• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Jarh wa al Ta’dil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Ilmu Jarh wa al Ta’dil"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU JARH WA AL-TA’DIL

(2)

PENGERTIAN

Lafadh “jarh” menurut muhadditsin yaitu sifat seorang rawy yg dapat mencacatkan keadilan dan hafalannya. Men-jarh seorang rawy artinya mensifati seorang rawy dgn sifat2 yg dapat

melemahkan atau menjadikan tertolaknya hadis yg diriwayatkannya.

Rawy yg adil yaitu orang yg dapat

(3)

Pengertian Ilmu Jarh Wa Ta’dil

Memberikan sifat-sifat yg terpuji kpd seorang perawy sehingga periwayatannya dpt diterima disebut menta’dilkannya.

Mnrt ‘Ajaj al-Khathib : Ilmu jarh wa ta’dil yaitu:

ُثْيَح ْنِم ةاَّوُّرلا لاوحا ىف ُثَحْبَي ىذلا ملعلا وه اَهِّدَر ْوَأَ ْمِهِتَياَوِر ِلْوُبَق

(4)

FAEDAH ILMU JARH WA TA’DIL

Menetapkan diterima atau ditolaknya

periwayatan

Jika perawy itu cacat, maka periwayatannya

ditolak

Jika perawy itu adil, maka periwayatannya

(5)

Macam-macam ‘Aib Rawy

Bid’ah: melakukan tindakan yg tdk sesuai

syari’ah. Mis: percaya Tuhan masuk pd jiwa Ali

Mukhalafah: menyalahi periwayatan orang yg

lebih tsiqah

Ghalath: banyak kekeliruan dlm periwayatanJahalat al-hal: tidak dikenal identitasnya

Da’wa al-inqitha’ : diduga keras sanadnya tdk

(6)

CARA2 MENGETAHUI KE’ADILAN

1. Kepopulerannya di kalangan ahli ilmu sbg

orang yg adil (bi al-syuhrah). Misal: Anas bin Malik, Sufyan al-Tsaury, Syu’bah bin al-Hajjaj, al-Syafi’I, dll

2. Pujian dari seseorang yg adil (tazkiyah):

ditetapkannya sbg rawy yg adil oleh orang2 yg adil, yg semula rawy yg dita’dilkan itu

(7)

Menetapkan kecacatan Rawy

1. Berita ttg ketenaran seorang rawy karena

ke’aibannya. Seorang perawy yg terkenal sbg orang fasik di kalangan masyarakat tdk perlu dipersoalkan

2. Berdasarkan pentarjihan dari seorang yg adil yg telah mengetahui sebab2 dia cacat.

(8)

SYARAT2 ORANG YG MENTA’DIL DAN

MENTAJRIH

1. Berilmu 2. Bertakwa

3. Wara’ (orang yg selalu menjauhi perbuatan maksiat, syubhat, dosa2 kecil dan makruhat) 4. Jujur

5. Menjauhi fanatik

(9)

Jumlah Orang yg cukup utk

menta’dil & mentajrih

Minimal dua orang dlm hal syahadah maupun

riwayah

Cukup satu orang dlm hal riwayah bukan dlm

hal syahadah

Cukup seorang dlm hal riwayah maupun

(10)

Mengatasi Perlawanan Ta’dil & Tajrih

1. Jarh didahulukan secara mutlak walaupun jumlah mu’addilnya lebih banyak

2. Ta’dil didahulukan daripada jarh

3. Apabila jumlah mu’addilnya lebih banyak daripada jarh-nya, didahulukan ta’dil

(11)

Tingkatan dan Lafazh utk menta’dil

1. Segala sesuatu yg mengandung kelebihan rawy dlm keadilan dgn menggunakan lafazh yg

berbentuk af’al tafdhil atau ungkapanlain yg mengandung pengertian sejenis. Misal:

ِساَّنلا ُقَث ْوَأَ = orang yg paling tsiqah

ًةَلاَدَع َو اًظْفِح ِساَّنلا َتَبْثَأَ = orang yg mantap hafalan dan keadilannya

ِتْبَّثلا ىِف ىَهَتْنُمْلا ِهْيَلِإِ = orang yg paling top keteguhan hati dan lidahnya

(12)

lanjutan

(13)

lanjutan

3. Menunjuk keadilan dgn suatu lafazh yg mengandung arti kuat ingatan. Misalnya:

ٌتْبَث = orang yg teguh (hati dan lidahnya)

ٌنِقْتُم = orang yg meyakinkan (ilmunya)

ٌةَقِث = orang yg tsiqah

ٌظِفاَح = orang yg kuat hafalannya

ٌةَّجُح = orang yg petah lidahnya

(14)

lanjutan

ٌق ْوُدَص = orang yg sangat jujur

ٌن ْوُمْأَْم = orang yg dapat memegang amanat

ِهِب َسْأَْب َلا = orang yg tidak cacat

5. Menunjuk kejujuran rawy, tetapi tdk terfaham adnya kedhabitan. Misal:

ُق ْدِّصلا ُهُّل َحَم = orang yg berstatus jujur

ِثْيِد َحْلا ُدِّي َج = orang yg baik haditsnya

ِثْيِد َحْلا ُنَس َح = orang yg bagus haditsnya

(15)

lanjutan

6. Menunjuk arti mendekati cacat seperti sifat2 yg tersebut di atas serta diikuti dgn lafazh

“insyaallah”, atau lafazh tersebut di-tashghir-kan (pengecilan arti), atau lafazh itu dikaitkan dgn

suatu penghargaan. Misal:

