ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( GJK ) DENGAN MASALAH HIPERVOLEMIA
(Di Ruang Cardio Vaskular Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan)
OLEH : YOLA NAROLITA
151210034
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF ( GJK ) DENGAN MASALAH HIPERVOLEMIA
(Di Ruang Cardio Vaskular Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan)
OLEH : YOLA NAROLITA
151210034
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (GJK) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERVOLEMIA
( Di Ruang CVCU Rsud Bangil )
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md Kep) pada program studi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
OLEH : YOLA NAROLITA
151210034
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri, 19 Juli 1997 dari ayah yang bernama Alm. Sunaryo dan ibu yang bernama Sarmini, penulis merupakan anak tunggal.
Tahun 2009 penulis lulus dari SDN Ngelo 2, tahun 2012 penulis lulus dari SMP 2 Cepu, tahun 2015 penulis lulus dari SMAN 1 Kasiman, pada tahun 2015 penulis melanjutkan kuliah di STIKes ICME Jombang. Penulis mengambil jurusan diploma III Keperawatan dari lima program studi yang ada di STIKes ICME Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, Mei 2018
MOTTO
Seseorang bisa duduk di tempat teduh sekarang, karena seseorang telah menanam pohon sejak lama.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan rasa bangga saya persembahkan karya tulis ilmiah ini dan saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua saya bapak Sulaiman dan ibu Sarmini yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang dan doa tiada henti, serta semangat dalam mengerjakan tugas akhir ini.
2. Tak lupa keluarga yang selalu memotivasi untuk mengejar cita-cita
3. Darsini,S.Kep.,Ns,M.Kes selaku pembimbing utama dan Harnanik Nawangsari,S.ST,M.Keb selaku pembimbing anggota yang selalu membimbing saya dengan penuh kesabaran.
4. Dosen STIKes ICME Jombang terima kasih telah memberi ilmu dan pengalaman yang sangat berharga.
5. Johan Adi Saputra,S.Pd yang selalu memberi doa dan motivasi untuk mengerjakan tugas akhir.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Kongestif (GJK) dengan masalah Hipervolemia di ruang CVCU RSUD Bangil Pasuruan” sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada H.Imam Fathoni, S.KM.,MM selaku ketua STIKes ICME Jombang, Ibu Nita
Arisanti Y.S.Kep,Ns.M.Kes selaku kaprodi D3 Keperawatan.
Darsini,S.Kep.,Ns,M.Kes selaku pembimbing utama dan Harnanik Nawangsari,S.ST,M.Keb selaku pembimbing anggota yang telah membimbing dan memberikan saran hingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiah.
Jombang, Februari 2018
Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONEGSTIF DENGAN HIPERVOLEMIA DI RUANG CVCU
RUMAH SAKIT UMUM DAREAH BANGIL PASRUAN Oleh:
Yola Narolita
Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian pertama, sekitar 17,5 juta orang meninggal dunia (WHO, 2015). Indonesia menempati nomor empat negara dengan jumlah kematian akibat kardiovaskular. Tujuan dari studi kasus ini adalah melasanakan asuhan keperawatan pada klien gagal jantung kongestif dengan hipervolemia.
Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Partisipan yang digunakan dank lien yang didiagnosa gagal jantung kongestif dengan masalah hipervolemia. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi.
Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut berdasarkan data pengkajian bahwa Tn. H mengeluh sesak dan kaki kanan kiri bengkak didukung dengan data obyektif suara nafas ronchi, RR 24x/menit, palpitasi pitting derajat 2 dengan kedalam 3 mm sedangkan Tn. I mengatakan sesak dan kaki kanan bengkak didukung dengan data obyektif suara nafas ronchi, RR 24x/menit, palpitasi pitting derajat 1 dengan kedalaman 2 mm. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah hipervolemia. Intervensi yang dilakukan pada hipervolemia disusun berdasarkan criteria NIC NOC tahun 2015 yang meliputi pengelolaan cairan dan monitor cairan. Implementasi kepada klien Tn.H dan Tn.I dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 kali pertemuan
Setelah dilakukan implementasi selama 3 kali pertemuan maka hasil evaluasi akhir pada kedua pasien Tn.H dan Tn.I masalah teratasi sebagian.
NURSING CARE IN CLIENT OF CONGESTIVE HEART FAILURE WITH HYPERVOLEMIA IN CVCU RSUD BANGIL ROOM
By : Yola Narolita
Cardiovascular disease became the first cause of death, about 17,5 million people died (WHO,2015). Indoensia ranks fourth with the number of deaths due to cardiovascular disease. The purpose of this cause study is to treat nursing care to a congestive heart failure client with hyervolemia.
This research design using case study method. Participants used dank lien who were diagnosed with congestive heart failure with hyervolemia problems. Data collection using interview method, observation, documentation.
The result of this study conclude as follows based on the assessment data that Tn.H complained tightness and left swollen right leg supported with objective data of ronchi breath sound, RR 24x/minute, palpitation pitting degree 2 with 3mm deep while Tn.I said tightness and swollen right leg supported with objective data of breath sounf ronchi, RR 24x/minute, palpitation pitting degree 1 with a depth of 2 mm. the eatablished nursing diagnosis is hypervolemia. Interventions performed on hypervolemia are based on the NIC NOC 2015 criteria that include fluid management and fluid monitoring. Implementation to clients of Tn.H and Tn.I was developed from the result of intervention studies conducted in 3 meetings.
After the implementation of 3 meetings, the final evaluation result on both patients Tn.H dan Tn.I problem is partially resolved.
HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i
HALAMAN SAMPUL BELAKANG ... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
LEMBAR PERSETUJUAN... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
MOTTO... vii
KATA PENGANTAR. ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR. ... xii
DAFTAR TABEL. ... xiii
DAFTAR SINGKATAN. ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN. ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Batasan Masalah ... 2
1.3Rumusan Masalah ... 2
1.4Tujuan ... 3
1.5Manfaat ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Konsep Gagal Jantung ... 5
2.2 Konsep Dasar Hipervolemia ... 15
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ... 16
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ... 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 29
4.1 Hasil ... 29
4.2 Pembahasan ... 44
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 51
5.1 Kesimpulan ... 51
5.2 Saran ... 52
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan... 21
Tabel 4.1 Identitas Klien ... 28
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ... 29
Tabel 4.3 Pola Kesehatan ... 30
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ... 32
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik ... 33
Tabel 4.6 Terapi ... 35
Tabel 4.7 Analisa Data ... 35
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan ... 36
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan... 37
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan ... 38
ACE : Angitensin Converting Enzim
AGD : Analisa Gas Darah
AV : Arterio Ventricular
BP : Blood Pressure
BUN : Blood Ureum Nitrogen
CES : Cairan Ekstraseluler
CO₂ : Karbon Dioksida
CT-Scan : Cmputerized Tomography Scanner
CVCU : Cardio Vascular Care Unit
CVP : Central Venous Pressure
DM : Diabetes Melitus
EKG : Elektro Kardio Gram
GFR : Glomerural Filtration Rate
GJK : Gagal Jantung Kongestif
H₂O : Hidrogen
Hb : Hemoglobin
Hmt : Hematokrit
HR : Heart Rate
IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultas
JVP : Jugularis Venous Pressure
LV : Left Ventrikel
LVEDP : Left Ventrikel End Diastolik Pressure
MAP : Mean Aterial Pressure
MRS : Masuk Rumah Sakit
Na⁺ : Natrium
NYHA : New York Health Assotiation
O₂ : Oksigen
PAP : Pulmonary Arterial Pressure
PCO₂ : Parsial Karbon Dioksida
PCWP : Pulmonary Capilary Wedge Pressure
PND : Paroxysmal Nocturnal Dypsnea
RR : Respiration Rate
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
TTV : Tanda-Tanda Vital
WHO : Word Health Organitation
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 : Informed Consent
Lampiran 4 : Form Pengkajian Keperawatan Kegawat Daruratan Lampiran 5: Lembar Surat Penelitian
Lampiran 6: Lembar Persetujuan Penelitian Lampiran 7: Lembar Konsul
1
1.1 Latar Belakang
Kelebihan volume cairan atau hipervolemia merupakan perluasan isotonik
dan CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang diakibatkan oleh
gagal jantung kongestif (Brunner & Suddarth, 2002). Jika kemampuan
kontraktilitas jantung menurun maka darah yang dipompa tiap kontriksi akan
menurun sehingga menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh, hal ini
akan berpengaruh pada pelepasan renin-angiotensin, dan akan membentuk
angiotensin II (Kasron, 2012).
