• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS dan hukum dan inter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS dan hukum dan inter"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang harus dicapai. Kepentingan nasional dapat dicapai dalam wilayah negara itu sendiri dan dapat pula dicapai di luar wilayah negara. Dalam hal pencapaian kepentingan nasional dilakukan di luar batas wilayah negara, instrument yang digunakan ialah Politik Luar Negeri. Politik Luar Negeri merupakan refleksi dari kondisi dalam negeri dan pada saat yang sama dipengaruhi oleh perubahan – perubahan dinamis dari lingkungan regional dan internasional. Hal ini juga terlihat jelas pada implementasi Politik Luar Negeri Republik Indonesia (PLNRI) yang tampak memiliki karakteristik dan gaya berbeda – beda ditiap – tiap periode pemerintahan. Periode Orde Lama PLNRI memiliki karakteristik berhubungan akrab dengan kubu negara – negara komunis, serta bergaya Konfrontatif. Periode Orde Baru PLNRI memiliki karakteristik berhubungan karib dengan kubu negara - negara Barat serta bergaya Low Profile-Kooperatif. Sedangkan pada periode Orde Reformasi PLNRI memiliki karakteristik berkawan dengan semua negara serta bergaya Aktif-Diplomatis.

Perubahan karakteristik dan gaya dalam pelaksanaan PLNRI lebih sering disoroti dari aspek situasi dan kondisi dalam negeri, pada tulisan ini perubahan karakteristik PLNRI akan disoroti dari aspek perubahan situasi dan kondisi lingkungan internasional. Secara khusus tulisan ini akan membatasi pada pelaksanaan PLNRI di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dari tahun 2004 hingga tahun 2009.

(2)

Istilah politik luar negeri sering sekali merujuk pada kebijakan luar negeri suatu negara atau pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa politik luar negeri tidak lepas dari bagaimana mempertahankan kepentingan nasional suatu bangsa pada tatanan hubungan internasional baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.

Politik luar negeri suatu negara sering dikaitkan dengan bagaimana menjagasustainability (kelangsungan hidup) suatu negara dalam mempertahankan kedaulatan, identitas bangsa, dan kepentingan ekonomi di tengah persaingan global antarbangsa.

Kebijakan luar negeri suatu negara, yang juga disebut kebijakan hubungan internasional, adalah serangkaian sasaran yang menjelaskan bagaimana suatu negara berinteraksi dengan negara lain di bidang-bidang ekonomi, politik, sosial, dan militer; serta dalam tingkatan yang lebih rendah juga mengenai bagaimana negara berinteraksi dengan organisasi-organisasi non-negara. Interaksi tersebut dievaluasi dan dimonitor dalam usaha untuk memaksimalkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari kerjasama multilateral internasional. Kebijakan luar negeri dirancang untuk membantu melindungi kepentingan nasional, keamanan nasional, tujuan ideologis, dan kemakmuran ekonomi suatu negara. Hal ini dapat terjadi sebagai hasil dari kerjasama secara damai dengan bangsa lain, atau melalui eksploitasi.

Biasanya, tugas menciptakan kebijakan luar negeri adalah wewenang kepala pemerintahan dan menteri luar negeri (atau jabatan yang setara). Di beberapa negara, lembagalegislatif juga memiliki hak pengawasan yang cukup. Terdapat pengecualian, misalnya di Perancis dan Finlandia, di mana kepala negara adalah yang bertanggung-jawab atas kebijakan luar negeri, sementara kepala pemerintahan bertanggung-jawab terutama pada hal yang berkaitan dengan kebijakan internal. Di Indonesia dan juga di Amerika Serikat, kepala negara (yaitu Presiden) juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan.

(3)

internasional. Dalam perumusan kebijakan politik luar negeri, tentu saja akan mempertimbangkan faktor domestik dan keadaan internasional yang terjadi dewasa ini, agar kebijakan yang dirumuskan dapat mewujudkan national interest Indonesia. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa ada keterkaitan yang erat antara situasi dalam negeri dengan politik luar negeri.

1.2

RUMUSAN MASALAH

-Apa yang melatar belakangi kebijakan politik luar negeri indonesia?

