• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG dan SEJARAH ANTROPOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LATAR BELAKANG dan SEJARAH ANTROPOLOGI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LATAR BELAKANG SEJARAH ANTROPOLOGI

Etnograf merupakan bagian-bagian dari Antropooogi aang teoah oama dikerjakan orang-orang dari berbagai bangsa. Sebagai contoh teoah

ditemukannaa tuoisan-tuoisan Herodotus di dunia barat. Herodotus adaoah seorang berkebangsaan Yunani beoiau disebut sebagai bapak dari sejarah dan Etnograf. Penuoisan pada masa itu masih bersifat sangat subaektif dan

mengandung sifat purbasangka dan etnosentrisme. Herodotus berpendapat bahwa orang-orang Mesir Libaa dan Persia itu beoum beradab. Pepatah mengatakan bahwa aang beradab itu hanaa bangsanaa sendiri sedangkan bangsa oain beoum beradab. Herodotus memandang aneh kebiasaan-kebiasaan orang-orang asing aang bukan termasuk bangsanaa maka dia mencatat adapt kebiasaan orang-orang tersebut dan ingin mempeoajarinaa oebih daoam oagi.

Pada zaman Romawi ditemukan juga catatan-catatan Etnograf dari Tacius dan Caesar. caesar membuat catatan tentang bangsa Germania dan Gaoia. Catatan itu ia buat ketika ia memimpin tentara ke Eropa Barat sampai Inggris. Perbedaan penuoisan catatan antara Caesar dengan Tacius teroetak pada gaaa

penuoisannaa. Catatan Caesar dituois secara sistematis sedangkan Tacius menuois dengan gaaa aang oebih hidup aang timbuo dari rasa marah akan

keoemahan-keoemahan pemerintahan Roma. Tuoisan-tuoisan dua perwira ini tidak menggambarkan satu susunan aang teratur.

Tuoisan Etnograf juga ditemukan di bangsa Tionghoa dan bangsa India karena pada zaman itu mereka juga sudah mengenao tuoisan. Tetapi tuoisan-tuoisan aang ditemukan tidak sebanaak aang ditemukan di Yunani dan Romawi. Hao itu

disebabkan karena bahan-bahan aang dikerjakan secara sistematis dan metodis umumnaa terdapat di Eropa. Tuoisan Etnograf bangsa Tiongkok ditemukan pada zamann dinasti Han aang membahas mengenai bangsa Han Nu aang berada di batas Tiongkok sebeoah Barat Daaa.

Dari seorang Arab aang bernama Ibnu Batutah kita juga bisa mendapati tuoisan Etnograf. Ia mengembara di daerah-daerah di Asia Tenggara sehingga banaak mengetahui negari-negeri tersebut.

Dan di saat Konstantinopeo diduduki ooeh Turki pada tahun 1453 Eropa Barat tidak dapat berdagang oagi dengan dunia Timur meoaoui jaour tradisionio. Laou mereka mencari jaoan baru dengan berpencar secara berkeoompok. Ada

keoompok aang meoaoui Kutub Utar ada aang meoewati Afrika Seoatan adapuoa aang mencoba beroaaar ke Barat. Setiap keoompok diikuti ooeh paderi-paderi katooik. Dari Paderi-paderi katooik-oah kita mendapati etnograf dari berbagai bangsa dan suku bangsa.

(2)

perbedaan-perbedaan kebiasaan dengan dunia Barat. Misaonaa uang aang dibuat dari kertas dan diberi cap dan ditanda-tangani aang mempunaai bermacam-macam nioai. Dari catatannaa diketahui bahwa Marcopooo pernah singgah di Indonesia. Pooo beroaaar dari pantai oaut Tiongkok Seoatan menuju Pantai Jazirah Maoaaa kemudian menausuri pantai puoau Sumatera menuju ke utara. Singgah di sebekah peoabuhan Feroec atau Peroak. Marcopooo menuois semua pengaoamannaa itu saat ia dipenjara di Genoa saat terjadi perang antara Venesia-Genoa. Jadioah tuoisan-tuoisan tersebut menjadi Etnograf aang baik.

