ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMAGANGAN
MEKANIK ALAT BERAT TERHADAP KINERJA
DIVISI PLANT PT BORNEO ALAM SEMESTA
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen
diajukan oleh
Bambang Wijarnako
12/343677/PEK/18093
Kepada
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
ANALIS PENGARUH PROGRAM PEMAGANGAN MEKANIK ALAT
BERAT TERHADAP KINERJA DIVISI PLANT
PT BORNEO ALAM SEMESTA
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan segala
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Tesis ini disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk mencapai derajat sarjana S-2 pada Program Studi
Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan,
baik langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya tesis ini.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Goedono MBA Ph.D, selaku dosen pembimbing tesis,
yang telah dengan penuh perhatian memberikan pengetahuan,
bimbingan, nasehat dan pengarahan yang begitu besar.
2. Bapak Amin Wibowo, M.B.A., Ph.D. dan Bapak Dr. Rangga Almahendra,
S.T., M.M. selaku dosen penguji.
3. Bapak Prof. Basu Swastha Dharmmesta, MBA., Ph.D. selaku Direktur
Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada, Bapak Kusdhianto Setiawan, Ph.D. selaku
Wakil Direktur Bidang Akademik, Kemahasiswaan, Sistem lnformasi dan
Executive Development Program, Bapak Prof. Jogiyanto Hartono, MBA.,
v Sumber Daya Manusia , Bapak Wakhid Slamet Ciptono, Ph.D selaku
Direktur – Kampus Jakarta, dan Singgih Wijayana, M.Si., Ph.D selaku
Wakil Direktur – Kampus Jakarta.
4. Isteri dan anak-anak tercinta, yang selalu memberikan dorongan dan
semangat dalam segala hal. Semoga hal ini dapat meningkatkan motivasi
belajar anak-anakku tercinta untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi
mungkin.
5. Jajaran Direksi dan Manajemen PT Borneo Alam Semesta yang sangat
membantu dalam pengumpulan data, usulan serta saran yang sangat
berharga bagi penulis.
Penulis menyadari se p e nu h n ya masih banyak kekurangan dan
keterbatasan b a ik dalam materi maupun penyajian tesis ini maka
pengembangan dan penyempurnaan tesis ini akan sangat berguna bagi kita
semua. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita.
Jogyakarta, 15 Mei 2015
vi
DAFTAR ISI
Lembar judul……….…………... i
Lembar pengesahan………... ii
Lembar pernyataan………... ... iii
Kata pengantar………... iv
Daftar isi………... ... vi
Daftar Tabel………... ix
Daftar Gambar………... x
Daftar Lampiran... xi
Intisari………... xii
Abstract………... xiii
BAB I PENDAHULUAN………..….………... 1
1.1. Latar belakang masalah………... ... 1
1.2. Rumusan Masalah………... 7
1.3. Pertanyaan Penelitian……….…... 11
1.4. Tujuan Penelitian………... 11
1.5. Manfaat Penelitian………... 11
1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ...………... 13
1.7. Sistematika Penulisan ...………... 15
BAB II LANDASAN TEORI………... 17
2.1. Tinjauan Pustaka………... 17
vii
2.2. Teori Dasar ...………... 19
2.2.1. Manajemen Strategis ... 19
2.2.2. Keunggulan Daya Saing ... 22
2.2.3. Konsep Value Chain ... 23
2.2.4. Perawatan dan Reliabilitas ... ... 26
2.2.5. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Manusia ... 27
2.2.6. Kurva Pembelajaran ... 29
BAB III METODE PENELITIAN……… 31
3.1. Desain Penelitian ….………... 31
3.2. Definisi Operasional ………... 35
3.3. Populasi dan Sampel……….………... 38
3.3.1. Populasi …....………... 38
3.3.2. Sampel ………. 38
3.4. Instrumen Penelitian ……….. 42
3.5. Metoda Pengumpulan Data ……….. 43
3.6. Metoda Analisis Data …….……….. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….………. 45
5.1.Deskripsi Data dan Hasil Penelitian ……… 45
5.1.1. Metoda Kuantitatif ………. 45
5.1.1.1. Sumber Data ………. 45
5.1.1.2. Uji Validitas ……….. 45
5.1.1.3. Uji Reliabilitas ……….. 47
viii
5.1.1.5. Statistik Deskriptif ………. 49
5.1.1.6. Analisa Jalur ……… 49
5.1.1.7. Hasil Pengolahan Data Dengan Menggunakan SPSS AMOS Ver. 20 ……… 51
5.1.2. Metoda Kualitatif ……….. 53
5.1.2.1. Sumber Data ………... 53
5.1.2.2. Rangkuman Respon ……… 53
5.2.Pembahasan ……… 63
5.2.1. Pengaruh KualitasPesertaMagang terhadap KualitasSDM ……63
5.2.2. Pengaruh FaktorDiLuarSDM, KualitasSDM dan KualitasPesertaMagang terhadap MeanTimeToRepair ……... 65
5.2.3. Pengaruh FaktorDiLuarSDM, KualitasSDM dan KualitasPesertaMagang terhadap MeanTimeBeforeFailure … 69 5.2.4. Pengaruh FaktorDiLuarSDM, KualitasSDM dan KualitasPesertaMagang terhadap MechanicalAvailability … 72 5.2.5. Modifikasi Model ……….. 76
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI ………….. 81
5.1. Simpulan………... 81
5.2. Keterbatasan ………... 83
5.3. Implikasi …..………... 83
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 10 Besar Negara dengan Cadangan Batubara Terbesar …... 2
Tabel 2. Prosentase Sampel Terhadap Populasi ………41
Tabel 3. Hasil Uji Validitas ………...………46
Tabel 4. Hasil Uji Realibilitas………...………..47
Tabel 5. Data FaktorDiLuarSDM sampai dengan MechanicalAvailability ...48
Tabel 6. Statistik Desktriptif Masing-Masing Variabel ………49
Tabel 7. Koefisien Regresi ………51
Tabel 8. Total Pengaruh Masing-Masing Variabel ………...52
Tabel 9 Pengaruh Langsung Masing-Masing Variabel ………52
Tabel 10. Pengaruh Tidak Langsung Masing-Masing Variabel ………..52
Tabel 11. Nilai Varian ………...52
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Harga Bulanan Batubara Thermal Australia ...…………... 5
Gambar 2. Porter’s Generic Value Chain ...…………. 21
Gambar 3. Pengaruh dari berbagai praktek pengelolaan sumber daya manusia..30
Gambar 4. Diagram Alur Penelitian ...…….. 34
Gambar 5. Jenis-jenis Sampling ……...…….. 40
Gambar 6. Model Analisa Jalur ………...…….. 50
Gambar 7. Hasil Analisa Jalur dengan menggunakan SPSS AMOS Ver. 20 ….51
Gambar 8. Hubungan antara KualitasPesertaMagang dan KualitasSDM …… 63
Gambar 9. Hubungan antara FaktorDiLuarSDM, KualitasSDM,
KualitasPesertaMagang dan MeanTimeToRepair ………...…65
Gambar 10. Hubungan antara FaktorDiLuarSDM, KualitasSDM,
KualitasPesertaMagang dan MeanTimeBeforeFailure ……….…...68
Gambar 11. Hubungan antara FaktorDiLuarSDM, KualitasSDM,
KualitasPesertaMagang dan MechanicalAvailability ………...71
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner – Metoda Kuantitatif ...90
xii
INTISARI
Penurunan harga batubara dunia berimbas kepada lesunya industri pertambangan batubara di Indonesia. Untuk mampu bertahan dalam kondisi sulit ini, perusahaan dituntut untuk meningkatkan keunggulan daya saingnya.
Dalam upaya untuk mempertahankan keunggulan daya saing, PT Borneo Alam Semesta menyelenggarakan program pemagangan mekanik alat berat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diharapkan akan berimbas kepada terjadinya peningkatan kinerja serta kualitas mekanik yang pada akhirnya akan meningkatkan keunggulan daya saing perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk melakukan analisa pengaruh program pemagangan mekanik alat berat terhadap kinerja Divisi Plant yang diwakili oleh indikator Mean Time To Repair (MTTR), Mean Time Before Failure (MTBF) serta Mechanical Availaibity (MA).
Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor lain di luar peserta magang yang berpengaruh terhadap ketiga indikator tersebut di atas.
xiii ABSTRACT
The declining of the coal price gave an impact to the slowing down of the coal mining industry in Indonesia. To be able to survive in these difficult conditions, the company was expected to increase their competitive advantages.
As one of strategy to maintain their competitive advantages, PT Borneo Alam Semesta organizes the heavy equipment mechanic apprenticeship program to improve the quality of human resources. The purpose of the program was to give an impact on the improvement of performance and mechanical quality. Furthermore, this program could escalate the competitive advantage of the company.
This study was conducted to analyze the impact of heavy equipment mechanic apprenticeship program to the performance of Plant Division represented by the Mean Time To Repair indicator (MTTR), Mean Time Before Failure (MTBF) and Mechanical Availability (MA).
Another purpose of this study was to identify the factors other than apprentices which gave an impact to the three indicators mentioned above.
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Selama dekade terakhir, industri pertambangan batubara menjadi primadona di
bidang industri pertambangan. Sejalan dengan terjadinya peningkatan kebutuhan
energi dunia serta meningkatnya harga minyak bumi maka kebutuhan akan
batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena batubara merupakan
salah satu substitusi dari minyak bumi sebagai bahan bakar penghasil energi
disamping gas alam.
Berdasarkan data dari World Coal Association, prosentase penggunaan batubara
sebagai bahan bakar untuk penghasil energi listrik sangat beragam di tiap negara.
Di Monggolia 98% dari energi listrik yang dihasilkan menggunakan batubara
sebagai bahan bakarnya sementara di jepang hanya 27 % energi listrik yang
dihasilkan dengan menggunakan batubara sebagai sumber penghasil energi. Di
Indonesia, 44 % dari energi listrik yang dihasilkan menggunakan batubara sebagai
bahan bakar (World Coal Association, coal facts 2013).
Selain digunakan sebagai bahan bakar penghasil listrik (Steam Coal), batubara
juga digunakan sebagai salah satu bahan baku di industri baja (Coking Coal).
Sebanyak 13 % dari total produksi batu bara dunia digunakan sebagai bahan baku
di industri baja dan 70 % dari total produksi baja dunia bergantung kepada
komoditi batubara (World Coal Association, coal facts 2013). Coking coal
mempunyai kualitas dan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan Steam
2
Berdasarkan data dari US Energy Information Administration, Cadangan batubara
(reserve) dunia saat ini adalah sebesar 980 juta ton. Amerika Serikat merupakan
negara yang mempunyai cadangan batubara terbesar di dunia yaitu sebesar 26 %
dari cadangan batubara dunia. Rusia berada di peringkat kedua dengan cadangan
batubara sebesar 17,66 % dari cadangan batubara dunia disusul negara Tiongkok
yang mempunyai cadangan batubara sebesar 12,88 % dari cadangan batubara
dunia. Indonesia ternyata hanya menempati posisi terakhir dari 10 negara yang
mempunyai cadangan batubara terbesar di dunia. Cadangan batubara yang
dipunyai oleh Indonesia hanya sebesar 3,15 % dari cadangan batubara dunia.
Urutan lengkap 10 besar negara yang mempunyai cadangan terbesar di dunia
dapat dilihat pada tabel 1.
Dari aspek produksi batubara, Indonesia menempati posisi keempat dibawah
negara Tiongkok, Amerika Serikat dan India. Pada tahun 2012, produksi batubara
3
13 juta ton berupa coking coal (World Coal Association, coal facts 2013). Negara
penghasil batubara terbesar di dunia adalah negara Tiongkok dengan nilai
produksi sebesar 3.549 juta ton yang terdiri dari 3.039 juta ton steam coal dan 510
juta ton coking coal. (World Coal Association, coal facts 2013)
Produksi batubara Indonesia mengalami pertumbuhan yang relatif lambat pada
periode tahun 1996 sampai dengan 2001. Pada tahun 1996 produksi batubara
Indonesia adalah sebesar 50,33 juta per tahun sementara produksi pada tahun
2001 adalah sebesar 71,07 juta ton.
Pada periode 2001 sampai dengan 2007, pertumbuhan produksi batubara
Indonesia meningkat secara signifikan. Pada tahun 2001, hasil produksi batubara
Indonesia adalah sebesar 71,07 juta ton dan pada tahun 2007 produksi batubara
Indonesia adalah sebesar 188,66 juta ton.
Pada tahun 2008 hasil produksi batubara Indonesia mengalami penurunan menjadi
178,93 juta ton. Pada periode 2008 sampai dengan 2012 produksi batubara
Indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu 178,93 juta tahun
2008 dan 466,31 juta ton pada tahun 2012 (Biro Pusat Statistik).
Dari data yang disebutkan tersebut terlihat bahwa perkembangan produksi
batubara tumbuh lebih dari 5 kali pada periode tahun 2000 – 2012.
Fenomena peningkatan produksi dan ekspor batubara dunia tersebut sesuai dengan
pendapat Gordon (2009) yang menyatakan bahwa :
4
ekspor sebagian besar hasil produksinya. Indonesia mengembangkan jumlah produksinya dan sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor. (p. 445)
Peningkatan permintaan batubara secara langsung menjadi faktor yang
menyebabkan terjadinya pertambahan lokasi-lokasi penambangan baru serta
timbulnya perusahaan-perusahaan baru yang melibatkan diri dengan industri ini
baik yang berupa perusahaan lokal maupun perusahaan multinasional.
Kondisi industri pertambangan di Indonesia mulai mengalami penurunan sejak
tahun 2012. Hal ini dipicu oleh kondisi global yang menyebabkan terjadinya
penurunan permintaan batubara dunia yang berpengaruh terhadap jatuhnya harga
batubara.
Penurunan harga batubara terjadi karena adanya penurunan permintaan batubara
dunia serta konversi energi dari batubara ke gas alam yang dilakukan di beberapa
negara. Salah satu yang dipercaya mejadi penyebab utama turunnya permintaan
batubara dunia adalah dengan dibangunnya Three Gorges Dam di China.
Three Gorges Dam merupakan bendungan terbesar yang dibuat di aliran sungai
Yangtzse dan merendam 3 ngarai yaitu ngarai Wu, Qutang dan Xiling. Tujuan
dari dibangunnya bendungan ini adalah untuk menghindari banjir sebagai akibat
dari meluapnya sungai Yangtzse. Selain itu Three Gorges Dam juga difungsikan
sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air yang disebut dengan Three Gorges
Hydropower Plant yang mampu memenuhi 10 persen kebutuhan listrik bagi 1,3
Milyar penduduk Cina. Rata-rata energi listrik yang dapat dihasilkan per tahun
5
menempatkan Three Gorges Hydropower Plant menjadi penghasil listrik terbesar
di dunia.
Dengan berfungsinya Three Gorges Dam ini maka permintaan Tiongkok akan
batubara menjadi turun secara signifikan mengingat sebagian kebutuhan
batubaranya digantikan oleh Three Gorges Hydropower Plant.
Penurunan harga batubara dunia dapat dilihat dari gambar 1.
Gambar 1
Harga Bulanan Batubara Thermal Australia
(1200-btu/pound, sulfur kurang dari 1%, 14 % Ash, FOB Newcastle) (US Dollars per Metric Ton)
Dari Gambar 1 di atas terlihat bahwa harga batubara mengalami puncaknya pada
bulan Januari 2011, dimana pada saat itu harga batubara mencapai US$ 141,94
per Metric Ton. Sejak saat itu harga batubara terus mengalami penurunan menjadi
US $ 70,65 per Metric Ton pada bulan September 2014. Apabila kita bandingkan
harga batubara pada bulan Januari 2011 dan September 2014 terlihat bahwa harga
batubara mengalami penurunan sebesar 50,23 % pada periode tersebut.
