• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN AKTIVITAS PENYELAM DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA NELATAN DI DESA TOROBULU KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN AKTIVITAS PENYELAM DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA NELATAN DI DESA TOROBULU KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 HUBUNGAN AKTIVITAS PENYELAM DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA NELATAN

DI DESA TOROBULU KECAM ATAN LAEYA KABUPATEN KONAW E SELATAN TAHUN 2016

Sukbar1 La Dupai2 Sabril M unandar3

Fakult as Kesehat an M asyarakat Universit as Halu Oleo 123

SukbarAzis@gm ail.com1 Ladupai1954@gmail.com2 sabrilmunandar@gm ail.com3

Abstrak

Penyelaman pada kedalaman lebih dari 20 met er mem punyai risiko yang cukup besar t er hadap keselamat an dan kesehat an penyelam. Oleh karena it u, penyelam an har us dilakukan dengan syar at t ert ent u dan m enggunakan alat selam yang m em enuhi st andar (SCUBA). Penelit ian ini bert ujuan unt uk m enget ahui hubungan akt ivit as penyelam dengan kapasit as vit al par u pada pekerja nelayan di Desa Torobulu, Kecamat an Laeya, Kabupat en Konaw e Selat an t ahun 2016. Penelit ian ini adalah jenis penelit ian observasional analit ik dengan pendekat an CrossSect ional St udy. Penelit ian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016. Populasi dalam penelit ian i ni adalah sel uruh nelayan penyelam di Desa Torobulu yang berjumlah 40 orang. Dari hasil analisis dat a didapat kan bahw a t erdapat hubungan ant ara kedalaman dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p = 0,030), t erdapat hubungan ant ara alat bant u dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p =0,006), t erdapat hubungan ant ara IM T dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p=5,9x10-5), t erdapat hubungan ant ara kebiasaan merokok dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p =4,8x10-4), t erdapat hubungan ant ara lama kerja dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p = 0,044). Diperlukan pelat ihan khusus t ent ang penyelaman yang baik sehingga t idak t erjadi penyakit dekom presi t er hadap penyelam.

Kat a Kunci:Kapasit as Vit al Paru, Kedalaman, Alat Bant u, St at us Gizi, Kebiasaan M erokok, Lama Kerja

RELATION BETW EEN DIVING ACTIVITIES W ITH VITAL LUNG CAPACITY OF FISHERM EN IN RURAL TOROBULU DISTRICT LAEYA SOUTH KONAW E 2016

Abst ract

Dives at dept hs of over 20 met ers has a subst ant ial risk t o t he safet y and healt h of t he divers. Therefore, diving should be done w it h cert ain condit ions and using diving equipment t hat m eet s t he st andar ds (scuba). This st udy aims t o det ermine t he relat ion bet w een diving act ivit ies w it h vit al lung capacit y of fisherm en in rural t orobul u dist rict laeya sout h konaw e 2016. This st udy w as an obser vat ional analyt ic research w it h cross sect ional approach. This st udy w as conduct ed in Januar y 2016. The populat ion in t his st udy w ere all of t he fisherm en in rural Torobulu w ho w as 40 people.Dat a analysis show ed t hat t her e is a relat ion bet w een dept h of diving w it h vit al lungs capacit y of fishermens (p = 0.030), t her e is a relat ion bet w een diving equipm ent w it h vit al lung capacit y of fisherm ens (p = 0.006), t here is a relat ion bet w een BM I w it h vit al lung capacit y of fishermen (p = 5,9x10-5), t her e is a relat ion bet w een smoking habit w it h vit al lung capacit y of fisherm en (p = 4,8x10-4), t her e is a relat ion bet w een durat ion of w ork w it h vit al lung capacit y of fisher m en (p = 0,044 ). A Special t r aining about st andar d diving is required so decom pression sickness mi ght not occur on fisherm en in t he fut ur e.

(2)

2 PENDAHULUAN

Indonesia m erupakan Negara kepulauan dengan j umlah pulau sebanyak 17.508 pulau. Luas Negara Indonesia 87.764, dan 2/ 3 luasnya mer upakan laut an. Pot ensi kekayaan alam perair an laut Indonesia melimpah, sehingga unt uk m engelolanya diperlukan sum ber daya manusia yang handal. Laut selain sebagai jalur t r anspor t asi, objek w isat a juga merupakan sum ber mat a pencaharian bagi masyarakat t erut ama nelayan. Dalam mengelola kekayaan alam t ersebut masyar akat nelayan kit a masih menggunakan cara-cara t radisional, ant ara lain menyelam dengan m enggunakan peralat an yang sederhana dan t anpa pelat ihan penyelaman yang benar1

.

Ber dasarkan dat a bahw a sebagian besar penyakit par u akibat kerja mem punyai akibat yang serius. Lebih dari 3% kemat ian akibat penyakit par u kronik di New York, adalah berhubungan dengan pekerjaan. Rat usan t enaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang t idak nyaman dan dapat mengakibat kan gangguan kesehat an. 1 pekerja di dunia m eninggal set iap 15 det ik karena kecelakaan kerja, pada t anggal 26 April 2013, dalam rangka hari Keselamat an dan Kesehat an Kerja sedunia, menyat akan bahw a jumlah kasus penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan diperkirakan 160 jut a set iap t ahun dengan sekit ar 2,02 jut a kemat ian set iap t ahunnya. m em perkirakan bahw a 8% kemat ian karena kanker, 7,5% penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler, 10% penyakit sal uran per nafasan kronik dan 100 % Pneumokoniosis berhubungan dengan pekerjaan2.

