• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian permasalahan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 pada Smp Negeri 1 Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian permasalahan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 pada Smp Negeri 1 Kota Bogor"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

SITI NURAINI

H24087066

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Pada SMP NEGERI 1 KOTA BOGOR. Di bawah bimbingan H MUSA HUBEIS.

SMP Negeri 1 Kota Bogor telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008. Klausul yang digunakan dalam ISO 9001:2008, yaitu (1) ruang lingkup, (2) referensi normatif, (3) istilah dan definisi, (4) SMM, (5) tanggungjawab manajemen, (6) manajemen sumber daya, (7) realisasi produk, (8) pengukuran analisa dan peningkatan. Tujuan Penelitian adalah (1) Mengetahui penerapan SMM ISO 9001:2008 pada SMP NEGERI 1 KOTA BOGOR, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi permasalahan di dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 dan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi.

Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Pemilihan narasumber sebanyak tujuh orang dilakukan dengan memperhatikan tingkat pendidikan dan pemahaman responden terhadap pelaksanaan dan permasalahan SMM pada SMP NEGERI 1 KOTA BOGOR. Pengolahan data untuk identifikasi permasalahan penerapan SMM ISO 9001:2008 menggunakan metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) untuk mendapatkan strategi yang tepat dan optimal.

Hasil pengolahan data pada tingkat dua (faktor atau kriteria masalah) menunjukkan bahwa kriteria masalah yang dihadapi SMP Negeri 1 Bogor berturut-turut adalah SMM (0,326), Tanggungjawab Manajemen (0,258), Manajemen Sumber Daya (0,183), Realisasi Produk (0,132), dan Pengukuran, Analisis dan Peningkatan (0,098). Hasil pengolahan data pada tingkat tiga (aktor) menunjukkan bahwa secara berurutan peranan pelaku atau aktor yang bertanggung jawab terhadap faktor atau kriteria masalah dalam pelaksanaan ISO 9001:2008 di SMP Negeri 1 Bogor adalah pihak Middle Management (0,6585), Top Management (0,4583) dan Operational Management (0,2476).

(3)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SITI NURAINI

H24087066

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Nama : Siti Nuraini

NIM : H24087066

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing., DEA) NIP : 195506261980031002

Mengetahui : Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, Msc) NIP : 196101231986011002

(5)

Siti Nuraini dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Nopember 1986. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari keluarga Bapak H. Cecep Holilulloh

dan Ibu Empat Pathonah.

Pendidikan SD di tempuh dari tahun 1992-1998 di SD Al-Ghazaly Bogor.

Penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di SLTP Negeri 2 Bogor pada

tahun1998 dan lulus tahun 2001. Pada Tahun yang sama melanjutkan pendidikan di

SMU Negeri 5 Bogor dan lulus tahun 2004.

Penulis diterima di Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis dan

Koperasi, Departemen Pertanian, Faklutas Pertanian, IPB, Bogor pada tahun 2004

dan lulus di tahun 2007. Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di

Koperasi Subang pada tahun 2006 dan CV Ramadhan Kue Cianjur pada tahun 2007.

Pada Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 pada Program

Sarjana Manajemen Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, IPB, Bogor. Penulis telah bekerja sebagai administrasi Komite Sekolah

(6)

Skripsi berjudul Kajian Permasalahan Sistem Manejemen Mutu ISO

9001:2008 pada SMP Negeri 1 Kota Bogor ini merupakan hasil penelitian dan

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di bidang

Studi Manajemen. Rasa syukur sangat luar biasa dan terima kasih yang tiada

terhingga dalam benak penulis ketika skripsi ini dapat diselesaikan. Segala puji dan

syukur kehadirat Allah SWT, yang tanpa rahmat dan hidayah-Nya, maka semua ilmu

tidak akan memberikan manfaat.

Skripisi ini merupakan hasil penelitian penulis selama tiga bulan di Bogor.

Penulis tertarik terhadap Permasalahan SMM ISO 9001:2008, karena SMP Negeri 1

Kota Bogor baru menerapkan ISO 9001:2008 pada tahun 2009 dan memberikan

tempat untuk melakukan penelitian yang mendukung dalam penyelesaian skripsi.

Semoga Allah S.W.T melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua.

Kritik dan saran membangun tetap diharapkan oleh penulis, semoga tugas akhir ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal Aalamin.

Bogor, Agustus 2011

(7)

Terimakasih kepada begitu banyak pihak yang terkait yang memberikan warna

dan pola pikir dan pandangan penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih,

terutama kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dengan

penuh kesabaran. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Hetty Mulyati, STP, MM dan Bapak Nur Hadi Wijaya, STP, MM., atas

kesediaannya menguji dan memberikan saran, serta masukan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

3. Ibu Ir. Mimin Aminah, MM., selaku Ketua Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,

Departemen Manajemen, Faklutas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

4. Kepala Sekolah serta seluruh Staff Guru dan TU SMP Negeri 1 Kota Bogor yang

telah memberikan informasi yang dibutuhkan.

5. Ketua Komite Sekolah SMP Negeri 1 Kota Bogor, Bapak Hamid, Ibu Eka, Bapak

Deden, Bapak Harwinoko, Bapak Fery, Bapak Sukoco, Ibu Esty, Ibu Yusniar, Ibu

Etty beserta komite lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih

atas dukungan dan pengertian kepada penulis.

6. Bapak dan Mamah tercinta atas do’a dan kasih sayang yang tiada henti.

7. Teh Hani, Bibah dan Farhan tersayang, kakak dan adik terbaik di dunia.

8. Kekasihku Asep Suryadi beserta keluarga yang memberikan kasih sayang luar biasa

pada penulis.

9. Teh Finina, Sahabat-sahabat tersayang (Odha, Shandra, Ussy, Irma, Ika, Ifa, Fajar,

Miss Kania, Miss Selly, Rahmat, Soleh, Adi, Rini, Melly, Bilqis, Alit, Utari, Ria,

(8)

dalam perjalanan hidup.

11.Staff Sekretariat Alih Jenis Manajemen yang membantu penulis dalam hal

(9)

vi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep Mutu ... 5

2.4.3 Langkah-langkah Penerapan ISO 9001:2008 ... 16

2.4.4 Persyaratan dari SMM ISO 9001:2008 ... 17

2.5 Perbedaan ISO 9001:2000 dengan ISO 9001:2008 ... 32

2.6 Analisis Hirarki Proses ... 33

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 36

III. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.3 Pengumpulan Data ... 39

3.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Profil Perusahaan ... 48

4.1.1 Deskripsi Umum Institusi ... 48

4.1.2 Logo Institusi ... 48

4.1.3 Area dan Fasilitas SMP Negeri 1 Kota Bogor ... 49

4.1.4 Visi dan Misi SMP Negeri 1 Kota Bogor ... 50

4.2 Penerapan ISO 9001:2008 ... 51

(10)

vii

4.3.2 Aktor ... 64

4.3.3 Tujuan ... 65

4.3.4 Alternatif Tindakan ... 66

4.4 Struktur Hirarki ... 66

4.5 Analisis Prioritas Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif ... 67

4.6 Implikasi Manajerial ... 70

KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

1. Kesimpulan ... 72

2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

NO Halaman

(12)

ix

DAFTAR TABEL

NO Halaman

1. Karakteristik ISO pada dunia pendidikan ... 15

2. Jenis data yang digunakan dalam peneleitian ... 40

3. Nilai skala banding berpasangan ... 42

4. Nilai RI ... 45

5. Susunan prioritas faktor kriteria masalah ... 68

6. Susunan prioritas aktor ... 68

7. Susunan prioritas tujuan ... 69

(13)

x

(14)

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat. Pendidikan sudah sejak jaman dahulu kala menjadi salah satu

bentuk usaha manusia dalam rangka mempertahankan keberlangsungan

eksistensi kehidupan maupun budaya manusia itu sendiri. Salah satu

permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

rendahnya mutu pendidikan, khususnya pada jenjang sekolah.

Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu

institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam

menghadapi tekanan eksternal yang berlebihan. Mutu didefinisikan sebagai

sesuatu yang memuaskan dan melampauai keinginan dan kebutuhan

pelanggan. Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang

digunakan untuk memperoleh kontrol lebih baik (Sallis, 2010).

Pengertian Mutu dalam konteks pendidikan mengacu pada proses dan

hasil pendidikan. Proses pendidikan melibatkan berbagai input yaitu bahan

ajar, metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana.

Manajemen sekolah berfungsi mensinkronkan berbagai input atau

mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar

baik antara guru, siswa dan sarana pendukung.

