KONSEP PENERAPAN HAK CIPTA SEBAGAI TIRKAH
(STUDI KASUS HAK CIPTA BUKU KARYA
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Ani Muslikhah
NIM: 21412006
JURUSAN HU
KUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ani Muslikhah
NIM : 214 12 006
Jurusan/Fakultas : Hukum Ekonomi Syariah/ Syariah
Judul : Konsep Penerapan Hak Cipta sebagaiTirkah (Studi kasus Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan (Plagiat) dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat pada skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah (Buku Pedoman IAIN Salatiga).
Salatiga, 14 Februari 2017 Yang Menyatakan
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Salatiga, 14Februari 2017 Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada :
Yth. Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga di Salatiga
هتاكربو للها ةمحرو نكيلع ملاسلا
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :
Nama : Ani Muslikhah NIM : 214-12-006
Judul : Konsep Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah (Studi kasus Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy)
dapat diajukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian untuk menjadikan periksa.
هتاكربو للها ةمحرو نكيلع ملاسلاو
Pembimbing
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARIAH
Jl. Nakula Sadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
KONSEP PENERAPAN HAK CIPTA SEBAGAI TIRKAH (STUDI KASUS HAK CIPTA BUKU KARYA HABIBURRAHMAN
EL-SHIRAZY)
DISUSUN OLEH ANI MUSLIKHAH
214 -12 – 006
MOTTO
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha
yang disertai do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang
PERSEMBAHAN
Bapak dan ibukuku tercinta, Bapak Mu’thi dan Ibu Siti Zumarah yang tak pernah henti selalu memberikan semangat, kasih, sayang, yang selalu berjuang untuk anak-anaknya dan selalu melakukan yang terbaik buat anak-anaknya
Suamiku tercinta Mas Alawy yang tak pernah henti meberi semangat dan selalu menemani dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
Anakku tersayang, Dek Fuad yang selalu menemani dan memberi semangat serta selalu membuat tersenyum
Keluarga besar H. Muh Tahsis yang telah menjadi keluaga saya, memberikan ilmunya, perhatian, petuah, dan kasih sayang.
Kakakku mbak Nur yang mendorong dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
Dosen-dosen dan seluruh tenaga pengajar Fakultas Syari’ah, khususnya Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
ABSTRAK
Muslikhah, Ani. 2017. KonsepPenerapan Hak Cipta sebagai Tirkah (Studi Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy). Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Yusuf Khummaini S. Hi. M.H.
Kata Kunci: Penerapan, Hak Cipta, Tirkah.
Manusia mempunyai hak dan kewajiban yang harus dijalankkan didalam hukum Islam mengakui bahwa hak milik pribadi menjadi dasar bangunan ekonomi. Hal tersebut akan terwujud apabila ia berjalan pada porosnya dan tidak keluar dari batasan Allah, diantaranya adalah memperoleh harta dengan jalan yang halal yang disyari‟atkan dan mengembangkannya dengan jalan yang halal yang disyariatkan pula.Karena itulah hak tersebut wajib dilindungi, salah satu hak yang wajib dilindungi yaitu hak cipta, yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.
Berdasarkan permasalahan diatas penelitian ini mengacu pada pokok permasalahan, yaitu bagaimana konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah atas hak cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy, bagaimana konsep pengelolaanhak cipta sebagai tirkah atas hak cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy dan bagaimana sikap dari calon ahli waris hak cipta terhadap penerapan hak cipta sebagai tirkah atas buku karya Habiburrahman El Shirazy.
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif yang bersifat membangun, mengembangkan, dan menemukan teori- teori sosial. Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis, dengan cara meneliti bahan- bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan.
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.
Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat, dan teman-teman, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan dihari pembalasan nanti.
Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari‟ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul : “Konsep Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah (Studi kasus Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy)”. Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena inilah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah di IAIN Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, SH.,M.H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di IAIN Salatiga yang selalu member arahan, pemahaman, dan selalu membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Luthfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga
5. Bapak Yusuf Khummaini, S.HI., M.H, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan pemahaman, memberikan saran, arahan, dan masukan mengenai skripsi penulis sehingga dapat terselesaikan dengan maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan.
6. Bapak Habiburrahman El Shirazy dan ibu Muyasaratun Saidah yang sudah banyak membantu dan berperan penting dalam penelitian penulis. 7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf Administrasi
8. Ayah dan Ibu selaku orang tua yang sangat penulis cintai dan tidak adaduanya, usaha, doa dan pengorbanan serta restu yang tiada habisnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tanggung jawab ini sampai tahap akhir menyelesaikan tugas skripsi ini.
9. Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2012 di IAIN Salatiga yang telah memberikan warna dan cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang sepantasnya dan yang lebih dari apa yang telah mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi inimasih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan agar mudah dibaca dan dipahami.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
DAFTAR ISI
COVER ... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Tinjauan Pustaka ... 7
G. Metode Penelitian ... 11
H. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hak Cipta dalam Undang-Undang dan Hukum Islam ... 17
B. Hukum Kewarisan Islam ... 41
C. Tirkah (harta Warisan) ... 52
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Biografi Habiburrahman El Shirazy ... 63
B. Karya-karya dan Prestasi Habiburrahman El Shirazy ... 68
C. Pemegang Hak Cipta ... 72
D. Pengalihan Hak Cipta ... 74
E. Landasan Pengalihan Hak Cipta sebagai Tirkah ... 77
BAB IV ANALISIS A. Analisis Konsep Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah atas Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy ... 79
B. Analisis Konsep Pengelolaan Hak Cipta sebagai Tirkah atas Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy ... 82
C. Analisis Sikap dari Calon Ahli Waris Hak Cipta terhadap Penerapan Hak Cipta sebagai Tirkah atas Hak Cipta Buku Karya Habiburrahman El Shirazy ... 86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 90
B. Saran-saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Penunjukkan Pembimbing Skripsi
2. Wawancara dengan Bapak Habiburrahman El Shirazy 3. Wawancara dengan Ibu Muyasaratun Sa‟idah
4. Daftar Nilai SKK
5. Lembar Konsultasi Skripsi
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Islam atau syari‟at Islam mengatur seluruh segi kehidupan di dunia, baik untuk mewujudkan kehidupan di atas dunia
ini, maupun untuk mencari kebahagiaan di akhirat kelak. Sebagian yang lain justru mengandung sanksi yang dirasakan di dunia ini
layaknya sanksi pada umumnya. Namun, ada pula sanksi yang tidak dirasakan di dunia tapi akan ditimpakan di akhirat kelak dalam bentuk dosa dan balasan atas dosa tersebut.