Pusat Dat a dan Inf ormasi Kem ent erian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI hi ngga Agust us 2012 penduduk Indonesia yang bekerja sebanyak 110.808.154 or ang. Pada t ahun 2011 t ercat at 96.314 kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan kor ban m eninggal 2.144 or ang dan mengalami cacat sebanyak 42 orang. 3 kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja t ahun 2012. M eskipun demikian dat a t ersebut diat as t idak menjelaskan jumlah keseluruhan kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang t erjadi di Indonesia, t ersebut meni ngkat m enjadi 103.000 kasus3

.

Ber bagai penyakit dan kecelakaan dapat t erjadi pada nelayan dan penyelam t radisional, hasil penelit ian Depkes RI t ahun 2006 di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat dit emukan 57,5% nelayan penyelam m enderit a nyeri persendian, 11,3% menderit a gangguan pendengaran ringan sam pai ket ulian. Di Kepulauan Seribu dit em ukan 41,37% nelayan penyelam menderit a barot rauma at au perdarahan akibat t ubuh m endapat t ekanan yang berubah secara t iba-t iba pada beberapa organ/ jaringan sert a 6,91% penyelam m enderit a kelainan dekom pr esi yang di sebabkan t idak

t ercukupinya gas nit rogen akibat penurunan t ekanan yang mendadak, sehi ngga m enimbulkan gejala sakit pada persendian, susunan syaraf, salur an pencernaan, jant ung, paru-paru dan kulit4.

Kegiat an penyelaman yang melibat kan masyarakat nelayan t elah dilakukan sejak dahulu, w alaupun t idak ada cat at an khusus m engenai hal ini, nam un sebagai negara dengan w ilayah laut yang sangat luas t ent u t elah m emanfaat kan sum ber daya laut secara int ensif. Kegiat an penyelaman it u sendiri seharusnya dilihat sebagai suat u kegiat an m encari nafkah dengan lingkungan kerja penyelaman. Selama ini masyarakat nelayan belum dibekali ilmu yang penyelaman ini dengan baik dan benar sert a mem bahayakan kesehat an m ereka5.

Penyelaman pada kedalaman lebih dari 20 met er mem punyai risiko yang cukup besar t er hadap keselamat an dan kesehat an penyelam. Oleh karena it u, penyelaman harus dilakukan dengan syarat t ert ent u dan m enggunakan alat selam yang mem enuhi st andar (SCUBA). Penyelam t radisional pencari hasil laut dibeberapa w ilayah indonesia (w ilayah pesisir) masih banyak yang menggunakan kompresor sebagai alat bant u penyelaman dan penggant i alat selam scuba, salah sat u ef ek yang nyat a dari penyelaman adalah penyakit dekom presi dan penur unan Kapasit as Vit al Paru6.

Penyelaman yang um um dilakukan pada

nelayan adalah dengan m enggunakan kom pr esor

sebagai alat bant u ber nafas didalam air, dimana prosedur nya dengan m emasang selang berw ar na kuning sepanjang 30 sam pai 50 m et er yang disam bungkan salah sat u ujungnya kesal uran udara (out put pipe) kompresor bahan t ersebut . Diujung sat unya dipasang regulat or yang akan mem bant u nelayan unt uk m enghirup udara yang berasal dari selang t ersebut m elalui m ulut nya. Disat u kom pr esor bisa t erpasang sam pai em pat buah selang . Selang-selang t ersebut selanj ut nya diikat kan dit ubuh penyelam, yang biasanya dibagian pinggang penyelam. Kondisi ini di perburuk dengan t idak adanya jam t angan at au alat penunjuk kedalaman yang m erupakan st andar alat penyelaman dan kurangnya pelat ihan yang m emadai t ent ang melakukan penyelaman yang sehat dan aman, ant ara lain bagaiaman mer encanakan penyelaman dan melakukan st op unt uk dekom presi pada para penyelam t radisional7.

(3)

3 Respon organ t ubuh unt uk beradapt asi pada

perubahan t ekanan t ergant ung pada keadaan udara didalam organ dan udara yang t er dapat pada jaringan diant ara organ. Cairan yang mengisi r uangan at au benda padat , t ekanannya t idak m erubah ukuran suat u organ karena cairan at au benda padat t idak bersifat menekan, sedangkan ruangan dengan dinding elast is jika t erisi oleh udara akan ber ubah bent uk m engikut i hukum boyle, dengan anggapan bahw a volume udara akan meningkat secara t radisional mengikut i t ekanan absolut8.

Tekanan yang meningkat pada penyelam menyebabkan barot r auma yang beref ek pada beberapa bagian t ubuh yait u par u-par u dan m uka, menurut American Hearing Research Foundat ion

(AHRF), perforasi mem bran t impani t erjadi jika kedalaman minimal seorang penyelam adalah 4.3 – 17.4 kaki at au set ara dengan t ekanan sebesar 860 – 1160 mmHg dan lebih dari it u dapat m engakibat kan gangguan pendengaran akibat per bedaan t ekanan pada mem brane t impani9.

Sulaw esi Tenggara j umlah t enaga kerja pada t ahun 2013 sebanyak 86.126 orang, t ahun 2014 sebanyak 82.474 orang yang di mana sudah t ermaksud didalam nya t enaga kerja yang berprofesi sebgai nelayan. Sulaw esi Tenggara m erupakan salah sat u provinsi mem punyai kelompok nelayan yakni t ersebar pada 8 (delapan) kelom pok nelayan di Kabupat en But on, 10 (sepuluh) kelompok nelayan di Kot a Kendari dan 7 (t ujuh) kelom pok nelayan di Kabupat en Konaw e Selat an10.

Tem pat Pel elangan Ikan (TPI) mer upakan t em pat pel elangan ikan yang berada di daerah Kabuapat en Konaw e Selat an bert em pat di Kecamat an Laeya di Desa Torobulu, t em pat pelelangan ikan yang st rat egis juga m em buat nelayan lebih m udah mendist ribusikan hasil t angkapan, nelayan yang berada di Tempat Pelelangan Ikan Torobul u sebanyak 300 nelayan yang t er sebar di beberapa kapal nelayan 40 yait u berfrofesi penyelam11.

Sulaw esi Tenggara angka penyakit akibat gangguan saluran pernafasan mencapai 75 % pada t ahun 2012, yang t ermasuk di dalam nya TB paru, ISPA dan gangguan per nafasan lainnya, t ermasuk penyakit dekom presi, semant ara dist ribusi kasus m enurut Kabupat en/ Kot a menunj ukan, kasus t er t inggi t erjadi di Kabupat en Konaw e Selat an (792 kasus) dimana 54 kasus diant aranya adalah kasus penyakit akibat dekom presi12

.

Hasil penelit ian sebelum nya m enunjukkan bahw a fakt or yang m em pengar uhi kapasit as paru nelayan penyelam ada beberapa macam. Kapasit as vit al paru dipengaruhi oleh beberapa hal, yait u: umur, jenis kelamin, kondisi kesehat an, riw ayat penyakit dan pekerjaan, kebiasaan m er okok dan olahraga, sert a st at us gizi. Kapasit as paru berkur ang pada

penyakit paru, penyakit jant ung (yang menim bulkan kongest i par u) dan pada kelemahan penyakit paru13.

Dari survey aw al dan w aw ancara pada beberapa penyelam m enyat akan bahw a t er dapat beberapa keluhan sakit sepert i gangguan pada pendengaran, gangguan pada pernapasan dan keluhan pada sist em mot orik sepert i susah berjalan, keram pada kaki, hal ini dirasakan sebelum dan sesudah m elakukan penyelaman, nam un t idak mendapat kan penanganan serius sepert i mem eriksa at au ber obat ke Puskesmas dengan alasan, jarak ant ara rumah ke Puskesmas jauh dan dapat menyit a w akt u ist ir ahat mer eka, penanganan yang m ereka lakukan hanya sebat as m em beli obat di w arung t erdekat . Jika rasa keluhan sakit yang dirasakan berlanjut bar ulah m ereka melakukan pem er iksaan at au ber obat ke Rumah Sakit at au Puskesmas.

Waw ancara pada beberapa penyelam menyat akan sebagian besar nelayan penyelam menggunakan kom presor sebagai alat bant u pada saat menyelam dan sebagian kecil nelayan penyelam t idak m enggunakan alat bant u pada saat menyelam. Namun dengan menggunakan kom pr esor sebagai alat bant u nafas pada saat m enyelam, sering t erjadi kerusakan pada m esin kompr esor dan kebocoran selang pada saat m enyelam, sehingga para penyelam yang berada didasar laut (sedang menyelam) dihar uskan unt uk naik secara t iba-t iba t anpa mem perhat ikan pr osedur penyelaman dalam hal ini berhent i di kedalaman t ert ent u unt uk mrngeluarkan gas-gas t erlar ut dalam t ubuh penyelam pada saat perjalanan m enuju ke permukaan air laut yang menyebabkan sering t erjadinya penyakit dekom presi salah sat unya gangguan kapasit as vit al paru.

Ber dasarkan uraian masalah sebel um nya, penelit i t ert arik unt uk melakukan penelit ian yang bert ujuan unt uk m eget ahui “ Hubungan Akt ifit as Penyelaman Terhadap Kapasit as Vit al Paru Pada Pekerja Nelayan Di Desa Torobulu, Kecamat an Laeya, Kabupat en Konaw e Selat an Tahun 2016” .

M ETODE

penelit ian ini adalah observasional analit ik dengan pendekat an Cross Sect ional St udy yang bert ujuaan unt uk menget ahui hubungan akt ivit as

penyelam t er hadap kapasit as vit al par u pada pekerja nelayan di Desa Torobulu Kecamat an Laeya

Kabupat en Konaw e Selat an.

Penelit ian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 yang bert em pat di Desa Torobulu Kecamat an Laeya Kabupat en Konaw e Selat an.

(4)

4 Tem pat Pelelangan Ikan Torobul u

.

Dalam penelit ian

ini sampel berjumlah 40 orang.

Inst rum en penelit ian yang digunakan dalam penelit ian ini adalah Spir omet er Aut ospiro M inat o AS 505, t imbangan i njak, microt oise, dan kuisioner yang berisi mengenai pert anyaan-pert anyaan yang menyangkut dat a sam pel.

Analisis dat a dilakukan dengan menggunakan analisis univariat Yait u analisis yang digunakan t er hadap t iap variabel dari hasil penelit ian. Pada um umnya dalam analisis ini hanya menghasilkan dist ribusi f rekuensi dan proporsi dari t iap variabel dan analisis bivariat analisis bivariat digunakan unt uk m encari hubungan variabel bebas dan variabel t enrikat dengan uji st at ist ik yang sesuai dengan skala dat a yang ada. Uji st at ist ik yang digunakan adalah Chi Square at au kai kuadrat . Syarat uji Chi Square adalah t i dak ada sel yang nilai

obsser ved-nya bernilai 0, dan sel yang m em punyai expect ed kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel, dan menggunakan t abel 2x214.

HASIL

Karakteristik Responden Umur

Umur Jumlah (n) Persen (%)

<21 Tahun 9 22,5

21-30 Tahun 13 32,5

31-3

9

ahun 14 35,0

>45 Tahun 4 10,0

Total 49 100

Sumber : Dat a Primer, Februari 2016

Tabel 6. M enunjukkan dist ribusi responden berdasarkan kelom pok um ur penyelam Desa Torobulu t ahun 2016 dari 40 responden t er dapat beberapa proporsi kelom pok um ur, yait u kelompok um ur < 20 t ahun sebesar 9 responden (22.5%), kelompok um ur 21-30 t ahun sebesar 13 responden (32.5%), kelompok um ur 31-39 t ahun sebesar 14 responden (35.0%), sedangkan kelompok um ur > 40 sebesar 4 responden (10.0%).

