BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Auditing
Arens et. al (2012:4) menyatakan bahwa
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Mulyadi (2002:9) menyatakan bahwa
Secara umum auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Defenisi auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting
yang diuraikan berikut ini :
1. Suatu proses sistematik.
2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
4. Menetapkan tingkat kesesuaian
5. Kriteria yang telah ditetapkan
7. Pemakai yang berkepentingan
Menurut Mulyadi (2002:10) umumnya, auditor yang bekerja di instansi
pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan kriteria undang-undang (merupakan
produk badan legislatif negara), prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
atau peraturan-peraturan dikeluarkan oleh pemerintah dalam melaksanakan audit
atas laporan pertanggungjawaban keuangan instansi pemerintah, perusahaan
swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), serta projek pemerintah. Auditor yang bekerja sebagai auditor intern di
suatu perusahaan menggunakan kriteria anggaran atau tolak ukur kinerja dalam
melaksanakan auditnya. Auditor independen menggunakan kriteria prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia dalam menilai laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan.
2.1.2 Opini Audit
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga
auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit biasanya terdapat dalam paragraf
pendapat di dalam laporan auditor tersebut.Laporan audit adalah hasil akhir dari
pemeriksaan seorang auditor terhadap laporan keuangan kliennya. Di dalam
laporan tersebut biasanya terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar,
pargaraf lingkup, dan paragraf pendapat.
Arens dan Lobbecke (2003) dalam penelitian Putri (2011) bahwa laporan
dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Melalui opini audit, auditor dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini
audit digunakan auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan
keuangan yang telah diperiksanya, dimana auditor dapat menyatakan pendapatnya
mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material,
yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum.
Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit.
Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena
laporan tersebut menginformasikan kepada pengguna informasi tentang apa yang
dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit harus didasarkan
atas standar auditing dan temuan-temuannya (IAI, 2001:SA Seksi 508, paragraf
03). Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit. Auditor
dapat memilih tipe pendapat yang akan diberikan pada laporan keuangan auditee
berdasarkan setiap keadaan yang dijelaskannya.
2.1.2.1 Tipe Pendapat Audit
Terdapat lima tipe pendapat auditor menurut Arens et. al (2012:46- 64) yaitu:
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (standart unqualified opinion report).
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
tercantum dalam laporan keuangan, namun meliputi pula ketepatan penggolongan informasi, seperti penggolongan aktiva atau utang ke dalam kelompok lancar dan tidak lancar, biaya usaha dan biaya di luar usaha.
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, jika memenuhi kondisi beerikur ini:
a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan .
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Contoh pendapat wajar tanpa pengecualian :
“In our opinion, the financial statement reffered to above present fairly, in all material respects, the financial position of General Ring Corporation as ofDecember 31, 2011 and 2010, and the result of its operations and its cash flows for the years then ended in conformity with accounting principles generally accepted in the United States of America .”
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan ( Unqualified Opinion with Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien. Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan audit menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
Contoh pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
“ the accompanying financial statement have been prepared assuming that Fairfax Company will continue as a going concern. As discussed in Note 11 to the financial statements, Fairfax Company has suffered recurring losses from operations and has a net capital deficiency that raise substancial doubt about the company’s ability to continue as a going concern. Management’s plans in regard to these matters are also described in Note 11. The financial statements do not include any adjustments that might result from the outcome of this uncertainty.”
dalam semua hal yang yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas terentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Contoh pendapat wajar tanpa pengecualian menurut IAI (2001) dalam SA seksi 508 paragraf 34 adalah sebagai berikut
“Menurut pendapat kami, neraca yang kami sebutkan diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X2 sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”
3. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report)
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit :
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor jika dalam auditnya auditor menemukan salah satu dari kondisi a sampai dengan d seperti tersebut diatas. Pendapat ini hanya diberikan jika secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan olhe klien adalah wajar. Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Contoh pendapat wajar dengan pengecualian :
“ In our opinion , except for the effects of such adjustment , if any ,as might have been determined to be necessary had we been able to examine evidence regarding the foreign affiliate investment and earnings, the financial statements reffered to above present fairly , in all material respects, the financial position of Laughlin Corporation as of December 31, 2011, and the result of its operations and its cash flows for the year then ended in conformity with accounting principles generally accepted in United States Of America.”
