1
PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Oleh: Dwi Purnomo, S.Sos1
I. PENDAHULUAN
Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dimensi pengelolaan sumber daya air meliputi konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air. Selain itu, diamanatkan pula bahwa dalam proses pengelolaan sumber daya air harus melibatkan peran masyarakat serta para pemangku kepentingan lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pelibatan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun badan usaha swasta dianggap perlu dalam Pengelolaan Sumber Daya Air. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan perencanaan saja namun berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber daya air.
II. DASAR PEMIKIRAN
1. Paradigma baru dalam pembangunan bahwa masyarakat bukan hanya sebagai obyek pembangunan, namun sebagai mitra pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.
2. Untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air.
3. Menjaga dan melestarikan sumber daya air beserta infrastrukturnya.
III. LANDASAN HUKUM
UU Nomor 7 Tahun 2004, Pasal 70
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan para pemilik kepentingan dan kelembagaan sumber daya air secara
1 Staf Subdit Kemitraan dan Peran Masyarakat Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air;
terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air.
(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan, operasi dan pemeliharaan sumber daya air dengan melibatkan peran masyarakat. (3) Kelompok masyarakat atas prakarsa sendiri dapat melaksanakan upaya
pemberdayaan untuk kepentingan masing-masing dengan berpedoman pada tujuan pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta pendampingan.
IV. PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SDA
Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sumber daya air sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya dalam hal:
1. Konservasi SDA
Peran masyarakat dalam upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai
2. Pendayagunaan SDA
Peran masyarakat dalam upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna
3. Pengendalian Daya Rusak Air
Peran masyarakat dalam upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.
Bentuk peran masyarakat:
No Kegiatan Bentuk Peran Masyarakat, a.l:
3
aspirasi/ usulan, tanggapan atas rancangan kebijakan/ rencana
2 Pelaksanaan Inisiatif, Kerjasama, Swakarsa bersubsidi, Swakarsa Mandiri, Laporan/pengaduan
3 Pemantauan & Evaluasi Menjaga, Mengawasi, Mencegah, Menyampaikan laporan/pengaduan
V. Jenjang Peran/Partisipasi Masyarakat
Sumber: International Association for Public Participation, 2000
VI. SKEMA PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN SDA
2. Danau, waduk, situ, embung
1. Peningkatan kinerja pengelolaan sumber daya air.
6.1 Lingkup dan lokasi kegiatan
Lingkup kegiatan pemberdayaan dalam pengelolaan sumber daya air meliputi:
a. konservasi sumber daya air b. pendayagunaan sumber daya air c. pengendalian daya rusak air
kegiatan tersebut dapat dilakukan pada sumber air alami maupun buatan, yaitu sungai, danau, waduk, situ, embung, jaringan irigasi, rawa, pantai, dll.
6.2 Strategi dan Pendekatan
Kegiatan peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan dengan strategi, antara lain:
a. pemberdayaan masyarakat b. kemitraan
c. pendampingan
6.3 Metode
Metode yang dapat digunakan dalam rangka mendukung kegiatan peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air adalah, antara lain
a. teknologi Tepat Guna b. pendidikan
c. pelatihan d. kearifan lokal
VII. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SDA
5
Upaya pemberdayaan masyarakat akan berjalan optimal apabila didukung oleh para pemangku kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha maupun kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai. Oleh karena itu, semua sumberdaya yang ada hendaknya dirangkum dalam satu kemitraan/partnerships yang kuat. Dalam kemitraan tersebut hendaknya ada semangat pembinaan dan pengembangan, hal ini dapat terlihat karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, justru dengan kelemahan dan kelebihan masing-masing pihak akan saling melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi dengan cara melakukan pembinaan terhadap kelemahan yang lain dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan semangat kemitraan yaitu saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Untuk lebih mengoptimalkan pemberdayaan yang dilakukan, maka pihak-pihak pelaku pemberdayaan hendaknya melakukan pendampingan. Dengan pendampingan diharapkan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan dapat lebih terarah dan tepat sasaran.
7.1 Konsep Dasar Pemberdayaan
PEMBERDAYAAN (empowerment) adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan masyarakat. Untuk memahami konsep pemberdayaan secara tepat memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian dan persepsi yang berbeda satu dengan yang lain.
Dengan demikian dapat difahami bahwa konsep pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan yang merangkum nilai-nilai sosial sekaligus mencerminkan paradigma pembangunan yang bersifat :
People Centered Participatory Empowering Sustainable (Chambers, 1995)
7.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pemberdayaan masyarakat hendaknya dilakukan dalam satu rangkaian aktivitas yang sistematis. Adapun langkah-langkah pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan adalah:
7.2.1 Persiapan
Bentuk kegiatan: 1. Identifikasi
7
Misal: isu mengenai bencana banjir, kerusakan daerah aliran sungai, bencana kekeringan, pengamanan infrastruktur sumber daya air, dan lain sebagainya.
Pemilihan isu juga yang akan direspons juga perlu diikuti dengan penentuan kelompok sasaran (target group) dan lokasi kegiatan. Penentuan kelompok sasaran akan berpengaruh pada pemilihan metode dan strategi pemberdayaan. Sedangkan penentuan lokasi kegiatan berkaitan dengan prioritas penanganan yang akan dilakukan. Misalnya penanganan kerusakan daerah aliran sungai yang diprioritaskan pada daerah hulu atau daerah tangkapan air.
