LAPORAN AKHIR PENELITIAN
FOTOGRAFI KEHUMASAN SEBAGAI MEDIA
PEMBENTUKAN CITRA YANG BAIK
(STUDI EKSPLORATORI FOTOGRAFER KEHUMASAN)
PENELITI
IKBAL RACHMAT, MT
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ……….. ii DAFTAR ISI ……… iii DAFTAR GAMBAR ……… iv BAB I PENDAHULUAN ……… 1 - 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 3 - 31 BAB III METODE PENELITIAN ………. 32 - 34 BAB IV PEMBAHASAN ……… 35 - 41 BAB V PENUTUP ……… 42 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- BIODATA PENELITI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Marka Jalan/Marka Lalu Lintas Sebagai Bahas Visual ……… 8
Gambar 2.3 Foto Seri/Esai ………... 12
Gambar 2.4 Spot Foto ……….. 13 - 14 Gambar 2.5 General News Photo ...………. 14
Gambar 2.6 People in the News Photo ……… 15
Gambar 2.7 Daily Life Photo ………. 16
Gambar 2.8 Art and Culture Photo ………. 17 – 18 Gambar 2.9 Social and Environment photo ……… 18
Gambar 4.1 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………. 37
Gambar 4.2 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………. 37
Gambar 4.3 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………. 37
Gambar 4.4 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38
Gambar 4.5 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38
Gambar 4.6 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan terus berkembang, membuahkan banyak manfaat bagi segala sendi bidang kehidupan manusia. Merubah sebuah bentuk menjadi lebih menarik, lebih dapat bertahan lama hingga memudahkan dalam menjalankan rutinitas pekerjaan. Kegiatan menjadi menyenangkan, menjadi lebih efisien, menjadi lebih praktis yang berujung pada efektifitas dalam pekerjaan. Salah satu lingkup bidang pekerjaan dalam kegiatan komunikasi berupa kegiatan Public Relations atau humas.
Humas memiliki tanggung jawab utama sebagai “penjaga citra/image” positif baik bagi sebuah perusahaan. Selain fungsi eksternal humas juga memiliki fungsi internal, fungsi yang mampu menjaga hubungan pekerja di dalam perusahaan, agar tetap berjalan baik dan harmonis dalam hubungan antar karyawan. Kegiatan humas eksternal dan internal ini tentu dilakukan dengan beberapa kegiatan, dengan “peralatan” yang mencakup bidang kerja atau tanggung jawab humas, yang dikenal dengan “tool of PR” sebagai batasan lingkup tanggung jawab baik ke dalam maupun luar perusahaan.
kehumasan, hal inilah yang menjadi dasar penelitian ini dilakukan dengan mengangkat judul Fotografi Kehumasan Bagian Dari Seni Melukis Dengan Cahaya Dan Reputasi Citra Positif (Studi Ekploratori Fotografer Kehumasan).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian Fotografi Kehumasan Sebagai Media Pembentukan Citra Yang Baik (Studi Ekploratori Fotografer Kehumasan) meliputi :
1. Bagaimana relevansi fotografi dengan PR sehingga adanya fotografi kehumasan ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Lasswel mendefinisikan komunikasi dengan : who says what-in which channel-to whom-and with what effect. Maka komponen dalam komunikasi terdiri dari:
1. Komunikator (siapa) 2. Pesan (mengatakan apa) 3. Saluran (melalui saluran apa) 4. Komunikan (kepada siapa) 5. Efek (dengan efek bagaimana) Beberapa tujuan dari komunikasi adalah untuk :
1. Mempengaruhi 2. Menarik perhatian 3. Menarik simpati 4. Menimbulkan empati 5. Menyampaikan informasi
MakabBila dikaitkan dengan kegiatan Public Relations, maka PR harus benar-benar memahami esensi dari kegiatan komunikasi itu sendiri agar tujuannya (pencitraan) dapat tercapai.
2.2 Komunikasi Nonverbal Dan Bahasa Tubuh
Komunikasi nonverbal (Sasa Djuarsa) didefinisikan sebagai pesan-pesan yang diekspresikan secara sengaja melalui gerakan/tindakan/perilaku atau suara-suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa.
Prinsip-prinsip yang sangat penting untuk kegiatan komunikasi :
1. Prosesnya selalu dimulai dengan pemberian makna serta perumusan pesan dan diakhiri dengan pengiriman pesan.
2. Pesan-pesan nonverbal bisa diekspresikan secara tidak sengaja ataupun sengaja, dan secara sadar ataupun tidak. Jadi, secara tidak sengaja atau secara tidak sadar bisa saja pesan-pesan nonverbalnya keluar.
2.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal
Dalam kegiatan berkomunikasi terdapat enam fungsi bahasa nonverbal, fungsi-fungsi tersebut yakni:
Dan terdapat ciri utama komunikasi nonverbal, yaitu : 1. Isyarat nonverbal bersifat komunikatif. 2. Isyarat nonverbal bersifat kontekstual. 3. Isyarat nonverbal bersifat paket. 4. Isyarat nonverbal dapat dipercaya.
5. Isyarat nonverbal dikendalikan oleh aturan. 6. Isyarat nonverbal bersifat metakomunikasi.
2.3.1 Tiga Bagian Utama Komunikasi Nonverbal
1. Gerakan tubuh
a) Emblim (perilaku nonverbal yang langsung menggantikan bahasa verbal).
c) Affect display (isyarat nonverbal yang mengekspresikan emosi seseorang).
d) Regulator (isyarat nonverbal yang bersifat mengatur).
e) Adaptor (perilaku nonverbal yang berfungsi memuaskan kebutuhan tertentu).
2. Gerakan wajah
Pesan wajah dapat mengkomunikasikan kelompok emosi : kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan/penghinaan.
3. Gerakan mata
a) Mencari umpan balik.
b) Menginformasikan pihak lain untuk bicara. c) Mengisyaratkan sifat hubungan.
d) Mengkompensasi bertambahnya jarak fisik. e) Fungsi penghindaran kontak mata.
f) Pembesaran pupil mata.
Peran (strategis) media menyebarluaskan informasi (publik). Anggapan ini adalah tidak berdasar, kedua belah pihak, baik Humas maupun journalist (berbagai media) memiliki orientasi dan tujuan yang sama-sama mulia, dan keduanya pun didukung oleh etika profesi masing-masing, sebagai panduan dalam bertindak.
Beragam bentuk media bermunculan. lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang terjadi pada masa lampau. media semakin kondusif dengan UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, menjalankan fungsi komunikasi serta fungsi ekonomi, di tengah masyarakat yang membutuhkan media, UU no 32 tahun 2002 media televisi berkembang semakin pesat.
Sesungguhnya, dari perspektif komunikasi, tumbuh dan berkembangnya berbagai media merupakan indikator bahwa bahwa kita hidup sebagai bangsa yang kian demokratis. Kita memiliki berbagai sarana komunikasi untuk mengekspresikan pikiran dan pendapat kita.
Pemetaan media, membantu para praktisi Humas mengetahui gambaran/informasi karakteristik, jenis, serta kebijakan pemberitaan setiap media, sehingga bisa menentukan, bagaimana seharusnya berhubungan dan berkomunikasi dengan media.
Pemetaan media berfungsi untuk Menyusun, mengklasifikan serta membuat dokumentasi menyangkut profil media massa, misal, segmentasi khalayak yang berbeda berdasarkan geografis, status sosial ekonomi serta pendidikan.
Pemetaan media sangat bergantung pada sejauh mana praktisi Humas memiliki bekal berkaitan dengan riset dalam bidang media, baik riset kuantitatif maupun secara kualitatif.
2.4 Fotografi dan Ilmu Komunikasi
Bicara mengenai keindahan tidak akan terlepas dari yang namanya seni. Seni itu memiliki nilai relatif, yang tidak dapat di nilai sama baik, sama bagus dan sama indah oleh setiap/sekelompok orang.
Fotografi merupakan sebuah media yang digunakan untuk mendokumentasikan momen penting. Hal ini kita ketahui dari sejarah kehidupan manusia purba di zaman pra sejarah.
Pada zaman tersebut mereka memiliki aktifitas pada zamannya dari kehidupan pribadi sampai kehidupan masyarakat, mereka berusaha setiap apa yang mereka lakukan saat itu bisa mereka ceritakan kelak pada generasi mereka selanjutnya, karena keterbatasan ilmu pengetahuan saat itu mereka hanya mampu melakukan pekerjaan sebatas melukis pada dinding-dinding gua, menulis pada bebatuan, dan atau pada kulit hewan dan pepohonan.
bentuk-bentuk artistik pada benda-benda, ini dapat kita jumpai pada tempat-tempat bersejarah maupun foto atau gambar-gambar bergerak dalam sebuah film. Fotografi berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata Phos - Photo yang memiliki arti Cahaya, dan kata Graphien – Graphy yang memiliki arti tulisan/tulis /melukis, sehingga fotografi memiliki definisi :
1. Melukis dengan cahaya
2. Teknik membuat gambar sesuai dengan aslinya (dengan pengetahuan dasar mengenai sifat cahaya dan penemuan zat-zat kimia)
3. Sedangkan menurut : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi adalah seni dan proses penciptaan gambar dengan cahaya pada negatif dan permukaan yang dipekakan.
Negatif film/roll negatif yang biasa kita kenal, terbuat dari bahan selluloid/plastik transparan yang dilapisi bahan-bahan kimia, sedangkan permukaan yang dipekakan lainnya adalah kertas foto yang biasa digunakan oleh studio atau lab. cuci cetak pada umumnya.
2.4.1 Unsur dan Tujuan Fotografi
Dalam kegiatan pemotretan terdapat unsur-unsur yang mendukung terciptanya visual, unsur utama fotografi adalah cahaya, dengan 3 medianya, yakni :
1. Kamera 2. Lensa 3. Film
Gambar 2.1
Marka Jalan/Marka Lalu Lintas Sebagai Bahas Visual
2.4.2 Komunikasi dan Seni
Komunikasi memerlukan media untuk dapat berinteraksi, begitu pula berbicara mengenai fotografi, yang memiliki sifat sebagai karya dokumentasi (memerlukan objek) yang nyata, atau fakta sesungguhnya, memerlukan suatu bukti untuk dapat menyampaikan pesan kepada orang lain sehingga dapat berinteraksi secara baik.
Seni lukis dapat dilakukan oleh siapa saja baik ada atau tidak adanya media/objek/visual yang akan dilukis, dengan cara menggunakan imajinasi/daya khayal. Berbeda dengan seni fotografi tidak dapat terjadi apabila objek/visual potret tidak berwujud nyata. Media yang digunakan juga berbeda, telah disebutkan sebelumnya ada 3 media dalam fotografi yakni Kamera, lensa dan film, ketiga media tersebut harus ada untuk menghasilkan pekerjaan fotografi, sedangkan seni lukis medianya adalah kanvas/kertas gambar, spidol, pensil, cat & kwas, atau ballpoint gambar untuk menggoreskan kreatifitasnya.
2.5 Foto Dan Fotojurnalistik
Agar sebuah foto bisa menjadi sebuah media dokumentasi yang berisi informasi dan bisa diketahui oleh banyak pihak, foto membutuhkan sebuah tempat yang bernama media massa. Di dalam media massa inilah foto diolah menjadi sebuah berita untuk memberi ide, gagasan, atau tindakan kepada orang lain untuk melakukan perubahan. Foto yang memuat sebuah berita inilah yang acap kali dikenal dengan istilah foto jurnalistik.
Fotojurnalistik menghentikan waktu dan memberi kita gambaran nyata bagaimana waktu membentuk sejarah lewat sebuah kejadian. Fotojurnalistik menghubungkan manusia di seluruh dunia dengan bahasa gambarnya yang sesuai dengan fakta, sehingga fotojurnalistik menjadi alat terbaik untuk melaporkan sebuah peristiwa yang dialami umat manusia secara ringkas dan efektif.
Dalam dunia fotojurnalistik, efek yang ingin ditimbulkan oleh seorang pembuat fotojurnalistik adalah efek sosial dari sebuah efek visual yang dibuatnya, dan dari dalam sebuah fotojurnalistik yang tercipta tersimpanlah sebuah cerita perubahan jaman yang di masa depan akan menjadi sebuah sejarah.
Jurnalistik/Jurnalisme adalah kegiatan/pekerjaan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita/informasi melalui media massa. Foto adalah potret/gambar yang dibuat dan di hasilkan dengan sebuah alat bernama kamera dengan tujuan untuk menjadi sebuah alat penyimpan informasi (dokumentasi).
2.5.1 Foto Tunggal Dan Foto Seri
2.5.2 Teks Foto/Caption Foto
Teks foto adalah kata-kata yang menjelaskan foto. Teks foto diperlukan untuk melengkapi suatu foto. Tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.
Bila foto tersebut berasal dari luar, harus ditulis nama fotografernya atau sumber asal foto. Dengan memberi keterangan seperti, dokumentasi pribadi atau nama instansi. Tanggal pemotretan : 2014/7/22 (penanggalan ini untuk mempermudah pengelolaan database foto anda).
wajib diisi oleh setiap fotografer untuk keperluan dokumentasi. Karena dengan keterangan yang lengkap pengelolaan database foto akan lebih tertata. Selain itu akan memudahkan fotografer dalam mencari foto-foto yang pernah dibuat.
2.5.1.1Syarat-Syarat Teks Foto
Dalam memuat sebuah foto jurnalistik, yang disertai teks foto harus memuat beberapa syarat diantaranya :
1. Teks foto harus dibuat minimal dua kalimat
2. Kalimat pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya menjelaska data yang dimiliki,
3. Teks foto harus mengandung minimal unsur 5W + 1H, yaitu who, what, where, when, why dan how,
4. Teks foto dibuat dengan kalimat aktif sederhana (simple tense), 5. Teks foto diawali dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu
Gambar 2.2
Foto Tunggal
Foto : Ikbal Rachmat
Workshop UGM - Jakarta, 29/6, Workshop on Religion and Gender In Indonesia
yang diselenggarakan ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies)
program Doctoral untuk kelas Internasional Universitas Gajah Mada
diselenggarakan di Hotel Cipta, Jakarta, Rabu 6 Juni 2012, workshop tahun ini
terkait dengan penelitian terkait “Dakwahtainment” yang di lakukan oleh para
penceramah pada umumnya yang sering muncul di layar TV. Kali ini
dikhususkan penceramah Mamah Dedeh yang sering berdakwah di stasiun TV
Indosiar maupun ANTV, kegiatan ini diselenggarakan guna mengetahui fenomena
sosial yang terjadi dalam masyarakat mengenai manfaat dakwahtainment
khususnya bagi pengajian kaum ibu di tanah air. FOTO ICRS Media/Tim
Keterangan foto :
Hotel Cipta, Jakarta, 28/06 – Workshop UGM Yogyakarta = keterangan, tanggal foto, serta judul foto
1. ICRS-UGM Yogyakarat = who
2. Workshop ( Workshop on Religion and Gender In indonesia) = what 3. Di Hotel Cipta , Jalan Sabang, Jakarta = where
4. Rabu = when
5. kegiatan ini diselenggarakan guna mengetahui fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat kali ini untuk mengetahui manfaat dakwahtainment khususnya bagi pengajian kaum ibu di tanah air = How
6. FOTO ICRS Media/Ikbal/Workshop juni/DSC 0014/2012 = data foto, yang dimuat dikoran internal, yang di buat oleh Tim Media dan sudah diedit dan dilepas oleh editor serta tahun penyiarannya.
2.5.3 Foto Seri/Essay Photo
2.5.4 Jenis - Jenis Fotojurnalistik
Menurut Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation) Fotojurnalistik terkategori atas :
1. Spot Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh fotografer langsung
pada lokasi kejadian. Contohnya adalah foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan maka foto spot harus segera disiarkan. Fotografer harus memiliki
keberanian saat membuat foto serta dibutuhkan keberuntungan dalam hal posisi untuk mendapatkan sudut yang bagus. Memperlihatkan emosi subjek yang difoto untuk memancing emosi pembacanya juga.
Foto : Slideshare
2. General News Photo adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya yakni politik, ekonomi dan humor.
Gambar 2.5 General News Photo
Foto : Slideshare
Gambar 2.6
People in the News Photo
4. Daily Life Photo adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia di pandang dari segi kemanusiawiannya (human interest).
Gambar 2.7 Daily Life Photo
Foto : Slideshare
5. Portraiture adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.
perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet serta ahal lainnya.
7. Science and Technology Photo adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Art and culture photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya
Foto : Ikbal Rachmat
9. Social and Environment photo adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.
Gambar 2.9
Social and Environment photo
2.6 Public Realtions/Humas
Menurut Edward Bernays dalam Indrawadi Tamin public Relations is the
relations of an individual, association, government or corporation with the
publics with it must take into consideration in carrying on its social function,
yang diterjemahkan sebagai hubungan publik/humas adalah hubungan individu,
asosiasi, pemerintah atau korporasi dengan publiknya yang harus
mempertimbangkan fungsi sosial dalam menjalankannya.
2.6.1 Fungsi Public Relations
Menurut pakar Humas Internasinal, Cutlip & Centre, and Canfield (1982)
dalam Rosady Ruslan fungsi Public Realtions diantaranya sebagai berikut:
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan
bersama (fungsi melekat pada menejemen lembaga/organisasi)
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini,
persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang
diwakilinya, atau sebaliknya
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumba saran kepada
pimpinana manajemen demi tujuan dan manfaat bersama
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya
atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah
pihak.
2.6.2 Ruang Lingkup Public Relations
Ruang lingkup tugas PR dalam sebuah organisasi lembaga antara lain
meliputi aktivitas sebagai berikut :
1 Membina hubungan ke dalam (public internal), yang dimaksud
dengan public internal adalah public yang menjadi bagian dari
2 Membina hubungan keluar (public eksternal), yang dimaksud public
eksternal adalah public umum (masyarakat). Mengusahakan
tumbuhnya sikap dan gambaran public yang positif terhadap
lembaga yang diwakilinya.
Secara operatif Humas merupakan fungsi khusus manajemen. Artinya,
PR/Humas membantu memelihara aturan bermain bersama melalui saluran
komunikasi kedalam dan keluar, agar tercapai saling pengertian atau kerja sama
antara organisasi dan publiknya. Selain itu berfungsi untuk menanggapi opini
public mengenai kebijaksanaan yang dibuat serta memenuhi fungsi manajemen,
yaitu untuk memonitoring, mengantisipasi dan memanfaatkan berbagai
kesempatan serta tantangan atau perbahan yang terjadi di dalam masyarakat atau
publiknya.
Humas atau Public Relations adalah menilai sikap masyarakat (public) agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi atau
instansi. Humas terkait langsung dengan fungsi top manajemen. Fungsi
kehumasan dapat berhasil secara optimal apabila berada langsung dibawah
pimpinan atau mempunyai hubungan langsung dengan pimpinan atau tertinggi
pada orgtanisasi atau instansi bersangkutan. Untuk mengatasi kemungkinan
buruk, PR/Humas akan menjalankan fungsinya yaitu menjaga citra dan nama baik
organisasi dengan menggunakan cara-cara edukatif dan informatif serta persuasif,
yang mengandung arti suatu ajakan atau imbauan bukan merupakan paksaan.
2.6.3 Kemampuan PR Officer
Menjadi seorang PR/Humas harus memiliki empat kemampuan,
diantaranya yaitu:
1. Memiliki kemampuan mengamati dan menganalisa suatu persoalan
berdasarkan fakta di lapangan, perencanaan kerja, komunikasi dan
2. Kemampuan untuk menarik perhatian, melalui berbagai kegiatan publikasi yang kreatif, inovatif, dinamis dan menarik bagi publiknya sebagai target sasaran.
3. Kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum 4. Kemampuan menjalin suasana saling percaya
2.6.4 Program Kerja dan Aktivitas Humas
Tujuan umum dari program kerja dan berbagai aktivitas Public Relation atau Humas di lapangan adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara
organisasi/perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder-sasaran khalayak yang terkait. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya citra positif, kemauan baik, saling menghargai, saling timbul pengertian, toleransi antara kedua belah pihak.
Perencanaan, pengorganisasian, pengkomunikasian hingga pengevaluasian suatu program kerja PR/Humas melalui berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh public relation, contohnya special events, social marketing PR, advertising PR, press & media relationship, business comunication PR, marketing PR, crisis management & complaint handling PR, PR writing, PR campaign dan lain sebagainya.
Scott M. Cutlip & Allen H. Center (Prentice-Hall, Inc. 1982:139), dalam Rosady menyatakan bahwa proses perencanaan program kerja melalui “proses empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja kehumasan adalah sebagai berikut :
1 Penelitian dan mendengarkan (research-listening)
Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan opini, sikap dan reaksi
2 Perencanaan dan mengambil keputusan (planning-decision)
Dalam tahap ini sikap, opini, ide-ide dan reaksi yang berkaitan dengan kebijaksanaan serta penetapan program kerja organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak yang berkepentingan mulai diberikan.
