• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penentuan Lokasi Fasilitas Pendidikan Baru Studi kasus SMA Kompleks di Kota Surabaya dengan Analysis Hierarchy Process ” sebagai tugas dari mata kuliah Analisa Lokasi dan Keruangan.

Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Dan terima kasih kami sampaikan kepada :

1. Dosen mata kuliah Analisa Lokasi dan Keruangan Bapak Ir Eko Budi Susanto, Lic. Rer. reg yang, Ibu Vely Kukinul Siswanto, S.T, M.T, M.Sc dan Ibu Ajeng Nugrahaning Dewanty, S.T, M.T, M.Sc yang telah memberi tugas serta membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

2. Rekan rekan yang telah membantu terselesainya makalah ini.

Tujuan dari pembuatan tugas mata kuliah ini adalah diharapkan penulis memahami alat analisa yaitu Analisis Hirarki Proses yang digunakan dalam penentuan lokasi faislitas pendidikan SMA baru di kota Surabaya dengan memperhatikan beberapa faktor – faktor yang berpengaruh

Demikian makalah Analisa Lokasi dan Keruangan ini yang kiranya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Surabaya, Mei 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Tujuan...5

1.3 Sasaran...5

1.4 Sistematika Penulisan...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...7

2.1.TEORI TENTANG PENENTUAN LOKASI...7

2.2.JANGKAUAN PELAYANAN FASILITAS PENDIDIKAN...9

2.3.STANDAR PELAYANAN MINIMAL FASILITAS PENDIDIKAN UNTUK SMA...10

2.4.FAKTOR PENENTU LOKASI PENDIDIKAN...11

2.4.1 Aksesbilitas...11

2.4.2 Lingkungan...12

2.4.3 Kependudukan...12

2.4.4 Fisik...13

2.4.5 Pola Distribusi...14

BAB III METODE ANALISIS...14

3.1.GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN...16

3.2.JENIS PENELITIAN...16

3.3.VARIABEL PENELITIAN...16

3.4.METODE PENGUMPULAN DATA...18

3.5.TEKNIK ANALISIS DATA...19

BAB IV PEMBAHASAN...22

BAB V KESIMPULAN...26

5.1 KESIMPULAN...26

5.2 SARAN...26

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu modal yang sangat penting untuk menjalani kehidupan bermasyarakat, dengan adanya asupan pendidikan moral, kedisiplinan, agama, sosial dan ilmu lainnya guna memecahkan kesenjangan melalui pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan sekaligus akan meningkatkan taraf hidup setiap individu. Pendidikan sebagai pengembangan human capital harus mempunyai perspektif yang tepat dalam menentukan kebijakan dan pengalokasian pendidikan.

Penetapan fasilitas pendidikan bertujuan untuk memberikan pelayanan fasilitas/sarana pendidikan yang optimal. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien (Tim Penyusun Pedoman Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Untuk mencapai pelayanan yang optimal, maka faktor yang perlu ditetapkan meliputi jangkauan pelayanan sekolah, jumlah penduduk yang diperlukan untuk mendukung adanya fasilitas tersebut (Eko, 1987). Karena faktor utama didirikannya sekolah adalah untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan masyarakat. Letak lokasi suatu sekolah harus tepat sasaran pada masyarakat, apabila tidak tersedia sarana transportasi atau kemudahan akses yang memadai, harus diusahakan berada pada radius yang memungkinkan murid sekolah menjangkaunya. Sekolah juga tidak akan efisien apabila berada di tempat yang sunyi atau terpencil.

(5)

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menentukan faktor-faktor lokasi yang tepat sebagai fasilitas pendidikan dan kesesuaian pemilihan lokasi pendidikan yang ideal.

1.3 Sasaran

Untuk mencapai tujuan, sasaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Menentukan faktor-faktor penentuan lokasi pendidikan berdasarkan preferensi

masyarakat

2) Mengidentifikasi kesesuaian antara faktor-faktor penentu lokasi Fasilitas Pendidikan berdasarkan preferensi masyarakat

3) Mengidentifikasi kesesuaian lokas Fasilitas Pendidikan dengan faktor-faktor penentuan lokasi perumahan berdasarkan preferensi masyarakat

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun penyusunan makalah ini akan dibahas sesuai dengan sistematika penulisan yang disajikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN :Bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika pelaporan dalam penyusunan faktor-faktor penentuan lokasi fasilitas pendidikan yang ideal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Bab berisi landasan teori yang digunakan atau dijadikan pedoman dalam melakukan suatu proses analisa. Tinjauan pustaka pada penelitian ini menyangkut teori dan konsep mengenai penentuan lokasi fasilitas pendidikan

BAB III METODE STUDI : Bab ini berisi gambaran umum, bagan alur studi, metode pengambilan data, dan metode analisis yang digunakan dalam melakukan analisis dalam studi ini.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.TEORI TENTANG PENENTUAN LOKASI

Petter E.Lioyd dalam bukunya Location in Space (1977) melihat bahwa jangkauan / luas pasar dari setiap komoditas ada batasnya yang dinamakan range dan batas minimal dari luas pasarnya agar produsen bisa tetap bertahan hidup (berproduksi). ( Robinson, 2005 : 79)

Suatu kawasan / wilayah / tempat dan faktor yang ada di sekitarnya berkaitan dengan lokasi sekolah dapat mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat. Lokasi pendidikan dapat dikaitkan dengan konsep teori tempat sentral ( central place theory ) menurut Christaller dalam Sitohang (1990: 132 ) , yaitu :

1. Terdapat suatu hirarki dari komponen-komponen jasa, berlingkup mulai dari pelayanan pada tingkat rendah yang terdapat pada setiap pusat-pusat kota atau kampung sampai pelayanan pada tingkat tinggi yang hanya terdapat di pusat-pusat yang besar. Kota-kota besar cenderung untuk memiliki hampir segala macam kegiatan jasa, sedangkan kota-kota kecil dan kampung hanya memiliki jumlah yang terbatas. Masing-masing kegiatan jasa mempunyai penduduk ambang dan lingkup pasar. Penduduk ambang (Threshold population) adalah jumlah minimum penduduk yang harus ada untuk dapat menopang kegiatan jasa.