ُالله َءاَش ْنِإِ ٌق ْوُدًص = orang yg jujur, Insya Allah

ِهِب َسْأَْب َلا ْنَأِْب ْوُج ْرَأَ ٌنَلاُف = orang yg diharapkan tsiqah

ٌحِلْي َوُص ٌنَلاُف = orang yg sedikit kesalehannya

(16)

TINGKATAN & LAFAZH2 MENTAJRIH

1. Lafazh yg menunjuk kepada cacat perawy yg sangat dgn menggunakan lafazh2 af’al tafdhil atau ungkapan lain yg mengandung pengertian yg sejenisnya dgn itu. Misalnya:

ِساَّنلا ُعَض ْوَأَ = orang yg paling dusta

ِساَّنلا ُبّذْكَأَ = orang yg paling bohong

ِع ْض َوْلا ىِف ىَهَتْنُمْلا ِهْيَلِإِ = orang yg paling top

(17)

lanjutan

2. Menunjuk sifat yang sangat cacat dgn

menggunakan shighat mubalaghah. Misalnya:

ٌباَّذَك = orang yg pembohong

ٌعاَّض َو = orang yg pendusta

ٌلاَّجَد = orang yang penipu

3. Menunjuk kepada tuduhan dusta, bohong, dsb.Mis:

ِبِذَكْلاِب ٌمَهَّتُم ٌنَلاُف = orang yg dituduh bohong

(18)

lanjutan

ُر ْظَّنلا ِهْيِف ٌنَلاُف = orang yg perlu diteliti

ٌطِقاَس ٌنَلاُف = orang yg gugur

ِثْيِد َحْلا ُبِهاَذ ٌنَلاُف = orang yg haditsnya telah hilang

ِثْيِد َحْلا ُك ْوُرْتَم ٌنَلاُف = orang yg ditinggalkan haditsnya 4. Menunjuk kepada sangat lemah. Misal:

ِثْيِد َحْلا ُح ْوُر ْطَم = orang yg dilempar haditsnya

ٌفْيِعَض ٌنَلاُف = orang yg lemah

(19)

lanjutan

5. Menunjuk pd kelemahan dan kekacauan rawy menegnai hafalannya. Mis:

ِهِب ُّجَت ْحُي َلا ٌنَلاُف = orang yg haditsnya tdk dpt dijadikan hujjah

ٌل ْوُه ْجَم ٌنَلاُف = orang yg tdak dikenal identitasnya

ِثْيِد َحْلا ُرِكْنُم ٌنَلاُف = orang yg munkar haditsnya

ِثْيِد َحْلا ُب ِرَطْضُم ٌنَلاُف = orang yg kacau haditsnya

(20)

lanjutan

6. Mensifati rawy dgn sifat2 yg menunjuk pada kelemahannya, tetapi sifat itu berdekatan dgn ‘adil. Misal:

ُهُثْيِد َح َفِّعُض = orang yg dihd’aifkan haditsnya

ِهْيِف ٌلاَقَم ٌنَلاُف = orang yg diperbincangkan

ٌفْل َخ ِهْيِف ٌنَلاُف = orang yang disingkirkan

ٌنِّيَل ٌنَلاُف = orang yg lunak

ِة َّجُحْلاِب َسْيَل ٌنَلاُف = orang yg tdk dpt digunakan hujjah haditsnya

(21)

lanjutan

Orang yg ditajrih dari nomor 1-4 , hadistnya tidak dapat digunakan sama sekali. Adapun tingkat 5-6 hadistnya masih dpt digunakan, sbg I’tibar

(pembanding)

Sahabat tidak termasuk kategori yang ditajrih. Sasaran perawy yg dita’dil dan ditajrih adalah

(22)

KITAB-KITAB ILMU JARH WA TA’DIL

1. Ma’rifat al-Rijal karya Yahya ibn Ma’in.

2. Al-Dhu’afa karya Muh. Bin Isma’il al-Bukhary (194-252H) idcetak di India th 320 H

3. Al-Tsiqat karya Abu Hatim bin Hibban al-Butsy (w.304H).

4. Al-Jarh wa Ta’dil karya Abdur Rahman bin Abi Hatim al-Razy (240-326H) tdd 4 jilid memuat 18050 orang perawy. Th 1373 H, kitab tsb

(23)

lanjutan

5. Mizan al-I’tidal karya Imam Syamsuddin Muhammad adz-Dzahaby (673-748H),

dicetak di Mesir tahun 1325 H yang memuat 10907 orang rijal hadits.

6. Lisan Mizan karya Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalany (773-852H) mencakup isi kitab

(24)

24

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang judul “Uji Efek Antimikroba Ekstrak

1. Hasil belajar matematika siswa rendah, terlihat pada hasil penurunan nilai UN dan peringkat Indonesia dalam ajang PISA yang disebabkan oleh beberapa faktor

Minyak pala merupakan minyak atsiri yang dapat diperoleh dari biji buah2. pala dengan

Dalam hubungannya dengan analisis Dampak Kepadatan Lalu Lintas di Kota Surabaya terkait Program Langit Biru seyogyanya tidak hanya memperhatikan risiko pencemaran

Hasil analisis (Tabel 3.) menunjukkan bahwa varietas dan perlakuan jerami padi hanya berpengaruh nyata terhadap emisi gas N 2 O pada umur 21 hst dan terjadi interaksi antara kedua

Yang dimaksud dengan persetujuan pihak-pihak terkait adalah persetujuan berupa tanda tangan Bupati Belu, Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Belu, Bupati

Teknik padan yang digunakan adalah padan pragmatis karena apabila dituturkan menimbulkan reaksi tertentu pada mitra tutur yang bersangkutan (Sudaryanto

PERMEN DIKNAS RI Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan PERMEN DIKNAS RI Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan 5.. PERMEN DIKNAS RI Nomor