• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAY) MITIGASI BANJIR DI EKS KARISIDENAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PAY) MITIGASI BANJIR DI EKS KARISIDENAN"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (

WILLINGNESS TO

PAY

) MITIGASI BANJIR DI EKS KARISIDENAN

SURAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: RUSMINAH

F0108113

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v MOTTO

De ng a n m e nye b ut na m a Alla h Ya ng Ma ha Pe m ura h la g i Ma ha

Pe nya ya ng

Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?

(QS Ar-Rahmaan )

*Pandai-Pandailah bersyukur jika mendapat nikmat dan sabarlah saat

tertimpa Musibah*

Rintangan tak dapat menghancurkanku. Setiap rintangan akan menyerah pada ketetapan hati yang kukuh

(Leonardo da Vinci)

Wahai wanita muliakan dirimu dengan kesabaran, kesetiaan, kejujuran,

keteguhan dan pemberani karena senyuman, cita-cita, harapan dan perananan

seorang wanita tak tergantikan.

(Penulis)

(6)

commit to user

vi PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini

untuk kepada:

1. Allah SWT

2. Bapak dan Ibuk

3. Kakak dan Adik

4. Almamater

Fakultas

Ekonomi UNS

5. Seseorang

yang

telah

tertulis di Lauh Mahfuzhku

(kitab

yang

terpelihara),

(7)

commit to user

vii

membersamai perjalananku

nanti

6. orang-orang terdekatku dan

di sampingku

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahn-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan, pertolongan, dan kasih sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) MITIGASI BANJIR DI EKS KARISIDENAN SURAKARTA.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(8)

commit to user

viii

selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghanturkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Evi Gravitiani, SE.M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis dengan penuh perhatian, kesabaran dan memberikan pengarahan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr.Suryanto, SE.,MSi yang telah mengikuti perkembangan penelitian dengan sabar dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Supriyono, M.Si., dan Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

6. Seluruh Camat dan Lurah wilayah penelitian atas ijin dan bantuannya selama ini.

(9)

commit to user

ix

8. Kakakku “Jono M&Nining” dan “Adikku Samsul Bukhori” atas kasih sayangnya, pengertian, cinta yang begitu besar dan tak hentinya memberi doa, nasehat, semangat, dan dukungan untuk menyelesaikan studi.

9. Keluarga Besar MEPA-UNS “khususnya kawan berpetualang dan kakak,teman,adik, yang sempat membersamaiku mengisi lembaran cerita dengan warna yang berbeda”. Saat jaya maupun underpressure bersama kalian, moment yang takkan hilang dari kenangan. Semangat selalu salam Semangat Bravo MEPA !!

10.“Putri-Putri IDAMAN”. Terimakasih atas dukungan, keceriaan dan kebersamaannya selama di Pondok Putri Idaman. See you keep in touch.*GYF2R2E2I2DAMT2NPBH*

11.Sahabat-sahabat seperjuanganku Ekonomi Pembangunan FE UNS 2008. 12.Teman-teman yang membantu proses pengumpulan data dan mendukung

kelancaranya. Harjono dwi, Cuwil, Ojul, Dunk, Aci, Mb Yani, Fajar, Pika. 13.Semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses pembuatan

hingga skripsi ini selesai.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta pihak-pihak yang berkepentingan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

(10)

commit to user

x

Penulis

Rusminah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TELAAH PUSTAKA A.Landasan Teori ... 9

(11)

commit to user

ep Masyarakat Tahan Bencana………. ... 19

5. ... Mitig

(12)

commit to user

E. Definisi Operasional Variabel ... 41

F. Tehnik Alat Analisis ... 43

1.Kondisi Umum Sungai Bengawan Solo ... 54

a. ... Kon disi Geografis ... 54

b. ... Luas Sungai Bengawan Solo ... 54

c. ... Kon disi Meteorologi Sungai Bengawan Solo ... 55

d. ... Kon disi Topografi Sungai Bengawan Solo ... 56

e. ... Kon disi Geologi Sungai Bengawan Solo ... 57

(13)

commit to user

4. Jumlah Anggota Keluarga ... 71

5. Persepsi Dampak Kerusakan ... 71

(14)

commit to user

xiv

a. Sejarah Banjir Sungai Bengawan Solo ... 78

b. Kejadian Banjir Sungai Bengawan Solo ... 80

c. Kerugian Akibat Banjir Bengawan Solo ... 82

d. Tindakan Mitigasi Masyarakat dan Pemerintah ... 83

3. ... Anali ahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi ... 97

4. ... Anali sis Kesediaan membayar (Willingness to pay) ... 101

5. ... Anali Tabel 1.1 Fakta Bencana Banjir di Sungai Bengawan Solo ... 5

Tabel 4.1 Luas Wilayah Masaran ... 58

Tabel 4.2 Luas genangan Banjir Masaran... 59

(15)

commit to user

xv

Tabel 4.4 Luas Genangan kec. Sidoharjo ... 60

Tabel 4.5 Luas Wilayah Kec. Kebakkramat ... 61

Tabel 4.6 Luas Wilayah Kec. Mojolaban ... 62

Tabel 4.7 Luas Wilayah Kec Tawangsari ... 63

Tabel 4.8 Luas Wilayah kec. Bayat ... 64

Tabel 4.9 Luas Wilayah Kec. Gantiwarno ... 65

Tabel 4.10 Luas Wilayah Kec. Cawas ... 66

Tabel 4.11 Luas Wilayah Kec Juwiring ... 67

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan ... 69

Tabel 4.14 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia ... 69

Tabel 4.15 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan... 70

Tabel 4.16 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga ... 71

Tabel 4.17 Karakteristik Responden Menurut Persepsi Dampak Kerusakan .. 72

Tabel 4.18 Karakteristik Responden Menurut Jarak... 73

Tabel 4.19 Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan ... 73

Tabel 4.20 Karakteristik Responden Menurut Intensitas Banjir ... 74

Tabel 4.12 Tingkat kerawanan Banjir Desa ... 77

Tabel 4.20 Tindakan Mitigasi Masyarakat ... 84

Tabel 4.21 Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square.. 92

Tabel 4.22 Hasil Uji t ... 94

Tabel 4.23 Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression ... 96

Tabel 4.24 Uji LM ARCH ... 96

(16)

commit to user

xvi

Tabel 4.26 Besarnya WTP penduduk untuk mitigasi banjir ... 102

Tabel 4.27 Penurunan Produksi Responden ... 104

Tabel 4.28 Luas Lahan Sawah Responden ... 105

Tabel 4.29 Tingkat Kerugian (Loss Production) ... 106

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo ... 2

(17)

commit to user

xvii

Gambar 4.1. Peta Tingkat Kerawanan Banjir ... 75 Gambar 4.2 Sejarah Banjir 4 Kabupaten Lokasi Studi ... 79

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

commit to user

xviii

(19)

commit to user

54

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat rentan dengan berbagai risiko. Pertanian selalu berhubungan dengan perubahan iklim, cuaca, ketergantungan lingkungan sekitar, dan menjadi salah satu bentuk aktivitas produksi manusia. Pertanian juga merupakan suatu bentuk investasi jangka panjang dari petani untuk mendapatkan keuntungan besar dari produk pertanian yang dihasilkan.