(7)

Dalam perkembangannya, teori ini lebih dikenal dengan teori guna lahan. Hal penting yang memegang peranan dalam penentuan lokasi adalah jarak. Yang bisa digunakan sebagai penentuan fasilitas umum diantaranya fasilitas pendidikan. Lokasi sekolah juga dapat dikaitkan dengan lokasi industri maka setidaknya mengetahui tentang struktur ruang. Menurut Glasson dalam Sitohang,1990 : 132 bahwa setidaknya terdapat 3 unsur pokok dalam struktur ruang yaitu :

1. Kelompok lokasi industri jasa atau tersier, termasuk pelayanan administrasi keuangan, perdagangan eceran dan besar, dan pelayanan jasa-jasa lainnya, yang cenderung mengelompok menjadi sistem tempat sentral yang tersebar secara seragam pada hamparan daerah yang mempunyai hubungan yang mudah dengan pasar-pasar terbesar;

2. Lokasi-lokasi yang memencar dengan spesialisasi industri seperti manufacturing, pertambangan dan rekreasi yang cenderung untuk mengelompok menjadi “cluster” atau aglomerasi menurut lokalisasi sumber daya fisik seperti batubara, dan sifat-sifat fisik seperti lembah sungai dan pantai;

3. Pola jaringan pengangkutan, umpamanya jalan raya dan kereta api, yang dapat menimbulkan pola pemukiman yang linear.

Letak suatu sekolah, diharapkan dalam suatu lokasi yang baik atau optimal. Menurut Daldjoeni (1992 : 61), lokasi optimal adalah lokasi yang terbaik secara ekonomis. Model yang sederhana dari teori lokasi adalah memperoleh keuntungan ekonomi dengan cara meminimkan biaya transportasi. Para ahli ekonomi mempunyai kecocokan dengan model biaya transportasi, produk yang mempunyai biaya pengiriman tinggi, cenderung sensitif terhadap biaya transportasi (Blair, 1995 : 43). Menurut John P.Blair dan Robert Premus, dalam perkembangannya, variasi mengenai ruang di dalam ukuran pasar, perbedaan biaya produksi, kenyamanan wilayah, kemajuan teknologi dan faktor lain, terintegrasi ke dalam model yang kompleks dalam proses pengambilan keputusan mengenai lokasi (Bingham dan Miered., 1993 : 3).

Guna mengidentifikasi suatu tempat atau lokasi, perlu diketahui unsur utama apa yang membentuk tempat tersebut. Canter (1977 : 158), menggambarkan unsur tersebut pada gambar 2.1 sebagai berikut :

TEMPAT

AKTIVITAS ATRIBUT FISIK

(8)

Indikasi adanya suatu tempat adalah hasil hubungan antara (a) aktivitas, (b) atribut Fisik, dan (c) konsepsi. Artinya, suatu tempat belum secara penuh dikenali, sebelum mengetahui perilaku yang dihubungkan dengan tempat tersebut, parameter mengenai pengaturan fisik dan konsepsi orang mengenai perilaku dalam lingkungan fisik tersebut (Canter, 1977 : 159).

2.2.JANGKAUAN PELAYANAN FASILITAS PENDIDIKAN

Jangkauan atau radius sekolah yang harus ditempuh oleh penduduk menuju lokasi sekolah secara nasional jarak capai yang diperhitungkan ialah jarak perjalanan 32 kaki dalam keadaan normal. Untuk sekolah lanjutan jarak 5 km yaitu 1 jam jalan kaki. ( Indrafachrudi, dkk (1989: 142)

Terkait dengan pelayanan dalam kota, Weber Walter Christaller (1933) dan August Lösch (1936), secara terpisah mengembangkan teori tempat pusat (central place theory). Konsep utama dalam teori ini adalah apa yang dinamakan dengan the range of good dan the threshold value (United Nation, 1979 : 53). Range of good service merupakan jarak yang ditempuh para konsumen menuju suatu tempat untuk mendapatkan pelayanan, adapun threshold value atau threshold population merupakan jumlah penduduk minimal yang dibutuhkan suatu unit pelayanan sebelum dapat beroperasi secara menguntungkan (Daldjoeni : 1992 : 104).

Apabila dikaitkan dengan fasilitas pendidikan maka luas jangkauan pelayanan pendidikan minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk pada wilayah. Makin tinggi kepadatan penduduk makin kecil wilayah jangkauan pelayanan pendidikan begitu juga sebaliknya. Menurut Teori tempat central jenis pelayanan jasa dapat dikelompokkan kepada :

a. pelayanan perbaikan (repair work) dan pekerjaan lain dari yang sejenis b. distribusi dan pengankutan barang-barang

c. pelayanan akan administrasi, pendidikan dan informasi d. pelayanan keamanan dan kesehatan

Luas pemasaran dari kegiatan pelayanan itu ialah sejauh mana seseorang bersedia untuk berjalan mencapai itu. Apabila jarak ini dilampui maka seseorang akan akan mencari pelayanan lain yang lebih dekat. (Sinulingga, 2005 : 27)

(9)

1. Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 tentang standar sarana dan prasarana SMA/MA yaitu satu SMA/MA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6000 jiwa dapat dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMA/MA baru.

2. Indrafachudi, dkk (1989: 142) secara nasional jarak capai yang diperhitungkan ialah jarak perjalanan kaki dalam keadaan normal. Untuk sekolah lanjutan diambil jarak 5 km yaitu 1 jam jalan kaki.

3. Badan Standar Nasional Indonesia tentang saran dan prasarana yaitu satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SMA/MA dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan.

2.3.STANDAR PELAYANAN MINIMAL FASILITAS PENDIDIKAN UNTUK SMA

Mengacu pada SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perkotaan di perumahan. Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan:

a) berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan; b) optimasi daya tampung dengan satu shift;

c) effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu; d) pemakaian sarana dan prasarana pendukung;

e) keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis sarana lingkungan lainnya.

(10)

perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi. Sedangkan untuk kebutuhan ruang dan lahan pada sarana pendidikan sekolah menengah umum (SMU) diuraikan berikut ini :

- Kebutuhan program ruang minimum memiliki minimum 6 ruang kelas @40 murid dilengkapi dengan ruang – ruang lain dan ruang terbuka atau bermain kurang lebih 3000-7000m2

- Kebutuhan sarana pendidikan dan pembelajaran pada jenis sarana SMU harus memiliki jumlah penduduk pendukung sebesar 4.800 jiwa, untuk kebutuhan per satuan sarana luas lantai minimum 3.835 m2 dan luas lahan minimal 12.500 m2, sedangkan radius pencapaian 3.000 m dapat dijangkau dengan kendaraan umum, disatukan dengan lapangan olah raga dan tidak selalu di pusat lingkungan.

