• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI KELUARGA MENERIMA KEMBALI KLIEN GANGGUAN JIWA PASCA PERAWATANDI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MOTIVASI KELUARGA MENERIMA KEMBALI KLIEN GANGGUAN JIWA PASCA PERAWATANDI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI KELUARGA MENERIMA KEMBALI KLIEN GANGGUAN

JIWA PASCA PERAWATANDI RSJ Dr. RADJIMAN

WEDIODININGRAT

LAWANG

LUKMAN ARISANDY 11001076

Subject : Motivasi, Gangguan Jiwa, Klien

DESCRIPTION

Gangguan jiwa merupakan masalah yang serius, penting dan berbahaya karena dapat menyangkut keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan hingga ke pemerintahan sekalipun.Belakangan ini banyak keluarga pasien penyakit jiwa yang tidak mau menerima anggota keluarganya setelah sembuh secara medis. Tujuan penelitian mengeahui motivasi keluarga untuk menerima kembali klien gangguan jiwa pasca perawatan jiwa.

Jenis penelitian deskriptif.Variabel penelitian motivasi keluarga untuk menerima kembali klien gangguan jiwa pasca perawatan jiwa.Populasi sebanyak 30 responden, teknik sampling menggunakan consecutive sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 25 responden.Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16-22 Mei 2014 di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.Instrument penelitian menggunakan kuesioner.Teknik pengolahan data menggunakan editing, coding, scoring, entry data, cleaning dan tabulating.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki motivasi negatif untuk menerima kembali klien gangguan jiwa jiwa yaitu sebanyak 16 responden (64%).Keluarga memiliki motivasi negatif untuk menerima kembali klien gangguan jiwa, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya menerima kembali klien gangguan jiwa.

Simpulan dalam penelitian ini motivasi keluarga negatif untuk menerima kembali klien gangguan jiwa pasca perawatan jiwa.Oleh karena itu pemberdayaan keluarga dalam upaya-upaya kesehatan jiwa sangat diperlukan, dimana peran petugas kesehatan khususnya perawat dapat memberikan penyuluhan atau konseling kepada keluarga untuk meningkatkan motivasi dalam menerima kembali klien gangguan jiwa.

ABSTRACK

Mental disorders is a serious problem, it is important and can be dangerous because it relates safetyand losses for theirselves or others, even to the goverment. Lately, many families of psychiatric patients who will not accept family members after cured medically. The purpose of the study is know motivationof family to receive psychiatric patiens again treatment of mental disorder.

(2)

Based on the results of the study showed that most families have a negative motivation receive psychiatric patients amount 16 respondents (64%). That is caused by the lack of knowledge about the importance of families receive psychiatric patients again.

The conclusions of this study negative motivation of family receive them post treatment of mental disorders. Therefore, the empowerment of familyin mental health efforts are so needed, and the health workers, especially nurses can provide counseling or family counseling to improve motivation receive psychiatric patients again.

Keywords: Motivation, Mental Disorder, Population

Contributor : 1 Sulis Diana, S.ST., M.Kes. 2.Budi Prasetyo,S.Kep., Ns. Date : 3 Mei 2014

Type Material : Laporan Pendahuluan Edentifier : -

Right : Open Document Summary : -

LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa merupakan masalah yang serius, penting dan berbahaya karena dapat menyangkut keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan hingga ke pemerintahan sekalipun. Di negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi jumlah klien dengan gangguan jiwa karena berlatar belakang dari dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan (Putra, 2013). Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres atau disabilitas atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, disabilitas atau sangat kehilangan kebebasan (Videbeck, 2008). Gangguan jiwa termasuk dalam penyakit yang statusnya sama dengan penyakit lain yang bisa diobati dan disembuhkan. Pada banyak kasus, pasien gangguan jiwa secara medis dinyatakan sembuh dan dikembalikan kepada keluarganya(Fitriana, 2012).

Tindakan keluarga yang sangat penting adalah setelah pasien pulang ke rumah, keluarga menemani pasien melakukan perawatan lanjutan pada puskemas atau rumah sakit terdekat agar tidak kambuh, misalnya pada bulan pertama : 2 kali per bulan, bulan kedua : 2 kali perbulan, bulan ketiga : 2 kali per bulan dan selanjutnya 1 kali perbulan (Julian, 2009). Namun belakangan ini banyak keluarga pasien penyakit jiwa yang tidak mau menerima anggota keluarganya setelah sembuh secara medis. Dimana hal tersebut dipicu oleh rendahnya motivasi dari keluarga sebagai tenaga penggerak. Motivasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku manusia karena dengan adanya motivasi maka manusia akan berusaha semampunya untuk mencapai tujuan (Fitriana, 2012).

(3)

gangguan jiwa sekitar 2%-3% selama tiga tahun terakhir. Saat ini sebanyak 650 pasien dirawat di sana, meningkat 20 orang dari tahun sebelumnya (Wirachyanto, 2013).

