• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB II PERILAKU SEKS BEBAS PADA ANAK JALANAN DAN DAMPAKNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB II PERILAKU SEKS BEBAS PADA ANAK JALANAN DAN DAMPAKNYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERILAKU SEKS BEBAS PADA ANAK JALANAN DAN

DAMPAKNYA

A. Tingkat Kejahatan Perilaku Seks Bebas pada Anak Jalanan

Ketika kita membaca surat kabar ataupun saat mendengarkan berita di

televisi selalu saja bisa ditemukan berita tentang seks bebas pada anak jalanan.

Kenyataan ini sungguh sangat menyedihkan. Lebih menyedihkan, semakian

banyak saja anak-anak jalanan yang menjadi korban seks bebas. Sesungguhnya

tidak sedikit anak-anak jalanan yang terpaksa dan harus terlibat dalam perilaku

seks bebas. Tetapi kasus dan permasalahan pada perilaku seks bebas pada anak

jalanan banyak dialami oleh anak-anak di bawah umur yang belum mendapat

perhatian yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak. 29

Banyak faktor yang membuat para korban seks bebas pada anak jalanan

enggan atau telat melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Apalagi

korban nya adalah anak jalanan. Dikarenakan anak jalanan menganggap seks Kasus perilaku seks bebas pada anak jalanan, sering kali kurang mendapat

perhatian publik, karena selain data dan laporan mengenai perilaku seks bebas

pada anak jalanan nyaris tidak ada. Dan biasanya kasus ini seringkali masih tidak

diperdulikan oleh kebiasaan masyarakat sekitar.

29

(2)

bebas adalah hal yang biasa.30

1. Malu, takut, depresi, trauma, dan rasa tidak berdaya, membuat sebagian

besar anak jalanan enggan melaporkan perilaku seks bebas yang menimpa

mereka.

Adanya non-reporting of crime dalam perilaku

seks bebas pada anak jalanan merupakan suatu fenomena universal, yang sering

dijumpai di Negara-negara lain.

Adanya non-reporting ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain :

2. Anak jalanan takut terhadap oknum kepolisian dan pihak-pihak yang lain

3. Belum lagi perasaan bahwa masalah mereka justru akan bertambah rumit

saat melapor. Anak jalanan merasa bahwa proses peradilan pidana

terhadap anak jalanan belum tentu dapat diselesaikan.

4. Anak jalanan khawatir akan retaliasi atau pembalasan dari pelaku

(terutama jika pelaku adalah orang yang dekat dengan dirinya )

5. Keyakinan bahwa perilaku seks bebas pada anak jalanan walaupun ia

melapor ia tidak akan mendapat khusus dari penegak hukum. Belum lagi

kemungkinan bahwa anak jalana tersebut sering dihukum ringan atau

dibebaskan dengan alasan kurangnya bukti.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat kerangka kerja penelitian

mengenai karakteristik anak yang mengalami kekerasan seksual pada anak dipusat

kajian perlindungan anak (PKPA) di Kota Medan Priode Januari-Desember 2008

sebagai berikut : Hasil riset

(3)

Tingginya tingkat perilaku seks bebas pada anak jalanan diketahui dari data

di atas. Hal ini disebabkan penyelesaian terhadap seks bebas pada anak jalanan

dilakukan secara kekeluargaan dalam tingkat penyidikan. Sehingga perilaku seks

bebas pada anak jalanan tidak direkam oleh aparat sebagai suatu tindak pidana.

Hal inilah yang menyebabkan tingginya perilaku seks bebas pada anak jalanan.

Faktor lain yang menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat perilaku seks

bebas pada anak jalanan adalah kurangnya pengawasan dan tidak adanya

pengawasan dari orang tua dan pihak-pihak lain terhadap anak tersebut.31

Indonesia perilaku seks bebas pada anak jalanan juga banyak dijumpai

terutama dikota-kota besar di Indonesia, terutama didaerah tujuan wisata seperti di

Bali. Masalah seks bebas pada anak jalanan ini menjadi sangat penting dan

mendesak untuk semua ditangani, karena aktivitas ini berdampak luas dan besar,

yakni menghancurkan masa depan anak tersebut, merusak moral dan melanggar

hukum yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kepada setiap anak-anak lainnya

yang bukan anak jalanan.