Segi kehidupan manusia yang diatur Allah tersebut dapat dikelompokkan kepada dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Allah sebagai
penciptanya. Aturan tentang hal ini disebut hukum ibadat. Tujuannya untuk menjaga hubungan antara Allah dengan hamba-Nya yang
disebut juga hablun min Allah. Kedua adalah berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya. Aturan tentang hal ini disebut hukum muamalat. Tujuannya untuk menjaga hubungan
antara manusia dengan alamnya atau yang disebut hablun min alnas. Kedua hubungan itu harus tetap terjaga agar manusia terlepas dari
Manusia mempunyai hak dan kewajiban yang harus dijalankkan didalam hukum Islam mengakui bahwa hak milik pribadi menjadi dasar bangunan ekonomi. Hal tersebut akan
terwujud apabila ia berjalan pada porosnya dan tidak keluar dari batasan Allah, diantaranya adalah memperoleh harta dengan jalan yang halal yang disyari‟atkan dan mengembangkannya dengan
jalan yang halal yang disyariatkan pula.Karena itulah hak tersebut wajib dilindungi, salah satu hak yang wajib dilindungi yaitu hak
cipta, yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.
Hak Cipta adalah hak khusus yang diberikan negara
kepada pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan
dilahirkan tanpamengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Karya-karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra pada
dasarnya adalah karya intelektualitas manusia yang dilahirkan sebagaiperwujudan kualitas rasa, karsa, dan ciptanya. Karya-karya
seperti itu padaakhirnya selain memiliki arti sebagai karya yang secara fisik hadir di tengah-tengahmanusia, juga hadir sebagai sarana pemenuhan batiniyahsetiap orang (Simatupang, 1996: 86). Dengan
danmartabat manusia yang melahirkannya dan kehidupan manusia padaumumnya.
Hak cipta pada dasarnya merupakan salah satu bagian daripada
HakMilik Intelektual (HMI) atau Hak Asasi Kekayaan Intelektual (HAKI), karenadi dalam aspek hukum dalam bisnis, yang perlu
mendapat perhatian adalahapa yang dinamakan dengan Hak Milik Intelektual(HMI) ini berkaitan eratdengan aspek hukum lainnya
seperti aspek teknologi maupun aspek ekonomi (UU No 19 tahun
2002).Hak cipta terdiri dari hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights) dimana hak ekonomi merupakan kewenangan
untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari suatu ciptaannya. Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapuskan tanpa alasan yang tepat. Hak cipta juga merupakan hak absolut yang mempunyai sifatkebendaan, dan obyeknya adalah benda, seperti hak milik, hipotik,
dansebagainya. Hak cipta itu sendiri sifatnya materiil, sehingga hasil penciptaan itu bentuknya khas, yang dapatdibedakan dengan ciptaan
orang lain walaupun obyek yang diciptakan sama,dan tidak boleh disita oleh siapa pun.
Sekarang ini, hukum waris yang berlaku di Indonesia masih
beraneka ragam, yaitu; Hukum Waris Islam, Hukum Waris Adat, dan Hukum Waris meurut KUH Perdata. Ketiga hukum itu masih berlaku
Pada saat ini di Indonesia belum ada hukum waris nasional yang termodifikasi sebagai Hukum Waris dalam BW.
Warisan atau harta peninggalan menurut Hukum Islam, yaitu
kekayaan yang berupa keseluruhan aktifa dan pasifa yang ditinggalkan pewaris dan berpindah kepada ahli waris. Keseluruhan kekayaan yang
berupa kekayaan yang berupa aktiva dan pasivayang menjadi milik bersama ahli waris disebut Boedel (Sjarif,2005: 11). Harta warisan juga biasa disebut hartapeninggalan (tarikah/tirkah) yang oleh syara‟
didefinisikan sebagai segalasesuatu yang ditinggalkan seseorang setelah ia meninggal, baik harta bergerakyang kesemuanya itu harus
diberikan kepada yang berhak.
Permasalahan yang timbul sekarang ini adalah munculnya
suatufenomena di masyarakat saat ini bagaimana jika hak cipta ini dijadikansebagai harta warisan yang antara pewaris dan ahli warisnya saling mewarisisatu sama lain. Kalau menurut Pasal 16
Undang-Undang Hak Cipta No. 28Tahun 2014, mungkin sudah jelas bahwa hak cipta itu dianggap sebagai bendabergerak yang bisa beralih atau
dialihkan untuk sebagian atau seluruhnya,dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik negara dan diperjanjikan, dan pengelolaan serta penerapan waris yang berupa hak cipta.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah atas hak
cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimana konsep pengelolaanhak cipta sebagai tirkah atas hak
cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy?
3. Bagaimana sikap dari calon ahli waris hak cipta terhadap penerapan hak cipta sebagai tirkah atas buku karya
Habiburrahman El Shirazy?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ini diharapkan penulis mampu mengkaji dan
memberi jawaban secara jelas dari permasalahan diatas, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah atas hak cipta buku karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Untuk mengetahui bagaimanakonsep pengelolaan hak cipta sebagai tirkah atas hak cipta buku karya Habiburrahman El
Shirazy.
