ganti
Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Kooperasi
Gambar. 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Thereby, the mechanism achieves an individual, yet interoperable functionality package based on the same abstract coverage model, specifically, OGC07-011, which gives an

[1] R ´ EDEI L., Die neue Theorie der endlichen Abelschen Gruppen und Verallgemeinerung des Hauptsatzes von Haj´os,

Mereti, nimbang sereta ngenataika idea enggau buah runding senentang sesebengkah pekara ti didinga, dikejaku, dibacha enggau ditulis dalam mayuh bengkah situasyen ngambika

Sungguh mengagumkan bahwa dalam unit terkecil dari tubuh kita terdapat sistem yang sangat. canggih, padahal yang dituliskan di sini hanyalah sebagian

bersedia membantu keluarga Bapak Suherman dengan beberapa ketentuan yang harus. dipenuhi oleh pak Suherman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan stress kerja kerja pada perawat bagian rawat inap Rumah Sakit Islam

Hasil analisis perbedaan pembelian produk makanan olahan bersertivikasi BPOM diketahui terdapat perbedaan berdasarkan karakteristik jumlah anak, tingkat pendidikan,

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan