• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA MAKALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA MAKALAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah MSI

Dosen Pembimbing : Nur Kholis, M.Pd.

Oleh:

ZULIN FU’ADZATUS SOFIYAH

NIM. 2814123159

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN)TULUNGAGUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur alhamdulilah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “Kebutuhan Manusia terhadap Agama” ini dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa kurang suatu apapun.

Tujuan utama penulis membuat makalah ini agar pembaca dapat mengetahui akan kebutuhan manusia terhadap agama dan untuk memenuhi Mata Kuliah Metode Studi Islam tahun pelajaran 2012/2013.

Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak-pihak lain, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku ketua STAIN Tulungagung yang telah memberikan berbagai fasilitas dalam pembuatan makalah ini.

2. Nur Kholis, M.Pd.selaku dosen pembimbing mata kuliah Metodologi Studi Islam.

3. Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi kami dalam setiap langkah.

4. Serta rekan-rekan semua, khususnya kelas TMT 1E yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatkami harapkan agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa dan STAIN Tulungagung pada umumnya.

Tulungagung, September 2012

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi...iii

Bab I Pendahuluan...1

Latar Belakang...1

Rumusan Masalah...1

Tujuan...1

Bab II Pembahasan...2

Pengertian Agama...2

Latar Belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama...5

Fungsi Agama...8

Doktrin Keprcayaan tehadap Agama...10

Bab III Penutup...11

Kesimpulan...11

Saran...11

Daftar Rujukan...12

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama merupakan pedoman bagi setiap orang untuk bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.Di Indonesia sendiri, banyak agama telah diakui. Mulai dari Islam, Kristen, katholik, hindu, bahkan Budha sudah mendapat pengakuan di Indonesia. Meskipun demikian, Islamlah yang mayoritas dianut oleh bangsa ini.Namun, kebanyakan dari mereka hanyalah menganut Islam, tanpa menjalankan syariat-syariatnya, tanpa mengetahui maksud dari agama tersebut dianut.

Oleh karena itu, penulis bermaksud memberi penjelasan kepada penulis mengenai “Kebutuhan Manusia Terhadap Agama”.Agar pembaca bisa introspeksi diri, sehingga bisa lebih baik kedepannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian agama itu?

2. Bagaimanakah latar belakang kebutuhan manusia terhadap agama? 3. Apakah fungsi agama dalam kehidupan?

4. Apakah doktrin kepercayaan agama itu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian agama.

2. Untuk mengetahui latar belakang kebutuhan manusia terhadap agama. 3. Untuk mengetahui fungsi agama dalam kehidupan.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama

Berbicara mengenai pengertian agama, A. Mukti Ali menyebutkan tiga aliran tentang kesulitan dalam mendefinisikan agama. Yaitu:

1. Karena pengalaman agama itu adalah soal batini dan subjektif, juga sangat individualistis.

Oleh karena itu, tidak ada orang yang bertukar pikiran tentang pengalaman agamanya.

2. Tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional lebih, daripada membicarakan agama.

3. Sehingga setiap orang ingin menyatakan dirinya sebagai manusia beragama.

4. Konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama itu.1

Namun, bukan berarti agama tidak dapat didefinisikan.Kita bisa melihat pengertian agama dari segi bahasa.Agama berasal dari kata “addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan/kecenderungan. Dalam istilah lain, agama berasal dari gabungan “a” dan ”gama”. “a” artinya “tidak” dan “gama” artinya “kacau”. Jadi, agama artinya tidak kacau.2 Dapat pula dikatakan bahwa agama merupakan kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.3

Ada pendapat lain yang disampaikan oleh Harun Nasution. Beliau menyatakan bahwa dalam masyarakat Indonesia selain kata agama, dikenal pula istilah din dari bahasa arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Menurutnya, agama berasal dari kata Sanskrit, yang tersusun dari dua kata. Yaitu a=tidak dan

1 Adeng Muchtar Ghazali, Agama dan Keberagaman dalam konteks perbandingan Agama,(Bandung:Pustaka Setia 2004) hal 25

2Aminuddin, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: Ghalia Indonesia 2005) hal 13

(6)

gam=pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwirisi secara turun-temurun.