Pada tahun 2012, sekitar 17,5 juta orang didunia meninggal dikarenakan
penyakit kardiovaskular (WHO, 2015). Indonesia menempati nomor empat
negara dengan jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskuler (WHO,
2013). Menurut kementerian kesehatan RI pada tahun 2013 prevalensi
penyakit gagal jantung sebesar 0,13% sekitar 229.696 orang, sedangkan
diagnose dokter 0,3 diperkirakan sekiar 530.068 orang (Dinkes, 2013). Data
Riset Kesehatan Dasar, 2013 di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang
(1,3%).
Kelebihan volume cairan disebabkan oleh penurunan fungsi mekanisme
homeostatis. Gagal jantung kongestif, sirosis hepar, dan gagal ginjal
merupakan faktor penyebab kelebihan volume cairan (Brunner & Suddrat,
2002). Jika kelebihan volume cairan berlebihan pada jantung akan
dimana vasokontriksi ginjal berkurang pada waktu istirahat dan retrisbusi
cairan dan absorbsi pada waktu berbaring (Kasron, 2012).
Penatalaksanaan pada pasien dengan kelebihan volume cairan dengan
pembatasan cairan sekitar 1,5-2 liter/hari. Selain itu anjurkan pasien untuk
membatasi konsumsi garam (Harbanu, 2007). Dan pasien dianjurkan untuk
memakan makanan yang banyak mengandung kalium seperti pisang.
1.2Batasan Masalah
Asuhan keperawatan pada klien gagal jantung kongestif (GJK) dengan
masalah hipervolemia di ruang CVCU RSUD Bangil Pasuruan.
1.3Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien gagal jantung kongestif
(GJK) dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU RSUD Bangil Pasuruan?
1.4Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gagal jantung
kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU RSUD
Bangil Pasuruan.
1.4.2 Tujuan khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien gagal jantung
kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU
RSUD Bangil Pasuruan.
2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien gagal jantung
kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia diruang CVCU
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien gagal jantung
kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia diruang CVCU
RSUD Bangil Pasuruan.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien gagal jantung
kongestif (GJK) dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU
RSUD Bangil Pasuruan.
5) Melakukan evaluasi pada klien gagal jantung kongestif (GJK)
dengan masalah hipervolemia di ruang CVCU RSUD Bangil
Pasuruan.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu
keperawatan Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Klien
Gagal Jantung Kongestif (GJK) Dengan Masalah Hipervolemia.
1.5.2 Manfaat Praktis
1)Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapa menjadi referensi bagi perawat dalam
peningkatan pelayanan dengan pasien gagal jantung kongestif (GJK)
dengan masalah hipervolemia.
2) Bagi Rumah Sakit
Dapat menin gkatkan mutu pelayanan pada kasus gagal jantung
kongestif dan bisa memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien
3) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan
pengajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan tentang proses
keperawatan pada kasus gagal jantung kongestif (GJK) dengan
5
2.1 Konsep Gagal Jantung
Gagal jantung masuk kedalam penyakit aterosklerotik koroner.
Aterosklerosis merupakan radang yang disebabkan oleh penumpukan lemak.
Hal ini menyebabkan penyakit pembuluh darah perifer, stroke, jantung
iskemik atau infark miokardium. Gagal jantung merupakan komplikasi dari
iskemia dan infark, (Sylvia, 2005).
2.1.1 Definisi Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks, dimana
didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
keseluruhan jaringan tubuh yang adekuat, mengakibatkan gangguan
struktural dan fungsional dari jantung. Pasien dengan gagal jantung
memiliki tanda dan gejala, sesak nafas yang spesifik pada saat istirahat
atau saat melakukan aktifitas, rasa lemah, tidak bertenaga, retensi air
seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur
dan fungsi jantung, (Fajrin, 2016).
Gagal jantung dapat juga dinyatakan sebagai kelainan fungsi pada
jantung yang mengakibatkan jantung gagal dalam memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan, atau kemampuan
jantung hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
2.1.2 Etiologi Penyakit Gagal Jantung Kongestif
Patofisiologis utama gagal jatung dimana ketidakmampuan jantung
dalam mengisi atau mengosongkan ventrikel. Berikut beberapa
penyebab dari gagal jantung:
1) Kelainan Otot Jantung
Kelainan otot jantung disebabkan karena menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari kelainan fungsi otot
meliputi hipertensi arterial, aterosklerosis koroner, dan penyakit
degeratif atau inflamasi.
2) Hipertensi Pulmonal Atau Sistemik
Dimana beban kerja jantung mengalami peningkatan dan
mengakibatkan hipertrophi serabut otot jantung.
3) Arterosklerosisi Koroner
Berakibat pada gangguan fungsi miokardium kerena aliran darah
ke otot jatung mengalami gangguan. Terjadi asidosis (akibat
penumpukan asam laktat) dan hipoksia. Kematian sel jantung
(infark miokard) merupakan awal terjadinya gagal jantung.
Penyakit miokardium degeneratif dan peradangan berhubungan
dengan gagal jantung dimana secara langsung merusak serabut
jantung dan mnyebabkan penurunan kontraktilitas.
4) Penyakit Miokardium Degeneratif Dan Peradangan
Kondisi ini sangat terkait dengan gagal jantung dimana secara
5) Faktor Sistemik
Sejumlah fakor berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal ginjal. Laju metabolisme meningkat, terjadi hipoksia dan
anemia yang membutuhkan peningkatan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan akan oksigen. Terjadinya hipoksia dan
anemia dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Kontraktilitas
jantung akan menurun diakibatkan abnormalita elektronik dan
asidosis respiratori.
6) Penyakit Jantung Lain
Secara garis besar gagal jantung terjadi akibat penyaki jantung
yang sesungguhnya, dan secara langsung berpengaruh terhadap
jantung. Biasanya mekanisme mencakup gangguan aliran darah
yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikarditif konstriktif,
pericardium, stenosis AV), dan peningkatan mendadak afterload.
2.1.3 Klasifikasi Penyakit Gagal Jantung
Menurut Kasron 2012, dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok:
1) Gagal Jantung Akut-Kronik
a) Gagal jantung akut terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan
adanya penurunan cardiac output dan ketidak adekuat pada
perfusi jaringan. Yang berakibat pada edema paru dan kolaps
b) Gagal jantung kronik terjadi secara perlahan, ditandai dengan
penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal
jantung kronik ini terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel
hingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi
dan hipertrofi.
