• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008

DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI

SKRIPSI

Oleh:

LISTARI DAMAYANTI

K7408232

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)

commit to user

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008

DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI

Oleh:

LISTARI DAMAYANTI

NIM K7408232

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(4)
(5)
(6)

commit to user

ABSTRAK

Listari Damayanti. IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO

9001:2008 DI SMK NEGERI 1 WONOGIRI. Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juni 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri; (2) mengetahui adanya faktor pendukung dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri; (3) mengetahui adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri; (4) mengetahui upaya yang dilakukan SMK Negeri 1 Wonogiri dalam mengatasi faktor -faktor yang menghambat pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian studi kasus. Strategi yang digunakan adalah tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen dan arsip, serta tempat dan peristiwa. Dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan secara non probabilitas (pemilihan nonrandom) dengan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Validitas data dengan menggunakan trianggulasi data/sumber dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) implementasi SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri dapat berjalan sesuai dengan standar yang dipersyaratkan oleh SMM ISO 9001:2008 walaupun masih terdapat beberapa hambatan. (2) faktor-faktor pendukung pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri yaitu: kesadaran dan komitmen diberikan secara totalitas oleh manajemen puncak serta warga sekolah SMK Negeri 1 Wonogiri, dana yang tersedia mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan SMM ISO 9001:2008, sarana dan prasarana yang tersedia mendukung terselenggaranya KBM dengan baik, serta adanya dukungan dari stakeholdersbaikstakeholdersinternal maupunstakeholderseksternal. (3) faktor-faktor penghambat pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri yaitu: kurangnya pemahaman personel terhadap SMM ISO 9001:2008, koordinasi antara lini kerja belum terkontrol dengan baik, serta proses perekaman kegiatan yang belum dilaksanakan sesuai sistem. (4) usaha-usaha yang dilakukan SMK Negeri 1 Wonogiri untuk mengatasi faktor penghambat tersebut yaitu: melakukan pemahaman secara terus menerus yaitu dengan mengadakan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah tentang SMM ISO 9001:2008, membangun komunikasi dan koordinasi yang terarah antar lini kerja, dan menyusun sistem pengendalian rekaman yang dibakukan.

(7)

commit to user ABSTRACT

Listari Damayanti. THE IMPLEMENTATION OF ISO 9001:2008 QUALITY MANAGEMENT SYSTEM IN SMK Negeri 1 Wonogiri. Essay, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, June 2012.

The purpose of this study are: (1) to know the implementation of ISO 9001:2008 Quality Management Systems in SMK Negeri 1 Wonogiri, (2) to know the support implementation of ISO 9001:2008 Quality Management Systems in SMK Negeri 1 Wonogiri, (3) to know the presence of inhibiting factors in the implementation of ISO 9001:2008 Quality Management System in SMK Negeri 1 Wonogiri, (4) to know the efforts which are made by SMK Negeri 1 Wonogiri in overcoming the factors that hinder the implementation of ISO 9001:2008 Quality Management System.

The study used descriptive research method with qualitative approach. Type of research which used the case study. Data sources that used were informants, documents and archives, as well as places and events. In this study, the determination of non-probability sample is done (nonrandom selection) by the method of purposive sampling. Data collection techniques used were interviews, observation and documentation. The validity of the data used triangulation of data / sources and triangulation methods. While the data analysis technique used is the interactive analysis techniques.

Based on the results of the data analysis and discussion, it can be concluded that: (1) the Implementation of ISO 9001:2008 QMS in SMK Negeri 1 Wonogiri can run properly and in accordance with the standards required by ISO 9001:2008 QMS. (2) The factors supporting the implementation of ISO 9001:2008 QMS in SMK Negeri 1 Wonogiri include: awareness and commitment provided by top management as well as the totality of citizens of the school SMK Negeri 1 Wonogiri, available funds sufficient to meet the needs of the implementation of ISO 9001 QMS: 2008, facilities and infrastructure are available to support the implementation of good teaching, as well as the support from stakeholders both internal stakeholders and external stakeholders. (3) Factors factors the implementation of ISO 9001:2008 QMS in SMK Negeri 1 Wonogiri include: lack of understanding of QMS ISO 9001:2008 personnel, coordination of work between the lines has not been well controlled, and the process of recording activity that has not been implemented according to the system. (4) Efforts that are made SMK Negeri 1 Wonogiri to overcome the inhibiting factors are: conduct on going understanding that by socialite to all citizens of the school of ISO 9001:2008 QMS, build communication and coordination between the directional line of work, and develop a standardized system of recording control.

(8)

commit to user

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S. Al-Insyirah: 6)

Tidak ada rahasia untuk menggapai sukses

Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari

kegagalan.

(Colin Powell)

Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah

Hidup adalah sebuah lagu, maka nyanyikanlah

Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah

Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah

Hidup adalah cinta, maka nikmatilah

(Bhagawan Sri Sthya Sai Baba)

(9)

commit to user

PERSEMBAHAN

Teriring sujud syukurku kepada Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana

ini kepada :

Yang kuhormati, kusayangi, dan kubanggakan yang telah memberikan segalanya untukku. Doamu yang tiada terputus dan pengorbananmu tak

bisa terbalaskan. Terimakasih atas dukungan dan doanya selama ini.

(Bapak dan Ibu)

Sahabat-sahabatku seperjuanganSos’one’08. Semua terasa cepat

denganmu kawan.

(Dijhe, Ryana, Pyul, dll...)

Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu baik kepadaku, memotivasiku, dan

memberiku semangat.

(Nana, Dinda, Iin, Arum, dll...Thank’s all)

Seseorang yang telah memberi warna dalam hidupku.

Teman-teman B1 dan PAP A tercinta.

(10)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat,

dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna

memenuhi syarat mendapatkan gelas Sarjana Pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak mengalami

hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat

menyelesaikannya. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya tidak lupa

peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta beserta segenap jajarannya, yang telah memberikan ijin untuk

melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui

permohonan ijin menyusun skripsi.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin

penyusunan skripsi.

4. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah

memberikan pengarahan dan ijin menyusun skripsi.

5. Drs. Ign. Wagimin, M.Si, selaku Pembimbing I yang dengan sabar senantiasa

memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Ibu Tutik Susilowati, S. Sos, M. Si, selaku Pembimbing II yang dengan sabar

senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan dukungan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Administrasi Perkantoran yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat

bermanfaat bagi peneliti.

8. Drs. Suwandi, selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Wonogiri yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staff di SMK Negeri 1 Wonogiri yang telah

(11)

commit to user

10. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan pilihan terbaik untuk saya dan

menjadikan motivasi terbesar saya dalam menjadi yang terbaik.

11. Sahabat-sahabat dari kecil hingga dewasa saat ini, yang selalu memberikan

bimbingan, bantuan, dukungan, motivasi yang begitu luar biasa.