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persen (%)

Tidak Sekolah

7 17,5

SD 18 45,0

SM P 15 37,5

Total 40 100

Sumber : Dat a Primer, Februari 2016

Tabel 7. M enunj ukkan dist ribusi responden berdasarkan kelom pok um ur penyelam Desa Torobulu t ahun 2016 dari 40 responden t er dapat beberapa proporsi kelompok t ingkat pendidikan, yait u Tidak Sekolah sebanyak 7 responen 17.5%

sedangkan SD sebanyak 18 responden (45.0%), dan SM P sebanyak 15 responden (37.5%).

Analisis Univariat KVP

KVP Jumlah (n) Persen (%)

Normal 14 35,0

Restriksi 26 65,0

Total 40 100

Sumber: Dat a Primer, Februari 2016

Tabel 8. M enunjukkan dist ribusi responden berdasarkan Kapasit as Vit al Paru (KVP) Pada Penyelam Desa Torobulu t ahun 2016 dari 40 responden t er dapat beberapa propor si normal yait u sebanyak 14 responden (35.0%) sedangkan rest riksi sebanyak 26 responden (65.0%).

Kedalaman

Kedalaman Jumlah (n) Persen (%)

33 kaki 28 70,0

< 33 kaki 12 30,0

Total 40 100

Sumber : Dat a Primer, Februari 2016

Tabel 9. M enunjukkan dist ribusi dari 40 responden, didapat kan kedalaman dengan krit eria

33 kaki yait u sebanyak 28 responden (70.0%) sedangkan unt uk krit eria < 33 kaki yait u sebanyak 12 responden (30.0%).

Alat Bantu

Alat Bantu Jumlah (n) Persen (%)

Resiko Tinggi 16 40,0

Resiko Rendah 24 60,0

Total 40 100

Sumber : Dat a Primer, Februari 2016

Tabel 10. M enunj ukkan dist ribusi dari 40 responden, didapat kan alat bant u penyelam dengan krit eria r esiko t inggi yait u sebanyak 16 responden (40.0%) sedangkan unt uk kr it eria resiko rendah yait u sebanyak 25 responden (60.0%).

Status Gizi

Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

Normal 12 30,0

Obesit as 28 70,0

Total 40 100

Sumber : Dat a Primer, Februari 2016

(5)

5

Sumber : Dat a Primer, Februari 2016

Tabel 12. M enunjukkan Dari 40 responden, didapat kan kebiasaan m erokok dengan krit eria risiko t inggi yait u sebanyak 16 r esponden (40.0%) sedangkan unt uk krit eria risiko rendah yait u sebanyak 24 responden (60.0%).

Lam a Kerja

Lama Kerja Jumlah (n) Persentase (%)

> 5 t ahun 31 77,5

< 5 t ahun 9 22,5

Total 40 100

Sumber : Dat a Primer, Februari 2016

Tabel 13. M enunjukkan Dari 40 responden, didapat kan lama kerja dengan kr it eria lama > 5 t ahun yait u sebanyak 31 responden (77.5%) sedangkan unt uk krit eria baru < 5 t ahun yait u sebanyak 9 responden (22.5%).

Analisis Bivariat

Hubungan Kedalam an Dengan Kapasitas Vital Paru

Kedalam an responden, dengan Kedalaman yang berisiko t inggi proporsi KVP yang normal sebesar 32.5% dan ret riksi sebesar 37.5% dan responden dengan kedalaman berisiko rendah, proporsi KVP yang normal sebesar 2.5% dan r et riksi sebesar 27.5%. Dari hasil Uji Chi Square di dapat kan bahw a nilai pValue <

α yang

berar t i ada hubungan ant ar a kedalaman dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.

Hubungan Alat Bantu Dengan Kapasitas Vital Paru Alat Bantu

25.% dan r et riksi sebesar 15% dan responden dengan alat bant u penyelam ber isiko rendah, proporsi KVP yang normal sebesar 10% dan r et riksi sebesar 50% Dari hasil Uji Chi Square di dapat kan bahw a nilai pValue <

α yang berarti ada hubungan antara alat

bant u dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.

Hubungan Status Gizi Dengan Kapasitas Vital Paru

Stat u Gizi

Hubungan Kebiasaan M erokok Dengan Kapasitas Vital Paru responden, responden dengan kebiasaan m erokok yang berisiko rendah proporsi KVP yang normal sebesar 27.5% dan ret riksi sebesar 12,5% dan responden dengan kebiasaan m er okok ber isiko t inggi, proporsi KVP yang normal sebesar 7.5% dan ret riksi sebesar 52.5%. Dari hasil Uji Chi Square di dapat kan

bahwa nilai pValue < α yang berarti ada hubungan

ant ara kebiasaan m erokok dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.

(6)

6 proporsi KVP yang normal sebesar 20% dan ret riksi

sebesar 57,5% dan responden dengan lama kerja berisiko rendah, proporsi KVP yang normal sebesar 15% dan ret riksi sebesar 7.5%. Dari hasil Uji Chi Square di dapat kan ba

hwa nilai pValue < α yang

berar t i ada hubungan ant ara lama kerja dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.

