• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERP"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA

LAPORAN SINTESIS

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Jurnal Internasional pendidikan Biologi

Disusun Oleh: Ayu Ratna Santika

1502373

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran di sekolah masih cenderung berpusat pada guru (teacher centered). Hal tersebut menyebabkan siswa tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga berakibat pada kurangnya sikap ilmiah dan kemampuan penalaran saintifik pada diri siswa. Sementara untuk memenuhi tuntutan pada abad 21 ini siswa memerlukan kemampuan yang cukup agar bisa mengembangkan kemampuan diri dalam menghadapi persaingan global. Untuk mengatasinya diperlukan model pembelajaran yang mampu mengatasi kesulitan guru dalam mengajar dan juga mengatasi kesulitan siswa dalam belajar. Model pembelajaran yang dimaksudkan adalah model pembelajaran yang mengaktifkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara mandiri sehingga pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).

(3)

melibatkan aktivitas mencari informasi baru, mengatur informasi secara bermakna, dan memperoleh kesempatan untuk menjelskannya ke orang lain (Allen dan Tanner, 2005). Model pembelajaran berdasarkan pembelajaran pemecahan masalah adalah model pembelajaran inquiry.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan, yaitu “pengaruh model inquiry terhadap kemampuan berpikir kritis siswa”.

C. Tujuan Makalah

Tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh inquiry terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

D. Kegunaan Makalah 1. Kegunaan Teoretis

Sebagai bahan informasi mengenai model inquiry terhadap kemampuan siswa berpikir kritis.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Guru

Memberikan informasi kepada guru mengenai pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas khususnya mengenai inquiry terhadap kemampuan siswa berpikir kritis.

b. Bagi Siswa

Agar siswa dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep evolusi biologi yang telah diajarkan oleh gurunya serta hasil dari belajarnya dari sumber-sumber buku yang terkait dengan evolusi biologi.

c. Bagi Peneliti

(4)

BAB II ISI A. Pengertian Inquiry

Inquiry adalah model yang dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk berpikir secara kritis (Kitot, Ahmad & Seman, 2010). Inquiry juga merupakan pendekatan yang dapat mengembangkan nilai dan sikap yang diperlukan untuk berpikir secara ilmiah. Sagala 2004 & Latif, 2011). Trowbridge in Saliman (2010) mendefiniskan bahwa inquiry merupakan proses untuk menjelaskan dan menyelidiki masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, mengumpulkan data, dan menguraikan kesimpuan dari suatu masalah. Inquiry adalah kegiatan beraneka segi yang melibatkan dalam mebuat pengamatan, sikap bertanya, meenilai buku dan sumber informasi lainnya, merencakan penyelidikan, meninnjau apa yang sudah dibuktikan, menggunakan alat untuk mengumpulkan data, menganalisis dan menafsirkan, mengusulkan jawaban, menjelaskan dan meprediksi, dan mengkomunikasikan hasil. (NRC, 1996, p. 23). Model inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam siswa lebih banyak belajar mandiri, mengembangkan kreativitas untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen dalam mencari jawaban atau memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar karena siswa berupaya untuk menemukan jawaban-jawaban tentang permasalahan yang diajukan guru di kelas.

(5)

pertanyaan, keterlibatan siswa, interaksi kerjasama, evaluasi kinerja, dan variasi sumber.

Diskusi yang berkembang pada pendidikan Biologi baru-baru ini adalah bagaimana cara yang tepat untuk membekali siswa dengan kemampuan yang memadai untuk menghadapi persaingan global yang terjadi pada abad 21. Dewasa ini siswa dituntut untuk dapat mengidentifikasi masalah, memperoleh dan menggunakan informasi baru, menggunakan teknologi, dan menerapkan keterampilan berpikir kreatif dan kritis. (US Department of Labor, 1991; Bybee et al., 2007;Conley, 2007).

Bagi kebanyakan guru, mereka sendiri hal ini memerlukan memikirkan kembali baru praktik dan mengembangkan peran baik untuk diri mereka sebagai guru dan untuk siswanya (Darling-Hammond and McLaughlin, 1995). Banyak guru belajar untuk mengajar menggunakan model belajar mengajar di yang berfokus berat pada menghafal fakta (Porter and Brophy, 1988; Cohen et al., 1993; Darling-Hammond and McLaughlin, 1995) dan ini adalah pembelajaran tradisional dan model didaktik masih mendominasi kelas di U.S .Pengamatan studi nasional baru menemukan bahwa hanya 14 % pembelajaran sains yang berkualitas tinggi , menyediakan kesempatan untuk siswa belajar konsep penting banilower (Banilower et al., 2006). Pengembangan profesi harus memberikan kesempatan kepada guru untuk mengambarkan dengan kritis dalam prakteknya dan cara pengetahuan baru meyakini tentang konten , pedagogik, dan pelajar (Darling-Hammond and McLaughlin, 1995; Wei et al., 2010).

Prinsip-prinsip pembelajaran inquiry (Sanjaya, 2014) adalah:

(6)

2. Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi lingkungan. Ini berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur itu sendiri.

3. Bertanya. Peran guru adalah sebagai penanya. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu hanya bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

4. Belajar untuk berfikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5. Keterbukaan Siswa diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya secara terbuka.

B. Inquiry dalam Membangun Kemampuan Berpikir Kritis

(7)

santifik sehingga membolehkan siswa untuk merumuskan hipotesis, membuat observasi, menganilisi data, mengevaluasi bukti, dan mengkomunikasikan penemuan dan ide.