2. Sosialisasi
Kegiatan ini dilakukan untuk menyampaikan maksud kegiatan yang akan dilaksanakan, tujuan yang akan dicapai, dan apa saja yang akan dilakukan. Dalam sosialisasi disampaikan substansi materi dari pengelolaan sumber daya air, misalnya yang terkait dengan konservasi, pendayagunaan, maupun pengendalian daya rusak air. Substansi materi yang diberikan harus yang berkaitan dengan rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan.
Sosialisasi yang dilakukan diharapkan menjadi sarana untuk dialog interaktif antara masyarakat dengan pelaksana kegiatan, sehingga masyarakat dapat memahami dan menerima apa yang menjadi maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan.
7.2.2 Perencanaan
1. Edukasi (pelatihan kepada masyarakat)
a. Pelatihan sebagai fasilitator (TOF)
b. Substansi pengelolaan sumber daya air (konservasi, pendayagunaan, atau pengendalian daya rusak air)
c. Perencanaan partisipatif
Materi ini disampaikan untuk memunculkan dan menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat. Materi yang umum diberikan adalah Participatory Rural Apprasisal (PRA)
2. Perencanaan Penanganan Isu
a. Penyusunan Rencana Kerja/ Aksi Masyarakat
Penyusunan perencanaan penanganan isu sumber daya air dilaksanakan dengan prinsip: dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Perencanaan yang dilakukan akan menghasilkan rencana kerja/aksi masyarakat – dalam konteks rehabilitasi dan konservasi air dan tanah disebut dengan Rencana Konservasi Tanah Desa (RKTD). RKTD merupakan rencana aksi yang disusun oleh masyarakat dalam rangka melestarikan air dan sumber-sumber air, memperbaiki lahan kritis, meningkatkan kehidupan sosial - perekonomian, serta menguatkan kelembagaan masyarakat.
Dalam proses penyusunannya keterlibatan masyarakat dari unsur orang tua, pemuda, laki-laki dan perempuan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama serta aparat pemerintah desa menjadi sangat penting yang tentu mereka relatif cukup memahami permasalahan di desa dan lingkungannya.
b. Tahapan Penyusunan RKTD:
9
i. identifikasi potensi dan masalah lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat melalui telaah terhadap informasi dan data sekunder yang ada. ii. verifikasi faktual dengan melakukan penelusuran
lapangan.
2) Input dan analisis data dan penyusunan matriks potensi, masalah, dan alternatif solusi
3) Penyusunan draft RKTD
4) Lokakarya draft RKTD
Draft RKTD yang telah disusun dipaparkan kepada para pemangku kepentingan sumber daya air, khususnya pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan bila memungkinkan melibatkan pihak badan usaha.
Dalam lokakarya diharapkan ada feedback dari para pemangku kepentingan untuk dilakukan perbaikan, penyesuaian, maupun perubahan pada draft RKTD yang sudah disusun.
5) Finalisasi RKTD dan Rencana Tindak Lanjut
i. Draft RKTD hasil lokakarya kemudian difinalkan menjadi dokumen RKTD
ii. Penguatan kelembagaan RKTD
Kelembagaan dalam masyarakat perlu ada dalam rangka mengawal implementasi rencana yang telah disusun.
iii. Sosialisasi RKTD kepada seluruh masyarakat desa iv. Pembahasan RKTD di Pemerintahan Desa dan
menjadi agenda pembangunan desa.
v. Dokumen RKTD hendaknya ditandatangani oleh kepala daerah sebagai tanda mengetahui dan mengakui program usulan dari masyarakat dalam kaitan pengelolaan sumber daya air.
7.2.3 Implementasi
Setelah dilakukan proses persiapan yang diikuti dengan peningkatan kapasitas, serta dilanjutkan dengan penyusunan rencana kerja/aksi masyarakat, maka tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan rencana kerja/ aksi yang telah disusun.
Satu hal yang penting adalah bahwa diharapkan masyarakat mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Hal ini merupakan bentuk keaktifan dan swadaya masyarakat, sedang program dan kegiatan yang merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah hendaknya dapat diakomodasi dan difasilitasi melalui APBD maupun APBN.
7.2.4 Pemantauan dan evaluasi
Pemantauandan evaluasi dari hasil yang sistematik ini selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan strategi program kegiatan pengelolaan sumber daya air yang berikutnya. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi ini dilakukan secara partisipatif, yaitu dilakukan oleh para pelaku pemberdayaan dengan mengikutsertakan masyarakat.
Contoh Tabel RKTD
NO MASALAH UTAMA
PROGRAM
SOLUSI KEGIATAN
HASIL YANG AKAN DICAPAI
(TARGET)
INDIKATOR LOKASI TAHUN
PARA PIHAK DAN PEMBIAYAAN 1 2 3 4 5
1
11
VIII. PENUTUP
1. Rencana Konservasi Tanah Desa (RKTD) merupakan istilah umum yang digunakan sebagai perencanaan masyarakat dalam upaya konservasi air dan lahan. RKTD biasa digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA).
2. Dalam konteks pengelolaan sumber daya air lainnya – misal: pendayagunaan SDA dan penanggulangan daya rusak air – dapat digunakan istilah lain untuk menyebut hasil perencanaan masyarakat. Inti dari perencanaan masyarakat adalah rencana yang disusun oleh masyarakat untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air dan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.