• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament pada Siswa Kelas V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament pada Siswa Kelas V"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk memberikan jaminan bahwa cara tersebut bisa menyaran pada tercapainya tujuan proses pembelajaran. Hal tersebut merupakan aspek yang sangat penting dari suatu proses pembelajaran karena tanpa adanya konsep yang matang dalam mempraktekkan proses pembelajaran, ada kemungkinan tujuan yang ingin dicapai tidak bisa diraih. Hal tersebut tentu saja bermakna gagalnya proses pembelajaran yang dikedepankan.

Tampak bahwa metode merupakan satu hal yang harus dirumuskan sejak awal untuk kemudian dipraktekkan. Dalam praktek tersebut, jika ada gejala bahwa metode yang digunakan tidak berpotensi membimbing kearah keberhasilan, metode yang bisa dipilih oleh seorang pelajar dalam menyampaikan pengajaran. Tentu saja dalam melakukan pemilihan ,menyesuaikan dengan minat peserta didik dan kemampuan si pengajar itu sendiri merupakan aspek yan penting untuk diperhatikan dan dijaga keseimbangannya.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

(2)

melalui keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif (Lie 2004:41). Kelompok ini biasanya terdiri satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sendang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan (Salvin 1995:73)

Menurut Isjoni (2009:30), pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan, guru harus berusaha menanamkan dan membina sikap berdemokrasi diantara para peserta didiknya, maksudnya suasana kelas harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian peserta didik yang demokratis dan dapat diharapkan suasana yang terbuka dengan kebiasaan-kebiasaan kerja sama, terutama dalam memecahkan kesulitan-kesulitan. Seorang peserta didik haruslah dapat menerima pendapat dari peserta didik yang lainnya, seperti peserta didik satu mengemukakan pendapatnya lalu peserta didik yang lainnya mendengarkan dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada kekurangannya maka perlu ditambah, dan penambahan ini harus disetujui oleh semua anggota, yang satu harus saling menghormati pendapat yang lain.

2.1.3 Model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumi karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.

(3)

1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembeharuan dalam proses pembelajarn yang dijalaninya. Menurut Sadirman A. M. (2004:165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola progam belajar mengajar. Mengelola disini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti mebuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, member penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

(4)

2.1.4 Model Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

TGT adalah model yang menggunakan tutnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba-lomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya (Robert E. Slavin, 2010)

Dalam TGT peserta didik memainkan permainan-permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Penyusunan permainan dapat disusun dalam bentuk kuis berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Model TGT ini dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto, 2010).

A. Komponen Team Game Tournament (TGT): 1) Penyajian kelas

2) Kelompok 3) Game 4) Tournament 5) Tim Recognize

B. Langkah-langkah Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) 1) Guru menyiapkan alat dan bahan

2) Siswa dibagi atas beberapa kelompok 3) Guru mengarahkan aturan pemainannya:

a. Siswa ditempatkan per kelompok 4-5 orang yang memiliki tingkat prestasi, jenis kelamin yang berbeda-beda.

b. Guru menyiapkan materi pelajaran dan siswa memastikan seluruh anggota tim telah menguasai materi tersebut.

(5)

C. Aturan Skenario

Dalam permainan terdiri dari kelompok pembaca, kelompok penantang satu dan kelompok penantang dua, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca bertugas:

1) Ambil kartu bernomor dan cari pertanyaan pada lembar pertanyaan. 2) Baca pertanyaan keras-keras.

3) Beri jawaban.

Kelompok penantang satu bertugas menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua:

1) Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda 2) Cek lembar jawaban.

Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran (Trianto, 2010)

Model pembelajaran TGT (Team Game Tournament) juga memiliki kelebihan dan kelemahan, antara lain :

1) Kelebihan Model TGT:

a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas. b. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam. d. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

Pembaca

Penantang kedua

(6)

e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. f. Motivasi belajar lebih tinggi

g. Hasil belajar lebih baik

h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 2) Kelemahan Model TGT:

a. Bagi guru

Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian kelompok, dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah diterapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. b. Bagi siswa

Adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lainnya.

2.1.5 Hakekat IPA

(7)

perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya. IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses.

Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah. Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan. Produk IPA meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip, prosedur, teori, dan hukum. IPA sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk menghadapi atau merespons masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, IPA sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Proses ilmiah merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sikap-sikap ilmiah meliputi: Obyektif, tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan, berhati terbuka, tidak mencampur-adukkan fakta dengan pendapat, bersikap hati-hati, sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.

(8)

mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menginterpretasi data, menyimpulkan, mengkomunikasikan, memprediksi, merumuskan masalah, hipotesis, mengidentifikasi variabel, mengendalikan variabel, dan merancang serta melakukan percobaan. Untuk itu, Anda sebagai calon guru SD harus menguasai berbagai keterampilan tersebut agar nantinya tidak mengalami kesulitan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran IPA.

2.1.6 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran merupakan tahapan suatu proses belajar yang sistematis dalam pelaksanaannya supaya peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan menerapkan suatu konsep yang diperoleh dalam belajar sebagaimana pendapat Gagne, R.M. (Winataputra, 2007: 17) bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik.

Pembelajaran IPA mulai dikenalkan ditingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Pengajaran IPA yang monoton telah membuat peserta didik mulai merasa jenuh. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta didik dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik peserta didik.Analisis sumber belajar, penetapan strategi pengorganisasian dan isi belajar, menetapkan strategi pengolahan dan pembelajaran.Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat dipenuhi.

