• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Peran Komite Sekolah dalam Penyusunan Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS) dengan Model in House Training di Gugus Lokantara Kecam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Peran Komite Sekolah dalam Penyusunan Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS) dengan Model in House Training di Gugus Lokantara Kecam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Desentralisasi pemerintahan Indonesia yang di tandai dengan pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung lebih dari satu dasawarsa. Otonomi daerah merupakan pintu gerbang bagi daerah untuk membangun daerah secara mandiri sesuai dengan kewenangan, kemampuan, dan potensi yang dimiliki terutama dalam rangka mensejahterakan masya rakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan yang diberikan kepada daerah meliputi 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan, salah satu kewenangan wajib yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah kewenangan untuk melaksanakan urusan pendidikan.

Pada Tahun 2014 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah an Daerah, dimana undang-undang tersebut meng gantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pada undang-undang tersebut, urusan pendidikan merupakan kewenangan yang tetap diserahkan dan dilaksanakan oleh daerah, terutama tentang pelaksa naan pendidikan dasar.

(2)

2 namun juga dipengaruhi oleh partisipasi dan kemam puan masyarakat di daerah itu sendiri.

Kemampuan yang dibutuhkan untuk mendu kung pelaksanaan urusan pendidikan, baik oleh pe merintah maupun masyarakat antara lain kemam puan sumber daya manusia untuk mengelola dina mika masyarakat, kemampuan untuk mengalo kasikan sumber daya alam secara tepat, motivasi lembaga-lembaga pendukung pembangunan serta keberanian untuk mengambil keputusan – keputus an untuk kemajuan daerah (Suparlan, 2004).

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, khu susnya urusan pendidikan, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat di dalam pelaksanaan urusan pendidikan. Untuk mem berikan ruang bagi masyarakat dalam melaksana kan perannya di urusan pendidikan tersebut maka diperlukan suatu wadah yang dapat menjadi tempat untuk mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan potensi serta peran serta masyarakat. Sebuah wadah yang sekaligus menjadi sarana untuk menjamin terciptanya demokratisasi, transparasi, dan akun tabilitas pendidikan.

(3)

3 Sekolah mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 dan merupakan implementasi dari Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidik an tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah provinsi, peme rintah kabupaten/kota, pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau stakeholder pendidikan. Hal demikian sesuai dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat (Community Based Managemt) dan Manajemen Berbasis sekolah (School Based Mana gement) yang kini mulai diterapkan di Indonesia. Inti dari penerapan kedua konsep tersebut adalah bagai mana agar sekolah dan semua yang berkompeten atau stakeholder pendidikan dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk itu diperlukan kerjasama yang sinergik dari pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau stakeholder lainnya secara sistematik dalam melakukan pengelo laan pendidikan.

(4)

4 dilandasi oleh kesepakatan, komitmen, kesadaran, kesiapan membangun budaya baru, dan profesio nalisme semua stakeholders, terutamadalam mewu judkan “Masyarakat Sekolah” yang memiliki loyalitas terhadap peningkatan mutu sekolah.

Pendidikan dengan segala persoalannya tidak mungkin diatasi hanya oleh lembagasekolah. Untuk melaksanakan program-programnya, sekolah perlu mengundang berbagai pihak yaitu orang tuadan masyarakat, dimanadunia usaha/industri merupa kan salah satu bagian dari masyarakat yang dilibat kan untuk berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program pendidikan.

Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasi kan dengan baik agar lebih dapat dirasakan manfa atnya oleh sekolah, terutama dalam upaya pening katan mutu dan efektifitas pendidikan. Upaya untuk mengkoordinasikan hal tersebut adalah melalui komite sekolah disetiap satuan pendidikan, dengan demikian pelaksanaan MBS disatuan pendi dikan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.

(5)

5 ikut membantu meningkatkan kualitas manajemen sekolah.

Keikutsertaan orang tua dan masyarakat dilaku kan melalui sistem yang teraturmelalui komite seko lah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat (Sagala ,2007:169), hal tersebut merupakan tindak lanjut dari terbitnya Kepmendiknas No.044/U/2004, dima na Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) dinyatakan tidak berlaku lagi.

Organisasi komite sekolah berfungsi sebagai mitra sekolah untuk meningkatkan kualitas manaje men sekolah. Untuk itu orang tua siswa dan masya rakat di sekitar sekolah yang bergabung dalam komi te sekolah juga harus memahami pola manajemen sekolah yaitu MBS.

Mulyasa (2003:31) menjelaskan bahwa: “Manajemen Berbasis Sekolah merupa kan konsep pemberdayaan sekolah dalam rang ka peningkatan mutu dan kemandirian sekolah. Dengan manajemen berbasis seko lah diharapkan warga sekolah dan warga masyarakat setempat dapat melaksa nakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, per kembangan zaman, dan tuntutan global.”

