• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Studi Kasus 10 Rumah Sakit dan 10 Puskesmas di 10 Kab/Kota Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laporan Studi Kasus 10 Rumah Sakit dan 10 Puskesmas di 10 Kab/Kota Tahun 2016"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

Kata Pengantar

Bismilahirrahmanirahim, Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, yang senantiasa diberikan kepada kita semua, sehingga Laporan Akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya. Kegiatan Studi Kasus di 10 Rumah Sakit dan 10 Puskesmas di 10 Kabupaten/Kota Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana di Lingkungan Sekretariat Jenderal Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan bertujuan untuk mengidentifikasi Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana.

Dari hasil yang didapatkan dari kegiatan ini, diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pengambil keputusan dalam menyusun rencana kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Pada kesempatan ini, perkenankan kami untuk mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran Pimpinan di Lingkungan Sekretariat Jenderal Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, yang telah memberikan dukungan penuh dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik.

Harapan kami, hasil dari kegiatan ini dapat bermanfaat dan ditindaklanjuti sehingga peran dan fungsi Sekretariat Jenderal Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan dapat semakin meningkat.

Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Desember 2016

Tim Konsultan

(3)

i

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 3

3. Tujuan Kajian ... 3

4. Dasar Hukum ... 4

5. Pengertian... 4

BAB II. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN AMAN ... 8

1. Rumah Sakit Aman Bencana ... 10

2. Puskesmas Aman Bencana ... 11

3. Manajemen ... 11

4. Penguatan Kapasitas SDM ... 11

5. Bangunan Rumah Sakit dan Fasilitas ... 11

6. Jejaring Kerja ... 12

BAB III. METODE KAJIAN ... 13

1. Kerangka Konsep ... 13

2. Desain Kajian... 13

3. Tempat dan Waktu ... 14

4. Variabel ... 14

5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ... 14

6. Tahapan Kajian ... 15

7. Manajemen Analis Data... 15

8. Susunan Tim ... 16

9. Jadwal ... 16

BAB IV. HASIL IDENTIFIKASI... 17

1. Kota Bengkulu ... 17

2. Kabupaten Bengkulu Utara ... 28

(4)

ii

4. Kabupaten Kapuas ... 52

5. Kota Bontang ... 64

6. Kabupaten Majene ... 76

7. Kabupaten Muna ... 88

8. Kabupaten Morotai... 100

9. Kota Kupang ... 112

10. Kabupaten Timor Tengah Selatan ... 124

BAB V. PEMBAHASAN ... 140

1. Pembahasan ... 140

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 153

1. Kesimpulan ... 153

2. Rekomendasi ... 155

(5)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Wilayah Negara Republik Indonesia terletak diantara tiga lempeng besar dunia, yaitu lempeng Euroasia, Indo Australia dan Pasifik. Selain itu wilayah Indonesia masuk dalam ‘pacific ring of fire’ dan secara demografis terdiri dari berbagai suku. Oleh karena itu wilayah Indonesia sangat rawan terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun manusia. Potensi bencana yang disebabkan faktor alam seperti gempa bumi dan tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan angin puting beliung. Bencana yang disebabkan faktor non-alam maupun faktor manusia diantaranya kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, serta bencana sosial yang berupa konflik sosial.

Dampak bencana yang terjadi seringkali menimbulkan kerugian harta benda, rusaknya sarana dan prasarana umum serta dampak kesehatan yaitu timbulnya sejumlah korban jiwa, korban luka, kesakitan dan masalah kesehatan pengungsi yang disebut dengan krisis kesehatan serta dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

Krisis kesehatan merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau potensi bencana dan penyelenggaraan penanggulangan krisis kesehatan mengikuti siklus penanggulangan bencana.

Menjelang berakhirnya abad ke 20 dan sampai dengan tahun 2016, Indonesia sering dilanda oleh berbagai kejadian bencana, baik bencana alam (banjir, banjir bandang, erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami dan tanah longsor), bencana non alam (antara lain kegagalan teknologi dan potensi wabah penyakit) serta bencana sosial (seperti kerusuhan atau konflik social dan terorisme).

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, antara tahun 2013 sampai dengan 2015 telah terjadi 1.515 kejadian krisis kesehatan dengan jumlah korban meninggal sebanyak 2.745 atau sekitar 915 setiap tahunnya sedangkan jumlah pengungsi sebanyak 1.610.339 orang atau rata-rata pertahun 536 ribu jiwa.

(6)

2

pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana (UU no 36 th 2009 ttg kesehatan).

Sesuai dengan peraturan perundangan yang ada, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan saat bencana sesuai dengan kemampuannya. Pada situasi bencana rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas, harus aman, mudah diakses serta berfungsi dengan kapasitas maksimal untuk menyelamatkan korban dan harus tetap menyediakan pelayanan kesehatan sebagaimana seharusnya dan harus diorganisir dengan perencanaan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya serta tersedianya tenaga kesehatan yang terlatih.

Dalam situasi bencana, kemungkinan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan di daerah, antara lain:

o Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan menerima sejumlah korban bencana

dari wilayah yang melampaui kapasitas rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk melayani korban. Beban yang harus dipikul oleh rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan disamping pada pasien yang sudah ada di rumah sakit/fasyankes juga menerima korban bencana yang kemungkinan jumlahnya banyak.

o Tenaga kesehatan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan harus dikirim tim

ke lapangan untuk membantu penanganan korban di lapangan.

o Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terkena dampak bencana yang

mengakibatkan kerusakan, baik pada bangunan rumah sakit/fasyankes maupun obat dan alat kesehatan, sehingga mengalami keterbatasan dalam penanganan korban.

Dengan demikian, apapun kondisinya, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seharusnya tetap dapat memberikan pelayanan bagi korban bencana.

(7)

3

Tidak kalah penting adalah komitmen atau kepedulian pimpinan di daerah, termasuk pimpinan rumah sakit/fasyankes dalam kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di daerah.

Kondisi kesiapsiagaan di berbagai daerah sangat bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 – 2019 menetapkan 170 kabupaten/kota rawan bencana untuk menjadi sasaran peningkatan kapasitas dalam rangka pengurangan risiko krisis kesehatan. Salah satu langkah awal dalam upaya peningkatan kapasitas adalah dengan melakukan asistensi ke kabupaten/kota dan langkah selanjutnya adalah memetakan risiko krisis kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, pada tahun 2016 telah melakukan asistensi di 34 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota rawan bencana di 8 Provinsi, yaitu Provinsi Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur dan telah memetakan ancaman (hazard), kerentanan dan kepasitas penanggulangan krisis kesehatan, mengidentifikasi permasalahan serta memberikan rekomendasi yang perlu diambil oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam rangka mnyelesaikan permasalahan di Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Studi kasus di 10 rumah sakit dan 10 puskesmas di 10 kabupaten/kota dilakukan di provinsi yang sama seperti tersebut diatas dalam rangka mengidentifikasi kondisi kesiapsiagaan menghadapi bencana, baik struktur, non struktur dan fungsional rumah sakit dan puskesmas serta mengidentifikasi factor pendukung dan penghambat pengembangan program fasilitas pelayanan kesehatan yang aman.

2. Perumusan Masalah

Saat ini telah dilakukan pemetaan terhadap kesiapsiagaan yang disusun dalam bentuk Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Kabupaten/Kota Rawan Bencana namun belum menjangkau kondisi kesiapsiagaan rumah sakit dan puskesmas di daerah yang sama dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.

3. Tujuan Kajian

a. Teridentifikasinya kondisi kesiapsiagaan menghadapi bencana, baik struktur, non struktur dan fungsional di Rumah Sakit dan Puskesmas.

(8)

4 4. Dasar Hukum.

a. Undang-undang No. 24 tahun 2007 tenang Penanggulangan Bencana.

b. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

c. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

d. Peraturan Pemerintah No 21 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

e. Instruksi Presiden No 4 tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan.

f. Peraturan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat no 54/2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011 – 2025.

g. Keputusn Menteri Kesehatan No 81 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumbar Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta rumah sakit.

h. Keputusan Menteri Kesehatan No 66 tahun 2006 Tentang Pedoman Manajemen Sumbarusia pada Penanggulangan Bencana.

i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2013 Tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan.

j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 77 tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan.

k. Peraturan Kepala BNPB No 2 tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

l. Peraturan Kepala BNPB No 3 tahun 2012 Tentang panduan Penilaian Kapasitas daerah dalam Penanggulangan Bencana.

m. Kepmenkes no HK .02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana STrategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 – 2019.

n. Keputusan Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No HK.02.04/4/608/2015 Tenang Penetapan 34 Kabupaten/Kota Rawan Bencana tahun 2016-2019

5. Pengertian.

a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

b. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor

(9)

5

d. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

e. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standard hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikassikan apakah sebuah negara merupakan negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukr penegaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Status Kesejahteran Masyarakat ditetapkan berdasarkan nilai IPM, yaitu:  Tinggi = nilai IPM lebih dari atau sama dengan 80.

 Menengah Atas = nilai IPM 65 – 79.  Menengah bawh = Nilai IPM 50 – 64.

 Rendah = Nilai IPM dibawah 50.

f. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) adalah kumpulan indicator kesehatan yang dapat dengan mudah dan langsung diukur untuk menggambarkan masalah kesehatan. Status Kesehatan Masyarakat ditetapkan berdasarkan nilai IPKM:

 Diatas rata-rata = nilai IPKM diatas 0,7270  Rata-rata = nilai IPKM 0,6401 – 0,7270  Dibawah rata-rata = nilai IPKM kurang dari 0,6401

g. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual dan social yang emungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.

h. Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peritiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan atau berpotensi bencana.

i. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi situasi kedaruratan melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

j. Kedaruratan adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan.

k. Mitigasi kesehatan adalah serangkaian kegiatan untuk mengurangi risiko kesehatan baik melalui pembangunan fisik dalam menghadapi ancaman krisis kesehatan maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan sumber daya kesehatan.

(10)

6

m. Penyelenggaran penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangna yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan becana, tanggap darurat dan rehabilitasi.

n. Pencegahan bencana adalah serangkian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.

o. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

p. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota atau perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

q. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, social, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

r. Risiko bencana addalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dpat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta benda dan gangguan kegiatan masyarakat.

s. Sumber daya kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan uapaya keehatan yang dilakukan oleh pemerintah, peerintah daerah dan/atau masyarakat.

t. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiata yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasara dan sarana.

u. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

v. Puskesmas adalah unitpelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dpat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil perkembagan ilmu pengetahuan dn teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah daan masyarakat.

(11)

7

x. Kapasits tempat tidur adalah jumlah tempat tidur untuk pasien rawat inap rumah sakit.

y. Rencana Kontinjensi adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu terjadi. Rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.

z. Hospital Disaster Plan (HOSDIP) adalah perencanaan rumah sakit dalam menghadapi situassi darurat atau rencana kontinjensi, yang dimaksudkan agar rumah sakit tetap berfungsi baik dengan kedatangan sejumlah pasien akibat dari situasi darurat maupun terhadap pasien yang sudah ada sebelumnya.

aa.Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan adalah sumber daya manusia kesehatan dan non kesehatan yag dimobilisasi apabila terjadi bencana. Dibeberapa daerah disebut juga dengan Tim Brigade Siaga Bencana (BSB)

(12)

8

BAB II. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN AMAN

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh factor alam dan/atau factor non alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Dalam manajemen bencana yang meliputi seluruh aspek perencanaan dan penanggulangan bencana yang dilakukan pada sebelum terjadinya bencana, saat kejadian bencana dan sesudah terjadi bencana, yang dikenal sebagai Siklus Manajemen Bencana, yang bertujuan untuk:

 Mencegah kehilangan jiwa dan kerugian harta benda;  Mengurangi penderitaan manusia;

 Memberikan informasi ke masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko.  Mengurangi kerusakan infrastruktur

Secara umum dalam kegiatan penanggulangan bencana dianut beberapa prinsip, sebagai berikut :

a. Cepat dan tepat, b. Prioritas,

c. Koordinasi dan keterpaduan, d. Berdaya guna da berhasil guna, e. Transparansi dan akuntabilitas, f. Kemitraan,

g. Pemberdayaan, h. Non-diskriminasi, i. Non-proletisi.1

Manajemen penanggulangan bencana, risiko yang terjadi sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu ancaman/bahayanya (H); Kerentanan yang ada (V); dan Kapasitas untuk mengantisipasinya (C).

Ancaman atau bahaya merupakan suatu fenomena alam atau buatan manusia yang berpotensi merusak atau menjadi ancaman bagi kehidupan manusia, menimbulkan kerugian atau kehilangan harta benca, kehilangan mata pencaharian dan kerusakan lingkungan. Ancaman atau bahaya dikelompokan dalam 5 kelompok, yaitu:

(13)

9

 Geological hazard: antara lain gempa bumi, tsunami, gunung api, gerakan tanah yang sering disebut dengan tanah longsor.

 Hidrometeorologcal hazard, antara lain banjir, kekeringan, badai tropis, angin ribut, gelombang pasang.

 Biological hazard, seperti wabah penyakit, hama dan penyakit tanaman dan hewan/ternak.

 Technological hazard, antara lain kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi, kecelakaan industry, polusi udara, dll.

 Environmental Degradation hazard, seperti penurunan kualitas lingkungan, perubahan iklim, kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, dll.

Sedangkan kerentanan merupakan suatu keadaan atau kondisi lingkungan dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana

Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:

 Kerentanan fisik (infrastruktur), menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan terhadap bahaya (hazard) tertentu. Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain: persentase kawasan terbangun; kepadatan bangunan; persentase bangunan konstruksi darurat; jaringan listrik; rasio panjang jalan; jaringan telekomunikasi; lingkungan pertanian, hutan, dll.

 Kerentanan sosial kependudukan menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi bahaya. Pada kondisi sosial yang rentan maka jika terjadi bencana dapat dipastikan akan menimbulkan dampak kerugian yang besar. Beberapa indikator kerentanan sosial antara lain kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, persentase penduduk usia tua-balita dan penduduk perempuan, kelembagaan masyarakat, tingkat pendidikan, dll.

 Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi dalam menghadapi ancaman bahaya. Beberapa indikator kerentanan ekonomi diantaranya adalah mata pencaharian masyarakat, tingkat pengangguran, kesenjangan tingkat kesejahteraan.

(14)

10

Pada kejadian bencana, selalu ada RISIKO yang disebut sebagai risiko bencana yang merupakan interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya (hazard) yang ada serta tingkat kemampuan atau kapasitas untuk mengantisipasinya.

Ancaman bahaya yang alami pada umumnya bersifat tetap, sedangkan tingkat kerentanan daerah dapat dikurangi dengan meningkatkan kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut. Semakin tinggi tingkat ancaman dan kerentanan yang tidak disertai dengan upaya peningkatan kapasitas akan semakin meningkatkan risiko yang akan dihadapi.

Demikian halnya dengan fasilitas pelayanan kesehatan, baik rumah sakit maupun puskesmas juga memiliki ancaman yang berasal dari luar gedung maupun yang ada di rumah sakit dan puskesmas, kerentanan dan kapasitas yang ada di rumah sakit dan puskesmas.

Upaya untuk meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana dalam rangka menurunkan risiko disebut dengan upaya kesiapsiagaan, yang merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi kejadian bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kapasitas dalam penanggulangan yang sangat diperlukan dalam bidang kesehatan antara lain tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana atau krisis kesehatan, yang disebut Failitas Kesehatan Aman,

Fasilitas pelayanan kesehatan aman, terdiri dari rumah sakit aman bencana dan puskesmas aman bencana.