3 Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (comminication-action)
Informasi yang berkenaan dengan langkah-langkah yang akan dilakukan dijelaskan sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap
penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya. 4 Mengevaluasi (evaluation)
Pihak public relations/Humas mengadakan penilaian terhadap hasil-hasil dari program-program kerja atau aktivitas humas yang telah dilaksanakan. Termasuk mengevaluasi keefektivitasan dari teknik-teknik manajemen dan komunikasi yang telah dipergunakan.
Membina Hubungan Media dan Pers (media & pers relations) merupakan sebagai alat, pendukug atau media kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi humas dengan pihak publik. Karena peranan hubungan media dan pers dalam kehumasan tersebut dapat sebagai saluran (channel) dalam penyampaian pesan maka upaya peningkatan pengenalan (awareness) dan informasi atau pemberitaan dari pihak publikasi humas merupakan prioritas utama, hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi pers adalah kekuatan pembentukan opini (power of opinion) yang sangat efektif melalui media masa.
Definisi press relations menurut Rosady Ruslan, adalah suatu kegiatan
dari pihak public relations untuk melakukan komunikasi penyampaian pesan, atau informasi tertentu mengenai aktifitas yang bersifat kelembagaan, perusahaan/institusi, produk dan hingga kegiatan bersifat individual lainya yang perlu di publikasikan melalui kerjasama dengan pihak pers atau media massa
memperoleh “citra yang baik” pula dari pihak publik sebagai khalayak sasaranya (target audience) dan masyarakat luas lainya.
Publik relations dalam upaya menyebarkan pesan, informasi, publikasi
hingga mengeluarkan berita (news and press release) yang dapat bekerja sama dengan pihak pers/wartawan menggunakan formula, Avoid publicities and
withdrawal news negative (hindari publisitas dan berita negatif). Artinya pihak
pejabat humas/PRO harus dapat memilah-milah dengan pasti mana diantara informasi dan publikasi, atau berita tersebut yang boleh direlease (disiarkan), atau mana diantara informasi tersebut tidak boleh diketahui secara umum, dan bahkan
tertutup untuk kalangan pers/wartawan.
Humas dan pers biasanya muncul semacam pertentangan antara kedua belah pihak saat menunaikan tugasnya masing-masing. Pertentangan yang terjadi atau saling berprasangka buruk antara pihak humas dan pers dapat diatasi seandainya hubungan itu berlandaskan kepada prinsip-prinsip keterbukaan, serta saling menghargai peran satu sama lainya dan saling mendukung. Serta setiap
2 Kontak Informal (tidak resmi) : publikasi atau pemberitaan di media massa tidak dapat dikontrol penuh oleh pihak humas (uncontrolled), karena yang membuat inisiatif membuat atau mengendalikan berita ada ditangan wartawan yang bersangkutan.
2.6.5 Jenis dan media Public Relations
Pada umumnya ada dua jenis media yang sering dipergunakan dalam aktifitas publikasi dari Public Relations yakni media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas (Above The Line) diantaranya sebagai berikut.
Harga murah, berita menyeluruh, lengkap dan dapat menyebar secara cepat serta efektif. Tetapi mempunyai kelemahan, seperti : Komunikasi searah, umur atau jangka waktu berlakunya relatif pendek/rentang hidupnya pendek (short life span).
2 Media elektronik (broadcast media), seperti Stasiun Radio dan TV,
baik di pemerintahan (TVRI dan RRI) maupun swasta (RCTI, SCTV, ANTV, dll). Kelebihannya : pesan mudah didengar dan diingat pemirsanya, (visualnya lebih hidup) serta kecepatan penyampaian berita dan pengaruhnya cukup tinggi. Kelemahannya :
relatif lebih mahal (high cost), pengaruhnya langsung, khususnya dapat bersifat negatif, dll.
Menurut Frank Jefkins (1988:154) dalam Rosady terdapat lima model utama mengenai House Journal, yaitu The Sales Buletin, The Newsletter, The Magazine, The Tabloid Newspaper, The Wall Newspaper. Selain itu terdapat House Journal, yang berbentuk media elektronik yang baru dipakai mulai tahun 1980-an dan kini banyak digunakan dikalangan lembaga atau perusahaan-perusahaan tertentu, seperti melalui saluran media (electronic channel media).
1 Video Cassets, media elektronik berbentuk kaset rekaman video gambar atau film dokumentasi yang diproduksi dan didistribusikan untuk dipasang melalui TV monitor ditempat yang strategis dan mudah dilihat, atau dipresentasikan ke khalayak.
2 Audio Cassets Tape, informasi atau berita-berita yang direkam menggunakan pita rekaman yang berisikan pidato, instruksi, pesan-pesan tertentu, dan kemudian didistribusikan kepada karyawan, pelanggan, atau relasi bisnis.
3 Viewdata House Journal, media surat kabar elektronik yang mempergunakan perangkat saluran TV atau komputer untuk dapat mengakses informasi atau berita-berita tertentu.
Jenis media yang digunakan Humas tersebut diatas biasanya tergolong
membangun suatu pengaruh, pendidikan, pengenalan, pengertian atau pemahaman, tetapi memiliki kelemahan, seperti biayanya cukup mahal dan tidak merata dalam penyampaian pesan dan informasinya, karena keterbatasan tempat, waktu dan publik sebagai sasarannya.
Jenis media lini bawah yang digunakan Humas antara lain berbentuk : Presentasi pengenalan, Peduli masyarakat sekitarnya, Pameran, Berupa Display barang, penjualan secara langsung dengan menawarkan langsung produk kepada konsumen, membentuk alat pendukung kampanye Humas (Promosi atau barang cetakan), Jenis Media Internal Humas (In-house journal) antara lain Magazine (majalah) bulanan dan mingguan, tabloid dan bulletin perusahaan, News Letter (siaran berita) press release (Siaran publisitas dasar, Siaran publikasi produk, dan siaran keuangan) dan photo press. Media Internal ini berfungsi sebagai media penhubung komunikasi internal dan eksternal, sebagai ajang komunikasi khusus antar karyawan, sebagai sarana media untuk “pelatihan dan pendidikan” dalam bidang tulis menulis bagi karyawan sehingga terdapat nilai tambah bagi departemen Humas/PR.
2.6.5.1 In-House Journal Dan PR Writing
Dalam setiap penerbitannya, media internal humas melalui beberapa teknis pembuatannya, teknis-teknis ini meliputi kegiatan berupa :
1. Teknik menulis Naskah Humas/PR
Bentuk-bentuk penulisan naskah kehumasan (PR Writing) yang masing-masing memiliki karakter dan gaya penulisan (style) yang berbeda, yaitu : Naskah (Script), Siaran (Release), Laporan (Report), Profil (Profile), Promosi (Promotion).