(6)

6 Reynolds mendefinisikan Manajemen Berbasis Sekolah yang dia sebut juga sebagai Site-Based management dengan 3 komponen penting, yaitu: (1) Delegasi Kewenangan (otoritas) kepada individu seko lah untuk membuat keputusan mengenai program pendidikan sekolah yang berkaitan dengan personal, pendanaan, dan program; (2) Pengadopsian suatu model pengambilan keputusan bersama pada level sekolah oleh tim manajemen termasuk kepala seko lah, guru, orang tua, dan sewaktu-waktu siswa dan anggota masyarakat lainnya; (3) Suatu pengha rapan bahwa Site-Based management akan memfa silitasi kepemimpinan pada level sekolah dalam hal upaya peningkatan kualitas sekolah.

Begitu juga yang dikemukakan oleh Dit. PLP (2001):

“Dengan orientasi yang lebih kepada

peningkatan mutu , Manajemen Berbasis Sekolah tersebut dengan Manajemen Pening katan Mutu Berbasis Sekolah yang secara umum didefinisikan sebagai model manaje men yang meberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/ keluwesan kepada sekolah, dan mendorong secara langsung warga sekolah dan masyara kat untuk peningkatan mutu pendidikan dalam kerangkan kebijakan pendidikan nasi onal”.

Dalam buku yang diterbitkan Dit. PLP tersebut dengan jelas dikatakan bahwa:

(7)

7 antara lain mencakup; pengolahan proses belajar mengajar, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan kurikulum, pengelolaan kete nangan, pengelolaan fasilitas, pengelolaan keuangan, pelayanan siswa, hubungan seko lah dan masyarakat, dan pengelolaan iklim sekolah.”

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis sekolah adalah modal pengelolaan pendidikan yang memberikan otoritas (kewenangan) kepada sekolah untuk mengelola sum ber daya secara fleksibel sesuai dengan karakteristik sekolah dan budaya sekolah melalui berbagai kegiat an yang melibatkan kelompok-kelompok yang berke pentingan dengan sekolah. Kewenangan ini menye babkan terjadinya pergeseran otoritas pengambilan keputusan dari pemerintah pusat/daerah kepada individual sekolah melalui partisipatif aktif warga sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar.

Partisipasi sangat diperlukan agar setiap kebija kan dan keputusan sekolah benar-benar mencer minkan aspirasi stakeholders sekolah. Saat ini, Komite Sekolah merupakan wadah bagi stakeholders untuk berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam kerangka pengembangan sekolah .

(8)

8 nonprofit dan nonpolitik, yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan proses dan hasil pendi dikan.

Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri,tidak mempunyai hubungan yang hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lain nya. Akan tetapi komite sekolah tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan kon sep Manajemen Berbasis Sekolah.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:24) pada pasal 36 ayat 3 ditegaskan bahwa: Komite Sekolah/Madrasah sebagai lembaga mandiri, diben tuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayan an dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendi dikan. Komite sekolah merupakan suatu wadah yang memiliki fungsi dan peran untuk menyerap, menam pung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(9)

9 dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan, pelaksanaan, serta pengawas an/pengevaluasian pendidikan demi kemajuan mutu sekolah.

Dibentuknya Komite Sekolah dimaksudkan sebagai wadah pemberdayaan peran serta masyara kat (Suryadi,2003). Komite Sekolah merupakan mitra sekolah dalam upaya membangun komitmen dan loyalitas serta kepedulian masyarakat terhadap pe ningkatan kualitas pendidikan.Tujuan pembentukan Komite Sekolah salah satunya adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

Hal ini menunjukkan bahwa peran serta masyarakat itu sangat diperlukan untuk meningkat kan mutu pendidikan, bukan hanya sekedar membe rikan bantuan material saja, tetapi juga harus mem berikan bantuan berupa pemikiran, ide, dan gagas an-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah. Oleh karena itu, pembentukannya harus memper hatikan pembagian peran sesuai dengan posisi dan otonomi yang ada. Adapun peran yang dijalankan komite sekolah adalah sebagai: (1) Pemberi pertim bangan (advisory agency); (2) Pendukung (supporting agency); (3) Pengontrol (controlling agency); dan(4) Mediator (Mulyasa,2003:189).