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
Contoh pendapat wajar dengan pengecualian menurut IAI (2001) dalam SA Seksi 508 paragraf 26 adalah
“Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika kami memeriksa bukti tentang investasi di luar negeri dan labanya tersebut, laporan keuangan yang kami sebut dalam paragraf diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan KTX tanggal 31 Desember 20X2, dan 20X1, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”
4. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse or disclaimer opinion report).
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualain. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkuo auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompetennyang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Contoh pendapat tidak wajar :
“ In our opinion, because of the effects of the matters duscused in the preceding paragraph, the financial statement referred to above do not present fairly, in conformity with accounting principles generally accepted in the United States of America, the financial position of Ajax Company as of December 31, 2011, or the results of its operations and its cash flows for the year ended.”
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut ddengan laporan tanpa pendapat ( no opinion report ). Kondisi ini yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :
Perbedaaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar (adverse opinion ) adalah : pendapat tidak wajar ini diebrikan dalam keadaan auditor mengetahui adanyan ketidakwajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion ) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Contoh pendapat tidak memberikan pendapat:
“We are not independent with respect to Home Decors.com, Inc, and the accompanying balance sheet as of December 31, 2011, and the related statements of income, retained earnings, and cash flows for the year then ended were not audited by us. Accordingly, we do not express an opinion firm.”
Contoh pendapat tidak memberikan pendapat menurut IAI (2001) dalam SA Seksi 508 paragraf 63 adalah sebagai berikut
“Karena perusahaan tidak melaksanakan penghitungan fisik sediaan dan kami tidak dapat menerapkan prosedur audit untuk meyakinkan kami atas kuantitas sediaan dan kos aktiva tetap, lingkup audit kami tidak cukup untuk memungkinkan kami menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapata atas laporan keuangan”
2.1.3 Opini Going Concern 2.1.3.1 Going Concern
Going concern merupakan salah satu konsep penting akuntansi
konvensional. Inti going concern terdapat pada balance sheet perusahaan yang
harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa
depannya. Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap
perusahaan, terutama diakibatkan oleh manajemen paling yang paling buruk,
kecurangan ekonomis, dan perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya
nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya
Arens et al (2012:52-53) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat
menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan badan usaha tersebut untuk
mempertahankan keberlangsungan usahanya :
a. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
2.1.3.2 Pengertian Opini Going Concern
Going concern opinion merupakan salah satu asumsi yang dipakai dalam
menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi.Asumsi ini mengharuskan
entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern.Audit report dengan
modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian
auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor
harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan
likuiditas di masa yang akan datang.
Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang besar
mengenai kemampuan dari badan usaha untuk mempertahankan keberlangsungan
usahanya, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor
terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang
auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus
mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi
perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa
yang akan datang.
Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan
asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo
tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis
biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan
kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf 1).
IAI (2001) dalam SA Seksi 341paragraf 02-10 memberikan pedoman bagi
auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor yaitu:
1. Tanggung jawab auditor
Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai kemampaun entitas dalam mempertahankan hidupnya dalam jangka waktu pantas dengan cara sebagai berikut :
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, ia harus :
1. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa,dan 2. menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut
dapat secara efektif dilaksanakan.
c. Setelah auditor mengevaluasii rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.
Auditor tidak bertanggungjawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2. Prosedur Audit
Auditor tidak perlu merancang merancang prosedur audit dengan tujan tanggal untuk mengidentifkasi kondisi dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan menunjukkn bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut. Berikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa tersebut :
a. Prosedur analitik
c. Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat utang dan perjanjian penarikan utang.
d. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau panitia penting yang dibentuk
e. Permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas tentang perkara pengadilan, tuntutan dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan entitas tersebut.
f. Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ketiga mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.
3. Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa
Auditor dapat mengindentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa di antaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa tersebut :
a. Trend negatif sebagai contoh, kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek.
b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban uangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
c. Masalah intern sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukse projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
4. Pertimbangan atas rencana manajemen
Jika, setelah mempertimbangan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan dari kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu pantas.
5. Pertimbangan dampak informasi kelangsungan hidup entitas terhadap laporan auditor (IAI, 2001: SA Seksi 341 paragraf 10).
Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa tertentu auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang berisi pernyataan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungann hidupnya (IAI, 2001: SA Seksi 341 paragraf 15).
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
Laporan Auditor Independen
[pihak yang dituju oleh auditor]
estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulang kali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif serta pada tanggal 31 Desember 20X2, jumlah kewajiban lancar Perusahaan melebihi jumlah aktiva sebesar Rp YYY. Rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak mencangkup penyesuaian yang berasal dari masalah tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik]
[Tanggal]
Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa tertentu auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memilik rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.
Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang berisi pernyataan tidak memberikan pendapat (IAI, 2001: SA Seksi 341 paragraf 12)
Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen Perusahaan. Tanggungjawab kami
Laporan Auditor Independen
terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif, arus kas negatif dari kegiatan usaha dan kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pinjaman bank yang telah jatuh tempo. Hal-hal tersebut menyebabkan timbulnya kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Laporan keuangan terlampir tidak mencangkup penyesuaian ang berasal dari ketidakpastian tersebut.
Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya seperti yang kami kemukakan dalam paragraf diatas, maka keadaan ini tidak memungkinkan kami untuk menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan tersebut diatas.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik]
[Tanggal]
Berikut ini disajikan gambar 2.1 panduan untuk mempertimbangkan pernyataan
pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor
menghadapi masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan
Tidak
Ya
Ya Tidak
Ya
Tidak
Ti
Ya
Tidak Tidak
Ya
Gambar 2.
Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern (sumber : IAI, 2001 : SA Seksi 341)
Apakah ada kondisi dan/atau peristiwa
yang berdampak terhadap kelangsungan
hidup entitas ?
Apakah auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas ?
Apakah ada rencana manajemen ?
Apakah rencana manajemen dapat
dilaksanakan ?
Apakah cukup pengungkapan ?
Tidak memberikan
pendapat
SA Seksi 508 [PSA NO 29]
Tidak memberikan
pendapat
Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan Berkaitan dengan Kelangsungan Hidup Entitas atau Penekanan atas Suatu Hal
(Empbasis of a Matter)
2.1.3.3 Tanggng Jawab Auditor Terhadap Opini Audit Going Concern
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010:71) auditor tidak bertangguungjawab
untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa
kemungkinan akna berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan
dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu
satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya
menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu tidak
dicantumkannya kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan khusus untuk
mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang menunjukkan bahwa terdapat
kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan tidaknya
kondisi atau peristiwa akan tergantung atas keadaan dan beberapa diantaranya
kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan
2.1.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern
2.1.3.4.1 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan analisis laporan keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dan
mengembangkan operasional perusahaannya. Menurut Brigham dan Houston
(2010:146) rasio profitabillitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan
kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen asset, dan utang pada hasil
operasi.
Menurut Subramanyam dan Wild (2010:43) analisis profitabilitas dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Tingkat pengembalian atas investasi ( return on investment – ROI). Untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang.
b. Kinerja operasi. Untuk mengevaluasi margin laba dari operasi
c. Pemamfaatan aset (aset utilization). Untuk menilai efektivitas dan intensitas aset dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran ( turnover).
Pada penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on
asset (ROA). Arma (2013:16) menyatakan bahwa analisis return on asset dalam
analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik
analisa keuangan yan bersifat menyeluruh/komprehensif. ROA yang positif
menunjukkan bahwa pada suatu periode total asset yang digunakan dalam
kegiatan operasi perusahaan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan, sehingga
semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kondisi perusahaan artinya
Sebaliknya, ROA yang negatif menunjukkan bahwa total asset yang
digunakan tidak menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, sehingga semakin
rendah ROA maka kondisi perusahaan kurang baik dan apabila terjadinya
berulang kali semakin kuat keyakinan auditor untuk memberikan opini audit
going concern.