Mutu dalam konteks pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai

oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Kebijakan Pemerintah telah

memberikan keleluasaan terhadap institusi pendidikan yang mempunyai

potensi dalam pengelolaan pendidikan yang bermutu dimungkinkan untuk

(15)

Manajemen mutu di bidang pendidikan adalah sesuatu model atau

bentuk pengelolaan pendidikan dalam upaya reformasi pendidikan menuntut

adanya dukungan dan keinginan pemerintah, dukungan dari warga sekolah

dan warga masyarakat. Agar sekolah memiliki standar baku yang ditetapkan

organisasi internasional, sekolah yang telah memiliki kriteria tertentu

dimungkinkan untuk dapat memperoleh sertifikasi ISO (The International

Organization for Standarization).

ISO adalah suatu badan yang mengatur sertifikasi atau mengesahkan

suatu standar. ISO dibuat karena keinginan instansi dari berbagai macam

bidang usaha untuk meningkatkan mutu dan pelayanan sesuai dengan standar

yang ditetapkan. ISO bukan badan yang menciptakan standar, melainkan

suatu badan yang menghasilkan cara untuk memastikan standar yang diikuti

sejalan dengan laju perusahaan yang menggunakan standar yang dipilihnya.

Kepuasan pelanggan sekolah, sangat berperan penting dalam jaminan

mutu terhadap masyarakat pendidikan dan selanjutnya akan menjadi tolak

ukur berhasil tidaknya sekolah dalam merancang kebutuhan dan keinginan

pelanggan. Proses perubahan-perubahan positif yang dibangun secara

berkelanjutan oleh suatu sekolah akan menjadikan sekolahnya unggul dan

bermutu.

SMP Negeri 1 Kota Bogor dapat dikategorikan sebagai instansi

pendidikan yang telah memiliki kriteria untuk dapat memperoleh sertifikasi

ISO karena manajemen sekolah tersebut sudah cukup baik. Hal itu didukung

dengan adanya kelas yang berfungsi untuk mensinkronkan berbagai input atau

mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar,

baik antara guru, siswa dan sarana pendukung dikelas maupun di luar kelas,

baik konteks kurikuler maupun ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi

yang akademik maupun non akademik dalam rangka mendukung proses

(16)

Keberhasilan yang dicapai oleh SMP Negeri 1 Kota Bogor ini

didukung oleh beberapa faktor, diantaranya adalah peran serta sekolah, orang

tua, masyarakat, dan pemerintah. Standar ISO 9000 adalah standar tentang

Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang penerapannya dimaksudkan untuk

meningkatkan mutu produk dan jasa/pelayanan, sehingga mampu memberikan

dan meningkatkan kepuasan pelanggan dan kinerja organisasi. Salah satu

standar mutu yang berkembang di negara maju maupun di negara berkembang

adalah ISO 9001:2008. Tujuan utama dikeluarkannya ISO 9001:2008 adalah

untuk mengklarifikasi atau lebih menjelaskan inti atau substansi dari ISO

9001 versi sebelumnya, yakni ISO 9001:2000.

SMP Negeri 1 Kota Bogor melakukan peningkatan mutu pendidikan

dengan menerapkan SMM ISO 9001:2008. Konsep penerapan ISO 9001:2008

yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kota Bogor adalah realisasi peningkatan dan

pengembangan manajemen mutu, dengan melakukan penetapan standar mutu

yang ingin dicapai, sehingga pelanggan pendidikan mempunyai persepsi sama

dalam menentukan acuan mutu yang diharapkan. Penerapan ISO 9001:2008

pada SMP NEGERI 1 KOTA BOGOR dimulai sejak tahun 2009, bekerjasama dengan WQA (Worldwide Quality Assurance).

1.2 Perumusan Masalah

Standarisasi manajemen merupakan tuntutan bagi instansi untuk

menghasilkan suatu output (keluaran) bermutu dan mempunyai nilai tambah.

ISO 9001:2008 merupakan salah satu standarisasi manajemen yang berlaku

secara internasional yang merupakan klarifikasi penjelasan inti atau substansi

dari ISO 9001:2000. Sertifikasi ISO 9001:2008 pada SMP Negeri 1 Kota

Bogor memberikan jaminan bahwa instansi akan memberikan output

(keluaran) yang memenuhi persyaratan.

Ditingkat inilah pentingnya membicarakan gagasan tentang

“pelanggan” dalam konteks pendidikan, dimana tujuan instansi pendidikan

dalam penerapan mutu adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan.

(17)

tinggi yang bermutu, merupakan sesuatu hal yang diinginkan oleh pelanggan.

Kepuasan pelanggan sekolah sangat berperan penting dalam jaminan mutu

terhadap masyarakat pendidikan. Selanjutnya akan menjadi tolak ukur

berhasil tidaknya sekolah dalam merancang kebutuhan dan keinginan

pelanggan sekolah.

Berdasarkan uraian, maka perumusan permasalahan adalah :

1. Bagaimana penerapan ISO 9001:2008 pada SMP Negeri 1 Kota Bogor saat

ini ?

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi permasalahan dalam penerapan ISO

9001:2008 dan bagaimana alternatif pemecahan dari permasalahan yang

dihadapi SMP Negeri 1 Kota Bogor ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi penerapan SMM ISO 9001:2008 pada SMP Negeri 1

Kota Bogor.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi

permasalahan di dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 dan alternatif

pemecahan permasalahan yang dihadapi.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah permasalahan SMM ISO 9001:2008

pada SMP Negeri 1 Kota Bogor, yaitu mencari faktor permasalahan yang

timbul dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 dan mencari alternatif

pemecahan masalah yang terjadi dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 pada

(18)

2.1 Konsep Mutu

Mutu dalam bahasa asingnya quality, juga didefinisikan sebagai

peningkatan produktivitas dalam cakupan yang luas, penurunan biaya-biaya,

perluasan dan peningkatan penetrasi pasar, serta penguatan daya saing

(Atmadi, 2011). Menurut Widodo (2011), mutu merupakan gagasan dinamis

yang sulit untuk diseragamkan. Di suatu sisi, mutu dapat dipahami sebagai

konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep relatif.

Secara konsep mutu dapat dibedakan menjadi dua (2), yaitu :

1. Konsep Absolut.

Mutu akan menjadi simbul status bagi pelanggan internal maupun

eksternal, sehingga stakeholder (pemilik) akan merasa bangga dan merasa

puas, khususnya bagi orang tua peserta didik.

2. Konsep Relatif.

Mutu sebagai konsep relatif, sangat mengikuti keinginan pelanggan yang

menghasilkan keluaran (output) secara kontekstual.

Menurut Crosby dalam Syukur (2010), mutu merupakan kesesuaian

terhadap persyaratan. Crosby dalam Atmadi (2011) melakukan pendekatan

terhadap upaya peningkatan mutu melalui transformasi budaya. Menurut

Crosby, peningkatan mutu dapat dilakukan dengan melibatkan setiap orang

dalam organisasi dengan alur kebijakan top-down dari pimpinan kepada para

pelaksana. Langkah dilakukan adalah mendefinisikan mutu yang sesuai

persyaratan, mencegah, menetapkan Standar bebas cacat dan menurunkan biaya mutu.

Juran dalam Syukur (2010) menyatakan, mutu sebagai kesesuaian

dengan penggunaan. Menurut Juran dalam Atmadi (2011) mendefinisikan,

mutu sebagai hasil produksi, baik produk, barang, maupun jasa berhasil

memenuhi kepusan pelanggan dan bebas cacat. Langkah yang dilakukan

(19)

Menurut Taguchi dalam Atmadi (2011), mutu ditingkatkan dengan

cara mengurangi ragam proses dan produk sehingga akan menurunkan biaya

yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kerugian yang harus

ditanggung oleh konsumen. Untuk itu, langkah yang ditempuh adalah dengan

menghindari penyimpangan target untuk mengurangi tingkat kerugian.

Menurut Deming dalam Atmadi (2011), mutu didefinisikan sebagai

hasil produksi, baik produk, barang, maupun jasa yang bebas dari

penyimpangan standar yang diukur dengan alat statistik melalui pengukuran

dan perbaikan secara berkesinambungan. Deming menerapkan langkah

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindaklanjut Plan-Do-Check-Action

(PDCA) secara terus menerus untuk meningkatkan mutu.

Gravi dan Danis dalam Hadis dan Nurhayati (2010) menyatakan, mutu

adalah suatu kondisi dinamik yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja,

proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan. Dengan perubahan mutu produk tersebut, diperlukan peningkatan

atau perubahan keterampilan tenaga kerja, proses produksi dan tugas, serta

perubahan lingkungan perusahaan, agar produk dapat memenuhi dan melebihi

harapan konsumen.

