• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN BICARA PADA BALITA DENGAN KEMAMPUAN BICARA PADA BALITA DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH DETI AGUSTIN NUGRAHENI, S.ST AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN BICARA PADA BALITA DENGAN KEMAMPUAN BICARA PADA BALITA DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH DETI AGUSTIN NUGRAHENI, S.ST AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN LATAR BELAKANG - Tampilan HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN BICARA PADA BALITA DENGAN KEMAMPUAN BICARA PADA BALITA DI

PUSKESMAS ALALAK TENGAH

DETI AGUSTIN NUGRAHENI, S.ST

AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN

LATAR BELAKANG

Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan

upaya mengusahakan tumbuh kembang anak seoptimal mungkin setaraf potensinya.

Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas SDM dimasa yang akan datang.

Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan datang maka anak perlu

dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan

kemampuannya (Hareweni, 2008).

Tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh berbagai kondisi, baik dari dalam

diri anak itu sendiri maupun kondisi lingkungan sekitarnya. Anak yang mendapat stimulasi

yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang

kurang/tidak mendapat stimulasi. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam

tumbuh kembang anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih cepat

berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan

stimulasi (Soetjiningsih, 2012).

Terdapat 4 bidang kemampuan atau aspek yang perlu dipantau tingkat

perkembangannya, meliputi (Soetjiningsih, 2012), yaitu perkembangan gerakan motorik

(2)

kasar, perkembangan Gerak halus, perkembangan berbicara, bahasa, kecerdasan dan

perkembangan bergaul dan mandiri.

Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Hampir

sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara.

Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada umur 5 tahun, 19%

dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan

berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6% kelemahan bahasa). Gagap terjadi

pada 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki

gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6%

anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan

pada usia pra sekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian anak

dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa

yang lebih tinggi dari pada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah keatas (Anna,

2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Alalak tengah pada

10 orang ibu yang mempunyai balita dengan menggunakan angket, 6 orang (60%)

diantaranya kurang mengerti tentang stimulasi perkembangan bahasa dan bicara pada balita

dan 2 orang (20%) berpengatuhan cukup, serta 2 orang (20%) lagi berpengetahuan baik

tentang stimulasi perkembangan bahasa dan bicara pada balita.

Berdasarkan hal tersebut di atas, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti ”Hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan bicara dengan kemampuan

(3)

METODE

Desain penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan Cross Sectional, Populasi dalam penelitian

ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita yang berkunjung di Puskesmas Alalak

Tengah pada bulan Januari - Mei 2013 berjumlah 272 orang anak balita. Sampel

penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang besarnya ditentukan dengan rumus

sebagai berikut (Nursalam, 2003) :

Keterangan : n = Jumlah sampel

N= Jumlah populasi

d= tingkat signifikansi (0,1)

Jadi jumlah sampel yang didapat adalah :

= 40,47 orang

= 40 ibu balita

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan nonprobability sampling

dimana cara pengambilan sampel dengan cara Accidental Sampling yaitu mengambil

sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih

dahulu.

a. Variabel Dependent (Variabel Terikat)

(4)

b. Variabel Independent (Variabel Bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi

Perkembangan Bicara

Definisi Operasional

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Penelitian

HASIL

1.Kemampuan Bicara pada Balita

Tabel 4.1. Distribusi Berdasarkan Kemampuan Bicara pada Balita di Puskesmas Alalak Tengah tahun 2012

Kemampuan n %

Mampu Tidak mampu 18 22 45 55

Jumlah 40 100

Variab

el Definisi

Cara dan

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Pengukura

n Penget

ahuan

Merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah ibu mendapatkan informasi tentang stimulasi perkembangan bicara pada balita Metode angket dan kuisoner

Baik : 76%-100%

Cukup : 56%-75%

Kurang : < 56% (Arikunto, 2006) Ordinal Kema mpuan bicara Merupakan suatu keterampilan mengungkapkan ide atau gagasan secara lisan yang dapat diamati melalui tahapan-tahapan perkembangan kemampuan bicara. Metode angket dan kuesione r Mampu : 16–20

Tidak mampu : 10-15

(5)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa kemampuan bicara pada balita

paling banyak terdapat 22 orang (55%) tidak mampu bicara.

2.Pengetahuan ibu tentang Stimulasi Perkembangan Bicara pada Balita

Tabel 4.2. Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan Bicara pada Balita di Puskesmas Alalak Tengah tahun 2012

Pengetahuan n %

Baik Cukup Kurang 3 17 20 7,5 42,5 50

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa yang terbanyak pengetahuan ibu

tentang stimulasi perkembangan bicara adalah pengetahuan kurang yaitu sebanyak 20

orang (50%).