Selanjutnya ada pendapat lagi yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci.Dan memang masing-masing agama mempunyai kitab suci sendiri. Begitu juga dengan pendapat lain yang menyatakan agama berarti tuntutan.dimana hal ini merupakan salah satu fungsi agama, yaitu sebagai tuntunan bagi kehidupan manusia.4

Dalam bahasa Semit, din berarti undang-undang atau hukum. Jika dalam bahasa Arab, mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Pengertian ini juga sejalan dengan kandungan agama yang di dalamnya terdapat peraturan-peraturan yang merupakan hukum., yang harus dipatuhi penganut agama yang bersangkutan.

Selanjutnya agama juga menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama.

Adapun kata religi berasal dari bahasa Latin, dan menurut Harun Nasution kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca.Dari beberapa definisi tersebut, akhirnya Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas adalah ikatan.

Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.Satu kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap pancaindera.5

Dalam bukunya yang berjudul Agama dan Masyarakat, Elizabet K. Nottingham berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah.Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta.

(7)

Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan para ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia 3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan

pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu

5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan ghaib

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada kekuatan ghaib

7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia

8. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Rasul.

Dari beberapa definisi diatas, kita dapat menjumpai empat unsure yang menjadi karakteristik agama, sebagai berikut:

Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan ghaib

Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat teergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib yang dimaksud.

Ketiga, unsur respons yang bersifat emosional dari manusia.

Keempat, unsure paham adanya kudus dan suci, dalam bentuk kekuatan ghaib, kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan apacara, dan sebagainya.

(8)

Dilihat dari sumbernya, agama terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Agama wahyu (agama samawi) adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah melalui malaikat Jibril dan disebarkan oleh Rasul-Nya kepada manusia.

2. Agama budaya (agama ardhi) adalah agama yang bersumber dari ajaran seorang manusia yang dipandang mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan.6

B. Latar Belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama

B.1. Latar Belakang Fitrah Manusia

Dalam ajaran Islam, agama adalah kebutuhan fitri manusia.Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Oleh karenanya ketika datang wahyu tuhan menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu.

Didalam al-quran, manusia disebut sebagai insan maupun basyar.Dengan mengacu pada informasi yang diberikan al-Quran tersebut, Musa Asy’ari menyimpulkan bahwa manusia insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pengertian manusia dalam al-Quran dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia yang amat luas, yang terletak pada kemampuan menggunakan akalnya dan mewujudkan pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan konkret.Sedangkan manusia basyarhanya untuk menyebut manusia dalam pengertian lahiriahnya saja.Seperti, makan, minum, tidur, dan lain sebagainya.

6Aminuddin, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: Ghalia Indonesia 2005) hal 13

(9)

Setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama), maka kedua orang tuanyaah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Karena demikian pentingnya menumbuhkembangkan dan memelihara potensi keagamaan yang ada dalam hati manusia, maka pada saat kelahirannya yang pertama kali diperdengarkan adalah nama Allah melalui adzan pada telinga kanan dan iqomat pada telinga kiri. Selanjutnya dirikan makanan yang bersih dan suci yang dilambangkan dengan pemberian madu.Mencukur rambut anak dengan tujuan agar menyukai kebersihan, keindahan dan ketampanan.Memotong hewan aqiqah juga menjadi bagian dari ini.Hal ini bertujuan untuk mengakui eksistensi anak tersebut di tengah-tengah lingkungan keluarganya yang selanjutnya bisa menumbuhkan harga dirinya.Dan pada saat menjelang kematiannya, kalimat yang harus diperdengarkan adalah kalimat tauhid.

Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan antropologis.Melalui bukti ini, kita mengetahui bahwa pada manusia primitive yang tidak pernah dating kepadanya mengenai informasi tentang Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan.Misalnya mereka mempertuhan benda yang dianggap misterius dan mengagumkan.