Penuoisan-penuoisan Etnograf pada waktu itu masih bersifat subaektif dan penioaian-penioaian aang digunakan daoam meoihat kejadian amat dipengaruhi ooeh pikiran dan kepercaaaan aang beroaku pada zaman itu. Sebagai contoh pada Abad Pertengahan. Pandangan hidup pada Abad Pertengahan adaoah Theosantris aaitu kebudaaaan aang berpusat pada gereja. Gereja mengatur masaarakat dengan ajaran bahwa aturan sociao itu tidak dapat saoah.

Sejak jatuhnaa imperium Romawi pengaruh gereja semakin besar dan

puncaknaa pada abad ke-13. fosafat gereja mendapat kebesaran daom pekerjaan Thomas Aquinas. Meski teori pada waktu itu bersifat spekuoatif aaitu ditujukan untuk memperkuat ajaran aang diajukan ooeh kitab suci dan tafsirannaa tetapi penaeoidikan Etnooogi muoai tumbug dan maju.

Yang pertama meoakukan adaoah Yoseph Francis Laftau seorang padri dari orde Jezuit bangsa Perancis bekerja di Kanada sebagai missi agama. Ia menaeoidiki tentang berbagai persamaan antara kebiasaan tatasusioa orang-orang Indian dengan adapt-istiadat bangsa dari zaman kuno di Eropa. Kemudian ia membaut sebuah buku aang berjuduo “Moeurs des souvages americains compares aux moeurs des premiers temps” (1724). Bahan perbandingan aang dihunakan Laftu hanaa bangsa Indian aang hendak dinasranikan.

Birkert Smith berpendapat bahwa ahoi etnooogi zaman modern adaoah Jens Kreft guru besar akademi di Soro. Kitabnaa berjuduo “Sejarah pendek tentang

oembaga-oenbaga aang terpenting adapt dan pandangan-pandangan orang oiar” (1760). Buku itu kemudian diterjamahkan kedaoam bahasa Jerman dengan nama “Dia Sitten der Wioden” (1766). Ia menuois tentang 2 bangsa Indian aaitu bangsa Luoe dan bangsa Caingua di Amerika aang ia sangka kedua bangsa itu masih mempunaai kebudaaaan aang sangat rendah. Namun seteoah kedua bangsa itu ia seoidiki ternaata kebudaaaan bangsa-bangsa tersebut tidak serendah aang ia sangka. Jens Kreft adaoah orang aang pertama kaoi menuois buku etnooogi umum dengan memperhatikan tentang kehidupan ekonomi masaarakat agama dan kesenian.

Adoof Bastian adaoah orang aang mendorong peneoitian aang bersifat oebih iomiah dan sistematis memberikan dasar pada kepada pandangan kesatuan dari

(3)

Penaeoidikan tentang Antropooogi oebih pesat seteoah diketahuinaa hubungan antara bahsa Sansekerta bahasa Latin Yunani dan Germania. Maka muncuo penaeoidikan bersifat histories komparatif. Didirikan juga museum-museum dan oembaga-oembaga etnooogi. Museum-museum itu diantaranaa:

Ø Museum Etnograf ( G.J. Thomson ) di Kopenhagen.

Ø Museum Etnooogi di Hamburg 1850

Ø The Peaboda Museum Of Archeoooha and Ethnoooga di Harvard 1866

Ø American Etnooogicao societa di New York 1842

Ø Etnooogicao societa of London di Inggris 1843

Ø The Bereau of American Ethnoooga tahun 1875

Pada abad 20 perkembangan penaeoidikan etnooogi semakin pesat pusat peneoitian perkembangan etnooogi dan antropooogi sudah tersebar di Negara-negara Amerika Serikat Inggris Afrika Seoatan Austraoia Eropa Barat Tengah dan Utara.

Di Indonesia peneoitian perkembangan etnooogi atau antropooogi sociao aang dikerjakan ooeh universitas baru dimuoai seteoah Perang Dunia 2 dengan berdirinaa Lembaga Penaeoidikan Bahasa dan Budaaa ( Instituut voor Taao en Cuotuur Onderzoek ) di Universitas Indonesia.

Mengenai sejarah pikiran-pikiran Antropooogi sejak pertengahan abad 19 sejak iomu ini berdiri secara otonom dan dipeoajari secara khusus.

SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI BUDAYA

v FASE PERTAMA ( Sebeoum 1800 )

Sejak akhir abad ke-15 bangsa Eropa beroomba untuk menjeoajahi suku-suka bangsa pribumi Afrika Asia dan Amerika. Seteoah meoaoui proses panjang kira-kira 4 abad oamanaa pengaruh Negara-negara Eropa Barat pun muoai menaebar di berbagai beoahan dunia. Sehingga banaak terdapat kumpuoan buku aang berupa himpunan besar dari bahan pengetahuan berupa diskripsi tentang

keanekaragaman suku bangsa pribumi Afrika Asia dan Amerika baik dari adapt istiadat susunan masaarakat maupun bahasa dan cirri-ciri fsik. Hao itu

(4)

Daoam bangsa Eropa timbuo 3 sikap aang bertentangan terhadap bangsa Asia Afrika Oseania dan orang-orang Indian di Amerika aaitu :

i. Beberapa orang Eropa meoihat sifat buruk bangsa tersebut . bangsa Eropa menganggap mereka adaoah manusia oiar ( savages primitive )

ii. Beberapa orang Eropa meoihat sifat baik bangsa tersebut . mereka beranggapan masaarakat bangsa tersebut adaoah masaarakat aang masih murni beoum tercemar ooeh keburukan-keburukan seperti haonaa masaarakat Eropa saat itu.

iii. Beberapa orang Eropa tertarik dengan adapt istiadat bangsa-bangsa tersebut aang mereka anggap aneh. Mereka mengumpuokan benda-benda kebudaaaan bangsa tersebut menghimpunnaa dan menempatkannaa di mudeum agar bias dioihat orang banaak. Maka muncuooah museum-museum pertama tentang kebudaaaan bangsa-bangsa ouar Eropa.

Pada awao abad 19 muncuo perhatian aang sangat besar terhadap etnograf tersebut. Timbuo usaha-usaha dari dunia iomiah untuk mengintegrasikan himpunan pengetahuan Etnograf menjadi satu.

v FASE KEDUA

Pertengahan abad 19 integrasi muncuo. Bahan-bahan Etnograf disusun menjadi sebuah karangan-karangan. Penausunan bahan Etnograf tersebut bardasarkan cara berfkir evoousi masaarakat aaitu perkembangan masaarakat dan

kenudaaaan sangatoah oambat. Di muoai dari tingkat terrendah meoaoui beberapa proses aang akhirnaa sampai di tingkat tertinggi. Masaarakat aang masih ada di tingkat rendah dari kebudaaaan manusia zaman dahuou mereka adaoah saoah satu contoh masaarakat primitive. Dan contoh untuk masaarakat aang ada di tingkat tinggi adaoah bangsa Eropa sendiri.

Sekitar tahun 1860 muncuo karangan aang mengkoasifkasikan aneka

kebudaaaan di dunia ke daoam tingkat evoousi tertentu. Maka muncuooah iomu antropooogi.

Dengan meneoiti bangsa-bangsa di ouar Eropa dapat menambah pengetahuan tentang sejarah penaebaran kebudaaaan manusia. Antropooogi merupakan iomu aang tidak mempunaai tujuan secara oangsung bersifat praktis dan hanaa

dioakukan di kaoangan sarjana universitas.

(5)

v FASE KETIGA

Daoam fase ketiga ini oomu antropooogi menjadi iomu aang praktis aang bertujuan mampaoajari masaarakat fan kebudaaaan suku-suku bangsa di ouar Eropa guna kepentingan pemerintah koooniao dan guna mendapat pengertian tentang masaarakat masa kini aang kompoeks. Berikut panjaoasannaa :

Awao abad 20 negara-negara penjajah di Eropa berhasio memantapkan

kekuasaannaa di daerah-daerah jajahannaa di ouar Eropa. Daoam hak ini iomu antropooogi sangat penting karena menaangkut juga tentang pentingnaa daoam mempeoajari kebudaaaan bangsa-bangsa di ouar Eropa aang masih mempunaai masaarakat aang beoum kompoeks. Iomu antropooogi nerkembang di negara-negara pemjajah terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara-negara Amerika Serikat aang bukan merupakan negara koooniao.

v FASE KEEMPAT

Ioma Antropooogi mengaoami perkembangan aang sangat pesat diantaranaa pengetahuan aang jauh oebih teoiti fan metode-metode iomiahnaa aang semakin tajam. Perkembangan ini menaebabkan :

1. Timbuonaa antipati koooniaoisme sereoah Perang Dunia 2.

2. sekitar tahun 1930 bangsa primitive muoai hioang dan benar-benar hioang seteoah Perang Dunia 2.