Menurut Haberer dan Webb (2010), mutu menuntut komitmen total

dari semua level organisasi, manajemen puncak sampai keterlibatan

karyawan. Feigenbaum dalam Syukur (2010) mengemukakan bahwa mutu

adalah kesesuaian dengan pengharapan. Menurut Feigenbaum dalam Hadis

dan Nurhayati (2010), mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya

(full customer satisfaction). Suatu produk dianggap bermutu, apabila dapat

memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan

harapan konsumen atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut

Sallis (2010), mutu merupakan sebuah cara yang menentukan, apakah produk

terakhir sesuai standar atau belum.

(20)

Ishikawa dalam Syukur (2010) berpendapat bahwa mutu merupakan

kepuasan pelanggan. Setiap bagian proses dalam organisasi memiliki

pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan kepuasan

pelanggan organisasi. Menurut Ishikawa dalam Widodo (2011), mutu

memberi makna bahwa ukuran mutu sebagai pemaknaan kepuasan pelanggan,

baik internal maupun eksternal. Pelanggan adalah wasit terhadap mutu,

sehingga institusi sekolah dapat bertahan karena kepuasan pelanggan. Konsep

mutu sebagai berikut :

1. Kriteria tertentu yang ditetapkan terhadap produk/jasa sesuai dengan

kebutuhan pelanggan.

2. Standar minimal yang ditetapkan menurut kriteria tertentu.

3. Mutu adalah strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang

memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

4. Mutu dilihat dari spesifikasinya dan apa yang diperoleh pelanggan

(customer).

2.2 Manajemen Mutu Terpadu

Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total Quality Management

(TQM) dijabarkan sebagai suatu pendekatan manajemen organisasi

berasaskan pada mutu dan partisipasi seluruh anggota organisasi. Sasaran

keberhasilan jangka panjangnya adalah kepuasan pelanggan dan keuntungan

atau benefit bagi anggota organisasi dan masyarakat (Karyawan, Perusahaan,

Pemerintah, Masyarakat) yang sering disebut sebagai Stakeholder (Atmadi,

2010).

MMT merupakan suatu pendekatan berorientasi pada pelanggan

dengan memperkenalkan perubahan manajemen sistematik dan perbaikan

terus menerus terhadap proses, output dan pelayanan suatu organisasi

(Widodo, 2011).

(21)

Menurut Herber dan Webb (2010), ada 4 (empat) hakikat dari TQM.

Keempat (4) hakikat tersebut adalah :

1. Berfokus pada Pelanggan.

Mencapai mutu berarti memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dengan

kinerja dari produk atau jasa.

2. Melibatkan keseluruhan angkatan kerja dalam pengambilan keputusan.

Unit pembuatan tindakan dan pengambilan keputusan biasa bukan seorang

manajer individual, melainkan sebuah tim karyawan.

3. Komitmen terhadap perbaikan terus-menerus.

Perbaikan terus-menerus hanya berarti tak pernah puas dengan

kemenangan-kemenangan.

4. Rencana Tindakan.

Rencana tindakan adalah kontrak yang menyatakan apa yang akan

dilakukan pada waktu tertentu.

Menurut Juran dan Ishikawa dalam Widodo (2011) mengemukakan

bahwa MMT adalah upaya organisasi menilai kembali cara-cara, kebiasaan,

praktik dan aktivitas yang ada kemudian secara inovatif memfungsikan

seluruh sumber dayanya ke dalam proses lintas fungsi yang mengabdi pada

kepentingan klien, sehingga organisasi mampu mencapai visi dan misinya.

TQM diasumsikan sebagai suatu filosofi manajemen yang

melembagakan sumber daya yang ada, terencana, berkesinambungan dan

mengasumsikan peningkatan mutu dari hasil semua aktivitas yang terjadi

dalam organisasi, bahwa semua fungsi manajemen yang ada dan semua tenaga

(22)

2.3. SMM ISO 9000

Definisi Standar ISO 9000 untuk sistem Manajemen mutu

Quality Management System (QMS) adalah struktur organisasi,

tanggungjawab, prosedur-prosedur, proses-proses dan sumber-sumber daya

untuk penerapan manajemen mutu.

SMM merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan

praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian

dari suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau

persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan ini ditentukan atau

dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi (Gaspersz, 2003).

ISO adalah badan Standar dunia berkedudukan di Swiss dan didirikan

pada tahun 1947. Menurut Patterson (2010), Standar ISO terdiri atas lima (5)

dokumen dasar, yaitu :

1. ISO 9000 - suatu seri panduan untuk memilih dan menggunakan standar

sistem ISO 9001, ISO 9002 atau ISO 9003 yang sesuai. ISO 9000

menyajikan panduan tentang pemilihan dan penggunaan standar

manajemen dan jaminan mutu dengan menjelaskan keseluruhan seri

tersebut, bagi pemasok maupun pelanggan.

2. ISO 9001 – seri ini berlaku untuk fasilitas yang mendesain,

mengembangkan, memproduksi, memasang dan memberikan layanan

produk atau jasa kepada pelanggan yang menetapkan bagaimana produk

atau jasa harus tampil. ISO 9001 adalah bagian ISO yang paling

komprehensif.

3. ISO 9002 – seri ini berlaku untuk fasilitas yang menyediakan barang atau

jasa yang sesuai dengan desain atau spesifikasi yang disediakan pelanggan.

ISO 9002 berkaitan dengan mutu dalam produksi dan pemasangan.

4. ISO 9003 – seri ini berlaku pemeriksaan dan pengujian akhir dan

merupakan bagian yang paling rinci dalam kelompok Standar ISO 9000.

ISO 9003 hanya menjamin kepatuhan dalam pengujian dan pemeriksaan

(23)

pengujian, badan kalibrasi, dan distributor peralatan yang memeriksa dan

menguji produk yang dipasok.

5. ISO 9004 – perangkat fondasi yang memungkinkan untuk menyesuaikan

standar mutu dan membuatnya selaras dengan situasi kehidupan nyata

dalam bisnis. ISO 9004 adalah unsur dasar dalam proses mengembangkan

suatu sistem mutu yang sesuai dengan situasi.

Beberapa dokumen lain ISO 9000 menurut Patterson (2010) adalah :

1. ISO 8402 adalah daftar istilah mutu tersebut.

2. ISO 9000-2 berkaitan dengan SMM dan jaminan mutu, bagian 2, panduan

umum untuk penerapan ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003.

3. ISO 9004-2 berkaitan dengan unsur manajemen mutu dan sistem mutu,

bagian 2, panduan untuk jasa.

4. ISO 10011-1 adalah seperangkat panduan untuk sistem mutu audit, bagian

1 dan audit.

5. ISO 10011-2 adalah seperangkat panduan untuk sistem mutu audit, bagian

2 dan kriteria kualifikasi untuk auditor.

6. ISO 10011-3, menyajikan panduan sistem audit, bagian 3 dan pengelolaan

program audit.

7. ISO 10012-1, berkaitan dengan persyaratan jaminan mutu untuk peralatan

pengukuran, bagian 1 dan manajemen peralatan pengukuran.

Dalam Widodo (2011) dijelaskan bahwa versi ISO yang banyak

disorot oleh dunia pendidikan adalah ISO 9000, dimana versi terbarunya

dipublikasikan pada tahun 2008 meliputi 4 (empat) seri, yaitu :

1. ISO 9000:2005 menguraikan dasar-dasar SMM dan merinci istilah-istilah

yang digunakan dalam SMM.

2. ISO 9001:2008 merincikan persyaratan SMM suatu organisasi.

3. ISO 9004:2000 memberikan panduan untuk perbaikan berkelanjutan pada

kinerja dan efisiensi menyeluruh pada organisasi.

4. ISO 1901:2002 memberikan panduan tentang pengauditan SMM dan audit

(24)

Widodo (2011) menjelaskan konsepsi SMM memerlukan persyaratan

masukan pelanggan harus dipenuhi, rancangan produk yang akan dihasilkan,

pengukuran analisis dan perbaikan sesuai prinsip-prinsip manajemen mutu,

tanggungjawab manajemen, serta bagaimana mengelola sumber daya agar

terealisasi produk yang diharapkan. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi,

adalah :

1. Perhatian kepada pelanggan (Customer Focus), dalam arti organisasi

pendidikan menggantungkan kepada pelanggannya, sehingga harus

memahami kebutuhan pelanggan.

2. Kepemimpinan (Leadership), yaitu pemimpin menetapkan kesatuan tujuan

arahan dan lingkungan internal kondusif dalam hal ini menciptakan

lingkungan dimana orang dapat terlibat secara penuh dalam pencapaian

tujuan organisasi.

