• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( GJK ) DENGAN MASALAH HIPERVOLEMIA (Di Ruang Cardio Vaskular Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( GJK ) DENGAN MASALAH HIPERVOLEMIA (Di Ruang Cardio Vaskular Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( GJK ) DENGAN MASALAH HIPERVOLEMIA

(Di Ruang Cardio Vaskular Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan)

OLEH : YOLA NAROLITA

151210034

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( GJK ) DENGAN MASALAH HIPERVOLEMIA

(Di Ruang Cardio Vaskular Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan)

OLEH : YOLA NAROLITA

151210034

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)
(4)
(5)

KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (GJK) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERVOLEMIA

( Di Ruang CVCU Rsud Bangil )

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md Kep) pada program studi Diploma III Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

OLEH : YOLA NAROLITA

151210034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri, 19 Juli 1997 dari ayah yang bernama Alm. Sunaryo dan ibu yang bernama Sarmini, penulis merupakan anak tunggal.

Tahun 2009 penulis lulus dari SDN Ngelo 2, tahun 2012 penulis lulus dari SMP 2 Cepu, tahun 2015 penulis lulus dari SMAN 1 Kasiman, pada tahun 2015 penulis melanjutkan kuliah di STIKes ICME Jombang. Penulis mengambil jurusan diploma III Keperawatan dari lima program studi yang ada di STIKes ICME Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, Mei 2018

(10)

MOTTO

Seseorang bisa duduk di tempat teduh sekarang, karena seseorang telah menanam pohon sejak lama.

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan rasa bangga saya persembahkan karya tulis ilmiah ini dan saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya bapak Sulaiman dan ibu Sarmini yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang dan doa tiada henti, serta semangat dalam mengerjakan tugas akhir ini.

2. Tak lupa keluarga yang selalu memotivasi untuk mengejar cita-cita

3. Darsini,S.Kep.,Ns,M.Kes selaku pembimbing utama dan Harnanik Nawangsari,S.ST,M.Keb selaku pembimbing anggota yang selalu membimbing saya dengan penuh kesabaran.

4. Dosen STIKes ICME Jombang terima kasih telah memberi ilmu dan pengalaman yang sangat berharga.

5. Johan Adi Saputra,S.Pd yang selalu memberi doa dan motivasi untuk mengerjakan tugas akhir.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Kongestif (GJK) dengan masalah Hipervolemia di ruang CVCU RSUD Bangil Pasuruan” sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada H.Imam Fathoni, S.KM.,MM selaku ketua STIKes ICME Jombang, Ibu Nita

Arisanti Y.S.Kep,Ns.M.Kes selaku kaprodi D3 Keperawatan.

Darsini,S.Kep.,Ns,M.Kes selaku pembimbing utama dan Harnanik Nawangsari,S.ST,M.Keb selaku pembimbing anggota yang telah membimbing dan memberikan saran hingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiah.

Jombang, Februari 2018

Penulis

(12)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONEGSTIF DENGAN HIPERVOLEMIA DI RUANG CVCU

RUMAH SAKIT UMUM DAREAH BANGIL PASRUAN Oleh:

Yola Narolita

Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian pertama, sekitar 17,5 juta orang meninggal dunia (WHO, 2015). Indonesia menempati nomor empat negara dengan jumlah kematian akibat kardiovaskular. Tujuan dari studi kasus ini adalah melasanakan asuhan keperawatan pada klien gagal jantung kongestif dengan hipervolemia.

Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Partisipan yang digunakan dank lien yang didiagnosa gagal jantung kongestif dengan masalah hipervolemia. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi.

Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut berdasarkan data pengkajian bahwa Tn. H mengeluh sesak dan kaki kanan kiri bengkak didukung dengan data obyektif suara nafas ronchi, RR 24x/menit, palpitasi pitting derajat 2 dengan kedalam 3 mm sedangkan Tn. I mengatakan sesak dan kaki kanan bengkak didukung dengan data obyektif suara nafas ronchi, RR 24x/menit, palpitasi pitting derajat 1 dengan kedalaman 2 mm. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah hipervolemia. Intervensi yang dilakukan pada hipervolemia disusun berdasarkan criteria NIC NOC tahun 2015 yang meliputi pengelolaan cairan dan monitor cairan. Implementasi kepada klien Tn.H dan Tn.I dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 kali pertemuan

Setelah dilakukan implementasi selama 3 kali pertemuan maka hasil evaluasi akhir pada kedua pasien Tn.H dan Tn.I masalah teratasi sebagian.

(13)

NURSING CARE IN CLIENT OF CONGESTIVE HEART FAILURE WITH HYPERVOLEMIA IN CVCU RSUD BANGIL ROOM

By : Yola Narolita

Cardiovascular disease became the first cause of death, about 17,5 million people died (WHO,2015). Indoensia ranks fourth with the number of deaths due to cardiovascular disease. The purpose of this cause study is to treat nursing care to a congestive heart failure client with hyervolemia.

This research design using case study method. Participants used dank lien who were diagnosed with congestive heart failure with hyervolemia problems. Data collection using interview method, observation, documentation.

The result of this study conclude as follows based on the assessment data that Tn.H complained tightness and left swollen right leg supported with objective data of ronchi breath sound, RR 24x/minute, palpitation pitting degree 2 with 3mm deep while Tn.I said tightness and swollen right leg supported with objective data of breath sounf ronchi, RR 24x/minute, palpitation pitting degree 1 with a depth of 2 mm. the eatablished nursing diagnosis is hypervolemia. Interventions performed on hypervolemia are based on the NIC NOC 2015 criteria that include fluid management and fluid monitoring. Implementation to clients of Tn.H and Tn.I was developed from the result of intervention studies conducted in 3 meetings.

After the implementation of 3 meetings, the final evaluation result on both patients Tn.H dan Tn.I problem is partially resolved.

(14)

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN SAMPUL BELAKANG ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO... vii

KATA PENGANTAR. ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR. ... xii

DAFTAR TABEL. ... xiii

DAFTAR SINGKATAN. ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN. ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Batasan Masalah ... 2

1.3Rumusan Masalah ... 2

1.4Tujuan ... 3

1.5Manfaat ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep Gagal Jantung ... 5

2.2 Konsep Dasar Hipervolemia ... 15

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ... 16

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ... 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 29

4.1 Hasil ... 29

4.2 Pembahasan ... 44

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 52

(15)
(16)

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan... 21

Tabel 4.1 Identitas Klien ... 28

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ... 29

Tabel 4.3 Pola Kesehatan ... 30

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ... 32

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik ... 33

Tabel 4.6 Terapi ... 35

Tabel 4.7 Analisa Data ... 35

Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan ... 36

Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan... 37

Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan ... 38

(17)

ACE : Angitensin Converting Enzim

AGD : Analisa Gas Darah

AV : Arterio Ventricular

BP : Blood Pressure

BUN : Blood Ureum Nitrogen

CES : Cairan Ekstraseluler

CO₂ : Karbon Dioksida

CT-Scan : Cmputerized Tomography Scanner

CVCU : Cardio Vascular Care Unit

CVP : Central Venous Pressure

DM : Diabetes Melitus

EKG : Elektro Kardio Gram

GFR : Glomerural Filtration Rate

GJK : Gagal Jantung Kongestif

H₂O : Hidrogen

Hb : Hemoglobin

Hmt : Hematokrit

HR : Heart Rate

IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultas

JVP : Jugularis Venous Pressure

LV : Left Ventrikel

LVEDP : Left Ventrikel End Diastolik Pressure

MAP : Mean Aterial Pressure

MRS : Masuk Rumah Sakit

Na⁺ : Natrium

NYHA : New York Health Assotiation

O₂ : Oksigen

PAP : Pulmonary Arterial Pressure

PCO₂ : Parsial Karbon Dioksida

PCWP : Pulmonary Capilary Wedge Pressure

PND : Paroxysmal Nocturnal Dypsnea

RR : Respiration Rate

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

TTV : Tanda-Tanda Vital

WHO : Word Health Organitation

(18)

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 : Informed Consent

Lampiran 4 : Form Pengkajian Keperawatan Kegawat Daruratan Lampiran 5: Lembar Surat Penelitian

Lampiran 6: Lembar Persetujuan Penelitian Lampiran 7: Lembar Konsul

(19)

1

1.1 Latar Belakang

Kelebihan volume cairan atau hipervolemia merupakan perluasan isotonik

dan CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang diakibatkan oleh

gagal jantung kongestif (Brunner & Suddarth, 2002). Jika kemampuan

kontraktilitas jantung menurun maka darah yang dipompa tiap kontriksi akan

menurun sehingga menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh, hal ini

akan berpengaruh pada pelepasan renin-angiotensin, dan akan membentuk

angiotensin II (Kasron, 2012).