- Pembakuan tipe SMU dibagi menjadi tipe A,B, dan C dengan rombongan belajar 27 untuk tipe A dengan peserta didik 1.080 siswa, rombongan belajar 18 untuk tipe B dengan peserta didik 720 jiwa, dan rombongan belajar 9 untuk tipe C dengan peserta didik 360 siswa.

2.4.FAKTOR PENENTU LOKASI PENDIDIKAN

2.4.1 Aksesbilitas

Menurut Robinson (2003) Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai suatu wilayah dari wilayah lain yang berdekatan. Aksesibilitas (kemudahan jarak tempuh) akan mempengaruhi kestrategisan suatu lokasi, karena menyangkut kemudahan untuk menuju lokasi tersebut dari berbagai lokasi yang berada di sekitarnya atau wilayah lainnya. Menurut Chiara dalam Yuliantarti (2003), aksesibilitas yang baik merupakan salah satu faktor strategis dalam penentuan suatu lokasi sekolah karena akan mempermudah siswa atau peserta didik dari dan ke lokasi sekolah. Selain itu dikemukakan juga bahwa salah satu kriteria dalam pemilihan lokasi adalah tingkat daya hubung yang baik yakni ketersediaan angkutan umum, jaringan jalan, frekuensi keberangkatan dan jarak.

(11)

aksesibilitas ini, yaitu: kedekatan lokasi dengan jaringan transportasi dan kedekatan lokasi dengan pusat kota.

Menurut Srour (2003) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa tingkat aksesibilitas adalah meminimumkan waktu tempuh (travel time). Dalam kondisi yang ideal bahwa suatu aksesibilitas yang baik di suatu lokasi diukur berdasarkan seberapa baik jaringan transportasinya pada lokasi tersebut terhubung dengan pusat-pusat kegiatan lainnya.

2.4.2 Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. Faktor lingkungan disini terdiri dari keamanan dan ketenangan suatu lokasi. Keamanan ditujukan dengan lokasi fasilitas pendidikan yang aman terhadap gangguan dari luar, misal saja premanatau pencuri anak. Ketenangan ditujukan dengan lokasi fasilitas pendidikan yang bersih dari polusi udara maupun kebisingan

2.4.3 Kependudukan

Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) Gambaran pertambahan penduduk adalah sebagai berikut: dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun labih cvepat yaitu sebesar 4.5 % dari turunnya tinggi kelahiran, yaitu sebesar 3,5 %. Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka penyedian prasarana dan sarana pendidikan serta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah. Dan juga terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaan akan fasilitas sekloah dasar.

(12)

2.4.4 Fisik

Menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 bahwa luas minimum lahan yang dibutuhkan untuk jenjang sekolah menengah adalah 2.170 m2 dan lahan untuk satuan pendidikan SMA/MA memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik seperti tercantum pada Tabel.

Tabel Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta Didik

Sumber:Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007.

Untuk satu orang siswa dibutuhkan luas lahan 0.75 m lokal) = 56 m. Selanjutnya 0.75 x 56 didapatkan 42 siswa per kelas. Selain itu faktor kondisi fisik lahan sangat menentukan dalam pemilihan lokasi suatu sekolah. Yang termasuk dalam pembahasan kondisi fisik lahan adalah kondisi topografi, kondisi hidrologi, kondisi tanah bebas dari bencana alam.

1. Kondisi topografi

Menurut Widyasa (2001) mengemukakan bahwa semakin landai lahan maka akan semakin banyak aktivitas. Artinya bahwa untuk penentuan sebuah lokasi sekolah diutamakan didirikan pada lokasi yang landai. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa kondisi topografi meliputi permukaan tanah yang relatif cukup datar, lahan sekolah relatif tidak berbukit, kemiringan permukaan tanah maksimal 10%, ketinggian lahan relatif masih wajar, lahan tidak dekat dengan lereng sungai dan dalam lokasi tidak terdapat tebing curam. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa lahan sekolah kemiringan lahan rata-ratanya kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api. Lahan bukan merupakan daerah hutan lindung, bukan merupakan daerah resapan air, bukan merupakan daerah cadangan air, bukan merupakan daerah purbakala dan bukan merupakan tempat keramat.

(13)

Kondisi hidrologi lebih menyoroti keberadaan dan kondisi air pada lahan sekolah tersebut. Jika kondisi air kurang baik maka akan berakibat tidak baik pada seluruh warga sekolah. Sebab air yang ada pada lahan tersebut dipergunakan untuk: MCK dan keperluan lainnya. Selain itu lahan harus terhindar dari pencemaran air. Hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 dan PP RI No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

3. Kondisi tanah

Kondisi tanah perlu diperhatikan karena berkaitan erat dengan tingkat kepekaan terhadap erosi. Ada beberapa kondisi tanah yang mempunyai kepekaan tinggi terhadap erosi ini, yaitu: regosol, litosol, organosol, dan renzina. Kepekaan terhadap erosi ini semakin rawan apabila tingkat kemiringan lahan makin curam karena menyebabkan aliran air di permukaan makin deras dengan daya angkut yang semakin banyak. Kondisi tanah yang ideal untuk lokasi sekolah adalah: berupa tanah darat atau tanah bekas kebun/ladang; lahan yang berupa tanah rawa/sawah atau bekas rawa/sawah harus siap bangun tanpa perlakuan khusus; lahan tidak berupa tanah bekas kuburan atau bekas timbunan sawah atau bekas limbah kimia. Intinya bahwa lahan untuk sekolah harus mempunyai kondisi yang memungkinkan hidupnya vegetasi untuk kebun percobaan, kenyamanan dan keindahan. Tanah idealnya mencukupi seperti jenis tanah berupa bebatuan, kerikil, pasir dan lempung keras.

Dalam perencanaan pembangunan sebuah sekolah perlu diperhatikan faktor alam sebagai salah satu faktor kenyamanan sekolah. Lahan yang digunakan untuk lokasi sekolah hendaknya terhindar dari gangguan binatang buas, berada di wilayah bebas banjir, tidak termasuk daerah atau lingkungan yang sering dilanda oleh angin puyuh atau topan (Depdiknas).

2.4.5 Pola Distribusi

(14)

sekolah, ketidakseimbangan antara kapasitas dan kebutuhan, serta keterbatasan lahan untuk pengembangan dan pembangunan sekolah.

(15)

BAB III METODE ANALISIS

3.1.GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Pada penelitian ini lokasi yang diambil berada pada area SMA Kompleks dengan batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Jalan Ambengan Sebelah Selatan : Jalan Jimerto

Sebelah Barat : Jalan Wijaya Kusuma Sebelah Timur : Jalan Kusuma Bangsa

Gb. Lokasi SMA Kompleks (Sumber : survey sekunder, 2015)

3.2.JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan pada ranking faktor – faktor yang paling mempengaruhi dalam penentuan penentuan lokasi pendidikan SMA baru di Kota Surabaya. Pendekatan ini bertujuan untuk mncapai sasaran dalam penelitian

3.3.VARIABEL PENELITIAN

Berdasarkan faktor penentu lokasi fasilitas pendidikan, terdapat beberapa variabel dan Indikator untuk menentukan pemilihan lokasi fasilitas pendidikan :

(16)

1 Aksesbilitas Jarak lokasi pusat fasilitas Waktu capai dari lokasi tempat

tinggal dengan lokasi pusat fasilitas pendidikan SMA Kemudahan mendapatkan sarana transportasi umum

2 Lingkungan Keamanan Lingkungan dalam

penentuan lokasi Ketenangan (tingkat polusi

udara dan suara/kebisingan)

3 Kependudukan Kepadatan penduduk Kepadatan dan prosentase penduduk

4 Fisik Topografi Fisik Lahan merupakan

penentu potensi lahan

(17)

Pola distribusi dimaksudkan untuk menganalisis

penyebaran sekolah dengan melihat kesesuaian terhadap persediaan / permintaan sekolah Daya tampung sekolah

Tabel Variabel yang mempengaruhi (sumber : survey sekunder, 2015)

3.4.METODE PENGUMPULAN DATA

Pada metde pengumpulan data dalam proses penelitian ini terdiri atas 2 metode, yakni dengan melakukan survey primer dan survey sekunder : 3.4.1 SURVEY PRIMER

Survei primer dilakukan untuk mendapatkan data eksisting primer berdasarkan lokasi penelitian. Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah :

1) Teknik observasi atau pengamatan langsung

Teknik observasi atau pengamatan langsung dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dengan menggunakan alat bantu kamera dan catatan. Alat bantu kamera memudahkan peneliti dalam perekaman situasi atau kondisi eksisting di kawasan lokasi penelitian.

2) Kuisioner

Survey kuisioner terhadap stakeholder terkait dalam penentuan lokasi pendidikan. Dengan kuisioner ini diharapkan mampu memberikan data sehingga dapat mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi pendidikan yaitu SMA kompleks di Surabaya. Sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari unsur sampel penelitian kualitatif yaitu dari pihak masyarakat dan pemerintah

3.4.2 SURVEY SEKUNDER

(18)

1) Studi literatur/pustaka, dilakukan melalui studi kepustakaan di buku, hasil penelitian dan peraturan yang berhubungan dengan tema penelitian

2) Tinjauan media yaitu informasi-informasi yang diperoleh sebagai input dalam penelitian ini diperoleh dari internet

3.5.TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian penentuan lokasi ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data AHP (Analytical Hirarchy Process). AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai dengan kondisi evaluasi atribut-atribut kualitatif. Penilaian yang diberikan dalam penggunaan metode AHP ini memberikan kita keluwuesan dalam menilai, yaitu AHP menunjukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis (Saaty, 1993:23). Metode Saaty (Analisis Hirarki Proses) yang digunakan dalam studi ini dikarenakan metode ini mempunyai keuntungan antara lain (Saaty, 1993:27):

1. Mekanisme pendekatan, yaitu suatu konsep operasional guna menyelesaikan studi proyek ini secara terarah dan sesuai dengan kerangka acuan kerja. Termasuk dalam pola dan konsep operasional tersebut adalah cara yang digunakan dalam menggali dan menemukan permasalahan yang ada. Selanjutnya setiap data dan fakta yang masuk dianalisis dengan metode standar dan berbagai pemanfaatan ilmiah lainnya, serta standar perencanaan tata ruang yang berlaku. Metode ini adalah suatu cara praktis untuk menangani secara kualitatif bermacam hubungan fungsional dalam suatu jaringan yang kompleks.

2. mempunyai kemampuan memadukan perencanaan ke depan (yang diproyeksikan) dan perencanaan ke belakang (yang diinginkan) dengan cara yang interaktif, yang mencerminkan pertimbangan dari semua staf manajerial yang berkepentingan.

3. Merupakan cara baru untuk menganalisa suatu permasalahan dengan kemampuan antara lain:

· Memadukan data yang sudah ada dengan pertimbangan subyektif tentang faktor-faktor tak wujud

· Memasukkan pertimbangan beberapa orang dalam memecahkan konfliks. · Melakukan analisis sensitivitas dan revisi biaya murah

· Menggunakan prioritas marginal maupun prioritas rata-rata untuk membimbing pengalokasian

(19)

4. Suatu teknik yang melengkapi berbagai teknik lain, prioritas (meminimaumkan resiko) untuk memilih proyek atau aktivitas.

5. Suatu pengganti tunggal untuk aneka ragam skema untuk memproyeksikan masa depan dan melindungi terhadap resiko dan ketidakpastian.

Kelemahan metode Saaty yang dapat dinyatakan disini adalah metode penjagaan ini tidak dibuat kaku karena dimaksudkan untuk menampung aspek pertimbangan non teknis yang umumnya merupakan pertimbangan politis. Kelonggaran tersebut, dapat memungkinkan pertimbangan non teknis yang akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pedoman teknis yang diusulkan.