Dalam pengobatan penderita gangguan jiwa terdapat perbedaan pada setiap masyarakat. Sebagian masyarakat mengatakan, penderita gangguan jiwa dianggap kerasukan setan, karena itu perlu diobati dengan cara kaki dan tangannya diikat dan kemudian diasapi sampai muntah. Akibatnya, banyak penanganan pasien gangguan jiwa yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga dengan cara yang tidak tepat sesuai dengan prosedur kesehatan. Sebagai contoh, sebagian warga masyarakat melakukan pemasungan, mengurung penderita gangguan jiwa dan memperlakukan pasien dengan tidak manusiawi bahkan ada keluarga dengan sengaja membuang anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa karena dianggap aib (Julian, 2009). Keluarga klien perlu mempunyai sikap yang positif untuk mencegah kekambuhan pada klien gangguan jiwa. Keluarga perlu memberikan dukungan (support) kepada klien untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab untuk melaksanakan perawatan secara mandiri. Keluarga perlu mempunyai sikap menerima klien, memberikan respon positif kepada klien, menghargai klien sebagai anggota keluarga dan menumbuhkan sikap tanggung jawab pada klien. Sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga terhadap klien akan berpengaruh terhadap kekambuhan klien. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar. Akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik (Handayani, 2008).

Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan, pengenalan dini, serta perawatan pasien gangguan jiwa, termasuk memberikan dukungan emosional dan motivasi untuk kesetiaan terhadap terapi. Oleh sebab itu pemberdayaan keluarga dalam upaya-upaya kesehatan jiwa di atas sangat diperlukan. Melalui buku Pedoman Pemberdayaan Keluarga Pasien Gangguan Jiwa ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai cara pemberdayaan keluarga melalui kegiatan pemberian informasi dan psikoedukasi tentang masalah kesehatan jiwa, perawatan pasien gangguan jiwa, dukungan psikologis kepada keluarga, serta jejaring untuk meningkatkan kemandirian Keluarga Pasien Gangguan Jiwa (Nurani, 2012).

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitiannya dengan judul motivasi keluarga menerima kembali klien gangguan jiwa pasca perawatan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

deskriptif.Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi keluarga menerima kembali klien gangguan jiwa pasca perawatan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memeriksakan anggota keluarganya pasca perawatan jiwa di Poli RSJ dr. Radjiman Wediodiningratsebanyak 30 responden.Jenis sampling dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik consecutive sampling, dengan besar sampel sebanyak 25 responden.Pengumpulan data dalam penelitian ini di ambil dari data primer.Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(4)

didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki motivasi negatif untuk menerima kembali klien gangguan jiwa jiwa yaitu sebanyak 16 responden (64%).

Hasil penelitian yang dilaksanakan di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki motivasi negatif untuk menerima kembali klien gangguan jiwa yaitu sebanyak 16 responden (64%).

Motivasi merupakan suatu kondisi internal yang membangkitkan kita untuk betindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu (Efendi, 2008).Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku-perilaku manusia.Motivasi merupakan keadaan internal organisme, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Mohibbin, 2008).

Sebagian besar keluarga memiliki motivasi negatif untuk menerima kembali klien gangguan jiwa, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya menerima kembali klien gangguan jiwa, disamping itu masih banyaknya keluarga yang tidak termotivasi untuk menerima kembali klien gangguan jiwa karena keluarga beranggapan bahwa dengan menerima kembali keluarga pasca perawatan gangguan jiwa tidak dapat membuat hidup penderita menjadi lebih berarti, disamping itu keluarga juga mengatakan bahwa merasa tidak nyaman dengan adanya penderita gangguan jiwa pasca perawatan jika ada di rumah dan merasa takut untuk menerima kembali penderita gangguan jiwa pasca perawatan jiwa berada dalam keluarga. Motivasi keluarga yang negatif juga kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, umur, pendidikan yang rendah, pekerjaan dan jenis kelamin.

Keluarga yang mempunyai motivasi negatif kurang dari setengah responden berumur 31-40 tahun yaiu sebanyak 11 responden (44%) dan keluarga yang memiliki motivasi positif sebagian kecil berumur >40 tahun yaitu sebanyak 3 responden (12%). Pada usia dewasa muda (20-30 tahun) merupakan periode pertumbuhan fungsi tubuh dalam tingkat yang optimal, dibarengi tingkat kematangan emosional, intelektual dan sosial, sedangkan dewasa pertengahan (41-50 tahun) secara umum merupakan puncak kejayaan sosial, kesejahteraan, sukses ekonomi dan stabilisasi, jadi usia sangat berpengaruh terhadap motivasi seseorang dalam berbagai kegiatan (Rusmi, 2008). Sebagian besar keluarga berusia 31-40 tahun memiliki motivasi yang negatif untuk menerima kembali klien gangguan jiwa dirumah.Usia sangat berpengaruh terhadap motivasi keluarga, dimana semakin matang usia seharusnya semakin tinggi pula motivasi keluarga untuk menerima kembali klien gangguan jiwa di rumah. Namun perlu diketahui bahwa keluarga yang salah satu anggota keluargnya memiliki masalah gangguan terkadang merasa malu terhadap tetangga atau keluarga merasa terganggu dengan kehadiran klien gangguan jiwa di rumah di samping itu kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya menerima kembali atau memberikan perhatian pada klien gangguan jiwa kemungkinan besar dapat memberikan dampak positif bagi klien gangguan jiwa.