2. Kiat, Teknik, dan Tujuan Penulisan Naskah Kehumasan, meliputi : a. Praktisi PR memerlukan persiapan yang cukup ketika mulai
menggarap suatu tulisan, gaya bahasa, suatu topik atau isu, dan hingga merancang tujuan publikasi, serta strategi pesan yang hendak dicapai pada sebuah tulisan tersebut.
c. Bahasa yang dipergunakan harus mudah difahami dan sesuai
dengan acuan penulisan/bentuk bahasa baku yang
dipergunakan.
d. Eksklusifitas
e. Latar belakang penulisan (background).
f. ASSETO Formula (Audience, Structure, Style, Editing, Topic,
Objective).
g. SOLAADS (Subject, Organization, Location, Advantage,
Application, Details, Sources).
3. Tulisan yang Menarik
Beberapa hal diperlukan teknik tertentu untuk menjadikan sebuah
tulisan menarik, antara lain, Narasi, Deskripsi, Kalimat aktif dan
langsung, dan Eksposisi.
Berikut ini beberapa bentuk In-House Journal Dan PR Writing yang biasa
dipergunakan dalam media public relations, sebagai berikut :
1. Media Publik Relations
Fungsi dari In House Journal (House Organ) sebagai media PR atau
Media Internal Perusahaan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu
media komunikasi, informasi, pendidikan, hiburan dan media
pengetahuan. Isi majalah perusahaan biasanya terdiri dari beberapa
hal, yaitu Master head, daftar isi majalah, kolom pembuka, Cover,
Editorial atau tajuk rencana, Iklan. Jenis media publikasi yang
digunakan perusahaan untuk menyampaikan pesan kepada publiknya
serta mampu meningkatkan citra, antara lain : House Jornal, Printed
Material, Media pertemuan (event), Broadcasting Media dan
Internet, Media Sarana Humas/PR, Media Personal.
2. Company Profile
perusahaan, susunan komisaris, jajaran direksi, sistem/struktur organisasi dan menejemen, jumlah kantor cabang yang sudah ada, jenis produk/barang yang dikelola, dsbnya.
Daftar isi Company Profile, biasanya berisikan : Introduksi, Kata Pengantar atau sambutan dari dewan Komisaris/direktur utama,
Sejarah, dan Struktur Organisasi Perusahaan, Produk barang atau jasa yang ditampilkan, Kinerja dan Menejemen perusahaan, Nilai asset dan kekayaan perusahaan, Prospek dan tantangan yang dihadapi perusahaan pada saat sekarang dan di masa-masa
mendatang (dapat berupa anilisa SWOT), Daftar Kantor Cabang, Alamat, Telepon, dsbnya.
3. Annual Report
Sebuah Annual report harus menggambarkan cerita sukses perusahaan untuk menarik minat investor. Diterbitkan sedemikian rupa, menggambarkan kinerja perusahaan, memperlihatkan bahwa perusahaan tersebut dikelola secara professional, menjadi salah satu piranti media komunikasi untuk menarik mitra usaha, berisikan laporan singkat dan sajian catatan tahunan keuangan perusahaan, secara periodik, diadakan lomba penampilan dalam kegiatan “annual report award”, pembentukan tim perencana pembuatan “Annual report publication”.
4. Prospektus
Merupakan salah satu produk publikasi yang tengah menjadi trend di suatu perusahaan yang akan “Go public” dan menjual sahamnya si Pasar Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Pasar Bursa Surabaya (PBS).
Salah satu kegiatan PR adalah dokumentasi dan kliping yaitu berkaitan dengan menelaah, menganalisis, dan kemudian mengevaluasi perkembangan bisnis dari perusahaan, aktifitas, dan program acara tertentu baik komersial dan non komersial yang dipublikasikan dalam media massa dan non massa. Manfaat dari pembuatan dokumentasi dan kliping ialah sebagai bahan informasi terkini,
sebagai bahan referensi tertentu dan data/informasi penunjang, sebagai pedoman atau acuan, sebagai sumber informasi dan data pesaing, sebagai tolak ukur tentang keberhasilan, sebagai media komunikasi internal, sebagai dokumentasi perusahaan/lembaga.
Selain dokumentasi dan kliping PR/Humas juga memiliki special events (kegiatan khusus PR/Humas) yang merupakan salah satu kiat untuk menarik perhatian media pers dan publik terhadap perusahaan atau produk tertentu yang akan ditampikan dalam acara tersebut. Bentuk Special Events yang dilakukan, antara lain Fair, Festival, Parade, Seminar, Open house. Event (acara/peristiwa) yang dikenal dalam aktivitas kehumasan antara lain :
a Calendar of event. b Momentum event.
c Special events (acara suatu peresmian, acara peringatan tertentu, acara komersial).
Keberhasilan special event ini berkaitan dengan penyusunan jadwal, personel yang terkait, tujuan dari special event tersebut (pengenalan “awareness”, suatu proses publikasi melalui komunikasi timbal balik, memperlihatkan iktikad baik dari lembaga/produk yang diwakilinya, mempertahankan penerimaan masyarakat, memperoleh rekanan atau pelanggan baru)
Sebagai alat promosi Humas/PR dapat menggelar pameran yang secara
komunikologis yaitu dapat menyebarkan suatu peran, informatif, persuasif, dan sebagai sarana komunikasi yang membuat publik tetap menjadi ingat dan mengerti apa yang ditampilkan pada suatu pameran tertentu. Pameran merupakan kegiatan yang menunjukkan sesuatu kepada orang banyak mengenai kelebihan
1. Berdasarkan jenisnya pameran terbagi dua, yaitu Pameran Barang dan Pameran kegiatan/jasa.
2. Berdasarkan sifatnya ada tiga jenis pameran, yaitu Pameran khusus, Pameran bersama, dan Pameran umum.
3. Berdasarkan frekuensinya, yaitu Pameran berkala, Pameran Insidental
4. Berdasarkan lingkup Geografis, yaitu Pmeran local, pameran nasional, dan Pameran Internasional (Exposition “EXPO”)
2.7 Citra
Pada umumnya setiap organisasi atau perusahaan memiliki tujuan organisasi/perusahaan, yang hal ini juga dipengaruhi oleh faktor citra. Citra sendiri bernilai abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari penilaian, baik berupa tanda respek dan rasa hormat dari publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap organisasi atau perusahaan tersebut dilihat sebagai sebuah badan usaha yang dipercaya, professional, dan dapat diandalkan dalam pembentukan pelayanan yang baik.
Tugas PR itu sendiri adalah menciptakan citra organisasi yang diwakilinya sehingga tidak menimbulkan isu-isu yang merugikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:667), citra adalah pemahaman kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Sedangkan menurut Linggar dalam Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya (2000:69), bahwa “citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.”
Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa citra adalah sesuatu yang ditonjolkan secara nyata yang timbul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang ada. Citra yang dimaksud disini adalah kesan yang ingin diberikan oleh perusahaan kepada publik atau khalayaknya agar timbul opini publik yang positif tentang perusahaan tersebut.
Menurut Ruslan dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen
“Nilai-nilai kepercayaan yang konkritnya diberikan secara individual dan
merupakan pandangan atau persuasi, serta terjadinya proses akumulasi dari
individu-individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk
membentuk suatu opini publik yang lebih luas dan abstrak, yaitu sering
dinamakan citra atau image.”