1. Rumah Sakit Aman Bencana

Rumah sakit aman bencana adalah rumah sakit yang ditunjukan dengan mampu:

a. Mengelola potensi bencana di dalam rumah sakit dan membahayakan rumah sakit maupun mempersiapkan diri terhadap potensi bencana yang terjadi di luar rumah sakit

b. Tidak rusak saat terjadi bencana (kokoh).

c. Saat bencana terjadi TETAP mampu memberikan pelayanan ke masyarakat secara optimal dan bahkan dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja dengan memanfaatkan kemampuan dan fasilitas cadangan yang telah dipersiapkan.

d. Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mengurangi risiko bencana dan menghadapi banana

(15)

11 2. Puskesmas Aman Bencana

Puskesmas aman bencana adalah puskesmas yang mampu:

a. Mengelola potensi bencana di dalam puskesmas dan membahayakan pelayanan puskesmas serta mempersiapkan diri terhadap potensi bencana yang terjadi di luar puskesmas.

b. Tidak rusak saat terjadi bencana (kokoh).

c. Saat bencana terjadi TETAP mampu memberikan pelayanan ke masyarakat secara optimal dan bahkan dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja dengan memanfaatkan kemampuan dan fasilitas cadangan yang telah dipersiapkan.

d. Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mengurangi risiko bencana dan menghadapi banana

Dengan demikian, Puskesmas Aman harus mampu meenyelamatkan jiwa (pasien dan petugas kesehatan tetap dapat menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Unsur-unsur Fasilitas Pelayanan Kesehatan Aman Bencana yang merupakan bagian dari kesiapsiagaan suatu daerah, terdiri atas:

3. Manajemen:

a. Perencanaan menghadapi kedaruratan

b. Pengorganisasian dan Struktur komando.

c. System kewaspadaan dini.

d. System komunikasi dan informasi bencana, termasuk perlengkapan komunikasi.

e. Manajemen sirkulasi di rumah sakit

f. Pengelolaan SDM kesehatan internal.

g. Pendataan korban.

4. Penguatan kapasitas SDM

a. Pengembangan kompetensi SDM melalui pelatihan.

b. SDM terlatih

c. Pembentukan Tim Kesehatan yang siap dimobilisasi.

5. Bangunan rumah sakit dan fasilitas.

a. Kekuatan dan keamanan struktur dan infrastruktur (bahan bangunan, alat pengaman, mekanisme perlindungan, jalur evakuasi, cadangan ruang).

b. Kapasitas cadangan (ruangan, SDM Kesehatan, logistk kesehatan, keuangan).

(16)

12 6. Jejaring kerja

a. Pengembangan komunitas kebencanaan.

b. Rumah Sakit dan Puskesmas menjadi begian dalam rencana penanggulangan bencana di daerah.

c. Kerjasama dengan pihak terkait, seperti BPBD, Unit Pemadam Kebakaran, dll.

(17)

13

BAB III. METODE KAJIAN

1. Kerangka konsep

IDENTIFIKASI: KESIAPSIAGAAN

 Struktur  Non struktural  Fungsional

 Faktor penghambat & pendukung

Pengembangan

Fasyankes yang aman

2. Desain Kajian.

Desain kajian merupakan studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif dan aktifitas yang dikaji adalah kondisi dan pelaksanaan kesiapsiagaan fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu rumah sakit dan puskesmas dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.

Indikator Rumah Sakit Aman Bencana:

a. Manajemen:

 Pemahaman tentang potensi bencana yang ada di wilayah.

 Memiliki sistem manajemen rumah sakit yang mampu bekerja dalam situasi bencana, seperti pengorganaisasian, mekanisme respondan sistem komando, sistem komunikasi dan informasi.

 Memiliki dokumen Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana Rumah Sakit yang teruji dan siap diaktivasi bilamana terjadi situasi bencana.

b. Sumber daya manusia:

 Bangunan Memiliki sumberdaya yang terkatih di bidang kebencanaan.  Memiliki sistem pengembangan SDM di bidang kebencanaan.

c. Bangunan dan infrastruktur:

 Rumah Sakit memiliki struktur bangunan yang aman dari risiko bencana sesuai dengan bahaya setempat.

 Memiliki mekanisme dan prosedur perlindungan fasilitas kesehatan dan alat kesehatan.

RUMAH SAKIT

PUSKESMAS

BENCANA

(18)

14

 Kapasitas cadangan (ruang, logistik, sumber daya) .  Infrastruktur penanganan korban bencana.

d. Jajaring kerja:

 Rumah sakit memiliki jejaring kerja dengan RS lain, Puskesmas, relawan, dll).  Rumah sakit memiliki kerjasama dengan SKPD/Unit kerja lain melalui MOU

3. Tempat dan Waktu

Studi kasus dilakukan pada 1 (satu) rumah sakit dan 1 (satu) puskesmas di 10 kabupaten/kota pada 8 provinsi sebagai berikut:

a. Provinsi Bengkulu (Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara). b. Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten Sambas).

c. Provinsi Kalimantan Tengah (Kabupaten Kapuas). d. Provinsi Kalimantan Timur (Kota Bontang)

e. Provinsi Sulawesi Barat (Kabupaten Majene) f. Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Muna)

g. Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kota Kupang dan Kabupaten Timur Tengah Selatan) h. Provinsi Maluku Utara (Kabupaten Morotai)

Pelaksanaannya dilakukan mulai tanggal 17 s/d 01 November 2016

4. Variabel

Variabel kesiapsiagaan rumah sakit dan puskesmas meliputi variabel struktur fisik, non struktural dan fungsional rumah sakit dan puskesmas pada 10 kabupaten/kota di 8 provinsi.

5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder terkait dengan kesiapsiagaan penanggulangan bencana sebagai berikut:

Jenis Data Sumber Informasi Cara Pengumpulan

Laporan kejadian bencana yang pernah terjadi.

 Laporan BPBD Kab/Kota

 Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

Data sekunder

Tingkat kerawanan wilayah terhadap bencana

 BPBD Kab/Kota

 Dinas Kesehatan Kab/Kota

Data sekunder

(19)

15

Jenis Data Sumber Informasi Cara Pengumpulan

Puskesmas.  Ka Unit IPSRS

 Ka Puskesmas

Wawancara

Non Struktur RS dan Puskesmas

 Direktur RS/Wadir Yanmed  Ka unit IPSRS

 Ka Puskesmas

Observasi

Wawancara

Fungsional Rumah sakit dan Puskesmas.

 Direktur RS/Wadir Yanmed/ Ka UGD,

 Kepala DinKes /Kabid

Yankes/Kabid PPPL Kab/Kota

 Ka Puskesmas  Masyarakat

Wawancara

Faktor pendukung dan penghambat

pengembangan Fasyankes yang aman

 Staf dan Ka Dinkes Kab/Kota.

 Staf dan Ka Bidang

Yanmed/UGD.

 Staf dan Ka Puskesmas

Wawancara

Dokumen Perencanaan Kontinjensi Rumah sakit atau Hospital Disaster Plan (HOSDIP)

Direktur Rumah Sakit

6. Tahapan Kajian

Tahapan kajian meliputi:

a. Persiapan : pembuatan kerangka acuan, penyusunan daftar isian/kuesioner. b. Pemberitahuan ke daerah dan persiapan administrasi

c. Pengumpulan data (wawancara dan data sekunder) d. Pembuatan laporan awal.

e. Diskusi dengan tim teknis f. Laporan akhir.

7. Manajemen dan Analisis Data.

(20)

16 8. Susunan Tim

Susunan Tim adalah sebagai berikut:

Pengarah : Kapus Penanggulangan Krisis Kesehatan

Tim Teknis PKK

Ketua Pelaksana : Mudjiharto

Anggota :

1) Elin Linawati 2) Puji Ambarsari

3) Elvira Debora Panggabean 4) Annisa Zahrah

5) Alfica Agus Jayanti 6) Nadia Humaira 7) Krishna Eka Kurnia 8) Rini Handayani 9) Moch Socheh 10)Amirudin

9. Jadwal

Kegiatan September Oktober Nopember Desember

Penyusunan kerangka acuan dan kuisener

XXXX

Diskusi Kerangka Acuan dan kuisener

XX XX

Surat Pengantar ke daerah X

Pengumpulan data XX

Analisis dan Penyusunan Laporan

(21)

17

BAB IV. HASIL IDENTIFIKASI

KAPASITAS RUMAH SAKIT AMAN DAN PUSKESMAS AMAN

PROVINSI BENGKULU 1. Kota Bengkulu

A. Rumah Sakit

1. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bengkulu terletak di jalan Basuki Rahmat, Padang Jati, ratu samban kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu dengan nomor telepon 0736-345100 dan responden yang ditemui berjumlah 2 orang, yaitu Sdr Joni Haryadi Tabrani, Kasubag Umum Perlap, (0811732115) dan Sdr. Safuan Hadi, Koordinator Lapangan Tim Reaksi Cepat RSUD dengan nomor HP 085381304383.

