BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Pengertian LKS
Sebagai guru, kita tentu sudah tidak asing lagi dengan bahan ajar cetak
yang satu ini. Lembar Kerja Siswa atau biasa disingkat LKS pada umumnya dibeli
dan bukan dibuat sendiri oleh guru. Padahal, LKS sebenarnya bisa dibuat sendiri
oleh guru yang bersangkutan. Sehingga, LKS dapat lebih menarik serta lebih
kontekstual dengan situasi dan kondisi Sekolah ataupun lingkungan sosial budaya
siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa pandangan yang bisa kita
jadikan rujukan. Sebagaimana diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan
Bahan Ajar (Prastowo, 2011), Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja
biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Dan, tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang harus dicapai.
Sementara, menurut pandangan lain, LKS yaitu materi ajar yang sudah
dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi
ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi,
ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat
menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dari
berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu
pada kompetensi dasar yang harus dicapai.
Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang
harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya
pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang
harus ditempuh. Lembar kegiatan siswa adalah panduan yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.
Dalam menyiapkan LKS, ada beberapa syarat yang hanya dipenuhi oleh
pendidik. Untuk bisa membuat LKS yang bagus, pendidik harus cermat serta
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Karena, sebuah lembar
kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau
tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa.
2. Fungsi LKS
Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai LKS yang telah
kita singgung pada bagian sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa LKS memiliki
setidaknya empat fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan siswa;
b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi
yang diberikan;
c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta
3. Tujuan Penyusunan LKS
Dalam hal ini, paling tidak ada empat pion yang menjadi tujuan
penyusunan LKS, yaitu:
a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan
materi yang diberikan;
b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap
materi yang diberikan;
c. Melatih kemandirian belajar siswa; dan
d. Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada siswa.
4. Langkah-Langkah Aplikatif Membuat LKS
Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif menjadi harapan semua siswa.
Karena, LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan. Siswa akan lebih terbius dan terhipnotis untuk
membuka lembar demi lembar halamannya. Selain itu, mereka akan mengalami
kecanduan belajar. Maka dari itu, sebuah keharusan bahwa setiap guru ataupun
calon guru agar mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang
inovatif.
Untuk bisa membuat LKS sendiri, maka kita perlu memahami
langkah-langkah penyusunannya. Berikut adalah langkah-langkah-langkah-langkah penyusunan lembar
Gambar 2.1. Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS
a) Melakukan Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS.
Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah
analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar,
serta materi yang diajarkan. Selanjutnya, kita juga harus mencermati kompetensi
yang mesti dimiliki oleh siswa. Jika semua langkah tersebut telah dilakukan, maka
Analisis Kurikulum
Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Menentukan Judul-Judul LKS
Menulis LKS Merumuskan KD
Menentukan Alat Penilaian
Menyusun Materi
kita harus bersiap untuk memasuki langkah berikutnya, yaitu menyusun peta
kebutuhan LKS.
b) Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS
yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuensi LKS
sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan. Langkah ini biasanya
diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
c) Menentukan Judul-Judul LKS
Perlu kita ketahui bahwa judul LKS ditentukan atas dasar
kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat
dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS
apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar. Jika judul-judul LKS telah kita
tentukan, maka langkah selanjutnya yaitu mulai melakukan penulisan.
d) Penulisan LKS
Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Untuk merumuskan
kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan rumusannya langsung
dari kurikulum yang berlaku. Contohnya, kompetensi dasar yang diturunkan dari
KTSP 2006.
Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian kita lakukan terhadap proses
kerja dan hasil kerja siswa. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan
kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan
pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced
Assessment. Dengan demikian, guru dapat melakukan penilaian melalui proses
dan hasilnya.
Ketiga, menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan. Berkaitan dengan isi atau materi LKS, perlu
kita ketahui bahwa materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang
akan dicapainya. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran
umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil
dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian, dan
sebagainya. Supaya pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja
di dalam LKS kita tunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih
jauh tentang materi tersebut. Selain itu, tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna
mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat
melakukannya.
Keempat, memperhatikan struktur LKS. Ini adalah langkah terakhir
dalam penyusunan sebuah LKS. Ibarat akan membangun sebuah rumah, maka kita
harus paham benar tentang struktur rumah. Ada fondasi di bagian dasarnya,
kemudian di atasnya ada tembok dan beton, dan di bagian paling atas adalah atap.