Berikut ini kerangka berfikir penentuan lokasi fasilitas pendidikan SMA Kompleks di Surabaya :

Penentuan Lokasi Fasilitas Pendidikan SMA Kompleks Di Surabaya

Aksesbilitas Lingkungan Kependudukan Fisik Pola Distribusi

(20)
(21)

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan pembahasan mengenai hasil dari analisis dalam pelitian tentang Penentuan Lokasi Fasilitas Pendidikan di Surabaya dngan studi kasus SMA Kompleks Surabaya. Sesuai yang dijelaskan pada bab sebelumnya tentang teknik analisis yang digunakan dalam penentuan lokasi adalah menggunakan teknik analisis data AHP (Analytical Hirarchy Process). Dalam penelitian ini analisis AHP digunakan untuk mengetahui nilai bobot faktor penentuanlokasi fasilitas pendidikan, yang datanya didapatkan dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner pada stakeholder terkait. Penentuan lokasi fasilitas Pendidikan di Kota Surabaya dengan merujuk pada studi kasus SMA kompleks dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor aksesilitas, lingkungan, kependudukan, fisik, pola distribusi. Adapun beberapa langkah yang dilakukan dalam proses menganalisa menggunakan analisa data AHP yang dijelaskan lebih lanjut pada lampiran 1. Sebelum melakukan penggabungan dari hasil terlebih dahulu dilakukan pemasukan data permasing masing faktor hingga masing masing sub faktor.

Pada langkah yang pertama penentuan faktor prioritas dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan dilakukan pada kelima faktor dengan hasil sebagai berikut :

Gambar xx hasil analisis faktor penentu lokasi fasilitas pendidikan Sumber: Hasil Analisis 2015

Dapat diperhatikan bahwa pada data diatas terdapat lima faktor yang mempengaruhi penetuan lokasi fasilitas pendidikan yaitu aksesbilitas, lingkungan, kependudukan, fisik dan pola distribusi. Nilai tertinggi yaitu aksesbilitas dengan nilai0,325 selanjutnya lingkungan dengan nilai 0,228 , fisik dengan nilai 0,191 , pola distribusi dengan nilai 0,180 dan yang terakhir adalah kependudukan dengan nilai 0,076. Data diatas memiliki inconsistency sebesar 0,09 dan telah valid sebab standart validitas suatu data >0,1. Dari data diatas telah diperlihatkan bentuk hirarki faktor dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan dimana faktor yang menjadi proritas adalah faktor aksesbilitas. Selain menentukan prioritas pada faktor yang utama, penentuan prioritas juga dilakukan pada masing-masing faktor berdasarkan sub faktor.

(22)

Gambar xx hasil analisis faktor aksesbilitas Sumber : Hasil analisis 2015

Pada faktor aksesbilitas terdapat beberapa sub faktor diantaranya jarak lokasi pusat fasilitas pendidikan SMA dengan tempat tinggal, waktu capai dari lokasi tempat tinggal dengan lokasi fasilitas pendidikan, dan kemudahan mendapatkan sarana transportasi umum. Dari hasil analisis didapatkan nilai tertinggi yaitu kemudahan mendapatkan sarana trasnportasi dengan nilai 0,516. Disusul oleh jarak lokasi fasilitas pendidikan SMA dengan tempat tinggal dengan nilai 0,282 dan terakhir adalah waktu capai dari lokasi tempat tinggal dengan lokasi fasilitas pendidikan dengan nilai 0,202. Data diatas memiliki inconsistency sebesar 0,06 dan telah valid sebab standart validitas suatu data >0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari faktor aksesbilitas pengaruh paling besar dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan adalah kemudahan mendapatkan sarana trasnportasi.

Faktor kedua adalah faktor lingkungan dimana hasil dari proses pengolahan data dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar xx hasil analisis faktor lingkungan Sumber : Hasil analisis 2015

Pada faktor lingkungan terdapat dua sub faktor diantaranya keamanan dan ketenangan. Dari hasil analisis didapatkan nilai tertinggi yaitu ketenangan dengan nilai 0,675 dan selanjutnya keamanan dengan nilai 0,325. Data diatas memiliki inconsistency sebesar 0dan telah valid sebab standart validitas suatu data adalah >0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari faktor lingkungan pengaruh paling besar dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan adalah ketenangan.

Faktor ketiga adalah faktor kependudukan dimana hasil dari proses pengolahan data dapat dilihat pada gambar berikut :

(23)

Sumber : Hasil Analisis 2015

Pada faktor kependudukan terdapat dua sub faktor diantaranya kepadatan penduduk dan persebaran penduduk usia 16-18 tahun. Dari hasil analisis didapatkan nilai tertinggi yaitu persebaran penduduk usia 16-18 tahun dengan nilai 0,570 dan selanjutnya kepadatan penduduk dengan nilai 0,430. Data diatas memiliki inconsistency sebesar 0 dan telah valid sebab standart validitas suatu data adalah >0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari faktor kependudukan, pengaruh paling besar dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan adalah persebaran penduduk usia 16-18 tahun.

Faktor keempat adalah faktor fisik dasar dimana hasil dari proses pengolahan data dapat dilihat pada gambar berikut :

Pada faktor fisik terdapat tiga sub faktor diantaranya topografi, hidrologi dan kondisi tanah. Dari hasil analisis didapatkan nilai tertinggi yaitu topografi dengan nilai 0,482 dan selanjutnya hidrologi dengan nilai 0,318 dan terakhiradalah kondisi tanah dengan nilai 0,201. Data diatas memiliki inconsistency sebesar 0,04 dan telah valid sebab standart validitas suatu data adalah >0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari faktor fisik dasar yang berpengaruh paling besar dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan adalah topografi.

Faktor kelima adalah faktor pola dasar dimana hasil dari proses pengolahan data dapat dilihat pada gambar berikut :

(24)
(25)

BAB V KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang tealh dilakukan diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi fasilitas pendidikan SMA Kompleks di Kota Surabaya terdiri atas faktor Aksesbilitas, Lingkungan, Kependudukan, Fisik, Pola Distribusi. Kemudian setelah dilakukan analisa bahwa dari kelima faktor tersebut yang sangat mempengaruhi yaitu aksesbilitas sebagai prioritas. Kemudian pada sub – sub faktor dilakukan juga analisis untuk diketahui prioritasnya. Sehingga didapatkan bahwa pada faktor aksesbilitas prioritas utama yaitu kemudahan mendapatakan sarana transportasi umum, untuk faktor lingkungan prioritas utama yaitu ketenangan, untuk faktor kependudukan prioritas utama yaitu persebabran penduduk usia 16 -18, untuk faktor fisik prioritas utama yaitu topografi dan untuk faktor pola distribusi prioritas utama yaitu daya tampung sekolah.