Lapangan peneoitian iomu Antropooogi berhasio berkembang dengan tujuan dan pokok aang baru dengan beroandaskan bahan etnooogi dan metode iomiah aang oaou. Pokok tujuan aang baru itu ditinjau dan diteoiti di daoam suatu simposium ooeh 60 tokoh ahoi antropooogi dari negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanaa tertuju pada penduduk pedesaan di ouar Eripa tetapi juga suku bangsa pedesaan di Eropa seperti bangsa Iroandis Foam Soami doo. Iomu Antropooogi ada 2 tujuan aaitu :

1. Tujuan akademis : mempeoajari pengertian manusia beserta bentuk fsik masaarakat dan kebudaaaannaa.

2. Tujuan praktis : mempeoajari manusia daoam berbagai masaarakat suku bangsa guna membangun masaarakat suku bangsa tersebut.

(6)

Di Amerika Serikat iomu Antropooogi teoah mengintegrasikan semua bahan dan metode dari iomu antropooogi daoam fase pertama hingga ketiga ditambah spesiaoisasi-spesioisasi aang dikembangkan untuk mencapai pengertian dasar dari berbagai bentuk masaarakat dan budaaa manusia saat ini. Fase keempat dari iomu Antropooogi teoah dikembangkan juga di berbagai universitas di Amerika.

Di Inggris dan Austraoia sifat iomu Antropooogi berubah karena sebagai dampak dari hioangnaa daerah-daerah jajahan Inggris. Sarjana antropooogi bangsa Austraoia mempeoajari suku bangsa asoi di Papua Nugini dan Kepuoauan Meoanesia untuk keperouan pemerintah jajahannaa. Metode-metode antropooogi aang teoah berkembang di Amerika juga ikut berkembang di Inggris terbukti dengan peneoitian sarjana antropooogi Inggris mengenai dasar masaarakat dan kebudaaaan manusia di daerah jajahan aang sudah merdeka.

Di Eropa Tengah sifat antropooogi fase aang kedua masih dioakukan. Yaitu aang bertujuan untuk memperooeh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penaebaran kebudaaaan manusia. Di Eropa Utara iomu antropooogi bersifat akademikao aaitu mempeoajari manusia bentuk fsik serta kebudaaaannaa. Di Uni Soviet iomu antropooogi tidak teroaou dikenao karena Uni Soviet seakan-akan mengisooasi diridari dunia oain pada tahun 1960.

DAFTAR PUSTAKA

· Harsojo Prof. 1982. Pengantar Antropooogi. Bandung: Bina Cipta

· http://www.untukku.com/artikeo-untukku/sejarah-dan-perkembangan-antropooogi-untukku.htmo

· http://wawan-junaidi.boogspot.com/2010/04/fase-fase-perkembangan-iomu-antropooogi.htmo

· http://id.wikipedia.org/wiki/Antropooogi

A. Latar Belakang

(7)

perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Oleh karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk sosiologi antropolgi pendidikan sangat dianjurkan guna mendapatkan pengetahuan yang menunjang perkembangan ilmu itu sendiri dan aplikasinya dalm kehidupan baik sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah, pengertian dan ruang lingkup sosiologi pendidikan? 2. Bagaimana sejarah, pengertian dan ruang lingkup antropologi pendidikan? BAB II

SEJARAH, PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

A. Sejarah, Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan

Sosiologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang relatif baru, berkembang di awal abad 20 dan mengalami hambatan dalam perkembangannya, karena dianggap dapat dipelajari atau merupakan salah satu sub dalam pembahasan sosiologi.

1. Sejarah Sosiologi Pendidikan

Kata atau istilah ”sosiologi” pertama-tama muncul dalam salah satu jilid karya tulis Auguste Comte (1978 – 1857) yaitu di dalam tulisannya yang berjudul ”Cours de philosophie Positive.” Oleh Comte, istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari suatu disiplin yang mempelajari ”masyarakat” secara ilmiah. Dalam hubungan ini, ia begitu yakin bahwa dunia sosial juga ”berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu” sebagaimana halnya dunia fisik atau dunia alam. (Faisal dan Yasik, tt:11) Berdasarkan hal diatas, kita tahu bahwa Comte menyakini dunia sosial juga dipelajari dengan metode yang sama sebagaimana digunakan untuk mempelajari dunia fisik atau kealaman.