Penurunan harga batubara dunia yang terjadi sejak tahun 2012 tersebut berdampak
6
sebagian besar produksi batubara Indonesia merupakan komoditi yang diekspor
ke berbagai negara di dunia, sehingga penurunan harga batubara dunia
mempunyai dampak yang sangat luar biasa terhadap industri ini. Kondisi
penurunan harga yang terus menerus ini menyebabkan terjadinya kerugian di
banyak perusahaan yang bergerak di bidang industri pertambangan batubara dan
banyak diantara perusahaan-perusahaan tersebut yang pada akhirnya melakukan
penutupan usaha.
Kondisi demikian memaksa perusahaan yang tetap bertahan dalam industri ini
untuk melakukan strategi atau upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan
keunggulan daya saing agar perusahaan dapat melalui kondisi sulit yang terjadi.
Beberapa literatur dan penelitian menunjukkan bahwa keunggulan daya saing
dapat dicapai melalui berbagai pendekatan dan strategi. Salah satu strategi atau
pendekatan yang dapat dilakukan untuk dapat mempertahankan atau
meningkatkan keunggulan daya saing adalah melalui strategi pengelolaan sumber
daya manusia.
Armstrong (2006:115) menyatakan bahwa :
Strategi pengelolaan sumber daya manusia merupakan pendekatan untuk membuat keputusan berdasarkan niat dan rencana organisasi dalam bentuk kebijakan, program dan praktek-praktek yang berkaitan dengan hubungan ketenagakerjaan, sumber daya, pembelajaran dan pengembangan, manajemen kinerja, penghargaan dan hubungan kekaryawanan.
Di dalam industri pertambangan batubara, sumber daya manusia mempunyai
peran yang sangat penting. Selain merupakan industri yang memerlukan modal
yang sangat besar, industri ini juga memerlukan banyak tenaga kerja dalam
7
Menyadari pentingnya peran sumber daya manusia dalam menentukan
keunggulan daya saing perusahaan, serta sangat minimnya sumber daya yang
memiliki kompetensi yang diperlukan terutama dalam bidang perawatan dan
perbaikan alat berat, maka manajemen PT Borneo Alam Semesta memutuskan
untuk menyelenggarakan program pemagangan alat berat yang bertujuan untuk
mencetak tenaga-tenaga mekanik yang mempunyai kompetensi tinggi dalam
bidang perawatan dan perbaikan alat berat. Keberadaan mekanik yang kompeten
dapat meningkatkan kinerja divisi Plant yang pada akhirnya dapat meningkatkan
keunggulan daya saing perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, melalui penelitian ini diteliti pengaruh program
pemagangan mekanik alat berat yang dilakukan oleh PT Borneo Alam Semesta
terhadap kinerja Divisi Plan dengan menggunakan indikator Mean Time Before
Failure yang disingkat menjadi MTBF, Mean Time To Repair yang disingkat
menjadi MTTR serta Mechanical Availability yang disingkat menjadi MA.
1.2. Rumusan Masalah
PT Borneo Alam Semesta merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang kontraktor pertambangan batubara yang mulai beroperasi sejak tahun
2007. Kegiatan utama dari PT Borneo Alam Semesta adalah melakukan pekerjaan
penambangan batubara sesuai dengan kontrak yang diberikan oleh perusahaan
pemilik tambang. Kegiatan penambangan batubara yang dilakukan oleh PT
8
pemindahan Over Burden, penggalian batubara serta pengangkutan batubara
mulai dari Pit sampai dengan tempat penyimpanan batubara di Stockpile.
Untuk dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan permintaan pemilik tambang, PT
Borneo Alam Semesta memiliki fleet yang sesuai dengan skala produksi yang
ditentukan oleh pemilik tambang.
Secara umum fleet yang dimiliki oleh setiap perusahaan kontraktor pertambangan
dibagi menjadi tiga kategori yaitu Digger, Hauler serta Support.
Peralatan yang termasuk dalam kategori Digger adalah Excavator. Untuk Hauler,
peralatan yang dapat dimasukkan dalam kategori ini adalah Dump Truck dan
Coal Haul Truck. Peralatan yang dikategorikan sebagai peralatan support adalah
Dozer, Grader, Pompa Air, Water Truck, Lub Truck dan peralatan lain diluar
digger dan hauler.
Kegiatan di semua proyek PT Borneo Alam Semesta dibedakan menjadi aktivitas
yang dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi Operation dan divisi Plant.
Divisi Operation bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan penambangan
sesuai dengan apa yang ditentukan dalam kontrak pekerjaan dengan pemilik
tambang. Divisi operation terdiri dari departemen mining serta departemen
pendukung lain seperti Human Resources and General Affair, QHSE (Quality,
Health, Safety and Environment), Finance serta Engineering. Secara garis besar
divisi operation bertanggung jawab atas penggunaan fleet yang dimiliki atau
dengan perkataan lain bertanggung jawab terhadap tingkat utilisasi alat.
Divisi Plant bertanggung jawab atas program pemeliharaan semua fleet yang
9
yang telah ditentukan. Dengan perkataan lain divisi plant bertanggung jawab atas
availability alat.
Revenue PT Borneo Alam Semesta didapat dari pembayaran yang dilakukan oleh
pemilik tambang yang besarnya ditentukan oleh jumlah over burden yang
dipindahkan serta jumlah batu bara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan
tersebut.
Jumlah over burden yang dipindahkan serta batubara yang dihasilkan sangat
bergantung kepada tingkat produktivitas operator serta tingkat utilisasi fleet yang
dimiliki. Tingkat utilisasi alat sangat ditentukan oleh tingkat availability alat.
Salah satu faktor yang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan keunggulan
daya saing PT Borneo Alam Semesta adalah melalui peningkatkan kompetensi
operator. Peningkatan kompetensi operator akan sangat berpengaruh terhadap
tingkat produktivitas operator yang pada akhirnya akan meningkatkan revenue
yang diperoleh oleh perusahaan. Faktor lain yang juga dapat meningkatkan
keunggulan daya saing perusahaan adalah melalui peningkatan kompetensi
mekanik yang akan sangat berpengaruh terhadap tingkat availability fleet yang
selanjutnya menentukan tingkat utilisasi fleet.
Salah satu program yang dilakukan oleh PT Borneo Alam Semesta untuk
meningkatkan keunggulan daya saing perusahaan adalah melalui program
pemagangan mekanik alat berat. Program ini merupakan program pelatihan
berbasis kompetensi dengan lama program selama dua tahun.
Program ini dilakukan oleh perusahaan dengan pertimbangan bahwa kompetensi
10
diharapkan. Sebagai akibat dari kondisi ini, maka kinerja dari divisi plant relatif
rendah. Hal ini ditunjukan dengan nilai MTBF yang rendah serta MTTR yang
tinggi.
Akibat selanjutnya dari rendah divisi Plant adalah tingginya biaya perawatan
kendaraan dan biaya operasional serta tingkat availability fleet rendah yang sangat
berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Kondisi demikian pada akhirnya
menyebabkan tingkat keuntungan operasional perusahaan tidak dapat mencapai
target yang diharapkan.
Tantangan perusahaan semakin berat ketika harga batubara terus mengalami
penurunan yang berakibat kepada turunnya target produksi yang diberikan oleh
perusahaan pemberi kerja. Hal ini diperparah dengan angka Upah Minimum
Provinsi (UMP) serta Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) yang mengalami
peningkatan yang sangat signifikan.