2. Ancaman bencana

Jenis ancaman kejadian bencana yang ada di Kota Bengkulu, khususnya terkait dengan fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) yang paling menonjol adalah kejadian gempa, angin puting beliung dan kebakaran. Jenis kejadian bencana yang pernah terjadi terakhir adalah gempa bumi yang terjadi tahun 2016

3. Kerentanan

Kerentanan rumah sakit terutama terkait dengan lokasi dan posisi rumah sakit dengan potensi risiko kemungkinan adanya bahaya disekitar rumah sakit adalah relative baik, merupakan area datar, tidak terletak pada area kemungkinan terkena banjir dan potensi bahaya lainnya. Potensi yang ada di rumah sakit adalah kemungkinan terjadinya kebakaran di rumah sakit. Namun secara keseluruhan, wilayah Bengkulu merupakan wilayah yang rawan dengan kejadian bencana, terutama gempa bumi dan tsunami. Sedangkan bangunan rumah sakit relative merupakan bangunan baru yang dibangun tahun 2014.

4. Karakteritik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu merupakan rumah sakit dengan tipe C, yang dibangun tahun 2014 dengan kapasitas 70 tempat tidur dan saat ini BOR rumah sakit adalah 70%

Jumlah SDM Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu dapat digambarkan sebagai berikut:

No Jenis SDM Kesehatan Jumlah

1 Dokter umum 6

(22)

18

3 Dokter Spesialis Anestesi 1

4 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1

5 Dokter Spesialis Anak 1

6 Dokter Spesialis Obgyn 1

7 Perawat mahir/emergency 12

8 Perawat 40

9 Kesehatan Lingkungan di IPSRS 2

10 Bidan 17

11 Tenaga kesehatan lainnya 41

12 Jumlah SDM tenaga Kesehatan (1-11) 123

13 Jumlah SDM non tenaga kesehatan 118

Jumlah seluruh karyawan Rumah Sakit (11+12) 241

Rumah sakit lain yang ada di wilayah Kota Bengkulu 7 rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta.

Saat ini RSUD Kota Bengkulu memiliki 3 unit ambulan serta 1 mobil jenasah dan sarana komunikasi yang dipergunakan untuk berkomunikasi di rumah sakit adalah telepon, HP dan internet dan memiliki sinyal yang kuat sehingga memperlancar komunikasi di rumah sakit dan sudah ada kerjasama antar rumah sakit, namun belum dituangkan dalam bentuk formal dengan MOU kerjasama antar rumah sakit. Untuk mendukung kemudahan dan kelancaran komunikasi telah dilakukan kerjasama komunikasi dengan forum komunikasi radio, seperti RAPI atau ORARI, namun belum ada MOU nya. Sebenarnya kerjasama antara unit kesehatan dengan pihak RAPI telah dilakukan melalui MOU yang ditandatangani oleh Pimpinan Kemenkes dan Pimpinan RAPI tahun 2007 dan telah diperpanjang beberapa kali.

Sarana transportasi di wilayah Kota Bengkulu ini cukup baik dan RSUD Kota Bengkulu ini bilamana melakukan rujukan pasien akan dikirim ke Rumah Sakit M Yunus yang merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Provinsi Bengkulu, yang berjarak 8 Km dengan waktu tempuh 20 menit perjalanan dengan kendaraan roda 4.

5. Kesiapsiagaan RSUD Kota Bengkulu dengan kebencanaan.

(23)

19

Pedoman terkait dengan rumah sakit aman dalam situasi darurat dan bencana serta pedoman perencanaan kesiapsiagaan bagi rumah sakit sebenranya telah diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, dan telah dipedomani oleh RSUD Kota Bengkulu. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan RSUD Kota Bengkulu yang telah mengikuti pelatihan terkait dengan penanggulangan kedaruratan atau bencana adalah:

No Jenis pelatihan Peserta RSUD

1 PPGD/GELS v

2 ATLS/ACLS

3 Manajemen kesehatan pada penanggulangan bencana -

4 HOPE/HOSDIP -

5 Nursing Emergency -

6 Lainnya

Pengalaman rumah sakit ini terhadap adanya sejumlah besar korban massal yaitu kejadian bencana gempa bumi yaitu bulan Mei tahun 2016 dan tidak mengakibatkan kerusakan dan gangguan terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Terkait dengan rumah sakit aman, yaitu fungsi dan kapasitas atau kemampuan rumah sakit untuk menghadapi kemungkinan adanya kejadian bencana di rumah sakit, adanya korban massal yang datang ke rumah sakit serta pelayanan kesehatan diluar gedung rumah sakit dapat digambarkan sebagai berikut:

No Komponen rumah sakit aman untuk sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-sedia/sudah ada/sudah melakukan

Kurang dari standar/ ti-dak tersedia /belum ter-sedia/belum melakukan A Kebijakan/Peraturan

1 Kebijakan Direktur RS/Ka-Dinkes untuk menjalankan kesiapsiagaan RS menghadapi bencana atau kesiapsiagaan RS untuk menerima korban massal.

V

B Penguatan kapasitas rumah sakit untuk mewujudkan rumah sakit aman.

1 Pengorganisasian

Keberadaan Komite Kedaruratan Bencana atau Komite sejenis di RS ini

V

Kesiapan komite untuk diaktifkan bilamana terjadi bencana.

V

2 SDM

Adanya pelatihan khusus bagi petugas Rumah Sakit untuk menghadapi bencana.

V

(24)

20

No Komponen rumah sakit aman untuk sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-yang ditunjuk untuk kesiapan menghadapi kejadian

bencana.

Keberadaan Tim Reaksi Cepat / Brigade Siaga Bencana yang bisa dimobilisasi sewaktu-waktu ke lapangan untuk membantu proses evakuasi medik.

V

3 SOP/Mekanisme kerja

SOP mekanisme mobilisasi Tim Reaksi Cepat / Brigade Siaga Bencana

V

Adanya Sistem Komando di RS yang dapat diaktifkan bilamana ada bencana dan datangnya korban massal.

V

SOP untuk penanganan bencana dan korban massal. V

Kesiapkan mekanisme pergantian petugas dalam penangana korban massal.

V

SOP untuk mengatasi masalah kekurangan alat kesehatan dan obat yang tidak mencukupi untuk penanganan korban massal.

V

SOP bantuan Dokter Ahli atau Nakes lainnya dari luar RSUD.

V

SOP untuk komunikasi public pada situasi bencana (media center).

V

Tim khusus untuk melakukan diseminasi informasi untuk mencegah kepanikan?

V

SOP bilamana RS terkena bencana atau sudah tidak mampu menampung pasien

V

4 Koordinasi

Koordinasi Rumah sakit bersama Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam rangka Kesiapsiagaan Kab/Kota untuk menghadapi bencana

V

Kerjasama antara Rumah Sakit dengan pihak Kepolisian dan Unit Pemadam Kebakaran Kab/Kota dalam penanganan bencana di RS atau penanganan korban massal

V

Kerjasama yang ditungkan dalam MOU antara Rumah Sakit dengan pihak Kepolisian di daerah terkait dengan kegiatan DVI

V

Jejaring rujukan korban dengan rumah sakit lainnya? V

Kerjasama antara rumah sakit dengan ORARI/RAPI di Kabupaten/Kota untuk pemanfaatan Radio

Komunikasi

V

Jejaring komunikasi antara rumah sakit ini dengan rumah sakit lain, dinas kesehatan dan puskesmas.

(25)

21

No Komponen rumah sakit aman untuk sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-5 Perencanaan kesiapsiagaan

Ketersediaan Rencana Kontinjensi Rumah Sakit / Rencana Penanggulangan Kedaruratan Rumah Sakit / Hospital Disaster Plan.

V

Penyusunan Rencana Kontinjensi Rumah Sakit / Rencana Penanggulangan Kedaruratan Rumah Sakit / Hospital Disaster Plan yang melibatkan staf dari setiap unit kerja terkait.

V

Penyusunan Rencana Kontinjensi Rumah Sakit / Rencana Penanggulangan Kedaruratan Rumah Sakit / Hospital Disaster Plan ini melibatkan masyarakat di sekitar RS.

V

Review atau di ujicobakannya Rencana Kontinjensi rumah sakit

V

Geladi/simulasi rumah sakit ini dalam penanggulangan krisis kesehatan.