Pada tahun 2012, sekitar 17,5 juta orang didunia meninggal dikarenakan

penyakit kardiovaskular (WHO, 2015). Indonesia menempati nomor empat

negara dengan jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskuler (WHO,

2013). Menurut kementerian kesehatan RI pada tahun 2013 prevalensi

penyakit gagal jantung sebesar 0,13% sekitar 229.696 orang, sedangkan

diagnose dokter 0,3 diperkirakan sekiar 530.068 orang (Dinkes, 2013). Data

Riset Kesehatan Dasar, 2013 di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang

(1,3%).

Kelebihan volume cairan disebabkan oleh penurunan fungsi mekanisme

homeostatis. Gagal jantung kongestif, sirosis hepar, dan gagal ginjal

merupakan faktor penyebab kelebihan volume cairan (Brunner & Suddrat,

2002). Jika kelebihan volume cairan berlebihan pada jantung akan

(20)

dimana vasokontriksi ginjal berkurang pada waktu istirahat dan retrisbusi

cairan dan absorbsi pada waktu berbaring (Kasron, 2012).

Penatalaksanaan pada pasien dengan kelebihan volume cairan dengan

pembatasan cairan sekitar 1,5-2 liter/hari. Selain itu anjurkan pasien untuk

membatasi konsumsi garam (Harbanu, 2007). Dan pasien dianjurkan untuk

memakan makanan yang banyak mengandung kalium seperti pisang.

1.2Batasan Masalah

Asuhan keperawatan pada klien gagal jantung kongestif (GJK) dengan

masalah hipervolemia di ruang CVCU RSUD Bangil Pasuruan.

1.3Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien gagal jantung kongestif

(GJK) dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU RSUD Bangil Pasuruan?

1.4Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gagal jantung

kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU RSUD

Bangil Pasuruan.

1.4.2 Tujuan khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien gagal jantung

kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU

RSUD Bangil Pasuruan.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien gagal jantung

kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia diruang CVCU

(21)

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien gagal jantung

kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia diruang CVCU

RSUD Bangil Pasuruan.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien gagal jantung

kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU

RSUD Bangil Pasuruan.

5) Melakukan evaluasi pada klien gagal jantung kongestif (GJK)

dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU RSUD Bangil

Pasuruan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu

keperawatan Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Klien

Gagal Jantung Kongestif (GJK) Dengan Masalah Hipervolemia.

1.5.2 Manfaat Praktis

1)Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapa menjadi referensi bagi perawat dalam

peningkatan pelayanan dengan pasien gagal jantung kongestif (GJK)

dengan masalah hipervolemia.

2) Bagi Rumah Sakit

Dapat menin gkatkan mutu pelayanan pada kasus gagal jantung

kongestif dan bisa memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien

(22)

3) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan

pengajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan tentang proses

keperawatan pada kasus gagal jantung kongestif (GJK) dengan

(23)

5

2.1 Konsep Gagal Jantung

Gagal jantung masuk kedalam penyakit aterosklerotik koroner.

Aterosklerosis merupakan radang yang disebabkan oleh penumpukan lemak.

Hal ini menyebabkan penyakit pembuluh darah perifer, stroke, jantung

iskemik atau infark miokardium. Gagal jantung merupakan komplikasi dari

iskemia dan infark, (Sylvia, 2005).

2.1.1 Definisi Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks, dimana

didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah

keseluruhan jaringan tubuh yang adekuat, mengakibatkan gangguan

struktural dan fungsional dari jantung. Pasien dengan gagal jantung

memiliki tanda dan gejala, sesak nafas yang spesifik pada saat istirahat

atau saat melakukan aktifitas, rasa lemah, tidak bertenaga, retensi air

seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur

dan fungsi jantung, (Fajrin, 2016).

Gagal jantung dapat juga dinyatakan sebagai kelainan fungsi pada

jantung yang mengakibatkan jantung gagal dalam memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan, atau kemampuan

jantung hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel

(24)

2.1.2 Etiologi Penyakit Gagal Jantung Kongestif

Patofisiologis utama gagal jatung dimana ketidakmampuan jantung

dalam mengisi atau mengosongkan ventrikel. Berikut beberapa

penyebab dari gagal jantung:

1) Kelainan Otot Jantung

Kelainan otot jantung disebabkan karena menurunnya

kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari kelainan fungsi otot

meliputi hipertensi arterial, aterosklerosis koroner, dan penyakit

degeratif atau inflamasi.

2) Hipertensi Pulmonal Atau Sistemik

Dimana beban kerja jantung mengalami peningkatan dan

mengakibatkan hipertrophi serabut otot jantung.

3) Arterosklerosisi Koroner

Berakibat pada gangguan fungsi miokardium kerena aliran darah

ke otot jatung mengalami gangguan. Terjadi asidosis (akibat

penumpukan asam laktat) dan hipoksia. Kematian sel jantung

(infark miokard) merupakan awal terjadinya gagal jantung.

Penyakit miokardium degeneratif dan peradangan berhubungan

dengan gagal jantung dimana secara langsung merusak serabut

jantung dan mnyebabkan penurunan kontraktilitas.

4) Penyakit Miokardium Degeneratif Dan Peradangan

Kondisi ini sangat terkait dengan gagal jantung dimana secara

(25)

5) Faktor Sistemik

Sejumlah fakor berperan dalam perkembangan dan beratnya

gagal ginjal. Laju metabolisme meningkat, terjadi hipoksia dan

anemia yang membutuhkan peningkatan curah jantung untuk

memenuhi kebutuhan akan oksigen. Terjadinya hipoksia dan

anemia dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Kontraktilitas

jantung akan menurun diakibatkan abnormalita elektronik dan

asidosis respiratori.

6) Penyakit Jantung Lain

Secara garis besar gagal jantung terjadi akibat penyaki jantung

yang sesungguhnya, dan secara langsung berpengaruh terhadap

jantung. Biasanya mekanisme mencakup gangguan aliran darah

yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan

jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikarditif konstriktif,

pericardium, stenosis AV), dan peningkatan mendadak afterload.

2.1.3 Klasifikasi Penyakit Gagal Jantung

Menurut Kasron 2012, dapat dibedakan menjadi beberapa

kelompok:

1) Gagal Jantung Akut-Kronik

a) Gagal jantung akut terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan

adanya penurunan cardiac output dan ketidak adekuat pada

perfusi jaringan. Yang berakibat pada edema paru dan kolaps

(26)

b) Gagal jantung kronik terjadi secara perlahan, ditandai dengan

penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal

jantung kronik ini terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel

hingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi

dan hipertrofi.