2) Gagal Jantung Kanan-Kiri
a) Gagal jantung kanan disebabkan adanya peningkatan tekanan
pada pulmo akibat dari gagal jantung kiri yang berlangsung
lama, sehingga cairan terbendung dan akan berakumulasi secara
sistemik pada kaki, hepatomegali, asites, dan efusi pleura.
b) Gagal jantung kiri dapat terjadi karena ventrikel gagal dalam
memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan
kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan katub aorta/mitral.
3) Gagal Jantung Sistolik-Diastolik
a) Gagal jantung sistolik terjadi karena penurunan pada
kontraktilitas ventrikel kiri sehingga tidak mampu untuk
memompa darah akibatnya penurunan pada cardiac output dan
ventrikel hipertrofi
b) Gagal jantung diastolik terjadi karena keidakmampuan pada
ventrikel dalam pengisan darah akibatnya stroke volume cardiac
2.1.4 Manifestasi Klinis
Meningkatnya volume intravaskuler mrupakan tanda paling umum
yang ditemukan pada klien gagal jantung. Tekanan arteri dan vena
terjadi akibat dari kongestif jaringan berakibat pada penurunan curah
jantung pada kegagalan jantung. Ventrikel kanan maupun kiri dapat
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal pada ventrikel kiri akan
lebih dahulu terjadi, setelah itu berujung pada gagal pada ventrikel
kanan. Kegagalan pada salah satu ventrikel akan berakibat pada
turunnys perfusi jaringan, namun manifestasi kegagalan ventrikel
berbeda:
1) Gagal Jantung Kiri
Kongesti paru lebih pada gagal jantung pada ventrikel kiri
dikarenakan vetrikel kiri tidak mampu untuk memompa darah
yang datang dari paru-paru. Manifestasi klinis:
a) Dispnea terjadi akibat penumpukan cairan pada alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat mengakibatkan ortopnea.
Sebagian klien dengan masalah dispnea mengalami ortopnea
pada malam hari (Paroksimal Nokturia Dyspnea).
b) Batuk
c) Mudah lelah terjadi akibat penurunan curah jantung dan
menghambat jaringan sirkulasi normal dan oksigen dan
menurunnya pembuangan sisa katabolisme terjadi dikarenakan
peningkatan energy yang digunakan untuk bernafas dan
d) Gelisah dan cemas terjadi akibat dari gangguan oksigenasi
jaringan, stress diakibatkan kesakitan dalam bernafas dan
jantung tidak berfungsi secara normal.
e) Sianosis
2) Gagal jantung kanan
a) Kongestif jaringan perifer dan visceral
b) Edema ekstremitas bawah
c) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas yang
terjadi akibat pembesaran vena pada hepar
d) Mual dan anoreksia
e) Nokturia
f) Kelemahan
2.1.5 Patofisiologi Penyakit Gagal Jantung
Fungsi daripada jantung normal merupakan sebagai pemompa
darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi, setelah itu akan diedarkan
keseluruh tubuh. Namun jika pada keadaan gagal jantung, akan
mengalami perbedaan pada fungsi jantung. Berikut mekanisme
penyebab terjadinya gagal jantung (Kasron, 2012):
1) Preload (beban awal)
Volume darah yang mengisi jantung sama dengan tekanan yang
ditimbulkan panjangnya regangan pada serabut jantung.
2) Kontraktilitas
Perubahan pada kekuatan kontriksi terkait dengan panjangnya
3) Afterload (beban akhir)
Besarnya tekanan pada ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah berlawanan dengan tekanan yang diperlukan oleh
tekanan arteri.
Apabila salah satu atau lebih dari keadaan diatas terganggu,
menyebabkan penurunan curah jantung, meliputi keadaan yang
menyebabkan terjadinya peningkatan prelood, contoh regurgitas
aorta, cacat septum ventrikel, yang menyebabkan afterlood
meningkat pada keadaan stenosis aorta dan hipertensi siskemik.
Kontraktilitas miokardium menurun pada infark miokardium dan
keadaan otot jantung. Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal
jantung meliputi, menurunnya kemampuan kontraktillitas jantung.
Sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan
menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai
darah keginjal kurang akan berpengaruh pada mekanisme
pelepasan renin-angiotensin dan akan terbentuk angiotensin II,
mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan menyebabkan
retensi air dan natrium. Perubahan ini meningkatkan cairan
ektra-intravaskuler sehingga terjadi ketidakseimbangan volume cairan
dan tekanan mengakibatkan edema. Edema perifer terjadi akibat
penimbunan cairan dalam ruang interstial. Pada proses ini akan
timbul masalah seperti, nokturia dimana berkurangnya
vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat dan redistribusi cairan dan
asites, dimana dapat menimbulkan gejala gastrointestinal seperti
muntah, mual, anoreksia. Apabila suplai darah diparu-paru tidak
lancar (tidak masuk kejantung) akan menimbulkan penumpukan
cairan diparu-paru dapat menurunkan perukaran O₂ dan CO₂ antara
darah dan udara diparu-paru. Sehingga oksigenasi arteri berkurang
dan terjadi peningkatan CO₂ yang akan membentuk asam dalam
tubuh. Kondisi ini akan menimbulkan gejala sesak nafas (dyspnea),
ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi bila peningkata darah
pada ekstrimitas, aliran balik vena ke jantung dan paru-paru.
Namun bila pembesaran terjadi pada vena dihepar akan
mengakibatkan hepaomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan.
Suplai darah kurang pada daerah otot dan kulit menyebabkan kulit
menjadi pucat dan dingin dan timbul letih, lemah, lesu.
2.1.6 Patway Gagal Jantung Kongestif (Mutaqqin, 2008)
A
Aktivasi sistem rennin- angiotensin-aldosteron
↑aktifitas adrenergik simpatik
Hipertrof i ventrikel
T ke alveoli
G
Gambar 2.1.6 Patway Gagal Jantung Kongestif (Muttaqin, 2008)
2.1.7 Penatalaksanaan Penyakit Gagal Jantung Kongestif
Penatalaksanaan menurut NYHA:
1) Kelas I : terapi non farmakologi, meliputi batasi cairan, diet rendah
garam, menurunkan berat badan, menghindari alcohol dan
rokok, aktifitas fisik, dan manajemen stress.
2) Kelas II, III : terapi farmakologi, meliputi, diuretic, vasodilatasor,
ace inhibitor, digitalis, dopamineroik, oksigen.
3) Kelas IV : kombinasi diuretic, ACE inhibitor seumur hidup.
2.1.8 Komplikasi Penyakit Gagal Jantung Kongestif
1) Syok kardiogenik
2) Tromboli karena pemebentukan bekuan vena karena stasis darah
3) Efusi dan tamponade perikardium
4) Toksilitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Gagal Jantung Kongestif
1) EKG (Elektro Kardio Gram)
Hipertopi atrial atau ventikuler, penyimpangan aksis, iskemia,
distrimia, takikardi, fibrilasi atrial.
2) Uji stress
Pemeriksaan non-invasif bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.
3) Ekokardiografi
a) Ekokardiografi model M berguna unuk mengevaluasi volume
balik dan kelainan regional, model ini sering dipakai dan
ditayangkan bersamaan dengan EKG.
b) Ekokardiografi dua dimensi ( CT-Scan ).
c) Ekokardiografi doppler memeberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jatung.