3. Keterlibatan Orang (People Involvement), yaitu keterlibatan orang-orang

disemua tingkatan adalah penting bagi suatu organisasi dan keterlibatannya

secara penuh akan menjadikan potensi yang dimilikinya untuk memberikan

manfaat (benefit) secara maksimal pada organisasi.

4. Pendekatan proses (Process Approach), untuk pencapaian efektifitas

organisasi, melalui identifikasi dan pengelolaan aktivitas. Menggunakan

sumber daya dari pengelolaan penyampaian input menjadi output dengan

mempertimbangkan proses.

5. System Approach to Management, yaitu melakukan identifikasi, memahami

dan mengelola suatu sistem dari proses-proses yang saling terkait untuk

suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam memperbaiki suatu organisasi.

6. Perbaikan Berkelanjutan (Continual Improvement) adalah suatu tujuan

organisasi permanen, mengukur untuk pencapaian tujuan melalui

perbaikan, menetapkan rencana yang dipersyaratkan dan mengelola

(25)

7. Mutually Beneficial Supplier Relationships adalah suatu organisasi dan

para pemasok harus saling bergantung, serta hubungan saling

menguntungkan akan meningkatkan kemampuan kedua (2) pihak untuk

menciptakan suatu nilai (value).

Manfaat penerapan ISO 9001 menurut Syukur (2010), adalah :

1. Membuat sitem kerja menjadi standar kerja terdokumentasi yang

memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

2. Ada jaminan bahwa perusahaan mempunyai SMM dan produk yang

dihasilkan sesuai keinginan pelanggan.

3. Sebagai standar kerja untuk melatih karyawan baru.

4. Menjamin bahwa proses yang dilaksanakan sesuai dengan SMM yang

ditetapkan.

5. Meningkatkan semangat karyawan karena adanya kejelasan kerja.

6. Adanya kejelasan hubungan tanggungjawab dan wewenang antara bagian

yang terlibat dalam melaksankan pekerjaan.

7. Dapat mengarahkan karyawan agar berwawasan mutu dalam memenuhi

permintaan pelanggan.

8. Mengurangi kerja ulang untuk menghemat biaya.

9. Membiasakan bertindak berdasarkan data.

10. Memungkinkan pemantauan pencapaian mutu lebih ketat.

2.4 SMM ISO 9001:2008

2.4.1. Pengertian SMM ISO 9001:2008

Widodo (2011) menjelaskan bahwa ISO adalah SMM yang didasarkan pada konsensus internasional atas praktik-praktik

manajemen terbaik. Dalam hal ini disarikan menjadi persyaratan standar

generik, sehingga dapat diterapkan pada semua organisasi, apapun jenis,

ukuran dan produk yang disediakan dengan menggunakan struktur

hubungan antara proses yang logik.

(26)

Tujuan implementasi standar adalah peningkatan kepuasan

pelanggan melalui penerapan sistem secara efektif. Menurut Syukur

(2010), SMM ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan untuk SMM

dimana suatu organisasi harus menunjukkan kemampuannya dalam

memberikan produk dan memenuhi persyaratan pelanggan dan pedoman

hukum dan peraturan.

Konsep dasar SMM ISO 9001:2008 adalah :

1. Perusahaan harus mempunyai standar sistem operasional yang jelas,

untuk membantu karyawan untuk bekerja dengan output mutu yang

baik.

2. Karyawan yang bekerja harus kompeten, sehingga dapat

menghindari output ketidaksesuaian terhadap persyaratan produk

sebagai akibat dari pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan kurang

kompeten.

3. Infrastrukutur yang dimiliki oleh perusahaan (gedung, mesin,

peralatan kerja dan hardware maupun software) harus memadai

untuk menghindari output mutu kurang baik akibat kurang

memadainya infrastruktur perusahaan.

4. Perusahaan harus memiliki kebijakan mutu, sasaran mutu dan

strategi untuk pencapaian sasaran mutu.

5. Perusahaan harus melakukan review secara berkala terhadap kinerja

internal perusahaan, tingkat kepuasan pelanggan dan pencapaian

sasaran mutu.

6. Perusahaan harus melakukan tindakan perbaikan atas penyimpangan

yang terjadi (Corrective and Preventife Action atau CAPA),

mempunyai program peningkatan secara terus menerus (Continuous

(27)

Keluaran

Proses SMM dalam ISO dapat dijabarkan pada Gambar 1.

M

Masukan

Masukan

Kegiatan Penambahan nilai

Aliran Informasi

Gambar 1. Perbaikan berkelanjutan SMM (Widodo, 2011) Perbaikan Berkelanjutan SISTEM MANAJEMEN MUTU

(28)

2.4.2. Manfaat Penerapan SMM ISO 9001 :2008

Menurut Widodo (2011), penerapan SMM ISO dalam dunia

pendidikan pada dasarnya sama dengan penerapan ISO pada organisasi

lain. Untuk itu, ISO berkarakter industri perlu diterjemahkan dengan

jelas pada dunia pendidikan (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik ISO pada Dunia Pendidikan. NO Karakteristik ISO Terjemahan untuk Pendidikan. 1. Tanggungjawab

Manajemen

Komitmen Manajemen terhadap mutu.

2. Sistem Mutu Sistem Mutu.

3. Kontrak Kontrak dengan pelanggan internal dan eksternal.

4. Kontrol Dokumen Kontrol dokumen.

5. Pengadaan Bahan Kebijakan seleksi dan ujian masuk.

6. Persediaan Produk Layanan pendukung bagi peserta didik, yaitu kesejahteraan, konseling dan pengajaran. 7. Identifikasi Produk Catatan kemajuan peserta didik.

8. Kontrol Proses Pengembangan design dan penyampaian kurikulum dan strategi pembelajaran. 9. Inspeksi dan Tes Penilaian dan Tes

10. Perlengkapan, inspeksi,

pengukuran, dan tes

Konsistensi metode penilaian

11. Status inspeksi dan tes

Prosedur dan catatan penilaian

12. Kontrol produk yang tidak sesuai

Metode dan prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi kegagalan dan keabsahan. 13. Tindakan Perbaikan Tindakan perbaikan terhadap peserta didik

dan sistem dalam menghadapi tuntutan masyarakat.

14. Penanganan pengamanan, pengepakan dan penyampain

Fasilitas dan lingkungan fisik, bentuk tawaran lain seperti fasilitas olahraga, kelompok, ekstrakurikuler, osis dan fasilitas pembelajaran.

15. Catatan Mutu Catatan mutu.

16. Audit Mutu Internal Proses pengesahan audit mutu.

17. Pelatihan Pelatihan dan pengembangan staf yang mencakup prosedur-prosedur untuk menilai kebutuhan pelatihan dan Evaluasi.

18. Teknik-teknik Statistik

(29)

Dinamika

Standar dan sasaran mutu mengacu pada kepuasan pelanggan

2.4.3. Langkah-Langkah Penerapan ISO 9001:2008

Widodo (2011) menjelaskan bahwa proses uji sertifikasi

meliputi pengendalian, dokumentasi, pengendalian rekaman,

pengendalian produk, audit internal, perkembangan produk dan koreksi

produk. ISO mengharuskan penggunaan model perbaikan proses

berkelanjutan sebagai pengembangan prinsip-prinsip TQM dengan

mematok titik anjak standar mutu yang telah ditetapkan pada Gambar 2.

Plan

Gambar 2. Model perbaikan proses berkelanjutan dengan titik anjak standar mutu (Widodo, 2011)

P D

(30)

Pada Gambar 2, ISO menetapkan titik anjak dimana ukuran

mutu, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas organisasi

yang harus tetap bertahan tidak boleh turun. Untuk itu organisasi

sekolah dituntut selalu meningkatkan mutu, melalui langkah-langkah

berikut :

1.Memperhatikan tuntutan/keinginan pelanggan.

2.Manajemen sumber daya yang baik, yaitu mengelola sumber daya

yang baik (manusia, uang, alat, mesin dan metode).

3.Realisasi dari produk menghasilkan outcame, yaitu lulusan yang

bermutu dan melanjutkan ke jenjang sekolah bermutu.

4.Adanya pengukuran dan analisa serta pengembangan sekolah,

sehingga instruksi kerja dijadikan patokan dalam melakukan

perbaikan berkelanjutan.

5. Adanya tanggungjawab dari manajemen yang memungkinkan proses

manajemen sekolah berjalan baik.