Untuk mempertahankan keberadaan usahanya maka perusahan harus melakukan
strategi atau tindakan yang dapat mengurangi biaya operasional perusahaan serta
peningkataan produksi agar tingkat keuntungan dapat mencapai target yang
direncanakan.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, tertarik untuk diteliti mengenai pengaruh
program pemagangan mekanik alat berat terhadap keunggulan daya saing
perusahaan. Dengan perkataan lain ingin diteliti apakah program pemagangan
mekanik alat berat yang dilakukan oleh perusahaan berpengaruh terhadap
11
serta penurunan MTTR yang selanjutnya berpengaruh terhadap nilai MA yang
pada akhirnya akan sangat mempengaruhi pendapatan perusahaan.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1) Apakah program pemagangan mekanik alat berat yang dilakukan oleh PT
Borneo Alam Semesta berpengaruh terhadap kinerja Divisi Plant?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk :
Meneliti pengaruh program pemagangan mekanik alat berat yang dilakukan oleh
PT Borneo Alam Semesta terhadap kinerja Divisi Plant yang diwakili oleh nilai
MTBF (Mean Time Before Failure), MTTR (Mean Time To Repair) serta MA
(Mechanical Availability).
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik dari perspektif ilmiah
maupun dari perspektif implementasi praktis.
Manfaat penelitian ditinjau dari perspektif ilmiah adalah :
1) Memberikan pemahaman dan pendalaman mengenai pengaruh program
pemagangan mekanik alat berat yang dilakukan oleh perusahaan terhadap
kinerja Divisi Plan yang pada akhirnya dapat meningkatkan keunggulan daya
12
2) Memberikan pemahaman dan pendalaman mengenai pengaruh program
pemagangan mekanik alat berat yang dilakukan oleh perusahaan terhadap
kinerja Divisi Plant yang diwakili oleh indikator-indikator MTBF (Mean
Time Before Failure), MTTR (Mean Time To Repair) serta MA (Mechanical
Availability).
3) Sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengaruh
sumber daya manusia terhadap kinerja perusahaan.
Manfaat penelitian ini ditinjau dari perspektif praktis adalah :
1) Memberikan informasi kepada manajemen PT Borneo Alam Semesta
mengenai pengaruh program pemagangan mekanik alat berat yang
dilakukannya terhadap kinerja Divisi Plant.
2) Memberikan masukan kepada manajemen mengenai faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap keberhasilan program pemagangan mekanik alat berat
yang dilakukan serta faktor-faktor yang dapat menghambat program
pemagangan tersebut.
3) Memberikan masukan mengenai strategi atau tindakan selanjutnya yang
harus dilakukan oleh manajemen PT Borneo Alam Semesta untuk
meningkatkan kualitas program pemagangan mekanik alat berat yang
dilakukan untuk memastikan tercapainya tujuan dari program tersebut.
4) Sebagai benchmark bagi perusahaan lain yang juga melakukan program
13
5) Sebagai referensi bagi perusahaan yang akan memulai kegiatan
pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini program pelatihan
berbasis kompetensi untuk karyawan.
1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Di dalam industri pertambangan di Indonesia, perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam industri ini dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
perusahaan-perusahaan yang diberikan Ijin Usaha Pertambangan (IUP) oleh pemerintah serta
perusahaan-perusahan yang bergerak dalam bidang jasa usaha pertambangan.
Menurut Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara, jenis usaha jasa pertambangan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
a) konsultasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian peralatan di
bidang:
1) penyelidikan umum;
2) eksplorasi;
3) studi kelayakan;
4) konstruksi pertambangan;
5) pengangkutan;
6) lingkungan pertambangan;
7) pasca tambang dan reklamasi; dan/atau
8) keselamatan dan kesehatan kerja.
b) konsultasi, perencanaan, dan pengujian peralatan di bidang:
14
2) pengolahan dan pemurnian.
Dalam penelitian ini, perusahaan-perusahaan pertambangan yang dimaksud
adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
konstruksi pertambangan serta pengangkutan yang umum dikenal sebagai
perusahaan kontraktor pertambangan dalam hal ini pertambangan batubara.
Kinerja Divisi Plant yang dimaksud adalah kinerja Divisi Plant untuk
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pertambangan batubara seperti yang
dijelaskan di atas.
Hal ini sangat penting untuk dijelaskan mengingat cakupan perusahaan jasa
pertambangan sangat berbeda dengan cakupan perusahaan yang mempunyai Ijin
Usaha Pertambangan. Cakupan pekerjaan perusahaan jasa pertambangan hanya
sebagian dari cakupan pekerjaan perusahaan yang memiliki Ijin Usaha
Pertambangan (IUP). Dengan demikian Divisi Plant antara perusahaan jasa
pertambangan dengan perusahaan yang memiliki Ijin Usaha Pertambangan
kemungkinan akan berbeda.
Mengingat banyaknya indikator yang dapat digunakan untuk menentukan kinerja
perusahaan maupun divisi, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa
indikator yang umum digunakan untuk mengukur kinerja Divisi Plant di sektor
pertambangan batubara yaitu MTBF (Mean Time Before Failure), MTTR (Mean
Time To Repair) serta MA (Mechanical Availability).
Perlu juga disampaikan bahwa terdapat banyak jenis dan program pelatihan yang
dilakukan oleh PT Borneo Alam Semesta. Dalam penelitian ini program pelatihan
15
pemagangan mekanik alat berat. Program pemagangan mekanik alat berat ini
merupakan program yang dilakukan oleh PT Borneo Alam Semesta bekerja sama
dengan Politeknik Negeri Balikpapan.
1.7. Sistematika Penulisan
Bab I PENDAHULUAN
Pada bagian ini dibahas mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan penelitian serta
sistematika penulisan.
Bab II LANDASAN TEORI
Bagian ini berisi penelitian-penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan materi penelitian serta landasan teori.
Bab III METODE PENELITIAN
Bagian ini berisi desain penelitian, definisi istilah atau
operasional yang digunakan, populasi dan sampel, instrumen
penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data serta
metode analisis data.
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dijelaskan mengenai data-data yang diperoleh,
pengujian hipotesis serta pembahasan berdasarkan data yang
16
Bab V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Bagian ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan,
keterbatasan dari penelitian yang dilakuan, implikasi terhadap
strategi serta kegiatan operasional perusahaan serta saran-saran
terhadap perusahaan berdasarkan hasil penelitian yang
17
BAB II
LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Sumber Daya Manusia dan Keunggulan Daya saing
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Saloni Pahuja dan Ramesh Chander
Dalal adalah mengenai studi kasus tentang pencapaian keunggulan daya saing
melalui penerapan sumber daya manusia. Melalui penelitian ini Saloni Pahuja dan
Ramesh Chander Dalal meneliti pengaruh lima faktor sumber daya manusia
terhadap pencapaian keunggulan daya saing dengan mengambil studi kasus di
State Bank of India. Kelima faktor sumber daya manusia yang diteliti meliputi
rekrutmen dan sistem pengupahan, program pelatihan dan pengembangan
keahlian, iklim organisasi, partisipasi dan pemberdayaan pegawai serta sistem
komunikasi yang efektif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pahuja dan Ramesh tersebut
dinyatakan bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh program pelatihan yang
diberikan oleh perusahaan serta kesempatan yang diberikan kepada karyawan
untuk mempelajari pelatihan yang telah dipelajarinya tersebut (Pahuja dan Dalal,
2012:40). Dalam penelitian yang sama, Pahuja dan Dalal juga menyatakan bahwa
keunggulan daya saing perusahaan ditentukan oleh perilaku pegawai, keahlian dan
kompetensi pegawai serta kepuasan dan komitmen pegawai (Pahuja dan Dalal,
2012:40).
Penelitian lain yang berkaitan dengan peran manajemen sumber daya manusia
18
dilakukan oleh Rosa Maria Perez, Mercedes Teijeiro dan Teresa Garcia Alvarez
dari University of A. Coruna, A Coruna, Spanyol. Dalam penelitian yang diberi
judul “Human Capital Management as a source of Competitive Advantage”.
Melalui penelitian yang dilakukannya ini, Perez, Teijeiro dan Alvarez (2012:935)
mendefinisikan Human Capital sebagai berikut :
pengetahuan yang dimiliki karyawan dan yang memungkinkan untuk terciptanya kekayaan keunggulan daya saing.
Menurut Perez, Teijeiro dan Alvarez, seperti aset lainnya maka agar dapat
dikelola secara efektif dan efisien maka sangat penting untuk mempunyai
informasi yang cukup serta metoda pengukuran untuk mengendalikan dan
melacak usaha-usaha yang telah dilakukan (Perez et al, 2012 : 935).