4) Kateterisasi jantung
Tekanan yang abnormal merupakan indikasi dan membantu
memebadakan gagal jantung kanan, kiri dan stenosis katup
5) Radiografi dada
Menunjukkan pembesaran pada jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah yang abnormal.
6) Elektrolit
Dapat berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretic.
7) Oksimetri nadi
Rendahnya saturasi oksigen terutama gagal janung kongestif
akut menjadi kronis
8) Analisa gas darah (AGD)
Gagalnya ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori
ringan atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
9) Blood ureum nitrogen (BUN)
Menunjukkan penurunan fugsi ginjal, naiknya BUN dan
kreatinin merupakan indikasi dari gagal ginjal.
10) Pemeriksaan tiroid
Peningkatan ktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid
sebagai pencetus dari gagal jantung.
2.2 Konsep Hipervolemia
2.2.1 Definisi Hipervolemia
Hipervolemia merupakan volume cairan intravaskuler, intestinal
dan intraseluler mengalami peningkatan, (SDKI, 2017). Dengan kata
disebabkan oleh retensi air dana natrium yang abnormal, (Brunner &
Suddarth, 2002)
2.2.2 Penyebab Hipervolemia
1) Gangguan mekanismen regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis
2.2.3 Gejala dan Tanda
1) Mayor
Objektif
a) Edema anasarka atau edema perifer
b) Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c) JVP (Jugular Venous Pressure) dan CVP (Central Venous
Pressure) meningkat
d) Reflex hepatojugular positif
Subjektif
a) Ortopnea
b) Dyspne
c) PND (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea)
2) Minor
a) Distensi vena jugularis
b) Terdengar suara nafas tambahan
d) Kadar Hb/Ht turun
e) Oliguri
f) Intake lebih banyak daripada ouput
g) Kongesti paru
2.2.4 Kondisi Klinis yang Terkait
a) Gagal ginjal akut/kronis
b) Hipoalbuminea
c) Gagal jantung kongestif
d) Kelainan hormone
e) Penyakit hati (sirosis, asites, kanker hati)
f) Penyakit vena perifer (varises vena, trombus vena, plebitis)
g) Imobilitas
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Konegstif
2.3.1 Pengkajian
1) Biodata
a) Nama
b) Umur
c) Jenis Kelamin
d) Suku
2) Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
a) Keluhan utama
b) Riwayat penyakit sekarang
Munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal
akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
3) Riwayat penyakit dahulu
a) Hipertensi
b) Nyeri miokardium
c) DM
d) Hiperlipidemia
4) Riwayat penyakit keluarga
Seseorang yang mengidap riwayat penyaki jantung, maka
akan beresiko mengalami penyaki jantung pula.
5) Pola kebiasaan setiap hari
a) Aktifitas / istirahat
1) Gejala
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas,
dispnea.
2) Tanda
Perubahan status mental, gelisah, TTV berubah saat
melakukan aktifitas.
b) Makanan atau cairan
1) Gejala
Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan
berat badan yang signifikan, pembengkakan pada ekstremitas
2) Tanda
Penambahan berat badan yang signifikan, asites, edema.
c) Nyeri
1) Gejala
Nyeri pada dada dan abdomen
2) Tanda
Gelisah
d) Pernafasan
1) Gejala
Dispnea saat beraktifitas, batuk dengan atau tanpa
sputum, menggunakan alat bantu oksigen.
2) Tanda
Pernafasan takipnea, nafas dangkal, bunyi nafas
terdengar krekels, dan mengi, sputum terkadang bercampur
darah bahkan berbuih.
e) Hygine
1) Gejala
Mengalami keletihan saat melakukan perawatan diri.
2) Tanda
Pasien menunjukkan kelainan pada perawatan
kebersihan.
f) Eleminasi
Nokturia, urin berwarna gelap, penurunan berkemih,
konstipasi
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1) Kesadaran : composmentis hingga koma
2) Lemah
b) Tanda-tanda vital
1) Tensi :meningkat
2) Nadi :meningkat
3) Suhu :normal namun dapat juga meningkat
4) Pernafasan :meningkat dan tidak teratur
c) Berat badan
Terjadi peningkatan berat badan yang signifikan bila pasien
mengalami edema.
d) Pemeriksaan
1) Kepala
a) Konjungtiva pucat
b) Cyanosis, bibir kering
2) Dada
a) Pernafasan
1) Ronchi, krekel
2) Dispnea, takipnea, orthopnea
3) Batuk dengan atau tanpa sputum
1) Takikardia
2) Nyeri saat melakukan aktifitas
3) Tekanan darah dapat naik maupun turun
3) Pemeriksaan abdomen
a) Asites
b) Pembesaran pada hati
c) Nyeri tekan
4) Pemeriksaan integumen dan ekstremitas
a) Pucat
b) Akral dingin
c) Cianosis perifer
d) Edema pada tungkai
7) Pemeriksaan penunjang
Pada pasien dengan gagal jantung pemeriksaan penunjang
meliputi rontgen toraks, EKG, dan ekokardiografi.
2.3.2 Diagnosa Keperwatan
Kelebihan volume cairan
2.3.3 Intervensi keperawatan
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan (Nurarif, Amin Huda & Kusuma H, 2015)
DIAGNOSA NOC NIC
Kelebihan volume cairan
Definisi : peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan karakteristik 1. Edema
2. Ansietas 3. Dispnea 4. Oliguria
1. Elektrolit dan keseimbangan basa 2. Keseimbangan cairan 3. Hidrasi
Kriteria hasil:
1. Terbebas dari edema, efusi dan anasarka 2. Bunyi nafas bersih,
tidak ada lagi dipsnea atau oropnea
Pengelolaan cairan 1. Timbang popok 2. Pertahankan catatn
intake dan output 3. Pasang kateter jika
perlu
5. Ortopnea
6. Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7. Gangguan elektrolit 8. Kelebihan asupan
natrium
3. Terbebas dari distensi vena jugularis
4. Terbebas dari kelelahan, kecemasan
5. Menjelaskan indikator kelebihan cairan 6. Memelihara tekanan
vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal
5. Monitor status osmodinamik (CVP, MAP, PAP, PCWP) 6. Monitor vital sign 7. Monitor indikasi
retensi/kelebihan
9. Monitor masukan makanan
10.Monitor status nutrisi 11.Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai instruksi
12.Batasi pemasukan cairan pada keadaan hiponaremi diisi dengan serum Na<130 mEq/l
13.Kolaborasi dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk
Monitor cairan: 1. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi 2. Tentukan
kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (hpertermia, terapi diuretic, kelainan renal, gagal jantung, daporsesis, disfungsi hati)
3. Monitor berat badan 4. Monitor BP, HR, RR 5. Catat intake dan output 6. Monitor adanya distensi leher, ronchi, edema pperifer, dan penambahan berat badan
7. Monitor tanda dan gejala odema
2.3.4 Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tindakan disusun dan ditunjukkan pada perintah keperawatan untuk
membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
pada klien (Muttaqin, 2009).