6. Hasil/lulusan/outcome dari sekolah memenuhi tuntutan pelanggan.

2.4.4 Persyaratan dari SMM ISO 9001:2008

Syukur (2010) menjelaskan sembilan (9) klausul yang penting

dalam ISO 9001:2008, yaitu (1) ruang lingkup, (2) referensi normatif,

(3) istilah dan definisi, (4) SMM, (5) tanggungjawab manajemen, (6)

manajemen sumber daya, (7) realisasi produk, (8) pengukuran analisa

dan peningkatan.

Klausul 1. RUANG LINGKUP Klausul 1.1 Umum

Organisasi apapun mendemonstrasikan kemampuannya secara konsisten untuk menghasilkan produk memenuhi persyaratan pelanggan,

peraturan dan perundangan (statutory dan regulatory). Meningkatkan

kepuasan pelanggan melalui aplikasi yang efektif dari SMM, perbaikan

terus menerus melalui perbaikan proses dan menjamin kesesuaian

(31)

Klausul 2. REFERENSI NORMATIF

Klausul ini hanya memuat landasan/dasar-dasar dari SMM ISO 9001:2008.

Klausul 3. ISTILAH DAN DEFINISI

Klausul ini memuat istilah dan definisi yang berlaku pada ISO 9001:2008. Istilah “produk” yang muncul dalam teks standar

internasional ini juga berarti “jasa”, istilah dan definisi sesuai ISO 9001.

Penjelasan tentang pelanggan, organisasi, supplier dihilangkan. ISO

9001 menganggap bahwa “produk” juga termasuk perangkat keras,

perangkat lunak, jasa dan material yang digunakan pada proses.

Klausul 4. SISTEM MANAJEMEN MUTU Klausul 4.1 Persyaratan Umum

Klausul ini menetapkan, mendokumentasikan, melaksanakan,

memelihara dan secara terus-menerus meningkatkan SMM ISO

9001:2008, perusahaan harus menentukan proses, menetapkan urutan

dan interaksi dari proses. Menetapkan kriteria dan metode sehingga

proses bisa berjalan efektif, memantau, mengukur bila memungkinkan

dan menganalisa proses-proses tersebut dan melaksanakan tindakan

untuk mencapai hasil yang telah direncanakan serta terus-menerus

meningkatkan efektifitas proses.

Klausul 4.2 Persyaratan Dokumentasi Klausul 4.2.1 Umum

SMM ISO 9001:2008 membutuhkan dokumentasi. Dokumen

mencakup kebijakan mutu, manual mutu, proses terdokumentasi

(prosedur di ISO 9001). Sistem dokumentasi ditentukan berdasarkan

ukuran dan tipe organisasi, kerumitan dan interaksi dari rangkaian

proses dan kompetensi personil.

(32)

Klausul 4.2.2 Pedoman Mutu

Isi pedoman mutu adalah ruang lingkup dari SMM ISO

9001:2008 termasuk pengecualiannya. Apabila persyaratan dari standar

ini tidak dapat diterapkan karena sifat sebuah organisasi atau produknya,

maka ini dapat dipertimbangkan untuk dikecualikan. Apabila ada

pengecualian, tuntutan kesesuaian standar ini tidak diterima, kecuali jika

pengecualian tersebut tidak mempengaruhi kemampuan atau

tanggungjawab organisasi dalam menyediakan produk yang memenuhi

persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku. Klausul 4.2.3 Pengendalian Dokumen

Dokumen eksternal yang ditentukan teridentifikasi perubahan

dan status terkini dari dokumen teridentifikasi jelas harus ada approval

dokumen sebelum digunakan, yaitu dokumen tersedia di tempat, dapat

terbaca dan teridentifikasi untuk mencegah penggunaan dokumen yang

sudah tidak terpakai, jika ingin disimpan harus ada identifikasi yang

jelas, yang menyatakan dokumen sudah tidak terpakai, melakukan

review, update, dan re-approve dokumen.

Klausul 4.2.4 Pengendalian Rekaman

Klausul ini menyatakan bahwa record harus disimpan sebagai

bukti kesesuaian, sesuai ketentuan record tidak boleh hilang, rusak dan

bisa diperoleh kembali sistem pemusnahan record harus diatur.

Dokumen yang terkait dengan pengendalian rekaman adalah dokumen

softcopy yang tidak tersambung dalam jaringan (server) misalnya data di

laptop, atau data di software mesin. Lokasi penyimpanan backup server

berada di gedung yang sama (hilang/rusaknya semua data ketika terjadi

(33)

Klausul 5. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN Klausul 5.1 Komitmen Manajemen

Demonstrasi komitmen manajemen yaitu mengkomunikasikan

pentingnya memenuhi permintaan costumer dan peraturan terkait,

penetapan kebijakan dan sasaran mutu, mengadakan tinjauan

manajemen, penyediaan sumber daya yang diperlukan seperti sumber

daya manusia (SDM), infrastruktur, serta alat bantu kerja.

Klausul 5.2 Fokus kepada Pelanggan

Persyaratan pelanggan telah ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan pelanggan. Persyaratan pelanggan

yang tertulis adalah tanggal pengiriman, harga, persyaratan teknis dan

non teknis lain yang tercantum dalam kontrak.

Klausul 5.3 Kebijakan Mutu

Kebijakan mutu sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu adanya

misi perusahaan yang menjadikan perusahaan klien untuk lebih

kompetitif dan memiliki sistem efektif dalam menghadapi persaingan

global. Mengandung komitmen untuk memenuhi persyaratan dan

terus-menerus meningkatkan keefektifan dari SMM. Dikomunikasikan dan

dimengerti oleh seluruh organisasi. Direview untuk melihat

kesesuaiannya sebagai suatu kerangka kerja untuk menetapkan dan

mereview sasaran mutu.

Klausul 5.4 Perencanaan Klausul 5.4.1 Sasaran Mutu

Sasaran mutu harus terukur dan konsisten dengan kebijakan

mutu, sasaran mutu merupakan bagian dari business plan atau target

sasaran mutu perusahaan. Ditetapkan departemen penanggungjawab

terhadap sasaran perusahaan, menetapkan sasaran perusahaan kemudian

(34)

Klausul 5.4.2 Perencanaan SMM

Integritas sistem manajemen mutu dipelihara ketika perubahan

SMM direncanakan dan diimplementasikan. Perubahan struktur

organisasi, peningkatan volume bisnis yang cukup besar dan

penggantian lokasi proses.

Klausul 5.5 Tanggungjawab, wewenang dan komunikasi Klausul 5.5.1 Tanggungjawab dan Wewenang

Tanggungjawab manajemen adalah membuat dan

mengembangkan sistem kontrol, sehingga mutu produk terjamin,

melakukan kontrol terhadap seluruh aktifitas mutu. Wewenang

manajemen adalah memutuskan produk yang baik dapat dikirim atau

tidak. Komunikasi manajemen didalam organisasi menjadi jelas yang

bertanggungjawab terhadap mutu dan memiliki wewenang untuk

menyatakan produk yang baik dapat dikirim atau tidak.

Klausul 5.5.2 Wakil Manajemen

Klausul ini menyatakan bahwa Top Manajemen menunjuk salah

seorang anggota manajemen untuk menjadi Management Representative

(MR) yang mempunyai tanggungjawab dan wewenang sebagai berikut :

a. Menjamin bahwa proses yang diperlukan untuk SMM telah

ditetapkan, diimplementasikan, dan dipelihara.

b. Melakukan performa SMM.

c. Melaporkan kebutuhan akan peningkatan/improvement.

d. Menjamin promosi kepedulian terhadap persyaratan customer di

seluruh organisasi.

e. Menjalin hubungan dengan pihak luar yang terkait SMM.

Klausul 5.5.3 Komunikasi Internal

Klausul ini menyatakan bahwa Top Manajemen menetapkan

mekanisme internal antara fungsi-fungsi terkait dalam organisasi,

(35)

Klausul 5.6 Tinjauan Manajemen Klausul 5.6.1 Umum

Top Management haru meninjau SMM ISO 9001:2008 pada

interval yang direncanakan untuk memastikan kecocokan, kecukupan

dan keefektifan.

Klausul 5.6.2 Input Tinjauan Manajemen

Klausul ini menyatakan bahwa input tinjauan manajemen

memiliki agenda berikut :

a. Hasil audit (internal dan eksternal audit).

b. Feedback dari customer.

c. Performa proses.

d. Kesesuaian produk.

e. Status tindakan perbaikan dan pencegahan.

f. Follow up hasil keputusan tinjauan manajemen sebelumnya.

g. Perubahan yang berpengaruh terhadap SMM, termasuk kebijakan

mutu dan sasaran mutu.

h. Peluang dan rekomendasi perbaikan/improvement.