DISKUSI

Hubungan Kedalam an Dengan Kapasitas Vital Paru Bila seseorang t ur un ke dalam laut , t ekanan di sekit arnya m eningkat . Namun unt uk m enjaga par u-paru agar t idak kolaps at au m engalami pengem pisan udara juga har us disuplai dengan t ekanan t inggi, sehingga darah di dalam par u-par unya m enghadapi t ekanan gas alveolus yang sangat t inggi. Di at as bat as t ert ent u t ekanan t inggi ini dapat menyebabkan perubahan besar dalam f isiologis t ubuh.15

Efek pent ing dari kedalaman adalah pem em paat an gas m enjadi volum e yang makin kecil. Pada 33 kaki di baw ah perm ukaan laut dengan t ekanan 2 at mosfir, 1 lit er volume pada perm ukaan laut dapat berkurang m enjadi set engah lit er pada kedalaman 100 kaki at au 30 m et er at au dengan t ekanan 4 at m, hal ini menyebabkan ef ek berkurangnya ruang udar a didalam t ubuh penyelam t ermasuk paru-paru sehi ngga pada beberapa kasus yang lebih ser ius dapat m enyebabkan pecahnya alveolus pada par u paru yang berakibat pada semakin berkurangnya elast isit as par u (relaps-kolaps), secara bert ahap pengurangan elast isit as paru dapat mengakibat kan penur unan kapasit as vit al par u karena kondisi relaps (kem bang par u) m enurun demikian pula dengan kolaps (kempisnya par u) sehingga t ot al inhalasi dan resi du par u berkurang yang berkont ribusi t er hadap volume kapasit as paru.15

Berdasar kan dari hasil penelit ian penyelam didapat kan 40 r esponden, dengan Kedalaman yang berisiko t inggi propor si KVP yang normal sebesar 32.5% dan r et riksi sebesar 37.5% dan r esponden dengan kedalaman berisiko rendah, proporsi KVP yang normal sebesar 2.5% dan ret riksi sebesar 27.5%. Dari hasil analisis dat a di dapat kan bahw a nilai pVal ue

< α yang berarti ada hubungan antara kedalaman

dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.

Hasil penelit ian ini sejalan dengan penelit ian kejadian penyakit dekom pr esi pada kelompok penyelaman dengan kedalaman 21-30 m et er yang mengalami gangguan pendengar sebanyak 81,3% dan yang t er endah pada kelom pok 1-10 sebanyak 60% menggunakan uji chi square diper oleh

ρValue = 0.000

< α = 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak, dengan

demikian kedalaman penyelam ber hubungan secara segnifikan dengan kejadian penyakit penyelaman16.

Hasil obser vasi dilapangan di dapat kan bahw a sebaran responden berdasar kan karat erist ik kedalaman penyelaman ham pir merat a. Dimana

kedalaman penyelam berisiko t inggi at au lebih dari 30 met er at au pada t ekanan 4 at m yang mengalami ret riksi sebesar 15 orang, dan normal 13 orang, sem ent ara pada kedalaman penyelaman kurang dari 30 m et er at au t ekanan di baw ah 4 at m t erdapat 1 orang yang normal dan 11 orang mengalami ret riksi. Hal ini dimungki nkan karena kondisi penyelaman dimana pada penyelaman dengan kedalaman lebih dari 30 met er umum nya penyelam naik ke permukaan secara bert ahap sehi ngga t erjadi koreksi at au penyesuaian t ubuh t erhadap t ekanan udara dalam air sebelum t er jadinya ker usakan pada alveolus paru. Kondisi ret riksi diakibat kan karena kondisi kronis paru yang t er papar oleh t ekanan udara yang t inggi dalam kedalaman lebih dari 30 met er at au 4 at m dan t elah m enyebabkan kondisi kerusakan pada alveolus par u. Kondisi t erbalik t erjadi pada penyelaman di kedalaman kurang dari 30 met er dimana penyelam naik keperm ukaan secara spont an sehingga t idak t erjadi koreksi t er hadap t ekanan didalam t ubuh, kondisi yang t er us m enerus dapat menyebabkan ker usakan pada alveolus sehingga kondisi ret riksi pada penyelaman dangkal at au kurang dari 30 met er diakibat kan karena hal ini.

Hubungan Alat Bantu Dengan Kapasitas Vital Paru Jika perlengkapan m enyelam dirancang dengan baik dan juga berfungsi dengan baik penyelam t idak m enghadapi masalah ker acunan karbon dioksida, karena kedalaman saja t idak meningkat kan t ekanan parsial kar bon dioksida di dalam alveoli. Hal ini karena karbon dioksida dihasilkan di dalam t ubuh, dan selama penyelam t ersebut t erus bernapas dengan volume t idal yang nor mal, t erus m engeluarkan karbon dioksida ket ika t erbent uk sehingga m em pert ahankan t ekanan parsial karbon dioksidaalveolus pada suat u nilai normal.

Tet api sayangnya dalam jenis perlengkapan menyelam t ert ent u, sepert i helm penyelam dan berbagai jenis alat pernapasan ulang, karbon dioksida sering dapat berkum pul di dalam udara ruang rugi alat t ersebut dan dihirup kem bali oleh penyelam. Sampai t ekanan karbon dioksida (PCO

2

) sebesar kira-kira 80 mm. Hg, dua kali t ekanan di dalam alveolus, pernapasan per m enit nya m eningkat sam pai suat u maksimum sebesar 6 sam pai 10 kali lipat menginbangi peni ngkat an karbon dioksida it u. Tet api at as t ingkat 80 mm. Hg keadaan menjadi t ak t erhankan, dan akhirnya pusat pernapasan t ert ahankan dan akhirnya pusat pernapasan penyelam benar-benar mulai gagal dan t idak dapat mengimbangi lagi.