32

31

Wahid Abdul dan Irfan Muhammad, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan seksual, Bandung, PT Refika Aditama, 2001, halaman 31

32

Ibid.,

Fenomena ini perlu segera dijadikan wacana terbuka,

agar masyarakat banyak tahu dampak yang ditimbulkan dari seks bebas tersebut

dan ikut berpartisipasi mencegah luasnya seks bebas pada anak jalanan tersebut.

Dikhawatirkan jika hal ini tidak dilakukan, maka akan semakin banyak anak

jalanan yang akan melakukan seks bebas, dan akan banyak pula dampak yang

akan ditimbulkan dari seks bebas anak jalanan, juga akan makin luasnya

(4)

sebagainya yang kesemuanya adalah bagian dari kehidupan tersebut dan yang

terakhir, bisa kemungkinan suatu saat muncul travel warning dari Negara-negara

pasar untuk tidak ke daerah yang membiarkan hal tersebut terjadi.

Yang tidak kalah mengkhawatirkan juga adalah maraknya tingkat seks

bebas pada anak jalanan dapat melalui jalur internet. Dimana banyaknya

penjualan-penjualan terhadap anak jalanan yang dijadikan sebagai pekerja seks

komersial (PSK). Di negara-negara maju, pihak kepolisian bekerja keras untuk

menjaring para anak-anak jalanan yang melakukan seks bebas melalui internet.

Ribuan situs mengenai seks yang banyak bermunculan di internet menjadi

tantangan yang tidak kala serius yang harus segera dihadapi.

B. Jenis-jenis perilaku seks bebas pada anak jalanan

Jenis-jenis seks bebas hampir sama dengan yang dilakukan dengan

orang-orang yang bukan hidup dijalanan. Seperti ciuman, pelukan, termasuk juga

berhubungan intim, berupa dari jenis kelamin melalui oral seks dari mulut,

sodomi yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan jenis-jenis perilaku seks bebas

pada anak jalanan dengan orang-orang yang pernah merasakan hubungan seks.

Paling tidak gerakannya yang berbeda-beda ataupun lokasi/ tempatnya juga

berbeda-beda.

Sebagai informasi tempat melakukan hubungan seks tersebut biasanya

dilakukan di hotel-hotel yang harganya terjangkau biayanya (menengah ke

bawah), biasanya juga sering dilakukan di taman, di penginapan-penginapan,

kost-kostan teman. Itu semua dilakukan oleh anak jalanan yang melakukan seks

(5)

Adapun jenis-jenis perilaku seks bebas yang pada umumnya dilakukan

oleh anak jalanan adalah :33

1. Biseksual

Biseksual adalah orang yang mempunyai karakter dari kedua jenis

kelamin. Menurut kamus psikologi Dali Gulo biseksual adalah : mempunyai cirri keunikan seks atau tertarik dalam tingkat yang sama oleh anggota kedua seks.

Dapat dipahami bahwa biseksual adalah suatu waktu yang berhubungan badan

dengan lawan jenis dan lain waktu berhubungan dengan sejenis. Kelompok ini

praktis paling berbahaya karena mereka berpotensi menyebarkan penyakit

kelamin.

2. Heteroseksual

Istilah heteroseksual hamper identik dengan perzinahan, pelacuran dan

promiscuity (gonta-ganti pasangan). Kelompok heteroseksual melakukan

hubungan seksual normal yaitu terhadap lawan jenis namun prakteknya dilakukan

diluar jalur pernikahan. Kelompok heteroseksual jika dilakukan terhadap banyak

pasangan jelas berbahaya dan rentan terhadap berbagai penyakit kelamin.

3. Homoseksual

Menurut kamus psikologi, homoseksuality adalah kecenderungan

memiliki hasrat seksual atau mengadakan hubungan seksual dengan jenis kelamin

yang sama ( Dali gulo : 105).