Dengan demikian dalam penentuan lokasi baru untuk SMA Kompleks perlu diperhatikan bahwa faktor aksesbilitas karena kemudahan untuk mendapatkan transportasi umum untuk mencapai lokasi serta lamanya waktu tempuh menjadi pertimbangan berikutnya dan hal ini sejalan dengan teori Christaller. Dengan diketahui pertimbangan utama aksesbilitas telah diketahui dengan begitu variabel seperti sarana transportasi umum, ketenangan pada lokasi tersebut, persebaran penduduk usia 16 -18, topografi wilayah, serta daya tampung sekolah merupakan pendukung dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan tersebut.

5.2 SARAN

Dalam penentuan lokasi pendidikan ini disarankan :

 Penentuan Lokasi Pendidikan SMA Kompleks disarankan dekat dengan aksesbilitas, dekat dan mudah dijangkau oleh masyarakat

 Peletakan lokasi yang dekat dengan jalan raya sehingga mudah dilalui dan dilewati oleh angkutan umum yang akan memberikan kemudahan dalam mengakses fasilitas pendidikan tersebut.

(26)

 Perlunya mengetahui pesebaran jumalh penduduk usia sekolah dalam penentuan penentuan lokasi baru dalam penentuan lokasi sekolah SMA dengan begitu membuat penyebaran sekolah merata.

 Kemudian untuk wilayah diperhatikan wilayah tersebut harus datar dan tidak berada pada kemiringan untuk menaggulangi atau meminimalisir terkena bencana

(27)

LAMPIRAN Lampiran 1

Proses menganalisa menggunakan analisis data AHP dilakukan dengan beberapa langkah langkah diantaranya.

1. Langkah pertama masukkan faktor beserta faktor yang akan diolah

2. Selanjutnya tentukan jumlah responden dan tuliskan responde pada gamber berikut

(28)

4. Setelah semua input data dimasukkan pada masing masing responden selanjutnya dilakukan combine agar semua data responden menjadi satu bagian utuh

5. Sehingga data yang didapatkan berupa data prioritas pada faktor utama dan masing masing faktor.

Lampiran 2

Penentuan Lokasi fasilitas Pendidikan

Studi Kasus : SMA KOMPLEKS KOTA SURABAYA Bapak/Ibu, Sodara/i yang kami hormati

Kami mahasiswa Program Sarjana (S-1) Perencanaan Wilayah dan Kota ITS mengadakan sebuah penelitian tentang penentuan lokasi fasilitas pendidikan studi kasus: SMA Kompleks Kota Surabaya. Dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan terlebih dahulu dilakukan perumusan kriteria-kriteria lokasi sehingga lokasi tersebut layak dan strategis.

(29)

memerlukan suatu nilai numeric sebagai pengganti persepsi seseorang untuk mendapatkan perbandingan relatif sehingga diperoleh nilai prioritas kriteria.

Dalam penelitian ini kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu, Saudara/i untuk berkenan menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat/persepsi Bapak/Ibu, Saudara/i terhadap perbandingan tingkat kepentungan antara dua kriteria atau subkriteria yang disajikan dalam masing-masing pertanyaan.

Biodata Responden

Nama : Meilissa Imaniyah N. Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Lapangan Dharmawangsa No. 8, Surabaya Umur : 27

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga No. Hp : 08155006545

Petunjuk :

Dalam melakukan pembandingan tingkat kepentingan antara dua kriteria/subkriteria ditentukan nilai kepentingan 1 sampai 9. Jawaban perbandingan yang menurut Bapak/Ibu, Saudara/i paling tepat denan arti penilaian sebagai berikut :

Skala Matriks Perbandingan Berpasangan

(30)

daripada elemen yang lain (absolutely more importance)

satu elemen sangat jelas lebih penting

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (grey area)

Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi

Sumber : Saaty (1993) Contoh :

Manakah di dua daerah ini yang membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan?

Utara 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selatan

Hal ini berarti bahwa Daerah Utara lebih membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan daripada di Selatan (berdasarkan persepsi responden).

PERTANYAAN I

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Aksesbilitas dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

(31)

pusat fasilitas

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek lingkungan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Keamanan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertanyaan IV berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Kependudukan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Kepadatan

Pertanyaan V berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Ekonomi dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

(32)

PERTANYAAN VI

Pertanyaan VI berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Sosial dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Luas

Sekolah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(33)

Penentuan Lokasi fasilitas Pendidikan

Studi Kasus : SMA KOMPLEKS KOTA SURABAYA Bapak/Ibu, Sodara/i yang kami hormati

Kami mahasiswa Program Sarjana (S-1)Perencanaan Wilayah dan Kota ITS mengadakan sebuah penelitian tentang penentuan lokasi fasilitas pendidikan studi kasus: SMA Kompleks Kota Surabaya. Dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan terlebih dahulu dilakukan perumusan kriteria-kriteria lokasi sehingga lokasi tersebut layak dan strategis.

Pembobotan kriteria dilakukan dengan menggunakan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk memecahkan maslah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok kelompok, dan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki. Alat ini memerlukan suatu nilai numeric sebagai pengganti persepsi seseorang untuk mendapatkan perbandingan relatif sehingga diperoleh nilai prioritas kriteria.

Dalam penelitian ini kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu, Saudara/i untuk berkenan menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat/persepsi Bapak/Ibu, Saudara/i terhadap perbandingan tingkat kepentungan antara dua kriteria atau subkriteria yang disajikan dalam masing-masing pertanyaan.

Biodata Responden Nama : Sukaryo Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Jojoran 1 Block AC No. 20, Surabaya Umur : 47

Pekerjaan : Guru SMP No. Hp : 081333971266

Petunjuk :

Dalam melakukan pembandingan tingkat kepentingan antara dua kriteria/subkriteria ditentukan nilai kepentingan 1 sampai 9. Jawaban perbandingan yang menurut Bapak/Ibu, Saudara/i paling tepat denan arti penilaian sebagai berikut :

Skala Matriks Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Elemen yang satu sama pentingnya dibanding dengan elemen yang lain

(34)

(equal importance) tersebut

9 Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain (absolutely more importance)

Pengalaman menunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (grey area)

Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi

Sumber : Saaty (1993) Contoh :

Manakah di dua daerah ini yang membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan?