V

6 Penyediaan anggaran untuk krisis kesehatan

Dukungan Pemerintah Kabupaten untuk mewujudkan RS aman

V

Dukungan anggaran di umah sakit untuk mewujudkan RS aman

V

7 Kapasitas cadangan

Ketersediaan ruang lain (misalkan ruang tunggu, Mushola, aula, ruang terbuka, titik kumpul dll) yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan korban luka massal.

V

Ketersedian atau memiliki tenda atau bangunan lain yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan dan perawatan korban?

V

C Factor pendukung dan penghambat

Komitmen dari unsur pimpinan rumah sakit untuk mewujudkan rumah sakit aman dan memiliki kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana.

V

Kebijakan atau program kerja Walikota/Bupati untuk mendukung terwujudnya Rumah sakit yang aman.

V

Dukungan anggaran dari Pemerintah Kabupaten/ Kota untuk mewujudkan rumah sakit yang aman.

V

Alokasi anggaran di rumah sakit untuk pengembangan rumah sakit yang aman.

V

Koordinasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam rangka Kesiapsiagaan Kab/Kota untuk menghadapi bencana.

V

(26)

22

No Komponen rumah sakit aman untuk sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-sedia/sudah ada/sudah melakukan

Kurang dari standar/ ti-dak tersedia /belum ter-sedia/belum melakukan pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan yang

aman terhadap bencana?

6. Kesimpulan

a. Wilayah Kota Bengkulu termasuk dalam wilayah yang berpotensi terjadi bencana, terutama bencana gempa bumi dan tsunami,

b. Kapasitas RSUD telah mengarah pada rumah sakit aman.

c. Mesih belum dipahaminya kepentingan SOP dalam mewujudkan rumah sakit aman dan ini terlihat masih ada beberapa SOP yang harus dipersiapkan.

d. Belum disusunnya rencana kontinjensi/HOSDIP untuk rumah sakit.

e. Kapasitas sebagai Rumah Sakit Aman sudah mencapai 73,3 %, yang gambarannya adalah sebagai berikut:

No

Indikator rumah sakit aman

Jumlah indikator

Sesuai standar/ sudah tersedia / sudah ada/ su-dah melakukan

Kurang dari stan-dar / tidak tersedia / belum tersedia/ belum melakukan

1 Kebijakan 1 1 -

2 Penguatan kapasitas

 Pengorganisasian 2 2

 SDM 3 3

 Ketersediaan SOP/ Mekanisme kerja

9 6 3

 Koordinasi 6 5 1

 Perencanaan 5 1 4

 Anggaran 2 2 -

 Kapasitas cadangan 2 2 -

Jumlah 30 22 8

(27)

23

No

Indikator Dukungan / hambatan untuk mewujudkan rumah

sakit aman

Jumlah indikator

Sesuai standar/ sudah tersedia / sudah ada/ sudah melakukan

Kurang dari standar/ tidak tersedia /belum tersedia/belum

melakukan 1 Komitmen pimpinan

RS

1 1 -

2 Dukungan

program/anggaran

4 4 -

3 Koordinasi 1 1 -

Jumlah 6 6 -

7. Rekomendasi: a. Rumah Sakit:

1) Direksi rumah sakit perlu mempersiapkan dan menyusun berbagai SOP atau mekanisme kerja yang sewaktu-waktu diperlukan untuk menghadapi kejadian bencana.

2) Perlu melakukan peningkatan kapasitas SDM Kesehatan yang lebih baik dan merata bagi SDM kesehatan rumah sakit.

3) Perlu melakukan pendekatan ke Pemerintah Kota Bengkulu untuk koordinasi yang lebih baik dengan BPBD dan terus mendukung terwujudnya rumah sakit aman.

b. Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan Provinsi Bengkulu

1) Memberikan dukungan atau fasilitasi untuk meningkatkan kapasitas SDM kesehatan rumah sakit dan penyusunan perencanaan rencana kontinjensi rumah sakit (HOSDIP).

c. Kementerian Kesehatan:

1) Fasilitasi penyusunan perencanaan kontinjensi rumah sakit/HOSDIP, peningkatan kapasitas SDM kesehatan serta untuk mewujudkan rumah sakit aman bencana.

B. Puskesmas

1. Karakteristik Puskesmas Kuala Lempoing.

Puskesmas Kuala Lempoing, Kota Bengkulu merupakan salah satu puskesmas dari 20 Puskesmas yang ada di Kota Bengkulu, dengan jangkauan pelayanan terhadap 5002 jiwa dan memiliki nomor telepon 0736-341709. Responden yang ditemui adalah dr. Fitri Desimilani, Kepala Puskesmas (nomor hp 091315522221) dan Sdr Zena Erwita, Ka TU Puskesmas (no HP 08127895450).

(28)

24

dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu dengan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu serta RSUD Kota Bengkulu.

Jarak Puskesmas Kuala Lempoing. terhadap Dinas Kesehatan Kota Bengkulu adalah sekitar 2 Km dengan waktu tempuh 5-10 menit, sedangkan jarak ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu 1 Km dengan waktu tempuh 5-10 menit.

Puskesmas ini dibangun tahun 1979 dan memiliki SDM yang dapat digambarkan sebagai berikut:

No Jenis SDM Kesehatan Jumlah

1 Dokter umum 4

2 Perawat mahir/emergency 3

3 Perawat 3

4 Kesehatan Lingkungan 1

5 Bidan 2

6 Tenaga Gizi 1

7 Jumlah tenaga kesehatan lainnya 6

Jumlah seluruh karyawan Puskesmas 20

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Puskesmas Kuala Lempoing memiliki Puskesmas Keliling (Pusling) 1 unit dan berfungsi dengan baik.

2. Ancaman bencana

Secara keseluruhan, wilayah Puskesmas Kuala Lempoing merupakan wilayah yang rawan terhadap kejadian gempa bumi dan tsunami. Kejadian bencana geempa bumi pada tahun 2000 telah menghancurkan Puskesmas dan dibangun kembali tahun 2001, namun dikawatirkan bilamana gempa bumi dengan intensitas tinggi kemungkinan akan mwrobohkan bangunan puskesmas kembali. Kejadian gempa bumi terakhir adalah bulan Mei tahun 2016, tetapi tidak sampai menimbulkan kerusakan bangunan dan perlengkapan Puskesmas dan tetap berfungsi seperti biasanya.

3. Kerentanan

(29)

25

4. Kesiapsiagaan Puskesmas Kuala Lempoing dengan kebencanaan.

Tenaga kesehatan Puskesmas Kuala Lempoing, Bengkulu yang telah mengikuti pelatihan terkait dengan penanggulangan kedaruratan atau bencana adalah:

No Jenis pelatihan Peserta

Puskesmas

1 PPGD/GELS 2

2 ATLS/ACLS 1

3 Manajemen kesehatan pada penanggulangan bencana -

4 Nursing Emergency -

5 Lainnya -

Terkait dengan Puskesmas aman, dimana fungsi dan kapasitas atau kemampuan Puskesmas untuk menghadapi kemungkinan adanya kejadian bencana di Puskesmas, adanya korban masal yang datang ke Puskesmas serta Pelayanan kesehatan diluar gedung Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:

No Indikator Puskesmas Aman untuk Kesiapssiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-A Kebijakan/Peraturan

1 Kebijakan Ka.Dinkes untuk menjalankan kesiapsiagaan Puskesmas menghadapi bencana atau untuk menerima korban bencana atau melakukan kegiatan dilur gedung Puskesmas untuk membantu pertolongan korban bencana.

V

B Kapasitas Puskesmas mewujudkan Puskesmas aman.

1 Pengorganisasian

Petugas atau penanggung jawab yang ditunjuk untuk kesiapan hadapi kejadian bencana.

V

Sistem Komando di Puskesmas yang dapat diaktifkan bilamana ada bencana dan datangnya korban massal/pengungsi

V

Kesiapan Puskesmas siap melakukan pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas/ lapangan.

V

Tim Kesehatan dan perlengkapan kesehatan untuk pelayanan kesehatan di luar gedung

Puskesmas/lapangan.