Berkaitan dengan uraian diatas, ada beberapa hipotesis yang diajukan mengenai pertumbuhan agama pada manusia. Diantaranya,

1. Hipotesis yang mengatakan bahwa agama adalah produk rasa takut, seperti rasa takut dari alam. Sebagai akibat rasa takut inilah terlintas agama dalam benak manusia.

2. Hipotesis yang mengatakan bahwa agama adalah produk kebodohan. Manusia sesuai wataknya selalu cenderung ingin mengetahui sebab-sebab dan hukum-hukum yang berlaku atas alam ini serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya.

3. Hipotesis yang mengatakan bahwa motivasi keterikatan manusia kepada agama adalah pendambaannya akan keadilan dan keteraturan.

(10)

4. Hipotesis tersebut telah banyak dibuktikan kegagalannya oleh para ahli, karena dasar hipotesis terseut adalah pemikiran manusia yang terbatas.Sedangkan agama yang benar berasal dari Maha Tidak Terbatas, yaitu Tuhan.

5. Jadi, Karena di dalam hati manusia sudah terdapat potensi untuk beragama, maka potensi beragama ini perlu pembinaan, pengarahan dan pengembangandengan cara mengenalkan agama kepadanya.

Beberapa hipotesis tersebut telah banyak dibuktikan kegagalannya oleh para ahli, karena dasar hipotesis tersebut adalah pemikiran manusia yang terbatas, sedangkan agama yang benar datang dari Yang Maha Tidak Terbatas.Dengan demikian, dalam hal beragama, akal saja tidak cukup.

Ada suatu permasalahan, bahwa di dunia ini ada banyak orang yang tidak taat beragama namun dirinya seakan-akan bisa sukses, hidunya terarah.Hal ini karena Allah memiliki sifat Rohman, Maha Pengasih di dunia saja. Sehingga siapapun pasti mendapat nikmat dari Allah, tidak peduli oarng islam atau bukan.

B.2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia

Factor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan. Antara lain, nafsu. Nafsu diciptakan dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan maupun keburukan.

Sebagai contoh, dalam literature trologi Islam kita jumpai pandangan kaum Mu’tazilah yang rasionalis, karena banyak mendahulukan pendapat akal dalam memperkuat argumentasinya daripada mendapat wahyu.Namun mereka sepakat bahwa manusia akalnya memiliki kelemahan.Dalam hubungan inilah, maka kaum Mu’tazilah mewajibkan pada Tuhan agar menurunkan wahyu dengan tujuan agar kekurangan yang ada dapat dilengkapi dengan informasi dari wahyu tersebut.

Selanjutnya, Quraish Shihab mengatakan, walaupun nafsu berpotensi positif dan negative, namun diperoleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi

(11)

positif manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya.Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan.

B.3. Tantangan Manusia

Tantangan dari dalam diri yang berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan juga merupakan factor yang menyebabkan manusia membutuhkan agama. Sedangkan tantangan dari luar yang dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yng secara tidak sengaja memalingkan diri dari Tuhan juga memiliki peran yang sama dalam upaya membutuhkan agama. Untuk itu, maka upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar agama pada mereka agar lebih taat menjalankannya.7

Semua orang menganggap agama yang dianutnya benar. Sehingga wajar saja jika orang-orang kafir sengaja mengeluarkan biaya yang tak sedikitagar orang lain mengikuti keinginanya. Berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obatan terlarang, bahkan proses kristenisasi akan rela mereka lakukan.

Untuk itu maka upaya mengatasi dan membentengi manusia yaitu dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama.Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini semakin meningkat.Sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting.

C. Fungsi Agama

Agama merupakan suatu rasa iman / kepercayaan. Orang yang meyakini agama tertentu, pastilah menginginkan orang lain untuk ikut bersamanya. Mereka menyebarkan, mendakwahkan serta mempropaganda agar orang lain sepaham dengannya.

Mereka rela melakukan hal itu demi agamanya.Agama yang mereka anggap sebagai system kepercayaan. Sehingga pantaslah bila mereka menjadikan agama sebagai peraturan atau tuntunan tentang cara hidup di dunia, baik lahir maupun batin.8

(12)

Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya.Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:

- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.

Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah.Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT.

-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.

Setangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.

- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.

Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

– Memainkan fungsi kawanan sosial.

Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial.

(13)

D. Doktrin Kepercayaan Agama

Di dalam The Encyclopedia of Religion, istilah doktrin berhubungan dengan dua hal.Pertama, sebagai penegasan suatu kebenaran (a truth).Kedua, berkaitan dengan ajaran (teching).

Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena menegaskan tentang kebenaran adalah melalui ajaran.Sedangkan yang diajarkan biasanya dengan kebenaran.Dengan demikian, doktrin berarti berisi tentang ajaran kebenaran yang sudah tentu memiliki “balutan” filosofis.

Doktrin lebih bersifat praktis, sehingga doktrin keagamaan cenderung dicirikan oleh intensitas praktis.Doktrin juga berarti kebenaran.Dalam konteks doktrin, agama selalu menjadi aqidah, yakni suatukepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya.

Pada dasarnya, doktrin tentang kebenaran memiliki sifat ganda, yaitu mutlak dan relative.Kemuutlakan dapat dilihat dari esensinya.Sedangkan kerelatifan terletak pada penyikapan terhadap esensi itu.9

Begitu juga dengan doktrin yang dimaksud kaum Sunni tradisional.Bagi mereka, doktrin adalah adanya kewajiban tunduk kepada pemerintah oleh semua kaum muslimin tanpa pandang bulu.

Di kalangan mereka ada ungkapan “para penguasa lalim untuk masa 60 tahun, masih lebih baik daripada anarki sesaat”. Ketundukan itu sama sekali tidak memperhitungkan penggunaan kekuasaan secara salah. Ketundukan kepada penguasa ini sebenarnya adalah doktrin kaum Sunni Tradisional, yang tentu sangat berlawanan dengan berbagai ajaran.

Dalam sumber lain dikatakan bahwa doktrin kepercayaan dalam Islam meliputi:

a. Iman kepada Allah

Kalimat la ilaha illa Allah atau yang biasa disebut kalimat toyyibah adalah suatu pernyataan pengakuan tentang keberadaan Allah Yang Maha Esa, tiada

(14)

Tuhan selain Dia. Ia merupakan bagian dari lafadz syahadatain yang harus diucapkan oleh seseorang yang akan masuk dan memeluk agama Islam.

b. Kemustahilan Menemukan Zat Allah

Allah adalah Maha Esa, baik dalam Dzat, sifat maupun perbuatan.Esa dalam dzat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan Dia pun tidak mempunyai sekutu.Esa dalam sifat berarti bahwa tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh Allah.Sedangkan Esa dalam perbuatan (af’al) ialah bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah.

Dalam Al-Quran, Allah berfirman,”Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (Q.S Al-An’am:103)

c. Argumen Keberadaan Allah

Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaan Tuhan.Pertama, paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak ada (creatio ex-nihilo).Ia terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel (jauhar) yang merupakan inti.Ketiga, paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan. (Sayid Syabiq, 1974:61)

d. Iman kepada Malaikat, Kitab, dan Rasul Allah 1. Malaikat Allah

(15)

2. Kitab-Kitab Allah

Ayat-ayat Allah yang merupakan ajaran-ajaran dan tuntutan itu dapat dibedakan menjadi dua, ayat yang tertulis dalam kitab-Nya dan yang tidak tertulis yang disebut alam semesta.

Ayat-ayat yang tertulis terformulasikan dalam empat kitab, yaitu Al-Quran, Injil, Zabur dan Taurat yang masing-masing diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,. Nabi Isa, Nabi Dawud dan Nabi Musa. Keempat kitab itu disebut kitab samawi, karena kitab itu diyakini umat Islam sebagai firman Allah yang diwahyukan kepada para nabi dan rasul.Hanya saja, kitab-kitab selain Al-Quran sudah terkontaminasi oleh manusia sebagaimana yang diberitakan dalam Al-Quran.