2.3.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan penilaian akhir berdasarkan tujuan
keperawatan. Keberhasilan pada asuhan keperawatan berdasarkan
pada perubahan hasil yang telah ditetapkan yaitu, adaptasi pada
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus
merupakan suatu rancangan penelitian meliputi pengkajian satu unit
penelitian secara terus-menerus (Nursalam, 2013). Studi kasus yang menjadi
inti pembahasan dalam penelitian ini digunakan untuk mengeksporasi
masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Kongestif (GJK)
Dengan Masalah Hipervolemia di Ruang Cardio Vaskular Care Unit
(CVCU), Rumah Sakit Umum Daerah Bangil, Pasuruan.
3.2Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka
peneliti perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian
ini:
1) Asuhan keperawatan merupakan suatu metode yang sistemeatis dan
terorganisir dalam pemberian asuhan keperawatan, difokuskan pada reaksi
dan respon individu pada suatu kelompok dan perorangan terhadap
gangguan kesehatan yang dialami baik aktual maupun potensial.
2) Klien merupakan individu yang mencari maupun menerima perawatan
medis dan masalah keperawatan yang sama.
3) Gagal Jantung Kongestif (GJK) merupakan kelainan pada fungsi jantung
atau kemampuan jantung hanya ada kalau disertai peninggian tekanan
peninggian ventrikel kiri (Kasron, 2012).
4) Hipervolemia merupakan volume cairan intravaskuler, intestinal dan
intraseluler mengalami peningkatan (SDKI, 2017).
3.3Partisipan
Subyek yang digunakan dalam penelitian adalah 2 klien dengan diagnosa
medik Gagal Jantung Kongestif dengan masalah Hipervolemia, di RSUD
Bangil Pasuruan.
1) 2 klien dengan diagnosa Gagal Jantung Kongestif
2) 2 klien dengan masalah keperawatan Hipervolemia
3) 2 klien MRS hari ke 1 di ruang CVCU
4) 2 klien yang kooperatif
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi penelitian
Studi kasus individu di ruang CVCU RSUD Bangil Jalan Raya Raci
Bangil Pasuruan Jawa Timur.
3.4.2 Waktu penelitian
Klien yang dipilih adalah klien yang dirawat sejak pertama kali MRS
sampai pulang dan minimal dirawat selama 3 hari, klien yang
mengalami masalah hipervolemia. Penelitian dilakukan mulai bulan
April 2018.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data agar diperoleh data yang
sesuai menggunakan metode sebagai berikut:
1) Wawancara : pengumpulan data dengan cara Tanya jawab secara
langsung, hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, sumber data dari klien, keluarga bahkan perawat lainnya.
2) Observasi dan pemeriksaan fisik : Dilakukan dengan cara IPPA
(inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) pada sistem tubuh klien.
3) Studi dokumentaasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan
data lain yang relevan).
3.5Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau
informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data
dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi
instrument utama), uji keabsahan data dapat dilakukan dengan :
1) Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan
atau tindakan.
2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber
data utama yaitu klien, perawat serta keluarga klien yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
3.6 Analisa Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan
ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis
yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian
yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan
dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan
data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang
ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
Urutan dalam analisis yaitu :
1) Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,
dokumentasi). Hasil ditulis dalam catatan lapangan, kemudian disalin
dalam bentuk transkrip.
2) Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan
lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokan
menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan nilai normal.
3) Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan
maupun teks naratif. Kerahsiaan dari responden dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari responden.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian trdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
3.7 Etik Penelitian
Beberapa etik penelitian yang harus di perhatikan dalam penelitian:
1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien), dimana klien harus
mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan daripada
penelitian ini, dari klien berhak untuk menolak maupun menerima.
Informed consent ini perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh
hanya untuk pengembangan ilmu.
2) Anonymity (tanpa nama) dimana klien berhak untuk meminta data
yang yang telah diberikan harus dirahasiakan
3) Confidentiality (rahasia) dimana peneliti harus menjaga dengan baik
rahasia klien dengan cara mengaburkan identitas klien
55
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data
Lokasi yang digunakan dalam penyusunan KTI studi kasus dengan
pengambilan data adalah di Ruang CVCU (Cardio Vascular Care Unit)
dengan kapasitas 5 pasien. Lokasi ini beralamat di Jl. Raya Raci -Bangil
Pasuruan, Jawa Timur.
4.1.2 Pengkajian
1. Tabel 4.1 Identitas Klien
2. Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
mengatakan sesak dan kaki kanan kiri bengkak
Klien
mengatakan dada sesak sejak kemarin malam, batuk namun dahak tidak dapat keluar dan kaki kanan kiri bengkak. Kemudian keluarga membawa klien ke IGD RSUD Bangil Pasuruan pukul 04:37 WIB untuk mendapatkan
pertolongan pertama, kemudian klien dirawat di rawat inap ruang CVCU(Cardio Vascular Care Unit)
Klien
mengatakan memiliki riwayat jantung sebelumnya.
Keluarga klien mengatakan, keluarga tidak memiliki penyakit yang sama dengan klien
1. Respon pasien terhadap penyakitnya: Tn. H menganggap penyakit ini cobaan dari Tuhan
2. Pengaruh penyakit terhadap perannya dikeluarga dan masyarakat: Tn. H hanya bisa berbaring ditempat tidur dan tidak bias melakukan apa-apa. Pasien tidak bisa berkumpul dengan semua kelarganya dan masyarakat
Klien
mengatakan sesak, kaki sebelah kanan bengkak dan lemas
Klien
mengatakan sesak kaki kanan bengkak 2018. Kemudian keluarga klien membawa klien ke IGD RSUD Bangil Pasuruan pukul 21:00 WIB untuk mendapat perolongan pertama, kemudian klien dirawat di ruang rawat inap ruang CVCU (Cardio Vascular Care Unit)
Klien
mengatakan memiliki riwayat hipertensi.
Keluarga lien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan
3. Tabel 4.3 Pola Kesehatan
Pola nutrisi
Pola eliminasi
Klien mengatakan saat sakit berobat ke dokter yang berada tidak jauh dari rumah klien, saat kondisi klien mulai parah akhirnya berobat ke RSUD Bangil
Di Rumah : Klien mengatakan sebelum sakit selara makan baik, makan 3x/ hari dengan menu nasi dan lauk pauk, minum air putih, kopi, dan minuman penambah energy, total keseluruhan ±2000ml/hari
Di Rumah Sakit : Klien mengatakan selera makan menurun, karena tidak terbiasa makan makanan diet yang diberikan oleh tim gizi, makan 3x/ hari menu nasi dan lauk pauk, minum air putih ±700ml/hari, klien diit rendah lemak tinggi protein
Di Rumah : Klien mengatakan kebiasaan BAK dirumah ±7x/hari warna kuning kecoklatan, bau khas urin BAB 2x/hari warna kuning, bau khas feses.
Di Rumah Sakit : Klien terpasang alat bantu kateter BAK 250cc/3jam warna kuning gelap bau khas urin
Klien mengatakan belum BAB
Klien mengatakan saat sakit berobat ke dokteryang tidak berada jauh dari rumah. Klien bahkan sering ke dokter untuk memeriksa tekanan darah karena klien memiliki riwayat hipertensi. Namun saat keadaan klien memburuk keluarga klien memutuskan untuk membawa klien berobat ke RSUD Bangil
Di Rumah : Klien mengatakan sebelum sakit selera makan baik makan 3x/ hari dengan menu nasi dan lauk pauk, minum air putih ±1500 ml/hari
Di Rumah Sakit : Klien mengatakan mengalami penurunan selara makan, karena klien merasa makanan yang diberikan oleh tim gizi berasa hambar, karena sudah terbiasa makan makanan berbumbu kuat yang menggunakan penyedap rasa, makan 3x/hari mengatakan kebiasaan BAK dirumah ±5x/hari warna kuning kecoklatan, bau khas urin. BAB 3x/hari warna kuning, bau khas feses.