Faktor utama penentu keberhasilan dalam sektor pertanian adalah kondisi alam. Kondisi alam baru-baru ini semakin fluktuatif dan sulit diperkirakan, hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan pola curah hujan dan iklim yang ekstrim di beberapa wilayah. Curah hujan yang berlebih dapat mengakibatkan bencana banjir. Banjir merupakan tantangan alam yang sering dihadapi petani di musim penghujan. Daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan berpotensi terjadi bencana banjir adalah daerah-daerah di sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai), contohnya beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 5o40'-8o30' LS dan antara 108o30'-111o30' BT yang termasuk dalam kawasan DAS Bengawan Solo. Data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo menyebutkan bahwa

(20)

commit to user

2 dan 6o49’LS sampai 8o08’ LS. Panjang sungai utama mulai di Desa Wuryorejo, Kabupaten Wonogiri dan bermuara di Laut Jawa di Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik. Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai. Aliran Sungai Bengawan Solo dapat terlihat di Gambar 1.1 sebagai berikut:

Sumber: BBWS Surakarta

Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo

Bengawan Solo salah satu DAS yang sering terlanda banjir, curah hujan yang tinggi menyebabkan sungai tidak mampu menampung aliran permukaan (runoff), sehingga terjadi banjir luapan. Pada tahun 2004 terdapat 760.771,3 hektar lahan kritis di Jawa Tengah, Surakarta menempati urutan kedua di DAS Bengawan Solo (194.086,34 hektar) utamanya di wilayah Kabupaten Wonogiri (84.068,57 hektar). Wilayah rawan banjir Sungai Bengawan Solo di eks Karisidenan Surakarta adalah: Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Surakarta dan Sragen

Tjahyono (2007) menjelaskan bahwa penduduk kabupaten dan kota tersebut sangat bergantung pada air sungai Bengawan Solo untuk berbagai

(21)

commit to user

3 keperluan sehari-hari, antara lain: penyediaan air minum, penyediaan air untuk pertanian, kegiatan pertambangan pasir, transportasi dengan perahu, kegiatan industri rumah tangga (misal batu bata). Berbagai keperluan tersebut yang paling besar (91%) adalah untuk keperluan penyediaan air untuk pertanian.

Air di hulu Sungai Bengawan Solo ditampung oleh Bendungan Serba Guna Wonogiri yang dikenal dengan Waduk Gajah Mungkur. Waduk ini menampung aliran dari beberapa sungai disekitarnya yaitu : keduang, Tirtomoyo, Temon, Alang, Wuryantoro dan Sungai Bengawan Solo sendiri. Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi (Tim Ekspedisi; 2008:75) menjelaskan bahwa Waduk Gajah Mungkur yang di bangun tahun 1978 ini sebenarnya dirancang untuk penggunaan 100 tahun lagi, namun dengan kondisi saat ini diperkirakan usia pakai hanya tinggal 10-15 tahun lagi. Penyebab utamanya adalah tingkat sedimentasi yang berlebihan di waduk tersebut. Sedimentasi di Waduk Gajah Mungkur berasal dari erosi tanah permukaan lahan, erosi jurang, longsoran lereng, erosi tebing sungai dan erosi badan jalan. Tanaman keras yang berada di sekitar sungai yang berfungsi sebagai penahan erosi, penyerapan dan penyimpanan air, saat ini jumlahnya tidak memadai. Akibat sedimentasi secara terus menerus waduk semakin dangkal dan daya tampung airnya semakin berkurang. Berkurangnya kemampuan dan fungsi DAS tersebut mengakibatkan banjir di daerah hilir (BBWS Surakarta).

(22)

commit to user

4 kerusakan fasilitas umum antara lain: Rusaknya prasarana pengairan (bendungan, irigasi, tanggul), rusaknya prasarana transportasi umum, rusaknya pemukiman dan pertanian (rumah tinggal, sawah, tambak, dst), kegagalan panen, gangguan kesehatan, timbulnya korban jiwa, pengungsian penduduk, terganggunya pelaksanaan pendidikan, dan pelayanan umum yang lainnya.

(23)

commit to user

5

Tabel 1.1 Fakta Bencana Banjir Beserta Dampaknya di Sungai Bengawan Solo

No Tahun Keterangan

1 1863 Bengawan Solo sudah menimbulkan banjir di hulu sungai.

2 1966 Banjir bandang melanda kota eks Karisedenan Surakarta, Kabupaten Ngawi, Bojonegoro dan Lamongan. Korban jiwa 168 orang tewas. 182.000 rumah rusak. 142.000 ha lahan pertanian di 93 kecamatan terendam. Infrastruktur yang rusak antara lain 42 jembatan besar dan kecil, 19 fasilitas irigasi, 5 km rel kereta api, dan 3,8 km tanggul. 3 1982 129 desa di kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dilanda banjir 7.298

rumah dan 917.376 ha lahan tergenang.

4 1991 27000 areal sawah, perkebunan dan pemukiman di Kabupaten Bojonegoro, Tuban dan Lamongan terendam banjir

5 1993 Daerah yang dilanda banjir meliputi 220 desa di 36 kecamatan di Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik. Kerugian 200.000 petani sekitar Rp 13,29 milyar karena 15000 ha lahannya tergenang air.

6 1994 Banjir melanda Kabupaten Blora, Bojonegoro, Tuban dan Lamongan ribuan rumah terendam banjir.

7 2002 13 kecamatan di kabupaten Bojonegoro diterjang banjir.

8 2005 71 Desa di 15 kecamatan di kabupaten Bojonegoro dilanda banjir 443 ha sawah, 1.149 rumah dan 19 km jalan desa terendam di Gresik. 9

2007-2008

Banjir besar DAS Bengawan Solo setelah tahun 1966, melanda hampir di semua wilayah yang dialiri Sungai Bengawan Solo mulai dari Kabupaten Wonogiri sampai wilayah Kabupaten Gresik.

10 2009 Cakupan banjir meluas di Sub-Das Bengawan Solo, melanda Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, Klaten dan Karanganyar akibat meluapnya kali Pepe, Premulung, Gempol dan Bengawan solo.

11 2010 Di eks karisidenan Surakarta hampir di seluruh DAS Bengawan Solo dilanda banjir mulai dari Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Solo,

Karanganyar dan Sragen. Kerugian per tahun 2010 di eks karisidenan Surakarta yaitu 1760 unit rumah, 260 Ha sawah, 763 m tanggul. 12 2011 Daerah yang dilanda banjir di eks karisidenan Surakarta meliputi

Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Solo, Karanganyar dan Sragen. 784 unit rumah, 235 Ha sawah dan 1500 m tanggul terendam.