3.Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan Bicara dengan Kemampuan bicara pada Balita

Tabel 4.3. Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Bicara, Kemampuan Bicara pada Balita di Puskesmas Alalak Tengah tahun 2012

Pengetahuan

Kemampuan bicara

Jumlah Mampu Tidak mampu

N % N % n %

Baik Cukup Kurang 3 10 5 100 58,8 25 0 7 15 0 41,2 75 3 17 20 100 100 100 Jumlah 18 45 22 55 40 100

Hasil analisis statistik dengan uji korelasi spearman’s rank diperoleh nilai p =

0,004 dan α = 0,1 ini menyatakan bahwa p < α maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang stimulasi

(6)

dari nilai r = 0,441 menyatakan kekuatan hubungan antara pengetahuan ibu tentang

stimulasi bicara dengan kemampuan bicara pada balita sedang.

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Bicara

Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2003 dalam

buku Wawan, 2010). Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang

anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat

berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi

(Cahyaningsih, 2011).

Hasil dari penelitian pada tabel 4.2 menunjukan pengetahuan ibu tentang

stimulasi perkembangan bicara pada balita diketahui bahwa dari 40 orang ibu balita

terdapat 3 orang (7,5%) memiliki pengetahuan baik, 17 orang (42,5%) memiliki

pengetahuan cukup, sedangkan 20 orang (50%) berpengetahuan kurang.

Pada penelitian ini masih banyak ibu yang memiliki pengetahuan cukup tentang

stimulasi bicara. Adapun pengetahuan yang cukup dan kurang pada ibu balita tersebut

dikarenakan ibu tidak mengetahui pengertian stimulasi, dan stimulasi apa saja yang

diberikan kepada balita serta ibu tidak mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian stimulasi.

Keadaan ibu tersebut karena faktor kurangnya mendapatkan informasi tentang

stimulasi perkembangan bicara. Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan ibu yaitu

(7)

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Rahmawati 2009 yang

menunjukkan bahwa dari 35 responden yang mempunyai pengetahuan tentang

stimulasi bicara dan bahasa pada anak usia 12 -15 bulan sebagian besar

berpengetahuan cukup sebanyak 57.1% (20 responden).

Pengetahuan itu sangat penting dalam pemberian stimulasi terhadap anak.

Diharapkan dengan pengetahuan yang cukup maka akan memudahkan ibu

memberikan stimulasi kepada anaknya.

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang stimulasi bicara pada balita yaitu

dengan cara menggali informasi tentang stimulasi tumbuh kembang melalui berbagai

media informasi yaitu buku, tv, dan informasi dari tenaga kesehatan.

2. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kemampuan Bicara pada Balita

Tabel 4.3 bisa dilihat bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan baik kemampuan

bicara balita sebanyak 3 orang (100%) mampu. Ibu dengan pengetahuan cukup

sebanyak 10 orang (58,8%) mampu, dan 7 orang (41,2%) tidak mampu. Sedangkan

ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang (25%) mampu, dan 15 orang (75%)

tidak mampu.

Ibu dengan pengetahuan tentang stimuasi kurang paling banyak yang mempunyai

ketidakmampuan bicara pada balitanya karena mereka kurang mendapatkan informasi

tentang stimulasi. Pengetahuan sangat penting perannya dalam memberikan wawasan

terhadap terbentuknya kemampuan bicara pada balita. Bila pengetahuan ibu baik

tentang pemberian stimulasi pada balita, pengertian stimulasi, manfaat stimulasi, dan

prinsip stimulasi, maka akan tercipta pemberian stimulasi bicara yang selanjutnya akan

(8)

Hasil analisis statistik dengan uji korelasi spearman rank menyatakan ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang stimulasi bicara dengan

kemampuan bicara pada balita di Puskesmas Alalak Tengah (p = 0,004 ; p < 0,1)

dengan r = 0,441. Menyatakan kekuatan hubungan pengetahuan ibu tentang stimulasi

perkembangan bicara dengan kemampuan bicara pada balita sedang.

Dari hasil penelitian menyatakan ada hubungan yang bermakna maka ibu yang

mempunyai pengetahuan baik balitanya mampu bicara 100%, dibandingkan ibu yang

berpengetahuan kurang. Orang tua salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral

dalam tahap perkembangan seorang anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan

utama dalam keluarga, ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti

dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat bersikap positif

dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik dan sesuai dengan tahapan

perkembangan anak (Sandjojo, 2003). Hal ini sangat mungkin dilaksanakan apabila

orang tua khususnya ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting

tumbuh kembang anak.

Dari hasil penelitian memiliki nilai r = 0,441, sehingga dari teori Colton

menyatakan kekuatan hubungan sedang, karena kemampuan bicara tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan ibu. Faktor lain yang mempengaruhi

perkembangan bicara anak antara lain; lingkungan, emosi, masalah pendengaran,

perkembangan terlambat, cacat bawaan dan kerusakan otak (Soetjiningsih, 2012).

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kusnadi dalam Depkes RI, Pedoman

Pelaksanaan DDTK (2006) bahwa perkembangan anak balita dipengaruhi oleh banyak

(9)

pengetahuan ibu sangat berperan penting dalam perkembangan anak balita. Semakin

tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan anak balita akansemakin baik

pula perkembangan anak balita tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tri

Hariweni, 2002, menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu

dengan stimulasi pada pengasuhan anak di Tanjung Marawa Medan. Rendahnya

tingkat pengetahuan ibu disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga

mereka kurang mengetahui tahap-tahap perkembangan anak balita. Hasil penelitian

diperoleh data bahwa dari 30 pertanyaan yang diajukan hanya 27,5% diantaranya

menjawab benar untuk pertanyaan sector yang dipantau pada perkembangan anak dan

30% menjawab benar untuk pertanyaan tentang ciri-ciri perkembangan anak.