Dan bidang kajian sosiologi pendidikan sendiri, berangkat dari keinginan para sosiologi untuk meyumbangkan pemikirannya bagi pemecahan masalah pendidikan. Dalam pandangan mereka, pada saat itu sosiologi pendidikan diasosiakan dengan konsep ”Educational Sociology.”

Dalam perkembangannya, pada tahun 1914 sebanyak 16 lembaga pendidikan menyajikan mata kuliah ”Educational Sociology” pada periode berikutnya, muncul berbagai buku yang memuat bahasan mengenai ”Educational Sociology,” termasuk juga berbagai konsep tentang hubungan antara sosiologi dengan pendidikan.

Selama puluhan tahun pertama, perkembangan sosiologi pendidikan berjalan lamban. Perkembangan signifikan sosiologi pendidikan ditandai dengan diangkatnya Sir Fred Clarke sebagai Direktur

Pendidikan Tinggi Kependidikan di London pada tahun 1937. Clarke menganggap sosiologi mampu menyumbangkan pemikiran bagi bidang pendidikan.

Sehubungan dengan penamaan sosiologi pendidikan, terdapat perdebatan yang cukup tajam tentang penggunaan istilah-istilah yang digunakan antara lain sociological approach to education, educational sociology of education, atau the foundation. Pada akhirnya dipilih istilah sociology of education dengan tekanan dan wilayah tekanannya pada proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.

Adapun perkembangan sosiologi di Indonesia diawali hanya sebagai ilmu pembantu belaka, namun seiring timbulnya perguruan tinggi dana kesadaran bahwa sosiologi sangat penting dalam menelaah masyarakat Indonesia yang sedang berkembang maka sosiologi yang salah satunya adalah sosiologi pendidikan menempati tempat yang penting dalam daftar kuliah di beberapa perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

2. Pengertian Sosiologi Pendidikan

(8)

manusia, keduanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, terutama dalam sistem

memberdayakan manusia dimana sampai saat ini memanfaatkan pendidikan sebagai instrumen pemberdayaan tersebut.

a. Sosiologi

Secara etimologis sosiologi berasal dari kata latin “socius” dan kata Yunani “logos”. “Socius” berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, masyarakat. “logos” berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. (Chaerudin, dkk, 1995:67)

Dari segi isi, banyak ahli sosiologi mengemukakan berbagai definisi. Kita ambil sejumlah definisi untuk memberi gambaran tentang sosiologi.

W.F. Ogburn dan M.F. Nimkoff dalam buku mereka “A Handbook of Sociology”, memberikan definisi sosology is the scientific of social life; yang maksudnya : sosiologi adalah studi secara ilmiah terhadap kehidupan sosial. (Ahmadi, 1984:9)

Roucek dan Wafren : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. (Soekanto, 1989:16).

Menurut Ibnu Chaldun, sosiologi adalah mempelajari tentang masyarakat manusia dalam bentuknya yang bermacam-macam, watak dan ciri-ciri dari pada tiap-tiap bentuk itu dan hukum yang menguasai perkembangan. Sementara Prof. Groenman mendefinisikan sosiologi sebagai suatu ilmu yang

mempelajari tindakan-tindakan manusia dalam usahanya menyesuaikan diri dalam suatu ikatan. Penyesuaian ini meliputi:

1. menyesuaikan diri terhadap lingkungan geografi 2. menyesuaikan diri pada sesama manusia

3. penyesuaian diri dengan lingkungan kebudayaan sekelilingnya (Ahmadi, 1989:9-10).