13 2012 DAS Bengawan Solo dan Sub-Das Bengawan Solo di seluruh wilayah DAS eks-karisidenan Surakarta terendam. Rumah tergenang air

sebanyak 517 unit, sawah sebesar 6683 ha dan tanggul tenggelam 3.030 m sedangkan tanggul yang rusak 1702 m

(24)

commit to user

6 Penduduk di Wilayah DAS Bengawan Solo mayoritas bermata pencaharian di bidang pertanian sehingga bencana banjir mempunyai dampak besar terhadap perekonomian keluarga petani terkait penurunan produksi pertanian. Petani juga mengalami kesulitan untuk membiayai masa tanam berikutnya, dalam keadaan tersebut dibutuhkan tindakan mitigasi yang efektif untuk mengelola potensi risiko terutama apabila perubahan tersebut menimbulkan guncangan terhadap seluruh sektor pembangunan, yang dimaksud mitigasi yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kerugian yang diakibatkan bencana banjir sangat besar maka

penanggulangan bencana banjir diharapkan dapat dilakukan oleh anggota masyarakat secara terorganisir baik sebelum, saat, dan sesudah bencana dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki semaksimal mungkin. Kapasitas penanggulangan bencana lebih efektif dilakukan di tingkat komunitas, karena komunitas merupakan pihak yang pertama-tama berhadapan dengan resiko bencana (Rencana Nasional Penanggulangan bencana 2010-2014).

(25)

commit to user

7 banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan sehingga perlu adanya perhitungan kerugian pasca banjir khususnya kerugian di bidang pertanian dengan harapan kesadaran masyarakat untuk mitigasi banjir menigkat. Mitigasi banjir masyarakat sangat penting untuk dilakukan untuk mengurangi risiko bencana banjir bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana banjir di DAS Bengawan Solo. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian mengenai analisis

Willingness to pay mitigasi banjir perlu dilakukan, maka penelitian ini diberi judul “Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to pay) Mitigasi Banjir di Eks Karisidenan Surakarta”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, masalah yang akan dianalisis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Daerah mana sajakah yang termasuk wilayah rawan banjir di eks Karisidenan Surakarta?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi willingness to pay (WTP) untuk mitigasi banjir di eks Karisidenan Surakarta?

3. Berapa besarnya willingness to pay (WTP) untuk mitigasi banjir di eks Karisidenan Surakarta?

(26)

commit to user

8

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Identifikasi lokasi dan melakukan pemetaan wilayah rawan bencana banjir di eks karisidenan Surakarta.

2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap willingness to pay untuk mitigasi banjir.

3. Menghitung besarnya willingness to pay petani untuk mitigasi banjir. 4. Menghitung besarnya Kerugian (Loss Production) petani akibat bencana banjir.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. H

asil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan serta sumbangan pemikiran terhadap instansi pemerintah terkait, seperti BP DAS, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian, Kesbangpolinmas, Bappeda dan lain-lain dalam menentukan kebijakan untuk mitigasi banjir di DAS Bengawan Solo.

2. D

(27)

commit to user

9

3. S

ebagai dokumentasi ilmiah yang berguna bagi mereka yang memiliki kesamaan dengan tujuan penelitian ini.

4. S

(28)

commit to user

54

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Bencana Banjir

a. Pengertian Banjir

Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.

(29)

commit to user

10

b. Penyebab Terjadinya Banjir

Penyebab terjadinya banjir menurut Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal SDA BBWS Bengawan Solo (2011) yaitu:

1) Sedimentasi, erosi dan pendangkalan sungai mengakibatkan kapasitas pengaliran penampang sungai terganggu.

2) Sedimentasi di muara sungai.

3) Pemanfaatan dataran banjir dulu sebagai penampung air banjir, sekarang dimanfaatkan sebagai pemukiman.

4) Tanaman liar yang tumbuh pada tebing kanan dan kiri sungai mengganggu kelancaran arus air banjir.

5) Bangunan pengendali banjir berupa tanggul yang ada belum sepenuhnya berfungsi, karena masih ada tanggul yang belum terbangun, sehingga air banjir melimpas ke bantaran yang tidak ada tanggulnya dan menggenangi pemukiman, sawah, jalan dan prasarana umum lainnya.

6) Kemiringan dasar sungai yang cenderung agradasi. 7) Penyempitan lebar penampang sungai.

8) Pengaruh pasang surut muka air laut di muara.

2. Manajemen Risiko Banjir

(30)

commit to user

11 Risiko banjir dapat dilaksanakan melalui beberapa cara sebagai berikut:

a. Tingkat Siaga Banjir

Tingkat siaga banjir untuk mengurangi besarnya kerugian akibat banjir (Flood damage mitigation) menurut Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal SDA BBWS Bengawan Solo (2011) adalah:

1) Pemantauan/persiapan sebelum bencana banjir (Flood Prevention) meliputi: Inventarisasi bangunan sungai, kesiapan bahan banjiran dan peralatan, penyusunan SOP penanggulangan bencana, koordinasi dan mengaktifkan kembali posko-posko.

2) Saat terjadi banjir, hal-hal yang perlu dilakukan adalah pengamatan tinggi muka air, penyampaian berita tinggi muka air secara terus menerus, peringatan dini (Early Warning System / media) dan yang terakhir tanggap darurat.

(31)

commit to user

12

b. Upaya Mengatasi Banjir

1)Upaya struktur dan nonstruktur

Upaya mengatasi masalah banjir secara menyeluruh untuk mengurangi besarnya kerugian akibat banjir (Flood damage mitigation) menurut Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal SDA BBWS Bengawan Solo (2011) adalah sebagai berikut:

a) Upaya Struktur (conventional)

(1) Mencegah meluapnya banjir sampai ketinggian tertentu dengan tanggul.

(2) Merendahkan elevasi muka air banjir dengan normalisasi, sudetan, banjir kanal dan interkoneksi.

(3) Mengurangi genangan dengan polder, pompa dan system drainase.

b) Upaya Nonstruktur

Upaya-upaya nonstruktur antara lain meliputi: Prakiraan banjir dan peringatan dini, penanggulangan banjir (flood fighting) atau evakuasi, pemindahan atau relokasi, pengelolaan dataran banjir (Flood plain / risk management), flood proofing

(32)

commit to user

13 penegakan hukum, pengentasan kemiskinan, dan yang terakhir adalah manajemen sampah.

2) Upaya Fisik dan Nonfisik

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo menjelaskan sinergi antara penanganan fisik dan non-fisik dalam upaya pengendalian banjir dapat diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut: a) Pengendalian tata ruang.

Pengendalian tata ruang dilakukan dengan menggunakan perencanaan penggunaan ruang sesuai dengan kemampuannya untuk mempertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya serta penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.

b) Pengaturan debit banjir

Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan fisik berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem drainase perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi banjir. Pengaturan daerah rawan banjir. Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:

(33)

commit to user

14 (2) Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai.

(3) Peningkatan peran masyarakat.

Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir diwujudkan dalam:

(a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini yang Berbasis Masyarakat

(b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir.

(c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk:

(1))Mengubah aliran sungai.

(2))Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai.

(3))Membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran,

(34)

commit to user

15 (5))pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat (melalui Penyediaan informasi dan pendidikan, Rehabilitasi, rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas-fasilitas umum, Melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya dan lain-lain)

c) Pengelolaan Daerah Tangkapan Air

Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan:

1) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan, kawasan budidaya dan kawasan lindung);

2) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak;

3) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia, maupun mekanis;

4) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung.

d) Penyediaan Dana

Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara:

1) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir. 2) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah

(35)

commit to user

16 3) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

e) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan Rencana Tindak Darurat

Sistem peringatan dini datangnya banjir di WS Bengawan Solo agar lebih efektif di masa akan datang maka system peringatan dini harus berpusat secara kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu. Dengan penerapan sistem ini, akan dapat memberikan informasi lebih dini bagi masyarakat yang kemungkinan akan terkena bencana sehingga ada kesempatan bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri atau barang-barang berharganya.

Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh sehingga dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi ketika diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan mudah dimengerti oleh semua anggota masyarakat dalam berbagai kondisi dan tingkat Risiko bencana. Komponen inti sistem peringatan dini datangnya banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari:

1) Penyatuan dari kombinasi elemen-elemen bottom-up dan

top-down;

2) Keterlibatan masyarakat dalam proses peringatan dini; 3) Pendekatan multi bencana; dan

(36)

commit to user

17 Berdasarkan semua hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan politis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi masing-masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan didukung sebagai satu kebijakan, sedangkan kesiapan untuk menanggapi harus diciptakan melekat dalam masyarakat.

3. Partisipasi Masyarakat

Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, apabila berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dan apabila setiap masyarakat menjalankan secara objektif dan tidak hanya mengutamakan kepentingan dirinya atau kelompoknya saja, maka kerugian yang akan timbul tidak akan berarti dibandingkan manfaatnya (Suratmo dalam Harjono, 2012).Manfaat partisipasi masyarakat antara lain:

a. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana pembangunan didaerah, sehingga dapat mengetahui dampak apa yang akan terjadi baik yang positif maupun yang negatif, dan cara menaggulangi dampak negatif yang akan dan harus dilakukan. b. Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuannya mengenai masalah

(37)

commit to user

18 c. Masyarakat dapat menyampaikan informasi dan pendapatan atau persepsinya kepada pemerintah terutama masyarakat di tempat proyek yang akan terkena dampak.

d. Pemerintah mendapatkan informasi-informasi dari masyarakat yang belum atau tidak ada dalam laporan Amdal, sehingga kebijaksanaan atau keputusan yang akan diambil akan lebih tepat. e. Apabila masyarakat telah mengetahui cukup banyak mengenai

proyek tersebut termasuk dampak (positif dan negatif) dan usaha-usaha apa saja yang akan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif, sedangkan dari pihak pemerintah dan pemrakarsa proyek mengetahui pendapat-pendapat masyarakat serta keinginanya atau hal-hal apa yang diperlukan, sehingga salah paham atau terjadinya konflik dapat dihindari.

f. Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan dapat dinikmati dan apabila mungkin meningkatkan manfaat tersebut (dampak positif) dan ikut menekan atau menghindari diri terkena dampak negatif.

(38)

commit to user

19

4. Konsep Masyarakat Tahan Bencana

Twigg (2007) menyatakan pengurangan risiko bencana (PRB) merupakan sebuah konsep yang luas dan relatif baru. Ada beberapa definisi berbeda dari istilah ini dalam literatur teknis, tetapi PRB secara umum dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan praktik-praktik guna untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di masyarakat. PRB adalah sebuah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, mengkaji dan mengurangi risiko-risiko bencana. PRB bertujuan untuk mengurangi kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi terhadap bencana dan menangani bahaya-bahaya lingkungan maupun bahaya-bahaya lain yang menimbulkan kerentanan.

Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam UU No. 24 tahun 2004 Pasal 35 huruf b dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan sebagaimana dimaksud meliputi:

a. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana; b. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; c. Pengembangan budaya sadar bencana;

d. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan

(39)

commit to user

20 Banyak upaya telah dilakukan untuk mendefinisikan ‘ketahanan’.

Berbagai macam definisi dan konsep akademis yang ada dapat membingungkan. Agar operasional, lebih mudah bila kita bekerja dengan definisi-definisi luas dan karakteristik-karakteristik yang umum dipahami. Dengan pendekatan ini, sistem atau ketahanan masyarakat dapat dipahami sebagai:

a. Kapasitas untuk menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi.

b. Kapasitas untuk mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi dan struktur-struktur dasar tertentu, selama kejadian-kejadian yang mendatangkan malapetaka.

c. Kapasitas untuk memulihkan diri atau ‘melenting balik’ setelah suatu kejadian ‘Ketahanan’ pada umumnya dipandang sebagai suatu konsep yang lebih luas daripada ‘kapasitas’ karena konsep ini memiliki makna yang lebih tinggi dari pada sekedar perilaku, strategi-strategi dan langkah-langkah pengurangan serta manajemen risiko tertentu yang biasa dipahami sebagai kapasitas.

(40)

commit to user

21 primernya atau menyimpan sebagian hasil panen padi dalam lumbung, menanam umbi-umbian di pekarangan atau ladang, dan memelihara ternak adalah cara-cara praktis yang lazim ditempuh untuk mengatasi risiko usaha tani.

Masyarakat berpendapatan rendah memiliki kerentanan yang sangat tinggi terhadap berbagai risiko. Goncangan yang terjadi pada kehidupannya dapat menyebabkan rumah tangganya terperosok dalam kemiskinan yang lebih parah.

5. Mitigasi Banjir

Definisi Mitigasi menurut UU No. 24 2007 tentang penanggulangan bencana banjir adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana banjir, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam UU No. 24 2007 dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. Kegiatan mitigasi sebagaimana dilakukan

melalui:

a. pelaksanaan penataan tata ruang;

b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan

(41)

commit to user

22 Coburn et al. (dalam Harjono, 2012) juga mendefinisikan mitigasi bencana sebagai pengambilan tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi.

6. Konsep Pemetaan

Menurut definisi Esri (1990) dalam Prahasta (2005) menyebutkan bahwa Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi. Tiap daerah memiliki keunikan dan serangkaian dinamisasi potensial bahaya. Ketika diketahui wilayah tertentu diketahui memiliki kerawanan dan dihuni oleh banyak orang maka dapat segera dilakukan tindakan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Menurut Connors (2006) SIG dapat digunakan untuk mengakses Risiko potensial yang mungkin terjadi. SIG mengintegrasikan satuan data-data yang berbeda untuk memberikan gambaran kasar dampak bencana alam terhadap masyarakat.

(42)

commit to user

23 kerawanan sosial akibat gempa bumi, DaiI (2003) mengukur karakteristik hujan untuk yang menyebabkan tanah longsor, Parson,

et.al (2004) menggunakan SIG untuk mengidentifikasi bencana banjir dan rencana mitigasi bencana, Zerger (2002) mengunakan SIG untuk menguji model risiko bencana, dan Cowell & Zeng (2003) mengintegrasikan teori ketidakpastian dengan menggunakan SIG sebagai pemodelan wilayah rawan akibat perubahan cuaca.

7. Kesediaan untuk membayar (Willingness to pay)

Valuasi metode WTP dengan cara langsung dikenal sebagai Metode Contingent Valuation (CV). Metode ini termasuk didalam metode penelitian langsung karena dilakukan dengan survey yang dicobakan untuk mengungkapkan respon seseorang secara moneter terhadap perubahan kualitas lingkungan (Tietenberg dalam Pramesi,2008). Pendekatan ini disebut penelitian contingent (tertentu) karena “metode ini mengupayakan agar seseorang menyatakan tentang bagaimana seseorang tersebut akan bertindak ketika dia dihadapkan pada berbagai kemungkinan tertentu” (Field dalam Pramesi, 2008).

(43)

commit to user

24 Pramesi, 2008). Berbeda dengan penghitungan nilai melalui nilai pasar, metode CV berkaitan dengan sebuah peristiwa hipotesis (hyphothetical event) tentang peningkatan dan penurunan kualitas lingkungan (Irawan dalam Pramesi, 2008).