Klausul 5.6.3 Output Tinjauan Manajemen

Output tinjuan manajemen berupa keputusan dan tindakan

peningkatan keefektifan dari SMM ISO 9001:2008 dan prosesnya,

kebutuhan sumber daya, peningkatan produk terkait dengan persyaratan

customer, yaitu membuat produk lebih tahan lama dan mepermudah

proses transaksi.

Klausul 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA Klausul 6.1 Penyedia SDM

Penyedia SDM menetapkan dan menyediakan sumberdaya yang

dibutuhkan untuk menjalankan dan memelihara SMM ISO 9001:2008,

terus-menerus meningkatkan keefektifan dari SMM ISO 9001:2008,

meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan

(36)

Klausul 6.2 Sumber Daya Manusia Klausul 6.2.1 Umum

Karyawan yang pekerjaannya mempengaruhi kesesuaian

persyaratan produk harus kompeten. Kompetensi meliputi pendidikan,

pelatihan, kemampuan dan pengalaman. Ukuran kompetensi ditentukan

oleh masing-masing perusahaan tergantung dari jenis usaha.

Klausul 6.2.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran

Kompetensi bukan jabatan distruktur organisasi, tetapi

kompetensi berdasarkan fungsi kerja. Langkah penyusunan matriks

kompetensi adalah identifikasi fungsi kerja serta kompetensi kerja,

tentukan standar kompetensi dan membuat matriks kompetensi.

Karyawan yang memiliki kompetensi dibawah standar yang telah

ditetapkan oleh perusahaan harus diberi pelatihan, maka matriks

kompetensi adalah :

a. Menetapkan kebutuhan kompetensi personil yang pekerjaannya

mempengaruhi kesesuaian persyaratan produk.

b. Menyediakan pelatihan atau tindakan lainnya untuk memenuhi

kebutuhan kompetensi, melakukan evaluasi keefektifan dari tindakan

yang telah diambil.

c. Menjamin setiap personel peduli akan pentingnya aktifitas dan

kontribusi terhadap pencapaian sasaran mutu.

d. Memelihara catatan pendidikan, pelatihan, keahlian dan pengalaman.

Klausul 6.3 Infrastruktur

Manajemen organisasi HARUS menetapkan, menyediakan dan

memelihara infrastruktur yang dibutuhkan untuk mencapai kesesuaian

terhadap persyaratan produk adalah :

a. Bangunan, ruang kerja dan perlengkapan lain.

b. Peralatan Hardware maupun Software

c. Peralatan pendukung seperti transportasi, komunikasi atau sistem

(37)

d. Penyediaan infrastruktur dapat dilakukan melalui penyewaan.

Klausul 6.4 Lingkungan Kerja

Manajemen organisasi harus menetapkan dan mengatur

lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap

persyaratan produk. Istilah “lingkungan kerja” berkaitan kondisi-kondisi

pekerjaan dilakukan termasuk faktor fisik, lingkungan dan faktor lain

seperti kebisingan, temperature, kelembaban, pencahayaan atau cuaca.

Klausul 7. REALISASI PRODUK

Klausul 7.1 Perencanaan Realisasi Produk

Merencanakan dan mengembangkan proses yang dibutuhkan

untuk realisasi produk adalah :

a. Konsisten dengan persyaratan dari proses lain SMM ISO 9001:2008.

b. Menetapkan sasaran mutu dan persyaratan produk.

c. Kebutuhan untuk menetapkan proses, dokumen dan penyediaan

sumber daya yang spesifik bagi produk.

d. Menetapkan sistem verifikasi, validasi, pemantauan, pengukuran,

inspeksi dan uji spesifik bagi produk.

e. Menetapkan kriteria produk yang baik.

f. Menetapkan record yang dibutuhkan sebagai bukti produk telah

sesuai persyaratan.

Klausul 7.2 Proses yang Terkait dengan Pelanggan Klausul 7.2.1 Penetapan Persyaratan Produk

Penetapan persyaratan produk meliputi :

a. Persyaratan pelanggan, termasuk persyaratan untuk delivery dan post

delivery.

b. Persyaratan yang tidak ditetapkan oleh customer tetapi penting untuk

kegunaan produk.

c. Persyaratan perundangan dan peraturan yang sesuai dengan produk.

(38)

Apabila persyaratan berubah, harus ada amandemen dan

personel terkait mengetahuinya yaitu Record hasil review dan tindakan

yang diambil, bila pelanggan tidak menyediakan dokumen persyaratan,

persyaratan pelanggan dikonfirmasikan oleh perusahaan sebelum

menerima order, dalam beberapa kondisi, seperti pembelian melalui

internet, formal review tidak praktis. Review dapat dilakukan terhadap

informasi produk seperti katalog atau materi iklan.

Klausul 7.2.2 Peninjauan Kemampuan Perusahaan

Kemampuan perusahaan sebelum persetujuan adalah

persyaratan produk sudah jelas, perbedaan sudah diselesaikan dan

perusahaan mempunyai kemampuan memenuhi semua yang telah

ditetapkan.

Klausul 7.2.3 Komunikasi Pelanggan

Organisasi harus menetapkan dan mengimplementasikan

sistem komunikasi yang efektif dengan pelanggan terkait, yaitu

informasi mengenai produk, permintaan penanganan kontrak atau order,

customer feedback termasuk keluhan pelanggan baik complain langsung

maupun complain tidak langsung. Proses terkait dengan komunikasi

pelanggan adalah proses evaluasi project baru, proses customer claim

serta proses promosi termasuk informasi melalui internet. Klausul 7.3 Desain dan Pengembangan

Klausul 7.3.1 Perencanaan Desain dan Pengembangan Perencanaan desain dan pengembangan, yaitu :

a. Perubahan desain harus direview, verifikasi dan validasi.

b. Pelaksanaan review termasuk evaluasi terhadap produk terkait dan

produk yang telah dikirim.

c. Merencanakan dan mengontrol program desain.

d. Menetapkan tahapan desain.

(39)

f. Menetapkan penanggungjawab dan wewenang dari tiap tahapan

desain.

g. Menetapkan keterkaitan antara grup, sehingga komunikasi berjalan

efektif.

h. Menetapkan design input.

i. Persyaratan fungsi dan performa.

j. Peraturan terkait dengan produk.

k. Input dari produk similar.

Klausul 7.3.2 Input Desain dan Pengembangan

Input yang terkait persyaratan produk harus ditetapkan dan

catatannya dipelihara. Persyaratan-persyaratan harus lengkap, Input

tersebut direview kesesuainnya dan tidak bertentangan satu dengan yang

lain.

Klausul 7.3.3 Output Desain dan Pengembangan

Output desain harus diperiksa kesesuainnya sebelum

diterbitkan. Output desain sesuai persyaratan input desain. Berisi

informasi yang jelas untuk proses pembelian, produksi dan kebutuhan service. Penetapan karakteristik produk yang berhubungan dengan

keselamatan dan penggunaan yang tepat.

Klausul 7.3.4 Peninjauan-Ulang Desain dan Pengembangan

Melakukan review sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan, mengevaluasi kemampuan desain yang memenuhi

persyaratan, mengidentifikasi problem dan rencana perbaikan.

Klausul 7.3.5 Verifikasi Desain dan Pengembangan

Verifikasi design dilakukan sesuai rencana yang telah ditetapkan

untuk menjamin output design sesuai design input.

Klausul 7.3.6 Validasi Desain dan Pengembangan

Validasi design dilakukan sesuai rencana yang telah ditetapkan

(40)

penggunaannya. Validasi design harus sudah dilakukan sebelum

delivery atau proses produksi.

Klausul 7.4 Pembelian

Klausul 7.4.1 Proses Pembelian

Proses pembelian meliputi tahapan :

a. Informasi pembelian harus jelas.

b. Memilih supplier atas dasar kemampuan memenuhi persyaratan

persyaratan, melakukan evaluasi dan re-evaluasi.

c. Kriteria harus ditetapkan.

d. Menjamin produk yang dibeli sesuai spesifikasi.

e. Jenis dan system kontrol supplier tergantung dari efek dari barang

atau jasa terhadap proses produksi diperusahaan.