1.3

TUJUAN DAN MANFAAT

-Memberikan informasi kepada masyarakat untuk lebih mengetahui bagaiana Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

POLITIK LUAR NEGERI

2.1.1 Landasan Politik Luar Negeri Indonesia

Landasan idiil PLNRI adalah dasar negara Republik Indonesi yaitu Pancasila yang berisi pedoman dasar bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ideal dan mencakup seluruh sendi kehidupan manusia. Landasan konstitusional PLNRI adalah UUD 1945 alinea pertama dan alinea keempat, serta pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13. Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945 berbunyi : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Sedangkan alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 adalah : ”… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, …”. Pasal 11 UUD 1945 (amandemen) berbunyi : ”Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.” Pasal 13 UUD 1945 (amandemen) Ayat 1: ”Presiden mengangkat duta dan konsul.” Ayat 2: ”Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.” Ayat 3: ”Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”

Sebagai landasan operasional politik luar negeri Indonesia adalah prinsip bebas aktif. Menurut Hatta, politik “Bebas” berarti Indonesia tidak berada dalam kedua blok dan memilih jalan sendiri untuk mengatasi persoalan internasional. Istilah “Aktif” berarti upaya untuk bekerja lebih giat guna menjaga perdamaian dan meredakan ketegangan kedua blok. (Mohammad Hatta, 1976:17).

(5)

landasan operasional PLNRI sebagian besar dinyatakan melalui maklumat dan pidato – pidato Presiden Soekarno, antara lain Maklumat Politik Pemerintah yang dikeluarkan pada 1 November 1945, pidato Presiden Soekarno yang berjudul“Jalannya Revolusi Kita (Jarek)” pada tanggal 17 Agustus 1960, serta pernyataan Presiden Soekarno dalam “Perincian Pedoman Pelaksanaan Manifesto Politik Republik Indonesia”, yang ditetapkan sebagai garis – garis besar PLNRI dengan Keputusan Dewan Pertimbangan Agung No. 2/Kpts/Sd/I/61 tanggal 19 Januari 1961. (Wuryandari,Ed., 2008: 28-30).

Pada masa Orde Baru, landasan operasional PLNRI semakin dipertegas dengan beberapa peraturan formal, diantaranya: Ketetapan MPRS no.XII/MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966, Ketetapan MPR tanggal 22 Maret 1973, Petunjuk Presiden 11 April 1973, Petunjuk bulanan Presiden sebagai ketua Dewan Stabilitasi Politik dan Keamanan, serta Keputusan-Keputusan Menteri Luar Negeri. Disamping itu landasan operasional PLNRI juga dituangkan dalam TAP MPR tentang Garis-Garis Bear Haluan Negara (GBHN) yaitu: TAP MPR RI No. IV/MPR/1973 TAP MPR RI No. IV/MPR/1978; TAP MPR RI No. II/MPR/1983; TAP MPR RI No. II/MPR/1988; dan TAP MPR RI No. II/MPR/1993. (Wuryandari,Ed., 2008: 31-33).

(6)

1. Pemantapan politik luar negeri dan optimalisasi diplomasi Indonesia dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri. Tujuan pokok dari upaya tersebut adalah meningkatkan kapasitas dan kinerja politik luar negeri dan diplomasi dalam memberikan kontribusi bagi proses demokratisasi, stabilitas politik dan persatuan nasional. Langkah ini sejalan dengan pidato Bung Hatta pada 15 desember 1945, yang menyatakan bahwa “politik luar negeri yang dijalankan oleh negara mestilah sejalan dengan politik dalam negeri”. seluruh rakyat harus berdiri dengan tegak dan rapat dibelakang pemerintah republik indonesia. sebagaimana lebih lanjut disampaikan oleh Hatta, bahwa “persatuan yang sekuat-kuatnya harus ada, barulah pemerintah dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam diplomasi yang dijalankan”.

2. Peningkatan kerjasama internasional yang bertujuan memanfaatkan secara optimal berbagai peluang dalam diplomasi dan kerja sama internasional, terutama kerjasama ASEAN dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri merupakan aktualisasi dari pendekatan ASEAN sebagai concentric circle utama politik luar negeri indonesia.

(7)

2.1.2 Kepentingan Nasional Indonesia

Berubahnya landasan operasional PLNRI sebagaimana tersebut di atas, merupakan adaptasi dari berubahnya lingkungan domestik, regional dan internasional, yang kesemuanya ditujukan untuk terwujudnya kepentingan nasional.