3. Untuk mengetahui bagaimana sikap dari calon ahli waris hak cipta terhadap penerapan hak cipta sebagai tirkah atas buku karya
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini tidak hanya berguna untuk pribadi tetapi juga berguna untuk orang lain.
Kegunaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Kegunaan akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pula bagi seluruh mahasiswa sebagai bahan informasi dan bahan penelitian terhadap penerapanhak ciptasebagai tirkah.
2. Secara praktis a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah pengalaman penelitian dalam penelitian terkait dengan
penerapanhak ciptasebagai tirkah. b. Bagi masyarakat
hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang konsep penerapan hak cipta sebagai tirkah. c. Bagi lembaga
E. Penegasan Istilah
Agar terdapat kejelasan mengenai judul penelitian di atas, maka penulis perlu menjelaskan makna kata perkata sebagai berikut:
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan, perihal mempraktekan (KBBI, 2007: 674). Penerapan adalah suatu perbuatan
mempraktekan suatu teori atau metode untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk kepentingan yang diinginkan.
Hak cipta adalah Hak Intelektual Property berupa prestasi
berfikir dan berkreasi seseoarang atau kelompok,bersifat asli dan mendahului produk deriviasi(peniruan) orang lain. Dalam
Undang-undang Hak Cipta (UUHC) pasal 1 ayat 1 hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (UUHC No 19 Tahun 2002).
Tirkahadalah harta warisan, ialah harta peninggalan pewaris
yang telah siap dibagi kepada para ahli warisnya yang terdiri dari harta
asal sitambah bagian dari harta bersama pewaris dengan pasangan, dan telah dikeluarkan utang-utang pewaris, serta wasiat bila ada,dan biaya mayat sejak sakit sampai dimakamkan(Anshary,2005: 12). Hak cipta
terdiri dari hak ekonomi dan hak moral, dimana hak ekonomi merupakan hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Jadi hak cipta
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini dimaksudkan menjadi acuan dan perbandingan. Adapun penelitian terkait yang membahas tentang
konsep pewarisan dalam hak ciptaantara lain:
Pertama, Skripsi Suluh Hening Ariyadi (IAIN Walisongo Semarang) 2008, dengan judul “Kedudukan Hak Cipta dalam Hukum Waris (Studi Analisi Keputusan Muktamar Nahdlotul Ulama ke-28 di Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak Yogyakarta pada tanggal 15-18 November 1989)”. Dalam skripsi ini dapat disimpulkan menurut keputusan Muktamar Nahdlotul Ulama ke-28 di
pondok pesantren Al-Munawir Kapryak Yogyakarta bahwa kedudukan hak cipta dalam hukum waris adalah termasuk tirkah
sekalipun harta almarhum yang lain sudah lama dibagi, adapun kaitanya sebagai zakat adalah seperti hanya mal (harta) biasa. Dan dalam hukum Islam tirkah adalah apa saja yang ditinggalkan oleh
pewaris baik berupa harta benda maupun hak. Dengan demikian hak cipta termasuk harta peninggalan yang dapat di wariskan. Dalam
pengambilan keputusan muktamar tentang kedudukan Hak cipta dalam hukum waris menggunakan metode mażhab fil aqwal (dalam pendapat hukum) dari mażhab Syafi'i. Hal ini dikarenakan kitab-kitab yang
dijadikan referensi dalam keputusan bahtsul masa‟il menggunakan kitab-kitab Syafi'i mulai dari yang terkecil Safinat al-Sholah karya
yang digunakan dalam pengambilan keputusan di Lajnah Bahtsul Masail (LBM) sudah sesuai dengan metode diterapkan dalam hukum Islam.
Kedua, dalam skripsi Ahmad Syahdu Adzkar Arifin(IAIN Walisongo Semarang) 2014, dengan judul “Analisis Hukum Islam
tentang HaKI sebagai Harta Bersama dan Harta Waris”. Dalam
skripsi ini di simpulkan bahwa berdasarkan UU No. 1 tahun 1974 dan KHI HaKI sah dan boleh untuk dijadikan harta waris, karena hak
tersebut memiliki nilai ekonomis yang ketika dimiliki seseorang akan menjadikan si pemilik mendapat konsepsi property. HaKI bisa
dijadikan harta bersama seperti halnya bisa dijadikan harta waris karena sebagai harta berupa hak. Dimana menurut pasal91 Komplikasi
Hukum Islam, harta berupa hak bisa dijadikan sebagai harta bersama. Sedangkan untuk metode pembagian HaKI sebagai harta bersama-sama seperti bagaimana pembagian materilal dalam harta berbersama-sama,
yaitu dengan mendata seluruh harta yang diperoleh dan masih dimiliki ketika dalam masa perkawinan, kemudian harta tersebut dibagi
menjadi dua.
Ketiga, dalam artikel Eddhie Paptono, SH.MH. dan Noor Hidayah Hanum dengan judul “Aspek Yuridis Kedudukan Hukum Ahli
Waris Dalam Pewarisan Hak Cipta”. Dalam artikel ini disimpulkan
seluruhnya maupun sebagian dapat melalui pewarisan, hibah, dan perjanjian atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Kedudukan ahli waris dalam pewarisan diatur
dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPdt) dan Undang- Undang Hak Cipta (UUHC) Nomor. 19 Tahun 2002 (Pasal 2,
Pasal 3 ayat 1 dan 2, Pasal 4 ayat 1 dan 2). Pengaturan pewarisan hak cipta diatur sesuai dengan hukum waris berdasarkan BW (KUHPdt) yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaanseseorang setelah
meninggal dunia dengan cara-cara perpindahannya harta kekayaan itu kepada orang lain.