Berdasarkan penelitian Arma (2013), profitabilitas berpengaruh signifikan
negatif terhadap opini audit going concern, artinya semakin besar profitabilitas
suatu perusahaan maka semakin kecil probabilitas mendapatkan opini audit going
concern tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2011)
menyatakan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern.
2.1.3.4.2 Opini Audit Tahun Sebelumnya
Menurut Rahayu dan Suhayati (2009:73) laporan auditor dianggap
sebagai alat formal untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan tentang apa yang telah dilakukan oleh auditor dan kesimpulan
yang dicapainya atas audit laporan keuangan. Opini audit going concern tahun
sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk
mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila
auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan
semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going
concern pada tahun berjalan.
Mutchler (1984) dalam Eko dkk (2006:9) melakukan wawancara dengan
going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini
yang sama pda tahun berjalan. Kemudian menguji pengaruh ketersediaan
informasi publik terhadap opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang
telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant
analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tingg sebesar 89,9 persen dibanding model yang
lain.
Menurut Januarti (2009:17) berdasarkan hasil penelitiannya, untuk
memperbaiki kinerja perusahaan dibutuhkan waktu yang relatif lama. Hasil
penelitian Januarti (2009) juga menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif dan signifikan, hal tersebut mengindikasikan bahwa
perusahaan yang tahun sebelumnya menerima opini going concern kemungkinan
besar akan menerima opini yang sama pada tahun berikutnya. Penelitian
Pandiangan (2013) menghasilkan hasil yang sama dengan penelitian Januarti
(2009), bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap opini audit going concern.
2.1.3.4.3 Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah
perusahaan tersebut sehat atau tidak, apakah perusahaan tersebut mampu
mempertahankan keberlangsungannya ketika menghadapi keadaan ekonomi yang
menurun. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari segi
penjualan. Menurut Warren et al (2006:300) penjualan adalah jumlah yang
maupun kredit. Retur dan potongan penjualan serta diskon penjualan dikurangkan
dari jumlah ini untuk mendapatkan penjualan bersih. Pertumbuhan penjualan
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi
persaingan. Kegiatan utama perusahaan (auditee) dalam menghasilkan laba
didapatkan melalu penjualan.
Menurut Arma (2013:9) pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba
perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau
trend keuntungan yang meningkat merupaka suatu faktor yang sangat menentukan
perusahaan untuk tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan
penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila
manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan
dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif
mengindikasikan bahwa Auditee dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya
(going concern). Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan
memberikan peluang Auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin
tinggi rasio pertumbuhan penjualan Auditee, akan semakin kecil kemungkinan
auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.
Pertumbuhan Penjualan =penjualan bersih t–penjualan bersiht−1
Penelitian yang dilakukan oleh Arma (2013) menghasilkan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern. Berbeda sedikit dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pandiangan (2013) bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh
negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
2.1.3.4.4 Leverage
Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan
lebih memilih pembiayaan melalui hutang dibandingkan modal sendiri. Leverage
juga sering diartikan sebagai pendongkrak kinerja perusahaan dan erat
hubungannya dengan utang. Dalam penelitian ini tingkat leverage diukur dengan
menggunakan rasio debt to equity ratio (DER). Menurut Subramanyam dan Wild
(2010:46) solvabilitas atau leverage menunjukan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya .
Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih
besar dari hutang. Walau bagaimanapun, pendanaan perusahaan yang diperoleh
sebagian besar melalui hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena
perputaran uang perusahaan lebih cepat. Menurut Brigham dan Houston
(2010:140) istilah leverage akan memberikan tiga dampak penting yaitu (1)
menghimpun dana melalui utang, pemegang saham dapat mengendalikan
perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas, (2) kreditor melihat
ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman. Jadi,
kecil risiko yang dihadapi oleh kreditor, (3) jika hasil yang diperoleh dari aset
perusahaan lebih tinggi daripada tingkat bunga yang dibayarkan, maka
penggunaan utang akan “mengungkit” (leverage) atau memperbesar
pengembalian atas ekuitas. Penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2011)
menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu.