(7)

7 sebagai alat bant u dimana kondisi t ekanan udara

meningkat seiring dengan kedalaman dari penyelaman w alaupun pada perm ukaan t ekanan udara yang dihasilkan oleh kompr esor sesuai dengan t ekanan di dalam t ubuh nam un aliran udara pada kedalaman t ur ut meningkat kan t ekanan parsial gas dalam per nafasan dan hal ini dapat menyebabkan kondisi asidosis r espir at orik parah yang dapat menyebabkan kerusakan kronis pada elast isit as par u sehingga kondisi relaps dan kolaps paru t idak maksimal dan m enyebabkan volum e respirasi paru berkurang secara bert ahap.

Sedangkan pada penyelaman dengan t anpa menggunakan alat bant u dapat menyebabkan t ekanan parsial gas dalam par u mengalami t ahanan karena m enyesuaikan dengan t ekanan dalam t ubuh, kondisi ini dapat m enyebabakan narcosis parsial gas, narcosis yang efeknya mirip dengan int oksikasi alcohol, nam un kondisi ini berkont r ibusi secara langsung t er hadap penur unan volume respirasi dan dead space inhalasi. Kondisi penurunan volume respirasi lebih dim ungkinkan karena ef ek dari narcosis yang mirip sepert i gam bar an inhalasi pada orang yang mabuk at au t idak sadar dimana rit me pernafasan berkurang sedangkan volum e per nafasan juga t ur ut berkurang seiring dengan kedalaman penyelaman yang berkont ribusi t er hadap kerusakan akut pada par u-par u17.

Ber dasarkan dari hasil penelit ian penyelam didapat kan bahw a dari 40 responden, responden dengan alat bant u penyelam yang berisiko t inggi proporsi KVP yang normal sebesar 25% dan ret riksi sebesar 15% dan responden dengan alat bant u penyelam berisiko rendah, proporsi KVP yang normal sebesar 10% dan ret riksi sebesar 50% Dari hasil

analisis data didapatkan bahwa nilai pValue < α yang

berar t i ada hubungan ant ara alat bant u dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.

Hasil penelit ian ini sejalan dengan penelit ian Juharia uji st at ist ic dengan m enggunakan Chi Square

diperoleh

ρValu

e = 0.000 < α = 0,05 sehingga

hipot esis nol dit olak, dengan demikian alat kompresor pada saat penyelaman berhubungan secara signifikan dengan kejadian penyakit dekom presi. Penyelaman yang m emanfaat kan bant uan udara m elalui kompresor lebih berisiko t erkena penyakit dekom presi (decompression sickness) akibat t erlalu lama berada di dalam air pada kedalaman t ert ent u18.

Dari hasil observasi didapat kan bahw a pada penyelam yang berisiko t inggi KVP yang normal lebih besar daripada KVP rest r iksi hal ini dim ungkinkan karena kerusakan paru yang diakibat kan penggunaan alat bant u pernafasan bersifat kronik at au bert ahap jika dibandingkan dengan t anpa alat bant u pernafasan yang dapat m engakibat kan kerusakan

akut pada par u-par u yang berkont ribusi t er hadap penur unan kapasit as vit al paru.

Hubungan Status Gizi Dengan Kapasitas Vital Paru Namun dalam hal penyelaman sesorang yang gem uk at au obesit as ber pengaruh pada r uang vent ilasi pada paru, karena pada saat proses kont r aksi dan bukaan diagfr agma t er ut ama pada proses pernafasan per ut t idak t erjadi ruang vent ilasi yang maksimal karena bukaan diagr agma t erhalang oleh t im bunan lemak dalam t ubuh sehingga kapasit as vit al paru m engalami penur unan yang nyat a. Tekanan dalam laut yang m enyebabkan berkurangnya volume gas di dalam air diperpar ah dengan kondisi bukaan diagfragma yang t er halang oleh t im bunan lemak menyebabkan kondisi hipoksia akut yang dapat menyebabkan kadar oksigen dalam t ubuh berkurang, hipoksia kronis dapat m enyebabkan kegagalan met abolism t erut ama pada paru yang dialiri 60 persen darah t ubuh dan berakibat pada nekrosis pada sebagian sel paru dan berujung pada berkurangnya kapasit as paru.

Ber dasarkan dari hasil penelit ian penyelam Desa Torobulu Kecamat an Laeya Kabupat en Konaw e Selat an Tahun 2016 didapat kan 40 responden, dengan IM T yang normal proporsi KVP yang normal sebesar 25% dan r et r iksi sebesar 5% dan responden dengan obesit as, proporsi KVP yang normal sebesar 10% dan ret r iksi sebesar 60%. Dari hasil analisis dat a

didapatkan bahwa nilai pValue < α yang berarti ada

hubungan ant ara IM T dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.

Hasil penelit ian ini sejalan dengan hasil penelit ian, t ent ang Fakt or-Fakt or yang berhubungan dengan Kapasit as Vit al Paru pada Pekerja Penggilingan Bat u Put ih di PT. Si nar Ut ama Karya pada 25 pekerja m enyat akan t er dapat hubungan ant ara st at us gizi dengan kapasit as vit al paru dengan pvalue 0,0019.

Dari hasil observasi didapat kan bahw a pada penyelam dengan obesit as m emiliki KVP rest riksi sebesar 60% hal ini sepert i t elah dij elaskan sebelum nya diakibat kan oleh kondisi hipoksia akut akibat volum e inhalasi yang berkur ang karena bukaan diagfragma yang t idak maksimal oleh t im bunan lemak.

Hubungan Kebiasaan M erokok Dengan Kapasitas Vital Paru

(8)

8 penyelaman yang hanya sekit ar sepert iga dari

pengaruh buruk rokok 20.