Keempat, dalam skripsi Irwan Dwi Harjo Pasca Dinanta Purba (Universitas Sumatra Utara ) 2007, dengan judul “Perbandingan Pengalihan Hak Cipta kepada Ahli Waris secara Pewarisan menurut KUH Perdata dan menurut Undang-Undang Hak Cipta”. Dalam skripsi disimpulkan bahwa hak cipta yang menjadi objek
warisan adalah semua hak cipta merupaka objek warisan, karena sesungguhnya hak cipta merupakan hak kebendaan dan sebagai Hak
Kekayaan Immaterial, sehingga dapat diwariskan oleh setiap ahli waris yang berhak atas hak ciptaan tersebut. Pembagian hak cipta dalam waris dilakukan sesuai dengan garis keturunan ke atas maupun ke
pembagiannya sesuai diatur dengan ketentuan KUH Perdata. Kedudukan hak cipta selanjutnya setelah pembagian warisan adalah bahwa kedudukan hak cipta tersebut masih tetap diakui dan dilindungi
oleh UUHC dan tetap mengacu pada ketentuan undang-undang tersebut. Karena sesungguhnya hak cipta yang dimiliki oleh pencipta
yang telah meninggal dunia harus tetap dilestarikan dan dijaga ciptaannya.
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada
kedekatan judul dengan judul penelitian yang penulis lakukan.Namun penelitian penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah
diteliti oleh peneliti lainya.Letak perbedaanya ada pada titik tekan yang penulis fokuskan.Penulis menitik beratkan pada bagaimana penerapan dan pengelolaan waris dari harta peninggalan yang berupa
hak cipta.
G. Metode penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan
Yang bertujuan untuk mengetahui, penulis menggunakan pendekatan Jenis penelitian yang dipergunakan
masyarakat, yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer yang ada di
lapangan. Sedangkan metode pendekatannya dengan yuridis empiris adalah penelitian yang berusaha menghubungkan
antara norma hukum yang berlaku dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Penelitian berupa studi yuridis normatif, yaitu berusaha menemukan proses bekerjanya hukum (Soekanto,
1984: 52).
Penggunakan pendekatan ini dimaksudkan untuk
memahami bagaimana penerapan hak cipta sebagai harta peninggalan.
b. Jenis Penelitian
jenis penelitian ini yang gunakan nanti adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode
yang digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2011: 6).
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui atau
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengumpul data dilapangan denagn menggunakan wawancara, observasi,
dokumentasi serta alat-alat bantu lain yang mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
3. Sumber Data
Penulis menggunakan sumber data penelitian berupa : a. Sumber Data Primer
Adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.
1) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian nanti yang menjadi informan adalah penulis buku dan novelis Habiburrahman El Shirazy.
2) Dokumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu dokumen-dokumen berhubungan dengan,Habiburrahman El Shirazy yang diantaranya karya-karyanya yang sudah berhak cipta
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang
sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal atau hasil penelitian sebelumnya
yang meneliti hal serupa.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini akan menggunakan 3 metode pengumpulan data : a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan datadengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994: 139).
b. Interview
Interview yaitu cara memperoleh keteranagan atau data
dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan Habiburrahman El Shirazy dan calon ahli warisnya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Dengan
metode ini penulis akan mencari dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini.
5. Analisis Data
Dalam mengalisis data, penulis menggunakan pendekatan kualitatif terhadap data primer dan sekunder.Selanjutnya diuraikan
pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum (Sudjana, 1998: 7).
6. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian tang akan peneliti teliti nanti melalui
berbagai tahap yaitu :
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu menentukan topik penelitian, mencari informasi mengenai konsep tirkah, konsep hak
cipta, pembuatan proposal penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum
melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu penulis terjun langsung
kelapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan dan melakukan observasi.
c. Tahap analisis data, apabila semua data telah terkumpul dan
dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga
bisa memberi arti pada objek yang akan diteliti.
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan dianalisis serta dikonsultasikan kepada
pembimbing maka yang akan dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil
penelitian kajian pustaka, secara garis besar sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar
pembahasan isi pokok penelitian yang terdirir atas: Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan
penelitian.
BAB II Kajian pustaka, meliputi pengertian hak cipta menurut
undang-undang dan hukum islam dan pengertiantirkah.
BAB III Paparan data dan hasil penelitian meliputi: biografi
Habiburrahman El Shirazy, paparan umum mengenaipengalihan hak cipta dan hak cipta sebagai harta warisan.
BAB IV Pembahasan yaitu analisis penerapan hak cipta
sebagai tirkah. Pada bab ini menguraikan tentang jawaban terhadap pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang penerpan dan
pengelolaan hak cipta sebagai harta warisan dan bagaimana sikap ahli waris tehadap pengelolan tersebut apakah sudah sesuai dengan hukum islam.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Hak Cipta dalam Undang-Undang dan Hukum Islam 1. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hak” berarti
suatu kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang
sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak (2007; 398).Sedangkan kata “cipta” atau “ciptaan” tertuju pada hasil karya manusia
dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan pengalaman (2007; 239). Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.
Secara yuridis, istilah hak cipta telah dipergunakan dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagai pengganti istilah
hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912. Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya
atau hasil olah gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan" atau hak
suatu ciptaan. Mengingat hak eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa berlaku
tertentu yang terbatas.
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Djaja, 2009: 5).
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta, berbunyi: “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbulsecara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelahsuatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpamengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan”.
Dalam pasal ini yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukan bagi pemegangnya sehingga
tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa seizin pemegang. Dalam pengertian “mengumumkan atau
memperbanyak” termasuk kegiatan, mengadaptasi,
merekomendasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun (Djaja, 2009: 5).
Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
ketrampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi (pasal 1 ayat 2 UU Nomor 28 Tahun 2014). Ciptaan merupakan hasil setiap karya pencipta yang
menunjukan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan seni, atau sastra (Djaja, 2009: 6). Ciptaan juga bisa diartikan sesuatu
yang dihasilkan seseorang atau kelompok yang bersifat baru atau berbeda dengan yang lain, atau berbeda dengan hasil karya yang
sudah ada.