Berikut adalah uraian dari beberapa hasil penelitian terdahulu :
1. Eko et al (2006) dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya , Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”. Penelitian ini
menggunakan variabel independen yang terdiri dari kualitas audit, kondisi
keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan
perusahaan, dengan variabel dependennya opini audit going concern. Hasil
pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris
bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern.
2. Arga Fajar Santoso dan Linda Kusumaning Wedari ( 2007) dengan judul
Opini Audit Going Concern”. Penelitian ini menggunakan variabel
independen yang terdiri dari kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan,
opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran
perusahaan.Variabel dependen yang diteliti adalah penerimaan opini audit
going concern . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kualitas
audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Variabel kondisi
keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kecenderungan
penerimaan opini audit going concern.
3. Indira Januati (2009) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Faktor
Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Opini
Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel
independen yang digunakan terdiri dari kondisi keuangan, debt default,
ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya (PO), audit lag, audit
client tenure, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan
institusional. Variabel dependen yang digunakan adalah opini audit going
concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang
mempengaruhi pemberiaan opini audit going concern adalah variabel
default, ln sales (size), lamanya perikatan (audit client tenure), opini tahun
sedangkan variabel financial distress meskipun signifikan tetapi arah
tandanya berkebalikan dengan apa yang dihipotesakan. Variabel yang
tidak mempengaruhi pemberian opini going concern adalah audit lag,
opinion shoopping, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Untuk audit lag, opinion shoopping, dan kepemilikan institusional
tandanya sudah sama dengan apa yang dihipotesakan.
4. Risti Yuanda Putri (2011) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur Terbuka (Tbk)”. Variabel independen yang digunakan adalah
kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun
sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. variabel
dependen yang digunakan opini audit going concern. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel kualitas audit dan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
Sedangkan variabel kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
opini audit going concern.
5. Magdalena Tampubolon (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh
Kualitas Audit, Profitabilitas, Leverage, Dan Opini Audit Tahun
Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Variabel independen yang digunakan adalah kualitas audit, profitabilitas,
digunakan adalah opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa berdasarkan pengujian dengan regresi logistik menunjukkan bukti
empiris bahwa variabel kualitas audit, profitabilitas, dan leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Sedangkan variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern.
6. Endra Ulkri Arma (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia)”. Variabel independen yang
digunakan adalah profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan.
variabel dependen yang digunakan adalah penerimaan opini audit going
concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas,
likuiditas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan negatif
terhadap opini audit going concern.
7. Demak Sri Rahel Pandiangan (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh
Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Leverage, dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel independen
yang digunakan adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya,
leverage, dan pertumbuhan perusahaan. Variabel dependen yang
digunakan adalah penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian
dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap opini audit going concern. Variabel opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap opini audit
going concern.
8. Yashinta Putri Alichia (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun
Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia )”.
Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya. Variabel
dependen yang digunakan adalah opini audit going concern. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan negatif terhadap opini audit going concern, pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going
concern, dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan positif
terhadap opini audit going concern.
9. Totok Dewayanto (2011) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Variabel independen yang digunakan adalah kondisi keuangan, ukuran
perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, opinion
shopping, dan reputasi auditor. Variabel dependen yang digunakan adalah
kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan
variabel ukuran perusahaan, auditor client tenure, opinion shopping, dan
reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern.
10.Joseph et al (2009) dengan judul penelitian “Going-Concern Audit
Opinions and The Provision of Nonaudit Services : Implications for
Auditor Independence of Bangkrupt Firms”. Variabel independen yang
digunakan terdiri dari probankz (prediksi kebangkrutan), ukuran
perusahaan, tingkat pengembalian, ketidakpastian pasar, hutang,
profitabilitas, investasi, keuangan dimasa yag akan datang, dan audit fee
going concern. Variabel dependen yang digunakan opini audit going
concern. Ikhtisar review penelitian terdahulu diatas tercantum pada tabel
2.1.