33

(6)

Menurut insiklopedi Indonesia (1980) homoseksualitas adalah istilah untuk menunjukan gejala-gejala adanya dorongan seksual dan tingkah laku

terhadap orang lain dari kelamin sejenis. Kaum homoseksual paling berpotensi

menyebarkan penyakit AIDS .

4. Free seks

Free seks lebih luas dan tidak terbatas. Kelompok free seks menghalalkan

segala cara dalam melakukan seks dan tak terbatas pada kelompok orang.

Sewaktu-waktu mereka bisa melakukan seksual dengan orang lain dan dilain

waktu mereka juga bisa menggauli keluarganya sendiri baik adik, kakak atau

keluarga terdekat bahkan mungkin orangtua dan anaknya sendiri. Dimana free

seks ini sering dilakukan dengan adanya suatu perkumpulan (kumpul kebo) tanpa

adanya memiliki moral.

5. Sodomi

Sodomi pada awalnya istilah yang digunakan untuk hewan. Namun kini

perluasan penyimpangan sodomi telah membaur dan semakin banyak.

Perbuatannya bisa dilakukan terhadap pria ataupun wanita, anak kecil atau dewasa

dan biasanya terhadap orang yang memegang bisa dikuasainya dari segi

psikologis. Mereka biasanya merayu korban dengan berbagai iming-iming seperti

uang, atau akan mendapat ancaman. Pelaku sodomi biasanya memiliki latar

belakan yang sangat jauh dari norma agama dan masyarakat. Para pelakunya

biasanya anak jalanan atau mereka yang kesehariannya hidup di wilayah terminal

(7)

6. Samen leven

Perilaku samen leven adalah perilaku hidup bersama atau kelompok tanpa

ada sedikitpun niat untuk melangsungkan pernikahan. Dasar pijakan mereka

adalah kepuasan seksual baik secara suka sama suka atau mungkin hanya sekedar

memenuhi kebutuhan seks tanpa adanya dasar cinta sama sekali. Perilaku seperti

ini hamper mirip dengan kumpul kebo, bedanya samen leven biasanya terhadap

temen dan tidak pada keluarga sendiri.

7. Perkosaan

Perkosaan adalah perilaku menyimpang dimana untuk merasakan

kepuasaan seksual dengan cara memaksa orang lain atau istrinya untuk melakukan

hubungan seksual. Dimana perilaku ini tidak mempedulikan apakah pasangan

mereka merasa kesakitan, menukmati atau tidak menikmati hubungan intim

tersebut.

Faktor-faktor penyebab terjadinya perkosaan adalah: 34

1. Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai etika

berpakian dimana hal tersebut dapat merangsang perilaku pihak lain untuk

melakukan perbuatan tidak senonoh dan jahat. Gaya hidup dan mode

pergaulan yang semakin bebas.

2. Rendahnya pengalaman dan penghayatan terhadap norma-norma keagamaan

yang terjadi ditengah masyarakat. Tingkat kontrol masyarakat yang rendah

34

(8)

dan yang kurangnya mendapat respon dan pengawasan dari unsur-unsur

masyarakat.

3. Putusan hakim yang tidak adil, seperti putusan yang cukup ringan yang

dijatuhkan terhadap pelaku. Hal ini mendorong anggota masyarakat lainnya

untuk melakukan perlakuan tersebut kembali.

4. Ketidakmampuan pelaku dalam mengendalikan emosi dan nafsu seksualnya.

5. Keinginann pelaku untuk melakukan balas dendam terhadap perilaku

korbannya yang dianggapnya menyakitkan dan merugikan.

Perilaku menyimpang seperti ini sangat bertentangan dengan norma susila

dan tidak sejalan dengan norma-norma yang ada.

8. Aborsi

Aborsi atau pengguguran kandungan sebenarnya bukan bentuk

penyimpangan seksual melainkan proses pembatalan kehidupan.aborsi sangat erat

kaitannya dengan free seks. Aborsi pada dasarnya erat kaitannya dengan

menjamurnya free seks dikalangan anak jalanan, remaja, mahasiswa dan

masyarakat. Aborsi bisa juga berarti pelarian dari tanggung-jawab atas kehamilan

dari hubungan seks bebas. Secara fisik aborsi bisa berdampak pada kanker rahim

jika darah sewaktu pengguguran tidak bersih.