2) Gagal Jantung Kanan-Kiri

a) Gagal jantung kanan disebabkan adanya peningkatan tekanan

pada pulmo akibat dari gagal jantung kiri yang berlangsung

lama, sehingga cairan terbendung dan akan berakumulasi secara

sistemik pada kaki, hepatomegali, asites, dan efusi pleura.

b) Gagal jantung kiri dapat terjadi karena ventrikel gagal dalam

memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan

kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan katub aorta/mitral.

3) Gagal Jantung Sistolik-Diastolik

a) Gagal jantung sistolik terjadi karena penurunan pada

kontraktilitas ventrikel kiri sehingga tidak mampu untuk

memompa darah akibatnya penurunan pada cardiac output dan

ventrikel hipertrofi

b) Gagal jantung diastolik terjadi karena keidakmampuan pada

ventrikel dalam pengisan darah akibatnya stroke volume cardiac

(27)

2.1.4 Manifestasi Klinis

Meningkatnya volume intravaskuler mrupakan tanda paling umum

yang ditemukan pada klien gagal jantung. Tekanan arteri dan vena

terjadi akibat dari kongestif jaringan berakibat pada penurunan curah

jantung pada kegagalan jantung. Ventrikel kanan maupun kiri dapat

mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal pada ventrikel kiri akan

lebih dahulu terjadi, setelah itu berujung pada gagal pada ventrikel

kanan. Kegagalan pada salah satu ventrikel akan berakibat pada

turunnys perfusi jaringan, namun manifestasi kegagalan ventrikel

berbeda:

1) Gagal Jantung Kiri

Kongesti paru lebih pada gagal jantung pada ventrikel kiri

dikarenakan vetrikel kiri tidak mampu untuk memompa darah

yang datang dari paru-paru. Manifestasi klinis:

a) Dispnea terjadi akibat penumpukan cairan pada alveoli dan

mengganggu pertukaran gas. Dapat mengakibatkan ortopnea.

Sebagian klien dengan masalah dispnea mengalami ortopnea

pada malam hari (Paroksimal Nokturia Dyspnea).

b) Batuk

c) Mudah lelah terjadi akibat penurunan curah jantung dan

menghambat jaringan sirkulasi normal dan oksigen dan

menurunnya pembuangan sisa katabolisme terjadi dikarenakan

peningkatan energy yang digunakan untuk bernafas dan

(28)

d) Gelisah dan cemas terjadi akibat dari gangguan oksigenasi

jaringan, stress diakibatkan kesakitan dalam bernafas dan

jantung tidak berfungsi secara normal.

e) Sianosis

2) Gagal jantung kanan

a) Kongestif jaringan perifer dan visceral

b) Edema ekstremitas bawah

c) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas yang

terjadi akibat pembesaran vena pada hepar

d) Mual dan anoreksia

e) Nokturia

f) Kelemahan

2.1.5 Patofisiologi Penyakit Gagal Jantung

Fungsi daripada jantung normal merupakan sebagai pemompa

darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi, setelah itu akan diedarkan

keseluruh tubuh. Namun jika pada keadaan gagal jantung, akan

mengalami perbedaan pada fungsi jantung. Berikut mekanisme

penyebab terjadinya gagal jantung (Kasron, 2012):

1) Preload (beban awal)

Volume darah yang mengisi jantung sama dengan tekanan yang

ditimbulkan panjangnya regangan pada serabut jantung.

2) Kontraktilitas

Perubahan pada kekuatan kontriksi terkait dengan panjangnya

(29)

3) Afterload (beban akhir)

Besarnya tekanan pada ventrikel yang harus dihasilkan untuk

memompa darah berlawanan dengan tekanan yang diperlukan oleh

tekanan arteri.

Apabila salah satu atau lebih dari keadaan diatas terganggu,

menyebabkan penurunan curah jantung, meliputi keadaan yang

menyebabkan terjadinya peningkatan prelood, contoh regurgitas

aorta, cacat septum ventrikel, yang menyebabkan afterlood

meningkat pada keadaan stenosis aorta dan hipertensi siskemik.

Kontraktilitas miokardium menurun pada infark miokardium dan

keadaan otot jantung. Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal

jantung meliputi, menurunnya kemampuan kontraktillitas jantung.

Sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan

menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai

darah keginjal kurang akan berpengaruh pada mekanisme

pelepasan renin-angiotensin dan akan terbentuk angiotensin II,

mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan menyebabkan

retensi air dan natrium. Perubahan ini meningkatkan cairan

ektra-intravaskuler sehingga terjadi ketidakseimbangan volume cairan

dan tekanan mengakibatkan edema. Edema perifer terjadi akibat

penimbunan cairan dalam ruang interstial. Pada proses ini akan

timbul masalah seperti, nokturia dimana berkurangnya

vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat dan redistribusi cairan dan

(30)

asites, dimana dapat menimbulkan gejala gastrointestinal seperti

muntah, mual, anoreksia. Apabila suplai darah diparu-paru tidak

lancar (tidak masuk kejantung) akan menimbulkan penumpukan

cairan diparu-paru dapat menurunkan perukaran O₂ dan CO₂ antara

darah dan udara diparu-paru. Sehingga oksigenasi arteri berkurang

dan terjadi peningkatan CO₂ yang akan membentuk asam dalam

tubuh. Kondisi ini akan menimbulkan gejala sesak nafas (dyspnea),

ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi bila peningkata darah

pada ekstrimitas, aliran balik vena ke jantung dan paru-paru.

Namun bila pembesaran terjadi pada vena dihepar akan

mengakibatkan hepaomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan.

Suplai darah kurang pada daerah otot dan kulit menyebabkan kulit

menjadi pucat dan dingin dan timbul letih, lemah, lesu.

2.1.6 Patway Gagal Jantung Kongestif (Mutaqqin, 2008)

A

Aktivasi sistem rennin- angiotensin-aldosteron

↑aktifitas adrenergik simpatik

Hipertrof i ventrikel

T ke alveoli

G

(31)

Gambar 2.1.6 Patway Gagal Jantung Kongestif (Muttaqin, 2008)

2.1.7 Penatalaksanaan Penyakit Gagal Jantung Kongestif

Penatalaksanaan menurut NYHA:

1) Kelas I : terapi non farmakologi, meliputi batasi cairan, diet rendah

garam, menurunkan berat badan, menghindari alcohol dan

rokok, aktifitas fisik, dan manajemen stress.

2) Kelas II, III : terapi farmakologi, meliputi, diuretic, vasodilatasor,

ace inhibitor, digitalis, dopamineroik, oksigen.

3) Kelas IV : kombinasi diuretic, ACE inhibitor seumur hidup.

(32)

2.1.8 Komplikasi Penyakit Gagal Jantung Kongestif

1) Syok kardiogenik

2) Tromboli karena pemebentukan bekuan vena karena stasis darah

3) Efusi dan tamponade perikardium

4) Toksilitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Gagal Jantung Kongestif

1) EKG (Elektro Kardio Gram)

Hipertopi atrial atau ventikuler, penyimpangan aksis, iskemia,

distrimia, takikardi, fibrilasi atrial.

2) Uji stress

Pemeriksaan non-invasif bertujuan untuk menentukan

kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.

3) Ekokardiografi

a) Ekokardiografi model M berguna unuk mengevaluasi volume

balik dan kelainan regional, model ini sering dipakai dan

ditayangkan bersamaan dengan EKG.

b) Ekokardiografi dua dimensi ( CT-Scan ).

c) Ekokardiografi doppler memeberikan pencitraan dan pendekatan

transesofageal terhadap jatung.