Frank Jefkins dalam Public Relations (dalam Munandar, 2004:17-19)
mengemukakan bahwa ada beberapa jenis citra yang penting untuk diketahui oleh
seorang PR. Jenis-jenis citra tersebut adalah :
1. Citra Bayangan (Mirror Image)
adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar
terhadap organisasinya.
2. Citra Yang Berlaku (Current Image)
adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar
mengenai suatu organisasi atau perusahaan.
3. Citra Yang Diharapkan (Wish Image)
adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra
yang diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang
ada.
4. Citra Perusahaan (Corporate Image)
adalah citra dari suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jadi
bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini
terbentuk oleh banyak hal. Hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu
perusahaan, antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang
gemilang dan lain sebagainya.
5. Citra Majemuk (Multiple Image)
Citra ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi atau perusahaan
yang memiliki banyak unit dan pegawai (anggota). Masing-masing unit
dan individu memiliki perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara
sengaja atau tidak sengaja, mereka pasti memunculkan suatu citra yang
belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara
Kelima jenis citra tersebut penting untuk diketahui oleh seorang PR, yakni
untuk mengetahui penilaian terhadap organisasi atau perusahaan tersebut yang
tidak hanya dilihat dari segi fisiknya saja tetapi juga yang tidak terlihat namun
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain tipe penelitian kualitatif dengan fokus
kajian mengenai Fotografi Kehumasan Sebagai Media Pembentukan Citra Yang
Baik (Studi Ekploratori Fotografer Kehumasan), maka penelitian ini
menggunakan metode studi deskriptif, dengan pendekatan eksploratori.
3.2 Sumber Data
Jenis sumber data menurut H.B. Sutopo (2002:53) secara menyeluruh
meliputi manusia (responden), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda
termasuk beragam gambar dan rekaman, serta dokumen maupun arsip. Informasi
tersebut akan digali dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan
dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:
a) Key Informan atau narasumber dalam penelitian ini yakni
fotografer kehumasan Bapak Benny S. Butar-butar M.Si, VP Corp.
Communications Garuda Indonesia.
b) Adapun Informan pada penelitian ini, yakni fotografer media
Indonesia, yakni Bapak Hariyanto dan Bapak Panca Syurkani dari
Dari Balik Lensa
c) Arsip atau dokumen resmi sebagai data pendukung yang dapat
memperjelas data utama, berupa materi seminar dan workshop dan
foto – foto bidang kehumasan dan liputan jurnalistik.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
1. Wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan
wawancara percakapan informal dengan sifat sangat terbuka dan
sangat longgar (tidak terstruktur).
2. Observasi, dilakukan peneliti dalam hal ini bersifat observasi non
partisipan, dengan cara melakukan observasi pengumpulan data dan
informasi tanpa melibatkan diri, atau tidak menjadi bagian dari
lingkungan/organisasi yang diamati. (Rosady Ruslan, 2004:36).
3.3.2 Data Sekunder
Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data sebagai penguat data
primer yakni data sekunder yang diperoleh dari :
1. Dokumentasi dan Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data dengan mempelajari dokumen, hasil karya
fotografi baik bidang kehumasan maupun fotografi Jurnalistik
sebagai hasil pemotretan dari para nara sumber, arsip-arsip, dan
literatur lainnya yang relevan.
2. Perekaman
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membuat
perekaman dengan menggunakan gambar hidup maupun gambar
diam (foto) serta perekaman audio (suara).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi data (sering kali juga
disebut dengan triangulasi sumber), yaitu cara membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi atau data yang telah diperoleh melalui
wawancara dengan data sekunder berupa dokumen-dokumen terkait. Dari sini,
peneliti akan sampai pada salah satu kemungkinan yakni data yang diperoleh
ternyata konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan. Dengan cara begini peneliti
kemudian dapat mengungkapkan gambaran yang lebih memadai (beragam
perspektif) mengenai gejala yang diteliti (Pawito, 2007:99).
Pengambilan sampel dengan cara Nonprobability Sampling, yakni teknik
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun cara yang dilakukan
dalam pengambilan sampel ini adalah Purposive Sampling (Sampel Purposif),
yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. (Rosady Ruslan, 2004:36).
Kriteria dari informan yang akan diwawancara ialah orang yang
mengetahui tentang pembuatan fotografi kehumasan, pakar atau ahli fotografi dan
baik forografi jurnalistik maupun fotografi kehumasan.
3.5 Analisa Data
Dalam proses analisis kualitatif, menurut Miles & Huberman (dalam
Sutopo, 2006:113) terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar
dipahami, yaitu:
1. Reduksi data, merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi dari semua catatan lapangan (fieldnote).
2. Sajian data, merupakan narasi mengenai berbagai hal yang terjadi
atau ditemukan di lapangan, untuk berbuat sesuatu pada analisis.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, merupakan hasil akhir dari
suatu penelitian kualitatif, dengan berusaha untuk memberikan
makna yang penuh dari data yang terkumpul, dengan model analisis
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Dasar Analisis
Fotografi merupakan seni melukis dengan cahaya, dengan tujuan
menterjemahkan bahasa non verbal atau bahasa visual. Terkait dengan tool of PR
dimana PR memiliki peran dalam pembentukan citra, maka perlu diketahui
bagaimana fotografi kehumasan sebagai media pembentukan citra yang baik
(studi ekpsloratori fotografer kehumasan) dapat menjadi bagian dengan hasil
visual yang diciptakan.
1.2 Bagaimana relevansi fotografi dengan PR sehingga adanya fotografi
kehumasan
Saat ini peran humas baik bagi internal maupun eksternal perusahaan yang
utama adalah menjadi jembatan antara kepentingan perusahaan dengan karyawan
ataupun perusahaan dengan pihak luar, dengan keterampilannya dalam menyikapi
segala hal yang dapat membentuk citra perusahaan, terutama sitra yang baik dan
positif walau terkadang perusahaan dalam kondisi citra negatif bagi publiknya.
Dalam menjalankan perannya humas memiliki perangkat/alat yang
digunakan sebagai dasar melaksanakan tanggung jawabnya, yang di kenal dengan
tool of PR. Tool of PR ini diantaranya adalah : External Media, Internal, Media
Relations, Community Relations, Government Realtions, Using Photograph,
Working With Individual Group, Using Advertising, Other Publicity Dan Direct
Methods Of Communication.
Berangkat dari hal inilah PR bekerja, diantara tool of PR tersebut adanya
Using Photograph. Menurut Benny “terdapat irisan antara fotografi dan Public
Relations, bahwa Foto dan ilustrasi merupakan bantuan penting bagi hubungan
masyarakat, foto dapat mengurangi kebosanan dan foto itu sendiri memiliki unsur
melalui foto, sehingga poin pertama yang harus diapresiasi adalah bahwa
foto selalu memberi keaslian”.
“Foto memberikan sebuah kekuatan dalam sebuah gambar, dimana gambar
dalam tersebut dapat menceritakan segala hal yang terjadi, dapat menjelaskan
apapun yang terjadi”, lanjut Benny. Senada dengan hal tersebut bahwa fotografi
dapat menggantikan ribuan bahkan jutaan kata hanya dengan sebuah foto,
sehingga dalam hal ini foto benar-benar memiliki kekuatan yang luar biasa,
dimana sebuah foto dapat memberikan gambaran nyata bagaimana waktu
membentuk sejarah lewat sebuah kejadian.