Utara 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selatan

Hal ini berarti bahwa Daerah Utara lebih membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan daripada di Selatan (berdasarkan persepsi responden).

(35)

PERTANYAAN II

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Aksesbilitas dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Jarak lokasi

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek lingkungan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

(36)

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Kependudukan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Kepadatan

penduduk 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persebaran Penduduk Usia 16 – 18 tahun

PERTANYAAN V

Pertanyaan IV berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Ekonomi dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Topografi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hidrologi Topografi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kondisi Tanah Hidrologi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kondisi Tanah

PERTANYAAN VI

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Sosial dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Luas

Sekolah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(37)

Penentuan Lokasi fasilitas Pendidikan

Studi Kasus : SMA KOMPLEKS KOTA SURABAYA Bapak/Ibu, Sodara/i yang kami hormati

Kami mahasiswa Program Sarjana (S-1)Perencanaan Wilayah dan Kota ITS mengadakan sebuah penelitian tentang penentuan lokasi fasilitas pendidikan studi kasus: SMA Kompleks Kota Surabaya. Dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan terlebih dahulu dilakukan perumusan kriteria-kriteria lokasi sehingga lokasi tersebut layak dan strategis.

Pembobotan kriteria dilakukan dengan menggunakan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk memecahkan maslah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok kelompok, dan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki. Alat ini memerlukan suatu nilai numeric sebagai pengganti persepsi seseorang untuk mendapatkan perbandingan relatif sehingga diperoleh nilai prioritas kriteria.

Dalam penelitian ini kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu, Saudara/i untuk berkenan menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat/persepsi Bapak/Ibu, Saudara/i terhadap perbandingan tingkat kepentungan antara dua kriteria atau subkriteria yang disajikan dalam masing-masing pertanyaan.

Biodata Responden

Nama :

Jenis Kelamin : Alamat :

Umur :

Pekerjaan :

No. Hp :

Petunjuk :

Dalam melakukan pembandingan tingkat kepentingan antara dua kriteria/subkriteria ditentukan nilai kepentingan 1 sampai 9. Jawaban perbandingan yang menurut Bapak/Ibu, Saudara/i paling tepat denan arti penilaian sebagai berikut :

Skala Matriks Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Elemen yang satu sama pentingnya dibanding dengan elemen yang lain

(38)

(equal importance) tersebut

9 Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain (absolutely more importance)

Pengalaman menunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (grey area)

Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi

Sumber : Saaty (1993) Contoh :

Manakah di dua daerah ini yang membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan?

Utara 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selatan

Hal ini berarti bahwa Daerah Utara lebih membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan daripada di Selatan (berdasarkan persepsi responden).

(39)

PERTANYAAN II

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Aksesbilitas dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Jarak lokasi

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek lingkungan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

(40)

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Kependudukan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Kepadatan

penduduk 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persebaran Penduduk Usia 16 – 18 tahun

PERTANYAAN V

Pertanyaan IV berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Ekonomi dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Topografi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hidrologi

Topografi Kondisi Tanah

Hidrologi Kondisi Tanah

PERTANYAAN VI

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Sosial dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Luas

Sekolah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(41)

Penentuan Lokasi fasilitas Pendidikan

Studi Kasus : SMA KOMPLEKS KOTA SURABAYA Bapak/Ibu, Sodara/i yang kami hormati

Kami mahasiswa Program Sarjana (S-1)Perencanaan Wilayah dan Kota ITS mengadakan sebuah penelitian tentang penentuan lokasi fasilitas pendidikan studi kasus: SMA Kompleks Kota Surabaya. Dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan terlebih dahulu dilakukan perumusan kriteria-kriteria lokasi sehingga lokasi tersebut layak dan strategis.

Pembobotan kriteria dilakukan dengan menggunakan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk memecahkan maslah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok kelompok, dan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki. Alat ini memerlukan suatu nilai numeric sebagai pengganti persepsi seseorang untuk mendapatkan perbandingan relatif sehingga diperoleh nilai prioritas kriteria.

Dalam penelitian ini kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu, Saudara/i untuk berkenan menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat/persepsi Bapak/Ibu, Saudara/i terhadap perbandingan tingkat kepentungan antara dua kriteria atau subkriteria yang disajikan dalam masing-masing pertanyaan.

Biodata Responden

Nama :

Jenis Kelamin : Alamat :

Umur :

Pekerjaan :

No. Hp :

Petunjuk :

Dalam melakukan pembandingan tingkat kepentingan antara dua kriteria/subkriteria ditentukan nilai kepentingan 1 sampai 9. Jawaban perbandingan yang menurut Bapak/Ibu, Saudara/i paling tepat denan arti penilaian sebagai berikut :

Skala Matriks Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Elemen yang satu sama pentingnya dibanding dengan elemen yang lain

(42)

(equal importance) tersebut

9 Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain (absolutely more importance)

Pengalaman menunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (grey area)

Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi

Sumber : Saaty (1993) Contoh :

Manakah di dua daerah ini yang membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan?

Utara 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selatan

Hal ini berarti bahwa Daerah Utara lebih membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan daripada di Selatan (berdasarkan persepsi responden).

(43)

PERTANYAAN II

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Aksesbilitas dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Jarak lokasi

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek lingkungan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

(44)

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Kependudukan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Kepadatan

penduduk 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persebaran Penduduk Usia 16 – 18 tahun

PERTANYAAN V

Pertanyaan IV berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Ekonomi dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Topografi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hidrologi

Topografi Kondisi Tanah

Hidrologi Kondisi Tanah

PERTANYAAN VI

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Sosial dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Luas

Sekolah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(45)

Penentuan Lokasi fasilitas Pendidikan

Studi Kasus : SMA KOMPLEKS KOTA SURABAYA Bapak/Ibu, Sodara/i yang kami hormati

Kami mahasiswa Program Sarjana (S-1)Perencanaan Wilayah dan Kota ITS mengadakan sebuah penelitian tentang penentuan lokasi fasilitas pendidikan studi kasus: SMA Kompleks Kota Surabaya. Dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan terlebih dahulu dilakukan perumusan kriteria-kriteria lokasi sehingga lokasi tersebut layak dan strategis.

