BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Komunikasi Matematis
a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
Mardiyah (2014: 12) mengemukakan bahwa melalui kemampuan komunikasi, gagasan atau ide dapat dieksploitasi, memudahkan siswa dalam membangun pemahaman yang diperolehnya, serta siswa ditantang untuk berpikir tentang matematika, dan siswa diharapkan mampu mengkomunikasikan hasil-hasil pemikiran mereka secara lisan ataupun tulisan. Proses komunikasi yang baik berpotensi dalam memicu ide-ide dan membangun pengetahuan matematikanya. Dengan cara yang demikian, siswa akan menjadi lebih kompeten dalam memahami konsep-konsep matematis.
Menurut Izzati dan Suryadi (2010: 728) menyatakan bahwa komunikasi matematis dipahami sebagai alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Mengingat komunikasi matematis mempunyai peranan penting dalam setiap proses matematis maka dari itu komunikasi matematis sudah seharusnya menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika saat ini.
matematika, membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan, membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi. Menurut Kennedyet al (2008: 21) komunikasi matematis merupakan dasar untukbelajar matematikayaitu untukmembacadan bahasaseni. Padasetiap pelajaran,
anak-anakberbagipemikiran merekadan meningkatkanpenalaranmerekamelalui diskusilisan, deskripsi tertulis,
jurnal, dan grafik. Polaberkomunikasinya yaitu merekamelambangkandengan gambar dansimbol.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematis yang dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat berupa gambar, simbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan disertai dengan penjelasan untuk memperjelas ide-ide matematis mereka.
b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi matematis secara tertulis yaitu sebagai berikut:
3).Dapat memberikan respon/jawaban yang lengkap, penjelasan yang jelas dan pembahasan tidak membingungkan.
2. Self-Efficacy
Menurut Ubaedy (2007: 10) self-efficacy yaitu sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan atas kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus. Menurut Lenz dan Shortridge-baggett (2002: 13) menyatakan self-efficacymerupakan sesuatu yang penting, self-self-efficacymerupakan
keyakinan seseorang bahwa seseorang dapat melakukan tingkah laku khusus yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bandura (1997: 3) mendefinisikan bahwa self-efficacysebagai keyakinanseseorang atas kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu. Self-efficacy dapat mempengaruhi tindakan mereka dalam mencapai sesuatu, berapa banyak usaha yang diupayakan, berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketahanan mereka terhadap kesulitan. Self-efficacy merupakan faktor kunci sumber tindakan manusia (human egency),apa yang orang pikirkan, percaya, dan rasakan
Faktor-faktor (sumber) yang mempengaruhi self-efficacymenurut Bandura (1997: 79) yaituenactive mastery experiences, vicarious experiences,verbal persuasion and physiological and affective statesyang
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengalaman tuntas (enactive mastery experiences)
Pengalaman tuntas merupakan sumber yang palingberpengaruhdari self-efficacy, yang menyebabkan perasaan kuat. Keberhasilan membangun keyakinan yang kuat dalam keberhasilan seseorang, kegagalan menghambat keyakinan seseorang, terutama apabila kegagalan terjadi sebelum keyakinan itu terbentuk secara kuat. Jika seseorang mengalami keberhasilan yang mudah dicapai, mereka akan mengharapkan hasil yang cepat dan mudah menyerah jika menghadapi kegagalan. Keyakinan yang kuat memerlukan pengalaman dan usaha yang gigih dalam menghadapi suatu rintangan.
peningkatan self-efficacy-nya. Ketika kegagalan kecil yang dihadapi, individu memiliki kesempatan untuk melakukan penyesuaian tindakan yang diambil dan melakukan kontrol yang lebih baik atas apa yang sedang terjadi.
b. Pengalaman orang lain (vicarious experiences)
Sumber self-efficacy yang kedua yaitu vicarious experiencesmerupakan pengalaman yang mengacu pada pengalaman
orang lain yang digunakan sebagai model. Pencapaian orang lain yang mirip dengan diri sendiri dinilai sebagai diagnostik kemampuan sendiri.Dengan demikian, dengan melihat atau membayangkan orang yang mirip dengan diri sendiri berhasil, biasanya menimbulkan keyakinan keberhasilan bahwa mereka sendiri memiliki kemampuan untuk menguasai kegiatan yang sebanding. Mereka membujuk diri mereka sendiri bahwa jika orang lain bisa melakukannya, mereka juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja mereka.