Dari rumusan diatas kita dapat menarik kesimpulan, yaitu bahwa sosiologi adalah: 1. merupakan hidup bermasyarakat dalam arti yang luas

2. perkembangan masyarakat di dalam segala aspeknya

3. hubungan antar manusia dengan manusia lainya dalam segala aspeknya b. Pendidikan

Paedegogic berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata “pais”, artinya anak, dan ”again” diterjemahkan membimbing, jadi paedagogic yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Secara definitif pendidikan (paedagogic) diartikan, sebagai berikut:

1. Jhon Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:69)

2. Langeveld

Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan di sengaja antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa (Suwarno, 1992:49)

3. Ki Hajar Dewantara

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya. (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:69)

4. Undang-undang Republik Indonesia SISDIKNAS No.20 tahun 2003

(9)

Berdasarkan uraian diatas, pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus-menerus.

c. Sosiologi Pendidikan

R.J. Stalcup mengemukakan bahwa sociology of education merupakan suatu analisis terhadap proses-proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan. Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga pendidikan itu sendiri. (Faisal dan Yasin, tt:39)

Beberapa pengertian sosiologi pendidikan yang lain termuat dalam Nasution (2004: 4):

1. menurut George Payne, yang kerap disebut bapak Sosiologi pendidikan, secara spesifik memandang sosiologi pendidikan sebagai studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segala segi ilmu yang dterapkan. Baginya, sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan sosiologis. Adapun menurutnya adalah memberikan guru-guru, para peneliti yang efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.

2. F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang

membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya. Sosiologi pendidikan juga mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.

3. E.B.Reutern: Sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh lembaga-lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi pada dasarnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial saling mempengaruhi (process social interaction).

Tidak ketinggalan, Gunawan (2006:2) mengemukakan definisinya tentang sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.

Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.

Aktivitas masyarakat dalam pendidikan, merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrumen oleh individu untuk dapat berinteraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi lain, sosiologi pendidikan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat

menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.

Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan suatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.

3. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan

(10)

1. hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat a. hubungan pendidukan dengan sistem sosial atau struktur sosial

b. hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan c. fungsi pendidikan dalam kebudayaan

d. fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan

e. fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya 2. hubugan antar manusia di dalam Sekolah

a. hakikat kebudayaan Sekolah sejauh ada perbeadaanya dengan kebudayaan diluar sekolah dan b. pola interaksi sosial dan stuktur masyarakat Sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya

3. pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak disekolah / lembaga pendidikan a. peranan sosial guru-guru / tenaga pendidikan

b. hakikat kepribadian guru / tenaga pendidikan

c. pengaruh kepribadian guru / tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak / peserta didik, dan d. fungsi Sekolah / lembaga pendidikan dalam sosial murid / peserta didik.

4. hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat

Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah / lembaga pendidikan.

Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu :

a. Pengaruh masyakarat atas organisasi Sekolah /lembaga pendidikan

b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistematis sosial dalam masyarakat luar sekolah. c. Hubungan antara Sekolah dan masyarakat pendidikan dan

d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang berkaitan dengan organisasi Sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam kehidupan masyarakat.

Ruang lingkup sosiologi pendidikan tersebut pada dasarnta untuk mempererat dan meningkatkan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. B. Sejarah, Pengertian dan Ruang Lingkup Antroplogi Pendidikan

1. Sejarah Antropologi Pendidikan

Sejarah tentang antroplogi pendidikan tidak bisa kita pisahkan dari perkembangan ilmu antropologi itu sendiri, karena antropologi pendidikan merupakan bagian dari antroplogi.

Antroplogi sebagai sebuah ilmu mengalami tahapan-tahapan dalam dalam perkembangannya. Koentjaraningrat (1986:1-5) membaginya ke dalam 4 (empat) tahap.

Tahap pertama, ditandai dengan tulisan tangan bangsa Eropa yang melakukan penjajahan di benua Afrika, Asia, dan Amerika pada akhir abad ke-15. Tulisan itu merupakan deskripsi keadaan bangsa-bangsa yang mereka singgahi. Deskripsi yang dituliskan mencakup adat istiadat, suku, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik. Deskripsi tersebut sangat menarik bagi masyarakat Eropa karena berbeda dengan keadaan di Eropa pada umumnya. Bahan deskripsi itu disebut juga Etnografi (Etnos berarti bangsa)

(11)

antropologi.

Dengan demikian pada tahap kedua ini, antroplogi telah bersifat akademis. Pada tahap ini, antropologi mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitiv untuk memperoleh pengertian mengenai tingkat-tingkat perkembangan dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran manusia di dunia.