V

2 SDM

(30)

26

No Indikator Puskesmas Aman untuk Kesiapssiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-kesehatan yang mungkin terjadi

3 SOP/Mekanisme kerja

Prosedur khusus (SOP) untuk penanganan korban massal dan pelayanan kesehatan pengungsi

V

4 Koordinasi

Keikutsertaan Puskesmas dalam geladi atau simulasi V

Jejaring rujukan korban ke Rumah Sakit. V

Jejaring komunikasi antara Puskesmas dengan Dinass Kesehatan Kab/Kota an Rumah Sakit

V

Tim khusus Puskesmas untuk melakukan diseminasi informasi untuk mencegah kepanikan (komunikassi risiko)

V

5 Perencanaan kesiapsiagaan

Dokumen Rencana Kontinjensi Puskesmas / Rencana Penanggulangan Kedaruratan Puskesmas.

V

Penyusunan Rencana Kontinjensi Puskesmas/ Rencana Penanggulangan Kedaruratan di Puskesmas ini melibatkan staf dari setiap unit kerja terkait di Puskesmas.

V

Penyusunan Rencana Kontinjensi Puskesmas/ Rencana Penanggulangan Kedaruratan Puskesmas ini melibatkan masyarakat di sekitar Puskesmas.

V

6 Ketersediaan anggaran

Dukungan anggaran dari Dinas Kesehatan kab/Kota untuk mewujudkan Puskesmas yang aman

V V

7 Kapasitas cadangan

Ketersediaan ruang lain yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan korban luka dan pelayanan kesehatan pengungsi bilamana terjadi bencana dan ruang gawat darurat Puskesmas tidak mencukupi untuk menampung korban luka.

V

Ketersediaan tenda yang dapat dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan pengungsi.

V

C Faktor Penghabat dan Pendorong

Komitmen dari pimpinan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Puskesmas untuk mewujudkan puskesmas aman dan memiliki kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana.

V

Kebijakan atau program kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk mendukung terwujudnya Puskesmas yang aman.

(31)

27

No Indikator Puskesmas Aman untuk Kesiapssiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-Keikutsertaan Puskesmas dalam koordinasi oleh

Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPBD dalam rangka Kesiapsiagaan Kab/Kota untuk menghadapi bencana.

V

Program di Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan yang aman terhadap bencana.

V

5. Kesimpulan:

a. Wilayah Puskesmas Kuala Lempoing merupakan wilayah yang rawan bencana

gempa bumi dan tsunami serta banjir dan lokasi Puskesmas berada di area yang rawan.

b. Staf Puskesmas belum ada yang mengikuti pelatihan penanggulangan kesehatan

pada bencana.

c. Kapasitas untuk disebut sebagai Puskesmas Aman adalah sebagai berikut:

No

Indikator Puskesmas aman Jumlah indikator

Sesuai standar/ sudah tersedia/ sudah ada/ su-dah melakukan

Kurang dari stan-dar/ tidak tersedia /belum tersedia /belum melakukan

1 Kebijakan 1 1 -

2 Penguatan kapasitas

 Pengorganisasian 4 2 2

d. Faktor pendukung dan penghambat dalam mewujudkan Puskesmas Aman

(32)

28

belum/kurang dukungan baik dari Dinas Kesehatan/Pemerintah Kota untuk mewujudkan Puskesmas Aman yang dapat digambarkan sebagai berikut:

No

Indikator Dukungan / hambatan untuk

mewujudkan Puskesmas Aman

Jumlah indikator

Sesuai standar/ sudah tersedia / sudah ada/ sudah melakukan

Kurang dari standar/ tidak tersedia /belum tersedia/belum

melakukan

1 Komitmen pimpinan 1 1 -

2 Dukungan

program/anggaran

2 - 2

3 Koordinasi 1 1

Jumlah 4 1 3

6. Rekomendasi.

a. Puskesmas Kuala Lempoing.

Perlu melakukan advokasi ke Dinas Kesehtan untuk difasilitasi peningkatan kapasitas SDM, penyusunan SOP, perencanaan kesiapsiagaan serta dilibatkan dalam kegiatan koordinasi penanggulangan bencana serta dukungan untuk membentuk puskesmas aman.

b. Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.

Memberikan prioritas pelatihan SDM Puskesmas, penyusunan SOP dan perencanaan kesiapsiagaan puskesmas, mengingat Puskesmas Kuala Lempoing lokasinya berada pada area rawan bencana,

2. Kabupaten Bengkulu Utara A. Rumah Sakit

1. Rumah Sakit Umum Kabupaten Bengkulu Utara yang diberi nama Rumah sakit Umum Daerah Arga Makmur, terletak di Jalan RA Kartini, Air Merah, Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dengan nomor telepon 0737-521118 dan alamat email rsud.arga0804@yahoo.com. Responden yang ditemui berjumlah 2 (dua) orang, yaitu dr. Jamen, M.Kes. SpKK, sebagai Direktur RSUD dengan nomor HP 081328842471 dan Sdr. Irwan. S.Kep, Kepala IGD dengan nomor HP 085767151320. 2. Ancaman bencana

(33)

29

kerusakan bangunan dan gangguan fungsi rumah sakit karena listrik padam serta beberapa dokumen milik rumah sakit ikut terbakar.

3. Kerentanan

Kerentanan rumah sakit terutama terkait dengan lokasi atau posisi rumah sakit berada pada wilayah yang aman dari potensi risiko kemungkinan adanya bahaya disekitar rumah sakit yang merupakan area datar, tidak terletak pada area kemungkinan terkena banjir dan potensi bahaya lainnya.

4. Karakteritik Rumah Sakit Umum Daerah Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara. Rumah Sakit Umum Daerah Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara merupakan rumah sakit dengan tipe C, yang dibangun tahun 1976 dengan kapasitas 158 tempat tidur dan saat ini BOR rumah sakit adalah 47,73 %

Jumlah SDM Rumah Sakit Umum Daerah Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara dapat digambarkan sebagai berikut:

No Jenis SDM Kesehatan Jumlah

1 Dokter umum 11

2 Dokter Spesialis Bedah 2

3 Dokter Spesialis Anestesi 1

4 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2

5 Dokter Spesialis Anak 2

6 Dokter Spesialis Obgyn 1

7 Perawat mahir/emergency 44

8 Perawat 198

9 Kesehatan Lingkungan di IPSRS 1

10 Bidan 65

11 Tenaga kesehatan lainnya 105

12 Jumlah SDM tenaga Kesehatan (1-11) 432

13 Jumlah SDM non tenaga kesehatan 122

Jumlah seluruh karyawan Rumah Sakit (11+12) 554

Rumah sakit lain yang ada di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara baik milik pemerintah maupun swasta ada 3.

(34)

30

dalam bentuk formal dengan MOU kerjasama antar rumah sakit. Kerjasama dengan forum komunikasi, seperti RAPI dan ORARI berjalan baik dan sifatnya situasional, seperti untik kebutuhan sosialisasi.

Sarana transportasi di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. ini cukup baik dan jarak RSUD Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara ini dengan rumah sakit yang dapat menjadi rujukan, yaitu Rumah Sakit Umum Bengkulu di Kota Bengkulu, yang merupakan rumah sakit tipe B yang berjarak 65 KM yang dapat ditempuh 1jam 30 menit perjalanan dengan mobil.

5. Kesiapsiagaan RSUD Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara dengan kebencanaan. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya bahaya atau risiko di rumah sakit, sudah dibuat petunjuk jalur-jalur evakuasi untuk pasien, pengunjung dan staf rumah sakit dan penetapan titik kumpul yang aman di area rumaha sakit.

Pedoman terkait dengan rumah sakit aman dalam situasi darurat dan bencana serta pedoman perencanaan kesiapsiagaan bagi rumah sakit sebenranya telah diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, namun responden menyatakan baru mendengar adanya pedoman tersebut namun belum dipelajari.

Sedangkan jumlah tenaga kesehatan RSUD Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara yang telah mengikuti pelatihan terkait dengan penanggulangan kedaruratan atau bencana adalah:

No Jenis pelatihan Peserta RSUD

1 PPGD/GELS 44

2 ATLS/ACLS 10

3 Manajemen kesehatan pada penanggulangan bencana 1

4 HOPE/HOSDIP -

5 Nursing Emergency 3

6 Lainnya -

(35)

31

No Komponen rumah sakit aman untuk sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-A Kebijakan/Peraturan

1 Kebijakan Direktur RS/Ka-Dinkes untuk menjalankan kesiapsiagaan RS menghadapi bencana atau kesiapsiagaan RS untuk menerima korban massal.