Pembobotan kriteria dilakukan dengan menggunakan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk memecahkan maslah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok kelompok, dan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki. Alat ini memerlukan suatu nilai numeric sebagai pengganti persepsi seseorang untuk mendapatkan perbandingan relatif sehingga diperoleh nilai prioritas kriteria.

Dalam penelitian ini kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu, Saudara/i untuk berkenan menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat/persepsi Bapak/Ibu, Saudara/i terhadap perbandingan tingkat kepentungan antara dua kriteria atau subkriteria yang disajikan dalam masing-masing pertanyaan.

Biodata Responden

Nama :

Jenis Kelamin : Alamat :

Umur :

Pekerjaan :

No. Hp :

Petunjuk :

Dalam melakukan pembandingan tingkat kepentingan antara dua kriteria/subkriteria ditentukan nilai kepentingan 1 sampai 9. Jawaban perbandingan yang menurut Bapak/Ibu, Saudara/i paling tepat denan arti penilaian sebagai berikut :

Skala Matriks Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Elemen yang satu sama pentingnya dibanding dengan elemen yang lain

(46)

(equal importance) tersebut

9 Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain (absolutely more importance)

Pengalaman menunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (grey area)

Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi

Sumber : Saaty (1993) Contoh :

Manakah di dua daerah ini yang membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan?

Utara 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selatan

Hal ini berarti bahwa Daerah Utara lebih membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan daripada di Selatan (berdasarkan persepsi responden).

(47)

PERTANYAAN II

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Aksesbilitas dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Jarak lokasi

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek lingkungan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

(48)

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Kependudukan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Kepadatan

penduduk 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persebaran Penduduk Usia 16 – 18 tahun

PERTANYAAN V

Pertanyaan IV berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Ekonomi dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Topografi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hidrologi

Topografi Kondisi Tanah

Hidrologi Kondisi Tanah

PERTANYAAN VI

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Sosial dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Luas

Sekolah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(49)

Penentuan Lokasi fasilitas Pendidikan

Studi Kasus : SMA KOMPLEKS KOTA SURABAYA Bapak/Ibu, Sodara/i yang kami hormati

Kami mahasiswa Program Sarjana (S-1)Perencanaan Wilayah dan Kota ITS mengadakan sebuah penelitian tentang penentuan lokasi fasilitas pendidikan studi kasus: SMA Kompleks Kota Surabaya. Dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan terlebih dahulu dilakukan perumusan kriteria-kriteria lokasi sehingga lokasi tersebut layak dan strategis.

Pembobotan kriteria dilakukan dengan menggunakan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk memecahkan maslah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok kelompok, dan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki. Alat ini memerlukan suatu nilai numeric sebagai pengganti persepsi seseorang untuk mendapatkan perbandingan relatif sehingga diperoleh nilai prioritas kriteria.

Dalam penelitian ini kami mengharapkan bantuan Bapak/Ibu, Saudara/i untuk berkenan menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pendapat/persepsi Bapak/Ibu, Saudara/i terhadap perbandingan tingkat kepentungan antara dua kriteria atau subkriteria yang disajikan dalam masing-masing pertanyaan.

Biodata Responden

Nama :

Jenis Kelamin : Alamat :

Umur :

Pekerjaan :

No. Hp :

Petunjuk :

Dalam melakukan pembandingan tingkat kepentingan antara dua kriteria/subkriteria ditentukan nilai kepentingan 1 sampai 9. Jawaban perbandingan yang menurut Bapak/Ibu, Saudara/i paling tepat denan arti penilaian sebagai berikut :

Skala Matriks Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Elemen yang satu sama pentingnya dibanding dengan elemen yang lain

(50)

(equal importance) tersebut

9 Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain (absolutely more importance)

Pengalaman menunjukkan satu elemen sangat jelas lebih penting

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (grey area)

Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi

Sumber : Saaty (1993) Contoh :

Manakah di dua daerah ini yang membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan?

Utara 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selatan

Hal ini berarti bahwa Daerah Utara lebih membutuhkan penambahan fasilitas pendidikan daripada di Selatan (berdasarkan persepsi responden).

(51)

PERTANYAAN II

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Aksesbilitas dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Jarak lokasi

Pertanyaan II berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek lingkungan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

(52)

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Kependudukan dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Kepadatan

penduduk 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Persebaran Penduduk Usia 16 – 18 tahun

PERTANYAAN V

Pertanyaan IV berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Ekonomi dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Topografi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hidrologi

Topografi Kondisi Tanah

Hidrologi Kondisi Tanah

PERTANYAAN VI

Pertanyaan III berisi tentang perbandingan tingkat kepentingan antar indikator kriteria Aspek Sosial dalam penentuan lokasi Fasilitas pendidikan.

Luas

Sekolah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(53)

Gambar

Tabel Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Peserta Didik
Tabel Variabel yang mempengaruhi

Referensi

Dokumen terkait

tadi diukur pada skala lintang terdekat yang berada di kiri/kanan peta dan hitunglah berapa menit busur derajat lintangnya; 1 menit busur = 1 mil laut) haruslah sama dengan jauh

Sedangkan untuk pengetahuan responden yang cukup lebih banyak bersikap negatif, hal ini disebabkan ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang toilet training masih

Kepada pihak rumah sakit agar memperbaiki manajemen sanitasi khususnya di instalasi gizi, untuk air bersih yang digunakan dalam proses pencucian peralatan makan,

Prediksi model optimis, middle dan pesimis didapatkan dari model terbaik yang memiliki GCV yang terkecil yang selanjutnya akan digunakan untuk memprediksi PDRB

Robert Jackson dan Georg Sorensen, Introduction to International Relations: Theory and Approaches, New York: Oxford University Press, 2013, hal.. yang terpuruk, nantinya uang yang

Kesejahteraan rakyat merujuk kepada rakyat yang berbilang kaum dan agama hidup bersamadengan aman dan harmoni untuk memajukan negara. Demi mengekalkan kesinambungan

Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di TK Sani Ashila Pertama, tahap-tahap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tari tradisional di TK Sani

Pada penelitian yang terkait dengan website penjualan adalah masih banyak menggunakan cara yang konvensional dalam mengolah data tentang transaksi penjualan, untuk itu