9. Pelecehan seksual

Pelecehan seksual berarti penghinaan terhadap nilai seksual seseorang

(9)

seks (daya tarik seks). Pelecehan seksual bisa dalam tindakan, ucapan, tulisan,

gambaran atau gerak tubuh yang dinilai oleh seorang wanita atau merendahkan

martabat kewanitaannya seperti, meraba, mencium, mendekap dan lain-lain.

Sekalipun tidak melakukan seksual namun tindakan seperti in telah memberikan

kepuasan tersendiri bagi para pelaku. Pelecehan seksual juga merupakan dampak

dari ketidak mampuan seseorang dalam mengendalikan hawa nafsu terhadap

lawan jenis sebagai objek pelampiasan.

10.Pacaran

Dalam pengertian luas pacaran berarti upaya mengenal karakter seseorang

yang dicintai dengan cara mengadakan tatap muka. Bahkan lebih tegas lagi,

pacaran masa sekarang pada hakikatnya hanya ingin menjadi pelampiasan

keinginan seksual yang tertunda. Pacaran diartikan pertemuan rutin dengan

kekasih untuk menumpahkan segala hasrat dengan berbagai bumbu tertentu

seperti berpegangan tangan, saling pandang, bergandengan, berciuman, dan

berpelukan bahkan hingga hubungan seksual. Pacaran dengan gaya seperti ini bisa

juga diartikan upaya pengkikisan nilai dan rasa cinta, ia mulai tidak mencintai

gadis itu dan hanya ingin melakukan hubungan seksual dengannya saja tanpa

mengadakan hubungan pernikahan. Mereka yang terlanjur melakukannya akan

mendatangkan penderitaan dalam kehidupannya sehari-hari.

C. Para pelaku seks bebas pada anak jalanan

Ketika kita membicarakan siapakah sebenarnya pelaku seks bebas pada

(10)

membayangkan si pelaku yang mampu melakukan perbuatan seksual terhadap

anak jalanan antara lain orang yang kejam, mengidap kelainan masa kejiwaan,

hyperseks, samen leven ataupun psikopat, orang yang tidak mempunyai moral,

yang keyakinan agamanya rendah dan sebagainya. Mitos ini masih dipercayai

banyak orang sampai saat ini, padahal fakta yang sesungguhnya kebanyakan

pelaku ternyata tak jarang adalah orang-orang yang sehari-hari tampak normal,

bersikap baik, umumnya pelaku mengenal korban yang sebagian hidupnya di

habiskan di jalanan. Ironisnya, pelaku seks bebas pada anak jalanan kebanyakan

adalah orang berdekatan langsung dengan korban (anak jalanan), teman-teman

sepermainannya dan anak-anak pada umumnya. Sebagain besar anak jalanan

tesebut mengenali sosok si pelaku (seperti ayah tiri, saudara sepupu, tetangga,

teman sebaya ataupun pacar, dan sebagainya ). Itu semua merupakan teman

terdekat si korban. Biasanya pelaku tersebut merupakan orang-orang yang sering

bersama dengan anak-anak jalanan misalnya, supir, kondektur bus, tukang becak,

pengguna jalan, penjaga galon minyak, satpam dan sebagainya. Dimana

orang-orang tersebut mengenal anak jalanan itu minimal mengetahui nama-nama anak

jalanan yang kemudian mengenal pekerjaan nya. Tingkat kejahatan seksual

berupa kekerasan fisik, kekerasan mental yang dilakukan oleh si pelaku yang

tadinya merupakan orang-orang yang berdekatan langsung dengan anak jalanan

dan anak-anak pada umumnya.35

35

(11)

Kejahatan seks bebas ini terjadi pada semua level kehidupan, baik pada

anak jalanan itu sendiri yang hidup di jalanan ataupun di daerah kumuh sampai

yang bergelimang harta, mulai dari yang tidak berpendidikan sampai orang

terdidik.

