1.1 Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran. Adapun proses pembelajaran yang baik adalah proses yang mengembangkan aspek-aspek dasar siswa yaitu: aspek afektif, aspek kognitif, dan juga aspek psikomotor (Julianto, 2009). Sekolah juga sebagai institusi atau lembaga pendidikan yang merupakan wadah bagi proses pendidikan yang memiliki berbagai permasalahan kompleks dan dinamis yang harus segera dipecahkan (Rubiyah, 2011). Pemecahan masalah berguna untuk memperlancar ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang berasal dari kata “belajar” sesungguhnya
bukanlah sebuah proses memasukkan informasi dari satu pihak ke pihak yang lain. Belajar merupakan proses perubahan perilaku secara aktif, proses tersebut melalui berbagai penglaman, dan proses yang diarahkan kepada suatu tujuan (Nurlistianingsih, 2011).
bahwa dalam pembelajaran membutuhkan keterampilan berpikir (teaching
about thinking). Hal ini cukup sinkron karena dalam pembelajaran IPA
Biologi juga mengutamakan pengembangan ketrampilan (Mariati, 2006) dan salah satunya adalah ketrampilan proses sains.
Pembelajaran IPA Biologi di SMP sangat menekankan ketrampilan proses sains karena keterampilan proses selain mencakup keterampilan mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, merencanakan penelitian, dan berkomunikasi juga ketrampilan menerapkan konsep (Susiwi et al. 2009). Untuk dapat menerapkan konsep maka harus terlebih dahulu paham terhadap konsep tersebut.
IPA Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan sikap dan nilai yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis (Depdiknas, 2004). Biologi juga merupakan cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang bertujuan untuk memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitannya. Ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
tercapainya pemahaman konsep diantaranya siswa cenderung diberi konsep dan kemudian mencatat serta menghafalkan (Gusti, 2006).
Jika masalah tersebut tidak segera dicari jalan pemecahannya maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa akan mengalami penurunan karena rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Kemampuan pemahaman merupakan aspek kognitif yang penting dimiliki oleh siswa agar mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. (Fajriyah, 2012).
dan untuk mengatasi diperlukan pembelajaran yang tepat. Pembelajaran merupakan saran bagi guru untuk mengajar dan mendidik siswa dalam menyampaikan suatu pokok bahasan. Kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan suatu setting pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ketidaktepatan dalam penggunaan model pembelajaran dapat menimbulkan suatu kesenjangan dalam proses belajar yang dapat menghambat proses belajar. Kurang tepatnya pemilihan model seringkali berdampak pada rendahnya apresiasi siswa terhadap pembelajaran, walaupun pada hakikatnya tidak ada satupun model yang sempurna dan dapat digunakan untuk menyelesaikan keseluruhan masalah belajar. Dari uraian di atas maka dapat digunakan model penemuan terbimbing (guided discovery) sebagai alternative dalam proses pembelajaran karena model ini diduga mampu memberi pengaruh positif terhadap kemampuan pemahaman siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar (Neti, 2012). Alasan dipilihnya model penemuan terbimbing (guided discovery) karena terdapat beberapa kelebihan antara lain yaitu 1. siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan 2. menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-menemukan) 3. mendukung kemampuan problem solving siswa. Selain itu usia anak SMP masih memerlukan bimbingan dari guru untuk mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep IPA (Sukardiyono et al. 2011).
(guided discovery), guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran dalam membangun pengetahuan siswa agar siswa menjadi tanggap, mandiri dan mampu membangun pengetahuan sendiri dari setiap komsep ilmiah. Ketika menggunakan model ini, guru menyajikan contoh pada siswa, memandu mereka saat mereka berusaha menemukan pola-pola dalam contoh tersebut, dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah mampu mendeskripsikan gagasan yang telah dibelajarkan oleh guru. Selama menggunakan model ini guru masih perlu memberikan susunan (structure) dan bimbingan (guidance) untuk memastikan bahwa abstraksi yang sedang dipelajari sudah akurat dan lengkap (Mayana, 2011).
praktek laboratorium, penelitian lapangan, dan diskusi kelas. (Ikedalopo and Adetunji dalam Mayana, 2011).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian eksperimen mengenai pengaruh kemampuan pemahaman konsep IPA terhadap hasil belajar menggunakan model penemuan terbimbing (guided
discovery) pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sokaraja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah kemampuan pemahaman konsep IPA berpengaruh terhadap hasil belajar dengan menggunakan model penemuan terbimbing (guided discovery) pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sokaraja.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan pemahaman konsep IPA terhadap hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sokaraja.
1.4 Manfaat Penelitian
a. bagi siswa, yaitu dapat mengembangkan pemahaman konsep pada pelajaran IPA Biologi sehingga hasil belajar menjadi lebih baik
b. bagi guru, yaitu untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran, dapat membantu memperbaiki kinerja dan dapat berkembang secara profesional dan lebih percaya diri
c. bagi sekolah, yaitu membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan hasil belajar siswa serta kualitas input dan output pendidikannya baik
d. bagi kepala sekolah, eksperimen ini dapat dijadikan masukan untuk
kebijakan dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar (KBM) dan meningkat prestasi belajar siswa serta perlunya kerjasaSma yang baik antar guru dan antara guru dengan kepala sekolah.
1.5 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah menerima Ha menolak Ho, yang mempunyai arti bahwa ada pengaruh pemahaman konsep IPA terhadap hasil belajar siswa kelas VII melalui model pembelajaran penemuan terbimbing