Ada beberapa definisi kepentingan nasional yang dikemukakan oleh para pakar hubungan internasional H.J. Morgenthau misalnya mempersamakan kepentingan nasional dengan power yang ingin dicapai suatu negara dalam hubungan internasional, Joseph Frankel dan Nicholas Spykman memiliki pandangan serupa namun dengan sedikit perbedaan dengan Morgenthau yaitu bahwa kepetingan nasional tidak hanya unsur power tetapi juga mencakup pula kepentingan moral, religi, kebudayaan, dan sebagainya meskipun unsur power yang cukup tetap diperlukan guna mencapainya. (Bakry, 1999: 61). Ada beberapa jenis kepentingan nasional, Donald E. Nuechterlin dalam (Bakry, 1999:62) menyebutkan sedikitnya ada 4(empat) jenis kepentingan nasional yaitu :

1. Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem politiknya dari ancaman negara lain;

2. Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain;

3. Kepentingan tata internasional, yaitu kepentingan untuk mewujudkan atau mempertahankan sistem politik dan ekonomi internasional yang menguntungkan bagi negaranya;

4. Kepentingan ideologi, yaitu kepetingan untuk mempertahankan atau melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara lain.

(8)

merdeka sehingga operasionalisasi PLNRI lebih ditekankan pada masalah pengakuan kedaulatan dan penuntasan dekolonisasi. Jenis kepentingan nasional yang kemudian muncul pada era Orde Baru berbeda dengan jenis kepentingan nasional era Orde Lama. Orde Baru muncul ditengah kesulitan ekonomi warisan Orde Lama, oleh karena itu prioritas utama dari PLNRI era ini adalah kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain. Meskipun tidak sama persis, kemunculan Orde Reformasi juga mewarisi kondisi ekonomi yang buruk akibat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998. Hal ini menempatkan kembali jenis kepentingan ekonomi sebagai salah satu prioritas PLNRI Orde Reformasi. Disebutkan sebagai salah satu prioritas karena ada prioritas lainnya yaitu pemulihan citra Indonesia dimata internasional.

Selanjutnya sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tulisan ini akan membahas mengenai dampak perubahan lingkungan internasional terhadap operasionalisasi prinsip bebas aktif pada era kepemimpinan SBY (2004 – 2009).

2.1.3 Sejarah dan Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia

Sejarah dan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia secara garis besar dapat dikelompokkan pada masa Pemerintahan Soekarno, masa Pemerintahan Soeharto (Orde Baru) dan masa Transisi Demokrasi (pascakejatuhan Presiden Soeharto).

a. Masa Pemerintahan Soekarno (1945-1966)

Pada masa Pemerintahan Soekarno, politik luar negeri Indonesia dicirikan dengan upaya mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia dari agresi militer Belanda yang ingin kembali berkuasa di Indonesia. Berikut ini beberapa kejadian penting yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia pada masa Pemerintahan Soekarno :

1. Peletakan dasar Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Presiden Mohammad Hata pada 2 September 1948 bahwa Politik Luar Negeri Indonesia adalah bebas aktif (an independent active).

(9)

Organanization (SEATO) dan dibentuk pada 1954 di Baguio, Philipina.

3. Indonesia mengakui Republik Rakyat China pada 1950 dan mengadakan hubungan diplomatik pada 1953.

4. Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 1955 di Bandung yang menghasilkan Deklarasi Bandung atau disebut juga Dasa Sila Bandung.

5. Perjuangan membebaskan dan merebut kembali Irian Barat dari penjajahan Belanda pada kurun waktu 1950-an dan 1960-an. 6. Penandatanganan penyerahan Irian Barat oleh Belanda

8. Konfrontasi militer Indonesia dengan Malaysia (1963-1966) yang merupakan masa tersuram dalam kerja sama regional di kawasan Asia Tenggara.

b. Masa Pemerintahan Soeharto (1966-1998)

Pada masa pemerintahan Soeharto, terdapat peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia. Pada pemerintahan sebelumnya, telah banyak peristiwa yang mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Indonesia dan negara-negara kawasan Asia Tenggara. Agresi Indonesia terhadap Malaysia telah menciptakan ketidakstabilan di wilayah Asia Tenggara. Pandangan Indonesia sebagai negara yang tidak memihak kepada salah satu Blok pun sirna. Hal ini dapat dilihat dari kedekatan Indonesia dengan Rusia dan China pada awal 1960-an. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari penolakan Barat dalam mendukung Indonesia memperoleh kembali Irian Barat.

Dengan demikian, prioritas kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto adalah memperbaiki citra buruk Indonesia yang telah dilakukan selama Pemerintahan Soekarno, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

(10)

bersahaja) dan menjadi pendukung kerjasama regional yang antusias di kawasan Asia Tenggara.