Hak cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights).Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan
manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait (Sutedi, 2009; 15).Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta,
yaitu hak ekslusif bagi pelaku yang memperbanyak atau menyiarkan petunjukannya bagi produsen rekaman suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau
rekaman bunyinya dan bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siaran (pasal 1 ayat 5UU
Hak moral adalah hak yang yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait dialihkan
(Sutedi, 2009: 15).Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang
khas, bersifat pribadi,dan menujukkan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas, ataupun keahlian sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.
Jadi, hak cipta merupakan sebuah hak untuk mengumumkan atau pun memperbanyak suatu ciptaan yang diciptakan seseorang
maupun kelompok yang bersifat baru dan berbeda dengan yang lain. Dan juga suatu hak untuk memanfaatkan hasil ciptaan
tersebut yang berupa hak ekonomi dari ciptaan yang berupa royalty.
2. Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Pasal 1 undang-undang hak cipta secara tegas menyatakan dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaan serta memberi
izin untuk itu harus memperhatikan pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembatasan yang di maksud sudah tentu bertujuan agar dalam
setiap menggunakan atau memfungsikan hak cipta harus dengan tujuannya.Hak cipta berfungsi untuk mendorong terciptanya hasil
Dalam setiap perbuatan hukum yang menimbulkan akibat hukum selalu diletakkan syarat-syarat tertentu. Menurut Vollmar, penggunaan wewenang tidak memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang sudah pasti tidak memperoleh perlindungan hukum (Saidin, 1997: 39)
Hak cipta tediri dari hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights).Dimana dengan kedua hak itu maka ciptaan dapat berfungsi untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan ada hak
yang melekat pada diri pencipta yang tidak dapat dihilangkanatau dihapus tanpa alasan apapun.
Menurut Ajib Rosidi “lebih darihak milik yang manapun
juga, suatu ciptaan menjalakan fungsi sosialnya melalui
penyebarannya dalam masyarakat, dan selama masyarakat memerlukannya, selama itu pula hak cipta menjalakan fungsi sosialnya” (Saidin,1997: 40).
Hak cipta mempunyai beberapa sifat yang melekat (Margono, 2010:14-15) yaitu:
a. Hak Cipta adalah hak eksklusif
Dari definisi hak cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif;
diartikan sebagai hak eksklusif karena hak cipta hanya diberikan kepada pencipta atau pemilik/ pemegang hak, dan
menggunakannya kecuali atas izin pencipta selaku pemilik hak, atau orang yang menerima hak dari pencipta tersebut (pemegang hak).Pemegang hak cipta yang bukan pencipta ini
hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif tersebut yaitu hanya berupa hak ekonominya saja.
b. Hak cipta berkaitan dengan kepentingan umum
Seperti yang telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang istimewa, tetapi ada pembatasan-pembatasan
tertentu yang bahwa hak cipta juga harus memperhatikan kepentingan masyarakat atau umum yang juga turut
memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum, hak cipta atas suatu ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan
umum dibatasi penggunaannya sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat(kepentingan umum).
Kepentingan-kepentingan umum tersebut antara lain: kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kegiatan penelitian dan
pengembangan.
Apabila negara memandang perlu, maka negara dapat mewajibkan pemegang hak cipta untuk menerjemahkan atau
c. Hak cipta dapat beralih maupun dialihkan
Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya, hak cipta juga dapat beralih maupun dialihkan, baik sebagian maupun
dalam keseluruhannya. Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu:
1) „transfer‟: merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak kepada pihak/ orang lain, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, dan
sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.
2) „assignment‟ : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada pihak lain berupa pemberian izin/ persetujuan
untuk pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi.
d. Hak cipta dapat dibagi atau diperinci (divisibility)
Berdasarkan praktik-praktik pelaksanaan hak cipta dan juga norma „Principle of Specification‟ dalam hak cipta, maka hak
cipta dibatasi oleh:
1) Waktu: misalnya lama produksi suatu barang sekian tahun, 2) Jumlah: misalnya jumlah produksi barang sekian unit
dalam satu tahun,
3) Geografis: contohnya sampul kaset bertuliskan “For Sale
3. Ciptaan yang di lindungi
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak
cipta telah memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan yang diberikan perlindungan oleh hak cipta sebagai berikut :
Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur; i. Peta;
k. Karya fotografi; l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat
dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi
tersebut merupakan karya yang asli; r. Permainan video; dan
s. Program Komputer.
Ciptaan sebagaimana dimaksud diatas dilindungi sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan
asli.
Perlindungan dimaksud termasuk perlindungan terhadap
ciptaan yang tidak atau belum dilakukan pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan penggandaan ciptaan tersebut.
sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 40Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 sebagai berikut (Djaja, 2009; 15-16):
1) Yang dimaksud dengan perwajahan karya tulis adalah karya cipta yang lazim dikenal dengan "typholographical
arrangement", yaitu aspek seni pada susunan dan bentuk
penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain format,
hiasan, komposisi warna dan susunan atau tata letak huruf indah yang secara keseluruhan menampilkan wujud yang khas.
2) Yang dimaksud dengan ciptaan lain yang sejenis adalah ciptaan-ciptaan yang belum disebutkan, tetapi dapat
disamakan dengan ciptaan-ciptaan seperti ceramah, kuliah, dan pidato.
3) Yang dimaksud dengan alat peraga adalah ciptaan yang
berbentuk dua atau tiga dimensi berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi, atau ilmu pengetahuan lainnya.
4) Lagu atau musik dalam undang-undang hak cipta diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya termasuk
5) Yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau music tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta.
6) Yang dimaksud dengan gambar antara lain meliputi : motif,
diagram, sketsa, logo, dan bentuk huruf indah, dan gambar tersebut dibuat bukan untuk tujuan desain industri. Yang
dimaksud kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (misalnya dari kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar. Seni terapan yang
berupa kerajinan tangan sejauh tujuan pembuatnya bukan untuk diproduksi secara masal merupakan suatu ciptaan.
7) Yang dimaksud arsitektur antara lain meliputi : seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket
bangunan.