12. Rekan-rekan PAP 2008 yang selalu memberikan motivasi untuk menjadi yang

terbaik di antara kalian semua.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah

membantu penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan maka saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Peneliti harapkan

skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya

serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2012

(12)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN ABSTRAK... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. RumusanMasalah ……….. 5

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan……… 8

1. Kajian Tentang Pengertian Pendidikan……….….…….…. 8

2. Kajian Tentang Pendidikan Berbasisi Mutu….……… 10

3. Kajian Tentang Manajemen Berbasis Sekolah……… 13

4. Kajian Tentang SMM ISO 9001:2001….……… 14

5. Hasil Penelitian yang Relevan ………...……… 42

(13)

commit to user BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 46

B. Pendekatan dan JenisPenelitian …………..……….. 47

C. Data danSumber Data ……….. 49

D. Teknik Pengambilan Sampel……… 50

E.Pengumpulan Data …………...……… 51

F. UjiValiditas Data ……..……… 53

G.Analisis Data …………...………. 55

H. Prosedur Penelitian ……….. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 59

B. Deskripsi Temuan Penelitian ……… 67

C. Pembahasan ...…………. 117

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 127

B. Implikasi ……… 131

C. Saran ………. 131

DAFTAR PUSTAKA ………. 133

(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1... 77

Tabel 4.2... 81

Tabel 4.3... 93

(15)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 45

Gambar 3.1 Model Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Interaktif 57

(16)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 134

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 135

Lampiran 3. Field Note ... 138

Lampiran 4. Foto ... 165

Lampiran 5. Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Wonogiri ... 168

Lampiran 6. Struktur Organisasi SMM ISO 9001:2008 ... 169

Lampiran 7. SK Pembagian Tugas Guru ... 170

Lampiran 8. Sertifikat ISO ... 173

Lampiran 9. Data QMR... 174

Lampiran 10. Data Bidang Kurikulum... 175

Lampiran 11. Data Bidang Kesiswaan ... 181

Lampiran 12. Data Bidang BKK... 185

Lampiran 13. Data Bidang BP ... 190

Lampiran 14. Data Bidang Humas ... 194

Lampiran 15. Surat Ijin Penulisan Skripsi ... 197

Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian ... 198

Lampiran 17. Surat Rekomendasi dari BAPPEDA... 199

(17)

commit to user

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi memiliki tiga ciri utama, yaitu: kebebasan, keterbukaan,

dan integrasi global. Kebebasan merupakan ciri di mana suatu negara bebas

memasukkan barang/jasa ke negara lain tanpa hambatan. Keterbukaan ditandai

dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih dan memudahkan

mendapat informasi yang dibutuhkan. Dan terakhir, integrasi global membawa

perubahan dunia yang tidak lagi terbendung. Derasnya arus informasi

berimplikasi terhadap perubahan di segala bidang. Hubungan antarnegara satu

dengan lainnya tidak ada batas yang merintangi komunikasi, bahasa, budaya,

sosial yang dulunya jadi permasalahan, seakan kabur melebur menjadi entitas

masyarakat yang berkode etik satu, yaitu kode etik internasional.

Salah satu permasalahan era globalisasi saat ini adalah persoalan sekolah

sebagai bagian dari lingkungan pendidikan yang belum mampu merespon

kebutuhan dan persoalan sosial. Sekolah di Indonesia belum bisa berkembang dan

bersaing sebaik sekolah luar negeri. Banyak sekolah di Indonesia yang memiliki

sumber daya manusia yang rendah dan fasilitas pembelajaran yang minim. Pada

lulusan sekolah menengah maupun perguruan tinggi tidak siap memenuhi

kebutuhan masyarakat. Banyak lulusan SMU, SMK, dan perguruan tinggi tidak

kompeten. Peserta didik yang tidak siap jadi warga negara yang bertanggung

jawab dan produktif, akhirnya hanya jadi beban masyarakat.

Sekolah adalah salah satu tempat untuk menciptakan manusia yang

intelektual tanpa melihat latar belakang budaya, ekonomi, status sosial pada siswa

yang ada di dalamnya. Sehingga sekolah mudah diterima oleh semua kalangan

masyarakat. Akan tetapi pada kenyataan di Indonesia, telah terjadi

pengelompokan sekolah, dengan kriteria sekolah favorit dan sekolah unggulan.

Jika terjadi terus pengelompokkan sekolah, hal tersebut akan menciptakan

(18)

commit to user

siswa. Tetapi pada akhirnya tolak ukur kercedasan siswa terlihat pada hasil akhir

kelulusan mereka.

Munculnya sekolah elit, unggulan dan sekolah favorit pada dasarnya

secara subtansial sekolah-sekolah tersebut identik dengan biaya yang mahal.

Sehingga sebagian besar orang tua tidak mampu membiayai anaknya untuk

sekolah di sekolah tersebut. Namun sekolah-sekolah itu ternyata memang dapat

diandalkan untuk memenuhi harapan masyarakat. Sesuatu yang sangat

disayangkan. Beberapa sekolah yang disebut sekolah favorit, elit dan sekolah

unggulan umumnya adalah sekolah swasta yang dikelola dengan manajemen yang

baik. Sekolah negeri yang notabenenya sekolah pemerintah rata-rata tidak masuk

dalam sekolah tersebut. Padahal sekolah negeri mendapat subsidi dari pemerintah

termasuk segi penggajian guru dan karyawan.

Masyarakat membutuhkan kualitas pekerja berpendidikan tinggi dan

tenaga kerja yang siap memasuki lapangan kerja dengan kualifikasi kemampuan

tinggi. Kebutuhan masyarakat itu telah mendorong para pendidik untuk

mengembangkan institusi kependidikan yang semakin hari semakin kompleks.

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan

baru menyangkut pembaharuan sistem pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan

telah mendorong berbagai pihak untuk melakukan berbagai usaha. Fokus utama

yang harus diperhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan

institusi sekolah sebagai basis utama pendidikan, baik aspek manajemen, sumber

daya manusia, maupun sarana dan prasarananya.

Pemerintah saat ini tengah menerapkan suatu pendekatan terbaru yaitu

Manajemen Berbasis Sekolah atau yang sering kita dengar dengan sebutan MBS.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu strategi wajib yang ditetapkan

oleh Indonesia sebagai standar dalam mengembangkan keunggulan pengelolaan

sekolah. Penegasan ini dituangkan dalam USPN Nomor 20 tahun 2003 pada pasal

51 ayat 1 bahwa pengelolaan satuan pendidikan menengah dilaksanakan

berdasarkan standard pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis

sekolah. MBS yang diterapkan saat ini diharapkan mampu untuk meningkatkan

(19)

commit to user

bukan hanya berorientasi pada input yang selama ini banyak terjadi pada sekolah

di Indonesia.

Memasuki era otonomi yang baru, setiap sekolah baik swasta maupun negeri

diharapkan untuk bisa madiri dan mampu untuk menggali potensi yang ada di dalam

sekolahnya. Suatu tantangan yang semestinya mendapat respon dari pihak

penyelenggara sekolah negeri, agar di era otonomi mereka harus dapat

mengoptimalkan kinerja mereka tanpa ketergantungan pada pemerintah. Pihak

sekolah harus benar-benar menata kembali lembaga persekolahan dengan manajemen

modern dan profesional. Sekolah negeri harus benar-benar inovatif memberdayakan

potensi sekolah di tengah masyarakat menampilkan produktivitas yang tinggi,

sehingga ketergantungan tersebut bisa dikurangi. Sekolah perlu menyiapkan sumber

daya manusia yang berkualitas agar dapat bertahan dalam masa sulit seperti ini yang

meliputi: tenaga pengajar (guru), anak yang diajar (siswa) dan personil lainnya

sebagai sarana dan prasarana belajar mengajar. Dalam proses tersebut, sesuatu yang

tidak dapat dilupakan adalah bagaimana membuat siswa menjadi berkualitas. Salah

satu cara yang dilakukan sekolah agar lulusannya berkualitas dan mampu bersaing di

era globalisasi adalah dengan meningkatkan manajemen sekolahnya.