Berikut ini adalah beberapa kejadian yang turut mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa Pemerintahan Soeharto :

1. Ditandatanganinya Supersemar oleh Presiden Soekarno yang

memberikan legitimasi kekuasaan Soeharto dalam mengambilalih pemerintahan pada 11 Maret 1966.

2. Penghentian hubungan diplomatik Indonesia dengan China pada Oktober 1967.

3. Perbaikan hubungan diplomasi dengan negara-negara Barat dan ditinggalkannya ideologi politik luar negeri Soekarno.

4. Indonesia masuk kembali menjadi negara anggota PBB dan memperbaharui keanggotaannya pada IMF dan World Bank pada 1966.

5. Pengakuan Indonesia atas kedaulatan Singapura, yang telah terpisah dari Malaysia, pada tanggal 6 Juni 1966.

6. Perjanjian normalisasi hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia yang ditandatangani Adam Malik dan Tun Abdul Rajak di Jakarta pada 11 Agustus 1966. 7. Penandatanganan pembentukan Deklarasi ASEAN di Bangkok pada 8 Agustus 1967. Kerja sama ini menandai era kerja sama regional di kawasan Asia Tenggara dalam segala bidang, khususnya dalam bidang ekonomi.

c. Masa Transisi Demokrasi (1998-2004)

Politik luar negeri Indonesia mengalami perubahan penting setelah mundurnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan pada tahun 1998. Dengan turunnya Soeharto dari kekuasaan selama kurang lebih tiga dasawarsa maka dimulai era reformasi atau transisi politik luar negeri Indonesia ke arah demokratisasi.

Situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu telah memperdalam krisis multi dimensi di Indonesia. Kejadian ini tentu saja telah mempengaruhi politik luar negeri Indonesia selama beberapa tahun ke depan.

Politik luar negeri Indonesia pada masa transisi demokrasi dibagi dalam tiga pemerintahan, pemerintahan BJ Habibie, pemerintahan Abdurrahman Wahid, dan pemerintahan Megawati Soekarnoputeri :

1. Masa Pemerintahan BJ Habibie (1998-1999)

(11)

luar negeri yang tidak menguntungkan kepentingan nasional. Di

 Kelanjutan program bantuan IMF kepada Indonesia untuk mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 miliar dolar AS pada tahun 1998.

 Kebijakan Habibie dalam memberikan opsi (pilihan) referendum untuk mencapai solusi fnal atas masalah Timor Timur pada akhir tahun 1998.

 Kekerasan yang terjadi setelah dan sebelum referendum di Timor Timur telah melemahkan legitimasi Habibie, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

2. Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001)

Pemerintahan Abdurrahman Wahid menjadi tonggak bersejarah dari hubungan sipil militer. Sipil berusaha menguasai militer dengan cara mengembalikan fungsi militer sebagai penjaga pertahanan negara dari ancaman negara lain. Hubungan sipil militer, yang menjadi ciri khas Pemerintahan Abdurrahman Wahid yang berasal dari sipil merupakan salah satu isu utama dalam perjalanan menuju demokratisasi di Indonesia.

Melemahnya peran TNI pasca kerusuhan sosial dan referendum Timor Timur pada 1999 telah mendorong politisi sipil untuk lebih berperan dalam mengatur negara. Abdurrahman Wahid sebagai Presiden dari kalangan sipil pasca kejatuhan Soeharto terus meningkatkan kredibilitas internasionalnya sebagai tokoh pro-demokrasi, diantaranya dengan memberhentikan Jenderal Wiranto dari jabatan Menteri Koordinator Politik dan

(12)

Presiden Megawati Soekarnoputri yang menggantikan Abdurrahman Wahid melalui proses impeachment pada sidang istimewa MPR menjadi presiden wanita pertama di Indonesia. Selama Pemerintahan Megawati proses demokratisasi berjalan dengan baik dan mulus. Salah satu yang terlihat jelas adalah kesediaan TNI untuk menarik diri dari politik dan kembali kefungsinya sebagai penjaga pertahanan negara dari ancaman negara lain. Selain itu, Megawati juga dipuji karena telah memuluskan proses pemilihan anggota DPR, DPD serta presiden yang dipilih langsung oleh rakyat pada pemilu 2004.