Tabel 2.1
Review PenelitianTerdahulu
NO Nama
Indikator Teknik Analisis
Hasil Penelitian
1 2 3 4 5 6 7 Opini Audit Tahun
Sebelumnya , Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going
Concern
Variabel independen :kualitas audit, kondisi
keuangan perusahaan,
opini audit tahun opini audit going concern
Kualitas audit menggunakan variabel
dummy, 1 untuk yang tergabung dalam skala besar dan 0 untuk yang tergabung dalam skala kecil
Kondisi keuangan perusahaan menggunakan 4 model
kebangkrutan yaitu The Zmijeski Model, The Altman Model, Revised Altman Model dan Springate Model
Opini audit tahun
sebelumnya menggunakan variabel
dummy. Opini audit going concern diberi
kode 1 sedangkan non
going concern diberi kode 0
Variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan
perusahaan tidak menunjukkan pengaruh
Lanjutan Tabel 2.1
Pertumbuhan perusahaan menggunakan rasio penjualan
Opini audit going concern menggunakan variabel
dummy, dimana kode 1 untuk yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk yang non going concern opinion. Opini Audit Going
Concern
Variabel independen :kualitas audit, kondisi
keuangan perusahaan,
opini audit tahun
sebelumnya, pertumbuhan perusahaan
dan ukuran perusahaan.
Variabel dependen : penerimaan opini audit going concern
Kualitas audit menggunakan variabel dummy , 1 untuk audito yang tergabung dalam skala besar, dan 0 untuk audito yang tergabung dalam skala kecil.
Kondisi keuangan perusahaan menggunakan 4 model prediksi kebangkrutan
yaitu The Zimzjeski
Model, The Altman Model, Revised Altman Model dan Springate
Model.
Statistik deskriptif dan uji kelayakan model regresi
Variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
penerimaan opini audit going concern. Variabel kondisi keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan
penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap
kecenderungan
Lanjutan Tabel 2.1
Opini audit tahun sebelumnya menggunakan variabel dummy. Opini audit going concern diberi kode 1 sedangkan
non going concern diberi
kode 0
Pertumbuhan perusahaan menggunakan rasio
pertumbuhan laba,
Ukuran perusahaan menggunakan logaritma natural dari total aktiva
Penerimaan opini audit going concern
Lanjutan Tabel 2.1
Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern (Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel
independen : Faktor
Perusahaan,
Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan
Variabel
dependen : opini audit going concern
Faktor perusahaan diukur dengan melihat kondisi keuangan
perusahaan, debt default, ukuran perusahaan, audit lag, opini audit tahun sebelumnya dan auditor client treasure
Kualitas auditor diukur dengan kualitas audit dan opinion shopping.
Kepemilikan perusahaan dengan
mengguanakan rasio kepemilikan
Penerimaan opini audit going concern
menggunakan variabel dummy, dimana kode 1 untuk yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk yang non going concern opinion
Variabel yang mempengaruhi
pemberiaan opini audit going concern
adalah variabel default, ln sales (size),
lamanya perikatan (audit client tenure),
opini tahun sebelumnya (prior
opinion), dan kualitas auditor
(specialization),
sedangkan variabel financial distress meskipun signifikan tetapi arah tandanya berkebalikan dengan
apa yang dihipotesakan.
Variabel yang tidak mempengaruhi
pemberian opini going concern adalah audit
lag, opinion shoopping,
kepemilikan
manajerial dan kepemilikan
institusional. Untuk audit lag, opinion
shoopping, dan
kepemilikan
institusional tandanya sudah sama dengan
Lanjutan Tabel 2.1
:kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan
perusahaan, dan ukuran
perusahaan.