Penelitian lain tentang pengaruh sumber daya manusia terhadap keunggulan daya
saing perusahaan dilakukan oleh Nile W Hatch dan Jeffrey H Dyer. Melalui
penelitian yang diberi judul modal sumber daya manusia dan proses pembelajaran
sebagai sumber dari keunggulan daya saing yang berkesinambungan, Hatch dan
Dyer menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan proses seleksi
sumber daya manusia yang tepat dan program pelatihan yang efektif serta
memfasilitasi proses learning by doing untuk karyawannya menikmati
keunggulan daya saing yang sebenarnya - kemampuan untuk mempelajari serta
proses peningkatkan lebih cepat dibanding pesaingnya (Hatch dan Dyer, 2004:
1174).
Dari beberapa penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan
sumber daya manusia mempunyai pengaruh terhadap keunggulan daya saing suatu
19
pembelajaran yang merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya manusia
memberikan pengaruh positif terhadap daya saing suatu perusahaan.
2.2. Teori Dasar
2.2.1. Manajemen Strategis
Menurut Fred R. David (2009) manajemen strategis merupakan seni dan ilmu
dalam memformulasikan, menerapkan serta melakukan evaluasi terhadap
keputusan-keputusan yang bersifat lintas fungsional yang memungkinkan sebuah
organisasi mencapai sasaran yang telah ditetapkannya. (David, 2009:4). Lebih
lanjut David menjelaskan bahwa proses manajemen strategis memiliki tiga
tahapan, yaitu : Formulasi Strategi, Implementasi Strategi serta Evaluasi Strategi.
Definisi lain mengenai manajemen strategis disampaikan oleh Jay B, Barney dan
William S. Hesterly (2006) yang menyatakan bahwa proses manajemen strategis
merupakan kumpulan analisa-analisa serta pilihan-pilihan yang berurutan yang
dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan akan memilih strategi yang baik,
yaitu strategi yang dapat menghasilkan keunggulan daya saing. (Barney and
Hesterly, 2006: 5).
Sementara itu menurut Michael A. Hitt, R Duane Ireland serta Robert E.
Hoskisson (2011) proses manajemen strategis merupakan kumpulan lengkap dari
komitmen, keputusan serta tindakan-tindakan yang diperlukan oleh perusahaan
untuk mencapai daya saing strategis dan mendapatan penghasilan diatas rata-rata
20
Apabila kita menyimpulkan dari beberapa pendapat di atas maka kita dapat
menyimpulkan bahwa proses manajemen strategis merupakan sekumpulan
langkah-langkah, komitmen, analisa, pilihan-pilihan serta tindakan-tindakan
perusahaan yang harus dilakukan yang disusun secara berurutan agar perusahaan
dapat mencapai sasaran yang ditetapkannya yaitu peningkatan keunggulan daya
saing serta mendapatkan pendapatan di atas rata-rata.
Dari aspek tingkatan strategi, Athur A. Thompson Jr, Margaret A. Peteraf, John E.
Gamble serta Dr, A.J. (Lonnie) Strickland membagi strategi menjadi 4 tingkatan
yang terdiri dari :
1. Strategi Korporasi. Strategi ini merupakan strategi yang berada di tingkat
multibisnis. Tujuan dari strategi ini adalah bagaimana meningkatkan
keunggulan daya saing melalui strategi multibisnis dan multipasar.
2. Stategi Bisnis. Strategi ini merupakan strategi yang beada di tingkat bisnis
tunggal. Tujuan dari strategi ini adalah untuk memenangkan persaingan di
suatu industri atau pasar tertentu.
3. Strategi di level Fungsional. Strategi ini merupakan tindakan atau
pendekatan yang dilakukan oleh masing-masing fungsi atau bagian dalam
suatu organisasi dalam suatu kegiatan usaha. Fungsi utama dari strategi di
tingkatan ini adalah untuk merinci strategi bisnis perusahaan.
4. Strategi di level operasi. Strategi di level ini mempersempit inisiatif atau
pendekatan strategi dalam pengelolaan unit-unit utama yang ada di dalam
21
Menurut Slack, Jones dan Johnston, Strategi operasi menyangkut pola keputusan
strategis dan tindakan yang mengatur peran, tujuan serta kegiatan operasi. Lebih
lanjut Slack, Jones dan Johnston menjelaskan bahwa isi dari strategi operasi
adalah keputusan yang spesifik serta tindakan yang mengatur peran, tujuan dan
kegiatan operasi. Proses strategi operasi merupakan metode yang digunakan untuk
membuat keputusan dengan tujuan tertentu. (Slack, Jones dan Johnston, 2013:
70)
Menurut Slack, Jones dan Johnston, strategi operasi dapat dilihat dari empat
perspektif (Slack, Jones dan Johnston, 2013: 73) yang terdiri dari :
1. Strategi operasi adalah refleksi top-down dari apa yang kelompok atau
bisnis ingin lakukan.
2. Strategi operasi adalah aktivitas bottom-up dimana strategi dibangun oleh
akumulasi pengembangan kegiatan operasional.
3. Strategi operasi melibatkan proses penerjemahan kebutuhan pasar menjadi
keputusan operasional.
4. Strategi operasi melibatkan eksploitasi kemampuan dari sumber daya yang
terlibat dalam kegiatan operasional di pasar yang dipilih oleh organisasi.
Berdasarkan tingkatan strategi di atas maka strategi PT Borneo Alam Semesta
dengan melakukan program pemagangan meknik alat berat untuk meningkatkan
22
2.2.2. Keunggulan Daya Saing
Menurut Michael E. Porter keunggulan daya asing secara fundamental tumbuh
dari nilai yang mampu diciptakan oleh perusahaan bagi pembelinya melebihi
biaya perusahaan untuk menciptakan hal tersebut. Nilai merupakan harga dimana
pembeli bersedia untuk membayar. Nilai yang unggul berasal dari penawaran
harga yang lebih rendah dari pesaing dengan memberikan manfaat yang setara
atau memberikan manfaat lebih yang unik untuk mengimbangi harga yang lebih
tinggi (Porter, kindle 446 – 448).
Menurut Jay B, Barney dan William S. Hesterly (2006) perusahaan dikatakan
mempunyai keunggulan daya saing apabila perusahaan tersebut mampu
menciptakan nilai ekonomi yang lebih besar dibanding para pesaingnya (Barney
& Hesterly, 2006: 12).
Sementara itu keunggulan daya saing menurut Fred R. David adalah apapun yang
dapat menyebabkan perusahaan mampu melakukan sesuatu lebih baik dibanding
perusahaan pesaingnya. (David, 2009: 7).
Michael A. Hitt, R Duane Ireland serta Robert E. Hoskisson (2011) menyatakan
bahwa perusahaan dikatakan mempunyai keunggulan daya saing apabila
perusahaan tersebut menerapkan strategi dimana pesaing tidak dapat meniru atau
terbebani biaya yang sangat tinggi apabila mereka mencoba melakukan hal yang
sama (Hitt et al, 2011: 4).
Pendapat lain mengenai keunggulan daya saing diutarakan oleh Athur A.
Thompson Jr, Margaret A. Peteraf, John E. Gamble serta Dr, A.J. (Lonnie)
23
keunggulan daya saing yang berkesinambungan apabila perusahan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan mereka secara lebih efektif dan efisien dibanding
pesaingnya serta bertahan lama meskipun pesaing melakukan upaya terbaik untuk
menyamai atau melampaui keunggulan tersebut (Thompson et al, 2012: 53).
2.2.3. Konsep Value Chain
Konsep value chain pertama kali diperkenalkan oleh Michael E. Porter. Menurut
Porter, Value Chain membagi perusahaan kedalam kegiatan strategis yang relevan
dalam rangka untuk memahami perilaku biaya dan sumber daya yang dimiliki
serta potensi untuk melakukan diferensiasi. Keunggulan daya saing perusahaan
diperoleh apabila perusahaan dapat melakuan kegiatan strategis penting lebih
murah atau lebih baik dibanding pesaingnya. (Porter, 938-940 (kindle edition)).