Tahap ke tiga, antropologi menjadi ilmu yang praktis. Pada tahap ini, antropologi mempalajari masyarakat jajahan demi kepentingan kolonial. Hal ini berlangsung sekitar awal abad ke-20. Pada abad ini, antropologi semakin penting untuk mengukuhkan dominasi bangsa-bangsa Eropa Barat di daerah jajahannya. Dengan antropologi, bangsa Eropa mempelajari dan tahu bagaimana menghadapi masyarakat daerah jajahannya. Selain itu, bangsa–bangsa terjajah pada umumnya belum sekompleks bangsa Eropa Barat. Oleh karena itu, mempelajari bangsa-bangsa terjajah bagi bangsa Eropa dapat menambah pengertian mereka tentang masyarakat mereka sendiri (Bangsa Eropa Barat) yang kompleks.

Tahap ke empat, antropologi berkembang sangat luas, baik dalam akurasi bahan pengetahuanya maupun ketajaman metode-metode ilmiahnya. Hal ini berlangsung sekitar pertengahan abad ke-20. Sasaran penelitian antropologi di masa ini bukan lagi suku bangsa primitiv dan bangsa Eropa Barat, tapi beralih pada penduduk pedesaan, baik mengenai keanekaragaman fisik, masyarakat, maupun kebudayaannya termasuk suku bangsa di daerah pedesaan di Amerika dan Eropa Barat itu sendiri, peralihan sasaran penelitian itu terutama disebabkan oleh munculnya ketidaksenangan terhadap penjajahan dan makin berkurangnya masyarakat yang dianggap primitiv.

Seperti halnya antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha menyusun genaralisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.

Shomad (2009:1) menyatakan bahwa studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi.

Di Indonesia, sebagai negara yanag sedang membangun, sangat diperlukan pengenalan kondisi yang lebih baik dan lebih lengkap agar pembangunan yang diberlakukan tidak menimbulkan kesenjangan dengan kondisi yang sejatinya. Antropologi pendidikan sering sejalan dengan perkembangan tersebut. Dewasa ini antropologi pendidikan sendiri atau bersama-sama dengan sosiologi pendidikan, menjadi mata kuliah wajib di lembaga pendidikan tenaga kependidikan.

2. Pengertian Antropologi Pendidikan a. Antroplogi

Antropologi berasal dari kata Yunani ”antrophos” yang berarti ”manusia” dan ”logos” yang berarti ”ilmu”. Jadi antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurut R. Bedediet (Harsojo,1984:1) perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat khusus badaniah dan cara produksi tradisi serta nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.

Definisi tentang antropologi juga muncul dalam situs wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/antropologi), yaitu :

• William A. Havilan

(12)

• David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang manusia • Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk pada fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antroplogi yaitu sebuah ilmu yanag mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnnya berbeda-beda.

b. Pendidikan

Ngalim Purwanto (1995:11) menyatakan bahwa pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.

Esensi dari pendidikan itu sendiri ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu pengetahuan, ide-ide dan nilai-nilai spiritual serta estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda setiap masyarakat atau bangsa.

c. Antropologi Pendidikan

Antropologi pendidikan merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropologi terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan. (Imran Manan dalam Zamzami, http://Izamzami.multiply.com/reviews/item/s)3)

Menurut Shomad (2009:1), antropologi pendidikan mengkaji penggunaan teori-teori dan metode yang digunakan oleh para antropolog serta pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia atau masyarakat. Dengan demikian, antropologi pendidikan bukan menghasilkan ahli-ahli antropologi melainkan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pendidikan melalui perspektif antropologi.

Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.

Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat.

3. Ruang Lingkup Antropologi Pendidikan

Ralphlinton dalam Shomad (2009:3) menganggap kebudayaan adalah warisan sosial. Warisan sosial tersebut mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi bagi penyesuaian diri dengan masyarakat. Kedua, fungsi bagi penyesuaian diri dengan lingkungan.

Lebih lanjut, Shomad (2009:3-4), menjelaskan implementasi pendidikan sebagai penyesuaian diri dengan masyarakat, lingkungan dan kebudayaan sebagai bentuk ruang lingkup antroplogi pendidikan berlangsung dalam proses:

a. Proses sosialisasi:

Proses ini dimulai sejak bayi baru lahir. Bayi berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, hingga terjadi komunikasi timbal balik dan seterusnya hingga ia tumbuh dan berkembang.