Cara paling mudah dalam melakukan metode CV adalah dengan bertanya mengenai nilai yang diberikan seseorang terhadap perubahan tertentu dalam kualitas lingkungan. Cara lain yang lebih kompleks dapat dilakukan dengan apakah seseorang mau membayar sejumlah Rp. X untuk perubahan tertentu dalam kualitas lingkungan.

Pada dasarnya metode CV menilai perubahan tertentu dalam kualitas dengan menanyakan dua jenis pertanyaan berikut (Field dalam pramesti, 2008):

a. Apakah anda bersedia membayar (WTP) sejumlah Rp. X tiap periode untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan. b. Apakah anda bersedia menerima (WTA) sejumlah Rp. X untuk

kompensasi atas diterimanya kerusakan lingkungan

Dalam Metode CV dikenal empat macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden ( Fauzi, 2004 dalam Pramesi 2008:77), yaitu:

(44)

commit to user

25 b. Pertanyaan terbuka, responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai moneter untuk suatu proyek perbaikan lingkungan.

c. Payment Card, nilai lelang dengan cara menyatakn responden apakah mau membayar pada kisaran tertentu dari nilai yang ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden dengan kartu.

d. Model referendum tertutup, responden diberi suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak.

Analisis dengan Metode CV memiliki kelebihan dalam fleksibilitas dan mudah untuk dillaksanakn untuk menilai lingkungan yang memiliki cakupan sangat luas (Field dalam Pramesi, 2008), tetapi disamping itu, metode CV juga memiliki kesulitan tersendiri karena responden sangat potensial untuk memberikan jawaban yang bias baik berupa penilaian yang terlalu tinggi (upper estimate) maupun penilaian terlalu rendah (under estimate) terhadap perubahan kualitas lingkungan. Ada empat jenis bias yang mungkin ditimbulkan dari metode CV (Tietenberg dalam Pramesi, 2008):

(45)

commit to user

26 b. Information Bias, bias ini terjadi kaerana responden tidak memiliki pengetahuan memadai atau tidak punya pengalamam terkait dangan atribut yang ditanyakan dalam penelitian. Akibatnya jawaban responden tidak menggambarkan penilaian sebenarnya melainkan karena ketidaklengkapan informasi.

c. Starting-poin bias, bias ini terjadi karena instrument survey yang digunakan untuk mewawancarai berupa rentang jarak kemungkinan yang sudah dikenal. Cara untuk menjelaskan rentang jarak yang tercermin dalam kuesioner akan sangat mempengaruhi jawaban dari responden. Rentang jarak Rp. 0 sampai Rp. 100.000 mungkin akan menghasilkan respon yang berbeda jika dibandingkan dengan rentang jarak Rp. 10.000 sampai Rp.100.000, meskipun sebenarnya tidak ada respon dalam rentang Rp. 0 sampai Rp. 10.000.

d. Hypothetical bias, bias ini terjadi karena pembanguan hipotesis perubahan kualitas lingkungan yang tidak sempurna sehingga rentan direspon secara tidak sempurna juga oleh responden.

8. Risiko Bencana banjir

a. Definisi Risiko banjir

(46)

commit to user

27 mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Dampak yang ditimbulkan dengan adanya bencana banjir adalah berkurangnya pendapatan untuk para petani; berkurangnya daya beli dari sektor pertanian; meningkatnya harga makanan pokok, naiknya tingkat inflasi, memburuknya status gizi, kelaparan, penyakit, kematian, berkurangnya sumber air minum, migrasi, meledaknya komunitas, hilangnya ternak.

b. Definisi Risiko Pertanian

(47)

commit to user

28 dapat mempengaruhi perkembangan produksi pertanian, dimana dalam keadaan tersebut dibutuhkan alat yang efektif untuk mengelola potensi Risiko terutama apabila perubahan tersebut menimbulkan guncangan terhadap seluruh sektor pembangunan, contoh: guncangan dari sektor riil ekonomi akan mempengaruhi kemampuan petani dalam mengembalikan tingkat dan kemampuan pinjaman dan kewajiban keuangan kepada pihak lembaga keuangan (creditor) , selain itu lembaga keuangan juga dihadapkan pada keputusan untuk mengurangi ekspansi kredit akibat begitu besarnya probabilitas kegagalan debitor (penerima fasilitas kredit) dalam membayar kewajibannya.

c. Macam-macam Risiko Pertanian

Ada lima faktor penyebab Risiko yang paling sering muncul di sektor pertanian dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1) Faktor Iklim : Dingin, banjir, kemarau, salju, angin,dll 2) Faktor Sanitari : Penyakit menular, kebersihan yang

berdampak pada hasil hasil pertanian terutama hasil/produk-produk jadi.

3) Faktor Geografi : Gempa, gunung meletus, erosi

(48)

commit to user

29 5) Faktor Luar negeri, perubahan dalam kriteria standard kualitas Man made Perang, krisis keuangan, tutupnya suatu institusi.

Dari, ke-lima faktor tersebut ada yang bisa dikontrol dan ada yang tidak bisa dikontrol dalam pengertian menyikapi dan menghadapi risiko dan potensi risiko yang terjadi. Meskipun demikian risiko yang terjadi akan menjadi dampak yang sangat berpengaruh bagi perkembangan sektor pertanian itu sendiri baik secara kuantitas maupun kualitas.

d. Strategi Menghadapi Risiko Dalam Sektor Pertanian

(49)

commit to user

30 umbi-umbian di pekarangan atau ladang, dan memelihara ternak adalah cara-cara praktis yang lazim ditempuh untuk mengatasi risiko usaha tani. Hal seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti India, Tanzania, dan El Salvador. Dalam menghadapi risiko, petani menerapkan strategi yang berbeda-beda. Umumnya, mereka menerapkan satu atau kombinasi dari beberapa strategi berikut:

1) Strategi produksi, mencakup diversifikasi atau memilih usaha tani yang pembiayaan dan atau pengelolaan produksinya fleksibel. Petani Indonesia umumnya menerapkan strategi diversifikasi usaha tani.

2) Strategi pemasaran, misalnya menjual hasil panen secara berangsur, memanfaatkan sistem kontrak untuk penjualan produk yang akan dihasilkan, dan melakukan perjanjian harga antara petani dan pembeli untuk hasil panen yang akan datang. Upaya yang banyak dilakukan petani Indonesia adalah dengan cara menjual hasil panen secara berangsur.

3) Strategi finansial, mencakup melakukan pencadangan dana yang cukup, melakukan investasi pada kegiatan berdaya hasil tinggi, dan membuat proyeksi arus tunai berdasarkan perkiraan biaya produksi, harga jual produk, dan produksi.

(50)

commit to user

31 perorangan. Strategi ini banyak diterapkan petani kecil di Indonesia.

5) Menjadi peserta asuransi pertanian untuk menutup kerugian yang diperkirakan akan terjadi. Strategi ini banyak ditempuh oleh petani di negara maju dan sebagian petani di negara berkembang. Di Indonesia, asuransi pertanian formal belum berkembang. Meskipun beberapa strategi tersebut telah diterapkan oleh sebagian petani, mereka masih sulit mengatasi risiko berusaha tani.