D. Dampak Seks Bebas Terhadap Anak Jalanan

Anak jalanan merupakan sosok yang menarik untuk diperbincangkan.

Karena hingga saat ini peningkatan populasi anak jalanan yang tersebar di

kota-kota besar di Indonesia terus bertambah dan menyebabkan persoalan yang

dihadapi semakin kompleks. Masa pengangguran tidak terelakkan karena kondisi

ekonomi tidak stabil. Timbul masalah-masalah sosial, diantaranya kasus

perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, pemutusan hubungan kerja, dan

sebagainya. Kondisi ini semakin terpuruk seiring terjadinya konflik sosial yang

semakin fatal yang semuanya berakibat buruk pada nasib anak. Banyak anak

menjadi yatim, yatim-piatu, korban pelantaran, korban kekerasan, korban

eksploitasi anak di bidang ekonomi dan bahkan menjadi korban pelecehan

seksual.

Kondisi ini akan membawa anak mengalami keterpurukan yang lebih sadis

lagi, anak tidak hanya mengalami masa krisis ekonomi saja akan tetapi lebih

buruk lagi yakni mengalami krisis moral dan mental yang semakin terpuruk.

Keterbatasan bekal yang dimiliki menjadikan anak memang masih memerlukan

perhatian dan pengarahan. Ketidakpekaan orangtua dan pendidik kondisi anak

tersebut menyebabkan anak sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Dalam

(12)

muda dipengaruhi oleh teman dan lingkungan yang mengutamakan solidaritas

kelompok di jalanan. Di jalanan, anak-anak tersebut melakukan berbagai aktifitas

ekonomi untuk mendapatkan uang maupun imbalan materi lain nya seperti

halnya, mengamen (musik sampah), berdagang asongan, menjual Koran,

menyemir sepatu, tukang sapu angkotan kota dan bus, mengemis dan memulung.

Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kehidupan jalanan

dan akrab dengan kemiskinan, kekerasan dan hilangnya kasih saying. Hal tersebut

mempengaruhi jiwa anak dan membuatnya cenderung berperilaku”negatif” di

jalanan, seperti mencuri, free sex, pengguna narkoba dan tindak kriminal lainnya,

yang menyebabkan anak jalanan sering berhadapn dengan hukum.

Adapun dampak dari tindakan perilaku seks bebas pada anak jalanan,

antara lain :36

1. Anak kehilangan sebagian hidupnya.

2. Anak mudah depresi, sulit mempercai orang lain, kesepian, sulit

membangun hubungan dengan orang lain dan tidak memiliki minat

terhadap sesama.

3. Anak mengalami gangguan fisik dan mental.

Banyak penelitian menemukan bahwa perilaku seks bebas pada anak akan

member konsekuensi pada masa dewasa, seperti ketidakmampuan untuk percaya,

rasa percaya diri yang rendah (atau perasaan tidak berharga), depresi, gangguan

36

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA.. KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI

Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi dengan perlakuan bahan adalah dengan perlakuan panas dan

eteran listrik terdapat komponen yang berfungsi untuk mengukur tengangan dan arus yang menuju beban pada setiap saat, sehingga data pengukuran tengangan dan arus ini akan

Amin (1987:126) metode discovery yang berarti proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip, proses mental tersebut adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan kekerasan terhadap anak terjadi dalam keluarga ada tiga yaitu, (1) Pewarisan kekerasan antar generasi (2)

a) Memperbaiki kinerja. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan kinerja dan produktivitas dari karyawan akan semakin meningkat dikarenakan peningkatan keterampilan dan pengetahuan.

mogok  kerja  ini  tetap  dibatasi.  Memang  dalam  suatu  pemogokan  sudah  dapat  dipastikan  akan  mengakibatkan  terganggunya  ketertiban  umwn  dan  proses 

Pada Gambar 4.37 dapat dilihat pada hasil pengujian kuat tekan beton dengan sampel pasir Cepu tanpa cuci admixture 50% pada umur 28 hari dengan kuat tekan benda uji secara