Variabel
dependen : opini audit going concern
Kualitas audit menggunakan
variabel dummy, 1 untuk skala besar dan 0 untuk skala kecil
Kondisi keuangan perusahaan
dengan menggunakan nilai Z-Score
Opini audit tahun sebelumnya menggunakan variabel dummy, 1 untuk opini going concern dan 0 untuk non going concern
Pertumbuhan logaritma natural total aktiva
Opini audit going concern
menggunakan variabel dummy
Analisis statistik deskriptif, analisis
Variabel kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh
signifikan terhadap opini going concern. Sedangkan variabel kondisi keuangan perusahaan,
pertumbuhan
Lanjutan tabel 2.1 5 Tampubol
on (2011)
Pengaruh Kualitas Audit, Profitabilitas, Leverage, Dan Opini Audit Tahun
Sebelumnya Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen
:kualitas audit, profitabilitas,
leverage, opini
audit tahun sebelumnya.
Variabel
dependen : opini audit going concern
Kualitas audit dengan
mengggunaka variabel dummy, 1 untuk auditor dari The Big Four dan 0 untuk auditor dari non The Big Four
Opini audit tahun sebelumnya menggunakan variabel dummy, 1 untuk opini going concern dan 0 untuk non going concern
Penerimaan opini
audit going concern
menggunakan variabel dummy, dimana kode 1 untuk yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk yang non going concern opinion
Variabel kualitas audit, profitabilitas, dan leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh
Lanjutan Tabel 2.1 6 Arma
(2013)
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going
Concern (Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Pada Bursa Efek
Indonesia)
Variabel independen :profitabilitas,
likuiditas, dan pertumbuhan
perusahaan.
Variabel dependen :
penerimaan opini audit going
Likuiditas dengan menggunakan Current Ratio
Pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan rasio
pertumbuhan laba
Penerimaan opini audit going concern
menggunakan variabel dummy, diberi kode 1 untuk yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk yang non going concern opinion
Variabel profitabilitas,
likuiditas dan pertumbuhan
perusahaan berpengaruh
signifikan negatif terhadap opini audit going concern.
7 Pandiang an (2013)
Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun
Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan
Variabel
independen :, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, leverage, dan pertumbuhan perusahaan.
Variabel
dependen : opini audit going concern
Kualitas audit menggunakan
variabel dummy, 1 untuk KAP The Big Four dan 0 untuk Kap Non The Big Four
Opini audit tahun sebelumnya menggunakan variabel dummy, 1 untuk opini going concern, dan 0 untuk opini
Variabel kualitas audit, debt to equity ratio
(DER), dan
pertumbuhan
Lanjutan tabel 2.1
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
non going concern
Leverage diukur dengan
Opini audit going concern
menggunakan variabel dummy, diberi kode 1 untuk yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk yang non going concern opinion Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur
Variabel
independen : , ukuran
perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya
Variabel
dependen :opini audit going concern.
Ukuran perusahaan menggunaka logaritma natural total asset
Pertumbuhan perusahaan menggunakan rasio
pertumbuhan laba
Opini audit tahun sebelumnya menggunakan variabel dummy
Uji regresi logistik
Variabel ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan negatif terhadap opini audit
going concern,
pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern, dan opini audit tahun sebelumnya
Lanjutan tabel 2.1
Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia )
diberi kode 1 untuk yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk yang non going concern opinion
Opini audit going concern
menggunakan variabel dummy, diberi kode 1 untuk yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk yang non going concern opinion
Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Variabel
independen : , kondisi keuangan, ukuran
perusahaan, opini audit tahun sebelumnya,
auditor client tenure, opinion shopping, dan reputasi auditor
Variabel
dependen :opini audit going concern.
Kondisi keuangan perusahaan
dengan
menghitung nilai Z-Score
Ukuran perusahaan menggunakan logaritma natural total aktiva
Auditor client tenure, opinion shopping dan reputasi auditor menggunakan
variabel dummy
Analisis
Variabel kondisi keuangan dan opini
audit tahun sebelumnya
berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, auditor client tenure, opinion shopping, dan reputasi auditor tidak berpengaruh
Lanjutan Tabel 2.1 10 Callagha
n et al (2009)
Going-Concern Audit Opinions and The Provision of Nonaudit Services : Implications
for Auditor Independence of Bangkrupt Firms
Variabel
independen : probankz pasar, leverage, profitabilitas, investasi,
keuangan dimasa yang akan datang, dan audit fee going concern
Variabel
dependen : opini audit going concern
Probankz menggunakan
The Altman Model
Ukuran perusahaan
menggunakan Ln total aktiva
Return dengan melihat jumlah saham yang beredar
Ketidakpastian
pasar dengan melihat variasi model pasar pada tahun tersebut.