Fotografi pada kegiatan PR sering digunakan untuk mendukung kegiatan
press release. Menurut Benny “jenis gambar dan foto yang bagus untuk sebuah
siaran pers, tersebut diantaranya, adanya logo. Logo penting untuk disertakan
dengan siaran pers, dimana logo menarik perhatian dan menambahkan branding.
Bagan dan infografis dapat menyampaikan banyak gagasan dalam satu gambar.
Memanfaatkan penggunaan foto, dimana dalam siaran pers online penggunaan
multimedia termasuk foto diantaranya digunakan sepanjang kegiatan pers online
tersebut dipublikasikan/di onlinekan. Selalu gunakan caption foto untuk memberi
konteks pada foto, dan caption foto yang bagus tidak boleh melebihi 45 kata.
Gunakan rumusan 5 W (siapa, apa, dimana, kapan, dan mengapa) dan sertakan
Berikut contoh foto “Event Documentation (Benny)”
Gambar 4.1
Event Documentation (fotografi kehumasan)
Gambar 4.2
Event Documentation (fotografi kehumasan)
Gambar 4.3
Berikut contoh foto “Corporate Documentation (Benny)”
Gambar 4.4
Corporate Documentation (fotografi kehumasan)
Gambar 4.5
Berikut contoh foto “Corporate Documentation (Benny)”
Gambar 4.6
Corporate Documentation (fotografi kehumasan)
Gambar 4.7
Pendapat yang juga disampaikan oleh Haryanto atas keterkaitannya bidang
fotografi dengan PR sehingga adanya fotografi kehumasan “bahwa kegiatan
fotografi kehumasan berangkat dari kegiatan fotografer jurnalistik, yang
menyajikan foto-foto yang memiliki “news value”, dimana foto yang diambil
bukan hanya dapat memperkuat pemberitaan namun foto-foto dalam pemberitaan
tersebut memiliki manfaat bagi khalayak. Apabila foto yang diperoleh memiliki
nilai “biasa”, maka foto tersebut tidak layak disajikan, begitu pula dengan
fotografi kehumasan dimana foto juga memiliki andil untuk menciptakan citra
perusahaan atau jasa dari produk yang dihasilkan”.
Sehingga dari dasar tersebut dapat diberikan sebuah pembenaran bahwa
fotografi sangat terkait dengan bidang kehumasan, selain sebagai tool of PR
fotografi juga mendukung tugas PR, perlunya keahlian dalam bidang fotografi
bagi seorang PR officer, yang bukan dapat memahami teknis penggunaan kamera
foto, teknik pemotretan agar dapat memberikan hasil foto yang baik dan fotografis
namun juga memahami peran PR itu sendiri sehingga dapat memberikan
gambaran melalui hasil fotografi yang dilakukan untuk konteks hubungan
masyarakat.
1.2 Bagaimana peran fotografi dalam membuat citra yang baik ?
Kegiatan humas menjangkau pihak internal dalam sebuah organisasi
maupun perusahaan hingga pihak eksternal perusahaan. Kegiatan ke dalam
perusahaan lebih diperuntukan bagi seluruh karyawan di berbagai divisi sebuah
perusahaan, sedang pihak eksternal umumnya berhubungan langsung dengan
berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan namun dapat juga pihak lainnya
yang tidak memiliki hubungan langsung dengan perusahaan semisal dalam
kegiatan tanggung jawab sosial.
Dalam kontek ini Benny menyampaikan bahwa “fotografi adalah adalah
seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film, fotografi berarti proses
atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan
merekamnya, dewasa ini, fotografi menjadi lazim sebagai media komunikasi dan
Public Relations (PR) adalah proses komunikasi strategis yang membangun
hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan publik mereka. PR
merupakan cara suatu organisasi, perusahaan, berkomunikasi dengan publik dan
media. Pesan yang dikomunikasikan kepada target audiens bertujuan menciptakan
dan menjaga reputasi dan citra positif sehingga mampu mengurangi
ketidakpastian”.
Lebih jauh Benny menjelaskan bagaimana citra baik/positif melalui
fotografi dapat diperoleh, dijelaskan bahwa ada perbedaan antara fotografi
kehumasan dengan fotografi periklanan, dimana keduanya sama-sama
membangun sebuah citra yang baik bagi publik eksternalnya, diantaranya,
fotografi PR adalah tentang menghasilkan fotografi editorial yang menempatkan
klien dalam cahaya yang menguntungkan dan meningkatkan pengenalan nama
mereka, sedangkan fotografi periklanan mencoba menjual sesuatu. Fotografi PR
hanya menggunakan fotografi editorial dan bukan fotografi iklan, karena secara
langsung akan mempengaruhi kredibilitas mereka, dimana fotografi editorial
mencoba memberikan informasi”.
Menurut Benny ada 4 alasan mengapa PR harus menggunakan foto dalam
membuat citra baik, yakni orang bereaksi terhadap foto secara instan, foto lebih
menarik dan menjaga pembaca, penglihatan oleh mata secara visual
mempengaruhi otak dan ruang berita membutuhkan gambar yang bagus. Ketika
semua unsur tersebut terpenuhi dari unsur foto citra yang baik bagi sebuah
organisasi atau perusahaan akan secara pasti dapat tercipta.
Membuat citra yang baik menurut Panca Syurkani juga dapat didukung
dari hasil gambar yang diperoleh dari sebuah pemotretan yang baik. Panca
menyampaikan bahwa “Surat kabar, terutama mingguan, sangat membutuhkan
foto bagus, stasiun TV membutuhkan gambar. Cerita tanpa gambar dapat
menguragi minat membaca, dengan menyajikan potongan kecil sebagai
gambar/foto yang biasa digunakan pembawa berita mengatakan satu atau dua
kalimat tentang sebuah cerita maka dapat dipastikan foto yang bagus tersebut
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan terkait fotografi kehumasan sebagai media pembentukan citra
yang baik (studi ekploratori fotografer kehumasan) antara lain :
1. Fotografi mendukung kegiatan PR diantaranya dalam penyajian press
release, hal ini berangkat dari tool of PR yang menggunakan fotografi
sebagai salah satu medianya.
2. Perlunya memiliki keahlian teknis dan operasional terkait fotografi
bagi PR Officer, dimana aspek fotografi bagi kehumasan perlu
menyajikan hasil visual yang fotografis.
3. Fotografi menciptakan ranah fotografi kehumasan sebagai bentuk
keterkaitannya sebagai karya dokumentasi yang nyata sehingga citra
baik bagi organisasi atau perusahaan dapat terlihat langsung.
5.2 Saran
Adapun saran terkait penelitian fotografi kehumasan sebagai media
pembentukan citra yang baik (studi ekploratori fotografer kehumasan) antara lain :
1. Perlunya melakukan branding terkait fotografi kehumasan yang
menjadi salah satu tool of PR sehingga fotografi kehumasan dapat
lebih dikenal oleh khalayak.