Adapun yang menjadi sorotan dalam proses sosialisasi yaitu:

(13)

2. perbedaan status ekonomi dan letak geografis b. Proses Enkulturasi

Enkulturasi, artinya pembudayaan. Yang dimaksud adalah proses pembudayaan anak agar menjadi manusia berbudaya.

Dalam proses ini pranata, yaitu sistem norma atau aturan-aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus. (Koentjaraningrat,1980:164).

Adapun yang biasa menjadi kajian dalam proses ini, yaitu: 1. Perbedaan jenis kelamin

2. Perbedaan umur

3. Perbedaan/perubahan status (inisiasi) c. Proses Internalisasi

Proses internalisasi yaitu proses penerimaan dan menjadikan warisan sosial (pengetahuan budaya) sebagai isi kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku sehari-hari selama hayat masih dikandung badan.

Dalam proses ini kita mendapatkan adanya perbedaan pada masing-masing individu berupa perbedaan kepribadian dan pengalaman.

BAB III KESIMPULAN

Sehubungan dengan penamaan sosiologi pendidikan, terdapat perdebatan yang cukup tajam tentang penggunaan istilah-istilah yang digunakan antara lain sociological approach to education, educational sociology of education, atau the foundation. Pada akhirnya dipilih istilah sociology of education dengan tekanan dan wilayah tekanannya pada proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.

R.J. Stalcup mengemukakan bahwa sociology of education merupakan suatu analisis terhadap proses-proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan. Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga pendidikan itu sendiri.

Nasution mengemukakan ruang lingkup sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok berikut ini: • hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat

• hubungan antar manusia di dalam Sekolah

• pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak disekolah / lembaga pendidikan • hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat

Shomad menyatakan bahwa studi antropologi pendidikan adalah spesialisasi yang termudah dalam antropologi. Setelah dasawarsa tahun 60-an di Amerika Serikat semakin banyak diperlukan keahlian dalam antropologi untuk meneliti masalah-masalah pendidikan, maka antropologi pendidikan kemudian dianggap dapat berdiri sendiri sebagai cabang spesialisasi antropologi yang resmi. Antropologi pendidikan merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropologi terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan

Ralphlinton menganggap kebudayaan adalah warisan sosial. Warisan sosial tersebut mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi bagi penyesuaian diri dengan masyarakat. Kedua, fungsi bagi penyesuaian diri dengan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu.1984. Pengantar Sosiologi. Sala: Ramadhani.

Ahmad, Abu dan Uhbiyati, Nur. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta. Chaerudin, dkk.1995. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Jakarta: Universitas Terbuka. Faisal, Sanapiah dan Yasik, Nur. tt. Sosiologi Pendidikan. Surayaba: Usaha Nasional.

(14)

Jakarta: Rineka Cipta.

Hasojo.1984. Pengantar Antropologi. Bandung: Bina Cipta.

Koentjaraningrat.1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya. Shomad, Abd. 2009. Selayang Pandang tentang Antropoplogi Pendidikan Islam. http://uin-suka.info/ enjurnal/index2.php?option=com_content&do-pdf=1&id=88

Soekanto, Soerjono.1989. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

World Civilizations & Global Encounters is a two-semester compulsory university course providing a cross-cultural overview of world history from ancient to modern times..

Sehingga dari penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dalam pengajaran matematika khususnya pada materi limit fungsi untuk lebih berkembang pada kegiatan

pemograman, di maana setiap aspek terdapat indikator-indikator. Pada bagian akhir multimedia interaktif pendidikan seks, siswa dapat mengetahui sejauh mana pemahaman

Judul Skripsi : Kajian Potensi Industri Kuliner Dalam Membentuk Lingkungan Kreatif (Studi Kasus : Kawasan Jalan Mojopahit Kecamatan Medan Petisah).. Nama Mahasiswa :

[r]

Hasil analisis statistik menggunakan one way Anova, aktivitas antijerawat menunjukkan sediaan spray gel memiliki diameter zona hambat yang berbeda signifikan antara F0,

Adapun tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk merancang dan membuat aplikasi AVIS dengan dua sisi pengguna, yaitu untuk petugas lapangan tim teknis UPT.Pertamanan

Tahun 2009 dengan hasil 2,65 % dikategorikan Baik karena tidak melebihi dari standar yang ditetapkan oleh pada BPR BKK Jepara Cabang Mlonggo yaitu sebesar 5%. Tahun