Pengalaman orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self-efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Semakin
c. Persuasi verbal (verbalpersuasion)
Persuasi sosial berfungsi sebagai sarana lanjut untuk memperkuat keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang mereka cari. Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas. Persuasi verbal berfungsi untuk memperkuat perasaan keberhasilan ketika menghadapi kegagalan kecil.Orang yang dibujuk secara verbal, mereka memiliki kemampuan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan, dan cenderung melakukan upaya yang lebih besar dan mempertahankannya daripada mereka memikirkan kekurangan ketika kesulitan muncul.
d. Keadaan fisiologis dan afektif (physiological and affective states) Sebagian orang bergantung pada keadaan fisik dan keadaan emosional mereka dalam menilai kemampuan diri sendiri. Dalam aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dan stamina, orang-orang menilai kelelahan mereka, rasa sakit dan rasa nyeri sebagai tanda penurunan fisik. Suasana hati juga mempengaruhi penilaian seseorang terhadap self-efficacy-nya. Mood positif memperkuat self-efficacy belief, mood negatif menurunkan self-self-efficacy belief.
a. Pilihan perilaku
Dengan adanya self-efficacy yang dimiliki, seseorang akan menetapkan tindakan apa yang akan ia lakukan dalam menghadapi suatu tugas untuk mencapai tujuan yang diiinginkannya.
b. Pilihan karir
Self-efficacy merupakan peran kunci dalam pengembangan dan
pilihan karir seseorang. Bila seseorang merasa mampu melaksanakan tugas-tugas dalam karir tertentu maka biasanya ia akan memilih karir tesebut.
c. Kuantitas usaha dan keinginan untuk bertahan pada suatu tugas
Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi biasanya akan berusaha keras untuk menghadapi kesulitan dan bertahan dalam mengerjakan suatu tugas bila mereka telah mempunyai keterampilan prasyarat. Sedangkan individu yang mempunyai self-efficacy yang rendah akan terganggu oleh keraguan terhadap kemampuan diri dan mudah menyerah bila menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas.
d. Kualitas usaha
MenurutLenz dan Shortridge-baggett (2002: 32) bahwa self-efficacy yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pilihan yang
mereka buat, aspirasi mereka, banyaknya usaha yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan, pola pikir mereka.
Tiga dimensi self-efficacy menurut Bandura (1997: 42) yaitu sebagai berikut:
a. Level/Magnitude
Level/Magnitudeberkaitan dengan derajat/level kesulitan tugas
yang dihadapi, di mana seseorang merasa mampu atau tidak untuk melakukannya. Penerimaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Keyakinan seseorang berimplikasi pada pemilihan tingkah laku sesuai dengan tingkat kesulitan suatu tugas. Seseorang terlebih dahulu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuannya.
b. Strenght
Strenght merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai
memiliki pengaruh terhadap self-efficacyyang diyakini seseorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam usaha untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi.
c. Generality
Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan seseorang akan kemampuannya melaksanakan tugas diberbagai aktivitas dan situasi tertentu. Aktivitas dan situasi yang bervariasi menuntut apakah seseorang merasa yakin atau tidak yakin atas kemampuannya dalam melaksanakan tugas.
Tiga dimensi self-efficacy menurut Zimmerman dan Cleary(2006: 47) yaitu sebagai berikut:
a. Level
Level berkaitan dengan tingkatan dari suatu tugas tertentu,
seperti kesulitan yang bertambah pada soal-soal penjumlahan matematika.
b. Strenght
Strenght merupakan kekuatan keyakinan seseorang dalam
mengerjakan tugas tertentu.
Generality merupakan penilaian mengenai kemampuan seseorang dalam beberapa tugas atau aktivitas seperti mata pelajaran yang berbeda.
Ciri–ciri seseorang yang memiliki self-efficacy menurut Rahyubi (2012: 111):
a. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi kemungkinan besar akan lebih bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai. b. Semakin sulit suatu tugas, maka keberhasilan dalam meraih
self-efficacy tinggi akan tercapai.
c. Self-efficacy akan semakin tinggi ketika mengamati keberhasilan
orang lain.
d. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggicenderung percaya dengan kemampuan dirinya sendiri.
Ciri–ciri seseorang yang memiliki self-efficacy menurut Omrod (2008: 22):
a. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi lebih mungkin mengerahkan segenap tenaga ketika mencoba suatu tugas baru dan gigih tidak mudah menyerah.
c. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung lebih mungkin banyak belajar dan berprestasi dari pada seseorang yang memiliki self-efficacy rendah.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa ciri–ciri seseorang yang memiliki self-efficacy yaitu sebagai berikut:
a. Seseorang yang memiliki self-efficacy rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal.
b. Seseorang yang memiliki self-efficacy rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit.
c. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung mau mengerjakan tugas-tugas yang banyak, khususnya menantang dan sulit.
d. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi lebih mungkin untuk tekun berusaha menguasai tugas pembelajaran dari pada seseorang yang memiliki self-efficacy rendah.