Struktur model pengajaran ilmiah (termasuk inquiry) memiliki banyak bentuk tapi pada dasarnya meliputi elemen-elemen atau tahapan-tahapan berikut:

1. Tahap pertama, siswa disajikan bidang penelitian yang meliputi metodologi-metodologi yang digunakan.

2. Tahap kedua, masalah mulai disusun sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah, pada tahap ini bisa jadi siwa akan mengalami kesulitan yang harus mereka atasi seperti interpretasi data, pembektukan data, control ujicoba, atau pembuatan kesimpulan.

3. Tahap ketiga, siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut sehingga dia dapat mengidentifikasi kesulitan yang dilibatkan dalam penelitian.

4. Tahap empat. Siswa diminta untuk berspekulasi tentang cara-car memperjelas kesulitan tersebut, dengan merancang kembali percobaan, mengolah data dengan cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan konstruk, dan sebagainya.

Pemahaman siswa tentang suatu juga mengalami peningkatan ketika siswa terlibat langsung dalam aktivitas yang sama seperti seorang ilmuan lakukan. Hal tersebut terjadi karena siswa secara langsung mengetahui dan melakukan tahapan dari proses sains. Dapat dilihat pada tahap diatas, ketika siswa diminta untuk berspekulasi, mengolah data, merancang percobaan, kegiatan itu tidak dapat sembarangan dalam pengerjaannya dibutuhkan kecermatan yang tinggi. Pada pendekatan berbasis inquiry untuk belajar dan mengajar menyediakan satu kerangka kerja untuk siswa membangun kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah (Association for the Advancement of Science [AAAS], 1993; National Research Council [NRC], 2000; Capps et al., 2012).

(8)
(9)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Makalah ini mendeskripsikan bagaimana kemampuan berpikir kritis dibangun dengan menggunakan model inquiry yang merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Hal ini dapat memberikan informasi tentang pengembangan dan pelaksanaan inquiry dalam pembelajaran memberikan perubahan yang signifikan sehingga mereka dapat mengalami perbaikan yang akan pengaruh positif siswa pada siswa khususnya dalam kemampuan siswa untuk berpikir kritis.

B. Saran

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Gasper, Brittany J., Stephanie M. Gardner. 2013. Engaging Students in Authentic Microbiology Research in an Introductory Biology Laboratory Course is Correlated with Gains in Student Understanding of the Nature of Authentic Research and Critical Thinking. Journal Of Microbiology & Biology Education. Volume 14, Number 1. http://dx.doi.org/ 10.1128/jmbe.v14i1.460

Kalinowski, Steven T., Tessa M. Andrews., Mary J. Leonard., Meagan Snodgrass. 2012. Are Africans, Europeans, and Asians Diferent “Races”? A Guided-Inquiry Lab for Introducing Undergraduate Students to Genetic Diversity and Preparing Them to Study Natural Selection. CBE—Life

Sciences Education. Vol. 11, 142–151.

http://www.lifescied.org/

Siritunga, Dimuth., Mar´ıa Montero-Rojas., Katherine Carrero., Gladys Toro., Ana V´elez.,Franklin A. Carrero-Mart´ınez. 2011. Culturally Relevant Inquiry Based Laboratory Module Implementations in Upper-Division Genetics and Cell Biology Teaching Laboratories. CBE—Life Sciences Education. Vol. 10, 287–297. http://www.lifescied.org/

Siritunga, Dimuth,. Vivian Navas., Nanette Diffoot. 2012. Enhancing Hispanic Minority Undergraduates’ Botany Laboratory Experiences: Implementation of an Inquiry-based Plant Tissue Culture Module Exercise. International Education Studies; Vol. 5, No. 5. ISSN 1913-9020 E-ISSN 1913-9039. http://dx.doi.org/10.5539/ies.v5n5p14

Suwondo., Sri Wulandari. 2013. Inquiry-Based Active Learning: The Enhancement of Attitude and Understanding of the Concept of Experimental Design in Biostatics Course. Asian Social Science; Vol. 9, No. 12, ISSN 1911-2017 E-ISSN 1911-2025. http://dx.doi.org/10.5539/ass.v9n12p212

Referensi

Dokumen terkait

SKPD KELURAHAN KASEPUHAN TAHUN 2012 – 2017. KELURAHAN KASEPUHAN

Dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan tersebut diatas Kelurahan Proyonanggan Tengah Kabupaten Batang kemudian menyusun Rencana Strategis selama lima

Vacum thermoforming adalah proses pembentukan paling awal (dikembangkan pada tahun 1950-an), dimana tekanan negatif (hisap) digunakan untuk menarik suatu lembaran plastik yang

Jumlah Calon Penyedia Jasa Konsultansi yang LULUS daftar pendek berdasarkan Pembuktian Kualifikasi sebanyak 5 (lima) perusahaan, antara lain :. Jumlah Calon Penyedia Jasa

Jumlah Calon Penyedia Jasa Konsultansi yang LULUS daftar pendek berdasarkan Pembuktian Kualifikasi sebanyak 5 (lima) perusahaan, antara lain :. Jumlah Calon Penyedia Jasa

Untuk memberi motivasi kepada siswa, guru menyampaikan manfaat mempelajari menerapkan operasi hitung bilangan bulat dengan memanfaatkan berbagai operasi

Analisis pengaruh indeks harga saham syariah di Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan Malaysia, dan variabel makroekonomi nasional terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dilihat

NAMA PERUSAHAAN ALAMAT NPWP Nilai Teknis1. ARCHI VI L ENGI