Lebih lanjut Porter menyatakan bahwa value chain dari setiap perusahaan dalam
suatu industri adalah berbeda. (Porter, 947-948 (kindle edition)). Value chain dari
suatu perusahaan serta cara mereka melakukan masing-masing kegiatan
merupakan gambaran dari sejarah, strategi, pendekatan implementasi strategi serta
aspek ekonomi yang mendasari kegiatan-kegiatan tersebut (Porter, 967-968
(kindle edition)).
Menurut Porter, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu perusahaan dapat
dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu kegiatan-kegiatan utama serta
kegiatan-kegiatan pendukung. Kegiatan utama adalah kegiatan-kegiatan yang
terlibat dalam penciptaan fisik produk, penjualan, penyampaian produk kepada
kegiatan-24
kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan utama melalui
penyediaan bahan baku, teknologi, sumber daya manusia serta berbagai fungsi
lainnya. (Porter, 996-997 (kindle edition)).
Secara umum konsep value chain dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2
Porter’s Generic Value Chain
Sumber : Porter, Michael E.. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance (Kindle Location 977). Free Press. Kindle Edition.
Menurut Porter, kegiatan utama terbagi menjadi lima kategori umum. Setiap
kategori dibagi menjadi beberapa kegiatan yang berbeda yang bergantung pada
masing-masing industri serta strategi perusahaan.
1. Inbound Logistics, kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan,
penyimpanan, serta penyebaran input terhadap produk.
25
3. Outbound Logistics. Kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan,
penyimpanan, serta pendistribusian produk kepada pembeli.
4. Pemasaran dan Penjualan. Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan sarana sehingga dapat mendorong pembeli untuk dapat
melakukan pembelian produk.
5. Pelayanan, Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan layanan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai produk.
Masing-masing kategori mempunyai pengaruh vital terhadap keunggulan daya
saing. Penentuan kategori mana yang lebih berperan tergantung kepada
masing-masing industri.
Lebih lanjut Porter menjelaskan bahwa kegiatan pendukung yang terkait dengan
persaingan di setiap industri secara umum dapat dibedakan menjadi empat
kategori, yaitu:
1. Pengadaan, pengadaan mengacu pada fungsi pembelian input yang digunakan dalam rantai nilai perusahaan.
2. Pengembangan Teknologi, setiap kegiatan yang terkait dengan teknologi baik berupa pengetahuan, proses atau teknologi yang melekat pada
peralatan yang digunakan dalam proses produksi.
3. Manajemen Sumber Daya Manusia, kegiatan yang terkait dengan proses rekrutmen, pelatihan, pengembangan serta kompensasi dari semua personil
yang terkait di dalam perusahaan.
26
akuntansi, hukum, urusan pemerintahan, dan manajemen mutu. ((Porter,
1012-1075 (kindle edition)).
Dari konsep value chain yang dikemukakan oleh Porter, terlihat bahwa peran
pengelolaan sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keunggulan daya
saing perusahaan karena termasuk salah satu dari faktor pendukung dalam konsep
value chain.
Berdasarkan konsep value chain ini maka kegiatan yang dilakukan oleh divisi
Plant PT Borneo Alam Semesta dapat dikategorikan sebagai kegiatan utama
karena kegiatan divisi Plant memegang peranan penting dalam proses
transformasi input menjadi output.
2.2.4. Perawatan dan Reliabilitas
Salah satu keputusan dalam strategi operasi adalah keputusan mengenai perawatan
dan reliabilitas. Menurut Heizer dan Render, perawatan adalah semua kegiatan
yang dilakukan agar semua peralatan yang dipunyai perusahaan dapat beroperasi
dengan baik. Sementara reliabilitas adalah kemungkinan beroperasinya peralatan
dengan baik dalam kurun waktu dan kondisi tertentu. (Heizer dan Render, 2014:
682)
Menurut Heizer dan Render, perawatan peralatan dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu tindakan perawatan pencegahan atau preventive maintenance dan
tindakan perbaikan kerusakan atau breakdown maintenance.
Tindakan perawatan pencegahan termasuk kegiatan inspeksi rutin yang dilakukan
27
tindakan perbaikan agar kerusakan dapat dicegah. Penekanan tindakan
pencegahan adalah agar sistem dapat berjalan tanpa interupsi. (Heizer dan Render,
2014: 682)
Tindakan perbaikan terjadi pada saat peralatan mengalami kerusakan dan harus
diperbaiki karena bersifat emergensi.
Menurut Russel dan Taylor, reliabilitas juga dapat dinyatakan sebagai lamanya
waktu suatu peralatan beroperasi sebelum mengalami kerusakan, kondisi ini
disebut juga dengan Mean Time Between Failure atau disingkat menjadi MTBF.
(Russel dan Taylor, 2011: 164)
Aspek lain yang terkait dengan perawatan kendaraan adalah aspek Maintainability
dan Availability.
Menurut Russel dan Taylor, maintainability terkait dengan mudah atau murahnya
suatu produk atau peralatan dirawat atau diperbaiki. Ukuran kuantitatif yang biasa
digunakan untuk mengukur maintainability adalah Mean Time To Repair atau
disingkat dengan MTTR. (Russel dan Taylor, 2011: 164)
Nilai MTBF dan MTTR dapat digunakan untuk melakukan perhitungan
availability atau tingkat ketersediaan produk atau peralatan (Russel dan Taylor,
2011: 164)
2.2.5 Strategi Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Amstrong menyatakan bahwa Strategi pengelolaan sumber daya manusia
menunjukan maksud dan rencana organisasi dalam upaya mencapai tujuan
28
merupakan sumber utama dari keunggulan daya saing; kedua, manusia yang
melakukan implementasi dari perencanaan strategis; dan ketiga, pendekatan
sistematis harus diadopsi untuk mendefinisikan kemana organisasi akan mengarah
dan bagaimana mencapai arah tersebut (Amstrong, 2006:29-30).
Lebih lanjut Amstrong menyatakan bahwa strategi pengelolaan sumber daya
manusia menunjukan maksud dari suatu organisasi untuk melakukan sesuatu
dalam bidang pengelolaan bakat, perbaikan yang terus menerus, pengelolaan
pengetahuan, pencarian calon pegawai, pembelajaran dan pengembangan
pegawai, penghargaan terhadap pegawai serta hubungan dengan pegawai
(Amstrong, 2006:40)
Berdasarkan pendapat Amstrong tersebut terlihat bahwa pembelajaran dan
pengembangan pegawai merupakan salah satu bagian dari strategi pengelolaan
sumber daya manusia.
Pengaruh dari pelatihan dan pengembangan pegawai terhadap kinerja perusahaan
dijelaskan pula oleh Becker, Huselid dan Beatty yang menyatakan bahwa
pelatihan dan pengembangan karyawan merupakan faktor kedua terbesar yang
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan setelah rekrutmen dan seleksi karyawan.
(Becker et al, 2009:132). Pengaruh dari berbagai praktek pengelolaan sumber
daya manusia terhadap kinerja perusahaan dapat dilihat pada gambar 3.
Dari gambar 3 terlihat bahwa dari 3 aspek pengelolaan sumber daya manusia yang
terdiri dari proses rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan serta
penghargaan terhadap pegawai, aspek rekrutmen dan seleksi merupakan aspek
29
perusahaan. Aspek pengelolaan sumber daya selanjutnya yang berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan adalah pelatihan dan pengembangan, dimana
pengaruh dari pelatihan dan pengembangan terhadap kinerja perusahaan lebih
besar dibanding pengaruh penghargaan perusahaan terhadap pegawai dimana di
dalamnya termasuk pembayaran gaji atau upah serta kompensasi dan benefit
lainnya.