4) Kateterisasi jantung

Tekanan yang abnormal merupakan indikasi dan membantu

memebadakan gagal jantung kanan, kiri dan stenosis katup

(33)

5) Radiografi dada

Menunjukkan pembesaran pada jantung, bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam

pembuluh darah yang abnormal.

6) Elektrolit

Dapat berubah karena perpindahan cairan atau penurunan

fungsi ginjal, terapi diuretic.

7) Oksimetri nadi

Rendahnya saturasi oksigen terutama gagal janung kongestif

akut menjadi kronis

8) Analisa gas darah (AGD)

Gagalnya ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori

ringan atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

9) Blood ureum nitrogen (BUN)

Menunjukkan penurunan fugsi ginjal, naiknya BUN dan

kreatinin merupakan indikasi dari gagal ginjal.

10) Pemeriksaan tiroid

Peningkatan ktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid

sebagai pencetus dari gagal jantung.

2.2 Konsep Hipervolemia

2.2.1 Definisi Hipervolemia

Hipervolemia merupakan volume cairan intravaskuler, intestinal

dan intraseluler mengalami peningkatan, (SDKI, 2017). Dengan kata

(34)

disebabkan oleh retensi air dana natrium yang abnormal, (Brunner &

Suddarth, 2002)

2.2.2 Penyebab Hipervolemia

1) Gangguan mekanismen regulasi

2) Kelebihan asupan cairan

3) Kelebihan asupan natrium

4) Gangguan aliran balik vena

5) Efek agen farmakologis

2.2.3 Gejala dan Tanda

1) Mayor

Objektif

a) Edema anasarka atau edema perifer

b) Berat badan meningkat dalam waktu singkat

c) JVP (Jugular Venous Pressure) dan CVP (Central Venous

Pressure) meningkat

d) Reflex hepatojugular positif

Subjektif

a) Ortopnea

b) Dyspne

c) PND (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea)

2) Minor

a) Distensi vena jugularis

b) Terdengar suara nafas tambahan

(35)

d) Kadar Hb/Ht turun

e) Oliguri

f) Intake lebih banyak daripada ouput

g) Kongesti paru

2.2.4 Kondisi Klinis yang Terkait

a) Gagal ginjal akut/kronis

b) Hipoalbuminea

c) Gagal jantung kongestif

d) Kelainan hormone

e) Penyakit hati (sirosis, asites, kanker hati)

f) Penyakit vena perifer (varises vena, trombus vena, plebitis)

g) Imobilitas

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Konegstif

2.3.1 Pengkajian

1) Biodata

a) Nama

b) Umur

c) Jenis Kelamin

d) Suku

2) Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang

a) Keluhan utama

(36)

b) Riwayat penyakit sekarang

Munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal

akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.

3) Riwayat penyakit dahulu

a) Hipertensi

b) Nyeri miokardium

c) DM

d) Hiperlipidemia

4) Riwayat penyakit keluarga

Seseorang yang mengidap riwayat penyaki jantung, maka

akan beresiko mengalami penyaki jantung pula.

5) Pola kebiasaan setiap hari

a) Aktifitas / istirahat

1) Gejala

Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas,

dispnea.

2) Tanda

Perubahan status mental, gelisah, TTV berubah saat

melakukan aktifitas.

b) Makanan atau cairan

1) Gejala

Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan

berat badan yang signifikan, pembengkakan pada ekstremitas

(37)

2) Tanda

Penambahan berat badan yang signifikan, asites, edema.

c) Nyeri

1) Gejala

Nyeri pada dada dan abdomen

2) Tanda

Gelisah

d) Pernafasan

1) Gejala

Dispnea saat beraktifitas, batuk dengan atau tanpa

sputum, menggunakan alat bantu oksigen.

2) Tanda

Pernafasan takipnea, nafas dangkal, bunyi nafas

terdengar krekels, dan mengi, sputum terkadang bercampur

darah bahkan berbuih.

e) Hygine

1) Gejala

Mengalami keletihan saat melakukan perawatan diri.

2) Tanda

Pasien menunjukkan kelainan pada perawatan

kebersihan.

f) Eleminasi

(38)

Nokturia, urin berwarna gelap, penurunan berkemih,

konstipasi

6) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

1) Kesadaran : composmentis hingga koma

2) Lemah

b) Tanda-tanda vital

1) Tensi :meningkat

2) Nadi :meningkat

3) Suhu :normal namun dapat juga meningkat

4) Pernafasan :meningkat dan tidak teratur

c) Berat badan

Terjadi peningkatan berat badan yang signifikan bila pasien

mengalami edema.

d) Pemeriksaan

1) Kepala

a) Konjungtiva pucat

b) Cyanosis, bibir kering

2) Dada

a) Pernafasan

1) Ronchi, krekel

2) Dispnea, takipnea, orthopnea

3) Batuk dengan atau tanpa sputum

(39)

1) Takikardia

2) Nyeri saat melakukan aktifitas

3) Tekanan darah dapat naik maupun turun

3) Pemeriksaan abdomen

a) Asites

b) Pembesaran pada hati

c) Nyeri tekan

4) Pemeriksaan integumen dan ekstremitas

a) Pucat

b) Akral dingin

c) Cianosis perifer

d) Edema pada tungkai

7) Pemeriksaan penunjang

Pada pasien dengan gagal jantung pemeriksaan penunjang

meliputi rontgen toraks, EKG, dan ekokardiografi.

2.3.2 Diagnosa Keperwatan

Kelebihan volume cairan

2.3.3 Intervensi keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan (Nurarif, Amin Huda & Kusuma H, 2015)

DIAGNOSA NOC NIC

Kelebihan volume cairan

Definisi : peningkatan retensi cairan isotonik

Batasan karakteristik 1. Edema

2. Ansietas 3. Dispnea 4. Oliguria

1. Elektrolit dan keseimbangan basa 2. Keseimbangan cairan 3. Hidrasi

Kriteria hasil:

1. Terbebas dari edema, efusi dan anasarka 2. Bunyi nafas bersih,

tidak ada lagi dipsnea atau oropnea

Pengelolaan cairan 1. Timbang popok 2. Pertahankan catatn

intake dan output 3. Pasang kateter jika

perlu

(40)

5. Ortopnea

6. Penambahan berat badan dalam waktu singkat

7. Gangguan elektrolit 8. Kelebihan asupan

natrium

3. Terbebas dari distensi vena jugularis

4. Terbebas dari kelelahan, kecemasan

5. Menjelaskan indikator kelebihan cairan 6. Memelihara tekanan

vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal

5. Monitor status osmodinamik (CVP, MAP, PAP, PCWP) 6. Monitor vital sign 7. Monitor indikasi

retensi/kelebihan

9. Monitor masukan makanan

10.Monitor status nutrisi 11.Kolaborasi pemberian

diuretik sesuai instruksi

12.Batasi pemasukan cairan pada keadaan hiponaremi diisi dengan serum Na<130 mEq/l

13.Kolaborasi dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk

Monitor cairan: 1. Tentukan riwayat

jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi 2. Tentukan

kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (hpertermia, terapi diuretic, kelainan renal, gagal jantung, daporsesis, disfungsi hati)

3. Monitor berat badan 4. Monitor BP, HR, RR 5. Catat intake dan output 6. Monitor adanya distensi leher, ronchi, edema pperifer, dan penambahan berat badan

7. Monitor tanda dan gejala odema

2.3.4 Implementasi

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

(41)

tindakan disusun dan ditunjukkan pada perintah keperawatan untuk

membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh

karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan

pada klien (Muttaqin, 2009).