Indikator self-efficacy pada penelitian ini dikembangkan dari dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Bandura (1997: 42), Zimmerman dan Cleary (2006: 47). Dimensi tersebut yaitu Magnitude/Level (Derajat kesulitan tugas yang dihadapi, dimana seseorang
seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki), dan Generality (Keyakinan sesorang akan kemampuannya melaksanakan tugas diberbagai aktivitas atau situasi tertentu).
Tabel 2.1
Indikator yang digunakan dalam penelitian
Dimensi / Komponen Indikator
Magnitude/Level (Derajat kesulitan tugas yang dihadapi, dimana seseorang mampu atau tidak untuk melakukannya)
1. Mampu menyelesaikan tugas matematika. 2. Mampu menghadapi tugas matematika
diluar kemampuan. Strenght (Kuatnya keyakinan
seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki)
1. Bertahan dan ulet dalam mengerjakan soal matematika.
2. Kegigihan dalam menghadapi tugas matematika.
3. Pengaruh pengalaman pribadi. Generality (Keyakinan
sesorang akan kemampuannya melaksanakan tugas di berbagai aktivitas atau situasi
tertentu)
1. Konsisten pada tugas matematika dan aktivitas.
2. Kesiapan menghadapi situasi. 3. Mengarahkan perilaku.
3. Materi
Segitiga dan Segiempat
SK : 6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
KD : 6. 3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator :
6.3.1 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan segitiga. 6.3.2 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persegi
panjang.
6.3.3 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan persegi. 6.3.4 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
jajargenjang.
6.3.5 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan belah ketupat.
6.3.6 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan layang-layang.
6.3.7 Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan trapesium.
B. Penelitian Relevan
1. Dewanto (2008: 129) menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy mahasiswa makin tinggi pula kemampuan representasi multiple matematisnya, yang artinya keyakinan diri berkorelasi positif dengan kemampuan matematis.
selalu memeriksa ulang jawaban yang dihitungnya, dalam menggunakan bahasa dan simbol kurang begitu baik, dalam kemampuan komunikasi matematis menyelesaikan maslah sistem persaman linier duan variabel kurang begitu baik.
Berdasarkan uraian di atas, perbedaan dengan penelitian ini yaitu akan dideskripsikan mengenai gambaran kemampuan komunikasi matematis
dan self-efficacy serta keterkaitan antara kemampuan komunikasi
matematis dan self-efficacy siswa dengan materi segitiga dan segiempat. Peneliti memilih materi segitiga dan segiempat dikarenakan peneliti menduga bahwa dengan materi tersebut dapat memunculkan soal-soal yang sesuai dengan indikator-indikator kemampuan komunikasi pada penelitian ini.
C. Kerangka Pikir
konsep/proses didalam matematika ketika mereka tidak mengekspresikan ide-ide mereka secara jelas pada mata pelajaran tersebut.
Selain kemampuan komunikasi matematis, hal yang tidak kalah penting yaitu mengenai self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan menentukan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku. Self-efficacypada akhirnya mempengaruhi pembelajaran dan prestasi mereka, pilihan aktivitas, tujuan, dan usaha. Self-efficacyterkait dengan penilaian seseorang akan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu. Individu yang mempunyai self-efficacy tinggi menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha, sedangkan individu yang memiliki self-efficacy rendah menganggap kegagalan berasal dari kurangnya kemampuan. Dimensi dari self-efficacy adalah magnitude/level, strenght dan
generality, dimensi-dimensi tersebut yang akan dijadikan acuan untuk
menggambarkan self-efficacy seseorang. Self-Efficacy merupakan percaya diri yang berbasis potensi, seseorang bisa berkomunikasi itupun harus mempunyai kompetensi, tanpa kompetensi sulit untuk berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Individu dengan self-efficacy yang tinggi dimungkinkan akan mampu mengkomunikasikan gagasan dengan tindakan yang bijak dan dapat berlangsung efektif.
Self-efficacy yang tinggi dimungkinkan akan mempunyai hubungan
yang tinggi juga diduga akan menumbuhkan self-efficacy dalam diri siswa. Self-efficacy yang rendah dimungkinkan kemampuan komunikasi matematis
juga rendah. Oleh karena itu, diduga bahwa terdapat adanya keterkaitan antara self-efficacy dan kemampuan komunikasi matematis.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 1 Jatilawang, terletak di Jalan Pramuka No. 03 Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, kode pos 53174 dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena data yang terkumpul berbentuk tulisan, kata-kata, atau gambar. Selain itu dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada gambaran tentang kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis dan self-efficacy siswa, kemudian data yang diperoleh dipaparkan dalam rangkaian kalimat.Penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman yang terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (verification/conclusion drawing).(Sugiyono, 2014: 334)
C. Desain Penelitian