V

B Penguatan kapasitas rumah sakit untuk mewujudkan rumah sakit aman.

1 Pengorganisasian

Keberadaan Komite Kedaruratan Bencana atau Komite sejenis di RS ini

V

Kesiapan komite untuk diaktifkan bilamana terjadi bencana.

V

2 SDM

Adanya pelatihan khusus bagi petugas Rumah Sakit untuk menghadapi bencana.

V

Adanya petugas khusus atau penanggung jawab yang ditunjuk untuk kesiapan menghadapi kejadian bencana.

V

Keberadaan Tim Reaksi Cepat / Brigade Siaga Bencana yang bisa dimobilisasi sewaktu-waktu ke lapangan untuk membantu proses evakuasi medik.

V

3 SOP/Mekanisme kerja

SOP mekanisme mobilisasi Tim Reaksi Cepat / Brigade Siaga Bencana

V

Adanya Sistem Komando di RS yang dapat diaktifkan bilamana ada bencana dan datangnya korban massal.

V

SOP untuk penanganan bencana dan korban massal. V

Kesiapkan mekanisme pergantian petugas dalam penanganan korban massal.

V

SOP untuk mengatasi masalah kekurangan alat kesehatan dan obat yang tidak mencukupi untuk penanganan korban massal.

V

SOP bantuan Dokter Ahli atau Nakes lainnya, dari luar RSUD.

V

SOP untuk komunikasi public pada situasi bencana (media center).

V

Tim khusus untuk melakukan diseminasi informasi untuk mencegah kepanikan?

V

SOP bilamana RS terkena bencana atau sudah tidak mampu menampung pasien

V

4 Koordinasi

Koordinasi Rumah sakit bersama Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam rangka Kesiapsiagaan Kab/Kota untuk menghadapi

(36)

32

No Komponen rumah sakit aman untuk sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah

ter-Kerjasama antara Rumah Sakit dengan pihak Kepolisian dan Unit Pemadam Kebakaran Kab/Kota dalam penanganan bencana di RS atau penanganan korban massal

V

Kerjasama yang ditungkan dalam MOU antara Rumah Sakit dengan pihak Kepolisian di daerah terkait dengan kegiatan DVI

V

Jejaring rujukan korban dengan rumah sakit lainnya? V

Kerjasama antara rumah sakit dengan ORARI/RAPI di Kabupaten/Kota untuk pemanfaatan Radio

Komunikasi

V

Jejaring komunikasi antara rumah sakit ini dengan rumah sakit lain, dinas kesehatan dan puskesmas.

V

5 Perencanaan kesiapsiagaan

Ketersediaan Rencana Kontinjensi Rumah Sakit / Rencana Penanggulangan Kedaruratan Rumah Sakit / Hospital Disaster Plan.

V

Penyusunan Rencana Kontinjensi Rumah Sakit / Rencana Penanggulangan Kedaruratan Rumah Sakit / Hospital Disaster Plan yang melibatkan staf dari setiap unit kerja terkait.

V

Penyusunan Rencana Kontinjensi Rumah Sakit / Rencana Penanggulangan Kedaruratan Rumah Sakit / Hospital Disaster Plan ini melibatkan masyarakat di sekitar RS.

V

Review atau di ujicobakannya Rencana Kontinjensi rumah sakit

V

Geladi/simulasi rumah sakit ini dalam penanggulangan krisis kesehatan.

V

6 Penyediaan anggaran untuk krisis kesehatan

Dukungan Pemerintah Kabupaten untuk mewujudkan RS aman

V

Dukungan anggaran di umah sakit untuk mewujudkan RS aman

V

7 Kapasitas cadangan

Ketersediaan ruang lain (misalkan ruang tunggu, Mushola, aula, ruang terbuka, titik kumpul dll) yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan korban luka massal.

V

Ketersedian atau memiliki tenda atau bangunan lain yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan dan perawatan korban?

(37)

33

No Komponen rumah sakit aman untuk sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-sedia/sudah ada/sudah melakukan

Kurang dari standar/ ti-dak tersedia /belum ter-sedia/belum melakukan C Factor pendukung dan penghambat

Komitmen dari unsur pimpinan rumah sakit untuk mewujudkan rumah sakit aman dan memiliki kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana.

V

Kebijakan atau program kerja Walikota/Bupati untuk mendukung terwujudnya Rumah sakit yang aman.

V

Dukungan anggaran dari Pemerintah Kabupaten/ Kota untuk mewujudkan rumah sakit yang aman.

V

Alokasi anggaran di rumah sakit untuk pengembangan rumah sakit yang aman.

V

Koordinasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam rangka Kesiapsiagaan Kab/Kota untuk menghadapi bencana.

V

Program di Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan yang aman terhadap bencana.

V

6. Kesimpulan:

a. Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara termasuk dalam wilayah yang berpotensi terjadi bencana, terutama bencana gempa bumi dan tsunami, banjir dan tanah longsor.

b. Rumah sakit sudah memiliki arah untuk mewujudkan rumah sakit aman sebagai bentuk kesiapsiagaan penanggulangan bencana, baik dari sudut SDM terlatih, adanya Hosdip¸namun masih perlu dilengkapi dengan berbagai SOP untuk operasionalisasi pelayanan kesehatan yang akan bermanfaat bilamana terjadi bencana.

c. Dokumen Rencana Kontinjensi rumah sakit/Hosdip yang telah disusun tahun 2012 belum pernah dilakukan peninjauan kembali untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi terkini.

(38)

34 No

Indikator rumah sakit aman

Jumlah indikator

Sesuai standar/ sudah tersedia / sudah ada/ sudah melakukan

Kurang dari standar/ tidak tersedia /belum tersedia/belum

melakukan

1 Kebijakan 1 1

2 Penguatan kapasitas

 Pengorganisasian 2 - 2

 SDM 3 3 -

 Ketersediaan SOP /Mekanisme kerja

e. Faktor pendukung dan penghambat dalam mewujudkan rumah sakit aman sebagai salah satu bentuk kesiapsiagaan, dari 6 indikator yang ada, 5 diantaranya menunjukan adanya dukungan, baik dari internal rumah sakit, Dinas Kesehatan maupun dari Pemerintah Kabupaten Sambas, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

No

Indikator Dukungan / hambatan untuk mewujudkan rumah

sakit aman

Jumlah indikator

Sesuai standar/ sudah tersedia / sudah ada/ sudah melakukan

Kurang dari standar/ tidak tersedia /belum tersedia/belum

a. Untuk Rumah Sakit

 Perlu melengkapi dengan berbagai SOP yang sangat diperlukan bilamana bencana terjadi.

 Perlu melakukan review terhadap Perencanaan kontinjensi rmah sakit (Hosdip) yang sudah cukup lama disusun.

(39)

35

b. Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan Provinsi Bengkulu

Memberikan dukungan atau fasilitasi untuk meningkatkan kapasitas SDM kesehatan rumah sakit dan penyusunan perencanaan rencana kontinjensi rumah sakit (HOSDIP).

c. Kementerian Kesehatan:

Fasilitasi penyusunan perencanaan kontinjensi rumah sakit/HOSDIP, peningkatan kapasitas SDM kesehatan serta untuk mewujudkan rumah sakit aman bencana.

B. Puskesmas

1. Karakteristik Puskesmas Sebelat.

Puskesmas Sebelat di Kecamatan Sebelat, Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu puskesmas dari 22 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara, dengan jangkauan pelayanan terhadap 22.368 jiwa dan memiliki alamat email: pkm_sebelat@gmail.com. Responden yang ditemui adalah Sdr. Dr. Rudolf Suryapraba, sebagai Kepala Puskesmas (nomor hp 082175025111) dan Sdr. Efrizal, SKM, sebagai staf Kesling Puskesmas sekaligus sebagai penanggung jawab keiapsiagaan bencana.

Alat komunikasi yang dapat dipergunakan adalah telepon seluler serta tersedia jejaring internet yang merupakan sarana komunikasi antara puskesmas dengan Rumah Sakit Umum Daerah Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara.

Jarak Puskesmas Sebelat terhadap Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara adalah sekitar 115 Km dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit, sedangkan jarak ke Rumah Sakit Umum Daerah Arga Makmur adalah 115 Km dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit.