Berdasarkan hasil laporan JRC Scientific and Technical Report kepada European Union Commision tahun 2008, adapun strategi modern yang bisa diusulkan dalam menghadapi potensi risiko dan ketidakpastian dari sektor pertanian antara lain:

(51)

commit to user

32 konsolidasi terhadap perencanaan keuangan dengan melakukan pengelolaan dan pengamana investasi untuk menjaga likuiditas keuangan.

2) Strategi risk-sharing, melalui perjanjian kontrak-kontrak penjualan, kontrak produksi (dengan menggunakan transaksi hedging/transaksi periode, future market dalam pasar komoditi internasional untuk beberapa macam komoditi tertentu yang diperdagangkan dalam bursa komoditi, maupun penyertaan dalam pendanaan cadangan dan asuransi, dan

3) Strategi alternatif seperti: bantuan hibah, dan peningkatan share pendapatan diluar sektor pertanian (tetapi yang berkaitan dengan pertanian, misalnya industri makanan dan lain-lain).

B. Penelitian Terdahulu

(52)

commit to user

33 Kim (2002) penelitian Kim menggunakan menggunakan metode analisis CVM. Studi ini menemukan bahwa faktor individu (pendapatan, pendidikan, informasi, dan keterikatan masyarakat), kualitas air faktor daerah (lokasi perumahan dan kedekatan dengan sungai) memiliki dampak positif pada kemauan untuk membayar dan faktor daerah lebih kuat dari faktor individu dalam memprediksi kemauan untuk membayar kualitas air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang hilir memiliki perhatian yang lebih besar untuk perlindungan lingkungan sehingga memiliki WTP yang lebih rendah untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas air. sebaliknya, ornag yang hidup di hulu yang memiliki masalah lingkungan yang lebih rendah memiliki WTP yang lebih tinggi untuk kualitas air.

(53)

commit to user

34 ini pentingnya tingkat tinggi genangan banjir menunjukkan bahwa banjir memang dapat menekan harga dari properti dan nilai tanah. Rata-rata kesediaan membayar (MWTP) untuk penurunan tingkat ketinggian genangan banjir diperkirakan mencapai jumlah Rp. 2,175.00. Berdasarkan ukuran rendah MWTP tidak ada pengaruhnya terhadap variabel sosial ekonomi, untuk itu perlu mensosialisasikan pada masyarakat tentang kesadaran risiko bencana. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran terhadap risiko bencana banjir, sehingga dampak yang disebabkan oleh bencana banjir dapat diminimalkan di masa depan.

Kaen (2007) penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis CVM. Hasil dari penelitan ini dimana variabel pendidikan dan tingkat pendapatan menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP untuk pajak lingkungan. Penelitian ini menjelaskan bahwa besarnya WTP per tahun rata-rata US$ 6.70.

(54)

commit to user

35 keuntungan produksi per luasan (hektar). Dari analisis data yang dilakukan dapat diketahui setiap tahunnya menghasilkan nilai guna langsung (direct use value) sebesar Rp. 1.199.918.615.100,- nilai guna tak langsung (indirect use velue) sebesar Rp. 808.117.741.600. Nilai ekonomi total dari sebagian jasa lingkungan KKMP setiap tahunya adalah sebesar Rp. 2.072.501.086.700,-.

C. Kerangka Pemikiran

Bencana banjir yang sering terjadi saat musim penghujan pada setiap tahunnya dalam suatu wilayah DAS Bengawan Solo, menimbulkan kerugian yang sangat besar khususnya di bidang pertanian karena besarnya luapan air sungai yang menggenangi sawah-sawah petani yang letaknya tidak terlalu jauh dari sungai, maka perlu terlebih dahulu harus mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan kemudian melakukan identifikasi wilayah penelitian yang rawan banjir di DAS Bengawan Solo dan hasilnya dituangkan dalam peta menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG).

(55)

commit to user

36 Bencana Banjir DAS Bengawan Solo

di Eks Karisidenan Surakarta

Pengumpulan Informasi dan data - Data wilayah geografis - Data wilayah administratif

- Data Demografi - Kondisi sosial ekonomi - Data Topografi

Menghitung besarnya WTP mitigasi banjir Valuasi Mitigasi Banjir

Identifikasi lokasi dan pemetaan wilayah rawan

bencana dengan SIG

Valuasi Dampak banjir

Menghitung Besarnya kerugian (Loss

Production)

Secara Sederhana kerangka pemikiran penelitian di atas disajikan dalam Gambar 2.1. Sebagai berikut:

(56)

commit to user

37

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel tingkat pendapatan responden mempengaruhi secara positif terhadap WTP untuk mitigasi banjir.

2. Variabel usia responden mempengaruhi secara positif terhadap WTP untuk mitigasi banjir.

3. Variabel Pendidikan mempengaruhi secara positif terhadap WTP untuk mitigasi banjir.

4. Variabel Jumlah Anggota Keluarga mempengaruhi secara positif terhadap WTP untuk mitigasi banjir.

5. Variabel Persepsi Dampak Kerusakan mempengaruhi secara positif terhadap WTP untuk mitigasi banjir.

6. Variabel Jarak sawah terhadap sungai mempengaruhi secara positif terhadap WTP untuk banjir.

7. Variabel Tinggi genangan air di sawah mempengaruhi secara positif terhadap WTP untuk mitigasi banjir.

(57)

commit to user

(58)

commit to user

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan petani yang menggarap lahan pertanian yang berada dalam wilayah rawan bencana banjir di DAS Bengawan Solo dengan unit analisis tingkat kabupaten yang jumlahnya terdiri dari 4 Kabupaten yang tersebar dalam Sembilan kecamatan(Kecamatan Kebakkramat, Cawas, Bayat, Gantiwarno, Juwiring, Tawangsari, Mojolaban, Masaran dan Sidoharjo) dan terbagi menjadi 21 desa/kelurahan. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Daerah penelitian mempunyai struktur sosial ekonomi yang relatif kompleks

2. Daerah Penelitian adalah daerah rawan bencana banjir dan masih menghadapi permasalahan dalam pelaksanaan mitigasi banjir.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

(59)

commit to user

39 dengan dibantu daftar pertanyaan (kuesioner). Jenis data primer yang diperlukan antara lain:

a. Pemahaman masyarakat terhadap daerah bencana banjir b. Perilaku masyarakat terhadap bencana banjir

c. Sejarah kejadian banjir

d. Kerugian yang dialami masyarakat akibat banjir

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi dan lembaga-lembaga terkait di wilayah banjir di eks Karisidenan Surakarta. Instansi-instansi tersebut antara lain: Badan Pusat Statistik (BPS), Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS), Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Bakornas, BAKOSURTANAL dan lain-lain. Jenis data sekunder yang diperlukan antara lain:

a. Data wilayah geografis b. Data wilayah administratif c. Data sosial ekonomi d. Data topografi

e. Data jumlah penduduk di eks Karisidenan Surakarta.

f. Karakteristik lokasi daerah rawan bencana di eks Karisidenan Surakarta.