3. Rasul-Rasul Allah

Secara bahasa, rasul berarti orang yang diutus. Artinya, ia diutus untuk menyampaikan berita, rahasia, tanda-tanda yang akan dating, dan misi atau risalah. Secara terminology, rasul berarti orang yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya.

Diantara tugas yang diemban oleh para rasul adalah:

 Mengajarkan tauhid dengan segala sifat-sifat-Nya

 Mengajak manusia untuk menyembah dan minta tolong hanya kepada Allah

 Mengajarkan kepada manusia agar memiliki moral atau akhlak mulia

 Mengajarkan kepada manusia tentang norma-norma kehidupan agar selamat dunia dan akhirat

 Mengajak manusia untuk semangat dalam bekerja, sehingga memiliki keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat

 Mengajak manusia agar tidak memperturutkan hawa nafsu

 Menyampaikan berita yang bersifat ghaib, seperti malaikat, surge dan neraka, alam kubur, alam akhirat.

Sifat-sifat yang diberikan Allah kepada para rasul:

(16)

 Amanah, artinya dapat dipercaya dan terhindar dari sifat khianat

 Tabligh, artinya menyampaikan dan terhindar dari sifat al-kitman atau menyembunyikan sesuatu

 Fathonah, artinya bijaksana dan brilian serta terhindar dari sifat al-jahl atau bodoh

 Ma’shum, artinya senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah, sehingga apabila melakukan kekeliruan, langsung mendapat teguran dan koreksi dari Allah.

4. Alam Ghaib

Manusia itu tersusun dari dua unsur, jasmani dan rohani.Ruh adalah urusan Allah yang termasuk ghaib.Ketika manusia mati, ruh tidak ikut mati tapi kembali kea lam arwah.Oleh karena itu, akal pikiran manusia tidak mampu menerangkan ruh dengan jelas.

Kematian merupakan pintu bagi manusia untuk memasuki alam kedua, alam kubur atau alam barzakh.Para ulama mengartikan alam barzakh sebagai periode antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.Keberadaan di alam barzakh memungkinkan seseorang dapat melihat kehidupan dunia maupun akhirat.

(17)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama merupakan kepercayaan pada kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. Banyak factor yang menyebabakan manusia membutuhkan agama.Diantaranya, agama merupakan kebutuhan fitri manusia, manusia masih memiliki banyak kekurangan pada dirinya, dan banyak tantangan yang dihadapi.

Agama dapat berfungsi sebagai peraturan atau tuntunan untuk hidup di dunia.Selain itu, dalam istilah agama juga dikenal adanya doktrin yang merupakan ajaran tentang kebenaran.

B. Saran

(18)

DAFTAR RUJUKAN

Nata, Abuddin,Metodologi studi Islam,Jakarta:Logos,1998

Wahid,Abdurrahman,Islamku Islam Anda Islam Kita,Jakarta:The WAHID Institute,2006

Tafsir,Dr.Ahmad,Filsafat Umum,Bandung:PT.Remaja Rosydakarya,1990

Muchtar Ghazali,Adeng,Agama dan Keberagaman dalam Konteks Perbandingan Agama,Bandung:Pustaka Setia,2004

Amunuddin,Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi,Jakarta:Ghalia Indonesia,2005

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memulai perbuatan baik-Nya serta limpahan rahmad-Nya sehingga dapat tersusun laporan hasil penelitian pendidikan

Artinya: Tidak ada Rabb (yang berhak diibadahi dan disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, Bagi-Nya kerajaan, Bagi-Nya pujaan, Dia-lah Yang Mahakuasa

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan Skripsi tepat pada waktunya,

Penciptaan JASADIAH manusia yang berasal dari tanah menumbuhkan ketergantungan dirinya terhadap apa pun yang berasal dari tanah, karena hanya dengan demikian tubuh mereka bisa

Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain sombong, inkar, iri, dan lain sebagainya, Karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciaannya, hal yang dapat dilakukan

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)

Bertujuan agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa Syarat yang penting untuk membuktikan terpenuhinya unsur-unsur dalam Pasal 156a