Manajemen Berbasis Sekolah berorientasi pada kebebasan dalam

pengambilan keputusan partisipasif dan dukungan sumber daya yang baik. Oleh

karena itu MBS mendorong sekolah untuk menerapkan suatu sistem manajemen

mutu bertaraf internasional. Sekolah menginginkan kualitas pendidikan berstandar

internasional dan lulusan yang mampu berkompetisi di era globalisasi. Hal

tersebut sesuai dengan penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

bahwa “….dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah pendidikan

yang berdaya saing ditingkat global, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

memberikan perhatian khusus pada satuan pendidikan tertentu yang berkategori

mandiri dan berorientasi untuk bertarafinternasional”.

Bagi sekolah yang ingin melakukan perbaikan dalam hal sistem

manajemennya, salah satu manajemen mutu yang dapat dipergunakan adalah

sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 (pelayanan terhadap pelanggan).

Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 memiliki dampak yang sangat

(20)

commit to user

Manajemen pendidikan difokuskan pada peran kepala sekolah sebagai manajer

profesional yang dalam pelaksanaannya didukung oleh tim akademis lainnya.

Penerapan ISO 9001:2008 berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan

sehingga diharapkan dapat memuaskan pelanggan pendidikan yang pada akhirnya

berdampak pada peningkatan mutu sekolah maupun mutu pendidikan secara

nasional di Indonesia.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang

sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK

sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Berkaitan denga pengertian

tersebut, Soedomo Hadi berpendapat, “Sekolah menengah kejuruan, yaitu jenjang

pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan ketrampilan peserta

didik untuk melaksankan jenis pekerjaan tertentu” (2003: 143). Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia memiliki tujuan membentuk manusia

Indonesia yang berkualitas baik secara intelektual, spiritual, emosional dan juga

fisik. Secara khusus, tujuan sistem pendidikan di SMK adalah memberikan bekal

kompetensi keahlian kepada siswa untuk bekerja dalam bidang yang spesifik.

Sekolah Menengah Kejuruan juga berfungsi untuk mendidik siswa menjadi

mandiri, produktif, mampu berkompetisi, memiliki sikap profesional dan sikap

wirausaha dalam keahlian yang diperlajarinya.

Saat ini banyak SMK tak terkecuali SMK Negeri 1 Wonogiri mulai

mengadopsi sistem manajemen mutu berstandar internasional yaitu Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam pengelolaan manajemen sekolah dengan

harapan bahwa manajemen dapat terlaksana dengan baik dan mengarah pada

peningkatan mutu sekolah. Sistem manajemen mutu dapat memberikan manfaat

yang besar dalam institusi pendidikan tersebut. Adapun manfaat yang diperoleh

antara lain: (1) memperbaiki mutu dari semua proses yang telah dilakukan,

mempermudah kegiatan pekerjaan dalam organisasi; (2) memberikan pelatihan

secara sistemik kepada seluruh staff organisasi melalui prosedur-proedur dan

(21)

commit to user

pada karyawanya, meningkatkan kepercayaan dan kepuasan para pelanggan, serta

meningkatkan reputasi.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan di SMK Negeri 1 Wonogiri

diketahui bahwa pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 belum efektif. Pada dasarnya

sekolah yang sudah mendapatkan sertifikat SMM ISO 9001:2008 harus menjamin

bahwa pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan yang berkualitas sehingga

dapat memberikan kepuasan kepadastakeholders. Tetapi SMK Negeri 1 Wonogiri belum sepenuhnya mewujudkan harapan dari stakeholderstersebut. Hal ini dapat dirasakan oleh beberapa stakeholders terutama adalah siswa dan orang tua yang merupakan pelanggan utama dari SMK Negeri 1 Wonogiri.

Pelayanan yang kurang optimal tersebut antara lain sering terjadi jam

pelajaran kosong, guru menggunakan metode konvensional dalam proses

pembelajaran, guru kurang memanfaatkan sarana pembelajaran berbasis ICT,

sehingga menyebabkan proses pembelajaran kurang berjalan dengan lancar. SMK

Negeri 1 Wonogiri dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

stakeholders apabila SMM ISO 9001:2008 dilaksanakan sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Berdasarkan pada latar belakang

permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di bidang

pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan yaitu tentang

”IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI

SMK NEGERI 1 WONOGIRI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK

Negeri 1 Wonogiri?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan Sistem Manajemen

Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri?

3. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan Sistem Manajemen

(22)

commit to user

4. Bagaimanakah upaya yang dilakukan SMK Negeri 1 Wonogiri dalam

mengatasi faktor – faktor yang menghambat pelaksanaan Sistem Manajemen

Mutu ISO 9001:2008?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang

ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di

SMK Negeri 1 Wonogiri.

2. Untuk mengetahui adanya faktor pendukung dalam pelaksanaan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri.

3. Untuk mengetahui adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 1 Wonogiri.

4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan SMK Negeri 1 Wonogiri dalam

mengatasi faktor–faktor yang menghambat pelaksanaan sistem Manajemen

Mutu di SMK Negeri 1 Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis

maupun teoritis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep Sistem Manajemen

Mutu ISO 9001:2008 dan implementasinya di dunia pendidikan serta

mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan mutu sekolah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan

pengembangan penelitian di masa yang akan datang, serta diharapkan

memberikan kemanfaatan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan kontribusi pemikiran yang dapat dijadikan sebagai referensi

(23)

commit to user

ISO 9001:2008 seperti yang telah dilaksanakan oleh SMK Negeri 1

Wonogiri.

b. Memberikan kontribusi pemikiran bagi dunia pendidikan serta peneliti

yang lain mengenai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan dan

diharapkan dapat menambah referensi dalam penelitian sejenis.

c. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

(24)

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang

relevan dimana teori-teori tersebut dikaji dalam kajian pustaka. Kajian pustaka

pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang

konsep-konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan.

Dilihat dari penelitian ini maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah sebagai

berikut:

A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan

1. Kajian Tentang Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas

dari kehidupan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat

diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karena seperti yang kita ketahui

bahwa dengan pendidikan akan mencetak sumber daya manusia yang

berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan

merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari

proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat

mencapai kemajuan. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menyelenggarakan

pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan

kualitas manusia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

“Pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan

oleh orang yang bertanggungjawab kepada anak didik” (Soedomo Hadi,

2003: 18). Pengertian pendidikan itu memerlukan bantuan dan pengarahan

yang dapat dipertanggungjawabkan dari seseorang. Sedangan menurut Ki

Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya

(25)

commit to user

anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang sebesar-besarnya

(Hasbullah, 2005: 4).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

pasal (1), tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah

kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh

orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi

terciptanya manusia yang berilmu.

Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan pendidikan sesuai dengan

nilai-nilai kehidupan yang sedang diperjuangkan untuk kemajuan bangsanya. Seperti

halnya Bangsa Indonesia yang memiliki tujuan pendidikan yaitu agar bangsa

Indonesi cerdas, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, berbudi luhur,

beriman dan taqwa, serta berkepribadian yang baik yang nantinya akan

membawa bangsa Indonesia mampu bersaing di era globalisasi saat ini. Tujuan

pendidikan nasional juga terdapat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 yang

berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, inovatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada setiap sistem pendidikan pasti terdapat unsur-unsur untuk

mencapai tujuan pendidikan yang menyeluruh. Suwarno mengatakan

komponen pendidikan saling berkaitan, apabila salah satu komponen tidak

ada maka proses pembelajaran tidak akan dapat dilaksanakan (2009).

(26)

commit to user a. Tujuan

b. Peserta didik

c. Pendidik

d. Alat

e. Lingkungan/milieu

2. Kajian Tentang Pendidikan Berbasis Mutu

a. Pengertian Mutu

Dalam memilih dan menentukan suatu produk hal utama yang

menjadi pertanyaan yaitu mengenai mutunya, apakah mutunya bagus atau

jelek. Konsumen membutuhkan produk atau layanan yang bermutu tinggi

dan tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan harga yang terjangkau

dan sesuai dengan manfaat yang akan diperoleh. Organisasi yang ingin

tetap eksis di era persaingan pasar global harus mencapai level mutu yang

tinggi. Penting bagi para manajemen maupun pegawai organisasi untuk

memahami bagaimana mutu menjadi bagian dari gambaran yang besar

dalam memberikan nilai lebih bagi pelanggan. Mengenai definisi mutu

Syukri (2011) berpendapat, “ mutu adalah konsep yang cukup sulit untuk

dipahami dan disepakati oleh para pakar, maupun oleh para praktisi,

karena maknanya sangat tergantung pada konteks yang dibicarakan,

sehingga memiliki beragam interpretasi dan tidak dapat didefinisikan

secara tunggal”.

Sedangkan menurut Garvin (dalam Nasution, 2001: 16) mutu

didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, manusia/ tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Berdasarkan

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah kualitas barang dan

jasa atau suatu kesesuaian antara barang atau jasa yang dihasilkan dengan

standar yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

(27)

commit to user

b. Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Mutu

Pada era globalisasi sekarang ini dunia pendidikan harus

menyesuaikan diri dengan perubahan–perubahan yang terjadi dalam

kehidupan. Sekolah harus mampu belajar untuk bisa berjalan dengan

sumber daya yang kurang memadai. Selain itu, dunia pendidikan juga

harus selalu memperhatikan mutu dari pendidikan tersebut. Soedomo Hadi

(2003) mengungkapkan bahwa permasalahan-permasalahan pendidikan di

Indonesia salah satu diantaranya adalah masalah yang menyangkut

kualitas pendidikan, pemilikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari

lulusan suatu satuan pendidikan.

Mutu pendidikan di Indonesia harus ditingkatkan karena dua

alasan. Pertama, strategi pembangunan Indonesia selama ini lebih bersifat

Input Oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semuainputpendidikan telah dipenuhi seperti penyediaan buku dan alat belajar, pelatihan guru dan tenaga kependidikan, maka

secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan

output(keluaran) bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi ini tidak berfungsi sepenuhnya di dunia pendidikan, melainkan hanya

terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan atau

manajemen pendidikan selama ini bersifat macro oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang

diproyeksikan di tingkat pusat tidak terjadi atau tidak berjalan sebagai

mana mestinya di tingkat mikro. Atau dengan singkat dapat dikatakan

bahwa kompleksitas cakupan permasalahan pendidikan seringkali tidak

dapat terfikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Sekolah yang bermutu mempunyai beberapa karakteristik,

sehingga dengan karakteristiknya tersebut menjadikan sekolah-sekolah

tersebut berbeda dengan sekolah lainnya. Arcaro (2005: 38)

(28)

commit to user 1) Fokus PadaCustomer

a) Customer internal yaitu orang tua, siswa, guru, administrator, staf dan dewan sekolah yang berada di dalam sistem pendidikan.

b) Customer eksternalyaitu masyarakat, perusahaan, keluarga, militer dan perguruan tinggi yang berada di luar organisasi, namun

memanfaatkanoutputproses pendidikan. 2) Keterlibatan Total

Setiap orang harus berpartisipasi dalam transformasi mutu. Mutu

bukan hanya tanggung jawab dewan sekolah atau pengawas. Mutu

merupakan tanggung jawab semua pihak. Perbaikan mutu ini bisa

diawali dengan mengubah paradigma lama menjadi paradigma baru

yang lebih bermanfaat.

3) Pengukuran

Pengukuran hasil belajar di sekolah merupakan hal yang sering gagal

di sekolah. Sekolah hanya memperhatikan hasil belajar sebagai mutu

dari sekolah. Apabila hasil ujian siswa bertambah baik berarti mutu

pendidikan baik. Sedangkan pada kenyataannya hasil ujian tidak bisa

dijadikan suatu pedoman untuk mengukur baik buruknya suatu mutu

pendidikan.

4) Komitmen

Para pengawas dan dewan sekolah harus memiliki komitmen pada

mutu. Apabila mereka tidak memiliki komitmen atau mempuyai

komitmen yang rendah, maka dapat dipastikan proses transformasi

mutu tidak akan dimulai karena kalaupun dijalankan pasti gagal.

5) Perbaikan Berkelanjutan

Para professional pendidikan harus secara konsisten menemukan cara

untuk menangani masalah yang muncul, mereka harus memperbaiki

proses yang dikembangkannya dan membuat perbaikan yang

diperlukan. Perbaikan sekolah harus dilakukan secara terus menerus

(29)

commit to user

3. Kajian Tentang Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah model manajemen yang

memberikan otonomi lebih ke sekolah-sekolah dan meningkatkan

keterlibatan langsung dari komunitas sekolah (kepala sekolah, guru,

mahasiswa, staf, orang tua dan masyarakat) dalam mengambil keputusan

dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah di bawah kebijakan Departemen

Pendidikan Nasional. Konsep MBS dipilih didasarkan pada paradigma

desentralisasi pendidikan yang diterapkan untuk memecahkan

ketidakefektifan dari paradigma pendidikan sentralistik yang sebelumnya

diterapkan di Indonesia.

Manajemen pendidikan sentralistik tidak mendidik manajemen

sekolah untuk kreatif mengembangkan organisasi sekolah, mengembangkan

partisipasi masyarakat. MBS membuat komunitas sekolah yang peserta aktif

terlibat dalam membuat keputusan dalam kaitannya dengan program-program

sekolah termasuk kurikulum dan strategi pembelajarannya.

E. Mulyasa (2004:24) mendefinisikan “MBS sebagaiparadigma baru

pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan

masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”. Disini

dijelaskan bahwa otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber

daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas

kebutuhan, serta lebih tanggap kepada kebutuhan setempat. Sedangkan

pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu

dan mengontrol pengelolaan pendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu wujud dari

reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan

pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik. Otonomi dalam

manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para

staf, menawarkan partispasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan

meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Fattah (dalam E.

(30)

commit to user

sekolah merupakan inti MBS yang dipandang memiliki tingkat efektifitas

tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut ini:

a. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru;

b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal;

c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru dan iklim sekolah;

d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.

Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai dengan otonomi sekolah

dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah terhadap

gejala-gejala yang muncul di masyarakat. Sedangkan E. Mulyasa (2004: 25)

merumuskan tiga tujuan MBS, antara lain:

a. Peningkatan efisiensi melalui keleluasaan mengelola sumber daya

partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.

b. Peningkatan mutu melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah,

fleksibilitas pengelolaan sekolah dan peningkatan profesionalisme guru

dan kepala sekolah.

c. Pemerataan pendidikan melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang

memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.

Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa

kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.

4. Kajian Tentang Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

a. Pengertian Sistem Manajemen Mutu

Suatu organisasi tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya sebuah

sistem yang menjalankan semua aktifitasnya, karena pada suatu sistem

terdapat beberapa unsur yang saling mendukung satu sama lain untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian sistem menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2002) “Sistem adalah perangkat unsur yang secara

(31)

commit to user

dalam penelitian ini merupakan sebuah sistem yang terdiri dari beberapa

komponen atau unsur-unsur saling berkaitan satu sama lain dan keadaan

saling bergantung satu sama lain, dilaksanakn secara terorganisisr dan

struktural dalam mengelola dan meningkatkan mutu dari suatu lembaga

tersebut dengan mengacu pada sebuah standar internasional ISO

9001:2008.

Menurut Dharma yang dikutip oleh Syukri (2011) pengertian

sistem manajemen mutu dijelaskan sebagai berikut, “SMM merupakan

sekumpulan prosedur yang terdokumentasi disertai standar untuk

manajemen sistem yang bertujuan untuk memastikan kesesuaian dari suatu

proses dan produk yang berupa barang ataupun jasa terhadap persyaratan

tertentu”. Sistem manajemen mutu dalam penelitian ini merupakan

sekumpulan prosedur yang sudah terdokumentasi dan sudah terstandar

dalam manajemennya, bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses

dan terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu dalam peningkatan mutu.

Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh

pelanggan dan organisasi. Dalam penelitian ini peneliti menitik beratkan

pada sistem manajemen mutu di bidang pendidikan, dimana sistem

manajemen mutu pendidikan dilakukan dengan cara mengarahkan sumber

daya pendidikan. Hal tersebut agar semua orang yang terlibat di dalamnya

melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam

perbaikan pelaksanaan pekerjaan, sehingga menghasilkan jasa/produk

yang sesuai atau melebihi kebutuhan pelanggan.

b. Pengertian ISO (International Organization for Standardization)

The International Organization for Standardization atau yang sering kita dengar dengan sebutan ISO adalah badan standar dunia yang

dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan

dengan perubahan barang dan jasa. ISO juga dapat disimpulkan sebagai

koordinasi standar kerja internasional, publikasi standar internasional, dan

promosi pemakaian standar internasional. ISO adalah organisasi bukan

(32)

commit to user

merupakan sebuah organisasi internasional yang terdiri dari 130 negara

yang berkedudukan di Jenewa, Swiss.

Banyak yang beranggapan bahwa ISO adalah singkatan dari kata

The International Organization for Standardization. ISO bukanlah singkatan yang seperti yang selalu disebutkan oleh banyak orang. ISO

adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “sama”,

seperti istilah “Isoterm” yang berarti “suhu yang sama”, “Isometric yang

berarti “dimensi yang sama”, dan “Isobar” yang berarti “tekanan yang

sama”. Kata ini digunakan oleh International Organization for

Standardization sebagai nama dari organisasinya dengan tujuan untuk mempermudah dalam penggunaan dan agar mudah diikuti.

ISO TC 176 untuk manajemen mutu dan jaminan mutu sendiri

dibentuk tahun 1979 untuk mengembangkan suatu standar sistem

manajemen mutu, yang kemudian dipublikasikan tahun 1987 sebagai

standar seri ISO 9000. Pengalaman dalam menerapkan Standar ISO 9000

Series, umpan balik dan masukan baru dari anggota badan menghasilkan

tinjauan yang terus menerus terhadap Standar ISO 9000 Series, dan

publikasi dari pedoman baru dalam penerapan pembangunan Standar ISO

9000 Series. Produk-produk ISO yang terkenal antara lain :

1) ISO 9000 Series yang memuat tentang standar Sistem Manajemen

Mutu.

2) ISO 14000 Series yang memuat tentang standar Sistem Manajemen

Lingkungan.

3) ISO TS 17025 yang memuat tentang standar Pengujian dan Kalibrasi

di Laboratorium.

4) ISO TS 16949 yang memuat tentang standar Sistem Manajemen Mutu

di industri otomotif.

Dari semua produk ISO di atas, ISO 9000 merupakan salah satu

jalan merebut pelanggan, terutama bila ingin merebut pelanggan yang

mensyaratkan penjaminan kualitas (quality assurance). Penjamin kualitas

(33)

commit to user

diimplementasikan dalam sistem kualitas untuk memberikan suatu

keyakinan yang memadai bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi

persyaratan kualitas. Seri ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk

mengoptimalkan efektifitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan

sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang berkesinambungan. Sistem

Manajemen Mutu formal yang berlaku secara internasional adalah Sistem

Manajemen Mutu ISO 9000.

c. Family ISO 9000 Series

Nasution (2001) mengemukakan bahwa Seri ISO 9000 series dapat

dikelompokkan ke dalam dua tipe dasar standar, yaitu:

1) Seri-seri ISO 9000 yang memuat persyaratan standar sistem kualitas,

yaitu ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003.

2) Seri-seri ISO 9000 yang berkaitan dengan petunjuk untuk pedoman

manajemen kualitas (quality management guidelines), yaitu ISO

9004 beserta bagian-bagiannya.

Gaspersz dalam M. N. Nasution (2001) menjabarkan beberapa seri

ISO 9000 tersebut sebagai berikut:

1) ISO 9000-1, Manajemen Kualitas dan Standar Jaminan Kualitas-Penunjuk untuk Pemilihan dan Penggunaan.

2) ISO 9000-2, Petunjuk dan Aplikasi ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003.

3) ISO 9000-3, Petunjuk dan Aplikasi ISO 9001 pada Pengembangan, Penawaran dan Pemeliharaan Perangkat Lunak (Software).

4) ISO 9000-4, Petunjuk pada Keberlangsungan Manajemen Program. 5) ISO 9001, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam

Desain/Pengembangan Produksi, Instalasi dan Pelayanan.

6) ISO 9002, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam Produksi dan Instalasi.

7) ISO 9003, Sistem Kualitas Model untuk Jaminan Kualitas dalam Inspeksi dan Pengujian Akhir.

8) ISO 9004-1, Manajemen Kualitas dan Elemen-elemen Sistem Kualitas–Suatu Petunjuk.

9) ISO 9004-2, Manajemen Kualitas dan elemen-elemen Sistem Kualitas - Petunjuk untuk Jasa.

10) ISO 9004–3, Petunjuk untuk Material yang Diproses. 11) ISO 9004–4, Petunjuk untuk perbaikan Kualitas.

(34)

commit to user

13) ISO 9004–6, Petunjuk Jaminan Kualitas untuk Manajemen Proyek. 14) ISO 9004–7, Petunjuk untuk Manejemen Konfigurasi.