(60)

commit to user

40 h. Data evaluasi dan program pengendalian banjir wilayah bengawan

solo

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah merupakan keseluruhan elemen, atau unit elementer, atau unit penelitian, atau analisis yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang lahan pertaniannya termasuk rawan banjir di Kabupaten Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, dan Klaten. Alasan mengambil wilayah penelitian di 4 Kabupaten di atas karena wilayah-wilayah itu setiap terjadi banjir dari Sungai Bengawan Solo selalu dalam urutan paling atas yang mengalami kerugian paling besar dibidang pertanian, dan wilayah-wilayah tersebut masyarakatnya cenderung tindakan mitigasinya masih kurang.

Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang di ambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya, agar sampel yang diambil dapat mewakili populasinya maka penetapan jumlah sampel penelitian dilakukan dengan cara menggunakan rumus slovin (Sevilla, 1993) sebagai berikut:

Dimana:

(61)

commit to user

41 1 : konstanta

e : nilai kritis atau batas kesalahan 10%

D. Desain Penelitian

Metode contingent valuation ini penerapannya dengan menggunakan teknik survey sehingga disebut metode survey contingent valuation, dilakukan dengan memberikan daftar kuisioner atau daftar pertanyaan kepada responden tersampling. Pengisian kuisioner yang dirancang harus diisi oleh kepala rumah tangga, mengingat variabel pendapatan keluarga dan juga keputusan jumlah biaya maksimum yang ingin dibayar (WTP) merupakan variabel yang sangat diperlukan validitasnya. Namun dengan demikian dimungkinkan untuk beberapa kasus responden yang bukan kepala keluarga dapat mengisi kuisioner dengan catatan telah mendapat persetujuan dari kepala keluarga.

E. Definisi Operasional Variabel

(62)

commit to user

42 Variabel dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kesediaan membayar petani (WTP) mitigasi banjir untuk mengurangi dampak resiko akibat banjir yang mengakibatkan penurunan produksi dan pendapatan petani

2. Independent Variable

Variabel independen (variabel bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel-variabel independen dalam penelitian adalah:

a. Tingkat Pendapatan Responden (PENDPT)

Tingkat pendapatan responden. Variabel ini mencerminkan pendapatan siap pakai kepala keluarga ditambah dengan pendapatan anggota keluarga yang lain.

b. Usia Responden (USIA)

Usia responden (tahun) yang terkena dampak Banjir Bengawan Solo

c. Pendidikan Responden (PENDDKN)

Tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil ditamatkan oleh Kepala Keluarga

d. Jumlah Anggota Keluarga Responden (JAK)

Jumlah Anggota Keluarga yang dimiliki oleh setiap responden dengan sungai bengawan Solo.

(63)

commit to user

43 Persepsi dampak yang ditimbulkan oleh resiko bencana banjir di antara resiko-resiko yang mengancam kehidupan pada umumnya. Kategori persepsi dampak kerusakan masyarakat meliputi ringan, sedang dan tinggi.

f. Jarak Sawah (JARAK)

Lokasi lahan pertanian yaitu seberapa dekat pemukiman responden dengan sungai bengawan Solo. Jarak dijelaskan dalam satuan meter (m).

g. Tinggi Genangan (TINGGI)

Tinggi genangan yang terjadi selama banjir didaerah rawan banjir Bengawan Solo. Tinggi dijelaskan dalam satuan centi meter (cm). h. Persepsi intensitas bencana banjir (INTENSITAS)

Seberapa sering daerah tersebut terkena dampak banjir bengawan Solo.

F. Teknik Alat Analisis

a. Analisis Deskriptif

(64)

commit to user

44 mampu menghasilkan informasi yang memadahi bagi analisis kebijakan retail modern skala kecil di Indonesia.

1) Wawancara terstruktur (kuesioner)

Metode ini digunakan dengan pertimbangan agar peneliti mampu menggali informasi secara lebih terstruktur, sehingga data yang diperoleh juga lebih akurat. Adapun data yang hendak digali dengan metode ini adalah data yang terkait dengan dampak bencana alam pada penurunan produksi dan pendapatan petani. Selanjutnya kuesioner ini pun dapat dijadikan sebagai alat untuk menggali informasi tentang potensi kerugian bencana di sektor pertanian.

2) Kajian Pustaka

Metode ini dilakukan sebagai upaya : (1) membandingkan hasil penelitian sejenis baik pada jurnal yang telah terpublikasi maupun dalam bentuk buku-buku, (2) memberikan perspektif yang berbeda terhadap hasil penelitian sejenis. Kedua upaya tersebut diharapkan mampu memberikan dukungan bagi analisis data yang telah diperoleh.

b. Sistem Informasi Geografi (SIG)

(65)

commit to user

45 dinamisasi potensial bahaya. Ketika diketahui wilayah tertentu diketahui memiliki kerawanan dan dihuni oleh banyak orang maka dapat segera dilakukan tindakan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Menurut Connors (2006) SIG dapat digunakan untuk mengakses risiko potensial yang mungkin terjadi. SIG mengintegrasikan satuan data-data yang berbeda untuk memberikan gambaran kasar dampak bencana alam terhadap masyarakat.

Penggunaan SIG telah banyak dilakukan untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah potensi bencana, seperti yang dilakukan oleh: Wood dan Good (2004) menggunakan SIG untuk mengidentifikasi kerawanan pada bandara dan pelabuhan akibat bencana bumi dan tsunami, Rashed (2003), mengukur konteks lingkungan pada kerawanan sosial akibat bencana bumi, Dai, et.al (2003) mengukur karakteristik hujan untuk yang menyebabkan tanah longsor, dan Parson, et.al (2004) menggunakan SIG untuk mengidentifikasi bencana banjir dan rencana mitigasi bencana.

c. Regresi Linier Berganda

(66)

non-commit to user

46

use value. Kedua, CVM jawaban pertanyaan tentang WTP atau WTA dapat secara langsung dikoreksi secara teori dengan ukuran moneter pada tingkat perubahannya (Lee, 1999 : 114). Aplikasi CVM dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1) Identifikasi masalah

2) Membuat kerangka masalah 3) Merumuskan pemecahan masalah

4) Merumuskan cara untuk pemecahan masalah (payment vehicle)

5) Mempersiapkan alat survei untuk mengetahui WTP/WTA secara individu, yang terdiri dari pembuatan skenario hipotesis; pertanyaan tentang WTP/WTA; dan membuat skenario tentang biaya kompensasi.

6) Menggunakan alat survei dengan sampel dari populasi yang sesuai 7) Menganalisis respon yang diperoleh sewaktu survei, yaitu dengan

menggunakan data sampel untuk mengestimasi survei yang akurat. 8) Menanggapi jawaban responden yang tidak sesuai dengan

kenyataan (protest responses).

Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan sebagai penyelesaian adalah regresi linear berganda atas variabel dependen dengan variabel independen dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

(67)

commit to user

47 Y= +

Di mana , adalah koefisien atau parameter model.