Jika sampai bagian-bagian itu salah satunya tidak ada atau terbalik dalam
penyusunannya, maka bangunan rumah tidak mungkin terbentuk. Hal yang sama
juga terjadi dalam penyusunan LKS. Kita mesti memahami bahwa struktur LKS
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan
langkah-langkah kerja, serta penilaian. Ketika kita menulis LKS, maka paling tidak
keenam komponen inti tersebut harus ada. Apabila salah satu komponennya tidak
ada, LKS pun tidak akan pernah terwujud, itu hanyalah sebuah kumpulan tulisan
dan tidak bisa disebut sebagai LKS.
e) Struktur LKS
Struktur LKS secara umum sebagai berikut:
1. Halaman Depan (Cover)
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Petunjuk Penggunaan LKS
5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
6. Tujuan Pembelajaran
7. Pokok Bahasan SPLDV
a. Sub Pokok Bahasan
b. Kegiatan Siswa
c. Latihan Soal
d. Diskusi Soal
8. Daftar Pustaka
B. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan cara memberikan pengertian dengan
masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk
memecahkan masalah.
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki
kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian
strategi pembelajaran pemecahan masalah. Berdasarkan kajian beberapa literatur
terdapat banyak strategi pemecahan masalah yang kiranya dapat diterapkan dalam
pembelajaran.
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan
kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi
situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan
menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar
terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan
seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah
mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan
sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan
suatu masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur atau strategi yang
memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir.
1. Tahap Pemecahan Masalah
Solso (Wena, 2008) mengemukakan enam tahap dalam pemecahan
a. Identification the problem (Identifikasi permasalahan)
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah.
Identifikasi permasalahan itu merupakan suatu cara bagaimana kita
melihat, menduga, memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan
apa yang menjadi masalah.
b. Representation of the problem (Representasi permasalahan)
Representasi permasalahan adalah merumuskan serta memahami suatu
permasalahan.
c. Planning the solution (Perencanaan pemecahan)
Perencanaan pemecahan adalah langkah selanjutnya dari representasi
permasalahan. Didalam ini dilakukan bimbingan suatu perencanaan
pemecahan masalah.
d. Execute the plan (Menerapkan/mengimplementasikan perencanaan)
Didalam tahap ini kembali dilakukan bimbingan, namun dengan
menerapkan perencanaan yang telah dibuat.
e. Evaluate the plan (Menilai perencanaan)
Tahap ini masih dilakukan bimbingan, hanya saja dalam melakukan
penilaian terhadap perencanaan pemecahan masalah.
f. Evaluate the solution (Menilai hasil pemecahan)
Dan tahap paling akhir adalah melakukan penilaian terhadap hasil
C. Peduli Sosial
Menurut Wibowo (2011), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat. Sementara,
pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan
aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa
ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan
karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, lanjut Suyanto,
seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal
penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang
akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Dalam buku Wibowo (2011), Menurut Kemendiknas karakter adalah
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Sementara
pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter
bangsa pada diri siswa, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan
1. Pengertian Peduli Sosial
Nilai-nilai luhur sebagai fondasi karakter bangsa yang dimiliki oleh
setiap suku di Indonesia. Peduli Sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan berupa materi maupun imateri kepada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan. (Wibowo, 2011).
Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan
karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya. Dengan menanamkan jiwa
kepedulian sosial pada siswa maka setidaknya ada sedikit harapan di masa depan
dimana siswa akan menjadi pemimpin untuk mewujudkan masyarakat yang saling
tolong-menolong.
Berjiwa sosial dan senang membantu merupakan sebuah ajaran yang
universal dan dianjurkan semua agama. Manusia diciptakan Allah sebagai
makhluk sosial, yaitu makhluk yang senantiasa mengadakan hubungan dengan
sesamanya. Kerja sama dengan orang lain dapat terbina dengan baik apabila
masing-masing pihak memiliki kepedulian sosial. Oleh karena itu sikap ini sangat
di anjurkan dalam Islam. Kebalikan dari peduli sosial adalah egois.
2. Dampak positif memiliki kepedulian sosial
Ada beberapa dampak positif siswa memiliki sifat peduli sosial sebagai
berikut:
a. Terwujudnya sikap hidup gotong royong.
b. Terjalinnya hubungan batin yang akrab.
c. Menumbuhkan kerukunan dan kebersamaan.
e. Menghilangkan jurang pemisah antara si miskin dan si kaya.
f. Terwujudnya persatuan dan kesatuan.
g. Menciptakan kondisi masyarakat yang kuat dan harmonis.
h. Menghilangkan rasa dengki dan dendam.
3. Indikator peduli sosial
Perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan karakter
bersifat progresif. Artinya, perilaku tersebut berkembang semakin kompleks
antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya, dan bahkan dalam jenjang
kelas yang sama. Guru memiliki kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu
perilaku harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih
kompleks. Untuk mengetahui bahwa siswa itu telah melaksanakan pembelajaran
yang mengembangkan budaya dan karakter bangsa, maka ditetapkan indikator
peduli sosial antara lain:
a. Memfasilitasi kegiatan yang bersifat sosial
b. Melakukan aksi sosial
c. Berempati kepada sesama teman satu kelas
d. Membangun kerukuan warga kelas
D. Kriteria LKS Pemecahan Masalah dan Peduli Sosial
Dalam hal ini peneliti akan mengembangkan LKS yang menarik
sehingga memacu siswa untuk selalu rajin belajar. LKS akan dirancang atau
dibuat dalam bentuk yang menarik, dari pendesainan cover, isi, sampai dengan
perhatian siswa untuk mengerjakan latihan-latihan soal yang telah disediakan
dalam LKS dengan baik dan dapat memotivasi belajar siswa.