Dari penjabaran Gaspersz tentang seri ISO 9000 di atas, maka bisa

diketahui bahwa ISO 9001 termasuk bagian dari seri ISO 9000. Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001 adalah Sistem Manajemen Mutu untuk

jaminan kualitas dalam hal desain/perancangan, pengembangan produk,

produksi perakitan dan pelayanan. Seri ISO 9001 digunakan oleh

perusahaan-perusahaan atau instansi yang ingin memberikan jaminan ke

pelanggan bahwa persyaratan tertentu yang diminta customer telah dipenuhi semuanya mulai dari desain sampai pelayanan. Seri ini

merupakan seri terlengkap dan paling dituntut untuk diaplikasikan

terutama dalam sifat kontraktual. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001

digunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditentukan

terpenuhi.

d. Prinsip-Prinsip ISO 9001:2008

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 disusun berlandaskan

pada delapan prinsip kualitas. Menurut Syukri (2011) delapan prinsip

sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 yaitu:

1) Fokus pada pelanggan

Pada dasarnya suatu organisasi tergantung pada pelanggan, oleh

karena itu manajemen organisasi harus memahamikebutuhan

pelanggan untuk masa sekarang dan yang akan datang, memenuhi

persyaratan-persyaratan pelanggan dan berusaha untuk melampaui

harapan pelanggan.

2) Kepemimpinan

Suatu organisasi sangat tergantung pada pimpinannya, oleh karena itu

para pemimpin harus menyatukan arah dan tujuan dari organisasinya.

Mereka harus memelihara dan menciptakan suatu lingkungan internal,

dimana semua orang bisa terlibat penuh dalam pencapaian

(35)

commit to user 3) Keterlibatan karyawan

Keterlibatan karyawan secara optimal akan menjadi keuntunag bagi

perusahaan karena segala hal yang dilakukan berdasar pada

pemahaman mengenai kebutuhan perusahaan.

4) Pendekatan proses

Seluruh proses yang terkait dengan aktivitas dan sumber daya

perusahaan harus dikontrol karena akan berpengaruh kepada hasil

akhir yang menjadi image perusahaan. Aktifitas implementasi sistem selalu mengikuti alur proses yang terjadi dalam organisasi.

5) Pendekatan sistem kepada manajemen

Sebuah organisasi harus memliki sebuah sistem yang jelas dan pasti.

Pengelolaan proses-proses yang saling berkaitan sebagai sebuah

sistem akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian

sasaran-sasaran organisasi.

6) Perbaikan berkelanjutan

Suatu organisasi yang melakukan perbaikan berkelanjutan dan terus

menerus terhadap kinerjanya akan mampu bertahan dan berkembang

dalam kompetensi pasar global yang selalu berubah dari waktu ke

waktu.

7) Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan harus didasarkan pada analisis yang akurat,

relevan, dan data yang tepat. Informasi yang memadai juga sangat

diperlukan untuk membantu melakukan analisis dalam pengambilan

keputusan. Budaya ini perlu ditanamkan di perusahaan dalam rangka

mencapai mutu yang baik.

8) Hubungan dengan pemasok

Suatu organisasi dan pemasoknya mempunyai suatu ketergantungan

satu sama lain dan dengan membangun hubungan yang saling

menguntungkan satu sama lain akan meningkatkan kemampuan

(36)

commit to user

Menurut Rudi Suardi (2003) dasar model proses dalam ISO

9001:2008 menggunakan Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sedangkan pengertian dari PDCA adalah:

1) Plan

Menetapkan sasaran-sasaran dan proses-proses yang dibutuhkan untuk

memberikan hasil-hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan

kebijakan organisasi. Selain itu, perencanaan (plan) mengacu pada

aktivitas identifikasi peluang perbaikan atau identifikasi terhadap

cara-cara mencapai peningkatan dan perbaikan.

2) Do

Melaksanakan proses-proses serta mengacu pada penerapan dan

pelaksanaan aktivitas yang direncanakan.

3) Check

Memonitor dan mengukur proses-proses dan produk, kemudian

membandingkannya dengan kebijakan-kebijakan, sasaran-sasaran dan

persyaratan produk yang telah ditetapkan sebelumnya, melakukan

analisa data dan melaporkan hasil-hasilnya. Selain itu, mengacu pada

verifikasi apakah penerapannya sesuai dengan rencana peningkatan

dan perbaikan yang diinginkan.

4) Act

Melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki

kinerja proses secara kontinyu.

Sistem Manajemen Mutu harus diawali dari adanya suatu

perencanaan strategis yang mantap dan sesuai. Perencanaan strategis ini

dalam model proses ISO 9001:2008 berhubungan dengan elemenPlan(P). Selanjutnya, berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan,

dilakukan perubahan-perubahan sistem mengikuti rencana strategis itu.

Dalam hal ini dibutuhkan manajemen perubahan agar

perubahan-perubahan yang terjadi mampu dikelola secara efektif dan efisien. Elemen

manajemen perubahan dalam dinamika perbaikan manajemen mutu

(37)

commit to user

terhadap hasil dari perubahan-perubahan yang telah dilakukan, dalam hal

ini berhubungan dengan elemen Check (C). Setelah itu, melalui perubahan-perubahan berupa perbaikan kualitas secara terus menerus akan

tercipta suatu budaya perusahaan yang peduli dan menempatkan kualitas

sebagai tujuan utama dari perusahaan. Pada akhirnya menindaklanjuti hasil

untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga meninjau

seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum

implementasi berikutnya dalam hal ini sesuai dengan elemen act (A). Standar ISO 9001:2008 merupakan landasan dasar yang dapat digunakan

untuk terus mempertahankan konsistensi dari mutu yang telah dicapai

untuk kemudian dikembangkan dan ditingkatkan terus menerus.

e. Persyaratan-Persyaratan Standar ISO 9001:2008

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 merupakan sistem

manajemen kualitas yang berfokus pada proses dan pelanggan, sehingga

pemahaman terhadap persyaratan-persyaratan standar dari ISO 9001:2008

ini akan membantu organisasi dalam menetapkan dan mengembangkan

sistem manajemen kualitas secara sistematik untuk memenuhi kepuasan

pelanggan (customers satisfaction) dan peningkatan proses terus menerus

(continous processes improvement). Persyaratan-persyaratan dari Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sesuai dengan Badan Standar Nasioanl

SNI ISO 9001:2008 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Ruang Lingkup

1. 1 Umum

ISO 9000 menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen mutu

dimana suatu organisasi perlu menunjukkan kemampuannya untuk

menyediakan secara konsisten produk yang memenuhi persyaratan

pelanggan dan peraturan yang berlaku, dan bertujuan meningkatkan

kepuasan pelanggan melalui penerapan sistem yang efektif, termasuk

proses peningkatan sistem secara berkelanjutan dan jaminan

kesesuaian terhadap persyaratan pelanggan dan peraturan yang

(38)

commit to user 1. 2 Aplikasi

Semua standar persyaratan ini generik dan dimaksudkan agar dapat

diterapkan pada semua organisasi apapun jenis, ukuran dan produk

yang disediakan.

2) Acuan Normatif

Dokumen yang diacu tidak dapat diabaikan untuk pemakaian

dokumen ini. Untuk acuan bertanggal, hanya edisi yang dikutip yang

dipakai. Untuk acuan tidak bertanggal, hanya edisi terakhir (termasuk

amandemen) yang dipakai.