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian akhir berdasarkan tujuan

keperawatan. Keberhasilan pada asuhan keperawatan berdasarkan

pada perubahan hasil yang telah ditetapkan yaitu, adaptasi pada

(42)

24

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus

merupakan suatu rancangan penelitian meliputi pengkajian satu unit

penelitian secara terus-menerus (Nursalam, 2013). Studi kasus yang menjadi

inti pembahasan dalam penelitian ini digunakan untuk mengeksporasi

masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Kongestif (GJK)

Dengan Masalah Hipervolemia di Ruang Cardio Vaskular Care Unit

(CVCU), Rumah Sakit Umum Daerah Bangil, Pasuruan.

3.2Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka

peneliti perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian

ini:

1) Asuhan keperawatan merupakan suatu metode yang sistemeatis dan

terorganisir dalam pemberian asuhan keperawatan, difokuskan pada reaksi

dan respon individu pada suatu kelompok dan perorangan terhadap

gangguan kesehatan yang dialami baik aktual maupun potensial.

2) Klien merupakan individu yang mencari maupun menerima perawatan

medis dan masalah keperawatan yang sama.

3) Gagal Jantung Kongestif (GJK) merupakan kelainan pada fungsi jantung

(43)

atau kemampuan jantung hanya ada kalau disertai peninggian tekanan

peninggian ventrikel kiri (Kasron, 2012).

4) Hipervolemia merupakan volume cairan intravaskuler, intestinal dan

intraseluler mengalami peningkatan (SDKI, 2017).

3.3Partisipan

Subyek yang digunakan dalam penelitian adalah 2 klien dengan diagnosa

medik Gagal Jantung Kongestif dengan masalah Hipervolemia, di RSUD

Bangil Pasuruan.

1) 2 klien dengan diagnosa Gagal Jantung Kongestif

2) 2 klien dengan masalah keperawatan Hipervolemia

3) 2 klien MRS hari ke 1 di ruang CVCU

4) 2 klien yang kooperatif

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi penelitian

Studi kasus individu di ruang CVCU RSUD Bangil Jalan Raya Raci

Bangil Pasuruan Jawa Timur.

3.4.2 Waktu penelitian

Klien yang dipilih adalah klien yang dirawat sejak pertama kali MRS

sampai pulang dan minimal dirawat selama 3 hari, klien yang

mengalami masalah hipervolemia. Penelitian dilakukan mulai bulan

April 2018.

(44)

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data agar diperoleh data yang

sesuai menggunakan metode sebagai berikut:

1) Wawancara : pengumpulan data dengan cara Tanya jawab secara

langsung, hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

keluarga, sumber data dari klien, keluarga bahkan perawat lainnya.

2) Observasi dan pemeriksaan fisik : Dilakukan dengan cara IPPA

(inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) pada sistem tubuh klien.

3) Studi dokumentaasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan

data lain yang relevan).

3.5Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data

dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi

instrument utama), uji keabsahan data dapat dilakukan dengan :

1) Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan

atau tindakan.

2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data utama yaitu klien, perawat serta keluarga klien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

3.6 Analisa Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan

(45)

ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis

yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian

yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan

dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan

data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang

ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Urutan dalam analisis yaitu :

1) Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumentasi). Hasil ditulis dalam catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip.

2) Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokan

menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan nilai normal.

3) Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahsiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden.

(46)

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian trdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

3.7 Etik Penelitian

Beberapa etik penelitian yang harus di perhatikan dalam penelitian:

1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien), dimana klien harus

mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan daripada

penelitian ini, dari klien berhak untuk menolak maupun menerima.

Informed consent ini perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh

hanya untuk pengembangan ilmu.

2) Anonymity (tanpa nama) dimana klien berhak untuk meminta data

yang yang telah diberikan harus dirahasiakan

3) Confidentiality (rahasia) dimana peneliti harus menjaga dengan baik

rahasia klien dengan cara mengaburkan identitas klien

(47)

55

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data

Lokasi yang digunakan dalam penyusunan KTI studi kasus dengan

pengambilan data adalah di Ruang CVCU (Cardio Vascular Care Unit)

dengan kapasitas 5 pasien. Lokasi ini beralamat di Jl. Raya Raci -Bangil

Pasuruan, Jawa Timur.

4.1.2 Pengkajian

1. Tabel 4.1 Identitas Klien

(48)

2. Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

mengatakan sesak dan kaki kanan kiri bengkak

Klien

mengatakan dada sesak sejak kemarin malam, batuk namun dahak tidak dapat keluar dan kaki kanan kiri bengkak. Kemudian keluarga membawa klien ke IGD RSUD Bangil Pasuruan pukul 04:37 WIB untuk mendapatkan

pertolongan pertama, kemudian klien dirawat di rawat inap ruang CVCU(Cardio Vascular Care Unit)

Klien

mengatakan memiliki riwayat jantung sebelumnya.

Keluarga klien mengatakan, keluarga tidak memiliki penyakit yang sama dengan klien

1. Respon pasien terhadap penyakitnya: Tn. H menganggap penyakit ini cobaan dari Tuhan

2. Pengaruh penyakit terhadap perannya dikeluarga dan masyarakat: Tn. H hanya bisa berbaring ditempat tidur dan tidak bias melakukan apa-apa. Pasien tidak bisa berkumpul dengan semua kelarganya dan masyarakat

Klien

mengatakan sesak, kaki sebelah kanan bengkak dan lemas

Klien

mengatakan sesak kaki kanan bengkak 2018. Kemudian keluarga klien membawa klien ke IGD RSUD Bangil Pasuruan pukul 21:00 WIB untuk mendapat perolongan pertama, kemudian klien dirawat di ruang rawat inap ruang CVCU (Cardio Vascular Care Unit)

Klien

mengatakan memiliki riwayat hipertensi.

Keluarga lien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan

(49)

3. Tabel 4.3 Pola Kesehatan

Pola nutrisi

Pola eliminasi

Klien mengatakan saat sakit berobat ke dokter yang berada tidak jauh dari rumah klien, saat kondisi klien mulai parah akhirnya berobat ke RSUD Bangil

Di Rumah : Klien mengatakan sebelum sakit selara makan baik, makan 3x/ hari dengan menu nasi dan lauk pauk, minum air putih, kopi, dan minuman penambah energy, total keseluruhan ±2000ml/hari

Di Rumah Sakit : Klien mengatakan selera makan menurun, karena tidak terbiasa makan makanan diet yang diberikan oleh tim gizi, makan 3x/ hari menu nasi dan lauk pauk, minum air putih ±700ml/hari, klien diit rendah lemak tinggi protein

Di Rumah : Klien mengatakan kebiasaan BAK dirumah ±7x/hari warna kuning kecoklatan, bau khas urin BAB 2x/hari warna kuning, bau khas feses.

Di Rumah Sakit : Klien terpasang alat bantu kateter BAK 250cc/3jam warna kuning gelap bau khas urin

Klien mengatakan belum BAB

Klien mengatakan saat sakit berobat ke dokteryang tidak berada jauh dari rumah. Klien bahkan sering ke dokter untuk memeriksa tekanan darah karena klien memiliki riwayat hipertensi. Namun saat keadaan klien memburuk keluarga klien memutuskan untuk membawa klien berobat ke RSUD Bangil

Di Rumah : Klien mengatakan sebelum sakit selera makan baik makan 3x/ hari dengan menu nasi dan lauk pauk, minum air putih ±1500 ml/hari

Di Rumah Sakit : Klien mengatakan mengalami penurunan selara makan, karena klien merasa makanan yang diberikan oleh tim gizi berasa hambar, karena sudah terbiasa makan makanan berbumbu kuat yang menggunakan penyedap rasa, makan 3x/hari mengatakan kebiasaan BAK dirumah ±5x/hari warna kuning kecoklatan, bau khas urin. BAB 3x/hari warna kuning, bau khas feses.