Ber dasarkan dari hasil penelit ian penyelam Desa Torobulu Kecemat an Laeya Kabupat en Konaw e Selat an Tahun 2016 didapat kan 40 responden, dengan berisiko rendah proporsi KVP yang normal sebesar 27.5% dan ret riksi sebesar 12,5% dan responden dengan perilaku m erokok berisiko t inggi, proporsi KVP yang normal sebesar 7.5% dan ret riksi sebesar 52.5%. Dari hasil analisis dat a didapat kan

bahwa nilai pValue < α yang berarti ada hubungan

ant ara kedalaman dengan kapasit as vit al par u pada penyelam.

Hasil penelit ian ini sejalan dengan penelit ian kapasit as vit al paru yang m enunj ukan bahw a ada hubungan ant ar kebiasaan merokok dengan kapasit as vit al par u dengan nilai p-Value sebesar 0,0001. Kebiasaan m erokok dapat m enyebabkan per ubahan st rukt ur dan f ungsi saluran nafas sert a jaringan par u-paru . Akibat per ubahan anat omi saluran nafas pada perokok akan m enimbukan penur unan pada f ungsi paru21.

Hasil obser vasi dilapangan di dapat kan bahw a keseluruhan responden adalah perokok hal ini menjelaskan bahw a hubungan kebiasaan m erokok dengan penurunan kapasit as vit al paru disebabkan karena penur unan f aal par u secara kronis yang menyebabkan cadangan volume ekspirasi paksa yang menurun.

Hubungan Lama Kerja Dengan Kapasitas Vital Paru Lama kerja adalah jangka w akt u orang sudah bekerja pada suat u kant or , badan dan sebagainya, lama kerja adalah lamanya seorang t enaga kerja bekerja dalam (t ahun) dalam sat u lingkungan perusahaan, dihit ung m ulai saat bekerja sam pai penelit ian berlangsung. Lama kerja penyelam t erut ama menum bang ker usakan faal paru secara kronis yang dapat m enyebabkan penur unan kapasit as vit al par u. Hal ini disebabkan karena penurunan baik cadangan inspirasi dan ekspirasi per naf asan, sel par u yang ber fungsi unt uk m eningkat kan faal par u t erut ama adalah sel alveoli dimana didalam sel alveoli paru t erdapat sel yang menghasilkan surfakt an unt uk melarut kan oksigen dalam t ubuh, ket er paparan t erhadap kedalaman dan t idak adanya alat bant u sert a f act or negat ive lain yang berkont ribusi t er hadap penur unan kapasit as paru dalam w akt u lama dapat mengakibat kan kerusakan pada alveoli paru yang menyebabkan berkurangnya surf akt an sebagai pelarut oksigen didalam darah 22.

Ber dasarkan dari hasil penelit ian penyelam Desa Torobulu Kecemat an Laeya Kabupat en Konaw e Selat an Tahun 2016 dari 40 responden, responden dengan lama kerja yang berisiko t inggi propor si KVP yang normal sebesar 20% dan ret riksi sebesar 57,5% dan responden dengan lama kerja berisiko rendah,

proporsi KVP yang normal sebesar 15% dan ret riksi sebesar 7.5%. Dari hasil analisis dat a di dapat kan

bahwa nilai pValue < α yang berarti ada hubungan

ant ara lama kerja dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.

Penelit ian ini t idak sejalan dengan penelit ian pada gangguan kapasit as par u, bahw a lama kerja t idak mem pengar uhi gangguan kapasit as par u pada pekerja, dimana hasil penelit iannya m engem ukakan bahw a semakin lama peker ja bekerja, maka semakin rendah risiko mengalami kejadian gangguan f ungsi paru, Dari hasil uji st at ist ik diperoleh p value = 0,0920 bahw a t idak t erdapat hubungan yang bermakna ant ara lama kerja dengan gangguan kapasit as paru23.

Dari hasil observasi dilapangan di dapat kan bahw a responden dengan lama kerja yang lama memilik proporsi KVP r est riksi yang t inggi yait u 57,5% hal ini disebabkan karena paparan fact or negat ive akibat penyelaman dalam w akt u lama dapat menurunkan faal paru dan berkont r ibusi t er hadap penur unan kapasit as vit al paru.

SIM PULAN

1. Penyelam sebagian besar mengalami kapasit as vit al paru rest riksi dan kapasit as vit al paru normal lebih sedikit .

2. Ada hubungan kedalaman dengan kapasit as vit al paru penyelam (p = 0.030)

3. Ada hubungan alat bant u penyelam dengan kapasit as vit al paru penyelam (p =0,006) 4. Ada hubungan st at us gizi dengan kapasit as vit al

paru penyelam (p=5,9x10-5)

5. Ada hubungan kebiasaan mer okok dengan kapasit as vit al paru penyelam (p = 4,8x10-4) 6. Ada hubungan lama ker ja dengan kapasit as vit al

paru penyelam (p = 0,044)

SARAN

1. Perlu dilakukan pem eriksaan kondisi dan kemam puan paru-paru pada aw al bekerja sebagai penyelam dan pemeriksaan secar a berkala minimal 1 t ahun sekali unt uk m enilai pengaruh pekerjaan pada pekerja dan sekaligus m endet eksi kem ungki nan t imbulnya penyakit akibat kerja . 2. Para penyelam sebaiknya m em perhat ikan kondisi

penyelaman t erut ama pada kedalaman lebih dari 10 m, agar t idak naik ke perm ukaan segera, t et api secara bert ahap unt uk m enghindari gangguan akibat dekom presi. Dan m engurangi kebiasaan yang dapat mem perburuk kondisi dekom presi sepert i merokok, dan menjaga st at us gizi.

3. Diperlukan pelat ihan lebih lanjut kepada para penyelam agar kegiat an penyelaman dapat sesuai dengan st andar kesehat an penyelaman.