ISO 9000:2005, Quality management systems–Fundamentals and

vocabulary

3) Istilah dan Definisi

Untuk tujuan dokumen ini, berlaku istilah dan definisi yang ada dalam

ISO 9000. Di dalam naskah Standar ini apabila ditemukan istilah

“produk”, dapat juga berarti “jasa”.

4) Sistem Manajemen Mutu

4.1

Persyaratan Mutu

4.2

Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan,

mengimplementasikan, dan memelihara sistem manajemen mutu

dan terus-menerus memperbaiki keefektifannya sesuai dengan

persyaratan Standar ini. Organisasi harus:

a) menentukan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu

dan aplikasinya di seluruh organisasi,

b) menetapkan urutan dan interaksi proses-proses tersebut,

c) menetapkan kriteria dan metode yang diperlukan untuk

memastikan bahwa baik operasi maupun kendali proses-proses

tersebut efektif,

d) memastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang

diperlukan untuk mendukung operasi dan pemantauan

(39)

commit to user

e) memantau, mengukur bila dapat dilakukan, dan menganalisis

proses-proses tersebut, dan

f) mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mencapai

hasil yang direncanakan dan perbaikan berkesinambungan dari

proses-proses tersebut.

4.3

Persyaratan Dokumentasi

4.2.1 Umum

Dokumentasi sistem manajemen mutu harus mencakup:

a) pernyataan terdokumentasi dari kebijakan mutu dan sasaran

mutu,

b) pedoman mutu,

c) prosedur dan rekaman terdokumentasi yang disyaratkan oleh

Standar Internasonal ini, dan

d) dokumen, termasuk rekaman yang ditentukan oleh organisasi

perlu untuk memastikan perencanaan, operasi dan kendali

prosesnya secara efektif.

4.2.2 Manual Mutu

Organisasi harus menetapkan dan memelihara sebuah manual

mutu yang mencakup:

a) lingkup sistem manajemen mutu, termasuk rincian

pengecualian dari dan alasan pengecualian apa pun,

b) prosedur terdokumentasi yang ditetapkan untuk sistem

manajemen mutu, atau mengacu kepada prosedur tersebut, dan

c) uraian dari interaksi antara proses-proses sistem manajemen

mutu.

4.2.3 Pengendalian Dokumen

Dokumen yang disyaratkan oleh sistem manajemen mutu harus

dikendalikan. Rekaman adalah jenis khusus dari dokumen dan

harus dikendalikan menurut persyaratan dalam pengendalian

rekaman. Harus dibuat suatu prosedur terdokumentasi untuk

(40)

commit to user

a) menyetujui kecukupan dokumen sebelum diterbitkan,

b) meninjau dan memutakhirkan seperlunya serta untuk

menyetujui ulang dokumen,

c) memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari

dokumen ditunjukkan,

d) memastikan bahwa versi relevan dari dokumen yang berlaku

tersedia di tempat pemakaian,

e) memastikan dokumen selalu dapat dibaca dan mudah dikenali,

f) memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar yang

ditetapkan oleh organisasi perlu untuk perencanaan dan operasi

dari sistem manajemen mutu, diidentifikasi dan distribusinya

dikendalikan, dan

g) mencegah pemakaian dokumen kedaluwarsa yang tak

disengaja dan menerapkan identifikasi sesuai dengan dokumen

tersebut, apabila disimpan untuk maksud tertentu.

4.2.4 Pengendalian Rekaman

Rekaman ditetapkan untuk memberikan bukti kesesuaian dengan

persyaratan dan beroperasinya secara efektif sistem manajemen

mutu harus dikendalikan. Organisasi harus menetapkan prosedur

terdokumentasi untuk menetapkan kendali yang diperlukan untuk

identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, masa

simpan, dan pembuangan rekaman. Rekaman harus tetap mudah

dibaca, siap ditunjukkan, dan diambil.

5) Tanggungjawab Manajemen

5.1 Komitmen Manajemen

Pimpinan puncak harus memberi bukti komitmennya pada penyusunan

dan implementasi sistem manajemen mutu serta perbaikan

berkesinambungan keefektifannya dengan:

a) mengkomunikasikan ke organisasi pentingnya memenuhi

persyaratan pelanggan dan peraturan perundang-undangan,

(41)

commit to user c) memastikan sasaran mutunya ditetapkan,

d) melakukan tinjauan manajemen, dan

e) memastikan tersedianya sumber daya.

5.2 Fokus Pada Pelanggan

Manajemen puncak harus memastikan bahwa kebutuhan dan keinginan

pelanggan ditetapkan, diterjemahkan menjadi persyaratan dan dipenuhi

dengan tujuan tercapainya kepuasan pelanggan.

5.3 Kebijakan Mutu

Pimpinan puncak harus memastikan bahwa kebijakan mutu:

a) Sesuai dengan sasaran organisasi,

b) mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan dan terus

menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu,

c) menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau

sasaran mutu,

d) dikomunikasikan dan difahami dalam organisasi, dan

e) ditinjau agar terus-menerus sesuai.

5.4 Perencanaan

5.4.1 Sasaran Mutu

Manajemen puncak harus menjamin bahwa sasaran mutu termasuk

hal yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan produk,

ditetapkan pada fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam organisasi.

Sasaran mutu harus dapat diukur dan konsisten dengan kebijakan

mutu.

5.4.2 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu

Perencanaan sistem manajemen mutu dilakukan untuk memenuhi

persyaratan yang diberikan dalam 4.1.

5.5 Tanggung jawab, Wewenang dan Komunikasi

5.5.1 Tanggung jawab dan wewenang

Manajemen puncak harus memastikan bahwa tanggung jawab dan

wewenang ditetapkan dan dikomunikasikan dalam organisasi.

(42)

commit to user

Pimpinan puncak harus menunjuk seorang anggota manajemen

yang, di luar tanggung jawab lain, harus memiliki tanggung jawab

dan wewenang yang meliputi:

a) memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen

mutu ditetapkan, diimplementasikan dan dipelihara,

b) melaporkan kepada pimpinan puncak tentang kinerja sistem

manajemen mutunya dan kebutuhan apa pun untuk perbaikan,

dan

c) memastikan promosi kesadaran tentang persyaratan pelanggan

di seluruh organisasi.

5.5.3 Komunikasi Internal

Pimpinan puncak harus memastikan bahwa proses komunikasi

yang sesuai telah ditetapkan dalam organisasi, dan bahwa terjadi

komunikasi mengenai keefektifan sistem manajemen mutu.

5.6 Tinjauan Manajemen

5.6.1 Umum

Pimpinan puncak harus meninjau sistem manajemen mutu

organisasi pada selang waktu terencana, untuk memastikan

kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya terus berlanjut.

Pengkajian ini mencakup penilaian atas peluang penyempurnaan,

keperluan perubahan Sistem Manajemen Mutu, termasuk

kebujakan mutu dan sasaran mutu.