Di Rumah Sakit : Klien terpasang alat bantu kateter BAK 100cc/5jam warna kuning gelap bau khas urin

(50)

Pola istirahat – tidur

Pola aktivitas

Pola penanggulangan stress

Pola reproduksi seksual

Di Rumah : Klien mengatakan ketika istirahat tidur dirumah 7-8 jam/hari dengan perlengkapan selimut dan lampu yang menyala

Di Rumah Sakit : Klien mengatakan susah tidur karena bising mendengar monitor yang selalu berbunyi dan tidak nyaman karena sesak tersebut, tidur ± 4-5 jam/hari dengan perlengkapan selimut dan penerangan lampu

Di Rumah : Klien saat masih sehat dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain, mandi dan bekerja

Di Rumah Sakit : Klien saat sakit hanya dapat berbaring ditempat tidur dan mandi diseka oleh keluarga Tn. H sudah menikah dan memiliki 2 anak. Tn. H menglami stress semenjak dirinya sakit karena klien tidak bisa bekerja sementara anaknya masih memerlukan biaya untuk sekolah

Klien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, istri masih hidup. Klien sudah tiak lagi melakuan hubungan seksual dikarenakan sakit.

ingin BAB namun sulit Di Rumah : Klien mengatakan ketika masih sehat klien jarang tidur siang karena harus menjaga toko dan tidur malam ± 8 jam dengan perlengkapan selimut dan lampu yang dimatikan

Di Rumah Sakit : Klien mengatakan tidur siang ± 3 jam dan pada malam hari ± 6 jam . dengan perlengkapan selimut dan penerangan lampu yang tidak sesuia dengan kebiasaan klien saat dirumah

Di Rumah : Klien saat masih sehat dapat mandi dengan mandiri dan menjaga toko

Di Rumah Sakit : Klien saat sakit hanya diseka oleh keluarga dan tidur ditempat tidur Tn. I sudah menikah dan sudah memiliki 1 anak. Tn. I tidak mengalami stress panjang karena semua permasalahan diselesaikan dengan musyawarah keluarga untuk menemukan jalan keluar

(51)

4. Tabel 4.4 Pemeriksaan fisik (pendekatan head to toe) Kesadaran Keadaan umum 140/90 mmHg 24x/menit 4,5,6

Composmentis Lemas 103mg/dL

Inspeksi : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka

Inspeksi : hitam, tidak rontok penyebaran merata

Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka

Inspeksi : simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva kemerahan, sklera putih, pupil isokor

Inspeksi : simetris, fungsi penciuman baik, adanya pernafasan cuping hidung, terpasang O₂ nasal kanul 4 lpm

Inspeksi : fungsi pendengaran baik, bersih, tidak ada benjolan abnormal

Inspeksi : tidak ada pemebsaran kelenjar tyroid

Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Perkusi : kanan dan kiri sonor

Palpasi : suara peka

Auskultasi : whezzing +/+

Inspeksi : datar Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : tidak terpasang infus natrium klorida 7 tpm

Palpasi : akral hangat

36°C 90x/menit 150/90 mmHg 24x/menit 4,5,6

Composmentis Lemas 125 mg/dL

Inspeksi : bersih, tidak ada benjolan dan tidak ada bekas luka

Inspeksi :hitam tidak mudah rontok dan penyebaran merata

Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka

Inspeksi : simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva kemerahan sklera putih, pupil isokor Inspeksi : simetris, fungsi penciuman baik, adanya pernafasan cuping hidung, terpasang O₂ nasal kanul 4 lpm

Inspeksi : fungsi pendengaran baik bersih, tidak ada benjolan abnormal

Inspeksi :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Inspeksi : simetris kanan dan kiri

Perkusi : kanan dan kiri sonor

Palpasi : suara pekak

Auskultasi : whessing +/+

Inspeksi : datar Palpasi : tiak ada nyeri tekan

Perkusi : tidak kembung

Auskultasi : bising usus normal

Inspeksi : tidak ada oedem tangan kanan terpasang infus natrium klorida 7 tpm

(52)

Integumen

Genetalia

Inspeksi : terdapat oedem pada kaki kanan

Palpasi : akral terpasang kateter produsi urin 1000cc/hari warna kuning kecoklatan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Inspeksi : terdapat oedem pada kaki kanan

Palpasi : akral kulit baik

Inspeksi : terpasang kateter produksi urine 1000cc/hari warna kuning kecolatan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

5. Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Klien 1 Tn. H

a. Pemerikasaan laboratorium pada tanggal 31-04-2018

Pemeriksaan Hasil HEMATOLOGI

Darah Lengkap Leukosit (WBC) Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Neutrofil % Limfosit % Monosit % Eosinofil % Basofil % Eritrosit (RBC) Hemoglobin (HGB)

Hematokrit (HCT) MCV

KIMIA KLINIK FAAL GINJAL BUN

Kreatinin

PEMERIKSAAN PATOLOGI KLINIK

CK-MB 13,5-18,0 g/dL

40-54% 81,1-96,0 µm³ 27,0-31,2 pg 31,8-35,4 g/dL 11,5-14,5% 155-366 10³/µL 6,90-10,6 fL

7,8-20,23 mg/dL

(53)

JANTUNG Troponin I GULA DARAH

a. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 1 April 2018

Pemeriksaan Hasil HEMATOLOGI

Darah Lengkap Leukosit (WBC) Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Neutrofil % Limfosit % Monosit % Eosinofil % Basofil % Eritrosit (RBC) Hemoglobin (HGB)

Hematokrit (HCT) MCV Kolesterol HDL Kolesterol LDL FAAL GINJAL BUN

Kreatinin

PEMERIKSAAN PATOLOGI KLINIK

CK-MB JANTUNG Troponin I ELEKTROLIT ELEKTROLIT SERUM

Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (CI) Kalsium Ion

12,7 13,5-18,0 g/dL 40-54% 81,1-96,0 µm³ 27,0-31,2 pg 31,8-35,4 g/dL 11,5-14,5% 155-366 10³/µL 6,90-10,6 fL

<150 mg/dL <200 mg/dL >44 mg/dL <100 mg/dL

(54)

6. Tabel 4.6 Terapi

Klien 1 Klien 2

Infus :

Ns 500cc/24jam Injeksi :

Arixtra 1x2,5 mg Furosemide 2x40 mg Pumpicel 1x40 mg Oral :

ASA 1x80 mg CPG1x75 mg ISDN 3x75 mg

Infus :

Ns 500cc/24jam Injeksi :

Arixtra 1x2,5 mg Furosemide 2x40 mg Pumpicel 1x 40 mg Oral :

ASA 1x80 mg CPG 1x75 mg ISDN 3x75mg

4.1.3 Tabel 4.7 Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASAL

AH KLIEN 1

Data subjektif: Klien mengatakan sesak dan kaki kanan kiri oedema

Data objektif: a. Keadaan umum : lemas b. Klien tampak sesak c. Klien terpasang alat bantu

nafas O₂ 4 lpm

d. Penggunaan otot bantu nafas

e. Kesadaran: komposmentis GCS: 456

f. Terdapat oedem pada kaki dengan palpitasi pitting derajat 2 dengan kedalaman 3mm

g. TTV

S: 36, 5 °C N:93x/menit TD:140/90 mmHg RR:24x/menit h. Suara nafas wheezing i. Klien batu namun tidak

mengeluarkan sputum

Gagal si sistematis

↓ Vasokontrik si ginjal

↓ Eksresi Na⁺ menurun dan HO₂

dalam urin ↓ Cairan output menurun

volume plasma naik tekanan

hidrostatik meningkat

(55)

Hipervolemi a (kelebihan volume cairan)