8) Yang dimaksud dengan peta adalah suatu gambar dari unsur-unsur alam dan/atau buatan manusia yang berada diatas
ataupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
9) Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam undang-undang hak cipta sebagai bentuk ciptaan tersendiri karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena
10)Disamakan dengan pengertian seni batik adalah karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, ikat, dan
lain-lain yang dewasa ini terus dikembangkan.
11)Karya sinematografi yang merupakan media komunikasi
massa gambar gerak (moving image) antaralain meliputi : film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan sekenario, dan film kartun. Karya
sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik dan/atau media lain yang
memungkinkan untuk dipertunjukan di bioskop, dilayar lebar atau ditayangkan di televisi atau di media lainnya. Karya
serupa itu dibuat oleh perusahaan pembuat film, stasiun televise atau perorangan.
12)Yang dimaksud dengan bunga rampai meliputi : ciptaan
dalam bentuk buku yang berisi karya tulis pilihan, himpunan lagu-lagu pilihan yang direkam dalam satu kaset, cakram
optik atau media lain, serta komposisi berbagai karya tari pilihan. Yang dimaksud database adalah komplikasi data dalam bentuuk apapun yang dapat dibaca oleh mesin
(komputer) atau dalam bentuk lain, yang karena alasan pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi
misalnya dari bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama, drama menjadi sandiwara radio, dan novel
menjadi film.
Dalam Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Ciptadijelaskan bahwa tidak ada hak cipta atas:
a) hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata; b) setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan
atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan , dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan
c) alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah teknis atau yang bentuknya hanya
ditujukan untuk kebutuhan fungsional.
Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat terbuka lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato
kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan kitab suci atau simbol keagamaan.
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan sebagai ciptaan adalah: ciptaan diluar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan satra, ciptaan
sudah merupakan milik umum, ciptaan yang tidak sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang Hak Cipta.
4. Masa Berlaku Hak Cipta
Sebagaimana diketahui bahwa sejak ciptaan diwujudkan berakibat munculnya hak cipta terhadap ciptaan tersebut, ini
berarti sejak saat itu hak cipta mulai berlaku. Pencipta resmi memiliki hak untuk menerbitkan ciptaannya, menggandakan ciptaannya, mengumumkan ciptaannya, dan melarang pihak lain
untuk melipatgandakan dan/atau menggunakan secara komersial ciptaannya.
Semua sesuatu tentu ada awalnya dan ada akhirnya. Demikian juga dengan hak cipta tidak terlepas dari masa berlakunya atau ada batas waktunya. Masalah berlakunya hak cipta tidak sama
antara ciptaan yang satu dengan ciptaan yang lain. Hak cipta berlaku dalam jangka waktu terbatas, dan lamanya berbeda-beda
tiap negara. Sebagai suatu hak yang mempunyai fungsi sosial, maka hak cipta mempunyai masa berlaku tertentu. Hal ini untuk
menghindarkan adanya monopoli secara berlebihan dari si pencipta.
Di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
a. Masa Berlaku Hak Moral
Di dalam Pasal 57 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal:
1) Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya
untuk umum;
2) Menggunakan nama aliasnya atau samarannya; dan
3) Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan,
mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.
Hak moral pencipta berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan, yaitu dalam hal: mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam
masyarakat, dan mengubah judul dan anak judul ciptaan. b. Masa Berlaku Hak Ekonomi
Pasal 58 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa:
(1) Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
a) Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya; b) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya; c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan
dan ilmu pengetahuan;
d) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e) Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
h) Karya seni batik atau seni motif lain,
berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. (2) Dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih,
perlindungan hak cipta berlaku selama hidup penciptanya yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya.
(3) Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. Pasal 59 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menyatakan bahwa:
(1) Perlindungan hak cipta atas ciptaan: a) Karya fotografi;
b) Potret;
c) Karya sinematografi; d) Permainan video; e) Program Komputer; f) Perwajahan karya tulis;
g) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
h) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
i) Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer atau media lainnya;
j) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali tradisional (mencakup salah satu atau kombinasi bentuk ekspresi
a) Verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa maupunpuisi, dalam berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang dapat berupa karya sastra ataupun narasi
informatif
b) Musik, mencakup antara lain vokal, instrumental, atau
kombinasinya;
c) Gerak, mencakup antara lain tarian.
d) Teater, mencakup anatara lain pertunjukan wayang dan
sandiwara rakyat.
e) Seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga
dimensi yang terbuat dari berbagai macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu, keramik, kertas, tekstil,
dan lain-lain atau kombinasinya.
Hak atas ciptaannya ditetapkan dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 berlaku tanpa batas
waktu, artinya berlaku sepanjang zaman.
Meskipun hak ciptanya berlaku sepanjang zaman, namun karena hak cipta atas ciptaan tersebut merupakan milik bersama
(rescommunis), maka siapa pun dapat meniru atau memperbanyak ciptaan tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu dari negara
Sedangkan negara sebagai pemegang hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui berlaku selama 50 (lima puluh)
tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.
5. Pendataran Hak Cipta
Disebutkan dalam pasal 35 sampai pasal 40 Undang-Undang
Hak Cipta No 19 Tahun 2002 sebagai berikut: Pasal 35
(1) Direktorat Jenderal menyelenggarakan pendaftaran ciptaan dan dicatatdalam Daftar Umum Ciptaan.
(2) Daftar Umum Ciptaan tersebut dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenaibiaya.
(3) Setiap orang dapat memperoleh untuk dirinya sendiri suatu petikan dariDaftar Umum Ciptaan tersebut dengan dikenai biaya.
(4) Ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakmerupakan kewajiban untuk mendapatkan hak cipta.
Pasal 36
Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan tidak mengandung artisebagai pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari ciptaan yangdidaftar.
Pasal 37
(1) Pendaftaran ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan ataspermohonan yang diajukan oleh pencipta atau oleh pemegang hak ciptaatau kuasa.