2. Fotografi kehumasan memiliki peran dalam membentuk citra baik
sehingga para PR officer perlu membekali dengan keahlian dalam
bidang fotografi maupun kemampuan operasional penggunaan kamera
Ardiansyah, Yulian, 2005, Tips & Trik Fotografi, Jakarta : Grasindo.
Ardianto, et al., (2012), Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Bandung :
Simbiosa Rekatama Media.
Breakenridge, deirde, 2008. PR 2.0 : new media, new tools, new audience. new
jersey: pearson education
Broom, Cultip & Center, Effective Public Relations. 10th ed. New Jersey: Pearson
Pretince Hall
Brown, Rob. 2009. Public Relations and the social web: how to use social media
and web 2.0 in communication. london:kogan page
Freeman, John and Steve Luck, Digital and Classic Photography, 2009,
Blackfriars Road, London : Anness Publishing.
Freeman, Michael, 2010, The Photographer's DSLR Pocketbook, United
Kingdom : ilex Press.
Giwanda, Griand., 2001, Panduan Praktis Belajar Fotografi, Jakarta : Puspa
Swara.
Hamidi., (2010), Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Malang : UMM Press.
Jefkins Frank, 2004. Public Relations, Terjemahan oleh Haris Munandar, Jakarta:
Erlangga.
McGovern, Thomas, 2003, Fotografi Hitam Putih, Jogyakarta : Andi.
Morris, trevor & simon goldsworthy. 2012. pr today; the autoritative guide to
public relations UK; palgrave mcmillan.
Raco, J, R., (2010), Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya, Jakarta : PT Grasindo.
Ruslan, R., (2004), Metode Penelitian : Public Realtions dan Komunikasi, Jakarta
: PT RajaGrafindo Persada.
________, (2012), Manajemen Public Relations & Media Komunikasi – Konsepsi
Dan Aplikasi, Depok : Rajawali Press.
Soedarso., (1992), Seni Patung Indonesia, Yogyakarta : BPISI.
________., (2006), Trilogi Seni : Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni,
Yogyakarta : BPISI.
Soelarko, Prof. Dr. R.M., 1982. Teknik Modern Fotografi, Bandung : PT. Karya
Nusantara.
Soetedja, Z, et al., (2014), Seni Budaya X, Jakarta : Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Susanto, M., (2002), Diksi Rupa : Kumpulan Istilah Seni Rupa, Yogyakarta :
Kanisius.
Swedlund, Charles, 1974, Photography, Hand Book Of History, Materials and
Processes, Carbondale : Holt Rinehart Winston, Southern Illinois
University.
Tamin, Indrawadi, 2012, Public Relations ; Mitos dan Realitas, Jakarta : Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul.
Sumber lain :
• http://kamusbahasaindonesia.org
• Modul pembelajaran fotografi Fikom Esa Unggul
Lampiran 1. Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Ikbal Rachmat, ST, MT
2 Jenis Kelamin Laki - laki
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP/NIK/Identitas Lain 0202090213
5 NIDN 0320107801
6 Tempat Tanggal Lahir Jakarta, 20 Oktober 1978
7 E-mail ikbal.rachmat@esaunggul.ac.id
8 No. HP 08561044021
9 Alamat Kantor Jl. Terusan Arjuna No 9 Kebon Jeruk Jakarta
Barat
10 No. Telp/Faks 021. 5674223 / 021 5674159
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= 50 Orang
1. Perkembangan Teknologi Komunikasi 2. Globalisasi Industri Media
12 Mata Kuliah yang Diampu
3. Fotografi
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UNIVERSITAS ESA
UNGGUL
UNIVERSITAS MERCU BUANA
-
Bidang Ilmu Teknik Industri Telekomunikasi -
Tahun Masuk – Lulus 1997- 2002 2009- 2012 -
Judul Skripsi/Thesis Analisa dan
Perencanaan Strategi PT.Telkom di DCSBarat Area Regional II Jakarta.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,dan Disertasi)
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah
1 2014
“GERAKAN SOSIAL DI
INDONESIA: Identifikasi Kekerasan - Nonkekerasan dalam Laman dan Media Sosial terhadap Isue-isue Nasional dan
Global Komunikasi Organisasi
Masyarakat”
DRPM Ristek Dikti
50.000.000
2 2015
Sebagai Pengelolaan Dokumen Rekam Audio Visual ; Studi Exploratory Penerapan P3 Dan SPS Pada Program Pesbukers ANTV
Dikti
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber Jumlah
1 2012 Pelatihan Dokumentasi dengan fotografi Mandiri 200.000
2 2013 Pelatihan Dokumentasi dengan fotografi Mandiri 200.000
3 2014 Pelatihan Dokumentasi dengan fotografi Mandiri 200.000
4 2015 Pelatihan Dokumentasi dengan fotografi Mandiri 200.000
5 2016 Pelatihan Manajemen Penyiaran Radio Mandiri 1.000.000
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/ Nomor/Tahun
1
2014 “GERAKAN SOSIAL DI
INDONESIA: Identifikasi
Kekerasan - Nonkekerasan dalam Laman dan Media Sosial terhadap Isue-isue Nasional dan Global
Komunikasi Organisasi
2015 Analisa Penerapan Pedoman
Perilaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran (Studi Kasus
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Temu
ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
Analisa Penerapan Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran (Studi Kasus Perspektif Antara Kpi Pusat
Penggunaan Media Sosial Youtube
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit
1 -
H. Perolehan HKI dalam 10 Tahun Terakhir
No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 -
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 10
Tahun Terakhir
No Judul/Tema Rekayasa Sosial
Lainnya Yang Telah
J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1 -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penugasan Penelitian Dasar Unggulan Perguruan
Tinggi.
Jakarta, 14 Februari 2018
Pengusul,
(Ikbal Rachmat)
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
BULAN NO KEGIATAN JAN
FEB
MAR - MEI
JUNI - AGUSTUS
SEPT - OKT
NOV DES
1 Persiapan
2 Penelitian
3 Analisis data
4 Laporan
Lampiran 3. Anggaran Penelitian 1. Anggaran Pelaksana
No. Nama/Kegiatan/Alokasi waktu Biaya (Rp.)
1. Ikbal Rachmat, MT
Peneliti : Rp. 400.000,-/bulan; 12 bulan
4.800.000
JUMLAH 4.800.000
2. Anggaran Instrumen
No. Nama alat dan spesifikasi Kegunaan Biaya (Rp.)
1. Digital Voice recorder
No. Jenis Pengeluaran Biaya (RP.)
1. Studi Literatur/internet 1.500.000
2. Pembuatan Laporan 1.500.000
3. Biaya Seminar dan akomodasi 4.500.000
4. Publikasi 2.000.000
JUMLAH 9.500.000
TOTAL ANGGARAN
No. Jenis
Pengeluaran
Rincian Anggaran Yang Diusulkan (Rp.) TAHAP I
1. Pelaksana 4.800.000
2. Instrumen 1.500.000
3. Bahan Habis Pakai 1.300.000
4 Anggaran Perjalanan 6.500.000
5. Anggaran Lain-lain 9.500.000
Total Anggaran 23.600.000