Di Rumah Sakit : Klien terpasang alat bantu kateter BAK 100cc/5jam warna kuning gelap bau khas urin
Pola istirahat – tidur
Pola aktivitas
Pola penanggulangan stress
Pola reproduksi seksual
Di Rumah : Klien mengatakan ketika istirahat tidur dirumah 7-8 jam/hari dengan perlengkapan selimut dan lampu yang menyala
Di Rumah Sakit : Klien mengatakan susah tidur karena bising mendengar monitor yang selalu berbunyi dan tidak nyaman karena sesak tersebut, tidur ± 4-5 jam/hari dengan perlengkapan selimut dan penerangan lampu
Di Rumah : Klien saat masih sehat dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain, mandi dan bekerja
Di Rumah Sakit : Klien saat sakit hanya dapat berbaring ditempat tidur dan mandi diseka oleh keluarga Tn. H sudah menikah dan memiliki 2 anak. Tn. H menglami stress semenjak dirinya sakit karena klien tidak bisa bekerja sementara anaknya masih memerlukan biaya untuk sekolah
Klien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, istri masih hidup. Klien sudah tiak lagi melakuan hubungan seksual dikarenakan sakit.
ingin BAB namun sulit Di Rumah : Klien mengatakan ketika masih sehat klien jarang tidur siang karena harus menjaga toko dan tidur malam ± 8 jam dengan perlengkapan selimut dan lampu yang dimatikan
Di Rumah Sakit : Klien mengatakan tidur siang ± 3 jam dan pada malam hari ± 6 jam . dengan perlengkapan selimut dan penerangan lampu yang tidak sesuia dengan kebiasaan klien saat dirumah
Di Rumah : Klien saat masih sehat dapat mandi dengan mandiri dan menjaga toko
Di Rumah Sakit : Klien saat sakit hanya diseka oleh keluarga dan tidur ditempat tidur Tn. I sudah menikah dan sudah memiliki 1 anak. Tn. I tidak mengalami stress panjang karena semua permasalahan diselesaikan dengan musyawarah keluarga untuk menemukan jalan keluar
4. Tabel 4.4 Pemeriksaan fisik (pendekatan head to toe) Kesadaran Keadaan umum 140/90 mmHg 24x/menit 4,5,6
Composmentis Lemas 103mg/dL
Inspeksi : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka
Inspeksi : hitam, tidak rontok penyebaran merata
Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka
Inspeksi : simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva kemerahan, sklera putih, pupil isokor
Inspeksi : simetris, fungsi penciuman baik, adanya pernafasan cuping hidung, terpasang O₂ nasal kanul 4 lpm
Inspeksi : fungsi pendengaran baik, bersih, tidak ada benjolan abnormal
Inspeksi : tidak ada pemebsaran kelenjar tyroid
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Perkusi : kanan dan kiri sonor
Palpasi : suara peka
Auskultasi : whezzing +/+
Inspeksi : datar Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak terpasang infus natrium klorida 7 tpm
Palpasi : akral hangat
36°C 90x/menit 150/90 mmHg 24x/menit 4,5,6
Composmentis Lemas 125 mg/dL
Inspeksi : bersih, tidak ada benjolan dan tidak ada bekas luka
Inspeksi :hitam tidak mudah rontok dan penyebaran merata
Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka
Inspeksi : simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva kemerahan sklera putih, pupil isokor Inspeksi : simetris, fungsi penciuman baik, adanya pernafasan cuping hidung, terpasang O₂ nasal kanul 4 lpm
Inspeksi : fungsi pendengaran baik bersih, tidak ada benjolan abnormal
Inspeksi :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Perkusi : kanan dan kiri sonor
Palpasi : suara pekak
Auskultasi : whessing +/+
Inspeksi : datar Palpasi : tiak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak kembung
Auskultasi : bising usus normal
Inspeksi : tidak ada oedem tangan kanan terpasang infus natrium klorida 7 tpm
Integumen
Genetalia
Inspeksi : terdapat oedem pada kaki kanan
Palpasi : akral terpasang kateter produsi urin 1000cc/hari warna kuning kecoklatan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Inspeksi : terdapat oedem pada kaki kanan
Palpasi : akral kulit baik
Inspeksi : terpasang kateter produksi urine 1000cc/hari warna kuning kecolatan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Klien 1 Tn. H
a. Pemerikasaan laboratorium pada tanggal 31-04-2018
Pemeriksaan Hasil HEMATOLOGI
Darah Lengkap Leukosit (WBC) Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Neutrofil % Limfosit % Monosit % Eosinofil % Basofil % Eritrosit (RBC) Hemoglobin (HGB)
Hematokrit (HCT) MCV
KIMIA KLINIK FAAL GINJAL BUN
Kreatinin
PEMERIKSAAN PATOLOGI KLINIK
CK-MB 13,5-18,0 g/dL
40-54% 81,1-96,0 µm³ 27,0-31,2 pg 31,8-35,4 g/dL 11,5-14,5% 155-366 10³/µL 6,90-10,6 fL
7,8-20,23 mg/dL
JANTUNG Troponin I GULA DARAH
a. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 1 April 2018
Pemeriksaan Hasil HEMATOLOGI
Darah Lengkap Leukosit (WBC) Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Neutrofil % Limfosit % Monosit % Eosinofil % Basofil % Eritrosit (RBC) Hemoglobin (HGB)
Hematokrit (HCT) MCV Kolesterol HDL Kolesterol LDL FAAL GINJAL BUN
Kreatinin
PEMERIKSAAN PATOLOGI KLINIK
CK-MB JANTUNG Troponin I ELEKTROLIT ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (CI) Kalsium Ion
12,7 13,5-18,0 g/dL 40-54% 81,1-96,0 µm³ 27,0-31,2 pg 31,8-35,4 g/dL 11,5-14,5% 155-366 10³/µL 6,90-10,6 fL
<150 mg/dL <200 mg/dL >44 mg/dL <100 mg/dL
6. Tabel 4.6 Terapi
Klien 1 Klien 2
Infus :
Ns 500cc/24jam Injeksi :
Arixtra 1x2,5 mg Furosemide 2x40 mg Pumpicel 1x40 mg Oral :
ASA 1x80 mg CPG1x75 mg ISDN 3x75 mg
Infus :
Ns 500cc/24jam Injeksi :
Arixtra 1x2,5 mg Furosemide 2x40 mg Pumpicel 1x 40 mg Oral :
ASA 1x80 mg CPG 1x75 mg ISDN 3x75mg
4.1.3 Tabel 4.7 Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASAL
AH KLIEN 1
Data subjektif: Klien mengatakan sesak dan kaki kanan kiri oedema
Data objektif: a. Keadaan umum : lemas b. Klien tampak sesak c. Klien terpasang alat bantu
nafas O₂ 4 lpm
d. Penggunaan otot bantu nafas
e. Kesadaran: komposmentis GCS: 456
f. Terdapat oedem pada kaki dengan palpitasi pitting derajat 2 dengan kedalaman 3mm
g. TTV
S: 36, 5 °C N:93x/menit TD:140/90 mmHg RR:24x/menit h. Suara nafas wheezing i. Klien batu namun tidak
mengeluarkan sputum
Gagal si sistematis
↓ Vasokontrik si ginjal
↓ Eksresi Na⁺ menurun dan HO₂
dalam urin ↓ Cairan output menurun
volume plasma naik tekanan
hidrostatik meningkat
↓
Hipervolemi a (kelebihan volume cairan)
DATA ETIOLOGI MASA
LAH
KLIEN 2 Data subjektif: Klien mengatakan sesak, kaki kanan oedema dan lemas
Data objektif: a. Keadaan umum : lemas b. Klien tampak sesak c. Klien terpasang alat bantu
nafas O₂ 4 lpm