(9)

9 st andar penyelam SCUBA sehingga dapat

mengurangi ef ek penur unan kapasit as vit al paru.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eric, M ow at . The Bends-Decompression

syndromes. 2012. (Available fr om :

ht t p:/ / w w w .em edicinehealt h.com/ decom pr essio n_syndromes_t he_bends/ art icle_em.ht m, Cit ed on : Sept ember t ahun, 2013).

2. ILO, 2013. Int ernasional Labour Organizat ion

(ILO) penyakit akibat kerja saluran pernapasan

26 April 2013. Diakses pada t anggal 6 Desem ber 2015

3. Jamsost ek P. Laporan Tahunan 2012. Jakart a: PT. Jamsost ek, 2012

4. Depkes RI, 2006. Pedoman Advokasi Program Keselamat an dan Kesehat an Kerja. Depart emen Kesehat an Republik Indonesia. Pusat Promosi Kesehat an. Jakar t a

5. M assi, Kemal, 2005, Analisis Kesehat an Dan Keselamat an Lingkungan Kerj a Penyelam Tradisional, M akalah, Inst it ut e Pert anian Bogor 6. Paskarini Indriat i, Abdul Rohim Tualeka, Denny Y.

Ardiant o, Endang Dw iyant i, dkk t ahun 2010

Kecelakaan dan Gangguan Kesehat an Penyelam

Tradisional dan Fakt or-fakt or yang

mempengaruhi di Kabupat en Seram, M aluku 7. Kart ono, Ari sad, 2007, Prevalensi Dan Fakt or

Risiko Kejadian Penyakit Dekompresi Dan

Barot rum a Pada Nelayan Penyelam Di

Kecamat an Karim un Jaw a Kabupat en Jepara, Thesis, Universit as Gajah M ada.

8. Campbell, e. 2006. long t erm effect of sport diving . diving m edical cent er online ht t p:/ / w w w .scuba.doc.com/ lt ediakses Desem ber 2015

9. Bent z, b.g., Hughes, c.a. 2002 Barot rauma :Am erican Hearing Research Foundat ion. Nort hw est ern Universit y, Usa. Diakses 20 Novem ber 2007

10. Profil Tempat Pelelangan Ikan 2014

11. Profi Kesehat an Provinsi Sulaw esi Tenggara, 2012 12. Farjiani, Sat ida, 2005, Analisis Fakt or Risiko

Gangguan Fungsi Faal Paru Pada Penyelam Tradisional di Kecamat an Semarang Ut ara, Semarang, Thesis, Universit as Diponegoro. 13. Guyt on & Hall, AC. 2014. Fisiologi Kedokt eran II,

Dit erjemahkan oleh Adji Dharma, Jakart a: EGC Buku Kedokt eran. Edisi ke 12

14. Dahlan. M . Sopiyudin. 2004. St at ist ik Unt uk Kedokt er an dan Kesehat an. Jakart a: PT Arkans. 15. Thirit z, D. 2005. Gngguan Pendengaran dan

keseim bangan pada penyelam t radisional suku bajo sulaw esi selat an. Bagian THT-KL Fakult as Kedokt eran Univer sit as Haasanuddin, M akassar. 16. Cici, juharia. 2010. Fakt or-Fakt or

YangBerhubungan Dengan Kejadian Penyakit

Penyelam an Dekompresi Pada Nelayan Penyelam

Di Desa Bajo Indah Kecamat an Sor opia Kabupat en Konaw e Tahun 2010. Skr ipsi Universit as Halu Oleo, Kendari.

17. Depkes RI, 2012.

(ht t p:/ / w w w .gizikia.depkes.go.id/ Pem binaan Kesehat an Nelayan di 8 Kabupat en Tahun 2012/ archives/ 5087, diakses 17 Desem ber 2013). 18. Yuma, Anugr ah. 2013. Fakt or-Fakt or Yang

Berhubungan Dengan Kapasit as Vit al ParuPada Pekerja Penggilingan Divisi Bat u Put ih dI PT. SINAR UTAM A KARYA Fakult as Ilmu Keolahragaan. Universit as Negeri Semarang Februari 2013 SKRIPSI

19. Put ra ND. 2014. Fact or-Fakt or Yang Berhubungan Dengan Kapasit as Vit al Paru Pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu t ahun 2014.

Skripsi Jakart a:Universit as Islam Negri Syarif Hidayat ullah.

20. M uis M ., Syamsiar R., Arifah R. 2008. St udi kapasit as paru pada karyaw an depert emen produksi semen PT. semen t onasa pangkep.

Jurnal M KM I

21. M ila. Sit i M uslikat ul. 2006. Hubungan Ant ara

M asa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan

(M asker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasit as Fungsi Paru PT Ascent House Pecangaan Jepara. Skripsi. UNNES

Gambar

Tabel 7. Menunjukkan distribusi responden
Tabel 12. M enunjukkan Dari 40 responden,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian secara parsial dan simultan pengaruh earning management terhadap peringkat obligasi menunjukkan bahwa large positive deferred taxes dan small tax

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan Trading Volume Activity (TVA) dan Abnormal Return pada saham-saham yang tergabung

Adapun Dokumen-Dokumen yang akan diadakan pembuktian dan harus dibawa, diserahkan serta diperlihatkan Aslinya kepada Pokja ULP, yakni :.. Formulir Isian Kualifikasi Asli

During that same year, his wife Karina Jett who is also a professional Poker player, made the same final table as did Chip at the Old Billings Gate Market Open Event in London.. Born

[r]

[r]

01 Desa

terdegradasi, mereview program dan kegiatan pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi, melanjutkkan pembangunan kawasan lindung di kawasan hutan dan di luar