Untuk menghasilkan kemampuan bicara yang baik pada balita ibu seharusnya

mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemberian stimulasi, sebaiknya ibu

mempelajari bagaimana tahapan stimulasi dan cara pemberian stimulasi, sehingga

kemampuan bicara pada balita menjadi semakin meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Kemampuan bicara pada balita dari sejumlah 40 orang ibu balita paling banyak

terdapat 22 orang (55%) tidak mampu dan 18 orang (45%) mampu.

2. Pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan bicara dari sejumlah 40 orang ibu

balita yang paling banyak mempunyai pengetahuan kurang 20 orang (50%), 17 orang

(42,5%) memiliki pengetahuan cukup, dan 3 orang (7,5%) memiliki pengetahuan

(10)

3. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang stimulasi bicara

dengan kemampuan bicara pada balita di Puskesmas Alalak Tengah (p = 0,004 ; p <

0,1) dengan r = 0,441. Menyatakan kekuatan hubungan pengetahuan ibu tentang

stimulasi perkembangan bicara dengan kemampuan bicara pada balita sedang.

SARAN

1. Ibu diharapkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang stimulasi bicara pada

balita. Hal tersebut bisa dilakukan dengan banyak bertanya kepada pihak kesehatan,

membaca buku, dan menggali ilmu pengetahuan lewat media lainnya seperti tv,

majalah, dan internet.

2. Kepada pihak Puskesmas Alalak Tengah hendaknya lebih meningkatkan pelayanan

terutama sosialisasi tentang stimulasi bicara sehingga dapat menumbuhkan kesadaran

ibu-ibu yang memiliki balita untuk mau memberi stimulasi yang baik pada anaknya.

Dengan cara memberikan penyuluhan kepada ibu balita yang berkunjung di

Puskesmas Alalak Tengah, tenaga kesehatan yang memberikan penyuluhan seperti

dokter, perawat, dan bidan.

3. Kepada pihak institusi pendidikan Akbid Bunga Kalimantan untuk meningkatkan

pendidikan tentang stimulasi perkembangan bicara pada mahasiswa, dengan adanya

tambahan praktek, agar mahasiswa nantinya bisa menambah wawasan untuk

menanggapi permasalahan yang ada di lahan/ tempat kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Anna, Hyuga. 2011. Gangguan bicara dan bahasa pada anak. Jakarta :

(11)

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Cahyaningsih, Sulistyo Dwi. 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Trans Info Media.

Deslidel, dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta : EGC.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.

Hareweni, Trie. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Bekerja Dan Tidak Bekerja Tentang Stimulasi Pada Pengasuhan Anak Balita. 2008

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Ian. 2010. Pengertian Kemampuan. Jakarta : http://ian43.wordpress.com/2010/12/23// Diakses tanggal 28 April 2012

Isgiyanto, Awal. 2009. Teknik Pengambilan Sampel. Jogjakarta : Mitra Cendikia. Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Edisi Pertama. Yogyakarta : Fitramaya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Noviyanti W, Winny Veronica. 2010. Gangguan bicara, berbahasa, dan komunikasi. Jakarta : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/ /. Di akses tanggal 20 April 2012

Nurhatim. 2009. Sastra Indonesia. Jakarta :

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Berdasarkan Kemampuan Bicara pada Balita di Puskesmas Alalak Tengah tahun 2012
Tabel 4.2. Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan Bicara pada Balita di Puskesmas Alalak Tengah tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Subyek pada penelitian ini berjumlah 5 orang guru PAUD Terang Bangsa yang memiliki kepribadian sesuai dengan tugas dan tanggunjawabnya sebagai seorang guru serta berdedikasi

Dalam hal ini nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelompokan RVI bangunan berdasarkan bentuk atap tidak

Hal ini tercermin dari adanya berbagai identifikasi masalah yang mendasar di kelas IV MI Salafiyah 02 Kalimas yaitu: masih banyaknya siswa dengan nilai di bawah KKM,

Ilmu ekonomi, atau ekonomi politik (politicale conomy)a, dalah suatu studi tentang kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa menggunakan uang, mencakup atau

Prinsip umum yang digunakan pada proses kompresi citra digital adalah mengurangi duplikasi data di dalam citra sehingga memori yang dibutuhkan untuk

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto melihat bahwa kini masyarakat cenderung membeli makanan melalui aplikasi digital daripada harus memasak sendiri/pergi

Mengembangkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sungkem, dan sopan) untuk Membentuk Karakter Cinta Damai. Penerapan budaya 5S dimaksudkan untuk membentuk

Produser: Dimas Al Kausar Kameramen: Bagus Tri Wibowo Kameramen insert: Yunita Septiarti Audioman: Arifudin Voice Over: Vanti Istanti Penulis Naskah: Herlina Nur Hidayah