d. Penggunaan otot bantu nafas
e. Kesadaran: komposmentis GCS: 456
f. Terdapat oedem pada kaki, palpitasi pitting derajat 1 dengan kedalaman 2mm
g. TTV
S: 36°C N:90x/menit TD:150/90 mmHg RR:24x/menit h. Suara nafas wheezing i. Klien batuk namun tidak
mengeluarkan sputum
Gagal si sistematis
↓ Vasokontrik si ginjal
↓ Eksresi Na⁺ menurun dan H₂O
dalam urin ↓
Cairan output menurun
volume plasma naik tekanan
hidrostatik meningkat
↓ Hipervolemi a (kelebihan volume cairan)
Hiperv olemia
4.1.4 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan
Data Etiologi Masalah
keperawatan KLIEN 1
Data subjektif: Klien
mengatakan sesak dan
Cairan output menurun volume plasma
kaki kanan kiri bengkak
Data objektif: a. Keadaan umum : lemas b. Klien tampak sesak c. Klien terpasang alat
bantu nafas O₂ 4 lpm d. Penggunaan otot bantu
nafas e. Kesadaran:
komposmentis GCS: 456
f. Terdapat oedem pada kaki kanan kiri
g. TTV h. Suara nafas wheezing i. Klien batuk namun
tidak mengeluarkan Sputum
j. Palpitasi pitting derajat 2 dengan kedalaman 3 Data subjektif: Klien
mengatakan sesak dan lemas dan kaki bengkak
Data objektif: a. Keadaan umum : lemas b. Klien tampak sesak c. Klien terpasang alat
bantu nafas O2 4 lpm d. Penggunaan otot bantu
nafas e. Kesadaran:
komposmentis GCS: 456
f. Terdapat oedem pada kaki kanan
g. TTV h. Suara nafas wheezing i. Klien batuk namun
tidak mengeluarkan sputum
j. Dengan palpitasi pitting derajat 1 dengan kedalaman 3mm
Cairan output menurun volume plasma naik tekanan hidrostatik meningkat
4.1.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan
Diagno
Calsification) Klien 1 dilakukan peraatan selama 3x 24 jam, hipervolemia teratasi dengan kriteria hasil : 1. Terbebas dari edema,
efusi dan anasarka 2. Bunyi nafas bersih,
tidak ada lagi dipsnea atau oropnea
3. Terbebas dari kelelahan, kecemasan
NOC: Setelah dilakukan peraatan selama 3x 24 jam, hipervolemia teratasi dengan kriteria hasil : 1. Terbebas dari edema,
efusi dan anasarka 2. Bunyi nafas bersih,
tidak ada lagi dipsnea atau oropnea
3. Terbebas dari kelelahan, kecemasan
1. Pertahankan catatan intake dan output 2. Pasang kateter jika 5. Kolaborasi dengan
dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk
1. Pertahankan catatan intake dan output 2. Pasang kateter jika 5. Kolaborasi dengan
dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk
4.1.6 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan
. hubungan saling percaya pada pasien dan keluarga untuk menjalin kerja sama yang baik dan menggunakan
komunikasi terapeutik 2. Mempertahankan
catatan intake dan output, intake: infus 21 tpm, makan 150 ml, Total intake output 71. 3. Memonitor
tensi,nadi,respirasiTD: 140/90 mmHg, N: 93x/menit, RR: 24x/menit
4. Memasang
kateterukuran 18 dengan balon 30cc, terpasang tanggal 31 maret 2018 pukul 05 5. Memonitor hasil
hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,22, Hematokrit:37,57, BUN: 6
6. Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk Dengan pemberian injeksi arixtra 2,5mg, furosemide 40mg, pumpicel
40mg.pemberian obat oral ASA 1x80 mg, CPG 1x75 mg, ISDN 3x75mg.
.
3. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,22, Hematokrit:37,57, BUN: 6
4. Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburukDengan pemberian injeksi arixtra 2,5mg, furosemide 40mg, pumpicel 40mg. pemberian obat oral ASA 1x80 mg, CPG 1x75 mg, ISDN 3x75mg.
1. Mempertahankan catatan intake dan output, intake: infus 21 tpm, makan 150 ml,
2. Memonitor
tensi,nadi,respirasiTD: 130/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit
3. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,22, Hematokrit:37,57, BUN: 6
9.0 0
9.3 0
0.0 0
Klien 2 Tn. I
o
T anggal
Diagn osa
keperawata n
am
Tindakan
ara f
.
1 April 2018
Hiper volemia berhubunga n dengan urin
Caira n output menurun volume plasma naik tekanan
8.0 0
1. Melakukan bina hubungan saling percaya pada pasien dan keluarga untuk menjalin kerja sama yang baik dan menggunakan
komunikasi terapeutik 2. Mempertahankan
.
3. Memonitor
tensi,nadi,respirasiTD: balon 30cc, terpasang tanggal 1 April 2018 pukul 22.00
5. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,45, Hematokrit:39,12, BUN: 12
6. Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburukDengan pemberian injeksi arixtra 2,5 mg,
1. Mempertahankan catatan intake dan output, intake: infus 21 tpm, makan 150 ml,
2. Memonitor
tensi,nadi,respirasi TD: 130/80 mmHg, N: 90x/menit, RR: 22x/menit
. meningkat
4.3
4. Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk Dengan pemberian injeksi arixtra 2,5 mg,
1. Mempertahankan catatan intake dan output, intake: infus 21 tpm, makan 150 ml,
2. Memonitor
tensi,nadi,respirasiTD: 135/90 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit
3. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan BUN. Dengan hasil HB: 12,45, Hematokrit:39,12, BUN: 12
0.1 5
4.1.7 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.11 evaluasi keperawatan Eva
b. Klien tampak sesak
d. Penggunaan otot bantu nafas
e. Kesadaran: komposmenti s GCS: 456
f. Terdapat oedem pada mengatakan sesak berkurang dan kaki kanan kiri
terpasang alat bantu nafas O2 4 lpm
d. Kesadaran: komposmentis GCS: 456
e. Terdapat oedem pada kaki berkurang
f. TTV mengatakan sesak berkurang dan kaki kanan kiri berkurang
c. Klien
terpasang alat bantu nafas O2 4 lpm
d. Kesadaran: komposmentis GCS: 456
e. Terdapat oedem pada kaki berkurang
h. Suara nafas Intervensi 1. Pertahankan
catatan retensi cairan BUN, Hmt pitting derajat
1 dengan Intervensi 1. Pertahankan
catatan intake dan output 2. Monitor hasil
Hb yang
sesuai dengan retensi cairan BUN, Hmt 3. Monitor BP,
HR, RR 4. Kolaborasi
dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk
2. Terapi: pitting derajat
1 dengan pasien pindah pulang
P: Intervensi dihentikan pasien pulang 1. Memberikan
mide 1x 40
Tabel 4.12 evaluasi keperawatan Eva sesak, lemas dan
kaki kanan
kanan berkurang a. Keadaan
terpasang alat bantu nafas kaki berkurang f. TTV kanan berkurang
a. Keadaan
RR:24x/ 1. Pertahankan
catatan retensi cairan BUN, Hmt berkurang h. HB: 12,45,
Hematokrit:39 ,12, BUN: 12 i. Palpitasi
pitting derajat
1 dengan
Intervensi 1. Pertahankan
catatan intake dan output 2. Pasang kateter
jika perlu 3. Monitor hasil
Hb yang
sesuai dengan retensi cairan BUN, Hmt 4. Monitor BP,
HR, RR 5. Kolaborasi
dengan dokter bila tanda cairan belebih dan memburuk
2.