Terdapat beberapa kejadian penting yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia pada masa Pemerintahan Megawati baik domestik maupun internasional, diantaranya adalah :

a. serangan teroris ke gedung WTC di New York Amerika Serikat pada 11 September 2001,

b. serangan Amerika Serikat ke Afghanistan pada 2001, c. pemboman di Bali pada 2002,

d. pemboman hotel JW Marriot di Jakarta pada 2003,

e. penyerangan ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Inggris pada 2003,

f. operasi militer di Aceh untuk menghadapi GAM pada 2003-2004.

Peristiwa-peristiwa di atas merupakan variabel yang telah mempengaruhi dinamika politik luar negeri Indonesia dalam hubungan internasional. Pada masa Pemerintahan Megawati, politik luar negeri dan diplomasi Indonesia kembali aktif. Hal tersebut dapat dilihat dari upaya Departemen Luar Negeri dalam menata ulang diplomasi sebagai ujung tombak dalam menjaga kepentingan nasional Indonesia di luar negeri.

2.1.4 Arah Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia

Politik luar negeri Indonesia pada tahun-tahun mendatang lebih ditekankan pada upaya pembangunan ekonomi. Seperti diketahui bahwa politik luar negeri merupakan refeksi dari politik dalam negeri. Akan tetapi, pada kenyataannya, politik luar negeri sering dipengaruhi oleh perkembangan situasi regional dan internasional.

(13)

luar negeri Indonesia pada 25 tahun mendatang akan sangat dipengaruhi pada

a. perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan yang mungkin terjadi dalam kehidupan politik dalam negeri Indonesia, b. perkembangan konstelasi politik regional,

c. perubahan-perubahan yang terus terjadi dan yang tidak menentu di dalam situasi dan konstelasi internasional.

Selanjutnya Hasjim juga menegaskan bahwa politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif akan tetap relevan dengan penekanan yang lebih pada pembangunan ekonomi daripada retorika politik. Dengan demikian, arah kebijakan politik luar negeri Indonesia ditekankan pada upaya

a. membela kepentingan nasional dan berdasarkan pada kerja sama ketimbang konfrontasi dengan negara tetangga atau negara lain,

b. menekankan pembangunan ekonomi daripada petualangan politik,

c. mendukung kebijakan dalam meredakan ketegangan dan perlucutan senjata di tingkat regional dan global daripada membentuk persekutuan militer dan perlombaan senjata.

Adapun isu-isu penting yang dapat mempengaruhi politik luar negeri Indonesia pada tahun-tahun mendatang adalah sebagai berikut.

a. isu penegakan HAM khususnya di daerah-daerah konfik seperti Aceh dan Papua,

b. isu lingkungan hidup seperti kerusakan hutan di Kalimantan, Sumatera, dan Papua,

(14)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Politik Luar Negeri Indonesia dirumuskan dan diperjuangkan dengan berdasarkan pada prinsip kemandirian yang berlandaskan pada semboyan Trisakti, yakni : Berdaulat dalam bidang politik; berdikari dalam bidang ekonomi; dan berkribadian kebudayaan.

2. Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan tujuan politik luar negeri Indonesia, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

3.2 Saran

1. Sudah sepantasnya politik luar negeri Indonesia dijalankan untuk kepentingan dan tujuan nasional Indonesia, untuk itu Pemerintah diminta untuk pandai pandai menetapkan prioritas kepentingan bangsa Indonesia yang dapat langsung dinikmati oleh seluruh rakyatnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas anggota penyidik kantor Kepolisian Resort Mojokerto belum memadai, artinya belum ada personil penyidik atau anggota polisi yang memiliki Sumber Daya

3) Sistem ini juga akan menampilkan informasi detail suatu pesantren dan akan menghubungkan pengguna dengan pihak pesantren melalui kontak yang terlampir dari hasil pencarian. 4)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Aiptu Yadi Rahayu yang menjabat sebagai Kepala Team III Unit Reskrim Polsek Cicendo Motif pelaku melakukan tindak pidana kejahatan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut telah diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan sewa-menyewa (ijarah) yaitu tentang menyewakan kembali rumah sewaan pada kontrakan

Metode bagian adalah pendekatan mengajar yang efektif untuk memudahkan siswa memahami suatu gerakan teknik dasar dengan cara memilah – milah sehingga menjadi

Skizofrenia Hebefrenik ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut inkoherensi ,alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi

1) Perlu dikembangkan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah terutama untuk pengelolaan air limbah komunal. 2) Pemberikan pemahanan kepada masyarakat paham

Metodologi penelitian ini terdiri dari 6 tahapan yaitu penelitian awal, desain sampling, penyusunan dan penyebaran kuesioner, analisis perilaku konsumen roti atau