Gambar 3
Pengaruh dari berbagai praktek pengelolaan sumber daya manusia (Becker et al, 2009:131)
2.2.6 Kurva Pembelajaran
Menurut Jay Heizer dan Barry Render dasar dari kurva pembelajaran adalah dasar
pemikiran bahwa manusia atau organisasi menjadi lebih baik dalam melaksanakan
tugasnya sejalan dengan pengulangan pekerjaan yang dilakukakannya. (Heizer
30
Grafik kurva pembelajaran memperlihatkan biaya atau waktu per unit terhadap
jumlah kumulatif unit yang diproduksi.
Kurva pembelajaran pertama kali diterapkan dalam industri berdasarkan laporan
yang ditulis oleh T.P. Wright dari Curtis-Wright Corp. pada tahun 1936. Dalam
laporannya Wright menjelaskan bahwa biaya tenaga kerja untuk membuat
pesawat terbang tertentu akan menurun sejalan dengan proses pembelajaran.
Dasar dari kurva pembelajaran adalah penggandaan produksi. Artinya, apabila
produksi meningkat sebanyak dua kali maka akan terjadi penurunan dalam waktu
produksi yang mempengaruhi tingkat kurva pembelajaran. Secara matematis,
prinsip kurva pembelajaran dapat digambarkan melalui persamaan berikut ini.
T x Ln = Waktu yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah n unit.
Dimana T = Unit biaya atau unit waktu dari unit pertama
L = Tingkat kurva pembelajaran
n = numlah waktu dimana terjadi penggandaan nilai T
Lebih lanjut Heizer dan Render menjelaskan bahwa organisasi yang berbeda akan
31
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap pengaruh program pemagangan
mekanik alat berat yang dilakukan oleh PT Borneo Alam Semesta terhadap divisi
Plant di perusahaan tersebut. Sesuai dengan fungsi dan peran mekanik di dalam
perusahaan, maka kinerja divisi Plant dalam penelitian ini diwakili oleh nilai MA,
MTBF dan MTTR.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda campuran. Menurut
Creswell metode ini diciptakan sebagai respon atas kebutuhan untuk memperjelas
maksud dari pencampuran data kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian
(Creswell, 2002:238). Lebih lanjut Creswell menyatakan bahwa metoda campuran
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan untuk menolong para peneliti menciptakan
suatu desain penelitian yang dapat dimengerti dari data dan analisa yang
kompleks. (Creswell, 2002:239)
Selanjutnya Creswell menyatakan bahwa dalam menerapkan prosedur metoda
campuran ini, peneliti dapat melakukan proses pengumpulan data melalui ecara
bertahap atau dilakukan secara bersamaan. (Creswell, 2002:244-250)
Menurut Creswell, prosedur penelitian campuran ini dapat dilakukan melalui
enam strategi sebagai berikut (Creswell, 2002 : 244-250)
a. Sequential Explanatory Strategy, strategi penelitian yang dilakukan
dengan melalui dua tahapan dimana pengumpulan dan analisa data
32
analisa data kualitatif. Metoda ini berguna apabila hasil dari penelitian
kuntitatif tidak sesuai dengan yang diharapkan.
b. Sequential Exploratory Strategy, strategi penelitian yang dilakukan dengan
melalui dua tahapan dimana pengumpulan dan analisa data kualitatif
dilakukan terlebih dahulu diikuti dengan pengumpulan dan analisa data
kuantitatif. Tujuan dari metoda ini adalah menggunakan data kuantitatif
untuk mendukung penelitian kualitatif.
c. Sequential Transformative Strategy, strategi penelitian yang dilakukan
dengan melalui dua tahapan dimana pengumpulan dan analisa data
tergantung kepada sumber daya mana yang tersedia. Hasil dari penelitian
ini merupakan integrasi dari kedua hasil penelitian. Model Sequential
Transformative memiliki persepektif teoritis yang menjadi panduan dari
penelitian.
d. Concurrent Triangulation Strategy, Model ini digunakan ketika peneliti
menggunakan metode yang berbeda secara bersamaan yang ditujukan
untuk konfirmasi, validasi silang atau menguatkan temuan yang dihasilkan
dari suatu penelitian. Model ini umumnya menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif yang terpisah sebagai sarana untuk mengimbangi
kelemahan yang melekat dalam satu metode dengan kekuatan dari metode
lain
e. Concurrent Nested Strategy, strategi penelitian yang dilakukan dimana
peneliti dapat melakukan pengumpulan kedua jenis data dalam satu
33
keuntungan baik dari jenis data kuantitatif maupun data kualitatif. Selain
itu, melalui cara ini, peneliti dapat memperoleh perspektif dari berbagai
jenis data atau dari tingkat yang berbeda dalam penelitian.
f. Concurrent Transformative Strategy, penelitian yang menggunakan
pendekatan ini menggunakan prespektif teoritis sebagai acuan dari
penelitian. Pemilihan metoda concurrent baik berupa Triangulation
maupun nested digunakan untuk memfasilitasi perspektif teoritis yang
menjadi acuan dari penelitian.
Sementara itu Copper dan Schindler menyatakan bahwa Triangulation merupakan
terminologi yang digunakan untuk menjelaskan kombinasi dari beberapa metoda
kualitatif atau kombinasi dari metoda kualitatif dan metoda kuantitatif. (Cooper
and Schindler, 2008:185). Lebih lanjut Cooper and Schindler menjelaskan bahwa
terdapat empat strategi dalam melakukan kombinasi antara metoda kualitatif dan
kuantitatif (Cooper and Schindler, 2008:186). Keempat strategi tersebut meliputi :
1. Penelitian kualitatif dan kuantitif dilaksanakan secara bersamaan.
2. Penelitian kualitatif dan beberapa penelitian kuantitatif dilakukan secara
bersamaan untuk mengukur perubahan perilaku dan sikap dari waktu ke
waktu.
3. Penelitian kualitatif dilakukan mendahului penelitian kuantitif, kemudian
diikuti dengan penelitian kualitatif berikutnya untuk mendapatkan
klarifikasi.
34
Berdasarkan ke enam pendekatan atau strategi penelitian di atas, maka penelitian
ini menggunakan strategi Sequential Explanatory Strategy dimana pengumpulan
dan analisa data kuantitatif dilakukan terlebih dahulu diikuti dengan pengumpulan
dan analisa data kualitatif.
Secara garis besar tahapan dari penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram
alur berikut ini.
Gambar 4
35
3.2. Definisi Operasional
BS-01 : Merupakan kode yang digunakan sebagai
identifikasi untuk kantor pusat PT Borneo Alam
Semesta di Jakarta dan kantor pendukung di
Balikpapan.
BS-02 : Merupakan kode yang digunakan sebagai
identifikasi untuk proyek PT Borneo Alam Semesta
yang berada di wilayah kerja PT Jorong Barutama
Greston yang berada di Jorong Kabupaten Tanah
Laut Kalimantan Selatan.
BS-03 : Merupakan kode yang digunakan sebagai
identifikasi untuk proyek PT Borneo Alam Semesta
yang berada di wilayah kerja PT Trubaindo Coal
Mining yang berada di Melak Kabupaten Kutai
Barat Kalimantan Timur.
BS-82 : Merupakan kode yang digunakan sebagai
identifikasi untuk Plant Support PT Borneo Alam
Semesta yang berada di Balikpapan Kalimantan
Timur.
Pemagangan : Merupakan program pelatihan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan menggunakan metoda sandwich.
Artinya program pelatihan dilakukan baik di kelas
36
pemagangan alat berat yang dilakusanakan oleh PT
Borneo Alam Semesta adalah program yang
dilakukan selama dua tahun yang dibagi menjadi
empat semester. Pada setiap semester setiap peserta
diberikan pelatihan di kelas (Off-The Job Training)
selama lebih kurang dua bulan dilanjutkan dengan
pelatihan di lokasi kerja PT Borneo Alam Semesta
(On-The Job Training) selama kurang lebih empat
bulan. Selama masa pendidikan peserta magang
tercatat sebagai peserta magang PT Borneo Alam
Semesta serta mahasiswa Politeknik Negeri
Balikpapan. Setelah menyelesaikan pendidikannya,
peserta magang akan mendapat sertifikat Diploma
Dua dari Politeknik Negeri Balikpapan. Selama
masa pendidikan ini, peserta magang juga
mendapatkan uang saku, uang lapangan serta
akomodasi, konsumsi serta fasilitas lain yang terkait
dari PT Borneo Alam Semesta.