Model regresi linier berganda untuk populasi diatas dapat ditaksir berdasarkan sebuah sempel acak yang berukuran n dengan model regresi linier berganda untuk sampel, yaitu:

Dimana:

Model yang akan diestimasi ditunjukkan oleh persamaan berikut ini: WTP=f(

Dimana:

(68)

commit to user

48 X1 = Tingkat Pendapatan Responden

X2 = Usia Responden

X3 = Pendidikan Responden

X4 = Jumlah Anggota Keluarga Responden

X5 = Persepsi Dampak Kerusakan Responden

X6 = Jarak Sawah dengan Sungai

X7 = Tinggi Genangan

X8 = Intensitas Banjir

d. Uji Statistik

1) Uji F (F-test)

Untuk menguji apakah variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji F dengan rumus (Gujarati, 2003: 183) :

Dimana: R2 = koefisien determinasi

(69)

commit to user

49 Hipotesis yang digunakan untuk uji F, dirumuskan sebagai berikut: H0 2 3 4 5 6 7 8 = 0, secara

bersama-sama variabel Pendapatan, Usia, Pendidikan, Jumlah anggota keluarga, Persepsi dampak kerusakan, Jarak, Tinggi Genangan, Intensitas banjir terhadap kesediaan membayar untuk mitigasi banjir.

Ha 2 3 4 5 6 7 8

-sama variabel Pendapatan, Usia, Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, Persepsi dampak kerusakan, Jarak, Tinggi Genangan, Intensitas banjir terhadap kesediaan membayar untuk mitigasi banjir.

Apabila nilai probabilitas F hitung lebih besar dari level

signifikansi, maka H0 diterima dan bila nilai probabilitas F

hitung lebih kecil dari level signifikansi, maka H0 ditolak

yang berarti bahwa input- input yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama terhadap hasil produksi.

2) Uji Koefisien Determinasi (R2)

(70)

commit to user

50 dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat ketepatan regresi ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) yang besarnya antara 0 2

Koefisien determinasi 0 berarti variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dan jika mendekati 1 variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen (Rahayu, 2007: 53).

3) Uji t (t-test)

Uji t adalah uji secara individu semua koefisien regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen. Dengan menggunakan rumus t hitung (Rahayu, 2007: 50) :

keterangan : = koefisien regresi

Se = standart error

Untuk hipotesisnya menggunakan rumus:

Ho = 2 3 4 5 = 6 7 8 = 0

Artinya: semua variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent.

(71)

commit to user

51 Artinya: semua variabel independent merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent.

e. Uji asumsi klasik

1) Multikolinearitas

Dalam Gujarati, 2003: 157, multikolinearitas adalah masalah yang timbul berkaitan dengan adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di antara variabel-variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa / semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995 : 320 dalam Soma Ghofur, 2008: ). Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa/semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinier, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.

Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier adalah menggunakan pengujian dengan pendekatan Koutsoyiannis. Metode ini dikembangkan oleh Koutsoyiannis (1977) menggunakan metode coba dalam memasukkan variabel bebas. Dari hasil coba-coba tersebut, selanjutnya akan diklasifikasikan dalam 3 macam(Rahayu, 2007:109), yaitu :

(72)

commit to user

52 (b) suatu variabel bebas dikatakan tidak berguna

(c) suatu variabel bebas dikatakan merusak

2) Heteroskedastisitas

Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan penggangu mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu keadaan dimana variasi dari kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH dan Uji Breusch Pagan – Godfeg. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji LM ARCH.

Pada metode ini yang dijadikan tolok ukur adalah nilai Obs*R-squared. Jika nilai Obs*R-squared lebih kecil dari nilai X² maka pada model tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika Obs*R-squared lebih besar dibanding nilai X² maka terdapat masalah heteroskedastisitas pada model tersebut (Rahayu, 2007 : 109).

3) Uji Autokorelasi

(73)

commit to user

53 observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain.

Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey (B-G Test). Langkah-langkah pengujian Uji Breusch-Godfrey (B-G Test) sebagai berikut (Rahayu, 2007: 103) :

(a) Mengestimasi persamaan regresi untuk mendapatkan nilai residual ( ).

(b) Meregres terhadap variabel bebas dan ...

(c) Menghitung nilai (n-p) R2 – X2. Apabila lebih besar dari tabel chi-square dengan df p, menolah hipotesa bahwa setidaknya ada satu koefisien autokorelasi yang berbeda dengan 0.

Jika regresi dilakukan dengan menggunakan Eviews maka dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Model dikatakan terbebas dari autokorelasi apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05.

f. Kerugian (Loss Production)

(74)

commit to user

54 daerah Kulonprogo bagian selatan (Saptutyningsih dan Suryanto, 2009), demikian juga bencana kekeringan juga berdampak negatif.

Kerugian sektor pertanian itu sendiri dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut (Suparmoko, 2006):

DQx = f (A x DPt)

Di mana

D = perubahan

Qx = produksi pertanian

A = luas tanah yang tergenang air banjir Pt = produktifitas tanah per ha.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kerugian per petani antara lain adalah:

(75)

commit to user

54

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Kondisi Umum Sungai Bengawan Solo

a. Kondisi Geografis

Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari seluruh wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o18’ BT sampai 112o45’ BT dan 6o49’LS sampai 8o08’ LS.

Wilayah sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang melalui wilayah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanan dan pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam sekeliling berdasarkan keseimbangan daerah tersebut merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai.

b. Luas Sungai Bengawan Solo

(76)

commit to user

55 pantai utara seluas ± 1.441 km2 dan DAS Kali Lamong seluas ± 720 km2. DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas di WS Bengawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing ± 6.072 km2 dan ± 3.755 km2. Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi (± 2.914 m), Gunung Merbabu (± 3.142 m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m), sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo Hilir adalah ± 6.273 km2. Secara administratif WS Bengawan Solo mencakup 17 (tujuh belas) kabupaten dan 3 (tiga) kota, yaitu: Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen,Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban. Lamongan, Gresik dan Pacitan. Kota yang dilalui sungai Bengawan Solo adalah Surakarta, Madiun dan Surabaya.

c. Kondisi Meteorologi Sungai Bengawan Solo

Gambar

Tabel 1.1 Fakta Bencana Banjir di Sungai Bengawan Solo ..........................
Tabel 4.26  Besarnya WTP penduduk untuk mitigasi banjir ............................ Tabel 4.28  Luas Lahan Sawah RespondenTabel 4.27  Penurunan Produksi RespondenTabel 4.29  Tingkat Kerugian ( 102  ...................................................
Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo
Tabel 4.4 Luas Genangan Kec. Sidoharjo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan persentase, ada pun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komitmen tenaga administrasi dalam

Yurisprodensi berarti peradilan pada umumnya, yaitu pelaksanaan hukum dalam hal kongkret terjadi tuntutan hak yang dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri

Berdasarkan kenyataannya masih banyak siswa mengalami kesulitan, maka perlu diupayakan alternatif lain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mate- matika, yang berorientasi

Ella Rohmah Romadhona, dan Betty Intan Juwianti selalu memotivasi saat mengerjakan skripsi tanpa kalian aku tak bisa kejenjang akhir ini. Yang suka memarahiku

beberapa alasan seperti absensi kehadiran guru yang masih sangat kurang, terjadinya kegaduhan di kelas, rendahnya hasil pembelajaran siswa, dan karena hasil supervisi

Keadaan ini berhubungan dengan nilai bahan organik tanah dan produktivitas primer perairan Rawapening yang menunjukkan bahwa perairan tersebut mempunyai tingkat kesuburan

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan

Dari data diatas menunjukan kewajiban operator untuk selalu memberikan informasi yang cepat dan tepat terkait tentang informasi Desa, dan perbandingan antara periode pemerintahan