(5)

Keluarga yang memiliki motivasi negatif kurang dari setengah responden yaitu keluarga yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 7 responden (28%) dan keluarga yang memiliki motivasi positif sebagian kecil yaitu keluarga yang bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 3 responden (12%). Jenis dan sifat pekerjaan yang dianggap sesuai oleh seseorang akan dijalaninya dengan penuh tanggung jawab dan kebesaran hati (Rusmi, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga bekerja sebagai petani memiliki motivasi negatif, keadaan ini akan menyebabkan keluarga enggan untuk menerima kembali klien gangguan jiwa, dimana keluarga yang hanya memiliki pekerjaan sebagai petani cenderung enggan untuk menerima kembali klien gangguan jiwa, disamping itu keluarga mengatakan bahwa lebih baik penderita gangguan dibuatkan tempat sendiri, dari pada harus berkumbul dengan keluarga dan keluarga terkadang berfikir penderita gangguan jiwa pasca perawatan jiwa lebih baik berada di rumah sakit dari pada harus dibawa pulang.

SIMPULAN

Hasil penelitian yang dilaksanakan padatanggal16-22 Mei 2014 di RumahSakitJiwaDr.Radjiman Wediodiningrat didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki motivasi negatif untuk menerima kembali klien gangguan jiwa jiwa yaitu sebanyak 16 responden (64%).

REKOMENDASI

1. Bagi Rumah Sakit

Disarankan kepada instansi rumah sakit untuk mengadakan pelayanan kesehatan terhadap keluarga yang dating kerawat jalan mendampingi penderita tersebut, pelaksanaan dapat dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan keluarga terkait motivasi keluarga menerima kembali klien gangguan jiwa pasca perawatan serta melakukan pembinaan dan pemberdayaan kesehatan keluarga.

2. Bagi Perawat

Pada penelitian ini terlihat bahwa banyak keluarga yang belum memahami cara memperlakukan pemderita ganggguan jiwa di rumah, maka disarankan kepada perawat untuk memberikan pembinaan pada keluarga penderita gangguan jiwa dengan cara konseling dan pendidikan untuk meningkatkan pemberdayaan kesehatan dan penderita gangguan jiwa.

3. Bagi Keluarga

Keluarga diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi tentang merawat pasien gangguan jiwa dan memberikan pengetahuan kepada penderita gangguan jiwa untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan sosialisasi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya menganalisa factor-faktor yang mempengaruhi motivasi keluarga menerima kembali klien gangguan jiwa pasca perawatan dengan wilayah dan jumlah responden yang lebih luas.

Alamat Korespondensi

Alamat rumah : Mlandingan Situbondo

Email : lukman_arisandy@yahoo.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Obat baru dalam formularium selama periode Formularium V ( Mei 2018- April 2019) tidak ditemukan efek obat yang tidak diharapkan, Efek Samping Obat,dan medication error.

Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya lah penulisan skripsi yang berjudul : Penerapan Metode Practice

Undhak-undhakan bijine siswa kelas VII-D SMP Negeri Baron 2 ing materi Nulis Mawa Aksara Jawa lan Sandhangan Panyigeg Wanda kanthi medhia Kartu Sajodho. Andharan asil

Perempuan sebagai arsitek peradaban bangsa haruslah menjadi perempuan-perempuan yang cerdas dalam berbagai hal, baik secara akademik, spiritual, emosional dan

6 Results of a preliminary study based on the criteria of the organoleptic most preferred by the panelists can be concluded that the drying of herbal tea

Pada gambar DMH di atas, galian di luar freehaul  ( 500 m ) disebut waste , yaitu material yang digali namun tidak digunakan untuk menimbun, sedang timbunan di lauar freehaul 

Berdasarkan pada teori tersebut penulis berpendapat bahwa pengertian keinginan berpindah, adalah niat, kemauan atau kehendak individu untuk keluar dengan sendirinya dari

hukum pada umumnya dalam proses penegakan hukum disiplin anggota Polri di Polres Hulu Sungai Selatan dapat ditarik kesimpulan : Dalam penegakan disiplin Polri di