ILMU JARH WA AL-TA’DIL
PENGERTIAN
Lafadh “jarh” menurut muhadditsin yaitu sifat seorang rawy yg dapat mencacatkan keadilan dan hafalannya. Men-jarh seorang rawy artinya mensifati seorang rawy dgn sifat2 yg dapat
melemahkan atau menjadikan tertolaknya hadis yg diriwayatkannya.
Rawy yg adil yaitu orang yg dapat
Pengertian Ilmu Jarh Wa Ta’dil
Memberikan sifat-sifat yg terpuji kpd seorang perawy sehingga periwayatannya dpt diterima disebut menta’dilkannya.
Mnrt ‘Ajaj al-Khathib : Ilmu jarh wa ta’dil yaitu:
ُثْيَح ْنِم ةاَّوُّرلا لاوحا ىف ُثَحْبَي ىذلا ملعلا وه اَهِّدَر ْوَأَ ْمِهِتَياَوِر ِلْوُبَق
FAEDAH ILMU JARH WA TA’DIL
• Menetapkan diterima atau ditolaknya
periwayatan
• Jika perawy itu cacat, maka periwayatannya
ditolak
• Jika perawy itu adil, maka periwayatannya
Macam-macam ‘Aib Rawy
• Bid’ah: melakukan tindakan yg tdk sesuai
syari’ah. Mis: percaya Tuhan masuk pd jiwa Ali
• Mukhalafah: menyalahi periwayatan orang yg
lebih tsiqah
• Ghalath: banyak kekeliruan dlm periwayatan • Jahalat al-hal: tidak dikenal identitasnya
• Da’wa al-inqitha’ : diduga keras sanadnya tdk
CARA2 MENGETAHUI KE’ADILAN
1. Kepopulerannya di kalangan ahli ilmu sbg
orang yg adil (bi al-syuhrah). Misal: Anas bin Malik, Sufyan al-Tsaury, Syu’bah bin al-Hajjaj, al-Syafi’I, dll
2. Pujian dari seseorang yg adil (tazkiyah):
ditetapkannya sbg rawy yg adil oleh orang2 yg adil, yg semula rawy yg dita’dilkan itu
Menetapkan kecacatan Rawy
1. Berita ttg ketenaran seorang rawy karena
ke’aibannya. Seorang perawy yg terkenal sbg orang fasik di kalangan masyarakat tdk perlu dipersoalkan
2. Berdasarkan pentarjihan dari seorang yg adil yg telah mengetahui sebab2 dia cacat.
SYARAT2 ORANG YG MENTA’DIL DAN
MENTAJRIH
1. Berilmu 2. Bertakwa
3. Wara’ (orang yg selalu menjauhi perbuatan maksiat, syubhat, dosa2 kecil dan makruhat) 4. Jujur
5. Menjauhi fanatik
Jumlah Orang yg cukup utk
menta’dil & mentajrih
• Minimal dua orang dlm hal syahadah maupun
riwayah
• Cukup satu orang dlm hal riwayah bukan dlm
hal syahadah
• Cukup seorang dlm hal riwayah maupun
Mengatasi Perlawanan Ta’dil & Tajrih
1. Jarh didahulukan secara mutlak walaupun jumlah mu’addilnya lebih banyak
2. Ta’dil didahulukan daripada jarh
3. Apabila jumlah mu’addilnya lebih banyak daripada jarh-nya, didahulukan ta’dil
Tingkatan dan Lafazh utk menta’dil
1. Segala sesuatu yg mengandung kelebihan rawy dlm keadilan dgn menggunakan lafazh yg
berbentuk af’al tafdhil atau ungkapanlain yg mengandung pengertian sejenis. Misal:
ِساَّنلا ُقَث ْوَأَ = orang yg paling tsiqah
ًةَلاَدَع َو اًظْفِح ِساَّنلا َتَبْثَأَ = orang yg mantap hafalan dan keadilannya
ِتْبَّثلا ىِف ىَهَتْنُمْلا ِهْيَلِإِ = orang yg paling top keteguhan hati dan lidahnya
lanjutan
lanjutan
3. Menunjuk keadilan dgn suatu lafazh yg mengandung arti kuat ingatan. Misalnya:
ٌتْبَث = orang yg teguh (hati dan lidahnya)
ٌنِقْتُم = orang yg meyakinkan (ilmunya)
ٌةَقِث = orang yg tsiqah
ٌظِفاَح = orang yg kuat hafalannya
ٌةَّجُح = orang yg petah lidahnya
lanjutan
ٌق ْوُدَص = orang yg sangat jujur
ٌن ْوُمْأَْم = orang yg dapat memegang amanat
ِهِب َسْأَْب َلا = orang yg tidak cacat
5. Menunjuk kejujuran rawy, tetapi tdk terfaham adnya kedhabitan. Misal:
ُق ْدِّصلا ُهُّل َحَم = orang yg berstatus jujur
ِثْيِد َحْلا ُدِّي َج = orang yg baik haditsnya
ِثْيِد َحْلا ُنَس َح = orang yg bagus haditsnya
lanjutan
6. Menunjuk arti mendekati cacat seperti sifat2 yg tersebut di atas serta diikuti dgn lafazh
“insyaallah”, atau lafazh tersebut di-tashghir-kan (pengecilan arti), atau lafazh itu dikaitkan dgn
suatu penghargaan. Misal:
ُالله َءاَش ْنِإِ ٌق ْوُدًص = orang yg jujur, Insya Allah
ِهِب َسْأَْب َلا ْنَأِْب ْوُج ْرَأَ ٌنَلاُف = orang yg diharapkan tsiqah
ٌحِلْي َوُص ٌنَلاُف = orang yg sedikit kesalehannya
TINGKATAN & LAFAZH2 MENTAJRIH
1. Lafazh yg menunjuk kepada cacat perawy yg sangat dgn menggunakan lafazh2 af’al tafdhil atau ungkapan lain yg mengandung pengertian yg sejenisnya dgn itu. Misalnya:
ِساَّنلا ُعَض ْوَأَ = orang yg paling dusta
ِساَّنلا ُبّذْكَأَ = orang yg paling bohong
ِع ْض َوْلا ىِف ىَهَتْنُمْلا ِهْيَلِإِ = orang yg paling top
lanjutan
2. Menunjuk sifat yang sangat cacat dgn
menggunakan shighat mubalaghah. Misalnya:
ٌباَّذَك = orang yg pembohong
ٌعاَّض َو = orang yg pendusta
ٌلاَّجَد = orang yang penipu
3. Menunjuk kepada tuduhan dusta, bohong, dsb.Mis:
ِبِذَكْلاِب ٌمَهَّتُم ٌنَلاُف = orang yg dituduh bohong
lanjutan
ُر ْظَّنلا ِهْيِف ٌنَلاُف = orang yg perlu diteliti
ٌطِقاَس ٌنَلاُف = orang yg gugur
ِثْيِد َحْلا ُبِهاَذ ٌنَلاُف = orang yg haditsnya telah hilang
ِثْيِد َحْلا ُك ْوُرْتَم ٌنَلاُف = orang yg ditinggalkan haditsnya 4. Menunjuk kepada sangat lemah. Misal:
ِثْيِد َحْلا ُح ْوُر ْطَم = orang yg dilempar haditsnya
ٌفْيِعَض ٌنَلاُف = orang yg lemah
lanjutan
5. Menunjuk pd kelemahan dan kekacauan rawy menegnai hafalannya. Mis:
ِهِب ُّجَت ْحُي َلا ٌنَلاُف = orang yg haditsnya tdk dpt dijadikan hujjah
ٌل ْوُه ْجَم ٌنَلاُف = orang yg tdak dikenal identitasnya
ِثْيِد َحْلا ُرِكْنُم ٌنَلاُف = orang yg munkar haditsnya
ِثْيِد َحْلا ُب ِرَطْضُم ٌنَلاُف = orang yg kacau haditsnya
lanjutan
6. Mensifati rawy dgn sifat2 yg menunjuk pada kelemahannya, tetapi sifat itu berdekatan dgn ‘adil. Misal:
ُهُثْيِد َح َفِّعُض = orang yg dihd’aifkan haditsnya
ِهْيِف ٌلاَقَم ٌنَلاُف = orang yg diperbincangkan
ٌفْل َخ ِهْيِف ٌنَلاُف = orang yang disingkirkan
ٌنِّيَل ٌنَلاُف = orang yg lunak
ِة َّجُحْلاِب َسْيَل ٌنَلاُف = orang yg tdk dpt digunakan hujjah haditsnya
lanjutan
Orang yg ditajrih dari nomor 1-4 , hadistnya tidak dapat digunakan sama sekali. Adapun tingkat 5-6 hadistnya masih dpt digunakan, sbg I’tibar
(pembanding)
Sahabat tidak termasuk kategori yang ditajrih. Sasaran perawy yg dita’dil dan ditajrih adalah
KITAB-KITAB ILMU JARH WA TA’DIL
1. Ma’rifat al-Rijal karya Yahya ibn Ma’in.
2. Al-Dhu’afa karya Muh. Bin Isma’il al-Bukhary (194-252H) idcetak di India th 320 H
3. Al-Tsiqat karya Abu Hatim bin Hibban al-Butsy (w.304H).
4. Al-Jarh wa Ta’dil karya Abdur Rahman bin Abi Hatim al-Razy (240-326H) tdd 4 jilid memuat 18050 orang perawy. Th 1373 H, kitab tsb
lanjutan
5. Mizan al-I’tidal karya Imam Syamsuddin Muhammad adz-Dzahaby (673-748H),
dicetak di Mesir tahun 1325 H yang memuat 10907 orang rijal hadits.
6. Lisan Mizan karya Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalany (773-852H) mencakup isi kitab
24