(2) Permohonan diajukan kepada Direktorat Jenderal dengan surat rangkap 2(dua) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh ciptaan ataupenggantinya dengan dikenai biaya.
(3) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DirektoratJenderal akan memberikan keputusan paling lama 9 (sembilan) bulanterhitung sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap.
(5) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara untuk dapat diangkat danterdaftar sebagai konsultan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diaturlebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara permohonan ditetapkandengan Keputusan Presiden.
Pasal 38
Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas suatu ciptaan, permohonantersebut dilampiri salinan resmi akta atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut.
Pasal 39
a. Dalam Daftar Umum ciptaan dimuat, antara lain: b. Nama pencipta dan pemegang hak cipta
c. Tanggal penerimaan surat permohonan
d. Tanggal lengkapnya persyaratan menurut Pasal 37, dan e. Nomor pendaftaran ciptaan.
Pasal 40
(1) Pendaftaran ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat diterimanyapermohonan oleh Direktorat Jenderal dengan lengkap menurut Pasal 37,atau pada saat diterimanya permohonan dengan lengkap menurut Pasal 37dan Pasal 38 jika permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau satubadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38. (2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan dalam BeritaResmi Ciptaan oleh Direktorat Jenderal.
6. Hak Ekonomi dan Hak Moral
Hak cipta berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi (economic rights). Adanya
itu mempunyai nilai, karena ciptaan-ciptaan tersebut merupakan suatu bentuk kekayaan, walaupun bentuknya tidak berwujud.
Bagi manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang
memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut sebenarnya juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya
perlu dipahami, dan tidak sekedar menganggapnya semata-mata sebagai karya yang memberikan kepuasan batiniah, bersifat universal dan dapat dinikmati oleh siapapun, dimanapun dan
kapanpun juga, apalagi dengan sikap bahwa sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara cuma-cuma.
Hak ekonomi ini diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam
perindustrian atau perdagangan yang mendatangkan keuntungan (Muhammad, 2001: 19). Hak ekonomi tersebut adalah hak yang dimiliki oleh seseorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan
atas ciptaannya.Hak ekonomi pada setiap undang-undang selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang diliputnya, dan
ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, menyatakan bahwa pencipta atau pemegang hak cipta
memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan Ciptaan
c. Penerjemahan Ciptaan
d. Pengadaplasian, pengaransemenan, pentransformasian Ciptaan e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya
f. PertunjukanCiptaan g. Pengumuman Ciptaan
h. Komunikasi Ciptaan, dan i. Penyewaan Ciptaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 juga
menjelaskan pengertian dari jenis ciptaan yang dilindungi sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal
40Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 sebagai berikut:
1) Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya
Dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fonogram atau
lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara. Penggandaansama dengan perbanyakan, yaitu
menambah jumlah sesuatu ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut, dengan menggunakan bahan yang sama, maupun tidak sama;
perbanyakan ini biasa dilakukan dengan peralatan tradisional maupun modern.
2) Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian
ciptaan
Adaptasi adalah mengalihwujudkan suatu ciptaan menjadi
bentuk lain, sebagai contoh dari buku menjadi film. Karya lain dari hasil transformasi adalah merubah format ciptaan
menjadi format bentuk lain, sebagai contoh musik pop menjadi musik dangdut.
3) Pendistribusian ciptaan atau salinannya
Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pendistribusian adalah penjualan, pengedaran dan/atau penyebaran ciptaan
dan/atau produk hak terkait.Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya dengan maksud agar ciptaan tersebut
dikenal oleh masyarakat.Hak ekonomi untuk melakukan pendistribusian ciptaan ini tidak berlaku terhadap ciptaan atau
salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan kepemilikan ciptaan tersebut kepada siapapun.
4) Pertunjukan ciptaan
dramawan, maupun seniman lainnya yang karyanya dapat terungkap dalam bentuk pertunjukan. Pada Pasal 13 dikatakan bahwa pelaku pertunjukan adalah seorang atau beberapa
orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan suatu ciptaan.Setiap
orang atau pihak yang ingin menampilkan, atau mempertunjukkan suatu karya cipta harus meminta izin dari si pemilik hak untuk mempertunjukan (performings rights)
tersebut.
5) Pengumuman ciptaan
Pengumuman sendiri berdasarkan pasal 1 angka 11 adalah pembacaan, penyiaran, pameransuatu ciptaan dengan
menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
6) Komunikasi ciptaan, dan
Pasal 1 angka 16 menyatakan bahwa komunikasi adalah pentranmisian suatu ciptaan, pertunjukan, atau fonogram melalui kabel atau media lainnya selain penyiaran sehingga
ciptaan, pertunjukan, atau fonogram agar dapat diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya.
7) Penyewaan ciptaan
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta
melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan materi dari perbanyakan
ciptaan tersebut.
Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk memproduksi, memperbanyak dan menjual hasil copy-an ciptaan
adalah bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin saja melainkan pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari perbuatan tersebut. Hal ini memang wajar, pencipta/pemegang hak cipta ikut serta mendapat bagian keuntungan, karena pihak yang diberi izin mendapatkan
keuntungan dari penerimaan izin tersebut.
Sejalan dengan itu Muhammad (2001: 46) mengatakan,
bahwa hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan sendiri hak kekayaan intelektual atau karena penggunaan pihak lain berdasarkan lisensi.
keuntungan yang diperoleh penerima lisensi dengan pemberi lisensi.
Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dipisahkan dari
masalah moral karena di dalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang jangka waktu perlindungan hak cipta masih ada.
Masalah moral muncul disebabkan pada dasarnya setiap orang mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai karya
cipta orang lain. Dengan kata lain, hak moral merupakan penghargaan moral yang diberikan masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu ciptaan atau karya
tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian
kekuasaan atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu dan orang lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun mengubah karya cipta seseorang menjadi atas
namanya. Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi pencipta.
Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Apabila hak cipta dapat dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral tidak dapat dipisahkan dari pencipta dan penemu karena bersifat pribadi atau
pencipta atau penemu. Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia.
Sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014, hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk:
a) Tetap mencantumkan atau tidak tidak mencantumkan namanya pada salinanan sehubungan dengan pemakaian ciptaanya untuk umum.
b) Menggunakan nama aliasnya atau nama samarannya. c) Mengubah ciptannya sesuai dengan kepatutan dalam
masyarakat.
d) Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan
e) Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya (distorsi
ciptaan adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan adalah proses atau
tindakan menghilangkan sebagian ciptaan. Modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan).
Hak moral tidak dapat dialihkan dengan alasan apapun
selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan
meninggal dunia (Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta).
Apabila terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral setelah
pencipta meninggal dunia, maka penerima pengalihan pelaksanaan hak moral tersebut dapat memilih apakah menerima
atau menolak pengalihan pelaksanaan hak moral tersebut.Penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak
tersebut dinyatakan secara tertulis.
B. Hukum Kewarisan Islam 1. Pengertiaan Waris
Dalam kehidupan setiap manusia, pada umumnya mengalami tiga peristiwa penting, yaitu: kelahiran,perkawinan,dan kematian, dimana peristiwa-peristiwa penting tersebut menimbulkan akibat
hukum. Peristiwa kelahiran seseorang menimbulkan akibat-akibat hukum, seperti timbulnya hubungan hukum antara anak kepada orang
tua dimana anak harus menghormati dan mematuhi apa yang disampaikan orang tua,saudara, dan dengan keluarga pada umumnya.
Peristiwa perkawinan menimbulkan akibat-akibat hukum yang
kemudian diatur dalam hukum perkawinan, misalnya menimbulkan hak dan kewajiban antara suami isteri. Peristiwa kematian juga
menimbulkan hukum kepada orang lain,terutama kepada keluarga, dan pihak-pihak tertentu yang mempunyai hubungan dengan dengan orang tersebut semasa hidupnya,dikala terjadi kematian terhadap seseorang
maka akan timbul persoalan yang berhubungan dengan warisan, hutang-piutang dari orang yang meninggal tersebut.
Para fuqaha mendefinisikan hukum kewarisan Islam sebagai suatu ilmu yang dengan dialah dapat kita ketahui orang yang menerima pusaka, orang yang menerima pusaka, serta kadar yang
diterima tiap-tiap ahli waris dan cara membaginya (Budiono, 1991: 1). Dalam pengertian ini menekankan segi orang yang mewarisi, orang
yang tidak menerima waris, besarnya waris yang diterima oleh ahi waris, dan cara pembagian harta warisan kepada ahi waris.
Menurut Subekti (2003: 95)mengatakan bahwa dalam hukum waris menurut KUHPerdata berlaku suatu asas: “apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya”. Hak- hak dan kewajiban
dimaksud, yang beralih kepada ahli waris adalah termasuk ruang
lingkup harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang.
Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan
harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal (tirkah) serta akibatnya bagi para ahli warisnya (Perangin, 2010: 3). Pada
hukum kekayaan/ harta benda saja yang dapat diwaris. Beberapa pengecualian, seperti hak seorang bapak untuk menyangkal sahnya seorang anak dan hak seorang anak untuk menuntut supaya dinyatakan
sebagai anak dari bapak atau ibunya (kedua hak itu termasuk dalam lapangan hukum kekeluargaan) dinyatakan oleh undang-undang
diwarisi oleh ahli warisnya.
Pasal 830 menyebutkan ,”Pewarisan hanya berlangsung karena
kematian”.
Jadi, harta peninggalan baru terbuka jika si pewaris telah meninggal dunia, dan saat ahli waris masih hidup ketika warisan
terbuka.Dalam hal ini, ada ketentuan khusus dalam Pasal 2 KUHPerdata, yaitu anak yang dalam kandungan seorang perempuan
dianggap sebagai telah dilahirkan bila kepentingan si anak menghendakinya. Apabila anak tersebut meninggal sewaktu dilahirkan, maka ia dianggap tidak pernah ada. Jadi, seorang anak
yang lahir disaat ayahnya telah meninggal, maka ia berhak mendapat warisan.
Menurut KUHPerdata sebab seseorang menerima warisan karena adanya hubungan nashab/kekerabatan dan karena perkawinan. :
derajat ke satu dan masing-masing mempunyai hak karena diri sendiri”.
Dalam KUHPerdata hukum waris merupakan bagian dari hukum harta kekayaan sehingga pengaturan hukum terdapat dalam
Buku II KUHPerdata yang mengatur tentang benda. 2. Dasar Hukum Waris
Hukum waris Islam merupakan satu dari sekian hukum Islam
yang terpenting, keutamaannya terletak pada kejelasan uraian di dalam Al-Qur‟an. Melalui hukum waris Islam akan lahir sebuah wacana baru
dan pengertian baru tentang Islam dan keadilannya.Di antara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang di tetapkan Allah adalah tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang timbul
sebagai akibat dari kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seseorang yang telah meninggal memerlukan pengaturan tentang siapa yang
Dasar hukum waris terdapat dalam beberapa sumber hukum peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan” .(An-Nisaa‟:7)
Menurut Zainuddin Ali (2008: 34) dalam surat An-Nisaa‟ ini mengandung beberapa garis hukum kewarisan Islam,
yaitu bagi laki-laki ada pembagian harta warisan dari harta
peninggalan ibu-bapaknya. Bagi keluarga dekat laki-laki ada pembagian harta warisan dari harta peninggalan keluarga
dekatnya, baik laki-laki maupun perempuan. Bagi anak perempuan ada pembagian harta warisan dari harta peninggalan ibu-bapaknya. Bagi keluarga dekat perempuan ada pembagian
harta warisan dari harta peninggalan keluarga dekatnya, baik laki-laki maupun perempuan. Ahli waris yang disebutkan diatas,
mendapat banyak dimana ketentuan pembagian harta warisan