Nilai-nilai karakter peduli sosial akan dikembangkan didalam LKS pada
latihan Ayo mencoba 1, Ayo mencoba 2, Tes Formatif 1 dan Tes Formatif 2 yang
bertujuan untuk menanamkan jiwa peduli sosial siswa.
LKS berbasis pemecahan masalah dan bermuatan peduli sosial akan
dirancang dengan penyajian soal-soal dengan penyelesaian pemecahan masalah
dan terdapat muatan karakter peduli sosial. Tidak hanya motivasi siswa yang
bertambah, tetapi dalam hal pemecahan masalah juga semakin bertambah. Dengan
latihan-latihan soal materi SPLDV yang disediakan, siswa diharapkan lebih
menguasai tentang pemecahan masalah. Selain itu, LKS ini juga dirancang dengan
muatan karakter peduli sosial. Dimana jaman sekarang tingkat peduli sosial anak
sekolah berkurang. Dari itu LKS ini disajikan dengan muatan karakter peduli
sosial.
E. Materi SPLDV
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator pada materi
SPLDV kelas VIII SMP semester ganjil antara lain sebagai berikut:
Standar Kompetensi :Memahami persamaan linear dua variabel dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 1. Membuat model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
2. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel dan penafsirannya.
Indikator : 1. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan SPLDV.
2. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel dan penafsirannya.
F. Model Pengembangan 4-D
Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu proses menentukan dan
menciptakan situasi kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi
sedemikian hingga terjadi perubahan tingkah laku. Dalam mengembangkan
pembelajaran terdapat beberapa model pengembangan yang dapat dijadikan
pegangan. Namun, dalam penelitian ini peneliti memilih model pengembangan
perangkat pembelajaran Thiagarajan, Semmel dan Semmel. Menurut Thiagarajan,
Semmel dan Semmel (Trianto, 2010) bahwa model pengembangan perangkat
pembelajaran terdiri dari 4 tahap yang dikenal dengan sebutan Four-D model
(4D), yaitu tahap Pendefinisian (Define), Perancangan (Design), Pengembangan
Analisis Ujung Depan
1. Define (Tahap Pendefinisian)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran
diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan
perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu (a) analisis ujung depan,
(b) analisis siswa, (c) analisis tugas, (d) analisis konsep, dan (e) perumusan tujuan
pembelajaran.
a. Analisis Ujung Depan
Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan
masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran Matematika SMP sehingga
dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran. Berdasarkan masalah ini
disusunlah alternatif perangkat yang relevan. Dalam melakukan analisis ujung
depan perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai alternatif
pengembangan perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan, dan tuntutan
masa depan.
Analisis ujung depan diawali dari pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap awal yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan akhir yaitu tujuan yang
tercantum dalam kurikulum. Kesenjangan antara hal-hal yang sudah diketahui
siswa dengan apa yang seharusnya akan dicapai siswa memerlukan telaah
kebutuhan (needs) akan materi sebagai penutup kesenjangan tersebut.
b. Analisis Tugas
Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan ini
ajar dalam bentuk garis besar. Analisis ini mencakup: (a) analisis struktur isi,
(b) analisis prosedural, (c) analisis proses informasi, (d) analisis konsep; dan
(e) perumusan tujuan.
2. Design (Tahap Perancangan)
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran.
Tahap ini terdiri dari 3 langkah, yaitu (1) penyusunan tes acuan patokan,
merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap
design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran khusus.
Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa setelah kegatan belajar mengajar, (2) pemilihan media yang sesuai
tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (3) pemilihan format. Di dalam
pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format
perangkat yang sudah ada dan yang sudah dikembangkan di negara-negara lain
yang lebih maju.
3. Develop (Tahap Pengembangan)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar. Tahap ini meliputi: (a)
validasi perangkat oleh pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi, yaitu kegiatan
mengoperasionalkan rencana pelajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa
yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi.
4. Disseminate (Tahap Penyebaran)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dkembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, oleh guru yang
lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas pengguanaan perangkat di
dalam KBM.
Model 4-D merupakan pengembangan perangkat pembelajaran yang
secara detail menjelaskan langkah-langkah operasional pengembangan perangkat,
model ini lebih terinci dan lebih sistematik. Penelitian ini menggunakan
pengembangan model 4-D yang diadaptasi dan disesuaikan dengan rancangan