Leverage dengan menggunakan
Investasi dengan membagi jumlah investasi dengan total asset
Keuangan dimasa yang akan datang dengan
menggunakan variabel dummy
Audit fee dengan dan analisi tambahan
Variabel probankz, tingkat
signifikan terhadap opini going concern.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2011:33) kerangka teoritis adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting
yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka teoritis akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
Variabel-variabel yang diteliti berpengaruh positif dan berpengaruh
negatif. Profitabilitas/ROA (X1) berpengaruh negatif terhadap opini audit going
concern. Opini audit tahun sebelumnya (X2 ) berpengaruh positif terhadap opini
audit going concern. Pertumbuhan perusahaan (X3 ) berpengaruh negatif terhadap
opini audit going concern. Leverage (X4 ) berpengaruh positif terhadap opini audit
going concern.
Profitabilitas/ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari aset yang dimamfaatkan. Semakin tinggi nilai ROA maka semakin
efektif pengelolaan aset dalam menghasilkan laba operasi perusahaan. Tujuan dari
analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yan dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio profitabilitas suatu
perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola aset-aset
yang dimilikinya untuk menghasilkan profit. Menurut Tampubolon (2011) ,
Profitabilitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dan diproksikan
dengan return on asset (ROA). Semakin tinggi profitabilitas maka semakin
dengan tingkat profitabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan
tersebut mampu menjalankan usahanya dengan baik sehingga dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, semakin tinggi
profitabilitas maka semakin rendah pula kemungkinan suatu perusahaan tersebut
menerima opini audit going concern. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki
tingkat profitabilitas yang rendah akan cenderung menerima opini audit going
concern. Maka, dapat disimpulkan ada hubungan negatif antara
profitabilitas/ROA terhadap penerimaan opini audit going concern.
Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya
akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga besar
kemungkinan bagi auditor mengeluarkan opini audit going concern pada tahun
berjalan. Menurut Tampubolon (2011), Apabila pada tahun sebelumnya
perusahaan telah menerima opini audit going concern, maka akan semakin besar
kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini audit going concern kembali
pada tahun berikutnya. Hal ini memberikan bukti empiris bahwa auditor dalam
menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going
concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Maka, dapat
disimpulkan terdapat hubungan positif antara opini audit tahun sebelumnya
dengan penerimaan opini audit going concern.
Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proxy berupa
rasio pertumbuhan penjualan. Rasio pertumbuhan penjualan yang positif
mengindikasikan bahwa perusahaan dapat going concern. Menurut Pandiangan
memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan maka
semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini audit going
concern. Sebaliknya, perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang negatif
mengindikasikan akan mengalami kebangkrutan sehingga tidak dapat melanjutkan
kegiatan operasinya sehingga kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini
audit going concern akan semakin besar. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan perusahaan dengan
penerimaan opini audit going concern.
Leverage dalam penelitian diukur dengan menggunakan rasio debt to
equity ratio (DER). Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap modal maupun aset. Menurut Pandiangan (2013) Semakin besar tingkat
debt to equity ratio (DER) menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, karena sebagian
besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai
utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang sehingga menyebabkan
semakin besar perusahaan menerima opini audit going concern.
Berdasarkan atas latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dibangun kerangka konseptual seperti pada
H1 (-)
H2 (+)
H3 (-)
H4 (+)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011:42) hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji keberannya mengenai
konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka konseptual
yang telah diuraikan sebelumnya sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
Opini audit tahun sebelumnya (X2 )
Pertumbuhan perusahaan (X3 )
Leverage / DER (X4 )
Profitabilitas/ ROA (X1)
H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
H2 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
H3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
H4 : Leverage (DER) berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going