Klausul 7.4.2 Informasi Pembelian

Organisasi menjamin data lengkap sebelum dikomunikasikan ke

supplier, meninjau ulang persyaratan approval produk, proses dan

peralatan serta persyaratan kualifikasi personal. Persyaratan SMM

dalam verifikasi produk adalah bila perusahaan atau customer

perusahaan ingin melakukan pemeriksaan, maka harus menjelaskan

tujuan dan metode pemeriksaannya

Klausul 7.5 Penyediaan Produk dan Jasa

Klausul 7.5.1 Pengendalian Ketentuan Produksi dan Jasa

Pengendalian ketentuan produksi dan jasa adalah inti dari

aktifitas produk dan jasa disediakan dalam kondisi terkendali, yaitu

informasi produk jelas, instruksi kerja tersedia sesuai kebutuhan,

ketersediaan peralatan yang sesuai, ketersediaan dan penggunaan alat

ukur serta monitor. Pelaksanaan monitor dan pengukuran, pelaksanaan

(41)

Klausul 7.5.2 Validasi Ketentuan Proses Produksi dan Jasa

Hasil produksi tidak dapat diperiksa alat ukur atau alat monitor

yang tersedia sebagai konsekuensi bila kerusakan diketahui setelah

produk digunakan atau pelayanan telah diberikan, perusahaan

melakukan validasi terhadap proses produksi atau jasa.

Klausul 7.5.3 Identifikasi dan Mampu Telusur (Traceability) Identifikasi status produk dalam realisasi produk adalah :

a. Identifikasi produk untuk menghindari kesalahan pengambilan part,

jenis produk atau service.

b. Mampu telusur dimana produk atau service dikeluarkan atau

diterima.

c. Memelihara catatan.

d. Mengetahui sumber bahan baku, pemeriksaan status/uji, personel,

proses dan catatan mutu.

Klausul 7.5.4 Barang Milik Pelanggan

Organisasi harus melakukan hal-hal berikut :

a. Identifikasi, verifikasi, pengamanan dan memelihara barang milik

pelanggan.

b. Kehilangan, rusak atau tidak layak pakai harus dicatat dan dilaporkan

ke pelanggan dan menyimpan catatan tersebut.

c. Meliputi Hardware, Software, data pelanggan dan informasi.

d. Contoh barang milik pelanggan adalah komponen, peralatan, material

kemas dan informasi.

Klausul 7.5.5 Pemeliharaan Produk

Pemeliharaan produk adalah memastikan produk tidak

mengalami penurunan mutu selama proses pengerjaan di internal dan

pengiriman sampai ke tujuan yang telah ditetapkan. Pemeliharaan

termasuk identifikasi, handling, pengepakan, penyimpanan serta

(42)

Klausul 7.6 Pengendalian Sarana Pemantauan dan Pengukuran Pengendalian sarana pemantauan dan pengukuran meliputi :

a. Peralatan pengujian dan pengukuran tetap akurat.

b. Kalibrasi dan pengaturan secara periodik dan sebelum digunakan.

c. Pengamanan dari proses pengaturan (segel).

d. Pengamanan dari kerusakan dan penurunan mutu selama proses

penanganan dan penyimpanan.

e. Re-assesment dilakukan pada produk jika ditemukan hasil kalibrasi

tidak sesuai.

f. Identifikasi hasil kalibrasi.

g. Catatan hasil kalibrasi harus disimpan.

Klausul 8. PENGUKURAN, ANALISIS dan PENINGKATAN Klausul 8.1 Umum

Merencanakan dan mengimplementasikan sistem pemantauan,

analisis dan peningkatan proses untuk menunjukkan kesesuaian

persyaratan produk memastikan kesesuaian SMM ISO 9001:2008,

meningkatkan secara berkesinambungan keefektifan SMM ISO

9001:2008. Pemantuan, analisis dan peningkatan menggunakan metode

yang sesuai, termasuk penggunaan teknik statistik.

Klausul 8.2 Pemantauan dan Pengukuran Klausul 8.2.1 Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan pada pemantauan dan pengukuran adalah :

a.Memantau informasi terkait persepsi pelanggan terhadap perusahaan

dalam memenuhi persyaratan pelanggan.

b. Metode memperoleh dan menggunakan informasi harus ditetapkan

dengan menyebarkan angket kepuasan pelanggan, data pelanggan pada

mutu produk yang dikirimkan, survei opini pengguna, analisa

(43)

Klausul 8.2.2 Internal Audit

Klausul ini menyatakan bahwa menetapkan program internal audit sesuai interval yang telah ditentukan untuk memeriksa SMM ISO

9001:2008 dijalankan sesuai rencana dan persyaratan yang telah

ditetapkan oleh pelanggan. Internal audit dipelihara dan

diimplementasikan secara efektif.

Schedul audit dibuat berdasarkan status dan kepentingan area

yang di audit, serta hasil audit sebelumnya. Auditor yang digunakan

harus independen dan tidak melakukan audit areanya sendiri. Internal

audit harus ada prosedur terdokumentasi dan record audit harus

dipelihara. Manajemen yang bertanggungjawab terhadap area yang

diaudit harus memastikan bahwa tindakan koreksi dan korektif terhadap

ketidaksesuaian dan penyebab ketidaksesuaian telah dilakukan tanpa

penundaan.

Klausul 8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran Proses

Pemantauan dan pengukuran proses adalah menetapkan metode pengukuran dan pemantauan proses SMM ISO 9001:2008,

metode yang digunakan harus dapat mendemonstrasikan kemampuan

proses mencapai hasil yang telah direncanakan, bila hasilnya tidak

sesuai dengan rencana, maka harus ada koreksi dan korektif sesuai

kebutuhan.

Klausul 8.2.4 Pemantauan dan Pengukuran Produk Pemantauan dan pengukuran produk adalah :

a. Memantau dan mengukur karakteristik produk untuk memeriksa

bahwa persyaratan produk telah terpenuhi.

b. Proses pemantauan harus dilakukan pada tiap tahapan proses sesuai

aturan yang telah direncanakan.

(44)

Klausul 8.3 Pengendalian Produk Tidak Sesuai Pengendalian produk tidak sesuai adalah :

a. Perusahaan harus menjamin produk yang tidak sesuai, teridentifikasi,

tercegah dari penggunaan dan tercegah dari pengiriman.

b. Harus ada prosedur yang terdokumentasi, mengenai sistem kontrol

terkait dengan tanggungjawab dan wewenang untuk mengendalikan

produk tidak sesuai.

c. Penetapan disposisi produk yang tidak sesuai dengan melakukan

perbaikan untuk menghilangkan ketidaksesuaian, setelah diperbaiki

harus dicek ulang.

d. Record ketidaksesuaian, tindakan yang diambil, termasuk konsesi

harus disimpan jika produk tidak sesuai terdeteksi setelah pengiriman

atau setelah digunakan, harus diambil tindakan yang sesuai

tergantung dari efek atau potensi efek yang terjadi.

Klausul 8.4 Analisis data

Analisa data menetapkan, mengumpulkan dan menganalisis data untuk mendemonstrasikan kesesuaian dan keefektifan SMM ISO

9001:2008, evaluasi peluang peningkatan SMM ISO 9001:2008.

Klausul 8.5 Peningkatan

Klausul 8.5.1 Peningkatan Berkesinambungan

Perusahaan harus melakukan peningkatan keefektifan SMM ISO 9001:2008 secara berkesinambungan melalui penggunaan

kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisis data, tindakan

perbaikan dan pencegahan, tinjauan manajemen.

Klausul 8.5.2 Tindakan Perbaikan

Tindakan perbaikan harus termasuk review ketidaksesuaian dari customer. Tindakan perbaikan harus sesuai dengan dampak dari

(45)

Klausul 8.5.3 Tindakan Pencegahan

Tindakan pencegahan merupakan tindakan untuk mencegah potensi masalah berubah menjadi masalah. Menentukan Penyebab

ketidaksesuaian. Melakukan tindakan untuk menghilangkan penyebab

ketidaksesuaian sehingga kasus yang sama tidak terulang. Tindakan

korektif atau pencegahan harus disesuaikan efek ketidaksesuaian yang

terjadi evaluasi efektifitas tindakan korektif atau pencegahan untuk

menjamin ketidaksesuaian tidak terulangi atau tidak terjadi. Record

hasil tindakan perbaikan harus disimpan.

2.5 Perbedaan ISO 9001:2000 dengan ISO 9001:2008

ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem

manajemen kualitas. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan

rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu,

yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk

(barang/jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan (Gaspersz, 2003).

Menurut Setyawan (2010) ISO 9001 merupakan standar internasional

yang mengatur tentang SMM, maka seringkali disebut sebagai “ISO 9001,

QMS”. Tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi, maka ISO 9001:2008 adalah

SMM ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. Pada versi tahun 2000 tidak lagi

dikenal 20 klausul wajib, tetapi lebih pada proses bisnis yang terjadi di dalam

organisasi.