pitting derajat
1 dengan nsi dihentikan pasien pulang 1. Memberikan
1x2,5 mg Furose mide 1x 40 mg
Pumpis el 1x 40 mg Oral : ASA 1x80 mg
CPG 1x75 mg
ISDN 3x75 mg
4.2PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada Tn.H dan Tn. I di ruang
CVCU(Cardio Vascular Care Unit) pada kasus Gagal Jantung Kongestif
dengan masalah Hipervolemia di dapatkan pengkajian pada:
4.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Klien, Tn. H mengatakan pada 31 Maret 2018 merasa sesak,
dan kaki bengak
b. Klien Tn. I mengatakan pada tanggal 1 April badan lemas,
sesak dan terdapat pembengkakan pada kaki.
2. Data Objektif
Data objektif dari pengkajian kedua klien mengalami
hipervolemia sehingga mengaibatkan oedema pada kedua kaki,
dengan klien 2. Klien 1 dan klien 2 sama-sama membatasi jumlah
cairan dan sangat komprehensif untuk proses penyembuhan.
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks,
dimana didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah keseluruhan jaringan tubuh yang adekuat,
mengakibatkan gangguan struktural dan fungsional dari jantung.
Pasien dengan gagal jantung memiliki tanda dan gejala, sesak
nafas yang spesifik pada saat istirahat atau saat melakukan
aktifitas, rasa lemah, tidak bertenaga, retensi air seperti kongestif
paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas dari struktur dan fungsi
jantung, (Fajrin, 2016). Pada pasien gagal jantung terjadi
peningkatan tekanan pada pulmo akibat dari gagal jantung kiri
yang berlangsung lama, sehingga akan menjadi hipervolemiaatau
penumpukan cairan.
Berdasaran penelitian pada lien Tn.H dan Tn. I hipervolemia
menyebabkan Cairan output menurun volume plasma naik
tekanan hidrostatik meningkat. Mengakibatkan oedema pada kaki,
sesak saat istirahat ataupun saat melakukan aktifitas kondisi ini
menyebabkan klien mengalami hambatan saat bekerja.
Hipervolemia merupakan perluasan isotonic dari CES yang
disebabkan oleh retensi air dana natrium yang abnormal (Brunner
& Suddarth, 2002)
Intervensi keperawatan yang di lakukan pada studi kasus ini
mengarah Nursing Outcame Calssification (NOC) yang meliputi:
Elektrolit dan keseimbangan basa, Keseimbangan cairan, Hidrasi
(NIC) yang meliputi pengelolaan cairan yaitu Pertahankan
catatan intake dan output, memasang kateter , mencatat HB,BUN,
serta hematokrit dalam batas normal, mencatat tekanan darah,
nadi dan pernafasan pasien. Adapun untuk intervensi di sesuaikan
dengan kondisi obyektif masing – masing klien. Menurut
Nursalam (2008) rencana keperawatan dapat diartikan sebagai
suatu dokumentasi tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah,
tujuan dan intervensi keperawatan.
Menurut peneliti intervensi keperawatan yang di berikan pada
klien hipervolemia adalah sesuai dengan teori dan hasil penelitian
sehingga tidak di temukan kesenjangan antara hasil laporan kasus
dengan teori.
4.2.3 Implementasi Keperawatan
Implementasi yang di lakukan NIC pada Tn. H pengelolaan
cairan yaitu : Mempertahankan catatan intake dan output, intake:
infus 21 ml, makan 150 ml, minum 100 ml, injeksi 15 ml, total
intake 286 ml output urine 200 ml, keringat 15 ml, total output
215ml. Total intake output 71. Memonitor tensi,nadi,respirasi TD:
140/90 mmHg, N: 93x/menit, RR: 24x/menit Memasang
kateterukuran 18 dengan balon 30cc, terpasang tanggal 31 maret
BUN. Dengan hasil HB: 12,22, Hematokrit:37,57, BUN: 6
Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan
memburuk Dengan pemberian injeksi arixtra 2,5mg, furosemide
40mg, pumpicel 40mg.
Implementasi yang dilakukan NIC pada Tn. I pengelolaan
cairan yaitu: Mempertahankan catatan intake dan output, intake:
infus 21 ml, makan 150 ml, minum 100 ml, injeksi 10 ml, total
intake 281 ml output urine 250 ml, keringat 15 ml, total output
265ml. Total intake output 16ml. Memonitor tensi,nadi,respirasi
TD: 150/90 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit. Memasang
kateter ukuran 18 dengan balon 30cc, terpasang tanggal 1 April
2018 pukul 22.00. Memonitor hasil hemoglobin, hemtokrit dan
BUN. Dengan hasil HB: 12,45, Hematokrit:39,12, BUN: 12.
Mengkolaborasikan dengan dokter bila tanda cairan belebih dan
memburuk Dengan pemberian injeksi pumpicel 40 mg, lovenox 0,6
cc
Menurut muttain (2009) implementasi merupakan inisiatif dari
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada perintah keperawatan untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
Menurut peneliti implementasi keperawatan yang di berikan
pada klien hipervolemia adalah sesuai dengan intervensi yang
berisi kolaborasi dengan tim medis dalam perencanan pemberian
terapi tersebut untuk mengobati penyakit Gagal Jantung
Kongestif.
4.2.4 Evaluasi Keperawatan
Pada tanggal 1 April 2018 klien 1 mengatakan klien sesak, kaki
bengkak keadaan umum lemah, terdapat oedem pada kaki
kesadaran composmentis, GCS 456, TTV: S: 36, 5 °C N:93x/menit
TD:140/90 mmHg RR:24x/menit, terpasang nasal kanul 4 lpm,
Masalah belum teratasi, Intervensi dilanjutan.
Pada tanggal 2 April 2018 klien 1 mengatakan klien
mengatakan sesak dan bengkak pada kaki berkurang, keadaan
umum cukup, oedem pada kaki berkurang keadaran komposmentis,
GCS 456, TTV: S: 36 °C N:90x/menit TD:130/90 mmHg
RR:22x/menit, terpasang nasal kanul 4lpm, Masalah teratasi
sebagian, Intervensi dilanjutkan.
Pada tanggal 3 April 2018 klien 1 mengatakan sesak dan
bengkak pada kaki berkurang, oedema pada kaki sudah berkurang,
kesadaran composmentis, GCS 456, keadaan umum cukup, TTV:
S: 36,3 °C N:90x/menit TD:130/80 mmHg RR:22x/menit,
terpasang nasal kanul 4 lpm, Masalah teratasi sebagian, Intervensi