(9)

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara rasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan, (Depdiknas, 2006 47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi pada tujuan kurikuler mata pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah “Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan” (Depdiknas 2006 :48).

2.1.7 Tujuan Pengajaran IPA

Tujuan pengajaran IPA adalah untuk memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapkan berbagai konsep IPA, mampu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam peremendiknas No 22 tahun 2006 mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

(10)

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memeliliara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan.

2.1.8 Hasil Belajar

Salah satu faktor yang diukur untuk mencapai kesuksesan dalam segala bidang baik dalam bidang studi, kerja,atau aktivitas apapun adalah hasil yang diperoleh. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus merupakan apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Pendapat yang mendukung tentang hasil belajar juga dikemukakan oleh Mudzakir, (2007:34) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Winkel, (2007) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

(11)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2011: 162), hasil belajar merupakan halyang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi peserta didik dan sisi guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Sudjana (2010:23), dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyainin Bloom (dalam Suprijono 2011:5) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi; 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Pendapat dari para ahli tentang definisi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang relatif dalam berprilaku dan dapat mempengaruhi interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan keterampilan dalam berbagai aspek kehidupan.

Teknik yang digunakan guru dalam mengukur hasil belajar peserta didik dapat menggunakan teknik tes dan non tes, antara lain:

a. Tes

(12)

mengenai nilai yang dicapai setelah melakukan kegiatan menjawab serangkaian pertanyaan dari orang yang telah membuat tes. Dengan mana dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi dari setiap hasil yang sudah ditetapkan.

Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Arikunto (2002:32) Tes adalah suatu percobaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.

Pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab dan dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki tujuan tertentu untuk mengukur kemampuan seseorang.

Teknik Tes yang dikemukakan oleh Sudijono (2009: 11-18) sebagai berikut :

1. Jenis Tes dari segi bentuk pelaksanaannya 1) Tes

a. Tes Tertulis(Paper and Pencil Test)

Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.

b. Tes Lisan(Oral Test)

Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid.

c. Tes Perbuatan(Performance Test)

(13)

b. Non Tes

Menurut Sudijono (2009: 26-37) Teknik Non Tes biasa digunakan untuk mengukur ranah afektif dan psikomotorik. Ada beberapamacamteknik non tes, antaralain :

1. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sebagian dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan peserta didik.

2. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan.

3. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan atau spontan tentang pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

Penelitan yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar di kelas V yang di fokuskan pada meningkatnya nilai akademik atau peningkatan kognitif siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

(14)

Nurul Ulum Sebalong Nguling Pasuruan Tahun Pelajaran 2010/2011 (data hasil belajar Siklus I 62,19c Siklus II 70,59c Siklus III 79,59r ). Kelebihan dari penelitian ini, terjadi kenaikan tiap siklus meskipun kenaikannya tidak terlalu signifikan. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament sesuai dengan rencana sehingga meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik kelas V MI Nurul Ulum Sebalong Nguling Pasuruan Tahun ajaran 2010/2011. Dari kesimpulan di atas kita dapat artikan jika model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat digunakan untuk pembelajaran di sekolah guna meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2.3 Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar (PBM) dipandang berkualitas jika berlangsung efektif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil jika siswa menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar yang harus dikuasai dengan sasaran dan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik bertanggung jawab merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisiensi, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi yang harus dimiliki oleh guru adalah harus menguasai cara-cara penyajian atau biasa disebut model pembelajaran. Model pembelajaran adalah pola pembelajaran khusus yang direncanakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam hal ini guru menngunakan metode pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya dengan tujuan agar siswa dapat berfikir kritis, kreatif, dan mengembangkan kerja sama antar tim dalam pembelajaran kooperatif Berbagai macam-macam model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat diharapkan siswa dapat lebih

(15)

masalah yang dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar. Dengan demikian diharapkan agar siswa dapat meningkatkan prestasinya.

2.4 Hipotesis Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Berbeza dengan penilaian formatif yang lebih menumpukan kepada penilaian penguasaan pelajar dalam sesuatu tajuk, penilaian sumatif bertujuan untuk menentukan pencapaian pelajar

Penelitian ini berjudul “ Strategi Marketing Communication melalui Event dalam Meningkatkan Brand Image Harian Amanah ” Penelitan ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui

Meskipun sebagian dari kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai mata uang dolar, namun dengan rendah atau hampir tidak adanya komponen impor di sektor pertanian, maka

Dari hasil yang diperoleh penulis berdasarkan analisis Economic Value Added dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan pada periode tersebut dapat dikatakan baik karena

Pemeriksaan kendaraan bermotor atau disebut juga “ syaken ” ,adalah pemeriksaan dengan waktu tertentu, apakah mobil yang Anda pakai sesuai dengan standart dasar hukum

Hasil dari pengujian dapat disimpulkan bahwa metode Template Matching dapat diterapkan untuk mengidentifikasi penyakit Tuberkulosis paru dengan prosentase keberhasilan

“PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI INDONESIA ” dengan baik, lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Skripsi

Biaya pengolahan limbah seharusnya diperlakukan sebagai biaya sosial atau biaya lingkungan eksplisit (external cost impact / externalities), karena biaya-biaya tersebut