Pada perkembangan berikutnya, versi 2008 lahir sebagai bentuk

penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Perbedaan antara versi 2000 dengan

2008 secara nyata lebih menekankan pada efektivitas proses yang

dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada versi 2000 mengatakan

harus dilakukan corrective dan preventive action, maka versi 2008

menetapkan bahwa proses corrective dan preventive action yang dilakukan

harus secara efektif berdampak positif pada perubahan proses yang terjadi

(46)

2.6 Analisis Hirarki Proses

Menurut Saaty (1993), metode Analisis Hirarki Proses (AHP) adalah

sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan

yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses

pengambilan keputusan melalui pemecahan persoalan kedalam

bagian-bagiannya, menata bagian atau peubah ini dalam suatu susunan hirarki,

memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang pentingnya tiap

peubah dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan peubah

yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk

mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks

dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil

dan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau

prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika

yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai

pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan

secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang

telah dibuat.

Analisis Hirarki Proses (AHP) adalah suatu metode yang sering

digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan bobot

kepentingan antara faktor dan perbandingan beberapa alternatif pilihan. AHP

merupakan pendekatan dasar dalam pengambilan keputusan. Tujuan dari AHP

adalah menyelesaikan masalah yang kompleks atau tidak berkerangka dimana

data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit,

mengatasi antara nasionalitas dan intuisi, memilih yang terbaik dari sejumlah

alternatif yang telah dievaluasi dengan memperhatikan beberapa kriteria.

Proses hirarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi

perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan

(47)

memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Ada dua (2) alasan utama

untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain.

Alasan yang kesatu (1) adalah pengaruh-pengaruh tindakan tersebut

kadang-kadang tidak dapat dibandingkan, karena satu ukuran atau bidang

yang berbeda dan yang kedua (2) menyatakan pengaruh tindakan tersebut

kadang-kadang saling bentrok artinya perbaikan pengaruh tindakan tersebut

yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya. Kedua alasan tersebut

akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga

diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas. Prioritas merupakan suatu

ukuran abstrak yang berlaku untuk semua skala. Penentuan prioritas ini

dilakukan menggunakan proses analisis hirarki.

Menurut Saaty (1993), ada empat (4) prinsip dalam memecahkan

persoalan dengan AHP, yaitu :

1. Prinsip menyusun hirarki (Decomposition)

Setelah mendefinisikan permasalahan perlu dilakukan dekomposisi yaitu

memecahkan persoalan utuh menjadi unsur-unsurnya sampai yang

sekecil-kecilnya.

2. Prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement)

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua (2)

unsur pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan

diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan

berpengaruh terhadap prioritas unsur-unsur.

3. Prinsip sintesis prioritas (Synthesis of Prioritas)

Dari setiap matriks pairwise comparison vector eigen dimana akan

menghasilkan prioritas lokal, karena pairwise comparison terdapat pada

setiap tingkat, maka untuk melakukan global harus dilakukan sintesis

diantara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut

(48)

4. Prinsip konsistensi logis (Logical Consistency)

Konsistensi memiliki dua (2) makna. Kesatu (1) adalah bahwa

objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan

relevansinya. Kedua (2) adalah tingkat hubungan antara obyek-obyek

yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Keuntungan menggunakan AHP sebagai alat analisis adalah :

1. AHP memberi modal tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

beragam persoalan yang tidak terstruktur.

2. AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem

dalam memecahkan persoalan kompleks.

3. AHP dapat menangani saling ketergantungan unsur-unsur dalam suatu

sistem dan tidak memaksakan pemikiran linaer.

4. AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah

unsur-unsur suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan

mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

5. AHP memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud

untuk mendapatkan prioritas.

6. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

7. AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif.

8. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor

sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan

tujuan-tujuannya.

9. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil

representatif dari penilaian yang berbeda-beda.

10.AHP memungkinkan orang memperhalus definisi pada suatu persoalan

(49)

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Laksmi (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis implementasi

ISO 9001:2000 pada departemen Collection PT. Para Bandung Propertindo

Jakarta memaparkan faktor-faktor yang menjadi permasalahan dalam

penerapan SMM ISO 9001:2000 berdasarkan hirarki penyusunannya adalah

SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi

produk, perbaikan, analisis dan peningkatan. Alat analisis yang digunakan

adalah AHP dan dari analisis tersebut diketahui bahwa yang paling

memegang peranan penting dalam penerapan ISO 9001:2000 pada

Departemen Collection adalah top management. Penyebab permasalahan

dalam penerapan SMM adalah perbaikan dokumentasi dan administrasi

(prioritas 1), perbaikan sistem informasi (prioritas 2) dan perbaikan mutu

karyawan (prioritas 3). Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan berupa

penambahan fasilitas penunjang (prioritas 1), input data yang tepat waktu

(prioritas 2), entry data online (prioritas 3) dan sosialisasi dan pendidikan

dan penelitian (diklat) (prioritas 4). Hasil dari penelitian ini adalah keempat

(4) alternatif tersebut dapat memberikan manfaat pada beberapa aspek

perusahaan yaitu aspek pemasaran, aspek SDM, aspek produksi dan operasi.

Wulandari (2009) dalam penelitiannya mengenai kajian penerapan

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 pada PT. Unitex Tbk bogor

memaparkan tujuan dari penerapan ISO 9001:2000 adalah perbaikan

administrasi dan dokumentasi, perbaikan infrastruktur dan perbaikan

partisipasi karyawan. Faktor-faktor yang menjadi permasalahan dalam

penerapan SMM ISO 9001:2000 berdasarkan hirarki penyusunannya adalah

SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen sumberdaya, realisasi

produk, serta perbaikan, analisis dan peningkatan. Aktor yang paling

memegang peranan dalam penerapan ISO 9001:2000 adalah top

management. Alternatif tindakan berupa perbaikan sistem informasi

(prioritas 1), sosialisasi diklat (prioritas 2), perbaikan mesin dan bangunan

(50)

Widianingrum (2006) dalam penelitiannya mengenai analisis

penerapan ISO 9001:2000 pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Bogor

memaparkan penyusunan dan pengolahan hirarki permasalahan dalam

penerapan ISO 9001:2000 pada tingkat dua (2) faktor atau kriteria masalah

adalah SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi

produk, serta pengukuran, analisis dan peningkatan; tingkat tiga (3) pelaku

atau aktor yang paling berperan terhadap kriteria permasalahan SMM adalah

manajemen, eksekutif dan operasional; tingkat empat (4) penyebab

permasalahan dalam penerapan SMM seperti sistem (prioritas 1), keuangan

(prioritas 2), sarana (prioritas 3); pada tingkat lima (5) alternatif kegiatan

atau tindakan pemecahan masalah berupa kerjasama (teamwork) (prioritas

1), inovasi teknologi (prioritas 2), pendidikan dan pelatihan (prioritas 3)

dan perbaikan sistem administrasi (prioritas 4). Hasil pengolahan data pada

tingkat satu (1) berupa identifikasi permasalahan penerapan ISO 9001:2000

pada PT. Telekomunikasi Tbk Bogor yang merupakan sasaran utama.

Dari ketiga penelitian tersebut terinformasikan bahwa penerapan ISO

9001:2000 pada sebuah perusahaan memberikan manfaat yang besar

terhadap mutu perusahaan. Penerapan ISO 9001:2000 perlu dilakukan pada

seluruh departemen yang dimiliki perusahaan, sehingga meningkatkan mutu

perusahaan, baik untuk aspek pemasaran, sumber daya maupun produksi.

Dalam penerapan ISO 9001:2000 tersebut diperlukan adanya pemeriksaaan

dan pemantauan untuk mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi

untuk mencari alternatif permasalahan bagi perbaikan yang

Gambar

Gambar 1. Perbaikan berkelanjutan SMM (Widodo, 2011)
Tabel 1. Karakteristik ISO pada Dunia Pendidikan.
Gambar 2. Model perbaikan proses berkelanjutan dengan titik anjak
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia Pengadaan Barang / Jasa menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka sesuai dengan Surat

Ketiga, Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem

Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengenal pasti keseimbangan jangka panjang antara pulangan Amanah Pelaburan Hartanah Islam (I-REIT) dengan pemboleh

Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2015:44) mengemukakan bahwa, “DBMS ( Database Manajemen System ) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Sistem

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT.

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang atas Berkat dan Karunia-Nya telah memberikan Kesehatan dan Kekuatan kepada penulis sehingga penulis

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan return on equity, current ratio, total asset turnover dan price to book value tidak berpengaruh

Pada tampilan menu utama pengguna dapat mengakses menu pilihan country yang berisiskan informasi peningkatan prestasi suatu negara dalam event ASEAN University