(10)

10 peran dan fungsi komite sekolah dalam manajemen sekolah; (3) Peningkatan kapasitas pengurus komite sekolah berkaitan dengan manajemen sekolah; dan (4) Dukungan yang kuat dari komite sekolah terha dap program sekolah. Kemudian secara umum dite mukan bahwa keterwakilan lapisan masyarakat dalam kepengurusan komite sekolah belum sepenuh nya memenuhi aspirasi masyarakat, karena ada dian taranya hanya merubah nama BP3 menjadi komite sekolah, sedangkan pengurusnya tetap.

Realitas lainnya terkait keberadaan Komite Sekolah dilapangan menunjukkan bahwa (1) Tidak ada bedanya antara Komite Sekolah dengan BP3; (2) Komite Sekolah yang diharapkan dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan juga belum nyata; (3) Antara Komite Seko lah dengan pihak sekolah (terutama Kepala Sekolah) sering terjadi ketegangan, atau belum terjadi prinsip kemitraan dengan baik; dan (4) Fungsi komite sekolah sebagai meditor (antara sekolah dan masya rakat) tidak berjalan dengan baik; dan masih banyak lagi yang lainnya.

(11)

11 Pembinaan yang akan digunakan dalam peneli tian ini adalah Pembinaan Model In House Training. In house training adalah pelatihan SDM atau pelatih an karyawan yang pelaksanaannya berdasarkan permintaan oleh instansi peserta pelatihan, sehingga semua pesertanya berasal dari satu instansi yang sama. Karena pelatihan SDM dan pelatihan karya wan ini dilaksanakan khusus untuk satu instansi saja, sehingga materi In house training akan disesuai kan dengan kebutuhan. In house training dilaksa nakan untuk jumlah peserta yang banyak, yaitu seki tar 10 – 30 peserta. (untuk pelatihan bersifat teknis disarankan maksimal 10 peserta). Umumnya, lokasi in house training dilaksanakan di instansi peserta pelatihan atau ditempat yang sudah ditentukan oleh instansi peserta pelatihan.

(12)

12 PAUD Binaan KKN IKIP PGRI Semarang di Kota Semarang (2013:1).

Penelitian yang dilakukan Hamidah (2004) menunjukkan bahwa peran Komite Sekolah dalam pengembangan sekolah belum optimal, baik diseko lah negeri maupun swasta. Selama ini hanya meng utamakan pengumpulan dana dan pengembangan fisik sekolah, belum menyentuh pembangunan non fisik. Bahkan di beberapa sekolah swasta, komite sekolah ini tidak lebih dari kepanjangan tangan sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2004) mengenai manfaat pelatihan bagi komite sekolah menunjukkan adanya peningkatan peran komite sekolah, baik disekolah negeri maupun swasta. Peran yang ada bukan hanya sekedar rapat untuk pem bangunan, namun sudah memikirkan perkembang an sekolah.

(13)

13 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,

maka rumusan masalah yang dapat disampaikan

dalam penelitian ini adalah:

1.Apakah kegiatan In House Training dapat mening katkan peran komite sekolah badan pertimbangan di gugus lokantara?

2.Bagaimana kegiatan In House Training dapat meningkatkan peran komite sekolah badan per timbangan di gugus lokantara?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah

disampaikan di atas maka tujuan yang ingin dicapai

pada penelitian ini adalah:

1.Meningkatkan peran komite sekolah badan pertimbangan di gugus lokantara melalui In House Training.

2. Mengetahui langkah-langkah kegiatan In House

Training yang terbukti dapat meningkatkan peran

komite sekolah badan pertimbangan di gugus lokantara

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah: 1.Manfaat Teoritis

(14)

14 2.Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Sebagai bahan evaluasi diri dalam melaksana kan peran badan pertimbangan komite sekolah di sekolah masing-masing.

b. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai dasar pertimbangan atau acuan dalam mengimplementasikan peran khususnya badan pertimbangan komite sekolah di sekolah masing -masing

c. Bagi Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Grid Layout – Suatu tata letak media informasi yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain media informasi tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau

Salah satu cara yang dilakukan oleh toko dalam meningkatkan loyalitas pelanggan adalah dengan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan merek produk yang ditawarkan

Sepanjang suatu produk (barang atau jasa) dapat memberikan keuntungan yang maksimal di hati konsumen, maka konsumen akan merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh

[r]

• Asumsi yang digunakan adalah bahwa balok tak akan tertekuk, karena bagian elemen yang mengalami.. tekan, sepenuhnya terkekang baik dalam arah sumbu kuat ataupun

merupakan bagian dari struktur dengan kekangan lateral penuh maka harus dipenuhi persyaratan seperti pada SNI 03-1729-. 2002 pasal 11.3.1 sebagai

[r]

 Mahasiswa mampu mengevaluasi konsep perencanaan bangunan infrastruktur air dalam suatu wilayah sungai (WS), meliputi irigasi dan saluran (drainase), waduk