MA : Merupakan kependekan dari Mechanical
Availability yang berarti ketersediaan alat untuk
digunakan melakukan kegiatan oerasional. Upaya
untuk meningkatkan nilai MA adalah melalui
37
MTTR. Secara matematis, MA dapat diformulasikan
sebagai berikut :
MA = x 100 %
Dimana :
MA : Mechanical Availability
Rh : Total Jam Beroperasi
Dt : Total Jam Kerusakan
MTBF : Merupakan kependekan dari Mean Time Before
Failure yang berarti rata-rata waktu antara kejadian
dimana unit mengalami kerusakan dengan kerusakan
berikutnya. MTBF dipengaruhi oleh lamanya waktu
kerusakan (downtime) serta jumlah kerusakan
(downtime) yang terjadi. Secara matematis, MA
dapat diformulasikan sebagai berikut :
MTBF = ∑( )
Dimana
MTBF : Mean Time Before Failure
Dt : Jam pada saat mengalami kerusakan
Ut : Jam pada saat beroperasi kembali
38
MTTR : Merupakan kependekan dari Mean Time To Repair
yang berarti rata-rata waktu yang diperlukan untuk
melakukan perbaikan. Secara matematis, MTTR
dapat diformulasikan sebagai berikut :
MTTR = ∑
∑
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Lind, Marchal dan Wathen populasi adalah keseluruhan individu atau
objek yang menarik untuk diteliti atau pengukuran yang hasilkan dari semua
individu atau objek yang diteliti. (Lind et al, 2012:7).
Sementara itu menurut Cooper dan Schindler populasi adalah Total kumpulan dari
elemen-elemen dimana kita ingin membuat beberapa dugaan (Cooper dan
Schindler, 2008:374).
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang
merasakan atau mendapatkan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari
adanya program pemagangan mekanik alat berat tersebut.
3.3.2 Sampel
Menurut Lind, Marchal dan Wathen sampel adalah porsi, atau bagian dari
populasi yang diteliti (Lind et al, 2012:7).
Pendapat lain mengenai sampel diutarakan oleh Cooper dan Schindler dimana
39
harus secara hati-hati dipilih agar dapat mewakili populasi tersebut. (Cooper dan
Schindler, 2008:90).
Sementara itu Ranjit Kumar menyatakan bahwa terdapat 3 prinsip dasar yang
berkaitan dengan sample (Kumar, 2011: 178 – 180).
1. Pada sebagian besar kasus sampling akan terdapat perbedaan antara
statistik sampel dan rata-rata populasi yang sebenarnya , yang disebabkan
oleh pemilihan unit sampel.
2. Semakin besar ukuran sampel maka akan semakin akurat estimasi rata-rata
populasi yang sebenarnya.
3. semakin besar perbedaan dalam variabel yang diteliti dalam populasi
untuk ukuran sampel yang diberikan maka akan semakin besar perbedaan
antara statistik sampel dan rata-rata populasi yang sebenarnya.
Secara umum, jenis-jenis sampel penelitian dapat dilihat pada gambar 5.
Dari gambar 5 terlihat bahwa jenis sampel dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu random/probability sampling, non-random probability sampling serta mixed
sampling.
Sampel dikatakan Random/probability sampling apabila setiap elemen dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Kumar,
2011: 182).
Sampel dikatakan non-random/probability sampling apabila sampel diperoleh
melalui cara-cara yang tidak mengikuti teori probabilitas dalam pemilihan
40
jumlah elemen dalam populasi tidak diketahui atau tidak dapat diidentifikasi
secara individu (Kumar, 2011: 189).
Gambar 5
Jenis-jenis Sampling (Kumar, 2011: 182)
Sampel yang digunakan untuk kepentingan penelitian ini adalah sampel
non-random/probability yang diperoleh dengan menggunakan metoda purposive
sampling. Menurut Copper dan Schindler purposive sampling adalah sampel
nonprobability yang menyesuaikan terhadap kriteria tertentu (Cooper dan
Schindler, 2008:397). Lebih lanjut Cooper dan Schindler menyatakan bahwa
purposive sampling mempunyai dua tipe utama yaitu judment sampling dan quota
41
Judgement sampling terjadi ketika peneliti melakukan pemilihan sample untuk
menyesuaikan terhadap beberapa kriteria sementara quota sampling digunakan
ketika peneliti ingin meningkatkan keterwakilan. Pemikiran di belakang quota
sampling adalah bahwa beberapa karakterisitik relevan tertentu menjelaskan
dimensi dari populasi.
Data primer yang digunakan untuk melakukan analisa dengan metoda kuantitatif
didapat dari kuesioner yang dibagikan kepada karyawan yang terkena pengaruh
langsung dari program pemagangan mekanik alat berat ini serta pihak-pihak yang
mengetahui secera rinci mengenai program pemagangan ini. Jumlah sampel yang
diambil untuk kepentingan penelitian dengan metoda kuantitatif dapat dilihat pada
tabel 2.
Dari tabel 2 telihat bahwa jumlah sampel untuk penelitian kuantitif adalah
sebanyak 33 sampel yang berasal dari semua lokasi kerja PT Borneo Alam
Semesta.
Tabel 2
42
Sementara sampel yang digunakan untuk penelitian dengan metode kualitatif
adalah beberapa manajer PT Borneo Alam Semesta yang dapat memberikan
informasi mengenai program pemagangan mekanik alat berat meliputi pengaruh,
keuntungan, keunggulan serta hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan pemagangan mekanik alat berat.
Data primer untuk metoda penelitian kualitatif diperoleh dari hasil kuesioner yang
diberikan kepada beberapa manajer yang mengetahui secara detail mengenai
program pemagangan mekanik alat berat ini. Maksud dari kuesioner yang
dilakukan adalah untuk membandingkan serta konfirmasi atas hasil yang
diperoleh dari metoda penelitian kuantitatif.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari 2 kuesioner. Kuesioner pertama digunakan merupakan kuesioner
dimana respon yang diberikan oleh responden berupa respon dalam bentuk skala
Likert, kuesioner ini digunakan untuk proses pengumpulan data primer untuk
penelitian kuantitatif. Kuesioner yang kedua merupakan kuesioner dimana
pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner tersebut berbentuk open question.
Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan data primer untuk penelitian
43
3.5. Metoda Pengumpulan Data
Data primer untuk penelitian kuantitatif diperoleh dari kuesioner pertama yang
dikirimkan melalui email kepada seluruh responden. Kuesioner yang telah diisi
oleh responden kemudian dikimkan kembali dalam bentuk scan copy melalui
email.
Data primer untuk penelitian kualitatif diperoleh dari hasil kuesioner kedua yang
dikirimkan melalui email kepada beberapa orang manajer yang mengetahui secara
rinci program pemagangan mekanik alat berat yang dilakukan. Manajer yang
mengetahui secara rinci mengenai program pemagangan mekanik alat berat adalah
Plant Manager, Plant Asset Manager serta Training and Development Manager.
Kuesioner yang telah diisi oleh masing-masing manajer selanjutnya dikirim
kembali dalam bentuk dokumen Microsoft word.
Respon dari kuesioner kedua selanjutnya dilakukan pemilahan dan dibuatkan
rangkuman agar informasi yang didapat dari kuesioner tersebut dapat dijadikan
sebagai bahan analisa selanjutnya.
3.6. Metoda Analisis Data
Mengingat pendekatan penelitian ini menggunakan metode mixed research, maka
metode analisis yang digunakan pun mempunyai dua tahapan, yaitu analisa data
kuantitatif dan analisa data kualitatif.
Metode yang digunakan untuk melakukan analisa terhadap data kuantitatif adalah
metoda analisa jalur atau path analysis. Adapun tahapan yang dilakukan untuk