DATA ETIOLOGI MASA

LAH

KLIEN 2 Data subjektif: Klien mengatakan sesak, kaki kanan oedema dan lemas

Data objektif: a. Keadaan umum : lemas b. Klien tampak sesak c. Klien terpasang alat bantu

nafas O₂ 4 lpm

d. Penggunaan otot bantu nafas

e. Kesadaran: komposmentis GCS: 456

f. Terdapat oedem pada kaki, palpitasi pitting derajat 1 dengan kedalaman 2mm

g. TTV

S: 36°C N:90x/menit TD:150/90 mmHg RR:24x/menit h. Suara nafas wheezing i. Klien batuk namun tidak

mengeluarkan sputum

Gagal si sistematis

↓ Vasokontrik si ginjal

↓ Eksresi Na⁺ menurun dan H₂O

dalam urin ↓

Cairan output menurun

volume plasma naik tekanan

hidrostatik meningkat

↓ Hipervolemi a (kelebihan volume cairan)

Hiperv olemia

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi Masalah

keperawatan KLIEN 1

Data subjektif: Klien

mengatakan sesak dan

Cairan output menurun volume plasma

(56)

kaki kanan kiri bengkak

Data objektif: a. Keadaan umum : lemas b. Klien tampak sesak c. Klien terpasang alat

bantu nafas O₂ 4 lpm d. Penggunaan otot bantu

nafas e. Kesadaran:

komposmentis GCS: 456

f. Terdapat oedem pada kaki kanan kiri

g. TTV h. Suara nafas wheezing i. Klien batuk namun

tidak mengeluarkan Sputum

j. Palpitasi pitting derajat 2 dengan kedalaman 3 Data subjektif: Klien

mengatakan sesak dan lemas dan kaki bengkak

Data objektif: a. Keadaan umum : lemas b. Klien tampak sesak c. Klien terpasang alat

bantu nafas O2 4 lpm d. Penggunaan otot bantu

nafas e. Kesadaran:

komposmentis GCS: 456

f. Terdapat oedem pada kaki kanan

g. TTV h. Suara nafas wheezing i. Klien batuk namun

tidak mengeluarkan sputum

j. Dengan palpitasi pitting derajat 1 dengan kedalaman 3mm

Cairan output menurun volume plasma naik tekanan hidrostatik meningkat

(57)

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan

Diagno

Calsification) Klien 1 dilakukan peraatan selama 3x 24 jam, hipervolemia teratasi dengan kriteria hasil : 1. Terbebas dari edema,

efusi dan anasarka 2. Bunyi nafas bersih,

tidak ada lagi dipsnea atau oropnea

3. Terbebas dari kelelahan, kecemasan

NOC: Setelah dilakukan peraatan selama 3x 24 jam, hipervolemia teratasi dengan kriteria hasil : 1. Terbebas dari edema,

efusi dan anasarka 2. Bunyi nafas bersih,

tidak ada lagi dipsnea atau oropnea

3. Terbebas dari kelelahan, kecemasan

1. Pertahankan catatan intake dan output 2. Pasang kateter jika 5. Kolaborasi dengan

dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk

1. Pertahankan catatan intake dan output 2. Pasang kateter jika 5. Kolaborasi dengan

dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk

4.1.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan

(58)

. hubungan saling percaya pada pasien dan keluarga untuk menjalin kerja sama yang baik dan menggunakan

komunikasi terapeutik 2. Mempertahankan

catatan intake dan output, intake: infus 21 tpm, makan 150 ml, Total intake output 71. 3. Memonitor

tensi,nadi,respirasiTD: 140/90 mmHg, N: 93x/menit, RR: 24x/menit

4. Memasang

kateterukuran 18 dengan balon 30cc, terpasang tanggal 31 maret 2018 pukul 05 5. Memonitor hasil

hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,22, Hematokrit:37,57, BUN: 6

6. Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk Dengan pemberian injeksi arixtra 2,5mg, furosemide 40mg, pumpicel

40mg.pemberian obat oral ASA 1x80 mg, CPG 1x75 mg, ISDN 3x75mg.

(59)

.

3. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,22, Hematokrit:37,57, BUN: 6

4. Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburukDengan pemberian injeksi arixtra 2,5mg, furosemide 40mg, pumpicel 40mg. pemberian obat oral ASA 1x80 mg, CPG 1x75 mg, ISDN 3x75mg.

1. Mempertahankan catatan intake dan output, intake: infus 21 tpm, makan 150 ml,

2. Memonitor

tensi,nadi,respirasiTD: 130/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit

3. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,22, Hematokrit:37,57, BUN: 6

(60)

9.0 0

9.3 0

0.0 0

Klien 2 Tn. I

o

T anggal

Diagn osa

keperawata n

am

Tindakan

ara f

.

1 April 2018

Hiper volemia berhubunga n dengan urin

Caira n output menurun volume plasma naik tekanan

8.0 0

1. Melakukan bina hubungan saling percaya pada pasien dan keluarga untuk menjalin kerja sama yang baik dan menggunakan

komunikasi terapeutik 2. Mempertahankan

(61)

.

3. Memonitor

tensi,nadi,respirasiTD: balon 30cc, terpasang tanggal 1 April 2018 pukul 22.00

5. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,45, Hematokrit:39,12, BUN: 12

6. Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburukDengan pemberian injeksi arixtra 2,5 mg,

1. Mempertahankan catatan intake dan output, intake: infus 21 tpm, makan 150 ml,

2. Memonitor

tensi,nadi,respirasi TD: 130/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 22x/menit

(62)

. meningkat

4.3

4. Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk Dengan pemberian injeksi arixtra 2,5 mg,

1. Mempertahankan catatan intake dan output, intake: infus 21 tpm, makan 150 ml,

2. Memonitor

tensi,nadi,respirasiTD: 135/90 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit

3. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,45, Hematokrit:39,12, BUN: 12

(63)

0.1 5

4.1.7 Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.11 evaluasi keperawatan Eva

b. Klien tampak sesak

d. Penggunaan otot bantu nafas

e. Kesadaran: komposmenti s GCS: 456

f. Terdapat oedem pada mengatakan sesak berkurang dan kaki kanan kiri

terpasang alat bantu nafas O2 4 lpm

d. Kesadaran: komposmentis GCS: 456

e. Terdapat oedem pada kaki berkurang

f. TTV mengatakan sesak berkurang dan kaki kanan kiri berkurang

c. Klien

terpasang alat bantu nafas O2 4 lpm

d. Kesadaran: komposmentis GCS: 456

e. Terdapat oedem pada kaki berkurang

(64)

h. Suara nafas Intervensi 1. Pertahankan

catatan retensi cairan BUN, Hmt pitting derajat

1 dengan Intervensi 1. Pertahankan

catatan intake dan output 2. Monitor hasil

Hb yang

sesuai dengan retensi cairan BUN, Hmt 3. Monitor BP,

HR, RR 4. Kolaborasi

dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk

2. Terapi: pitting derajat

1 dengan pasien pindah pulang

P: Intervensi dihentikan pasien pulang 1. Memberikan

(65)

mide 1x 40

Tabel 4.12 evaluasi keperawatan Eva sesak, lemas dan

kaki kanan

kanan berkurang a. Keadaan

terpasang alat bantu nafas kaki berkurang f. TTV kanan berkurang

a. Keadaan

(66)

RR:24x/ 1. Pertahankan

catatan retensi cairan BUN, Hmt berkurang h. HB: 12,45,

Hematokrit:39 ,12, BUN: 12 i. Palpitasi

pitting derajat

1 dengan

Intervensi 1. Pertahankan

catatan intake dan output 2. Pasang kateter

jika perlu 3. Monitor hasil

Hb yang

sesuai dengan retensi cairan BUN, Hmt 4. Monitor BP,

HR, RR 5. Kolaborasi

dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk

2.

pitting derajat

1 dengan nsi dihentikan pasien pulang 1. Memberikan

(67)

1x2,5 mg Furose mide 1x 40 mg

Pumpis el 1x 40 mg Oral : ASA 1x80 mg

CPG 1x75 mg

ISDN 3x75 mg

4.2PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pada Tn.H dan Tn. I di ruang

CVCU(Cardio Vascular Care Unit) pada kasus Gagal Jantung Kongestif

dengan masalah Hipervolemia di dapatkan pengkajian pada:

4.2.1 Pengkajian

1. Data Subjektif

a. Klien, Tn. H mengatakan pada 31 Maret 2018 merasa sesak,

dan kaki bengak

b. Klien Tn. I mengatakan pada tanggal 1 April badan lemas,

sesak dan terdapat pembengkakan pada kaki.