Puskesmas ini dibangun tahun 1990 dan memiliki SDM yang dapat digambarkan sebagai berikut:

No Jenis SDM Kesehatan Jumlah

1 Dokter umum 1

2 Perawat mahir/emergency 0

3 Perawat 16

4 Kesehatan Lingkungan 1

5 Bidan 25

6 Tenaga Gizi 1

7 Jumlah tenaga kesehatan lainnya 30

(40)

36

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Puskesmas Sebelat memiliki 2 unit ambulan.

2. Ancaman bencana

Kejadian bencana besar yang terjadi adalah gempa bumi yang kejadian tahun 2007 mengakibatkan kerusakan pada sebagian bangunan Puskesmas, yaitu di ruang perawatan, ruang poli dan ruang administrasi serta gangguan pada fungsi Puskesmas, yaitu tidak berfungsinya ruangan dan pemadaman aliran listrik. Ancaman bencana yang ada di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara adalah gempa bumi dan kebakaran.

3. Kerentanan

Lokasi bangunan puskesmas ini terletak di daerah pesisir pantai barat Sumatera dan secara keseluruhan wilayah Puskesmas merupakan wilayah yang rawan dengan kejadian gempa bumi dan tsunami.

4. Kesiapsiagaan Puskesmas Sebelat dengan kebencanaan.

Mengingat wilayah Puskesmas Sebelat merupakan wilayah rawan bencana, upaya yang telah dilakukan baru sebatas koordinasi dengan dibentuknya Tim Siaga Bencana Kecamatan yang melibatkan berbagai pihak terkait di wilayah kecamatan, seperti Kantor Camat Sebelat, PMI dan lainnya nsmun belum disusun program kerjanya. Puskesmas Sebelat ditetapkan sebagai Pukesmas rujukan bencana pada bulan Oktober 2016 ini.

Sedangkan tenaga kesehatan Puskesmas Sebelat belum ada yang diikutsertakan dalam pelatihan khusus penanggulangan kesehatan pada bencana

Terkait dengan fungsi dan kapasitas atau kemampuan Puskesmas untuk menghadapi kemungkinan adanya kejadian bencana di Puskesmas, adanya korban massal yang datang ke Puskesmas serta pelayanan kesehatan diluar gedung Puskesmas dapat digambarkan sebagi berikut:

No Indikator Puskesmas Aman untuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar /sudah ter-sedia/sudah ada/sudah melakukan

Kurang dari standar/ ti-dak tersedia/ belum tersedia/ belum

melakukan A Kebijakan/Peraturan

1 Kebijakan Ka.Dinkes untuk menjalankan kesiapsiagaan Puskesmas menghadapi bencana atau untuk menerima korban bencana atau melakukan kegiatan dilur gedung Puskesmas untuk membantu pertolongan korban bencana.

(41)

37

No Indikator Puskesmas Aman untuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar standar/ ti-dak tersedia/ belum tersedia/ belum

melakukan

B Kapasitas Puskesmas mewujudkan Puskesmas aman.

1 Pengorganisasian

Petugas atau penanggung jawab yang ditunjuk untuk kesiapan hadapi kejadian bencana.

V

Sistem Komando di Puskesmas yang dapat diaktifkan bilamana ada bencana dan datangnya korban massal/pengungsi.

V

Kesiapan Puskesmas siap melakukan pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas/ lapangan.

V

Tim Kesehatan dan perlengkapan kesehatan untuk pelayanan kesehatan di luar gedung

Puskesmas/lapangan.

V

2 SDM

SDM terlatih untuk menghadapi bencana atau krisis kesehatan yang mungkin terjadi

V

3 SOP/Mekanisme kerja

Prosedur khusus (SOP) untuk penanganan korban massal dan pelayanan kesehatan pengungsi

V

4 Koordinasi

Keikutsertaan Puskesmas dalam geladi atau simulasi:

V

Jejaring rujukan korban ke Rumah Sakit. V

Jejaring komunikasi antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota Dan Rumah Sakit

V

Tim khusus Puskesmas untuk melakukan diseminasi informasi untuk mencegah kepanikan (komunikassi risiko)

V

5 Perencanaan kesiapsiagaan

Dokumen Rencana Kontinjensi Puskesmas / Rencana Penanggulangan Kedaruratan Puskesmas.

V

Penyusunan Rencana Kontinjensi Puskesmas/ Rencana Penanggulangan Kedaruratan di

Puskesmas ini melibatkan staf dari setiap unit kerja terkait di Puskesmas.

V

Penyusunan Rencana Kontinjensi Puskesmas/ Rencana Penanggulangan Kedaruratan Puskesmas ini melibatkan masyarakat di sekitar Puskesmas.

V

6 Ketersediaan anggaran

Dukungan anggaran dari Dinas Kesehatan kab/Kota untuk mewujudkan Puskesmas yang aman

V

7 Kapasitas cadangan

(42)

38

No Indikator Puskesmas Aman untuk kesiapsiagaan menghadapi krisis kesehatan

Sesuai standar standar/ ti-dak tersedia/ belum tersedia/ belum

melakukan untuk penanganan korban luka dan pelayanan

kesehatan pengungsi bilamana terjadi bencana dan ruang gawat darurat Puskesmas tidak mencukupi untuk menampung korban luka.

Ketersediaan tenda yang dapat dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan pengungsi.

V

C Faktor Penghabat dan Pendorong

Komitmen dari pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas untuk mewujudkan puskesmas aman dan memiliki kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana.

V

Kebijakan atau program kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk mendukung terwujudnya Puskesmas yang aman.

V

Keikutsertaan Puskesmas dalam koordinasi oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota dan BPBD dalam rangka Kesiapsiagaan Kab/Kota untuk menghadapi

bencana.

V

Program di Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan yang aman terhadap bencana.

V

5. Kesimpulan:

a. Wilayah Puskesmas Sebelat merupakan wilayah yang rawan bencana gempa bumi dan tsunami serta banjir dan tanah longsor.

b. Puskesmas Sebelat telah ditetapkan sebagai Puskesmas rujukan bencana. c. Tim Siaga yang dibentuk di tingkat kecamatan masih baru dan belum disusun

rencana kerjanya.

d. Staf Puskesmas belum ada yang mengikuti pelatihan penanggulangan kesehatan pada bencana.

e. Kapasitas untuk disebut sebagai Puskesmas Aman adalah sebagai berikut:

No

Indikator Puskesmas aman

Jumlah indikator

Sesuai standar/ sudah tersedia / sudah ada/ sudah melakukan

Kurang dari standar/ tidak tersedia /belum tersedia/belum

melakukan

1 Kebijakan 1 1

Gambar

Tabel : Identifikasi Kapasitas Puskesmas Aman

Referensi

Dokumen terkait

Menurut analisis penulis, diikutsertakannya shojo-dashi dalam parade Tenjin Matsuri adalah dihubungkan dengan adanya tujuan dalam Tenjin Matsuri, yaitu untuk mengusir setan atau

Bab ini terdiri atas penjelasan dan pembahasan secara rinci terkait dengan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Badan, kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan

Selama melaksanakan kegiatan PKL tersebut, praktikan ditempatkan pada bagian Finance dan diberikan pekerjaan yang berhubungan dengan akuntansi dan pajak, seperti

Namun pada akad sewa-menyewa di desa Tumpakrejo kedua belah pihak telah sepakat bahwa ketika habis masa sewa maka lahan dan isinya kembali kepada pemilik lahan, karena

Dari 8 penelitian yang menilai manfaat laktulosa pada pasien sirosis hati dengan ensefalopati hepatik, 3 artikel dieksklusi karena dipublikasi sebelum tahun 2000 dan telah ada

berapi) yg tidak tenggelam di dl air; batu timbul; -- arang arang yg diambil dr dl tanah yg berasal dr kayu-kayuan yg telah menjadi batu; batubara; -- asahan batu untuk

Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) merupakan kegiatan penting bagi suatu pendidikan tinggi. Oleh karena itu, kegiatan ini tercantum sebagai salah satu unsur Tri

35 FUB-AMB halusinogen, efek cannabinoid, dan toxic 36 AB-PINACA halusinogen, efek cannabinoid, dan toxic 37 THJ-2201 halusinogen, efek cannabinoid, dan toxic 38 THJ-018