5.6.2 Masukan untuk tinjauan manajemen

Masukan untuk tinjauan manajemen harus mencakup informasi

tentang hasil audit, umpan balik pelanggan, kinerja proses dan

kesesuaian produk, status tindakan preventif dan tindakan korektif,

tindak lanjut tinjauan manajemen yang lalu, perubahan-perubahan

yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu, dan

(43)

commit to user 5.6.3 Keluaran dari tinjauan manajemen

Keluaran dari tinjauan manajemen harus mencakup keputusan dan

tindakan apapun yang berkaitan dengan perbaikan pada keefektifan

sistem manajemen mutu dan proses-prosesnya, perbaikan pada

produk berkaitan dengan persyaratan pelanggan, dan sumber daya

yang diperlukan.

6) Pengelolaan Sumber Daya

6.1 Penyediaan sumber daya

Organisasi harus menetapkan dan menyediakan sumber daya yang

dibutuhkan untuk melaksanakan dan memelihara Sistem

Manajemen Mutu, dan secara berkesinambungan meningkatkan

efektifitasnya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan

memenuhi persyaratan pelanggan.

6.2 Sumber daya manusia

6.2.1 Umum

Personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi

kesesuaian terhadap persyaratan produk harus memiliki

kompetensi atas dasar pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan

pengalaman yang sesuai.

6.2.2 Kompetensi, pelatihan dan kesadaran

Organisasi harus:

a) Menetapkan kompetensi yang diperlukan bagi personelyang

melakukan pekerjaan yang mempengaruhi kesesuaian terhadap

persyaratan produk,

b) Apabila diperlukan, menyediakan pelatihan atau melakukan

tindakan lain untuk mencapai kompetensi yang diperlukan,

c) Menilai keefektifan tindakan yang dilakukan,

d) Memastikan bahwa personelnya sadar akan relevansi dan

pentingnya kegiatan mereka dan bagaimana sumbangan mereka

(44)

commit to user

e) Memelihara rekaman yang sesuai tentang pendidikan,

pelatihan, ketrampilan dan pengalaman.

6.3 Prasarana

Organisasi harus menetapkan, menyediakan dan memelihara

prasarana yang diperlukan untuk mencapai kesesuian pada

persyaratan produk. Prasarana mencakup:

a) Gedung, ruang kerja, dan sarana penting terkait,

b) Peralatan prose, (baik perangkat keras maupun perangkat

lunak), dan

c) Jasa pendukung (seperti angkutan, komunikasi atau sistem

informasi).

6.4 Lingkungan Kerja

Organisasi harus mengelola dan menetapkan lingkungan kerja

yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian pada persyaratan

produk.

7) Realisasi Produk

7.1 Perencanaan realisasi produk

Organisasi harus merencanakan dan mengembangkan proses yang

diperlukan untuk realisasi produk. Perencanaan realisasi produk

harus konsisten dengan persyaratan lain dari proses merencanakan

dan mengendalikan desain dan pengembangan produk Sistem

Manajemen Mutu. Dalam merencanakan dan mengembangkan

produk, organisasi perlu menetapkan:

a) Sasaran dan persyaratan mutu bagi produk,

b) Kebutuhan untuk menetapkan proses dan dokumen, untuk

menyediakan sumber daya yang khas bagi produk itu,

c) Kegiatan verifikasi, validitas, pemantauan, pengukuran, inspeksi dan

uji yang khas bagi produk tersebut, dan kriteria diterimanya

(Acceptance Criteria),

d) Rekaman yang dibutuhkan untuk memberikan bukti bahwa proses

(45)

commit to user 7.2 Proses yang berkaitan dengan pelanggan

7.2.1 Penetapan persyaratan yang berkaitan dengan produk

Organisasi harus menetapkan:

a) Persyaratan yang ditentukan oleh pelanggan termasuk

persyaratan untuk penyerahan dan kegiatan pasca penyerahan,

b) Persyaratan yang tidak dinyatakan oleh pelanggan tetapi perlu

untuk pemakaian yang ditentukan atau yang dimaksudkan

apabila diketahui,

c) Persyaratan peraturan perundang-undangan yang dapat

diterapkan terhadap produk,

d) Persyaratan tambahan apapun yang dianggap perlu oleh

organisasi.

7.2.2 Tinjauan persyaratan yang berkaitan dengan produk

Organisasi harus meninjau persyaratan berkaitan dengan produk.

Tinjauan ini harus dilakukan sebelum komitmen organisasi untuk

memasok produk kepada pelanggan (misalnya penyampaian

penawaran, penerimaan kontrak atau pesanan, penerimaan

perubahan pada kontrak atau pesanan) dan harus memastikan

bahwa:

a) persyaratan produk ditentukan,

b) persyaratan kontrak atau pesanan yang berbeda dari yang

dinyatakan sebelumnya, diselesaikan, dan

c) organisasi memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan

yang ditentukan.

7.2.3 Komunikasi pelanggan

Organisasi harus menetapkan dan menerapkan pengaturan yang

efektif untuk komunikasi dengan pelanggan berkaitan dengan:

a) informasi produk,

b) pertanyaan, penanganan kontrak atau pesanan, termasuk

perubahan, dan

(46)

commit to user 7.3 Desain dan pengembangan

7.3.1 Perencanaan desain dan pengembangan

Organisasi harus merencanakan dan mengendalikan desain dan

pengembangan produk. Selama perencanaan desain dan

pengembangan, organisasi harus menetapkan:

a) tahapan desain dan pengembangan,

b) tinjauan, verifikasi dan validasi yang sesuai bagi tiap tahap

desain dan pengembangan, dan

c) tanggung jawab dan wewenang untuk desain dan pengembangan

7.3.2 Masukan desain dan pengembangan

Masukan berkaitan dengan persyaratan produk harus ditetapkan dan

rekamannya dipelihara. Ini harus mencakup:

a) persyaratan fungsi dan kinerja,

b) persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

c) jika dapat, informasi yang diturunkan dari desain sebelumnya

yang serupa, dan

d) persyaratan desain dan pengembangan lain yang esensial.

7.3.3 Keluaran desain dan pengembangan

Keluaran desain dan pengembangan harus dalam bentuk yang sesuai

untuk verifikasi terhadap masukan desain serta harus disetujui

sebelum dikeluarkan. Keluaran desain dan pengembangan harus:

a) memenuhi persyaratan masukan bagi desain dan pengembangan,

b) memberi informasi sesuai untuk pembelian, produksi dan

penyediaan jasa,

c) berisi atau mengacu pada kriteria keberterimaan produk, dan

d) menentukan karakteristik produk yang penting untuk pemakaian

yang aman dan benar.

7.3.4 Tinjauan desain dan pengembangan

Pada tahap sesuai, harus dilakukan tinjauan sistematis pada desain

Gambar

Tabel 4.4........................................................................................................
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian....................................................................
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir
Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengenal pasti keseimbangan jangka panjang antara pulangan Amanah Pelaburan Hartanah Islam (I-REIT) dengan pemboleh

Main root length, average lateral root length and lateral root index (number of roots cm − 1 root length) of Pinus pinea and Pinus pinaster seedlings exposed for 4 weeks to

Zane is the New York Times bestselling author of Afterburn, The Heat Seekers, Dear G-Spot, Gettin’ Buck Wild, The Hot Box, Total Eclipse of the Heart, Nervous, Skyscraper, Love is

Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan

Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Anggaran per Kelurahan di Kecamatan Bandung Wetan Tahun

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT.

Akibat dari personal higiene yang kurang baik adalah bahan makanan akan terkontaminasi, karena penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia Pengadaan Barang / Jasa menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka sesuai dengan Surat