2. Data Objektif

Data objektif dari pengkajian kedua klien mengalami

hipervolemia sehingga mengaibatkan oedema pada kedua kaki,

(68)

dengan klien 2. Klien 1 dan klien 2 sama-sama membatasi jumlah

cairan dan sangat komprehensif untuk proses penyembuhan.

Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks,

dimana didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk

memompakan darah keseluruhan jaringan tubuh yang adekuat,

mengakibatkan gangguan struktural dan fungsional dari jantung.

Pasien dengan gagal jantung memiliki tanda dan gejala, sesak

nafas yang spesifik pada saat istirahat atau saat melakukan

aktifitas, rasa lemah, tidak bertenaga, retensi air seperti kongestif

paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur dan fungsi

jantung, (Fajrin, 2016). Pada pasien gagal jantung terjadi

peningkatan tekanan pada pulmo akibat dari gagal jantung kiri

yang berlangsung lama, sehingga akan menjadi hipervolemiaatau

penumpukan cairan.

Berdasaran penelitian pada lien Tn.H dan Tn. I hipervolemia

menyebabkan Cairan output menurun volume plasma naik

tekanan hidrostatik meningkat. Mengakibatkan oedema pada kaki,

sesak saat istirahat ataupun saat melakukan aktifitas kondisi ini

menyebabkan klien mengalami hambatan saat bekerja.

Hipervolemia merupakan perluasan isotonic dari CES yang

disebabkan oleh retensi air dana natrium yang abnormal (Brunner

& Suddarth, 2002)

(69)

Intervensi keperawatan yang di lakukan pada studi kasus ini

mengarah Nursing Outcame Calssification (NOC) yang meliputi:

Elektrolit dan keseimbangan basa, Keseimbangan cairan, Hidrasi

(NIC) yang meliputi pengelolaan cairan yaitu Pertahankan

catatan intake dan output, memasang kateter , mencatat HB,BUN,

serta hematokrit dalam batas normal, mencatat tekanan darah,

nadi dan pernafasan pasien. Adapun untuk intervensi di sesuaikan

dengan kondisi obyektif masing – masing klien. Menurut

Nursalam (2008) rencana keperawatan dapat diartikan sebagai

suatu dokumentasi tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah,

tujuan dan intervensi keperawatan.

Menurut peneliti intervensi keperawatan yang di berikan pada

klien hipervolemia adalah sesuai dengan teori dan hasil penelitian

sehingga tidak di temukan kesenjangan antara hasil laporan kasus

dengan teori.

4.2.3 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang di lakukan NIC pada Tn. H pengelolaan

cairan yaitu : Mempertahankan catatan intake dan output, intake:

infus 21 ml, makan 150 ml, minum 100 ml, injeksi 15 ml, total

intake 286 ml output urine 200 ml, keringat 15 ml, total output

215ml. Total intake output 71. Memonitor tensi,nadi,respirasi TD:

140/90 mmHg, N: 93x/menit, RR: 24x/menit Memasang

kateterukuran 18 dengan balon 30cc, terpasang tanggal 31 maret

(70)

BUN. Dengan hasil HB: 12,22, Hematokrit:37,57, BUN: 6

Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan

memburuk Dengan pemberian injeksi arixtra 2,5mg, furosemide

40mg, pumpicel 40mg.

Implementasi yang dilakukan NIC pada Tn. I pengelolaan

cairan yaitu: Mempertahankan catatan intake dan output, intake:

infus 21 ml, makan 150 ml, minum 100 ml, injeksi 10 ml, total

intake 281 ml output urine 250 ml, keringat 15 ml, total output

265ml. Total intake output 16ml. Memonitor tensi,nadi,respirasi

TD: 150/90 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit. Memasang

kateter ukuran 18 dengan balon 30cc, terpasang tanggal 1 April

2018 pukul 22.00. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan

BUN. Dengan hasil HB: 12,45, Hematokrit:39,12, BUN: 12.

Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan

memburuk Dengan pemberian injeksi pumpicel 40 mg, lovenox 0,6

cc

Menurut muttain (2009) implementasi merupakan inisiatif dari

rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditunjukkan pada perintah keperawatan untuk membantu klien

dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana

tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

(71)

Menurut peneliti implementasi keperawatan yang di berikan

pada klien hipervolemia adalah sesuai dengan intervensi yang

berisi kolaborasi dengan tim medis dalam perencanan pemberian

terapi tersebut untuk mengobati penyakit Gagal Jantung

Kongestif.

4.2.4 Evaluasi Keperawatan

Pada tanggal 1 April 2018 klien 1 mengatakan klien sesak, kaki

bengkak keadaan umum lemah, terdapat oedem pada kaki

kesadaran composmentis, GCS 456, TTV: S: 36, 5 °C N:93x/menit

TD:140/90 mmHg RR:24x/menit, terpasang nasal kanul 4 lpm,

Masalah belum teratasi, Intervensi dilanjutan.

Pada tanggal 2 April 2018 klien 1 mengatakan klien

mengatakan sesak dan bengkak pada kaki berkurang, keadaan

umum cukup, oedem pada kaki berkurang keadaran komposmentis,

GCS 456, TTV: S: 36 °C N:90x/menit TD:130/90 mmHg

RR:22x/menit, terpasang nasal kanul 4lpm, Masalah teratasi

sebagian, Intervensi dilanjutkan.

Pada tanggal 3 April 2018 klien 1 mengatakan sesak dan

bengkak pada kaki berkurang, oedema pada kaki sudah berkurang,

kesadaran composmentis, GCS 456, keadaan umum cukup, TTV:

S: 36,3 °C N:90x/menit TD:130/80 mmHg RR:22x/menit,

terpasang nasal kanul 4 lpm, Masalah teratasi sebagian, Intervensi

Gambar

Gambar 2.1.6 Patway Gagal Jantung Kongestif (Muttaqin, 2008)
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan (Nurarif, Amin Huda &
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Industri genteng sebagai salah satu industri yang ada di Jawa Barat dan sebagai salah satu komoditi unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Majalengka merupakan sektor industri

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah pembelajaran antara tenaga Pendidik dan Peserta Didik yang dilakukan secara jarak jauh dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang

Melalui tanya jawab guru, siswa dapat menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon dengan tepat.. Melalui pemberian tugas percakapan bertelepon menggunakan media,

Hasil tersebut menunjukkan semua p &gt; 0,05, sehingga tidak ada perbedaan tingkat self-regulated learning berdasarkan penggunaan strategi kognitif, metakognitif

yang terdapat pada sepeda motor, fitur merupakan salah satu atribut. produk yang paling diandalkan produsen sepeda motor

It is therefore a corporate governance responsibility of the board of directors to ensure that adequate systems for internal control and risk management are in place. „ The board

adalah sulit mengatur waktu karena beban pekerjaan yang begitu banyak dan harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan, kurangnya pengetahuan dan pemahaman

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas, dan solvabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan